KARAKTERISTIK PKN SEBAGAI PENDIDIKAN POL

KARAKTERISTIK PKN SEBAGAI PENDIDIKAN POLITIK

MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas Matakuliah
Pembelajaran PKN SD
Yang Dibimbing oleh Suwarti,S.Pd, M.Pd

Oleh
Dyas Valmey Faridy
Vinalian Wiya Rahayu
Rahma Nuril Aimah

UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
KEPENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DAN PRASEKOLAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
September 2016

KATA PENGANTAR

Kami mengucapkan Alhamdulillah dan segala puji syukur kehadirat Allah

SWT atas terselesaikannya makalah Pembelajaran Terpadu. Tanpa ridho dan
kasih sayang serta petunjuk dari-Nya mustahil makalah ini dapat kami selesaikan.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Suwarti, S.Pd, M.Pd
selaku dosen Pembelajaran PKN SD serta teman-teman dan kakak-kakak yang
telah membantu dan membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang Karakteristik PKN
sebagai pendidikan politik. Selain itu makalah ini disusun dalam rangka untuk
memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran PKN SD yang menjadi salah satu mata
pelajaran pokok di program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
Dengan segala kelebihan dan kekurangannya, mudah-mudahan makalah
ini dapat memberikan banyak manfaat dalam segala bentuk kegiatan belajar
mengajar. Khususnya kegiatan belajar mengajar di sekolah, sehingga dapat
memperlancar dan mempermudah proses pencapaian prestasi dan sukses
akademik di sekolah.

Blitar, September 2016

Penulis

ii


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah.........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan Makalah.....................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................4
2.1 Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan..............................................4
2.2 Karakteristik PKN..................................................................................5
2.3 Pengertian pendidikan politik................................................................7
2.4 Pendidikan politik disekolah..................................................................9
2.5 Pendidikan kewarganegaraan sebagai pendiidkan politik.....................10
BAB III PENUTUP.........................................................................13
3.1 Kesimpulan............................................................................................13
3.2 Saran.......................................................................................................13
DAFTAR RUJUKAN..................................................................................14


iii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan moral adalah pendidikan untuk menjadikan anak manusia
bermoral atau bermanusiawi. Artinya pendidikan moral adalah pendidikan
yang bukan mengajarkan tentang akademik, namun non akademik khususnya
tentang sikap dan bagaimana perilaku sehari-hari yang baik. Sayangnya saat
ini, di Indonesia sudah minim sekali atau hampir tidak ada guru yang
mengajarkan hal tersebut. Hal ini tentu saja menyebabkan kehancuran moral
siswa atau siswi saat ini, dampak yang jelas sekali terlihat adalah bayaknya
tawuran yang terjadi sekarang. Hal ini membuktikan bahwa tidak
terkontrolnya emosi yang ada pada diri siswa, siswa sudah mulai mengikuti
hawa nafsunya tanpa bisa mengendalikannya. Hal ini tentu saja merupakan
salah satu tugas guru untuk mendidik siswa siswinya untuk menjadi manusia
yang bermartabat yang bisa mengendalikan hawa nafsu siswa siswinya.
Saat ini pendidikan moral sudah dikalahkan oleh pendidikan yang lain
seperti matematika, IPA, IPS dan lainnya. Waktu di sekolah habis untuk
mengejar nilai akademik. Murid-murid dipaksa beajar mati-matian agar

nilainya pada saat ujian nanti membaik dan bisa mengharumkan nama dimana
dia bersekolah. Guru, pelajar, dan pemerintah seakan-akan lupa ada pelajaran
yang lebih penting dari itu semua yaitu pendidikan moral. Pendidikan yang
akan dibawa sampai akhir hayat, pendidikan yang aka menentukan bagaimana
dia dipandang masyarakat lain kelak, pendidikan yang membuat dia menjadi
manusia yang berguna, pendidikan yang akan membawa akan di surga atau
neraka kah siswa siswinya kelak.
1

