Hasil Observasi Lapangan Makalah Pencema

Pengetahuan
Pedagang, Orang Tua dan Pihak Sekolah
Terhadap Penambahan Zat Berbahaya
pada Jajanan Anak
di Sekolah Dasar Negeri 05 Indralaya Tahun
2012
Tugas Mata Kuliah Pencemaran Lingkungan
Dosen Pembimbing : Hamzah Hasyim, S.KM, M.Kes

Disusun Oleh :
M. Fansuri Habibi
Rahmatus Sakinah
Dalyla
Dwi Nur Yunindha
Rega Oktariansyah
Utari Kusuma N
Defi Andita AHS

(10091001003)
(10091001004)
(10091001008)

(10091001018)
(10091001024)
(10091001025)
(10091001035)

Rismawati
Siska Putri P
Fori Herfina
Islach Dani Waskito
Repil Ansen
Renni Sipahutar
Elvina Agnestin

Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sriwijaya
2012

(10091001036)
(10091001044)
(10091001049)

(10091001051)
(10091001053)
(10091001058)
(10091001060)

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, Rabb
semesta alam, karena berkat rahmat dan taufik-Nya akhirnya kelompok kami
dapat menyelesaikan penyusunan tugas penelitian kualitatif mengenai pencemaran
makanan yang berjudul “Pengetahuan Pedagang, Orang Tua dan Pihak
Sekolah Terhadap Penambahan Zat Berbahaya

pada Jajanan Anak

di

Sekolah Dasar Negeri 05 Indralaya”. Sholawat teriring salam semoga tetap
tercurah kepada suri teladan bagi umat manusia sepanjang zaman, Nabi besar
Muhammad SAW beserta para sahabat, keluarga dan pengikutnya hingga akhir
zaman.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Hamzah Hasyim, S,KM., M.KM. selaku dosen pembimbing mata kuliah
pencemaran lingkungan yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam
penyusunan laporan penelitian ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik.
Terima kasih juga kami sampaikan kepada Kepala Sekolah SD 05 Indralaya yang
telah memberikan izin kepada kami melakukan penelitian di SD tersebut. Selain
itu, rasa terima kasih juga patut kami sampaikan kepada semua informan yang
sudah membantu kami memberikan jawaban atas pertanyaan kami. Terakhir kami
juga berterima kasih kepada orang tua, teman-teman seperjuangan, serta semua
pihak terkait yang telah membantu kami yang tentu saja tidak dapat kami
sebutkan satu-persatu namanya disini. Semoga apa yang telah kalian berikan
kepada kami senantiasa dibalas Allah SWT dengan balasan yang setimpal.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan penelitian ini, masih
banyak kekurangan. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari
semua pihak dalam rangka penyempurnaan laporan ini. Akhir kata, semoga karya
kecil kami ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca
umumnya.
Inderalaya, Maret 2012

Penulis


DAFTAR ISI

Halaman Judul.........................................................................................

i

Kata Pengantar .......................................................................................

ii

Daftar Isi ...............................................................................................

iii

Daftar Tabel..............................................................................................

vi

BAB I PENDAHULUAN

1.1......................................................................Latar Belakang
1
1.2..................................................................Rumusan Masalah
4
1.3..................................................................Tujuan Penelitian
4
1.4.................................................................Manfaat Penelitian
5
1.5.....................................................Ruang Lingkup Penelitian
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.............................................................Definisi Pengetahuan

. . .7

2.2..................................Pengertian Makanan/Minuman Jajanan

. . .7

2.3........................................Bahan Tambahan Makanan (BTM)


. . .8

2.3.1. Definisi Bahan Tambahan Makanan..................................

8

2.3.2. Manfaaat Bahan Tambahan Makanan...............................

9

2.3.3. Penggolongan Bahan Tambahan Makanan.......................

10

2.4...................................Bahan Tambahan Makanan Berbahaya

. 15

2.4.1. Formalin............................................................................


15

2.4.2. Boraks................................................................................

18

2.4.3. Pewarna Tekstile................................................................

19

2.5.....................................................Penyakit Bawaan Makanan

. 19

2.6.....................Upaya Pencegahan Penyakit Bawaan Makanan

. 21

2.7........................................................................Kerangka Teori


. 22

BAB III KERANGKA PIKIR..................................................................

23

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian...........................................................................

24

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian......................................................

24

4.3. Informan Penelitian....................................................................

24


4.4. Jenis, Cara dan Alat Pengumpulan Data....................................

25

4.4.1. Jenis Data ..........................................................................

25

4.4.2. Cara Pengumpulan Data....................................................

25

4.4.3. Alat Bantu Pengumpulan Data..........................................

27

4.5. Pengolahan dan Penyajian Data.................................................

28


4.6. Validitas Data.............................................................................

29

4.7. Analisis Data..............................................................................

29

4.8. Definisi Istilah............................................................................

31

BAB V HASIL WAWANCARA
5.1. Gambaran Umum.......................................................................

33

5.2. Hasil Wawancara........................................................................

33


5.2.1. Pendapat tentang Jajanan di Sekolah.................................

33

5.2.2. Pendapat tentang Bahaya dari Makanan dan Apa Saja
Bahaya yang pernah terjadi...............................................

35

5.2.3. Pendapat tentang Pengawasan Jajanan di Sekolah............

37

5.2.4. Kondisi Jajanan Makanan di SD N 05 Indralaya..............

39

BAB VI PEMBAHASAN
6.1...........................................................Keterbatasan Penelitian

. 41

6.2.............................................................................Pembahasan

. 42

BAB VII PENUTUP
7.1.............................................................................Kesimpulan

. 49

7.2.......................................................................................Saran

. 50

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................

52

LAMPIRAN.............................................................................................

53

DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Dampak Buruk Formalin bagi Tubuh Manusia......................

16

Tabel 2.2. Beberapa Penyakit Bawaan Makanan.....................................

20

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Makanan/Minuman jajanan adalah makanan/minuman yang
tidak mengandung alkohol, merupakan minuman olahan dalam
bentuk bubuk atau cair yang mengandung bahan-bahan tambahan
lainnya baik alami maupun sintetik yang dikemas dalam kemasan
siap

untuk

di

konsumsi

(Cahyadi,2005). Makanan yang aman

merupakan faktor yang penting untuk meningkatkan

derajat kesehatan.

