Makalah Sistem osmoregulasi pada kepitin

1. SISTEM OSMOREGULASIPADA KEPITING DAN UDANG
2. 1. SISTEM OSMOREGULASI KEPITING BAKAU • Kepiting merupakan hewan
osmoregulator, yaitu hewan yang mempunyai mekanisme faali untuk menjaga kestrabilan
lingkungan internalnya, dengan cara mengatur osmoralitas (kandungan garam dalam air)
pada cairan internalnya. • Dalam osmoregulasi ini, kepiting memerlukan transportasi aktif,
terutama pompa Na – K – ATPase, untuk mempertahankan gradien osmotik dalam tubuh
bergerak normal.
3. • Tekanan osmotik dalam sel akan mempengaruhi komposisi protein pada kondisi stress
osmotik, juga terhadap penggunaan energi akibat aktivitas transportasi aktif, sehingga terjadi
gradasi bahan-bahan yang kaya energi seperti lemak, dan karbohidrat.• Protein juga akan
mengalami gradasi, karena turut berperan dalam sistem pompa ion pada membran sel (protein
membran sel/carrier) dan biokatalisator (enzim Na – K ATP ase).
4. • Jika salinitas terlalu tinggi, kepiting mengalami kondisi hipoosmotik, air dari dalam
tubuh cendrung bergerak keluar secara osmosis. Sehingga, kepiting akan berusaha
mempertahankan keseimbangan cairan tubuh dengan mencegah agar cairan urin tidak lebih
pekat dari hemolimfenya.• Dengan begitu, kepiting harus mengekstrak H2O dengan cara
minum air serta memasukkan air lewat insang dan kulit (saat moulting). Aktivitas ini
mengeluarkan energi yang cukup besar.!
5. • Dalam kondisi salinitas rendah, kepiting mengalami kondisi hiperosmotik.• Air dalam
media cendrung menembus masuk ke dalam tubuh, lewat lapisan kulit tipis kepiting. Kepiting
mengantisipasinya dengan mengeluarkan air lewat kelenjar eksresi (kelenjar antena), juga

memompa keluar air melalui urin. Pembelanjaan energi pun dibutuhkan untuk pengambilan
ion-ion pada salinitas air rendah.
6. • Dengan kata lain, kepiting yang merupakan organisme laut tipe osmoregulator- eurihaline
ini memiliki pengaruh langsung terhadap salinitas media, tepatnya pada kemampuan
pencernaan serta absorbsi sari pakan.• Pengaruh salinitas yang tidak kalah penting yaitu dapat
meningkatkan laju konsumsi oksigen, serta perubahan pola respirasi. Sehingga, pertumbuhan
akan efektif bila kepiting hidup pada media yang tidak jauh dari titik isoosmotik.

Pengertian Osmoregulasi
Secara umum proses osmoregulasi adalah upaya atau kemampuan untuk mengontrol
keseimbangan air dan ion antara di dalam tubuh dan lingkungannya melalui mekanisme
pengaturan tekanan osmosis. Proses osmoregulasi diperlukan karena adanya perbedaan
konsentrasi cairan tubuh dengan lingkungan disekitarnya. Jika sebuah sel menerima terlalu
banyak air maka ia akan meletus, begitu pula sebaliknya, jika terlalu sedikit air, maka sel
akan mengerut dan mati. Osmoregulasi juga berfungsi ganda sebagai sarana untuk membuang
zat-zat yang tidak diperlukan oleh sel atau organisme hidup.

Osmoregulasi Kepiting Bakau
Kebanyakan hewan menjaga konsentrasi cairan tubuh mereka agar selalu dalam keadaan
konstan; pada sebagian besar kepiting, konsentrasi cairan tubuh hampir sama dengan air laut

walaupun komposisi mungkin berbeda. Konsentrasi ini tidak sulit untuk dipertahankan di laut
karena tekanan osmotik rendah dan pemasukkan air secara terus menerus sama dengan
pengeluaran air. Tingginya konsentrasi ion bervariasi dan menghasilkan pertukaran regulasi
ion organik yang melibatkan organ ekskretoris.
Ketika kepiting bergerak ke pantai atau ke sebuah muara, telah memenuhi salinitas
yang berfluktuasi. Ketika curah hujan terjadi di pantai. Pada muara sungai salinitas selalu
rendah dan cenderung berfluktuasi dengan pasang surut. Mangrove rawa rentan terhadap
fluktuasi salinitas. Selama musim hujan, hujan deras dan banjir dapat mengurangi salinitas
dari air rawa sehingga hampir dengan nol.
Pola osmoregulasi kepiting yang tidak berlindung dari air yang konsentrasinya
berbeda dari laut mengalami tekanan osmotik tinggi dan mengandung ion yang tinggi. Seperti
pada kebanyakan kepiting laut (misalnya Maia, Macropipus) yang tidak dapat berbuat apaapa. Secara bertahap, mereka menurunkan berat badan agar garam dan air berdifusi keluar.
Berikut adalah poin penting mengenai sistem osmoregulasi pada kepiting bakau :
• Kepiting merupakan hewan osmoregulator, yaitu hewan yang mempunyai mekanisme faali
untuk menjaga kestrabilan lingkungan internalnya, dengan cara mengatur osmoralitas
(kandungan garam dalam air) pada cairan internalnya.
• Dalam osmoregulasi ini, kepiting memerlukan transportasi aktif, terutama pompa Na – K –
ATPase, untuk mempertahankan gradien osmotik dalam tubuh yang bergerak normal.
• Tekanan osmotik dalam sel akan mempengaruhi komposisi protein pada kondisi stress
osmotik, juga terhadap penggunaan energi akibat aktivitas transportasi aktif, sehingga terjadi

