Makalah Pendidikan Olahraga Penyalahguna Dan

MAKALAH
PENDIDIKAN OLAHRAGA
“ PENYALAHGUNAAN NARKOBA”

OLEH :
ARIANSYAH PUTRA
201410370311194
1E

FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena rahmat dan karuniaNyalah saya dapat menyelsaikan Makalah Pendidikan Olahraga ini dengan judul
“Penyalahgunaan Narkoba”. Tak lupa pula saya berterima kasih kepada semuanya yang
memberikan saran dan masukan untuk memperbaiki kekurangan – kekurangan yang terdapat
dalam Makalah ini.
Sekarang seperti yang kita ketahui, narkoba bukan hanya musuh satu atau dua orang saja,
melainkan sudah menyadi penyakit sosial. Penggunaan narkoba adalah tindak pidana

kriminal, yang berarti bahwa pengguna yang menggunkan narkoba akan terkena tuntutan
hukum.
Pedagang narkoba adalah orang – orang jahat Yang cerdik dan pandai. Mereka
memanfaatkan ketidaktahuan masyarakat. Mereka tidak menawarkabn narkoba sebagai
narkoba, melainkan sebagai pil sehat, food suplement, dan lain – lain. Akibatnya, orang
yang menyatakan antinarkoba itu tertipu, kemudian tanpa sadar malah mengonsumsi
narkoba.

Malang, 04 Januari 2015

Ariansyah Putra

DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. SEJARAH
B. NARKOBA DI INDONESIA
C. JENIS – JENIS NARKOBA

D. CIRI – CIRI PENGGUNA NARKOBA
E. SEBAB SESORANG MENGGUNAKAN NARKOBA
F. AKIBAT PENYALAHGUNAAN NARKOBA
G. DAMPAK PENYALAHGUNAAN NARKOBA
H. REMAJA DAN NARKOBA
I. UPAYA PENANGGULANGAN PENGGUNA NARKOBA
J. HAMBATAN PENANGGULANGAN PENGGUNA NARKOBA
BAB III PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Narkoba sering mendengar tapi tak tau apa itu narkoba. Menurut Wikipedia Bahasa
Indonesia, Narkoba adalah singkatan dari “Narkotika dan Obat – Obatan Terlarang”. Selain
“narkoba” istilah lain yang diperkenalkan khususnyan Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia adalah “Napza” yang merupakan singkatan dari “Narkotika, Psikotropika, dan Zat
Adiktif”. Semua istilah baik “Narkoba ” maupun “Napza”, megacu pada kelompok senyawa
yang memiliki resiko kecanduan bagi penggunanya.
Kepanjangan narkoba yang populer namun keliru adalah “narkotika dan obat berbahaya”.

Yang benar narkoba adalah singkatan dari “narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif
lainnya. Denga pertolongan dokter, banyak jenis natkoba yang besar manfaatnya untuk
kesembuhan dan keselamatan manusia. Masalahnya, apabila narkoba itu disalahgunakan,
bukan manfaat yang didapat, melainkan malapetaka. Jadi, yang harus diperangi adalah
penyalahgunaannya, bukan narkobanya.
Menurut Helen Nowlis, seorang penulis dan psikolog (1980) mengatakan bahwa dalam
memahami masalah narkotika, ada tiga elemen penting yang harus mendapat perhatian,
elemen yang satu tidak dapat terpisah dari yang lain. Elemen – elemen tersebut adalah : a)
zat itu sendiri, b) individu, c) masyarakat atau konteks sosial – kultural tempat prilaku
penyalahgunaan narkotika atau obat terjadi.
B. TUJUAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini untuk melengkapai tugas Ujian Akhir Semester Ganjil.

BAB II
PEMBAHASAN
A. SEJARAH
Kurang lebih 2000 Tahun SM di Samaria dikenal sari bunga Opium atau kemudian dikenal
sebagai Opium (Candu). Bunga ini tumbuh subur di daerah dataran tinggi di atas ketinggian
500 meter dari permukaan laut. Penyebarab selanjutnya adalah ke arah India, China, dan
wilayah – wilayah Asia lainnya.