Dalam Undang-undang RI No. 7 Tahun 1996 tentang pangan, keamanan
pangan didefinisikan sebagai

kondisi dan upaya yang diperlukan untuk

mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, benda-benda
lain yang

dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan

manusia.
Semakin canggihnya tekhnologi, membuat segala sesuatunya mudah
untuk dibuat, termasuk jajanan makanan. Demi untuk menekan biaya
produksi, membuat para pedagang tidak lagi memikirkan kandungan zat yang
ada didalam jajanan makanan itu sendiri,sehingga penambahan bahan
makanan, menjadi hal yang membantu untuk menaikkan kualitas suatu
produk

tanpa

harus

membeli

bahan

makanan

yang

mahal

(Budiyanto,2004), tentunya hal ini tidak salah bila seorang
pedagang tidak melewati batas-batas dosis yang telah

dianjurkan. Namun, menjadi suatu masalah ketika pedagang
sudah tidak lagi memperdulikan dosis atau ukuran zat
tambahan makan kedalam jajanan mereka, karena yang
membedakan suatu zat berbahaya atau tidak

adalah

dosisnya (anonim).
Jajanan yang rasanya manis disertai dengan bentuk dan warna yang
menarik tentu digemari anak-anak, khusunya anak sekolah. Jajanan tersebut
tentu mengandung bahan tambahan makanan. Penggunaan bahan tambahan
makanan yang berlebihan atau dilarang akan berbahaya bila dikonsumsi oleh
manusia, baik dalam waktu yang cepat maupun lama. Hal ini dikarenakan
bahwa

pengaruh

bahan

tambahan

makanan

terhadap

kesehatan umumnya tidak langsung dapat dirasakan atau
dilihat, maka produsen sering kali tidak menyadari bahaya
penggunaan bahan makanan yang tidak sesuai dengan
peraturan (Syah,2005).
Pengawasan Obat dan Makanan (POM), menyatakan bahwa sebagian
makanan jajanan anak sekolah mengandung bahan kimia berbahaya. Dari 163
sampel jajanan anak yang diuji di 10 provinsi pada tahun 2003, sebanyak 80
sampel atau 50 persennya tidak memenuhi syarat mutu dan keamanan.
Kebanyakan jajanan yang bermasalah itu mengandung boraks, formalin, zat
pengawet, zat pewarna berbahaya serta tidak mengandung garam beryodium
(Evy, 2008).
Serupa dengan kasus diatas, ternyata didapatkan bahwa sebenarnya
pemanis buatan sama sekali tidak memiliki nilai gizi dalam kandungannya,
disebutkan bahwa, pemanis sintetik (buatan) merupakan bahan
tambahan yang dapat menyebabkan rasa manis dalam
makanan tetapi tidak memiliki nilai gizi (Yuliarti, 2005), hal ini
lagi-lagi menjadi koreksi utama kita bersama.

Berikutnya pada bulan November 2005, Badan POM menguji makanan
jajanan pada 195 sekolah dasar di 18 provinsi. Dari sampel yang diuji yakni
es sirop/es cendol, minuman ringan/limun, kue, makanan gorengan, kerupuk
dan saus yang mengandung rhodamin B (Yulianti, 2007).
Sementara sepanjang tahun 2007 Badan POM beserta ke-26 Balai POM
seluruh provinsi kembali melakukan survey, dari 2000 makanan yang disurvei
di lingkungan sekolah, 45% tercemar bahaya pangan yakni formalin, boraks
dan pewarna tekstil. Wujud fisik makanan berbahaya yang ditemukan di
sekolah umumnya berbentuk jeli, sirop, kerupuk dan makanan ringan (Evy,
2008).
Bahkan, untuk penelitian baru-baru ini didapatkan
pengaruh yang cukup signifikan antara jajanan yang dimakan
oleh anak sekolah (SD), terutama untuk pemenuhan energy,
akan berkoneksi dengan kemampuan penurunan perilaku
positif anak, seperti gangguan tidur, gangguan konsentrasi,
gangguan

emosi,

gangguan

bicara,

hiperaktif

hingga

memperberat gejala pada penderita autism (Widodo, 2006).
SD Negeri 05 Indralaya yang memiliki murid terbanyak di wilayah
Indralaya, tentunya memiliki resiko yang sangat besar sebagai sasaran para
pedagang jajanan makanan. Dari survey yang telah dilakukan di lingkungan
sekolah beberapa pedagang yang menjual beranekaragam makanan dan
minuman jajanan antara lain sosis, nasi goreng, nasi gemuk, batagor, es gogo,
es the manis, kerupuk, tekwan, siomay, makanan kemasan, minuman
kemasan dan makanan gorengan.
Berdasarkan hasil tinjauan dan pertimbangan-pertimbangan tersebut
diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana pengetahuan pedagang,

orangtua dan pihak sekolah terhadap bahan tambahan makanan tertentu pada
jajanan anak, khususnya di SD Negeri 05 Indralaya.

1.2.

Rumusan Masalah
Jajanan anak yang dijual di lingkungan sekolah banyak mengandung
bahan tambahan makanan yang dilarang atau tidak diizinkan dengan dosis
yang melebihi batas. Jajanan ini membahayakan kesehatan terutama pada
anak-anak yang mengkonsumsinya. Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik
untuk mengetahui bagaimana pengetahuan pedagang, orangtua dan pihak
sekolah terhadap bahan tambahan makanan tertentu pada jajanan anak di SD
Negeri 05 Indralaya.

1.3.

Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengetahuan pedagang, orang tua dan pihak sekolah

terhadap penambahan zat berbahaya pada jajanan anak di Sekolah Dasar Negeri
05 Inderalaya Tahun 2012.
1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengetahuan pedagang terhadap penambahan
zat berbahaya pada jajanan anak di Sekolah Dasar Negeri 05
Inderalaya.
2. Untuk mengetahui pengetahuan orang tua terhadap penambahan
zat berbahaya pada jajanan anak di Sekolah Dasar Negeri 05
Inderalaya.
3. Untuk

mengetahui

pengetahuan

pihak

sekolah

terhadap

penambahan zat berbahaya pada jajanan anak di Sekolah Dasar
Negeri 05 Inderalaya.
1.4.

Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi Peneliti
Sebagai sarana dalam mengaplikasikan ilmu yang didapat selama
belajar di FKM UNSRI dan menambah pengalaman dalam bidang
penelitian.
1.4.2. Bagi FKM UNSRI
Dapat digunakan sebagai untuk mengetahui lebih lengkap mengenai
kebiasaan jajanan anak sekolah dan sebagai bahan referensi untuk
penelitian selanjutnya.
1.4.3. Bagi SDN 05 Inderalaya
Sebagai bahan masukan bagi pihak sekolah agar dapat menetapkan
aturan mengenai jajanan di sekolah, meningkat pengawasan terhadap
jajanan anak dan kebiasaan jajan anak. Pihak sekolah diharapkan
berkontribusi terhadap jajanan anak sekolah dengan menyediakan kantin
sehat dan tempat cuci tangan.
1.4.4. Bagi Orang Tua Murid

Dapat menambah pengetahuan bagi orang tua yang mempunyai anak
sekolah agar dapat menerapkan jajanan sehat bagi anak-anak
1.5.