2
Tentu saja kita mengetahui bahwa kehancuran suatu negara dapat terjadi
karena hancurnya moral beberapa warganya saja. Dari kalimat tersebut dapat
diketahui bahwa kehacuran suatu bangsa bukan terjadi karena nilai akademik
memburuk namun karena moral yang hancur. Dapat disimpulkan bahwa
pendidikan moral jauh lebih penting dari pada pendidikan akademik.
Pendidikan moral yang akan menentukan kemana negara ini kelak akan
berkembang.
Dampak ke masa depan yang akan terjadi jika di sekolah tidak diberikan
pendidikan moral yaitu hancurnya moral siswa atau siswi , kejahatan dimanamana, dan tentu saja korupsi semakin merajalela. Saat ini di Indonesa banyak
sekali kejahatan yang dilakukan baik dari rakyat kecil maupun pemerintah

atau orang penting. Hal ini mungkin saja salah satu faktornya yaitu kurangnya
atau minimnya sikap baik yang idpunyai rakyat Indonesia. Mereka tidak
memikirkan orang lain, mereka hanya memikirkan bagaimana cara agar
mereka bahagia. Mereka hanya memikirkan bagaiman hawa nafsu mereka
tersampaikan.
Pendidikan moral merupakan pendidikan yang mempunyai peran penting
dalam kehidupan masyarakat, seharusnya pemerintah menyadari itu dan
segera menindak lanjuti. Tambahkan jam mata pelajaran agama dan BK agar
siswa atau siswi lebih memahami cara mereka bersikap dengan orang lain dan
membuat hatinya lebih peka terhadap masyarakat sekitar. Jangan sampai siswa
atau siswi menjadi manusia yang egois yang selalu ingin menang sendiri dan
mengikuti hawa nafsunya saja tanpa ada pengendalian dari hatinya.

1.2 Rumusan Masalah
1.

Apa yang dimaksud dengan pendidikan kewarganegaraan?

2.


Apa yang dimaksud karakteristik PKN ?

3.

Apa yang dimaksud pendidikan politik ?

4.

Apa yang dimaksud pendidikan politik disekolah?

3
5.

Apakah pendidikan kewarhanegaraan sebagai pendidikan politis?

1.3

Tujuan Penulisan Makalah

Penulis menulis makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan mahasiswa

PGSD pada umumnya mengenai pendidikan kewarganegaraan sebagai
pembentukan karakterisik dalam pendidikan politik siswa SD. Diharapkan
mahasiswa mampu mengembangkan ilmu politik guna meningkatkan
pengetahuan mahasiswa dalam ilmu politik.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan yang
mengingatkan kita akan pentingnya nilai-nilai hak dan kewajinan suatu
warga negara agar setiap hal yang dikerjakan sesuai dengan tujuan dan
cita-cita bangsa dan tidak melenceng dari apa yang di harapkan. Karena
dinilai penting, pendidikan ini sudah di terapkan sejak usia dini di setiap
jenjang pendidikan mulai dari yang paling dini hingga pada perguruan
tinggi agar menghasilkan penerus-penerus bangsa yang berkompeten dan
siap menjalankan hidup berbangsa dan bernegara.
Tujuan utama pendidikan kewarganegaraan adalah untuk
menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, sikap serta perilaku
yang cinta tanah air dan bersendikan kebudayaan bangsa, wawasan

nusantara, serta ketahanan nasional dalam diri para calon-calon penerus
bangsa yang sedang dan mengkaji dan akan menguasai imu pengetahuaan
dan teknologi serta seni.
Selain itu juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia
indonesia yang berbudi luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh,
profesional, bertanggung jawab, dan produktif serta sehat jasmani dan
rohani.

4

5
Pendidikan kewarganegaraan yang berhasil akan membuahkan
sikap mental yang cerdas, penuh rasa tanggung jawab dari peserta didik.
Sikap ini disertai perilaku yang:
a. Beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa serta menghayati
nilai-nilai falsafah bangsa.
b. Berbudi pekerti luhur, berdisiplin dalam masnyarakat berbangsa dan
bernegara.
c. Rasional, dinamis, dan sabar akan hak dan kewajiban warga negara.
d. Bersifat profesional yang dijiwai oleh kesadaran bela negara.

e. Aktif memanfaatkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni untuk
kepentingan kemanusiaan, bangsa dan negara.
Melalui pendidikan kewarganegaraan, warga negara republik
indonesia diharapkan mampu memahami, menganalisa, dan menjawab
masalah-masalah yang di hadapi oleh masyarakat, bangsa dan negaranya
secra konsisten dan berkesinambungan dalam cita-cita dan tujuan nasional
seperti yang di gariskan dalam pembukaan UUD1945.
2.2 Karakteristik PKN
Karakteristik dapat diartikan sebagai ciri-ciri atau tanda yang menunjukan
suatu hal berbeda dengan lainya. PKn sebagai mata pelajaran yang sangat penting
bagi siswa memiliki karakteristik yang cukup berbeda dengan cabang ilmu
pendidikan lainnya. Karakteristik PKn ini dapat dilihat dari objek, lingkup
materinya, strategi pembelajaran, sampai pada sasaran akhir dari pendidikan ini.
Pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada
pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak
dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil,
dan berkarakter yang
diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
Adapun karakteristik Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah :
1. PKn termasuk dalam proses ilmu sosial (IPS)

