Karya Tulis Ilmiah Al Quran

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah salah satu negara multikultural terbesar di dunia. Indonesia
ditakdirkan melebihi negara-negara lain karena tidak saja multi-suku, multi-agama
tetapi juga multi-budaya. Hal tersebut membuat Bangsa Indonesia sangat rentan
dengan kekerasan yang timbul akibat dari kemajemukan yang ada. Khususnya yang
berhubungan dengan SARA. Oleh karena itu perlu adanya tindakan preventif dari
stakeholders untuk meredam segala potensi konflik dan membangun sikap
kebersamaan, saling menghargai dan saling menghormati. Salah satu upaya
strategis adalah dengan membangun kesadaran pluralis pada generasi muda melalui
pendidikan yang berbasis multikulturalisme (Maksum, 2011).
Pendidikan islam telah merangkul aspek multikulturalisme tersebut dalam
batasan-batasan yang sesuai dengan Al Qur’an dan Al Hadits. Allah senantiasa
memerintahkan untuk selalu menghimpun persatuan, karena semua manusia
merupakan saudara, oleh sebab itu manusia dilarang untuk melakukan hal-hal buruk
yang mengakibatkan perpecahan (Baidhawy, 2005). Kemudian Allah menjelaskan
prinsip

dasar


hubungan

bersosial

kepada

manusia

melalui

nilai-nilai

multikulturalisme yang terkandung dalam surat Al Hujurat ayat 11-13. Dalam
perwujudannya, pendidikan multikulturalisme dapat disajikan dalam bentuk materi
pembelajaran di sekolah (Mahfud, 2006).
Materi pembelajaran di sekolah bisa dikemas dengan media pembelajaran
yang menyenangkan dan menghibur. Sehingga diharapkan siswa mampu
memahami multikulturalisme dengan baik dan menerapkan sikap toleransi dan
saling menghormati kebudayaan siswa yang lain. Salah satu media yang dapat
digunakan yaitu cerita bergambar atau dapat disingkat cergam (Al-Qusdy,

Muhaimin, Nurhidayah, 2010). Cergam ini berbeda dengan cergam pada umumnya.
Terdapat nilai-nilai dan kisah teladan yang dapat diambil dan dicontoh oleh anak,
sehingga dapat mendidik dan menghibur anak.
Cergam ini diharapkan mampu membimbing anak supaya lebih mencintai
bangsa dan negaranya karena anak cenderung meniru apa yang ia baca dan lihat.
Sehingga penulis berinisiatif melakukan penelitian yang berjudul “Integrasi Nilai-

1 | Integrasi Nilai-Nilai Surat Al Hujurat ayat 11-13 pada Desain Cerita Bergambar La Nyala

Nilai Surat Al Hujurat ayat 11-13 pada Desain Cerita Bergambar La Nyala”. “La
Nyala” merupakan judul cerita bergambar (cergam) yang berasal dari bahasa
madura yang artinya gangguan baik berupa lisan atau tindakan. Konsep cergam ini
memfokuskan pada permasalahan kehidupan sehari-hari anak muda yang berasal
dari daerah, dialek bahasa dan etnis yang berbeda. Sifat kesombongan dimunculkan
dengan tidak mampu mentolerir perbedaan diantara teman dan guru sehingga
menimbulkan renggangnya hubungan. Namun permasalahan dapat terselesaikan
ketika orang yang dianggap berbeda mampu menunjukkan “kesuperiorannya”
sehingga semua tokoh sadar bahwa berbeda itu fitrah dan berbeda itu indah.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dan latar belakang di atas maka penulis merumuskan

masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana korelasi nilai-nilai surat Al-Hujurat ayat 11-13 dengan
pendidikan islam yang multikultural?
2. Bagaimana integrasi nilai-nilai surat Al-Hujurat ayat 11-13 pada desain
cerita bergambar ?
1.3. Tujuan Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan pada esensinya untuk mengetahui
tujuan terhadap objek yang diteliti. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
 Untuk mengetahui korelasi nilai-nilai surat Al-Hujurat ayat 11-13
dengan pendidikan islam yang multikultural;
 Untuk mengetahui integrasi nilai-nilai surat Al-Hujurat ayat 11-13 pada
desain cerita bergambar.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi berbagai pihak, diantaranya ;


Bagi anak yakni dapat digunakan sebagai contoh dan teladan dalam
berperilaku sesuai Al Quran dan meminimalisir sombong akan
kesukuannya, bahasanya dan budayanya




Guru yakni cerita bergambar dapat dijadikan alternatif bahan bacaan yang
mendidik.