Ruang Lingkup Penelitian
1.5.1. Ruang Lingkup Waktu
Penelitian ini dilakukan pada hari selasa, tanggal 28 Februari 2012.
1.5.2. Ruang Lingkup Tempat
Penelitian ini dilakukan di SDN 05 Kecamatan Inderalaya kabupaten
Ogan Ilir.
1.5.3. Ruang Lingkup Materi
Dalam penelitian ini membahas tentang pengetahuan pedagang,
orangtua dan pihak sekolah terhadap bahan tambahan makanan tertentu
pada jajanan anak di SD Negeri 05 Inderalaya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan
penginderaan terhadap obyek tertentu (Notoatmodjo, 2007). Penginderaan
terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba.
Menurut pendekatan kontruktivistis, pengetahuan bukanlah fakta dari
suatu kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan sebagai konstruksi
kognitif seseorang terhadap obyek, pengalaman, maupun lingkungannya.
Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ada dan tersedia dan sementara
orang lain tinggal menerimanya. Pengetahuan adalah sebagai suatu
pembentukan yang terus menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami
reorganisasi karena adanya pemahaman-pemahaman baru.
Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang
ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan

muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda
atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya.
Misalnya ketika seseorang mencicipi masakan yang baru dikenalnya, ia akan
mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan tersebut.
2.2.

Pengertian Makanan / Minuman Jajanan
Makanan/minuman jajanan adalah makanan/minuman yang tidak
mengandung alkohol, merupakan minuman olahan dalam bentuk bubuk atau
cair yang mengandung bahan-bahan tambahan lainnya baik alami maupun
sintetik

yang

dikemas

dalam

kemasan

siap

untuk

di

konsumsi

(Cahyadi,2005).
Fungsi makanan/minuman jajanan itu tidak berbeda jauh dengan
minuman lainnya yaitu sebagai minuman untuk melepaskan dahaga
sedangkan dari segi harga, ternyata minuman karbonasi relatif lebih mahal
dibandingkan minuman non-karbonasi. Hal ini disebabkan teknologi proses
yang digunakan dan kemasan yang khas yaitu dalam kemasan kaleng atau
botol seperti sprite (Cahyadi,2005).
2.3.

Bahan Tambahan Makanan (BTM)
2.3.1. Definisi Bahan Tambahan Makanan (BTM)
Bahan Tambahan Makanan (BTM) atau zat aditif merupakan zat
tambahan yang biasanya diberikan pada sejumlah makanan dan
minuman. Pemberian zat aditif dimaksudkan untuk menjadikan makanan
lebih enak dan lebih menarik sehingga dapat meningkatkan selera makan.
Bahan Tambahan Makanan (BTM) dalam pengertian luas adalah
bahan yang ditambahkan ke dalam produk pangan selain bahan baku

utama. Secara khusus BTM adalah bahan yang ditambahkan ke dalam
pangan untuk mempengaruhi sifat atau karakteristik pangan, baik yang
mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi. BTM dapat ditambahkan
pada proses produksi, pengemasan, transportasi atau penyimpanan.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun
1996 Tentang Pangan, Yang dimaksud "bahan tambahan pangan" adalah
bahan yang ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat
atau bentuk pangan, antara lain, bahan pewarna, pengawet, penyedap
rasa, anti gumpal, pemucat dan pengental.
Peraturan pemerintah nomor 28 tahun 2004 tentang keamanan,
mutu, dan gizi pangan pada bab 1 pasal 1 menyebutkan, yang dimaksud
dengan bahan tambahan pangan adalah bahan yang ditambahkan ke
dalam makanan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan atau
produk panga.
Menurut

Peraturan

Menteri

Kesehatan

RI

No.722/Menkes/Per/IX/1988 tentang bahan tambahan pangan atau aditif
adalah suatu bahan yang ditambahkan dan dicampurkan kedalam bahan
pangan sewaktu pengolahan untuk meningkatkan mutu.
Pemakaian Bahan Tambahan Pangan di Indonesia diatur oleh
Departemen Kesehatan. Sementara, pengawasannya dilakukan oleh
Direktorat Jenderal Pengawasa Obat dan Makanan (Dirjen POM).
2.3.2. Manfaat Bahan Tambahan Makanan
a. Mempertahankan konsistensi produk makanan.
Misalnya : Emulsifier menjadikan produk makanan mempunyai
tekstur yang konsisten; contoh, susu yang diawetkan tidak terpisah

b. Memperbaiki atau memelihara nilai gizi.
Contohnya

adalah

vitamin

dan

mineral

yang

umumnya

ditambahkan ke dalam makanan seperti susu, tepung, dan lain-lain
dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan gizi orang yang
kekurangan

gizi,

atau

untuk

mempertahankan

bahkan

meningkatkan atau memperbaiki kandungan gizi bahan makanan
tsb yang kemungkinan hilang akibat pemrosesan.

c. Menjaga cita rasa dan sifat produk makanan secara keseluruhan.
Contoh : Bahan pengawet mempertahankan mutu produk makanan
dari mikrobia yang dapat menyebabkan kerusakan produk, misal
berjamur atau busuk.
d. Menjaga tingkat keasaman atau kebasaan makanan yang
diinginkan.
Contoh : Bahan pengembang menghasilkan gas karbon dioksida
sehingga tekstur biskuit, cake dan produk sejenis lainnya
mengembang.
e. Memperkuat

rasa

atau

memberikan

warna

tertentu

yang

dikehendaki. Beberapa bumbu dan penyedap rasa baik buatan
maupun alami memperkuat rasa makanan. Warna kuning dari
pewarna kuning buatan (BTP) tartrazine atau kurkumin dari kunyit
memberi warna khas pada produk.
2.3.3. Penggolongan Bahan Tambahan Makanan
Pada umumnya bahan tambahan makanan dapat dibagi menjadi dua
golongan besar, yaitu sebagai berikut:
a.

Bahan tambahan pangan yang ditambahkan dengan sengaja ke dalam
makanan, dengan mengetahui komposisi bahan tersebut dan maksud

penambahan itu dapat mempertahankan kesegaran, cita rasa dan
membantu pengolahan, sebagai contoh pengawet, pewarna dan
pengeras.
b.

Bahan tambahan pangan yang tidak sengaja ditambahkan, yaitu
bahan yang tidak mempunyai fungsi dalam makanan tersebut,
terdapat secara tidak sengaja, baik dalam jumlah sedikit atau cukup
banyak akibat perlakuan selama proses produksi, pengolahan, dan
pengemasan. Bahan ini dapat pula merupakan residu atau
kontaminan dari bahan yang sengaja ditambahkan untuk tujuan
produksi bahan mentah atau penanganannya yang masih terus
terbawa kedalam makanan yang akan dikonsumsi. Contoh bahan
tambahan pangan dalam golongan ini adalah residu pestisida
(termasuk insektisida, herbisida, fungisida, dan rodentisida),
antibiotik, dan hidrokarbon aromatik polisiklis.
Bahan tambahan makanan atau zat aditif dapat berupa bahan

pewarna, penyedap, pemanis, pengawet, dan antikempal.
a.

Bahan Pewarna
Bahan pewarna yang terdapat dalam bahan tambahan makanan
dibedakan menjadi bahan pewarna alami dan buatan. Bahan pewarna
alami seperti warna kuning dari kunyit dan warna hijau dari daun
suji tidak membahayakan kesehatan. Bahan pewarna buatan dapat
bersifat racun (toksik) dan dapat menimbulkan kanker (karsinogen).

b.

