Laporan Praktikum Kimia Analitik ARGEN

LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ANALITIK

ACARA II
ARGENTOMETRI

Oleh:
Kelompok 12 Rombongan 2
Penanggung Jawab :
1. Hilwa Kamilah (A1F015014)
2. Annisa Wulansari (A1F015025)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2016

I.

PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Titrasi pengendapan merupakan titrasi yang melibatkan pembentukan
endapan dari garam yang tidak mudah larut antara titran dan analit. Hal dasar
yang diperlukan dari titrasi

jenis ini adalah pencapaian keseimbangan

pembentukan yang cepat setiap kali titran ditambahkan pada analit, tidak adanya
interferensi yang mengganggu titrasi, dan titik akhir titrasi yang mudah diamati.
Salah satu jenis titrasi pengendapan yang sudah lama dikenal adalah
melibatkan reaksi pengendapan antara ion halida ( Cl-, I-, Br- ) dengan ion perak
Ag+. Titrasi ini biasanya disebut sebagai argentometri, yaitu titrasi penentuan
analit yang berupa ion halida dengan menggunakan larutan standar perak nitrat
AgNO3.
Dasar titrasi argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak mudah
larut antara titrant dan analit. Sebagai contoh yang banyak dipakai adalah titrasi
penentuan NaCl dimana ion Ag+ dari titran akan bereaksi dengan ion Cl- dari
analit membentuk garam yang tidak mudah larut.
B. Tujuan

Praktikum ini dilaksanakan dengan tujuan untuk menentukan kadar
halogen atau pseudo halogen pada suatu campuran.

II.

TINJAUAN PUSTAKA

Istilah argentometri diturunkan dari bahasa latin argentum, yang berarti
perak. Jadi argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat
dalam suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasar pembentukan endapan
dengan ion Ag+. Pada titrasi argentometri, zat pemeriksaan yang telah dibubuhi
indikator dicampur dengan larutan standar garam perak nitrat AgNO3. Dengan
mengukur volume larutan standar yang digunakan sehingga seluruh ion Ag+ dapat
tepat diendapkan, kadar garam dalam larutan pemeriksaan dapat ditentukan
(Underwood, 1992).
Pada umumnya titrasi argentometri dapat dibedakan berdasarkan
indikator yang dipakai dalam titrasi tersebut. Ada tiga jenis titrasi argentometri,
yaitu :
1. Metode Mohr
Metode Mohr merupakan titrasi argentometri dengan menggunakan

indikator kalium kromat (K2CrO4). Metode ini merupakan titrasi langsung analit
dengan titran menggunakan larutan standar perak mitrat (AgNO3). Larutan analit
yang dapat ditentukan dengan metode mohr Antara lain ion klorida. Endapan putih
perak klorida akan terbentuk selama proses titrasi. Indikator yang digunakan
dalam titrasi tersebut adalah larutan kalium kromat encer (sekitar 2%). Reaksi
yang terjadi adalah :
Ag+(aq) + Cl-(aq)

AgCl(s) putih

K2CrO4(aq) + 2 AgN03(aq)

2 KNO3(aq) + Ag2CrO4 (s)

(Coklat kemerahan )
Ketika Anda melakukan titrasi argentometri dengan metode Mohr,
maka Anda harus mempertahankan kondisi keasaman larutan. Titrasi sebaiknya

Anda lakukan pada pH sekitar pH 6,5 hingga pH 10. Hal ini menyebabkan ion
kromat adalah basa konjugasi dari asam kromat. Oleh sebab itu, jika titrasi

dilakukan pada pH dibawah 6,5, maka ion kromat akan terprotonisasi dalam
bentuk HCrO4. Ion tersebut selanjutnya berubah menjadi ion dikromat. Ion
dikromat inilah yang mendominasi di dalam larutan (Pursitasari, 2014).
Penerapan titrasi metode mohr
Penerapan metode Mohr terbatas penggunaannya dibandingkan dengan
metode Volhard dan metode Fajans. Metode Mohr hanya dapat dipakai untuk
menentukkan konsentrasi ion CL-, CN- , dan Br-. Metode Mohr banyak dipakai
untuk menentukkan kandungan klorida dalam berbagai sample air, contohnya air
sungai, air laut, air sumur, dan air hasil pengolahan industry sabun.
2. Metode Volhard
Metode Volhard merupakan titrasi argentometri dengan menggunakan
larutan standar ion tiosianat (SCN-) dan Fe(III) atau ion Fe3+ sebagai indikator.
Titrasi dengan metode Volhard merupakan titrasi langsung terhadap Ag+ serta
merupakan titrasi balik

terhadap ion klorida, bromide, dan iodide. Larutan

AgNO3 ditambahkan dalam jumlah tertentu dan berlebih, kemudian kelebihan
larutan perak nitrat tersebut dititrasi dengan larutan standar ion tiosianat (SCN-).
Penambahan ion SCN- setelah titik ekuivalen akan bereaksi dengan indikator Fe