2 | Integrasi Nilai-Nilai Surat Al Hujurat ayat 11-13 pada Desain Cerita Bergambar La Nyala

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1

Toleransi dalam Berbudaya
Secara bahasa berarti tolerance yang berarti sikap membiarkan, mengakui

dan menghormati keyakinan orang lain tanpa memerlukan persetujuan. Dalam
bahasa Arab berarti tasamuh yaitu saling mengizinkan atau saling memudahkan
(Said Agil, u.n). Pada umumnya, toleransi diartikan sebagai pemberian kebebasan
pada sesama manusia untuk menjalankan keyakinannya atau mengatur hidupnya,
selama tidak melanggar dan bertentangan dengan syarat-syarat atas terciptanya
ketertiban dan perdamaian dalam masyarakat (Umar H., 1979)

Pelaksanaan sikap toleransi harus didasari dengan lapang dada dan
memperhatikan prinsip-prinsip yang dipegang sendiri, tanpa harus mengorbankan
prinsip-prinsip tersebut (H.M Daud Ali, 1989).Dasar dari toleransi sebenarnya
adalah Al-Qur’an, sudah dijelaskan sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat
Al Hujurat ayat 13 :

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenalmengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang
paling bertaqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengerahui lagi Maha Mengenal”
Pada ayat tersebut ditunjukkan pada kita bahwa manusia merupakan
keluarga besar, dan menunjukkan adanya ketatanan manusia yang esensial dengan
mengabaikan perbedaan-perbedaan antar golongan dalam berbudaya dan
berbangsa. Toleransi juga mempunyai unsur-unsur yang harus ditekankan dalam
pengekspresiannya terhadap orang lain yaitu memberikan kebebasan atau
kemerdekaan, mengakui hak setiap orang, menghormati keyakinan orang lain, dan
saling mengerti satu sama lainnya (Said Agil., 2010)
Di Indonesia, toleransi sendiri sebenarnya sudah diterapkan dalam
kehidupan masyarakat sehari-hari. Dapat dilihat dari keragaman suku, adat,
bahasa, kondisi alam, maupun agama yang berada di Indonesia. Tetapi ternyata
masih ada saja konflik ketegangan antar kemajemukan SARA tersebut. Dalam

catatan Gavin W. Jones, konflik Kristen-Islam tahun 1950 di desa kristen di

3 | Integrasi Nilai-Nilai Surat Al Hujurat ayat 11-13 pada Desain Cerita Bergambar La Nyala

wilayah Toraja, dan konflik berakhir pada tahun 1960 yang bersumber dari reaksi
umat Muslim terhadap peningkatan jumlah jemaat gereja-gereja di Indonesia.
2.2

Persatuan Bangsa dalam Islam
Bangsa adalah buah hasil hidup manusia dalam sejarah. Suatu bangsa

merupakan golongan yang beraneka ragam dan tidak bisa dirumuskan secara eksak.
Faktor-faktor obyektif tertentu yang membedakan antar suatu bangsa dengan
bangsa yang lain yaitu berupa persamaan keturunan, wilayah, bahasa, adat istiadat,
kesamaan politik, perasaan dan agama (Hans Kohn, Jerman).
Perbedaan pada suatu bangsa adalah hal yang pasti terjadi. Perbedaan
merupakan sesuatu yang harus disyukuri dan bukan sesuatu yang harus diingkari.
Hal-hal tentang perbedaan tersebut sesuai dengan Qur’an Surat Ar Rum ayat 22
yang berbunyi :


“Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan
berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui”