2. PKn diajarkan sebagai mata pelajaran wajib dari seluruh program sekolah
dasar sampai perguruan tinggi

6
3. PKn menanamkan banyak nilai, diantaranya nilai kesadaran, bela negara,
penghargaan terhadap hak azasi manusia, kemajemukan bangsa,
pelestarian lingkungan hidup, tanggung jawab sosial, ketaatan pada
hukum, ketaatan membayar pajak, serta sikap dan perilaku anti korupsi,
kolusi, dan nepotisme.
4. PKn memiliki ruang lingkup meliputi aspek Persatuan dan Kesatuan
bangsa, Norma, hukum dan peraturan, Hak asasi manusia, Kebutuhan
warga negara, Konstitusi Negara, Kekuasan dan Politik, Pancasila dan
Globalisasi
5. PKn memiliki sasaran akhir atau tujuan untuk terwujudnya suatu mata
pelajaran yang berfungsi sebagai sarana pembinaan watak bangsa (nation
and character building) dan pemberdayaan warga negara.
6. PKn merupakan suatu bidang kajian ilmiah dan program pendidikan di
sekolah dan diterima sebagai wahana utama serta esensi pendidikan
demokrasi di Indonesia.
7. PKn mempunyai 3 pusat perhatian yaitu Civic Intellegence (kecerdasan

dan daya nalar warga negara baik dalam dimensi spiritual, rasional,
emosional maupun sosial), Civic Responsibility (kesadaran akan hak dan
kewajiban sebagai warga negara yang bertanggung jawa

dan

Civic Participation (kemampuan berpartisipasi warga negara atas dasar
tanggung jawabnya, baik secara individual, sosial maupun sebagai
pemimpin hari depan)
8. PKn lebih tepat menggunakan pendekatan belajar kontekstual (CTL) untuk
mengembangkan dan meningkatkan kecerdasan, keterampilan, dan
karakter warga negara Indonesia. Contextual Teaching and Learning
(CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari

9. PKn mengenal suatu model pembelajaran VCT (Value Clarification
Technique/Teknik Pengungkapan Nilai), yaitu suatu teknik belajarmengajar yang membina sikap atau nilai moral (aspek afektif).
Dari karakteristik yang ada, terlihat bahwa PKn merupakan mata
pelajaran yang memiliki karakter berbeda dengan mata pelajaran lain.
Walaupun PKn termasuk kajian ilmu sosial namun dari sasaran / tujuan
akhir pembentukan hasil dari pelajaran ini mengharapkan agar siswa
sebagai warga negara memiliki kepribadian yang baik, bisa menjalankan
hak dan kewajibannya dengan penuh kessadaran karena wujud cinta atas
tanah air dan bangsanya sendiri sehingga tujuan NKRI bisa terwujud.
Seperti yang diungkap oleh Dra. Hj. Fitri Eriyanti, M.Pd.,Ph.D (Dosen
Pascasarjana UNP kosentrasi PKn) bahwa setiap negara pasti memiliki
tujuan, hanya warga negara yang baiklah yang dapat mencapai tujuan
tersebut. Oleh karena itu PKn memiliki peran yang sangat besar untuk
membentuk siswa menjadi warga negara yang bisa mengemban semua
permasalahan negara dan mencapai tujuan negaranya.
Keberadaan PKn dengan karakteristik seperti ini mestinya menjadi
perhatian besar bagi masyarakat, komponen pendidik dan negara. Hal ini
disebabkan karena PKn banyak mengajarkan niai-nilai pada siswanya.
Niai-nilai kebaikan, kebersamaan, pengorbanan, menghargai orang lain
dan persatuan ini jika di tanamkan dalam diri siswa bisa menjadi bekal
yang sangat berhagra dalam khidupan pribadi maupun berbangsa dan
bernegara. Siswalah yang akan menjadi cikal bakal penerus bangsa dan
yang akan mempertahankan eksistensi negara maka dari itu mereka sangat
memerlukan pelajaran PKn dalam konteks seperti ini.
2.3 Pengertian Pendidikan Politik
Sebagaimana telah diungkapkan sebelumnya, bahwa pendidikan
dan politik memiliki makna yang berbeda namun saling bahu-membahu
dalam proses pembentukan karakteristik masyarakat. Kata politik
sebenarnya berasal dari bahasa Yunani; politikos, yang berarti dari, untuk,