(III) membentuk ion kompleks yang berwarna merah. Pada saat terbentuk warna
merah, maka Anda harus segera menghentikan titrasi (Pursitasari,2014)
Reaksi yang terjadi dalam titrasi argentometri dengan metode Volhard
adalah:
Ag+(aq)berlebih+ Cl-(aq)

AgCl(s) (putih)

Ag+(aq)sisa + SCN- (aq)

AgSCN(s) (putih)

Fe3+(aq) + SCN- (aq)

Fe(SCN)2+ (kompleks berwarna merah)

Penerapan metode volhard
Penerapan titrasi pengendapan dengan metode Volhard antara lain
untuk menentukan konsentrasi ion halida, ion karbonat, dan belerang. Kondisi
titrasi dengan metode volhard harus dijaga dalam kondisi asam. Hal ini disebabkan

jika larutan analit bersifat basa, maka akan terbentuk endapan Fe(OH)3. Dengan
demikian ketika Anda menganalisis suatu sample yang bersifat agak basa atau
netral, maka sebaiknya lakukan titrasi dengan metode Mohr atau Fajans
(Pursitasari,2014).
3. Metode Fajans
Pada metode ini digunakan indikator adsorbsi, sebagai kenyataan bahwa
pada titik ekuivalen indikator teradsorbsi oleh endapan. Indikator ini tidak
memberikan perubahan warna kepada larutan, tetapi pada permukaan endapan.
Endapan harus dijaga sedapat mungkin dalam bentuk koloid. (Estie,2010)

III.

METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan
1. Alat :
Alat yang digunakan :
1.

Desikator


2.

Neraca O haus

3.

Botol

4.

Labu ukur 10 mL

5.

Statif dan Klem

6.

Pipet ukur


7.

Erlenmeyer

8.

Buret

9.

Pipet tetes

2. Bahan :
1.

larutan NaCl 0,03 N

2.


AgN03 0,03 N

3.

indikator K2CrO4

4.

aquades

B. Prosedur Kerja
1. Larutan Baku Primer NaCl 0,03 N
NaCl dikeringkan dahulu dalam oven
pada temperature 500-600Oc.

Kemudian simpan dalam desikator.

Setelah dingin kemudian ditimbang
dengan teliti sebanyak yang dibutuhkan.


Lalu dilarutkan dalam aquadest
sebanyak yang dibutuhkan.



Larutan Baku sekunder

AgNO3 dilarutkan dengan aquadest

Lalu simpan dalam botol coklat.

 Indikator K2CrO4
Larutan 5% b/v, diambil 1 mL untuk
volume air 50-100 mL.

Apabila padatan, larutan K2CrO4 dibuat
0,1% dengan melarutkan K2CrO4 dengan
aquadest.
 Pembakuan
Pipet 10 mL NaCl, dimasukkan ke

dalam Erlenmeyer.

Ditambahkan 4-5 tetes indikator
K2CrO4.

Kemudian dititrasi dengan larutan
AgNO3 (dikocok cepat terutama
menjelang titik akhir titrasi) sampai
terbentuk endapan merah bata.

Volume AgNO3 dicatat, lalu dilakukan
titrasi minimal duplo.

Penetapan sampel
Pipet 10 mL larutan sampel dimasukkan
ke dalam Erlenmeyer.

Ditambahkan 4-5 tetes larutan indikator
K2CrO4.

Kemudian titrasi dengan larutan AgNO3
sampai terbentuk endapan merah bata.

Volume AgNO3 dicatat, kemudian
dilakukan titrasi minimal duplo.

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
Data pengamatan

No.

Perlakuan

Sesudah

Sebelum

Volume
AgNO3

1. 10 mL NaCl+ 4

Tdk berwarna

Tdk berwarna

Tdk berwarna

Tdk

tetes K2CrO4
2. 10 mL NaCl+ 4

3.

tetes K2CrO4+

berwarna+endapan

titrasi AgNO3

kuning

10 mL larutan

Tdk

Tdk

sample + endapan

berwarna+endapan

berwarna+endapan

+ 4 tetes indikator

kuning

kuning

Tdk berwarna+

Tdk berwarna+

sample + endapan

endapan

endapan merah bata

+ 4 tetes indikator

kemerahan

13,5 mL

K2CrO4
4. 10 mL larutan

K2CrO4+ titrasi

41 mL

AgNO3
Perhitungan :
1. Perhitungan gram NaCl

0,03 N

Gram
= BE X Volume
Gram
= 58,5 x 0,1

Gram

= 0,03 x 58,5x0,1

Massa

BE

= 0,175 gram
mr
= Volume
58,5
= 1

BE

= 58,5

N NaCl

BE

2. Perhitungan gram AgNO3
Gram
N
= BE X Volume
Gram
1
0,03
= 169,8 x 1 x 2
Gram

= 169,8 x 0,03 x 2

Gram

= 5,09 x 2

Gram

= 10,18

3. Pembakuan
Dik : N1 AgNO3 = 0,03 N
V1 AgNO3 = 13,5 mL
V2 NaCl

= 13,5 mL+ 10= 23,5 mL

Dit : N2 NaCl …..?
Jawab :
N1. V1 = N2. V2
0,03. 13,5 = N2. 23,5
0,405

= N2 .23,5

N2

0,405
= 23,5

N2

= 0,017 N

4. Penetapan sampel
Dik : N1 AgNO3 = 0,03 N
V1 AgNO3 = 41 mL
V2 sampel = 41 mL+ 10= 51 mL
Dit : N2 sampel …..?
Jawab :
N1. V1 = N2. V2
0,03. 41 = N2. 51
1,23