(Wa min aayatihi) : Yakni hujjah-hujjah dan petunjuk yang menunjukan
kekuasaan-Nya dalam membangkitkan dan membalas amal perbuatan manusia.
(Wakh tilaafun alsinatikum): yakni bahasa yang berbeda-beda, seperti diketahui
terdapat bahasa Arab dan non Arab. Adapun bahasa selain bahasa Arab sangat
banyak dan berbeda antara satu dengan yang lain. (Wa alwaatikum) : warna kulit
yaitu putih, kuning, merah, dan hitam. Semuanya berasal dari keturunan satu orang
laki-laki dan perempuan yakni dari Adam dan Hawa. Dari ayat di atas sudah
dijelaskan bahwa adanya perbedaan merupakan suatu realita yang pasti terjadi dan
tidak mungkin untuk dihilangkan. Perbedaan dalam suatu bangsa dan negara
merupakan sesuatu hal yang kodrati dan terjadi di seluruh muka bumi ini.
Salah satu hal potensial yang dapat memecah belah suatu bangsa adalah
perbedaan. Tetapi oleh karena itu kita harus sadar bahwa pentingnya suatu
persatuan bagi kelangsungan hidup suatu bangsa (Rachmat S, 2008). Pancasila
merupakan dasar negara maupun idelogi nasional yang merupakan visi kebangsaan
Indonesia dan dipandang sebagai sumber demokrasi yang baik juga merupakan alat


4 | Integrasi Nilai-Nilai Surat Al Hujurat ayat 11-13 pada Desain Cerita Bergambar La Nyala

untuk membina persatuan bangsa (Pipin H., 2006). Islam agar selalu memperkuat
tali persatuan dan kesatuan serta berpegang teguh pada Allah dengan selalu ingat
(adz-dzikr) kepadanya, sehingga akan selalu terbimbing ke jalan-Nya yang lurus
dan tidak akan tercerai-berai. Dalam firman Allah surat Ali- Imran ayat 103 :

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali agama Allah, dan janganlah kamu bercerai
berai...”dari

ayat tersebut ditegaskan bahwa Islam tidak menghendaki perpecahan.

Dengan kalimat “Walaa tafarroquu” berarti ada larangan yang bermakna bahwa
perpecahan hukumnya haram.
2.3

Pendidikan Islam
Secara

sederhana,


pendidikan

Islam

diartikan

sebagai

proses

pembimbingan, pembelajaran, dan atau pelatihan terhadap manusia agar menjadi
orang Islam yang berkehidupan dan mampu melaksanakan peranan dan tugas-tugas
hidup sebagai muslim (Tim Dosen IAIN Sunan Ampel, 1996; Ismail Fuad, 2009).
Sebagaimana telah diketahui bahwa dasar hukum dari agama Islam adalah AlQur’an dan hadits, maka dalam penetapan dasar-dasar atau sumber dalam
pendidikan Islam pastinya adalah Al-Qur’an, hadits, dan yang ketiga yaitu ijtihad
yang dilakukan oleh para ilmuwan untuk menjawab fenomena yang terjadi tetapi
tidak tertera jawabannya di dalam al-Qur’an maupun hadits.
Prinsip dari pendidikan Islam sebenarnya mempunyai arti pandangan
Islam terhadap suatu masalah dan telah digariskan maka itulah yang disebut prinsip

dari pendidikan Islam. Menurut Dr. Ramayulis ada beberapa prinsip dari
pendidikan Islam, salah satunya yaitu menghargai perbedaan. Prinsip menghargai
perbedaan dapat dijumpai pada salah satu formulasi pengertian pendidikan Islam,
yaitu usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami,
menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan atau
pengajaran untuk menghormati agama lain dalam hubungan antar umat beragama
dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.
2.4

Pendidikan Multikultural
Pendidikan multikultural dinyatakan oleh Prudance Crandall sebagai

pendidikan yang memperhatikan secara sungguh-sungguh terhadap latar belakang

5 | Integrasi Nilai-Nilai Surat Al Hujurat ayat 11-13 pada Desain Cerita Bergambar La Nyala

peserta didik baik dari aspek keragaman suku (etnis), ras, agama (aliran
kepercayaan), dan budaya (kultur). Sebagai proses pembelajaran semangat
multikulturalisme, pendidikan multikultur berupaya membina dan mendidik
kemampuan belajar hidup bersama di tengah perbedaan dapat dibentuk, dipupuk,