Bahan Penyedap
Bahan penyedap rasa dan aroma yang masih bagi kesehatan
ialah vetsin atau monosodium glutamate (MSG). Meskipun masih
pada batas aman, penggunaan MSG yang berlebihan dapat
menimbulkan rasa pusing dan sedikit mual. Gejala ini disebut
Chinese restaurant syndrome. Sebagai pengganti rasa gurih,

sebenarnya pada makanan cukup ditambahkan garam dan rempahrempah.
c.

Bahan Pemanis
Bahan pemanis buatan ialah bahan pemanis yang dihasilkan
melalui reaksi-reaksi kimia organic di laboratorium dalam skala
industri. Pemakaian bahan pemanis buatan yang berlebihan dengan
dosis tinggi dapat mengakibatkan gejala-gejala kanker dalam waktu
relatif lama. Efek pemakaian pemanis buatan tidak langsung, tetapi
mungkin menunggu 20-30 tahun kemudian. Contoh bahan pemanis
buatan ialah sakarin, siklamat, dan aspartam.

d.

Bahan Pengawet
Tim riset Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB Bogor
berhasil menemukan bahan alami sebagai pengawet makanan yang
dibuat dari limbah udang dan rajungan. Bahan pengawet alami
tersebut dinamakan chitosan. Chitosan berupa Kristal berwarna putih
yang dapat larut dalam larutan asam organic seperti asam asetat.
Beberapa bahan kimia yang disalahgunakan untuk pengawetan
bahan makanan ialah asam borat (boraks) dan formalin.

e.

Bahan Antikempal
Bahan tambahan pangan lain yang digunakan ialah antikempal.
BTP ini biasanya digunakan pada produk tepung-tepungan seperti
terigu dan susu bubuk. Tujuannya agar tepung-tepung tersebut tidak
menggumpal. Antikempal yang diizinkan antara lain aluminium
silikat, kalsium silikat, magnesium oksida, dan magnesium silikat.
Pengelompokan

bahan

tambahan

makanan

yang

diizinkan

penggunaannya dalam makanan menurut Permenkes RI.722/Per/IX/88
sebagai berikut :

a.

Antioksidan, fungsinya melindungi suatu hasil produk terhadap
pengaruh proses oksidasi warna dan baunya.
Contoh : Asam Askorbat, digunakan sebagai anti oksidan pada
produk daging dan ikan serta sari buah kalengan, Butil
Hidroksianisol (BHA) dipakai sebagai antioksidan pada lemak,
minyak dan margarin.

b.

Pengatur asam, yaitu bahan tambahan makanan yang dapat
mengasamkan, menetralkan dan mempertahankan derajat keasaman.
Contoh : Asam Asetat, Asam Sitrat, Asam Malat, Asam Suksinat,
Asam Tartrat dan Asam Laktat.

c.

Pemanis Buatan, yaitu bahan tambahan makanan yang menyebabkan
rasa manis pada makanan, yang tidak atau hampir tidak mempunyai
nilai gizi.
Contoh : Sakarin, Siklamat, Aspartam

d.

Pemutih, digunakan dalam produksi tepung agar warna putih yang
merupakan ciri khas tepung dapat terjaga dengan baik.
Contoh : Benzoil Peroksida

e.

Pengental, bahan makanan yang merupakan cairan dapat dikentalkan
dengan menggunakan gumi dan bahan polimer sintetik.
Contoh : Ekstrak rumput laut, Gelatin

f.

Pengawet

adalah

bahan

tambahan

yang

digunakan

untuk

menghambat fermentasi atau penguraian terhadap makanan yang
disebabkan oleh mikroorganisme.
Contoh : Asam Benzoat dan garamnya, Asam Sorbat serta garam dan
kaliumnya, efektif untuk menghambat pertumbuhan bakteri, jamur
dan ragi, biasaya dipake dalam keju, margarin, acar, buah kering,
jelli, pekatan sari buah dan minuman ringan mengandung CO .
2
g.

Pengeras adalah bahan tambahan yang dapat memperkeras atau
mencegah melunaknya makanan.

Contoh : Aluminium Sulfat, Kalsium Klorida, Kalsium Glukonat dan
Kalsium Sulfat pada buah yang dikalengkan misalnya apel dan
tomat.
h.

Penyedap rasa adalah bahan tambahan yang diberikan untuk
menambahkan atau mempertegas rasa atau aroma.
Contoh : MSG (Mono Sodium Glutamate).

i.

Pewarna adalah bahan tambahan makanan/minuman yang dapat
memperbaiki atau memberikan warna pada makanan/minuman.
Contoh : Tartrazin (kuning jingga), Carmoisine (merah).
Beberapa bahan tambahan yang dilarang digunakan dalam makanan,

menurut Permenkes RI No. 1168/Menkes/Per/X/1999 diantaranya sebagai
berikut:
1. Asam Borat (Boric Acid) dan senyawanya
2. Asam Salisilat dan garamnya (Salicylic Acid and its salt)
3. Dietilpirokarbonat (Diethylpirocarbonate DEPC)
4. Dulsin (Dulcin)
5. Kalium Klorat (Potassium Chlorate)
6. Kloramfenikol (Chloramphenicol)
7. Minyak Nabati yang dibrominasi (Brominated vegetable oils)
8. Nitrofurazon (Nitrofurazone)
9. Formalin (Formaldehyde)
10.Kalium Bromat (Potassium Bromate)
Sedangkan

menurut

Peraturan

Menteri

Kesehatan

RI

No.722/Menkes/Per/IX/1988, selain bahan tambahan diatas masih ada
bahan tambahan kimia yang dilarang seperti rhodamin B (pewarna merah)
dan methanyl yellow (pewarna kuning).

Bahan tambahan pangan yang digunakan hanya dapat dibenarkan
apabila :
1.

Dimaksudkan untuk mencapai masing-masing tujuan penggunaan
dalam pengolahan;

2.

Tidak digunakan untuk menyembunyikan penggunaan bahan yang
salah atau yang tidak memenuhi persyaratan;

3.

Tidak

digunakan

untuk

menyembunyikan

cara

kerja

yang

bertentangan dengan cara produksi yang baik untuk pangan;
4.
2.4.

Tidak digunakan untuk menyembunyikan kerusakan bahan pangan.
Bahan Tambahan Makanan Berbahaya
Menurut Badan POM, bahan kimia yang umum digunakan pada bahan

makanan antara lain formalin, rodhamin, methanil yellow, dan boraks.
2.4.1. Formalin
Formalin adalah bahan kimia yang kegunaannya untuk urusan
luar tubuh. Contohnya untuk pembunuh hama, pengawet mayat, bahan
disinfektan dalam industri plastik, busa, dan resin untuk kertas. Di
dalam formalin terkandung sekitar 37 persen formaldehid dalam air.
Biasanya ditambahkan metanol hingga 15 persen sebagai pengawet.
Akibat masuknya formalin pada tubuh bisa akut maupun kronis.
Kondisi akut tampak dengan gejala alergi, mata berair, mual, muntah,
seperti iritasi, kemerahan, rasa terbakar, sakit perut, dan pusing.
Kondisi kronis tampak setelah dalam jangka lama dan berulang bahan
ini masuk ke dalam tubuh. Gejalanya iritasi parah, mata berair, juga
gangguan pencernaan, hati, ginjal, pankreas, sistem saraf pusat,
menstruasi, dan memicu kanker.