7

atau yang berkaitan dengan warga negara. Berdasarkan penjelasan ini,
dapat dikembangkan pengertian politik sebagai proses pembentukan dan
pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses
pembuatan keputusan, khususnya dalam negara. Pengertian ini merupakan
upaya penggabungan antara berbagai definisi yang berbeda mengenai
hakikat politik yang dikenal dalam ilmu politik.
Sedangkan pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan
manusia untuk mencerdaskan manusia lain melalui pengajaran, pelatihan
dan penelitian. Dari penjelasan kedua istilah tersebut di atas dapat
dirumuskan bahwa pendidikan politik adalah proses pembelajaran dan
pemahaman tentang hak, kewajiban, dan tanggung jawab setiap warga
negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Ramlan Surbakti dalam
bukunya yang berjudul memahami ilmu politik (1999:117)
mengemukakan bahwa pendidikan politik dan sosialisasi politik memiliki
kesamaan dalam istilah.
Dalam bahasa Inggris kedua istilah ini memang sering disamakan.
Istilah politicalsosialization jika diartikan secara harfiah ke dalam bahasa
Indonesia akan bermakna sosialisasi politik. Oleh karena itu, dengan
menggunakan istilah politicalsosialization banyak yang mensinonimkan
istilah pendidikan politik dengan istilah Sosialisasi Politik, karena
keduanya memiliki makna yang hampir sama. Dengan kata lain, sosialisasi
politik adalah pendidikan politik dalam arti sempit.
Melalui proses sosialisasi politik para anggota masyarakat dapat
memperoleh sikap dan orientasi terhadap kehidupan politik yang
berlangsung dalam masyarakat. Atau dengan kata lain, di dalam
pendidikan politik terjadi proses pembelajaran dan pemahaman tentang
hak, kewajiban, dan tanggung jawab setiap warga negara dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Pendidikan politik dalam tulisan ini dipahami
sebagai perbuatan memberi latihan, ajaran, serta bimbingan untuk
mengembangkan kapasitas dan potensi diri manusia, melalui proses
dialogik yang dilakukan dengan suka rela antara pemberi dan penerima
pesan secara rutin, sehingga para penerima pesan dapat memiliki

8

kesadaran berdemokrasi dalam kehidupan bernegara. Hal ini dimaksudkan
agar dapat mewujudkan kesadaran dan partisipasi berdemokrasi dalam
kehidupan bernegara.
Definisi pendidikan politik ini mengandung tiga anasir penting,
yakni: Pertama, adanya perbuatan memberi latihan, ajaran, serta
bimbingan untuk mengembangkan kapasitas dan potensi diri manusia.
Kedua, perbuatan di maksud harus melalui proses dialogik yang dilakukan
dengan suka rela antara pemberi dan penerima pesan secara rutin. Ketiga,
perbuatan tersebut ditujukan untuk para penerima pesan dapat memiliki
kesadaran berdemokrasi dalam kehidupan bernegara.
Pemahaman di atas pada dasarnya menunjukan bahwa
Pelaksanaan pendidikan politik harus dilakukan tanpa unsur paksaan
dengan fokus penekanan pada upaya untuk mengembangkan pengetahuan
(Kognisi), menumbuhkan nilai dan keberpihakan (Afeksi) dan
mewujudkan kecakapan (Psikomotorik) warga sebagai individu maupun
sebagai anggota kelompok.
2.4 Pendidikan Politik di Sekolah
Dalam menjalankan dan mengoptimalkan proses sosialisasi
politik maka perlu strategi dan tempat yang tepat di mana sosilisasi politk
itu dilaksanakan, salah satu contoh bahwa sebagai salah satu sarana atau
agen tempat sosioalisasi politik itu adalah di lingkungan sekolah. Sekolah
merupakan suatu wahana yang luas untuk sosialisasi politik. Sebagai
institusi pendidikan formal, sekolah memiliki potensi yang sangat besar
dalam meletakkan pondasi dasar bagi terciptanya kehidupan masyarakat
ataupun politik yang demokratis.
Dalam konteks ini, Kepala Dinas Pendidikan dan Pemuda dan
Olahraga Kabupaten Banjarnegara, Drs. H. Muhdi, memaparkan,
pendidikan politik di sekolah harus ditanamkan ketika siswa sudah mulai
bisa menerjemahkan dan merasakan bahwa dia, dari sudut pandang
pembuat kebijakan (decisionmaker) adalah objek yang terimbas dengan
kebijakan-kebijakan yang diterapkan.