dan atau dikembangkan dengan kegiatan keberanian dan kegemaran melakukan
perantauan budaya, pemahaman lintas budaya, dan pembelajaran lintas budaya
(Rasiyo, 1990). Dalam konteks ini, pendidikan multikultural juga diartikan sebagai
proses pendidikan yang memberikan peluang yang sama pada seluruh anak bangsa
tanpa membedakan perlakuan karena adanya perbedaan etnik, budaya, dan agama.
2.5 Relevansi Pendidikan Islam dan Pendidikan Multikultural
Pendidikan Islam dan pendidikan multikultural mempunyai kesamaan
dalam penghargaan HAM. Prinsip dasar yang menjadi acuan dalam pendidikan
multikultural yakni proses pendidikan ini adalah untuk merealisasikan HAM.
Kebebasan dalam Islam adalah kebebasan yang terikat oleh rasa tanggung jawab,
tidak menghalangi kebebasan orang lain, nilai-nilai agama dan moral yang dianut
masyarakat, undang-undang yang berlaku, serta kebersamaan dan keadilan serta
akal logika. Dari keterangan diatas terdapat relevansi antara pendidikan
multikultural dengan pendidikan Islam dalam hal pemberian penghargaan terhadap
HAM (Ardianto, 2007).
2.6 Cerita Bergambar
Cerita bergambar adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambargambar tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk jalinan
cerita (Ardianto, 2007). Jadi, cerita gambar merupakan cerita yang disertai dengan
gambar-gambar yang berfungsi sebagai pendukung pemahaman terhadap isi cerita
tersebut dan gambarnya untuk menarik minat anak. Cerita bergambar sangan efektif
sekali untuk menyajikan pesan-pesan yang baik bagi anak (Chen, 2009).

6 | Integrasi Nilai-Nilai Surat Al Hujurat ayat 11-13 pada Desain Cerita Bergambar La Nyala

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian telah dilaksanakan selama 1 minggu dari 26 Juli sampai dengan
2 Agustus 2015 dan bertempat di Research Command Centre MAN 3 Malang.
Suatu penelitian ilmiah selalu dimulai dengan suatu perencanaan yang seksama.
Perencanaan ini dalam bidang ilmiah manapun mengikuti suatu logika yang sama,
karena pada pokoknya suatu perencanaan merupakan serentetan petunjuk petunjuk yang disusun secara logis dan sistematis (Mely G. Tan. Dalam
Koentjaraningrat, 1997:14).
3.2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini
adalah Teknis Analisis Data. Seluruh data yang telah diperoleh oleh penulis
kemudian diseleksi dengan menganalisis keterkaitannya dengan masalah yang
dikaji terlebih dahulu. Setelah itu, data-data yang telah dianggap relevan ditelaah
lebih lanjut dan diperbandingkan antara data satu dengan yang lainnya. Kemudian
data-data tersebut dijadikan referensi yang dituangkan oleh penulis dalam karya
tulis sebagai pendukung ilmiah dari gagasan yang ditulis.
3.3. Sumber Data yang Didapat
Sumber data yang penulis peroleh untuk penulisan karya tulis al-qur'an ini,
merupakan hasil pencarian sumber literatur dari browsing di Internet yang dapat
mendukung penelitian penulis.
3.4. Jenis Penelitian
Karya Tulis Ilmiah Al-Qur'an ini disusun dengan menggunakan jenis
penulisan library research yaitu dengan melakukan pengkajian terhadap data-data
yang sesuai dengan masalah yang sedang dibahas. Permasalahan yang dibahas yaitu
mengenai keberagaman budaya di Indonesia yang sangat rawan perpecahan. Dalam
hal ini, penulis menguraikan tentang nilai yang terkandung surat Al Hujurat ayat
11-13 dan diintegrasikan pada buku cerita bergambar.

7 | Integrasi Nilai-Nilai Surat Al Hujurat ayat 11-13 pada Desain Cerita Bergambar La Nyala

BAB IV
PEMBAHASAN
4.1

Korelasi nilai-nilai surat al-hujurat ayat 11-13

dengan pendidikan

multikultural
4.1.1 Korelasi nilai-nilai surat al-hujurat ayat 11 dengan pendidikan multikultural

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan
kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula
sekumpulan perempun merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik
dari mereka. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran
yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman
dan barang siapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.”