gradasi bahan-bahan yang kaya energi seperti lemak, dan karbohidrat.
• Protein juga akan mengalami gradasi, karena turut berperan dalam sistem pompa ion pada
membran sel (protein membran sel/carrier) dan biokatalisator (enzim Na – K ATP ase).
• Jika salinitas terlalu tinggi, kepiting mengalami kondisi hipoosmotik, yaitu air dari dalam
tubuh cendrung bergerak keluar secara osmosis. Sehingga, kepiting akan berusaha
mempertahankan keseimbangan cairan tubuh dengan mencegah agar cairan urin tidak lebih
pekat dari hemolimfenya.
• Dengan begitu, kepiting harus mengekstrak H2O dengan cara minum air serta memasukkan
air lewat insang dan kulit (saat moulting). Aktivitas ini mengeluarkan energi yang cukup
besar.
• Dalam kondisi salinitas rendah, kepiting mengalami kondisi hiperosmotik.

• Air dalam media cendrung menembus masuk ke dalam tubuh, lewat lapisan kulit tipis
kepiting. Kepiting mengantisipasinya dengan mengeluarkan air lewat kelenjar eksresi
(kelenjar antena), juga memompa keluar air melalui urin. Pembelanjaan energi pun
dibutuhkan untuk pengambilan ion-ion pada salinitas air rendah.
• Dengan kata lain, kepiting yang merupakan organisme laut tipe osmoregulator- eurihaline
ini memiliki pengaruh langsung terhadap salinitas media, tepatnya pada kemampuan
pencernaan serta absorbsi sari pakan.
• Pengaruh salinitas yang tidak kalah penting yaitu dapat meningkatkan laju konsumsi

oksigen, serta perubahan pola respirasi. Sehingga, pertumbuhan akan efektif bila kepiting
hidup pada media yang tidak jauh dari titik isoosmotik.
KLASIFIKASI KEPITING BAKAU
Phylum

: Arthropoda

Classis

: Crustacea

Subclassis : Malacostraca
Ordo

: Decapoda

Sub ordo : Branchyura
Familia

: Portunidae


Genus

: Scylla

Spesies

: Scylla sp. S. serrata, S. tranquebarica, S. Paramamosain , S. Olivacea.

Kepiting hidup di air laut, air tawar dan darat dengan ukuran yang beraneka ragam,
dari pea crab, yang lebarnya hanya beberapa millimeter. Menurut Prianto walaupun kepiting
mempunyai bentuk dan ukuran yang beragam tetapi seluruhnya mempunyai kesamaan pada
bentuk tubuh. Seluruh kepiting mempunyai chelipeds dan empat pasang kaki jalan. Pada
bagian kaki juga dilengkapi dengan kuku dan sepasang penjepit, chelipeds terletak di depan
kaki pertama dan setiap jenis kepiting memiliki struktur chelipeds yang berbeda-beda.
Chelipeds dapat digunakan untuk memegang dan membawa makanan, menggali, membuka
kulitkerang dan juga sebagai senjata dalam menghadapi musuh. Di samping itu, tubuh
kepiting juga ditutupi dengan Carapase. Carapase merupakan kulit yang keras atau dengan
istilah lainexoskeleton (kulit luar) berfungsi untuk melindungi organ dalam bagian kepala,
badan dan insang. Kepiting sejati mempunyai lima pasang kaki; sepasang kaki yang pertama

dimodifikasi menjadi sepasang capit dan tidak digunakan untuk bergerak. Di hampir semua
jenis kepiting, kecuali beberapa saja (misalnya, Raninoida), perutnya terlipat di bawah
cephalothorax. Bagian mulut kepiting ditutupi oleh maxilliped yang rata, dan bagian depan
dari carapase tidak membentuk sebuah rostrum yang panjang.

