Laporan Praktikum Dan Analisa Instrumen
Di Susun Oleh :
CARLOS JOHAN ARMANDO
1343050060
YUNIKA
1343050085
JEANETH PIETHAGINA
1343050117
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA
2017
BAB I
PENDAHULUAN
Pemisahan dan pemurnian kandungan tumbuhan terutama dilakukan dengan
menggunakan salah satu dari empat teknik kromatografi atau gabungan teknik tersebut.
Keempat teknik kromatografi itu terdiri atas : kromatografi kertas (KKt), kromatografi lapis
tipis (KLT), kromatografi gas cair (KGC), dan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT).
Kromatografi cair-padat pada umumnya sangat cocok untuk cuplikan-cuplikan yang larut
dalam pelaut nonpolar dan kurang larut yang mengandung air seperti yang digunakan dalam
kromatografi partisi fasa terikat.
Kromatografi partisi, senyawa-senyawa dengan perbedaan jenis dan jumlah gugus
fungsi biasanya dipisahkan. Kehebatan kromatografi partisi, yang tidak dimiliki oleh metode
lain, metode lain adalah kemampuan untuk memisahkan isomer. Pemisahan dan pemurnian
suatu bahan terutama dilakukan dengan menggunakan salah satu dari beberapa teknik
kromatografi ataupun menggunakan gabungan teknik-teknik tersebut. Pemilihan teknik
kromatografi sebagian besar tergantung pada sifat kelarutan dan keatsirian senyawa yang
akan terpisah.
Kromatografi adsorpsi diperkenalkan oleh Kuch dan ledere pada tahun 1931. Metode
ini dibangun untuk analisis biokimia dan organik, teknik pelaksanaannya dilakukan dengan
menggunakan kolom. Sebagai fasa diam dalam kolom dapat digunakan silika ataupun
alumina. Kromatografi cair-padat pada umumnya sangat cocok untuk cuplikan-cuplikan
yang larut dalam pelaut nonpolar dan kurang larut yang mengandung air seperti yang
digunakan dalam kromatografi partisi fasa terikat. Kromatografi partisi, senyawa-senyawa
dengan perbedaan jenis dan jumlah gugus fungsi biasanya dipisahkan.
Perbandingan seelektivitas kromatografi partisi dengan adsorbsi untuk beberapa
analit. Terlihat bahwa, bahwa resolusi homolog dan benzolog umumnya lebih baik dengan
kromatografi partisi fasa terbalik. Akan tetapi, pemisahan isomer-isomer biasanya lebih baik
dengan menggunakan kromatografi adsorbsi. Kromatografi menyangkut metode pemisahan
yang didasarkan atas distribusi diferensial komponen sampel di antara dua fasa, yaitu fasa
diam (stationary phase) dan fasa gerak (mobil phase). Fasa diam dapat berupa padatan atau
cairan yang terikat pada permukaan padatan (kertas atau suatu adsorben), sedangkan fasa
gerak dapat berupa cairan disebut eluen atau pelarut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kromatografi adalah metode suatu proses fisik yang digunakan untuk memisahkan
komponen-komponen dari suatu campuran senyawa kimia. Dalam kromatografi, campuran
tersebut dibuat sebagi zona yang sempit (kecil) pada salah satu ujung media porus seperti
adsorben, yang disebut alas atau landasan kromatografi. Zona campuran kemudian digerakan
dengan larutan suatu cairan atau gas yang bergerak sebagai pembawa, melaui media porus
tersebut, yang berupa partikel-partikel yang ”diam“ (tidak bergerak, statisiones). Sehingga
akibatnya masing-masing komponen dari campuran tersebut akan terbagi (terdistribusi)
secara tidak merata antara alas yang “diam” dan cairan atau gas yang membawanya. Akibat
selanjutnya, masing-masing komponen akan bergerak (bermigrasi) pada kecepatan yang
berbeda (differential migration) dan dengan demikian, akan sampai pada ujung lain dari alas
tersebut pada waktu yang berlainan, dan dengan demikian terjadilah pemisahan diantara
komponen-komponen yang ada. (Bahti, Husein H. 2011: 4).