Dari ayat diatas kata mengolok-olok (‫ ال يسخر‬yang berasal dari fi’il madhi
‫ )سخر‬yang dimaksud berdasarkan tafsir Al-Imam Abdul Fida Ismail Ibnu Katsir AdDimasyqi adalah menganggap rendah derajat orang lain, misalnya dengan
menyebut-nyebut aib atau kekurangan orang lain, meremehkannya dan
menertawakan cela-cela dan kekurangan dengan cara menyebabkan ketawa.
Kalimat ‫ تلميز‬berasal dari kata akar kata ‫ لمزن‬- ‫ لمز – يلمز‬yang berarti memberi
isyarat disertai bisik-bisik dengan maksud mencela. Dalam ayat ini Allah
menjelaskan tentang larangan melakukan ‫ لمز‬terhadap dirinya sendiri (‫) تلمز انفسكم‬,
dimana pengungkapan kalimat ‫ انفسكم‬dimaksudkan bahwa antara sesama manusia
adalah saudara dan satu kesatuan, sehingga apa yang diderita saudara kita artinya
juga diderita oleh diri kita sendiri. Oleh karena itu, bagi siapa yang mencela atau
mengejek orang lain, sesungguhnya ia telah mengejek dirinya sendiri sehingga
dapat diartikan bahwa kita tidak sebaiknya melakukan suatu tindakan yang
membuat orang lain mengejek dirinya sendiri.

8 | Integrasi Nilai-Nilai Surat Al Hujurat ayat 11-13 pada Desain Cerita Bergambar La Nyala

4.1.2

Korelasi nilai-nilai surat al-hujurat ayat 12 dengan pendidikan

multikultural

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena
sebagian dari purbasangaka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah
menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging
saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”

Sehingga dalam ayat ke-12 ini terdapat beberapa larangan, yaitu:
1. Berburuk sangka, yang ditunjukkan dalam kalimat Ijtanibu katsiiron
minaddzanni, yang berarti jauhilah kebanyakan purbasangka. Dimana kata
Ijtanibu berasal dari kata janaba yang berarti samping. Mengesampingkan
sesuatu berarti menjuhkan dari jangkauan tangan. Dari sini kata tersebut
diartikan jauhi. Penambahan huruf ta’ pada kata tersebut berfungsi penekanan
yang menjadikan kata Ijtanimbu berarti sungguh-sungguhlah. Upaya sungguhsungguh untuk menghindari prasangka buruk. Sedangkan kata Addzan adalah
bentuk masdar dari kata zanna-yazunnu yang berarti menduga, menyangka, dan
memperkirakan yang buruk. Berdasarkan hal tersebut, maka sebaiknya kita
harus dapat membiasakan diri untuk bersikap husnudzan, dimana sikap
husnudzan (berbaik sangka) memiliki cakupan yang sangat luas, yakni:
1.

Husnudzan terhadap Allah

2.

Husnudzan terhadap diri sendiri

3.

Husnudzan terhadap sesama manusia

2. Mencari-cari kesalahan orang lain, seperti yang tertera pada kalimat wa laa
tajassasu yang berarti dan janganlah kalian mencari-cari kesalahan orang lain.
Seperti yang telah kita ketahui bahwa seseorang akan selalu mengingat
perbuatan buruk kita meski itu sangat kecil, tetapi seseorang akan mudah
melupakan kebaikan seseorang yang lebih besar dari pada kesalahan yang ia
lakukan. Alangkah lebih baik jika kita lebih memperhatikan kesalahan kita

9 | Integrasi Nilai-Nilai Surat Al Hujurat ayat 11-13 pada Desain Cerita Bergambar La Nyala

sendiri daripada kesalahan orang lain, karen mencari-cari kesalahan orang lain
tentu tidak ada manfaat yang dapat kita ambil didalamya.
3. Ghibah, larangan yang disebutkan selain menjauhi kebanyakan purba-sangka
adalah menggunjing atau ghibah, yang ditunjukkan dalam kata wa laa yaghtab,
yang diambil dari kata ghiibah dan berasal darii kata ghaiba yakni tidak hadir.
Ghibah adalah menyebut orang yang tidak hadir dihadapan penyebutnya dengan
sesuatu yang tidak disenangi oleh yang bersangkutan.
Larangan dari ayat 12 ini diturunkan ketika Salman Al-Farisi yang apabila selesai
makan ia terus tidur dan mendengkur, pada waktu itu ada orang yang
mempergunjingkan perbuatannya itu. Maka turunlah ayat ini yang melarang
seseorang mengumpat, menceritakan keaiban orang lain, diriwayatkan oleh Ibnu
Mundzil yang bersumber dari Ibnu Juraij.
4.1.3 Korelasi nilai-nilai surat al-hujurat ayat 13 dengan pendidikan
multikultural