Insang kepiting terbentuk dari pelat-pelat yang pipih (phyllobranchiate), mirip dengan insang
udang, namun dengan struktur yang berbeda. Insang yang terdapat di dalam tubuh berfungsi
untuk mengambil oksigen biasanya sulit dilihat dari luar. Insang terdiri dari struktur yang
lunak terletak di bagian bawah carapase. Sedangkan mata menonjol keluar berada di bagian
depan carapase. Jantung berfungsi sebagai sistem peredaran darah. Hati berfungsi sebagai
alat untuk menghasil kelenjar-kelenjar yang diperlukan oleh tubuh. Kelenjar pencernaan
berfungsi sebagai alat dalam sistem pencernaan. Jenis kelamin kepiting sangat mudah di
tentukan, yaitu dengan mengamati organ kelamin berbentuk segitiga yang sempit dan agak
meruncing di bagian depan. Sedangkan alat kelamin betina berbentuk segitiga yang relatif
lebar dan bagian depanya agak tumpul. Alat kelamin jantan terdiri dari sebuah testis berwarna
putih dan terletak dibawah sinusparicardi dan organ kelamin betina berupa ovarium yang
tempat dan bentuknya menyerupai testis.
Habitat: jenis Kepiting ini hidup di hutan bakau; termasuk jenis demersal dan melakukan
proses ganti kulit setiap 15 hari sekali (proses pertumbuhan). Jenis makanannya adalah
Detritus.


Osmoregulasi pada Kepiting

Kepiting merupakan hewan osmoregulator, yaitu hewan yang mempunyai mekanisme faali
untuk menjaga kestabilan lingkungan internalnya, dengan cara mengatur osmoralitas
(kandungan garam dalam air) pada cairan internalnya. Organ-organ sistem osmoregulasi
yaitu, ginjal, insang, lapisan tipis mulut. Fungsi dari ginjal di sini menyaring sisa-sisa proses
metabolisme untuk dibuang, zat-zat yang diperlukan tubuh diedarkan lagi melalui darah dan
mengatur kekentalan urin yang dibuang untuk menjaga keseimbangan tekanan osmotik cairan
tubuh. Dalam osmoregulasi ini, kepiting memerlukan transportasi aktif, terutama pompa Na –
K – ATPase, untuk mempertahankan gradien osmotik dalam tubuh bergerak normal.
Tekanan osmotik dalam sel akan mempengaruhi komposisi protein pada kondisi stress
osmotik, juga terhadap penggunaan energi akibat aktivitas transportasi aktif, sehingga terjadi
gradasi bahan-bahan yang kaya energi seperti lemak, dan karbohidrat. Protein juga akan
mengalami gradasi, karena turut berperan dalam sistem pompa ion pada membran sel (protein
membran sel/carrier) dan biokatalisator (enzim Na – K ATP ase). Dua macam enzim yang
membantu transport ion melewati insang krustasea adalah karbonat anhidrase dan arginin
kinase. Karbonat anhidrase menyediakan ion H+ dan HCO3- sebagai lawan ion na+ dan Cluntuk pertukaran dengan mengkatalisis hidrasi CO2 di dalam sel insang. Aktifitas dari
karbonat anhidrase dalam sitoplasma insang akan bertambah secara drastis ketika kepiting
berpindah dari tempat yang bersalinitas yang tinggi ke tempat yang bersalinitas rendah,

dimana fungsinya menyediakan ion yang akan akan melawan ion NaCl pada saat penyerapan.
Proses penggunaan ATP dalam rangka transpor ion tergantung pada kerja enzim arginin

kinase. Kepiting yang berpindah dari salinitas yang tinggi ke salinitas rendah, akan
menyebabkan aktifitas enzim arginin kinase bertambah kelipatan dua dalam insang.
Jika salinitas terlalu tinggi, kepiting mengalami kondisi hipoosmotik, air dari dalam tubuh
cenderung bergerak keluar secara osmosis. Sehingga, kepiting akan berusaha
mempertahankan keseimbangan cairan tubuh dengan mencegah agar cairan urin tidak lebih
pekat dari hemolimfenya. Dengan begitu, kepiting harus mengekstrak H2O dengan cara
minum air serta memasukkan air lewat insang dan kulit (saat moulting). Aktivitas ini
mengeluarkan energi yang cukup besar. Dalam kondisi salinitas rendah, kepiting mengalami
kondisi hiperosmotik.
Air dalam media cendrung menembus masuk ke dalam tubuh, lewat lapisan kulit tipis
kepiting. Kepiting mengantisipasinya dengan mengeluarkan air lewat kelenjar eksresi
(kelenjar antena), juga memompa keluar air melalui urin. Pembelanjaan energi pun
dibutuhkan untuk pengambilan ion-ion pada salinitas air rendah. Dengan kata lain, kepiting
yang merupakan organisme laut tipe osmoregulator-eurihaline ini memiliki pengaruh
langsung terhadap salinitas media, tepatnya pada kemampuan pencernaan serta absorbsi sari
pakan. Pengaruh salinitas yang tidak kalah penting yaitu dapat meningkatkan laju konsumsi
oksigen, serta perubahan pola respirasi. Sehingga, pertumbuhan akan efektif bila kepiting

hidup pada media yang tidak jauh dari titik isoosmotik.

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis korelasi antara lama penggunaan pil KB kombinasi dan tingkat keparahan gingivitas pada wanita pengguna PIL KB kombinasi di wilayah kerja Puskesmas Sumbersari Jember

11 241 64

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22