9

Menurut Muhdi, sebenarnya konsep pendidikan politik dalam
sekolah bisa dilakukan dengan cara-cara sederhana. Pendidikan politik di
sekolah lebih mengarah pada pembentukan kultur/budaya sederhana yang
mencirikan demokrasi dan kemandirian. Inilah yang menjadi landasan
dasar terwujudnya kehidupan yang demokratis nantinya.
Dalam hal ini pendidikan politik di sekolah bisa dimulai dari halhal yang kecil dan sederhana dengan lebih menonjolkan tumbuhnya
budaya positif dalam pergaulan. Diantaranya sebagai berikut:
a. Pertama, adanya kebebasan yang besar bagi siswa untuk menyampaikan
pendapat dalam forum-forum kelas. Metode-metode diskusi harus
dilakukan sesering mungkin dan tidak hanya berangkat dari buku-buku
teks. Dalam hal ini, harus disadari bahwa secara ilmiah tidak ada sesuatu
yang memiliki kebenaran absolut.
b. Kedua, adanya komunikasi dua arah yang cair antara guru dan siswa. Bila
kita terbiasa dengan cara-cara komunikasi yang serba resmi dan kaku,
seperti saat guru mengajar di kelas, maka konsep pendidikan politik yang
harus diterapkan adalah menciptakan ruang-ruang komunikasi yang tidak
kaku. Dengan begitu siswa bisa menyampaikan ide-ide secara bebas,
terbuka dan kritis. Komunikasi yang berjalan dua arah dan tidak kaku
tersebut jelas berujung pada tumbuhnya rasa percaya diri pada siswa yang
pada gilirannya nanti akan melatih kreativitas dan kemandirian mereka.
c. Ketiga, keteladanan dalam kehidupan berorganisasi. Sekolah merupakan
sistem organisasi yang meliputi hubungan antara kepala sekolah, pegawai,
guru hingga para siswa. Meskipun berbagai teori mengenai kehidupan
berorganisasi dan bermasyarakat telah disampaikan oleh para guru, namun
tanpa contoh langsung walaupun dalam sekup kecil, maka teori-teori akan
menguap dan hanya sekedar membekas di catatan raport para siswa.
Bagaimana seharusnya pemimpin bersikap kepada bawahan atau
sebaliknya, bagaimana bekerjasama yang baik dengan rekan seorganisasi,
menumbuhkan sikap empati dan tenggang rasa dengan teman, semua itu
juga bisa dicontohkan lewat organisasi.

10

2.5 Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Pendidikan Politik
Pendidikan Kewarganegaraan diakui sebagai bidang yang multifacet PKn
diartikan sebagai pendidikan politik yang yang fokus materinya peranan warga
negara daam kehidupan bernegara yang kesemuanya itu diproses dalam rangka
untuk membina peranan tersebut sesuai dengan ketentuan Pancasila dan UUD
1945 agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara.
PKn sebagai program pendidikan yang berintikan demokrasi politik yang
diperluas dengan sumber-sumber pengetahuan lainnya, pengaruh positif dari
pendidikan sekolah, masyarakat dan orang tua yang kesemua itu diproses guna
melatih para siswa untuk berfikir kritis, analitis, bersikap dan bertindak
demokratis dalam mempersiapkan hidup demokratis yang berdasar Pancasila dan
UUD 1945.
PKn didefinisikan sebagai suatu bidang kajian yang mempunyai objek
telaah kebajikan dan budaya kewarganegaraan, menggunakan disiplin ilmu
pendidikan dan ilmu politik sebagai kerangka kerja keilmuan pokok serta disiplin
ilmu lain yang relevan, yang secara koheren diorganisasikan dalam bentuk
program kurikuler kewarganegaraan, aktivitas sosial-kultural kewarganegaraan,
dan kajian ilmiah kewarganegaraan
Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan pendidikan
politik yang fokus materinya berupa peranan warga negara dalam kehidupan
bernegara yang kesemuanya itu diproses dalam rangka untuk membina peranan
tersebut sesuai dengan ketentuan Pancasila dan UUD 1945 agar menjadi warga
negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara (Prewitt & Dawson, dan
Aziz dkk dalam Cholisin, 2004:10). Pendidikan Kewarganegaraan lebih
merupakan bentuk pengajaran politik atau pendidikan politik. Sebagai pendidikan
politik berarti fokusnya lebih menekankan bagaimana membina warga negara
yang lebih baik (memiliki kesadaran politik dan hukum) lewat suatu proses
belajar mengajar (Cholisin, 2004:11). Selain itu, Pendidikan Kewarganegaraan
adalah sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan, watak dan karakter
warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
PKn sebagai pendidikan politik merupakan salah satu bentuk sosialisasi
politik telah memiliki teori yang sangat kuat dan jelas. Dikatakan kuat, sampai