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenalmengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang
paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”

Kata syu’ub merupakan bentuk jama’ dari kata sya’b yang berarti bangsa
yang terdiri dari beberapa suku atau kabilah yang bersepakat untuk bersatu dibawah
aturan-aturan yang disepakati bersama. Dalam konteks ayat ini, Allah menjelaskan
bahwa Allah SWT. menciptakan menusia dari lelaki dan perempuan, dan
menjadikannya berbagai bangsa dan suku bangsa.
Kata syu’ub dikuatkan kemali dengan kata qobaaila, yang berarti bersukusuku. Ayat ke-13 ini telah terimplementasikan di Indonesia. Indonesia memiliki
banyak pulau, sehingga dengan banyaknya pulau di Indonesia menyebabkan
semakin banyaknya kebudayaan di Indonesia karena kebudayaan yang ada di tiap
pulaunya berbeda-beda, hal ini sesuai dengan ideologi Indonesia yaitu Bhineka
Tunggal Ika, yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu, sehingga melalui ayat ini
Allah menjelaskan bahwa Allah SWT menciptakan manusia berbangsa-bangsa dan

10 | Integrasi Nilai-Nilai Surat Al Hujurat ayat 11-13 pada Desain Cerita Bergambar La Nyala

bersuku-suku bukan untuk saling mengolok-olok atau mengejek satu sama lain,
tetapi agar timbul rasa toleransi dan menghormati diantara keanekaragaman yang
ada antar masyarakat. Diriwayatkan oleh Ibnu abi Hatim yang bersumber dari Ibnu
Abi Mulaikah, bahwa ketika Fath Al Makkah, Bilal naik ke atas Ka’bah untuk
adzan. Berkatalah beberapa orang: “Apakah pantas budak hitam ini adzan di atas
Ka’bah?” maka berkatalah yang lainnya: “Sekiranya Allah membenci orang ini,
pasti Allah akan menggantinya.” Ayat ini turun sebagai penegasan bahwa dalam
islam tidak ada diskriminasi, dan yang paling mulia adalah yanng paling bertakwa.
4.2 Integrasi Nilai-Nilai Surat Al-Hujurat ayat 11-13 pada Desain Cerita

Bergambar
4.2.1 Integrasi nilai Q.S Al Hujurat ayat 11 pada desain cergam
Cuplikan cergam:
Beberapa hari kemudian waktu presentasi tugas telah tiba, dan kelompok itu belum selesai. Tanpa
diduga siswa dari madura itu telah menyelesaikan semuanya, dan ia menawarkan kepada temannya.
“mm, gini ini aku sudah selesai semua, terserah kalian, kalian mau pakai punyaku atau enggak?”,
kata siswa Madura
“gimna?”, kata siswa Solo
“iya sudah kita pakai punya duro aja deh rek”, lanjut siswa Tuban
“eh,.. tapi kalau duro bilang ke pak kumis gimana?”, lanjut siswa Surabaya
Dalam hati siswa madura berpikir
-eh, kalau kata ibuku dulu kita enggak boleh memanggil seseorang dengan julukan yang buruk,
karena itu sudah tercantum dalam surah al-hujurat ayat 11, Ya Allah, maafkan hambamu ini..“eh duro kamu kok diem?” kata mahasiswa Tuban
“kamu mau bilangin ke pak kumis ya..” kata mahasiswa Solo
“enggak, lagi pula kita kan kelompok..” kata mahasiswa Madura
“oke duro, sip....” kata mahasiswa Surabaya

Dapat dilihat dari cuplikan cerita diatas bahwa mahasiswa dari Solo, Tuban,
dan Surabaya menyebut nama dosennya dengan sebutan “Pak Kumis” dan
memanggil nama anak Madura tersebut dengan sebutan “Duro”. Dalam surat AlHujurat ayat 11 yang mengandung nilai-nilai untuk memanggil seseorang dengan
namanya yang baik, hal itu merupakan sesuatu yang tidak baik. Orang tua telah
memberi nama dengan nama yang baik dan setiap nama yang diberikan adalah doa
bagi setiap anak yang lahir di dunia ini. Sesama manusia hal yang harus dilakukan
adalah saling toleransi dengan sesama manusia yang lainnya. Apalagi di Indonesia
yang mempunyai beragam suku, pastilah ada perbedaan dari etnik, budaya, maupun