Tabel 2.1. Dampak Buruk Formalin bagi Tubuh Manusia

Kulit

Mata

:

:

Paru-paru

:

Saraf

:

Ginjal

:

Organ Reproduksi

:

:

Hidung

:

Saluran Pernapasan

:

Saluran Pencernaan

Hati

:

Iritatif, kulit kemerahan, kulit seperti
terbakar, alergi kulit

Iritatif,

mata

merah

dan

berair, Radang paru-paru karena zat kimia

kebutaan

(pneumonitis)

Mimisan

Sakit

kepala,

lemas,

susah

tidur,

Sesak napas, suara serak, batuk kronis, sensitif, sukar konsentrasi, mudah lupa
sakit tenggorokan

Kerusakan ginjal

Iritasi lambung, mual muntah, mules

Kerusakan testis, ovarium, gangguan

Kerusakan hati

menstruasi, infertilitas sekunder

Sumber : Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia
Ciri makanan berformalin:
1.

Mi basah:
a.

Bau sedikit menyengat.

b.

Awet, tahan dua hari dalam suhu kamar (25 Celsius). Pada
suhu 10 derajat C atau dalam lemari es bisa tahan lebih 15 hari.

c.

Mi tampak mengkilat (seperti berminyak), liat (tidak mudah
putus), dan tidak lengket.

2.

Tahu:
a. Bentuknya sangat bagus.
b. Kenyal
c. Tidak mudah hancur dan awet (sampai tiga hari pada suhu
kamar 25 derajat Celcius). Pada suhu lemari es 10 derajat
Celcius tahan lebih dari 15 hari.
d. Bau agak menyengat
e. Aroma kedelai sudah tak nyata lagi.

3.

Ikan:
a.

Warna putih bersih.

b.

Kenyal.

c.

Insangnya berwarna merah tua dan bukan merah segar.

d.

Awet (pada suhu kamar) sampai beberapa hari dan tidak mudah
busuk.

e.
4.

5.

Tidak terasa bau amis ikan, melainkan ada bau menyengat

Bakso:
a.

Kenyal.

b.

Awet, setidaknya pada suhu kamar bisa tahan sampai lima hari.

Ikan asin
a.

Ikan berwarna bersih cerah.

b.

Tidak berbau khas ikan.

c.

Awet sampai lebih dari 1 bulan pada suhu kamar (25 derajat
C).

d.

Liat (tidak mudah hancur).

2.4.2. Boraks
Boraks adalah bahan solder, bahan pembersih, pengawet kayu,
antiseptik kayu, dan pengontrol kecoak. Sinonimnya natrium biborat,
natrium piroborat, natrium tetraborat. Sifatnya berwarna putih dan sedikit
larut dalam air.
Sering mengonsumsi makanan berboraks akan menyebabkan
gangguan otak, hati, lemak, dan ginjal. Dalam jumlah banyak, boraks
menyebabkan

demam,

anuria

(tidak

terbentuknya

urin),

koma,

merangsang sistem saraf pusat, menimbulkan depresi, apatis, sianosis,
tekanan darah turun, kerusakan ginjal, pingsan, bahkan kematian.
Ciri makanan berboraks : Sama seperti formalin, cukup sulit
menentukan apakah suatu makanan mengandung boraks. Hanya lewat uji
laboratotium, semua bisa jelas. Namun, penampakan luar tetap memang
bisa dicermati karena ada perbedaan yang bisa dijadikan pegangan untuk
menentukan suatu makanan aman dari boraks atau tidak.
1.

Bakso
a.

Lebih kenyal dibanding bakso tanpa boraks.

b.

Bila digigit akan kembali ke bentuk semula.

c.

Tahan lama atau awet beberapa hari

d.

Warnanya tampak lebih putih. Bakso yang aman berwarna abuabu segar merata di semua bagian, baik di pinggir maupun
tengah.

e.

Bau terasa tidak alami. Ada bau lain yang muncul.

f.

Bila dilemparkan ke lantai akan memantul seperti bola bekel.

2. Gula Merah
a.

Sangat keras dan susah dibelah.

b.

Terlihat butiran-butiran mengkilap di bagian dalam.

2.4.3. Pewarna Textile
Selain formalin dan boraks, beberapa jenis bahan makanan yang
diuji BPOM juga mengandung bahan berbahaya seperti pewarna tekstil,
kertas, dan cat (Rhodamin B), methanyl yellow, amaranth.
Pemakaian ini sangat berbahaya karena bisa memicu kanker serta
merusak ginjal dan hati. Payahnya lagi, bahan-bahan ini ditambahkan
pada jajanan untuk anak-anak seperti es sirop atau cendol, minuman
ringan seperti limun, kue, gorengan, kerupuk, dan saus sambal.
Ciri makanan yang mengandung Rhodamin B:
1.

Warna kelihatan cerah (berwarna-warni), sehingga tampak menarik.

2.

Ada sedikit rasa pahit (terutama pada sirop atau limun).

3.

Muncul rasa gatal di tenggorokan setelah mengonsumsinya.

4.

Baunya tidak alami sesuai makanannya.

2.5. Penyakit Bawaan Makanan
Penyakit bawaan makanan adalah penyakit umum yang dapat diderita
seseorang akibat memakan sesuatu makanan ynag terkontaminasi mikroba
pathogen, kecuali keracunan. Beberapa penyakit bawaan makanan yang
masih seringkali dapat di Indonesia dapat disebabkan oleh virus, bakteri,
protozoa, dan metozoa.
Makanan dapat terkontaminasi mikroba karena beberapa hal:
a. Mengolah makanan atau makan dengan tangan kotor,
b. Memasak sambil bermain dengan hewan peliharaan,
c. Menggunakan lap kotor untuk membersihkan meja, perabotan
bersih, dan lain-lainnya,
d. Dapur, alat masak dan makan yang kotor,
e. Makanan yang sudah jatuh ke tanah masih dimakan,
f. Makanan disimpan tanpa tutup sehinggan serangga dan tikus dapat
menjangkaunya,

g. Makanan mentah dan matang disimpan bersama-sama,
h. Makanan dicuci dengan air kotor,
i. Mekanan terkontaminasi kotoran akibat hewan yang berkeliaran di
sekitarnya,
j. Sayuran dan buah-buahan yang ditanam pada tanah yang
terkontaminasi,
k. Pengolahan makanan yang sakit atau carrier penyakit,
l. Pasar yang kotor, banyak insekta, dan sebagainya.
Tabel 2.2. Beberapa Penyakit Bawaan Makanan

Penyakit
Viral :
Diare
Hepatitis
Bakterial
Cholera
Dysentrie bacillaris
Thypus abdominalis
Tuberculosa (usus)
Protozoa :
Dysentrie amoeba
Metazoa :
Ascariasis
Oxyuriasis
Trichinosis
Trichuriasis
Ancylostomiasis
Dracontiasis
Diphyllobothriasis
Cysticercosis
Taeniasis