China kemudian menjadi tempat yang sangat subur dalam penyebaran candu ini. Memasuki
abad ke XVII masalah candu di China telah menjadi masalah nasional, bahkan pada abad ke
XIX telah terjadi perang candu dimana akhirnya China di taklukkan Inggris dengan harus
merelakan Hong Kong.
Tahun 1806 seorang dokter dari Westphalia bernama Frederich Wilhelim Sertuner
menemukan modifikasi candu yang dicampur amoniak yang kemudian dikenal dengan
Morphin. Tahn 1856 waktu perang saudara di Amerika Serikat morphin ini sangat populer
dipergunakan untuk penghilang rasa sakit. Tahun 60 an – 70 an pusa t penyebaran candu di
dunia berada di daerah “Golden Triangel” yaitu Myanmar, Thailand dan Laos. Dengan
produksi 700 ribu ton setiap tahun. Dan juga pada daerah “Golden Crescent” yaitu Pakistan,
Iran, dan Afganistan. Selain Morphin dan Candu ada lagi jenis lain yaitu Kokain berasal dari
tumbuhan Coca yang tumbuh di Peru dan Bolivia
B. NARKOBA DI INDONESIA
Penggunaan obat – obatan jenis Opium sudah lama dikenal di Indonesia, jauh sebelum
Perang Dunia ke-2 pada zaman penjajahan Belanda. Pada umumnya para pemakai candu
tersebut adalah orang – orang China. Pemerintah Belanda memberikan izin pada tempat –
tempat tertentu untuk menghisap Candu dan pengadaan secara legal. Orang – orang China
pada waktu itu menggunakan candu dngan cara tradisional, yaitu dengan cara menghisap
melalui pipa panjang. Hal ini berlaku sampai tibanya Pemerintah Jepang di Indonesia. Ganja
banyak tumbuh di Aceh dan Sumatra, dan telah sejak lama banyak digunakan oleh oleh

penduduk sebagai bahan ramuan dan makanan sehari – hari.
Setelah kemerdekaan, Pemerintah Republik Indonesia membuat perundang – undangan yang
menyangkut produksi, penggunaan, dan distribusi dari obat – obatan berbahaya, dimana
wewenang diberikan kepada Menteri Kesehatan untuk pengaturannya. Pada tahun 1960-an
akhir, bersamann dengan suatu gerakan kebudayaan kaum muda diseluruh dunia, narkotika
hadir ditengah – tengah masyarakat Indonesia. Baru pada Tahun 1970, masalah obat –
obatan berbahaya jenis narkotika menjadi masalah besar dan sifatnya nasional. Pada waktu

Perang Vietnam sedang mencapai puncaknya pada tahun 1970-an, hampir di semua negeri
terutama Amerika Serikat penyalahgunaan narkoba meningkat dan sebagian besar
korbannya adalah anak – anak muda, nampaknya gejala itu berpengaruh di Indonesia juga.
Menyadari hal tersebut maka Presiden mengeluarkan Instruksi No. 6 Tahun 1971 dengan
membentuk badan koordinasi pelaksana, yang dikenal dengan nama BAKOLAK INPRES
9/71, yaitu badan yang mengkoordinasikan semua kegiatan penanggulangan terhadap
berbagai bentuk yang dpat mengancam keamanan negara.
Kemajuan teknologi dengan cepat menyebabkan UU Narkotika warisan belanda sudah tidak
digunkan lagi. Maka Pemerintah mengeluarkan UU No 9 tahun 1976 Tentang Narkotika.
Dengan semakin merebaknya kasus penyalahgunaan narkoba di Indonesia, maka UU AntiNarkoba mulai direvisi. Sehingga disusunlah UU Anti-Narkoba No 22 Tahun 1997,
menyusul dibuatnya UU Psikotropika No 5 Tahun 1997. Dalam UU tersebut mulai diatur
pasal – pasal pidana terhadap pelaku kejahatan narkotika, dengan pemberian sanksi terberat

berupa hukuman mati.
Langkah pencegahan dan penanganan digunakannya narkoba secara ilegal perlu dilakukan
secara terfokus. Unsur – unsur demografis perlu dicermati guna mendapatkan data tentang
siapa yang temasukdalam kelompok terbesar para pengguna ilegal narkoba. Penyalahgunaan
narkoba pada tingkat internasional ternyata juga berlangsung di Indonesia. Data BNN
tentang Kasus Tindak Pidana di Indonesia untuk periode 2001 sampai 2005 menunjukkan
fenomena serupa. Berdasarkan jumlah kasus yaitu :
No

Kasus

Tahun

Total

2001

2002

2003


2004

2005

Rata – rata
pertahun

1

Narkotika

1.907

2.040

3.929

3.874


8.171

19.921

3.948

2

Psikotropika

1.648

1.632

2.590

3.887

6.733


16.490

3.298

3

Bahan adiktif

62

79

621

648

1.348

7.785


552

Jumlah

3.617

3.751

7.140

8.049

16.252

39.169

7.834

3,7


90,3

17,8

93,3

-

51,3

Persentase

-

Kenaikan
C. JENIS – JENIS NARKOBA
1. Narkotika
Menurut UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika dalam Pasal 1 ayat 1 berbunyi
“Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik
sintesis maupun semisintesis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, kehilangan rasa, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan

kedalam golongan – golongan sebagaimana terlampir dalam Undang – Undang ini”.
Adapun beberapa macam narkotika :
a. Menurut UU No 22 Tahun 1997
a) Golongan I
Merupakan narkotika paling berbahaya. Daya adiktifnya sangat
tinggi. Golongan ini tidak boleh digunakan untuk kepentingan
apapun, kecuali untuk penelitian dan ilmu pengetahuan. Contoh :
ganja, heroin, kokain, morfin.
b) Golongan II
Golongan ini memiliki daya adiktif yang kuat, tetapi bermanfaat
untuk pengobatan dan dan penelitian. Contoh : peditin dan
turunannya, benzitidin, betametadol, dan lain – lain.
c) Golongan III
Narkotika yang memiliki daya adiktif ringan, tetapi bermanfaat untuk
pengobatan dan penelitian. Contoh : kodein dan turunannya.
b. Menurut cara pembuatannnya
a) Narkotika alami
Adalah narkotika yang zat adiktifnya diambil dari tumbuh –
tumbuhan. Contoh : ganja, hasis, koka, dan opium.
b) Narkotika semisintesis
Narkotika alami yang diolah dan diambil zat aktifnya agar memiliki
khasiatyang lebih kuat sehingga dimanfaatkan untuk kepentingan
kedokteran. Contoh : morfin, kodein, heroin, kokain, dan lain –lain.
c) Narkotika sintesis
Atau narkotika palsu yang dibuat dari bahan kimia. Contoh : pediti,
methadon, naltrexon.
2. Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat bukan narkotika, baik alamiah maupun sintesis,
yang memiliki khasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat
yang menyebabkan perubahan khas pada individu.
a. Menurut UU No 5 Tahun 1997
a) Golongan I
Dengan bahan adiktif yang sangat kuat, belum diketahui manfaatnya
untuk pengobatan, dan sedang diteliti khasiatnya. Contoh : ekstasi,
LSD, dan STP

b) Golongan II
Adalah psikotropika dengan daya adiktif kuat serta berguna untuk
pengobatan dan penelitian. Contoh : amfetamin, metamfetamin,
metakuol, dan sebagainya.
c) Golongan III
Psikotropika dengan daya adiktif sedang serta berguna untuk
pengobatan dan penelitian. Contoh : lumibal, buprenorsina,
fleenitrazepam, dan sebagainya.
d) Golongan IV
Merupakan psikotropika yang memiliki daya adiktif ringan serta
berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : nitrazepam (BK,
mogadon, dumolid), diazepam.
b. Menurut Ilmu Farmasi
a) Kelompok depresan/penenang
Contoh : valium, BK, rohipnol, mogadon, dan ain – lain.
b) Kelompok stimulan/antitidur
Contoh : amfetamin, ekstasi, dan shabu.
c) Kelompok halusinogen
Adalah obat, zat, tanaman, makanan, atau minuman yang dapt
menimbulkan

khayalan.

Contoh

:

LSD

(Lysergic

Acid

Diethyltamide), getah tanaman, kecubung, jamur tertentu, dan ganja
3. Bahan Adiktif lainnya
Bahan Adiktif lainnya adalah zat – zat selain narkotika dan Psikotropika yang dapat
menimbulkan ketergantungan. Contohnya :
a. Rokok
b. Minuman

Beralkohol

dan

minuman

lain

yang

memabukkan

dan

menimbulkan ketagihan.
c. Thinner dan zat-zat lainnya, seperti lem kayu, bensin, penghapus cair, aseton,
cat, yang bila dihisap, dihirup, dan dicium, dapat memabukkan.
Jadi, Alkohol, rokok, serta zat –zat lainnya yang memabukkan dan menimbulkan
ketagihan juga tergolong narkoba.
D. CIRI – CIRI PENGGUNA NARKOBA
Tiap jenis narkoba mempunyai sifat yang berbeda. Oleh karena itu, dampaknya terhadap
pemakai juga berbeda – beda. Namun, pemakai umumnya lama – kelamaan mengonsumsi
semua jenis narkoba, atau sekurang – kurangnya 3 macam. Karenanya ciri – ciri pemakai