11 | Integrasi Nilai-Nilai Surat Al Hujurat ayat 11-13 pada Desain Cerita Bergambar La Nyala

agama. Sedangkan hal yang dilakukan para mahasiswa tersebut dengan memanggil
nama dosennya dengan sebutan lain adalah perbuatan yang sangat bertentangan
dengan nilai-nilai pada Q.S Al-Hujurat ayat 11 tersebut.
4.2.2 Integrasi nilai Q.S Al-Hujurat ayat 12 pada desain cergam
Cuplikan cergam :
Keesokan harinya kejadian yang lalu terulang kembali, akhirnya seperti yang telah di duga bahwa
siswa madura itu mengerjakan semuanya tanpa sepengetahuan temannya, dan mereka
menggunakan hasil yang dikerjakan siswa madura untuk kedua kalinya.
Tanpa diduga sang dosen memberinya tugas kelompok lagi...
“Ehh, kita ojok sama anak ta’iye lagi ya..” kata siswa pasuruan secara tiba-tiba
“iya, yang sukanya mengheningkan cipta itu kan?” lanjut siswa jember
“oke wes..., apalagi itu idiiiihhh bajunya kuaaatrok..” kata siswa pandaan
“bener banget.., gleba-gleber gitu g jelas style_nya” lanjut sisa jember

Dari cuplikan cerita diatas dapat kita lihat bahwa ketiga mahasiswa yang
berasal dari Surabaya, Tuban, dan Solo membicarakan mahasiswa dari Madura
tersebut saat ia tidak berada disekitar mereka. Dalam firman Allah pada Q.S Al
Hujurat ayat 12 disebutkan bahwa kita tidak boleh membicarakan keburukan orang
lain meskipun itu benar, dengan orang lain. Karena ghibah adalah dosa yang besar,
lebih besar dari dosa berzina dengan ibu kandung sendiri. Apabila kita tidak suka
dengan perbuatan orang lain tersebut, alangkah baiknya kita intropeksi terlebih
dahulu pada diri kita dan tidak langsung membicarakan keburukan orang tersebut
di belakangnya.
4.2.3 Integrasi nilai Q.S Al Hujurat ayat 13 pada desain cergam
Nilai yang dapat kita ambil dari firman Allah pada Q.S Al Hujurat ayat 13
yaitu Allah menciptakan kita semua bermacam-macam dan berbeda-beda dalam hal
SARA khususnya. Pada cergam yang berjudul “La Nyala” disebutkan berbagai
macam asal daerah dari mahasiswa S1 dari sebuah universitas. Ada yang berasal
dari Solo, Surabaya, Tuban, Madura, Kalimantan, Nusa Tenggara, Jakarta, dan
Sulawesi. Cerita dalam cergam ini merupakan cerminan dari beragamnya daerah
serta bahasa yang ada di Indonesia. Setiap daerah mempunyai bahasa, adat, serta
suku yang khas yang tidak dimiliki bangsa yang lain. Untuk itu alangkah baiknya
kita menghargai setiap perbedaan yang ada yang telah diciptakan oleh Allah di
negeri Indonesia kita yang tercinta ini.

12 | Integrasi Nilai-Nilai Surat Al Hujurat ayat 11-13 pada Desain Cerita Bergambar La Nyala

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pendidikan multikultural berkorelasi kuat dengan nilai-nilai yang
terkandung dalam surat Al-Hujurat ayat 11-13. Nilai-nilai moral dari ayat-ayat Al
Quran tersebut diantaranya toleransi, saling menghormati, berhuznudhon, tidak
berghibah dalam hidup bermasyarakat dan tidak memandang rendah suku, agama,
bahasa, ras atau etnis tertentu. Nilai - nilai moral tersebut merupakan esensi dari
pendidikan multikultural itu sendiri.
Integrasi nilai-nilai surat Al Hujurat ayat 11-13 pada desain cergam diawali
dengan kemunculan masalah dalam kehidupan sehari-hari para tokoh yang
berhubungan dengan isu-isu SARA. Kemudian dipertengahan cerita, diberi
beberapa nasehat yang bersumber dari surat Al Quran tersebut dan diakhiri dengan
sadarnya para tokoh bahwa tidak ada superioritas dalam bermasyarakat kecuali
dalam hal ketaatan kepada Allah SWT.
5.2 Saran
Perlu dibuat suatu cergam yang berkelanjutan yang dikemas menarik dan
menghibur guna meningkatkan rasa cinta akan budaya daerah maupun budaya
nasional.