Penyebab
Rotavirus
Virus Hepatitis A
Vibrio cholerae
Shigella sp.
Salmonella typhi
Mycobacterium tuberculosa
Entamoeba histolytica
Ascaris lumbricoides
Enterobius vermicularis
Trichinella spiralis
Trichuris trichiura
Ancylostoma duodenale
Dracunculus medinensis
Diphyllobothrium latum
Cysticercus cellulusae
Taenia saginata

Taenia solium
Fasciopsiasis
Fasciolopsis buski
Sumber : Benenson, Abram S., (1970)
2.6. Upaya Pencegahan Penyakit Bawaan Makanan

Pencegahan penyakit ini dpat dilakukan sebagai berikut :
1. Pemilihan bahan baku yang sehat, tidak busuk, warna yang segar;
2. Penyimpanan bahan baku jangan sampai terkena serangga, tikus, atau
jangan sampai membusuk;
3. Pengolahan makanan yang higienis serta prosesnya dapat mematikan
penyebab penyakit dan peralatan masak harus bersih;
4. Pengolahan makanan bukan carrier penyakit, dan tidak sakit;
5. Penyajian makanan tidak terkena lalat, debu, dan udara kotor, peralatan
makan yang higienis (terutama di tempat umu);
6. Penyajian makanan harus mendapat surat keterangan sehat;
7. Penyimpanan makanan matang jangan sampai terkontaminasi dan
membusuk.
Demikian pula dengan penyakit yang disebabkan bahan kimia seperti
Cd, Hg, Co, dan seterusnya, pencegahannya tidak jauh berbeda, yang paling
penting adalah pemilihan bahan baku. Kesehatan makanan ini tidak saja
penting untuk kesehatan masyarakat secara langsung, tetapi dapat juga
menimbulkan kerugian besar pada pengusaha yang mengexpor produk
makanan.

2.7. Kerangka Teori

Kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori
Perubahan Perilaku Lawrence Green (1980), Teori Status Kesehatan H.L.Blum
(1968), dan Teori Bentuk Dukungan Keluarga Friedman (1998).

Keturunan

Pelayanan Kesehatan

Lingkungannnnn

Status Kesehatan

Perilaku atau
Dukungan Pedagang
Dukungan Orangtua
Dukungan Pihak Sekolah

Faktor Predisposisi :
1. Pengetahuan
2. Sikap
3. Tindakan
4. Kepercayaan
5. Keyakinan
6. Nilai-nilai

Faktor Pendukung
1. Fasilitas Kesehatan

Faktor Pendorong
1. Sikap dan perilaku petugas Kesehatan

Kerangka Teori
Sumber : Green, L (1980) dalam Notoatmodjo, S (2003)
Sumber : H.L. Blum (1968) Notoatmodjo, S (2003)
Sumber : Friedman dalam Keliat (1998)

BAB III
KERANGKA PIKIR

Merujuk dari kerangka teori, penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan
informasi yang mendalam tentang pengetahuan dan tindakan dari orang tua siswa,
para pedagang makanan disekolah dan juga pihak sekolah terhadap bahaya jajanan

makanan yang dijual di SD N 05 Indralaya, maka disusunlah kerangka pikir
penelitian berdsasarkan teori H.L. Blum.

Bahaya Jajanan Makanan

Dukungan Pedagang
Dukungan Orangtua
Dukungan Pihak Sekolah

Pengetahuan Pedagang
Pengetahuan Orangtua
Pengetahuan Pihak Sekolah

Tindakan Orang Tua
Tindakan Pihak Sekolah

BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan
menggunakan pendekatan kualitatif, yang bertujuan mendapatkan informasi
yang mendalam tentang pengetahuan pedagang, orang tua dan pihak sekolah
terhadap penambahan zat berbahaya pada jajanan anak di Sekolah Dasar
Negeri 05 Indralaya. Adapun caranya dengan mengeksplorasi sumber-sumber
informasi dari pihak sekolah dan pedagang jajanan di sekitar sekolah tersebut
serta orang tua atau wali murid yang sedang menunggu siswa sekolah.
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 05 Indralaya Kabupaten
Ogan Ilir. Penelitian ini dilaksanakan selama satu hari yaitu pada hari Selasa,
28 Februari 2012.
4.3. Informan Penelitian
Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden, tetapi
sebagai informan. Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel secara
purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel yang didasarkan pada
suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti berdasarkan ciri atau
sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo, 2002).
Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi
tentang situasi dan kondisi latar penelitian, mempunyai banyak pengalaman,
dan secara sukarela menjadi anggota penelitian (Moleong, 2009).

Informan dalam penelitian terdiri dari :
1.

Dua orang guru

2.

Tiga orang pedagang jajanan

3.

Tiga orang orang tua/wali murid

Responden dalam penelitian ini adalah guru, pedagang dan orang tu/wali
murid dengan ketentuan sebagai berikut :
1.

Sehat jasmani dan rohani.

2.

Responden merupakan guru yang mengajar di SD N 05 Indralaya,
pedagang yang berjualan di sekitar area sekolah serta orang tua/wali
murid yang sedang menunggu siswa di sekolah tersebut.
Menurut Nasution (1988) menjelaskan bahwa penentuan unit sampel

(responden) dianggap telah memadai apabila telah sampai kepada taraf
redundancy (datanya telah jenuh, ditambah lagi responden tidak memberikan
informasi yang baru), artinya bahwa dengan menggunakan responde
selanjutnya boleh dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan informasi baru
yang berarti.
4.4. Jenis, Cara dan Alat Pengumpulan Data
4.4.1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian merupakan data primer.
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari hasil
wawancara mendalam kepada informan di SD N 05 Indralaya, data
observasi lapangan terhadap orang tua/wali murid sewaktu mengantar
siswa ke sekolah, para pedagang jajanan dan pihak sekolah.
4.4.2. Cara Pengumpulan Data
Metode

pengumpulan

data

yang digunakan

adalah

metode

wawancara mendalam semi terstruktur, yaitu wawancara bebas yang
mengandung

informasi

tentang

hal-hal

yang

dimaksud

dengan

menggunakan pedoman wawancara dan observasi lapangan.
Alasan kenapa peneliti mengunakan data tersebut karena peneliti
ingin mengetahui sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya informasi yang
akan digali di lapangan guna mendapatkan data yang valid dan reliabel,

karena penelitian kualitatif lebih condong pada ketajaman peneliti itu
sendiri untuk mencari celah dan menjadikan sebuah kesimpulan yang
berarti dan menjadi penemuan dan pengetahuan baru.
Untuk memperoleh data tentang masalah yang akan diteliti, maka
penulis menggunakan beberapa metode antara lain:
a.