11

dewasa ini tampak belum ada bantahan bahwa PKn (Civic Education/Citizenship
Education) menganut system theory. Bahkan diperkuat lagi dengan teori
pemberdayaan warga negara (citizen empowerment) melalui pengembangan
budaya kewarganegaraan (civic culture) dalam rangka mengembangkan
masyarakat kewargaan (civil society). Untuk kepentingan civil society juga telah
dikembangkan teori/pendekatan politik kewarganegaraan (citizenship politics).
Pendekatan tersebut, misalnya pendekatan politik kewarganegaraan (Hikam,
1999), pendekatan struktural prosesual yang dikemukakan Goran Therborn (Eep
Saifulloh, 1994). Politik kewarganegaraan (Citizenship politics) memandang
warga negara sebagai pusat dan aktor utama baik dalam wacana maupunpraksis
politik dan pembangunan. Pendekatan ini akan mampu meningkatkan pemahaman
diri dan inisiatif masyarakat untuk berkembang. Juga dapat untuk mengatasi
berkembangnya disintegrasi yang disebabkan penguatan politik identitas tang
lazim berkembang dalam masyarakat yang pluralis. Pendekatan struktural
prosesual, melihat proses politik (demokrasi) dalam konteks sosio-historis yang
melekatinya serta menyentuh hubungan negara dan masyarakat. Kemudian
masuknya demokrasi ekonomi dan demokrasi sosial (termasuk dalam hukum),
hendaknya dipahami bahwa demokrasi politik sebagai demokrasi primair sebagai
basis bagi pengembangan demokrasi ekonomi dan sosial. Dan berkembangnya
demokrasi sekunder ini (demokrasi ekonomi dan sosial) juga akan sangat
menentukan bagi pengembangan demokrasi.

12

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kewarganegaraan diartikan segala jenis hubungan dengan suatu
negara yang mengakibatkan adanya kewajiban negara itu untuk
melindungi orang yang bersangkutan. Adapun menurut Undang-Undang
Kewarganegaraan Republik Indonesia, kewarganegaraan adalah segala
ikhwal yang berhubungan dengan negara.
Hakikat pendidikan kewarganegaraan adalah upaya sadar dan terencana
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa bagi warga negara dengan
menumbuhkan jati diri dan moral bangsa sebagai landasan pelaksanaan
hak dan kewajiban dalam bela negara, demi kelangsungan kehidupan dan
kejayaan bangsa dan negara. Tujuan pendidikan kewarganegaraan adalah
mewujudkan warga negara sadar bela negara berlandaskan pemahaman
politik kebangsaan, dan kepekaan mengembangkan jati diri dan moral
bangsa dalam perikehidupan bangsa.
3.2 Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang
menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak
kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan
kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul

13

makalah ini. Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dusi
memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi
sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan –
kesempatan berikutnya.
Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para
pembaca yang budiman pada umumnya.

14

DAFTAR RUJUKAN
Dwi, Okto, 2014, Pendidikan kewarganegaraan, Jakarta, (Online) :
(http://id.netlog.com/oktodwi/blog/blogid=142121), diakses pada 18
September 2016.
Darmadi Hamid, 2013, Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta, (Online) dalam
(http://hamiddarmadi.blogspot.co.id/2013/07/pendidikankewarganegaraan-sebagai.html). Diakses 16 September 2015
Bimantoro,Angga. 2011. Pendidikan kewarganegaraan, (Online),
http://anggabimantoro.blogspot.co.id/2011/03/pendidikankewarganegaraan-sebuah.html. Diakses 18September 2016.
Okto, dwi, 2014, Hakikat Tujuan Dan Ruang Lingkup. (Online)
http://hapis-punya.blogspot.co.id/2014/07/hakikat-tujuan-dan-ruanglingkup.html. diakses 18 September 2016

15