13 | Integrasi Nilai-Nilai Surat Al Hujurat ayat 11-13 pada Desain Cerita Bergambar La Nyala

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah. 2011. Al-Qur’an dan Tafsirnya hlm 409; 410; 412; 419. Jakarta. Widya
Cahaya
Agil, Said. http://eprints.walisongo.ac.id/1220/5/064311003_Bab2.pdf
Ali, H.M Daud. 1989. http://eprints.walisongo.ac.id/1220/5/064311003_Bab2.pdf
Al-Mahallli, Jalaluddin dan Jalaluddin As-Suyuti. 2006. Terjemahan Tafsir
Jalalain berikut Asbabun Nuzul hlm 849; 894; 892; 903. Bandung. Sinar
Baru Algesindo
Al-Maraghi, Ahmad Mustafa. 1993. Terjemahan Tafsir Al-Maragi hlm 212; 221;
222. Semarang. Toha
Anonim. 1972. https://www.google.com/....... bv.99261572,d.c2E
Anonim. Hakekat Karakter Bangsa. staff.uny.ac.id/.... hanum-msi-dr/hakekatkarakter-bangsa.pdf
Anonim. http://digilib.uinsuka.ac.id/7519/1/BAB%20I,%20IV,%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf
Arif. 2010. BAB 4: AKHLAK. 2 Agustus 2014. www.hkm-arif.com/akhlak.
C. Kluckhohn. 1966. Universal Categories of Culture.
Fuad, Ismail. 2009. Konsep Pendidikan Multikultural Dalam Islam. Jakarta.
Hanapiah, Pipin. 2006. Aktualisasi Pancasila Untuk persatuan Bangsa.
Tasikmalaya. http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/05/aktualisasi_pancasila_untuk_persatuan_bangsa_a
ll.pdf
Isma’il, Al Imam Abul Fida. 2012. Tafsir Ibnu Kasir hlm 322. Bandung. Sinar
Baru Algesindo
Keesing. 1966. Manusia dan Kebudayaan. https://www.google.com/url?sa=t&rct
=j&................bv.99261572,d.c2E
Khalid, Naeem. 2012. Al-Qur’an. 2 Agustus 2014. http://www.theonlyquran.com/
quran/Al-Hujurat/Indonesian_Bahasa_Indonesia.
Kohn, Hans. 1984. Nasionalisme, Arti Dan Sejarahnya. Sumantri Mertodipuro
(penerjemah). Jakarta:Erlangga. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files
/pengabdian/farida-hanum-msi-dr/hakekat-karakter-bangsa.pdf. Jerman
Rachmat S. 2008. Pembelajaran Sejarah dalam Pengembangan Jati Diri Bangsa.
Medan. http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/12/pancasila
_sebagai_pemersatu_bangsa.pdf
Rahmah, Fatihatur. 2012. Gambaran Umum Toleransi Beragama di Indonesia.
http://eprints.walisongo.ac.id/1220/5/064311003_Bab2.pdf
Shihab, M.Quraish. 2002. Tafsir Al-Misbah hlm 215; 252; 253; 256. Jakarta.
Lentera Hati

14 | Integrasi Nilai-Nilai Surat Al Hujurat ayat 11-13 pada Desain Cerita Bergambar La Nyala

LAMPIRAN
Lampiran Desain Cerita Bergambar Part 1 dan Part 2

15 | Integrasi Nilai-Nilai Surat Al Hujurat ayat 11-13 pada Desain Cerita Bergambar La Nyala

Lampiran Cerita Bergambar Part 3 dan Part 4

16 | Integrasi Nilai-Nilai Surat Al Hujurat ayat 11-13 pada Desain Cerita Bergambar La Nyala