narkoba dapat dikenali secara umum. Secara umum, pengguna narkoba terdiri dari 4 tahap
yaitu :
1. Tahap awal : Coba – coba
Mulanya hanya ingin mencoba, kemudian terjebak oleh 3 sifat jahat narkoba, ia
kemudian mau lagi dan lagi. Sangat sulit untuk mengenali gejala awal pemakai
narkoba. Gejala tersebut hanya diketahui oleh orang terdekatnya saja. Gejala tersebut
antara lain :
a. Gejala psikologis
Terjadi perubahan pada sikap anak. Orang tua yang peka dapat merasakan
adanya sedikit perubahan prilaku pada anak, yaitu timbulnya rasa takut dan
malu yang disebabkan adanya perasaan bersalah dan berdosa.
b. Pada fisik
Perubahan tidak tampak pada tubuh anak. Tanda – tanda perubahan pada
tubuh sebagai dampak pemakaian narkoba belum terlihat. Bila sedang
memakai psikotropika stimulan, ekstasi, dan shabu, ia tampak riang, gembira,
hiperaktif, murah senyum, dan ramah. Bila ia sedang memakai narkoba jenis
putaw, ia tampak tenang, tentram, tidak perduli terhadap orang lain. Bila ia
tidak memakai narukoba maka ia tidak menunjukkan gejala apa – apa.
2. Tahap kedua : Pemula
Setelah tahap coba – coba, lalu meningkat menjadi terbiasa. Ia mulai memakai
narkoba karena sudah merasakan kenikmatannya. Pada saat – saat yang dianggapnya
perlu, misalnya kalau hendak pergi ke pesta, pemakaian menjadi lebih sering, pada
tahap ini muncul gejala sebagai berikut :
a. Gejala psikologis
Sikap anak menjadimlebih tertutup. Banyak hal yang tadinya terbuka kini
menjadi rahasia. Jiwa resah, gelisah, kurang tenang, dan lebih sensitif.
b. Pada fisik
Tidak tampak perubahan yang nyata. Gejala pemakaian berbeda – beda
sesuai dengan jenis narkoba yang dipakai. Bila ketika memakai ia lebih
lincah, lebih riang, lebih percaya diri, berarti ia memakai psikotropika
stimulan, shabu, dan ekstasi. Untuk mengelabui orang tua atau teman, kadang
– kadang ia menutupi kekurangannya dengan rajin berolahraga dan makan,
sehingga ia tampak sehat dan enijik seperti orang normal biasanya.
3. Tahap ketiga : Tahap berkala

Selain merasa nikmat, ia juga muali merasakan sakaw atau terlambat atau berhenti
mengonsumsi narkoba. Pemakai berkala biasanya adalah mahasiswa, pelajar, artis,
pejabat, dan lain – lain.
a. Ciri mental
Sulit bergaul dengan teman baru, pribadinya menjadi lebih tertutup, lebih
sensitif, dan mudah tersinggung. Ia sering terbangun siang, agak malas, dan
mulai gemar berbohong. Kalau sedang memakai narkoba, penampilannya
riang, atau senang. Kalau tidak memakai narkoba, sikap dan penampilannya
murung, gelisah, dan kurang percaya diri.
b. Ciri fisik
Terjadi gejala sebaliknya dari tahap 1 dan 2. Bila sedang memakai, ia tampak
normal, tidak tampak tanda – tanda yang jelas. Bila ia sedang tidak memakai
ia malah tampak murung, kurang percaya diri, dan malas.
4. Tahap keempat : Tahap tetap
Setelah menjadi pemakai narkoba secara berkala, pemakai narkoba akan dituntut
oleh tubuhnya sendiri untuk semakin memakai narkoba dengan dosis yang semakin
tinggi pula. Orang ini kehilangan perasaan malu. Ia mau dan dapat berbuat apa saja
demi mendapatkan narkoba.
a. Tanda – tanda psikis
Sulit bergaul dengan teman baru, ekslusif, tertutup, sensitif, mudah
tersinggung, egois, mau menang sendiri, malas, sering bangun siang,

lebih

suka hidup dimalam hari. Ia pandai menipu, gemar berbohong, sering
mencuri atau merampas.
b. Tanda – tanda fisik
Biasanya kurus dan lemah, mata sayu, gemar memakai kacamata hitam, gigi
kropos. Biasanya kulit agak kotor karena malas mandi, tanda bekas sayatan
atau tusukan jarum suntik sering tampak di lengan, dada, kaki, lidah, atau
kemaluan.
E. SEBAB SESEORANG MENGGUNAKAN NARKOBA
Kebanyakan orang menggunakan, bahkan mencandu narkoba karena adanya sensasi
psikologis berupa perasaan menyenangkan yang muncul setelahnya. Permasalahannya lagi –
lagi, narkoba sama sekali tidak perduli pada tujuan individu mengonsumsinya. Setelah efek
narkoba hilang, individu tersadar bahwa ia kini ternyata berada dalam situasi yang lebih
buruk daripada waktu sebelumnya. Berikut ini adalah sejumlah alasan yang lazim digunkan
oleh para pengguna narkoba :