= N2 .51

N2

1,23
= 51

N2

= 0,024 N

B. Pembahasan
Argentometri merupakan titrasi pengendapan sampel yang dianalisis
dengan menggunakan perak nitrat (AgNO3),biasanya ioin-ion yang di tentukan
dalam titrasi ini adalah ion iodide.
Dalam percobaan digunakan larutan baku AgNO3, NaCl sebagai zat uji
dan indicator K2CrO4. Pada uji pertama 10ml NaCl Pada zat uji yang kedua
dengan berat sampel adalah 10 ml NaCl, dengan volume titrasi yang di dapatkan
adalah 13,5 ml, dengan perubahan warna yang terjadi adalah dari tidak berwarna
menjadi tidak berwarna dengan endapan berwarna kuning. Pada uji yang ke dua
dengan berat sampel 180 ml,volume titrasi yang di dapatkan adalah 28,8
ml,dengan perubahan warna dari warna kuning menjadi merah bata.Pada uji yang
ke tiga dengan 180 ml,volume titrasi yang di dapatkan adalah 34,3 ml dan dengan
perubahan warna dari warna kuning menjadi warna merah bata.
Pada percobaan ini juga di dapatkan mg dan %kadar dari larutan KCl
yaitu : Pada percobaan pertama,mg yang di dapatkan sebesar 207,245 dan % kadar
yang di dapatkan adalah 115,136%. Pada percobaan ke dua,mg yang didapatkan
sebesar 214,704 dan % kadar yang didapatkan adalah 119,28 % Pada percobaan ke
tiga, mg yang didapatkan sebesar 225,706 dan % kadar yang didapatkan adalah
142,05%.Dan mg rata-rat yang didapatkan adalah 215,88 dan %kadar rata-rata
adalah 125,84 %. Pada percobaan ini % kadar KCl yang didapatkan lebih besar
daripada % kadar KCl pada literature yang menyatakan bahwa KCl mengandung
tidak kurang dari 99,0% KCl.

Adapun factor-faktor yang mempengaruhi kesalahan pada saat praktikum
adalah :
a.

Alat yang digunakan tidak steril

b.

Bahan yang digunakan sudah terkontaminasi dengan zat yang lain

c.

Kurangnya ketelitian praktikan pada saat melakukan percobaan baik

pada saat penimbangan maupun pada saat titrasi
d.

Kurang teliti pada saat membaca volume titrasi

V.

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan, didapatkan hasil pengamatan
mengenai pengecatan gram pada bakteri, sebagai berikut :
1. Titrasi argentometri merupakan titrasi yang dilakukan dengan menggunakan
menggunakan larutan AgNO3 sebagai larutan standard dan kalium kromat
sebagai indikator.
2. Endapan warna merah bata terbentuk karena adanya reaksi antara NaCl yang
dilakukan titrasi dengan AgNO3 yang menggunakan indikator K2CrO4.
3. AgNO3 yang digunakan saat titrasi pada proses pembakuan dan penetapan
sampel berbeda-beda volumenya.

B. Saran

Sebaiknya praktikum tidak digabung dengan acara yang lainnya sehingga
lebih fokus pada satu praktikum saja dan dalam melakukan praktikum, waktu
yang telah disediakan dimanfaatkan dengan sebaik baiknya, agar data yang
diperoleh akurat. Dan juga peralatan – peralatan yang digunakan seharusnya
dilengkapi, agar praktikum tersebut berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan.

DAFTAR PUSTAKA
Estie.2010.Desain Praktikum Kimia Analisis.
Day RA. Jr dan Al Underwood.1992. Analisis Kimia Kuantitatif: Edisi Kelima.
Jakarta : Erlangga
Purpitasari, Indarini Dwi. 2014. KIMIA ANALITIK DASAR dengan Strategi
Problem Solving dan Open–ended Experiment. Bandung: Alfabeta.

LAMPIRAN
Dokumentasi
Alat dan Bahan

Erlenmeyer

AgNO3

statif dan klem

K2CrO4

aquadest

NaCl

Proses Kerja

Penimbangan NaCl

penimbangan AgNO3

pembuatan larutan AgNO3

Penambahan indikator
K2CrO4

Hasil titrasi penetapan
sampel.

Titrasi

terbentuknya endapan
kuning