Metode Observasi
Metode observasi yaitu metode pengumpulan data dengan
pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fakta-fakta
yang diselidiki. Menurut Sutrisno Hadi, observasi adalah metode
ilmiah yang diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan
sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki (Hadi, 1991 dalam
Nopemberia, 2011).
Data observasi dituangkan dalan transkrip yang kemudian
dideskripsikan observasi secara jelas sebagian dari hasil penelitian.
Observasi yang dilakukan nantinya akan melihat tingkat pengetahuan
informan terhadap penambahan zat berbahaya pada jajanan anak di
Sekolah Dasar Negeri 05 Indralaya, hasil observasi ini diharapkan
dapat membantu terkumpulnya data yang diperlukan oleh peneliti
secara maksimal.

b.

Wawancara Mendalam
Penelitian

ini

menggunakan

wawancara

sebagai

cara

pengumpulan data. Wawancara adalah percakapan dengan maksud
tertentu.

Percakapan

itu

dilakukan

oleh

dua

pihak,

yaitu

pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan
terwawancara

(interviewee)

yang

memberikan

jawaban

atas

pertanyaan itu. Jenis wawancara yang digunakan yaitu wawancara
bebas terpimpin (semi-structuredinterviews), yaitu wawancara yang
dilakukan berpedoman pada daftar pertanyaan, tetapi tidak berupa
kalimat-kalimat yang permanen. Data wawancara dituangkan dalam

bentuk transkip, yang kemudian dideskripsikan secara jelas sebagai
sebagian dari hasil penelitian (Rahayu,2005).
Wawancara ini bertujuan mengungkapkan hal-hal, seperti
pengetahuan informan terhadap penambahan zat berbahaya pada
jajanan anak yang tersedia di sekitar SD 05 Indralaya tersebut.
c.

Dokumentasi
Metode pengumpulan data dan pencatatan terhadap buku, berkas
atau dokumentasi yang ada hubunganya dengan masalah yang akan
di bahas. Dalam penelitian ini dokumentasi yang dipergunakan
adalah foto dan video. Hal ini bertujuan sebagai pelengkap data.
(Soerjono,1986).

4.4.3. Alat Bantu Pengumpulan Data
Pencatatan data selama penelitian penting sekali karena data dasar
yang akan dianalisis berdasarkan kutipan hasil wawancara dan observasi.
Oleh karena itu, pencatatan data harus dilakukan dengan cara yang sebaik
dan setepat mungkin. Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif
cukup rumit, untuk itu diperlukan instrumen atau alat penelitian agar
dapat membantu peneliti dalam pengumpulan data (Moleong, 2005).
Alat bantu yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :
a.

Alat Perekam (Handphone)
Alat perekam digunakan untuk memudahkan peneliti untuk
mengulang kembali hasil wawancara yang telah dilakukan. Dengan
adanya hasil rekaman wawancara tersebut akan memudahkan
peneliti apabila ada kemungkinan data yang kurang jelas sehingga
peneliti dapat bertanya kembali kepada responden. Penggunaan alat
perekam ini dilakuakan setelah memperoleh persetujuan dari
responden. Selain itu penggunaan alat perekam memungkinkan
peneliti untuk lebih berkonsentrasi pada apa yang akan dikatakan
oleh subjek, alat perekam dapat merekam nuansa suara dan bunyi

aspek-aspek wawancara seperti tertawa, desahan, sarkasme secara
tajam (Padget, 1998 dalam Nopemberia, 2011).
b.

Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan peneliti
mengenai aspek-aspek yang harus dibahas, sekaligus menjadi daftar
pengecek (checklist) apakah aspek-aspek relevan tersebut telah
dibahas atau dinyatakan (Poerwandari, 2001). Pedoman wawancara
bertujuan agar wawancara yang dilakukan tidak menyimpang dari
tujuan

penelitian

dan

juga

sebagai

alat

bantu

untuk

mengkategorisasikan jawaban sehingga memudahkan pada tahap
analisa data.
c.

Lembar Observasi
Lembar observasi dan catatan responden digunakan untuk
mempermudah proses observasi yang dilakukan. Lembar observasi
ini digunakan untuk mencatat tampilan fisik responden penelitian,
suasana lingkungan, sikap dan reaksi responden, serta hal-hal
menarik dan unik lainnya yang muncul selama wawancara.

4.5. Pengolahan dan Penyajian Data
Pengolahan data dilakukan sebagai berikut:
Data Primer, berupa hasil wawancara diolah dengan cara:
a.

Hasil wawancara dari alat perekam dipindahkan menjadi transkrip
lengkap untuk setiap informan.

b.

Transkrip dikelompokkan sesuai dengan variabel yang diteliti.

c.

Data disusun per variabel untuk setiap informan.

d.

Data dipilah dengan memilih data yang memiliki kaitan dengan variabel
dalam bentuk matriks. Data yang diperoleh dari hasil wawancara ditulis
dalam bentuk transkrip, setelah itu dari hasil transkrip baru dibuat resume

dalam bentuk matriks, kemudian dianalisa dengan membandingkan teori
yang ada.
4.6. Validitas Data
Untuk menjaga validitas data dan menguji hasil penelitian kualitatif,
digunakan uji validitas data dengan menggunakan triangulasi (Modul
Metodologi Penelitian Kesehatan, 2007) :
1.

Triangulasi Sumber
Dilakukan dengan cara cross check data dengan fakta dari sumber
lainnya. Sumber tersebut mungkin berupa informan yang berbeda, teknik
riset yang berbeda untuk menggali topik yang sama, atau hasil dari
sumber lainnya dan dari studi riset yang sama. Datanya harus
memperkuat atau tidak ada kontradiksi satu dengan yang lain.

2.

Triangulasi Metode
Menggunakan beberapa metode dalam mengumpulan data terkait
penelitian. Dalam penelitian ini dilakukan dengan metode wawancara
mendalam dan observasi serta dokumentasi.

4.7. Analisis Data
Jenis analisis data yang digunakan dalam penelitian ini hasil analisis isi
(content analysis). Menurut Setiawan (2006) dalam Sofa (2008), analisis isi
adalah penelitian yang bersifat pembahasan mendalam terhadap isi suatu
informasi tertulis atau tercetak (transkrip wawancara, dokumen, dan lainnya)
berdasarkan topik masalah yang menjadi penelitian. Dalam penelitian ini
masalah yang diteliti mengenai zat tambahan berbahaya pada jajanan yang
ada di sekitar SD N 05 Indralaya, semua data yang diperoleh dari data primer
dikelompokan sesuai dengan variabel yang terdapat di kerangka pikir
kemudian dianalisis berdasarkan teori yang ada.

Proses analisis data adalah sebagai berikut:
1.

Menyusun data yang telah diperoleh dari penelitian secara rapi,
sistematis, dan lengkap untuk memperoleh kualitas data yang baik,
mendokumentasikan analisa yang dilakukan, serta menyimpan data dan
analisa yang berkaitan dalam penyelesaian penelitian.

2.

Koding dan analisa dilakukan dengan menyusun transkrip verbatim atau
catatan lapangan sehingga ada kolom kosong yang cukup besar di sebelah
kanan dan kiri transkrip untuk tempat kode-kode atau catatan tertentu,
kemudian secara urut dan kontinyu melakukan penomoran pada barisbaris transkrip, lalu memberikan nama untuk masing-masing berkas
dengan kode tertentu.

3.