1. Individu menggunakan narkoba karena ingin masuk ke tengah kelompok
Manusia adalah mahluk sosial, pada diri individu terdapat dorongan untuk
berinteraksi dengan individu lainnya. Persoalannya, tidak setiap individu memiliki
kesiapan terutama psikologis untuk menjalin hubungan tersebut. Ada perasaan tidak
aman, tidak percaya diri, dan lain – lain. Kondisi semakin memburuk karena
individu tidk menemukan individu lain sebagai motivator. Pada akhirnya, ia
melarikan diri ke narkoba. Efek dari narkoba membantu individu secara semu untuk
meruntuhkan hambatan psikologis yang dirasakannya.
Tatkala individu tadi merasakan bahwa ‘berkat’ narkoba dapat dengan lebih santai
berinteraksi dengan sesama, ia semakin kehilangan kepecayaan diri bahwa
sesungguhnya ia dapat melakukan hal tersebut tanpa harus bergantung pada narkoba.
Pada saat itulah ia mengalami pengerdilan diri.
2. Individu menggunakan narkoba karena ingin bereksperimen
Salah satu kecenderungan manusia adalah mencoba hal – baru, termasuk melakukan
hal – hal berisiko. Salah satu alasan utama orang – orang mulai bersentuhan dengan
narkoba adalah karena mereka ingin tahu. Ada yang langsung berhenti dan bertekad
tidak menggunakan lagi, ada pula yang memperleh pengalaman positif sehingga ia
mencoba lagi.
3. Individu menggunakan narkoba karena melarikan diri dari kompleksitas hidup
sekaligus menjalani hidup secara lebih tenang
Secara psikologi ketika berhadapan dengan masalah, individu akan melakukan
langkah pencegahan masalah yang terfokus pada dinamika psikis yang mereka
alami, disamping masalah itu sendiri. Konkretnya, menenangkan diri menjadi syarat
bagi individu agar dapat menjernihkan pikiran dalam rangka mencari aternatif terjadi
pemecahan masalah. Namun, tidak semuanya orang dapat serta merta mengandalkan
diri sendiri untuk memperoleh ketenangan batiniah yang konduksif bagi tahap
resolusi problem selanjutnya. Dalam kondisi seperti itulah, individu berkenalan
dengan narkoba dengan pertimbangan zat – zata adiktif tersebut dapat membantunya.
4. Individu menggunakan narkoba karena ingin memasukkan dirinya ke dalam kategori
‘dewasa’
Inilah dalih terganjil yang dikemukakan oleh pengguna narkoba. Individu usia belia
ingin mendapatkan perlakuan layaknyaindividu dewasa. Tapi, disinilah letak
kejanggalannya, mengapa kategori usia dewasa diasosiasikan dengan mengonsumsi
narkoba? Apakah kedewasaan indentik dengan menjadi pengonsumsi narkoba?

Apakah usia dewasa adalah tahapan ketika individu diperbolehkan menggunakan
narkoba? Dan jawabannya atas semua pertanyaan tersebut tentus aja tidak.
5. Individu menggunakan narkoba karena merasa bosan
Minuman bersoda tidaklagi mendatangkan sensasi menyenangkan. Menyibukkan diri
dalam kehidupan malam juga sudah kehilangan gregetnya. Agar endorphin dan
adrenalin tetapi mengalir kencang, agar dapat tetap aktif, agarhidup tetap semarak,
sebagian individu membutuhkan suplemen guna meledakkan kegembiraan mereka.
Bukan main – main narkoba dijadikan pilihan.
6. Individu menggunakan narkoba karena wujud dari pemberontakan
Terdorong oleh hasrat untuk mengekspresikan diri sebagai individu mandiri,
sekelompok individu menggunakan narkoba, sebagai bahasa isyarat bahwa mereka
kini mampu melakukan hal yang mereka mau tanpa harus mendapatkan lampu hijau
dari pihak lain. Ironisnya, ketergantungan pada narkoba justru akan melumpuhkan
kemampuan individu tersebut.
F. AKIBAT PENYALAHGUNAAN NARKOBA
Akibat penyalahgunaan narkoba dibedakan atas 3 kelompok, yaitu penyakit langsung karena
narkoba, penyakit infeksi karena pemakaian narkoba, dan penyakit sebagai akibat tidak
langsung dari pemakaian narkoba
1. Penyakit langsung karena narkoba
Penyakit ini sebagai akibat dari kerusakan organ – organ dalam tubuh karena sel –
selnya telah dirusak oleh narkoba.
a. Kerusakan pada otak
b. Kerusakan pada hati
c. Kerusakan pada jantung
d. Kerusakan pada ginjal
e. Kerusakan pada organ – organ penting lainnya
2. Penyakit infeksi karena pemakaian narkoba
a. HIV/AIDS
b. Hepatitis
c. Sefilis
3. Penyakit sebagai akibat tidak langsung
Kondisi fisik yang memburuk dan kehilangan kamampuan untuk menangkal
penyakit, pemakai narkoba akan mudah terkena penyakit. Ia sering jatuh sakit dan
meninggal dunia.
G. DAMPAK PENYALAHGUNAAN NARKOBA

Orang mengonsumsi narkoba baik dalam rangka memuaskan, kebutuhan, maupun
menjalankan fungsi tertentu.