Pengujian terhadap dugaan, berkaitan erat dengan upaya mencari
kejelasan yang berbeda mengenai data yang sama. Peneliti akan
mengikutsertakan berbagai perspektif untuk memungkinkan keluasan
analitis serta memeriksa bias-bias yang tidak disadari.

4.

Strategi analisa, proses analisa dapat melibatkan konsep-konsep yang
muncul dari jawaban atau kata-kata subjek maupun konsep yang dipilih
atau dikembangkan peneliti untuk menjelaskan fenomena yang di analisa.

5.

Interpretasi, yaitu upaya untuk memahami data secara lebih ekstensif dan
mendalam. Peneliti memiliki perspektif mengenai apa yang sedang
diteliti dan menginterpretasikan data melalui perspektif tersebut. Peneliti
beranjak melampaui apa yang secara langsung dikatakan informan untuk
mengembangkan struktur-struktur dan hubungan-hubungan bermakna
yang tidak segera tertampilkan dalam teks (data mentah atau transkrip
wawancara).

4.8. Definisi Istilah
No
.
1.

Istilah
Makanan

Definisi
atau Makanan atau minuman jajanan adalah makanan

Minuman Jajanan

atau minuman yang tidak mengandung alkohol,
merupakan minuman olahan dalam bentuk bubuk
atau

cair

yang

mengandung

bahan-bahan

tambahan lainnya baik alami maupun sintetik
yang dikemas dalam kemasan siap untuk di
2.

Bahaya Jajanan

konsumsi (Cahyadi,2005)
Bahaya jajanan merupakan suatu dampak negatif
bagi

kesehatan

tubuh

atau

menyebabkan

seseorang menderita sakit yang disebabkan oleh
3.

Bahan

jajanan yang dikonsumsi
Tambahan Bahan Tambahan Makanan (BTM) atau zat aditif

Makanan (BTM)

merupakan zat tambahan yang biasanya diberikan
pada sejumlah makanan dan minuman. Pemberian
zat

aditif

dimaksudkan

untuk

menjadikan

makanan lebih enak dan lebih menarik sehingga
dapat

4.

Pedagang

meningkatkan

selera

tambahan

makanan

dapat

makanan,

pamanis

buatan,

makan.
berupa

Bahan
pewarna

penyedap

dan

sebagainya
Sekelompok orang yang berjualan makanan
ringan (jajanan) untuk dijual kepada siswa di area

5.

Orang Tua/Wali Murid

SD N 05 Indralaya
Orang tua siswa maupun keluarga siswa yang
berada

di

sekitar

sekolah

dengan

maksud

menunggu siswa yang bersangkutan pulang
sekolah atau pun orang tua/wali siswa yang
mengantar dan menjemput siswa ke dan dari
6.

Pihak Sekolah

sekolah
Orang yang

memiliki

wewenang

dalam

kepengurusan di sekolah tersebut. Dalam hal ini
yang termasuk pihak sekolah antara lain Kepala
Sekolah, Guru, Pegawai, Pengurus Sekolah, dan
sebagainya.

BAB V
HASIL WAWANCARA

5.1. Gambaran Umum

SD Negeri 05 Indralaya merupakan salah satu SD di Indralaya yang
berlokasi diantara Kantor Camat Indralaya dengan Puskesmas Indralaya.
Sekolah ini bersebelahan (satu komplek) dengan SDN 21, yang berlokasi di
Jalan Lintas Timur KM 37 Indralaya Ogan Ilir. Di dalam lingkungan Sekolah
tersebut, belum terdapat kantin yang menyediakan jajanan bagi siswa dan
guru. Hal ini menyebabkan maraknya pedagang yang berjualan di luar
lingkungan sekolah. Sebagian pedagang sudah mendapatkan izin dari sekolah
karena lokasinya berada di rumah penduduk yang ada disekitar sekolah.
Namun tidak sedikit juga pedagang kaki lima yang berjualan jajanan di lokasi
yang tidak sewajarnya. Misalnya di pinggir-pinggir jalan yang pada umumnya
di lewati oleh kendaraan bermotor. Pihak sekolah sendiri kurang dalam
mengawasi, sehingga mereka bebas jajan.
5.2. Hasil Wawancara
5.2.1. Pendapat tentang jajanan yang ada disekolah
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan orang tua, mantan
pedagang dan guru didapatkan informasi tentang jajanan di Sekolah
Dasar Negeri 05 Indralaya. Hal ini dapat dilihat pada kutipan hasil
wawancara sebagai berikut :
“………..jajanan di sekolah ini, ya” lumayan lah,…… masalahnya
anak ibu bawa bekal dari rumah. Ya....klo disini ada banyak dijual, yang
nasi

gorenglah,

roti

tawarlah,

nasi

gemuk

lah.

Banyaklah

dijual….uhm….kalau jualan dibelakang kebanyakan jual nasi…..kalau
yang digoreng-goreng, ada dibelakang, tapi jualannya itu sehat mbak”
dak yang sembarangan itu mbak.,,,ya…paling ada satu, jual sosis itu
na……., yang sosis,,yang biasa bukan yang lain-lainnya” yang biasa
sosisnya mbak bukannya yang mahal itu, uhm…dan tidak bermerek itu.
Paling harganya tiga 2 ribu, tiga 2 ribu ………….,kalau jual minumminuman berwarna-warni itu , banyak yang datangan,kaluu yang biasa

jualan tidak jualan itu disini. Banyak yang datang dari sd-sd lain jualan
kesni.(EN: orangtua).
……..“.. nah dak tau kalau yang jualan di belakang sano. Kalau
adek kesekolah bawa bekal dak boleh jajan apo lagi beli sosis .”(Fitri:
Orang Tua)
“hmm jajanan di sekolah ini menurut ibu dek sudah bagus, sudah
keliatan dari kebersihan orang-orang yang berjualan disitu, kan kalo
penjualannyo sudah bersih, insyaallah makanan yang dibuatnyo jugo
bersih dan aman lah untuk anak-anak kami” (Me, Orang Tua Siswa)
“...ya kayak ini lah jualan disini, paling yo sosis tu yang paling
banyak dicari anak-anak samo mainan. Yo kalau pedagang disini dek
kadang juga ada pedagang datang. Ibu jugo kadang jualan di SD lainyo
namonya budak-budak pacak bosan kalau kita jualan terus disini”..
(mantan pedagang makanan).
“………Kantinnya ada dan tempatnya sudah ada namun belum ada
petugas khusus untuk mengelola kantin. Jajanan sekolah yang ada disini
masih berada di pinggiran seputaran sekolah. Kami cukup prihatin
dengan keadaan ini karena takutnya jajanan yang ada ditambahkan
pemanis, pewarna ataupun pengawet yang bukan untuk makanan” .
Untuk melarang para pedagang jajanan ini tidak mungkin karena
pekerjaan mereka untuk mencari uang dan memenuhi kebutuhannya
sehari-hari dengan cara ini. Dengan melihat keadaan seperti ini, guruguru hanya bisa mengarahkan kepada anak-anak untuk jajan makanan
yang sehat seperti nasi goreng atau na