Suatu jenis obat mungkin dapat memenuhi hasrat atau

kebutuhan orang tersebut melalui efek yanng ditimbulkanya. Tetapi akan berdampak besar
nantinya jika terus menerus dikonsumsi.
1. Dampak terhadap diri sendiri
Seorang pengguna narkoba tidak hanya mengalami kerusakan organ tubuh dan
menjadi sakit sebagai akibat langsung dari

adanya narkoba dalam darah, misalnya

kerusakan paru – paru, ginjal, hati, otak, jantung, usus dan organ tubuh lainnya.
2. Dampak terhadap keluarga dan masyarakat
Pengguna narkoba tidak hanya mengalami kerusakan fisik karena kerusakan fungsi
organ, tetapi juga karena datangnya penyakit menular. Selain itu kerusakan yang
tidak kalah bahayanya adalah gangguan psikologis serta kerusakan mental dan
moral.
a. Masalah psikologi
Bila seorang anggota keluarga terkena narkoba, berbagai masalah pun
muncul dalam keluarga itu. Mula – mula yang timbul adalah masalah
psikologis, yaitu gangguan keharmonisan rumah tangga karena munculnya
rasa malu dari ayah, ibu, saudara – saudaranya kepada tetangga dan
masyarakat.
b. Masalah ekonomi atau keuangan
Masalah selanyutnya yang ditimbulkan oleh pengguna narkoba adalah
masalah ekonomi, karena banyaknya uang yang terbuang untuk berobat
dalam jangka waktu yang lama.
c. Masalah kekerasan dan kriminalitas
Setelah masalah ekonomi dapat meningkat lagi menjadi kekerasan dalam
rumah tangga (KDRT): perkelahian, pemaksaan, panganiayaan, bahkan
sampai terjadi pembunuhan. Kejahatan tadi kemudian menyebar ke tetangga,
lalu ke masyarakat luas. Bahaya – bahaya lain yang lebih luas dan berbahaya,
seperti kriminalitas, prostitusi, korupsi, kolusi, nepotisme, dan masalah –
masalah lainnya yang tidak kalah pelik.
Bila telah terjadi kerusakan dalam tatanan kehidupan ini meluas keseluruh pelosok negeri,
maka pembangunan akan terhambat atau bahkan terhenti, kemiskinan makin merajalela,
kekacauan merata, dan kejahatan ada dimana – mana.
H. REMAJA DAN NARKOBA

Terdapat sejumlah parameter kelompok usia muda. Pada tahun 1985, Majelis Umum
Perserikatan Bangsa – Bangsa (PBB) mendefenisikan ‘pemuda’ (Youth) sebagai individu
yang berada pada usia 15 – 24 tahun. Sedangkan menurut World Health Organizations
(WHO) membuat batasan usia 10 – 24 tahun untuk Young People dan 10 – 19 tahun disebut
Adolesence. Di Kanada, usia 13 -19 tahun disebut remaja, sedangkan 20 – 24 tahun
tergolong dewasa muda.
Sebagai pembanding, sejumlah negara memmiliki batasan usia untuk kategori pemuda.
Australia (15 - 25), Bahama (15 -25), Bangladesh (15 – 25), Bermuda (13 -24), Bostwana
(12 -29), Inggris (14 – 19), Brunei Darussalam (15 – 25), Kanada (15 -24), Siprus (14 – 30),
Guyana (16 - 25), Hong Kong (16 – 24), Jamaika (16 – 30), Malta (18 – 30), Selandia Baru
(15 -24), Nigeria (16 - 30), Singapura (15 - 30), Tanzania (16 -30), dan Zambia (15 – 35).
Berdasarkan estimasi PBB, pada tahun 2005 terdapat satu miliar pemuda. Ini sama dengan
18 % dari total populasi dunia. Kategori pemuda tinggal dinegara – negara berkembang,
sekitar 654 juta (61,5 %) diantaranya berda di Asia.
Di Indonesia, berdasarkan estimasi Biro Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2007 akan terjadi
pertumbuhan jumlah pemuda dengan rincian kelompok usia 15 – 19 tahun (21.318.900), 20
– 24 tahun (20.999.700), 25 -29 tahun (20.336.200). Tidak dapat dipungkiri bahwa dengan
semakin tingginya pertumbuhan penduduk akan semakin meningkatnya angka penggunaan
narkoba.
I. UPAYA PENANGGULANGAN PENGGUNA NARKOBA
Menurut United Nations Office on Drugs and Crime – UNODC (2002) menetapkan,
keberhasilan penanganan terhadap kasus penyalahgunaan narkobaditentukan oleh tiga
pencapaian. Pertama, berhenti atau berkurang penyalahgunaan obat – obatan dan alkohol;
Kedua, meningkatnya kesehatan dan keberfungsian individu; Ketiga, menurunnya ancaman
terhadap kesehatan dan keselamatan masyarakat, termasuk dari ancaman mewabahnya
penyakit – penyakit yang disebabkan oleh gaya hidup manusia yang identik dengan
penyalahgunaan narkoba.
Ada 5 bentuk penanggulangan masalah narkoba, yaitu :
1. Promotif
Disebut juga program pembinaan, program ini ditujukan kepada masyarakat yang
belum memakai narkoba, atau bahkan belum mengenal narkoba. Pelaku program
promotif yang paling tepat adalah lembaga – lembaga kemasyrakatan yang
difasilitasi dan diawasi oleh pemerintah.
2. Preventif

Disebut juga program pencegahan, program ini ditujukan kepada masyarakat sehat
yang belum mengenal narkoba agar mengetahui seluk beluk narkoba sehingga tidak
tertarik untuk menyalahgunakannya. Selain instansi pemerintah, program ini juga
sangat efektif jika dibantu oleh instansi dan institusi lain, termasuk lembaga
profesional terkait, lembaga swadaya masyarakat, perkumpulan, ormas, dan lain –
lain. Bentuk kegiatannya :
a. Kampanye anti penyalahgunaan narkoba
b. Penyuluhan seluk beluk narkoba
c. Pendidikan dan pelatihan kelompok sebaya
d. Upaya mengawasi dan mengendalikan produksi dan distribusi narkoba di
masyarakat
3. Kuratif
Disebut juga program penngobatan, program ini ditujukan kepada pemakai narkoba.
Tujuannya ialah mengobati ketergantungan dan menyembuhkan penyakit sebagai
akibat dari pemakaian narkoba, sekaligus menghentikan pemakian narkoba. Tidak
sembarangan orang boleh mengobati narkoba. Pengobatannya harus dilakukan oleh
dokter yang mempelajari narkoba secara khusus. Kunci sukses pengobatan narkoba
adalah kerja sama yang baik antara dokter, keluarga, dan penderita. Bentuk kegiatan
adalah pengobatan penderita, meliputi :
a. Penghentian pemakaian narkoba
b. Pengobatan gangguan kesehatan akibat penghentia pemakian narkoba
c. Pengobatan terhadap kerusakan organ tubuh karena akibat narkoba
d. Pengobatan penyakit lain yang masuk bersama narkoba seperti HIV/AIDS,
hepatitis B/C, sefilis, pneumonia, dan lain – lain.
Pengobatan terhadap pemakai tidak sederhana, tetapi sangat kompleks dan berbiaya
mahal. Selain itu, kesembuhannya pun merupakan tanda tanya besar. Keberhasilan
penghentian penyalahgunaan narkoba tergantung pada :
a. Jenis narkoba yang dipakai.
b. Kurun waktu penyalahgunaan.
c. Besar dosis narkoba yang disalahgunakan.
d. Sikap atau kesadaran penderita.
e. Sikap keluarga penderita.
f. Hubungan penderita dengan sindikat pengedar.

Tidak semua penyalahgunaan narkoba berhasil dihentikan. Pemakaian narkoba
tertentu dapat dihentikan. Namun, penyembuhan penyakit HIV/AIDS, hepatitis B/C,
tidak mungkin.
4. Rehabilitatif
Rehalitasi adalah pemulihan kesehatan jiwa dan raga yang ditujukan kepada pemakai
narkoba yang sudah menjalani program kuratif. Tujuannya agar ia tidak memakai
lagi dan bebas dari penyakit ikutan yang disebabkan oleh bekas pemakaian narkoba,
seperti :
a. Kerusakan fisik (syaraf, otak, darah, jantung, paru – paru, ginjal, hati, dan
lain – lain).
b. Kerusakan mental, perubahan karakter ke arah negatif, asosial.
c. Penyakit ikutan (HIV/AIDS, hepatitis, sifilis, dan lain - lain).
Itulah sebabnya mengapa pengobatan narkoba tanpa upaya pemulihan tidak
bermanfaat. Menurut penelitian di Jakarta, 70% pemakai narkoba yang
menggunakan jarum suntik telah tertular HIV/AIDS. Sangat banyak pula mantan
pemakai yang terkena hepatitis B dan C. Ada berbagai cara pemulihan. Namun,
keberhasilan upaya ini sangat tergantung pada :
a. Profesionalisme lembaga rehabilitasi (SDM, sarana, prasarana) yang
memadai.
b. Kesadaran dan kesungguhan penderita.
c. Dukungan atau kerja sama antara penderita, lembaga, dan keluarga penderita.
Masalah paling mendasar dan sulit dalam penanganan narkoba adalah mencegah
datangnya kambuh setelah penderita selesai menjalani pengobatan. Satu – satunya
cara yang dianggap efektif untuk mencegah datangnya kambuh saat ini adalah
dengan rehabilitasi fisik dan mental. Untuk pemakai psikotropika, rehabilitasinya
sering berhasil dengan baik. Pemakai morfin cukup banyak yang sembuh. Sedangkan
pengguna heroin jarang yang berhasil sembuh, sebagian gagal total.
5. Refresif
Program refresif adalah program penindakan terhadap produsen, bandar, pengedar,
dan pemakai berdasarkan hukum. Program ini merupakan program instansi
pemerintah yang berkewajiban mengawasi dan mengendalikan produksi maupun
distribusi semua zat yang termasuk narkoba. Instansi yang bertanggung jawab
terhadap distribusi, produksi, penyimpanan dan penyalahgunaan narkoba adalah :
a. Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).
b. Kementerian Kesehatan.

c. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
d. Direktorat Jenderal Imigrasi.
e. Kepolisian Republik Indonesia.
f. Kejaksaan Agung/Kejaksaan Tinggi/Kejaksaan Negeri.
g. Mahkamah Agung/Pengadilan Tinggi/Pengadilan Negeri.
J. HAMBATAN PENANGGULANGAN PENGGUNA NARKOBA
Meskipun peran psikologi diakui sangat krusial bagi proses penyembuhan para
penyalahgunaan narkoba, menurut Washton dan Zweben (2006), tiga permasalah mendasar
terkait penanganan para pencandu narkoba adalah, pertama, para praktisi psikologi secara
mendasar menunjukkan keenganan mereka untuk berkecimpung dibidang ini. Penyebabnya
adalah karena para profesional psikologi pada umumnya tidak memiliki pelatihan yang
memadai untuk itu.
Kedua, adanya keyakinan bahwa gangguan adiksi paling tepat apabila ditangani melalui
program treatment yang secara khusus didesain untuk hal tersebut. Akibatnya, walaupun
hubungan baik antara terapis dan klien sudah terbangunpositif, tidak jarang para profesional
psikologi masih tetap merekomendasikan klien tersebut untuk mengikuti program lain yang
khusus disusun sesuain gangguan kecanduan.
Ketiga, ‘penolakan’ psikolog terhadap para pecandu narkoba juga didasarkan pada asumsi
bahwa individu – individu yang mengalami narkoba memiliki sejumlah ketergantungan
narkoba memiliki sejumlah karakter yang dipastikan buruk. Mereka diyakini sebagai
manusia yang implusif, tidak bisa dipercaya, menunjukkan resistensi, terhadap proses
treatment, tidak termotivasi untuk sembuh, tidak tanggap terhadap intervensi psikologis dan
sebagainya.

BAB III
PENUTUP
Narkoba adalah singkatan dari “narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya. Denga
pertolongan dokter, banyak jenis natkoba yang besar manfaatnya untuk kesembuhan dan
keselamatan manusia. Masalahnya, apabila narkoba itu disalahgunakan, bukan manfaat yang
didapat, melainkan malapetaka. Jadi, yang harus diperangi adalah penyalahgunaannya,
bukan narkobanya. Oleh karena itu kita sebagai generasi mudah harus menghindari
penyalahgunaan narkoba, karena dapat merusak diri sendiri dan merusak tatanan sosial.

DAFTAR PUSTAKA
Partodiharjo, dr. Subagyo, 2007,

Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaanya, Penerbit

Erlangga, Jakarta.
Amriel, Reza Indragiri, 2008, Psikologi Kaum Muda : Narkoba, Penerbit Salemba Humanika,
Jakarta.
Yatim, Danny I., Irwanto (Penyunting), 1989, Kepribadian, Keluarga, dan Narkotika: Tinjauan
Sosial-Psikologi, Penerbit Arcan, Jakarta.
Narkoba Wikipedia Bahasa Indonesia. (2014) [Online]. Http://id.wikipedia.ord/wiki/Narkoba
[diakses 02 Januari 2015]
Dedi

Humas

BNN

(2011),

Sejarah

Singkat

Narkoba

Http://dedihumas.bnn.go.id/read/section/artikel/2011/10/31/189/sejarah-singkat-narkoba
02 Januari 2015]
Undang – Undang No 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika
Undang – Undang No 22 Tahun 1997 Tentang Narkotika
Undang – Undang No 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

[Online].
[diakses