Kromatografi merupakan salah satu metode pemisahan komponen-komponen
campuran yang berdasarkan distribusi diferensial dari komponen-komponen sampel diantara
dua fasa, yaitu fasa gerak dan fasa diam. Salah satu teknik kromatografi yang dimana fasa
gerak dan fasa diamnya menggunakan zat cair adalah HPLC (High Performance Liquid
Chromatography) atau didalam bahasa Indonesia disebut KCKT (Kromatografi Cair Kinerja
Tinggi). Teknik pemisahan menggunakan metode kromatografi terdiri dari beberapa macam,
berikut ini disajikan beberapa macam teknik kromatografi beserta penjelasannya:
A. Kromatografi kertas
Kromatografi kertas menggunakan fase diam kertas, yakni kandungan selulosa di
dalamnya, sedangkan untuk fase gerak yang digunakan adalah pelarut atau campuran
pelarut yang sesuai. Kertas sebagai fase diam akan dicelupkan ke dalam sampel dan
pelarut, selanjutnya sampel dan pelarut berdasarkan gaya kapilaritas akan terserap dan
bergerak ke atas. Perbandingan jarak relatif antara senyawa (sampel) dengan jarak
pelarut dihitung sebagai nilai Rf. Aplikasi penggunaan dari kromatografi kertas
sendiri adalah untuk memisahkan diantaranya adalah tinta, zat pewarna, senyawa
tumbuhan seperti klorofil , make up dan berbagai zat lainnya. Mekanisme kerja dari
kromatografi kertas cukup sederhana, di laboratorium kita sering melakukan
percobaan menggunaan teknik kromatografi kertas tersebut.
B. Kromatografi lapis tipis
Kromatografi lapis tipis biasanya menggunakan sebuah lempengan tipis yang terbalut
gel silika atau alumina. Silika tersebut berfungsi sebagai fase diam. Sementara untuk
fase gerak yang digunakan adalah pelarut atau campuran pelarut yang digunakan.
Aplikasi dari teknik pemisahan kromatografi lapis tipis dapat digunakan untuk
mengetahui jenis pada campuran asam amino tertentu. Ada beberpa interaksi yang
terjadi pada proses komatorgafi cair yaitu pembentukan ikatan hidrogen, ikatan
vander walls dan gaya debye sehingga terjadi pergerakan sampel didalam pelarut.
Kromatografi lapis tipis mirip dengan kromatografi kertas. Bedanya kertas diganti
dengan kaca atau plastik yang dilapisi dengan lapisan tipis absorben seperti alumina,
silika gel, selulosa ataupu material lainnya. kromatografi lapis tipis boleh ulang
(reproduksibel) dari pada kromatografi kertasCampuran sampel diteteskan pada kertas
dan batas migrasi pelarut ditandai. Setelah kertas dikeringkan, posisi senyawasenyawa yang ada dalam campuran sampel dapat dilihat dengan reaksi pewarnaan
yang sesuai. Rasio jarak yang ditempuh oleh senyawa dan jarak yang ditempuh oleh
pelarut disebut nilai Rf (retention factor) dan nilainya kurang lebih konstan untuk
senyawa tertentu, sistem pelarut dan kertas dibawah kondisi konsentrasi zat terlarut,
suhu dan pH yang terkontrol dengan baik. Nilai Rf berhubungan dengan koefisien
partisi. Kromatografi lapis tipis memiliki kelebihan dalam keserbagunaan, kecepatan,
dan kepekaannya dibandingkan dengan kromatografi kertas
C. GLC (Gas Liquid Chromatography)
GLC merupakan salah satu jenis kromatografi gas yang digunakan untuk memisahkan
senyawa-senyawa organik yang mudah menguap. Pada kromatografi ini, fase gerak
yang digunakan adalah gas dan fase diamnya adalah zat cair. Aplikasi dari
kromatografi ini misalnya digunakan untuk menentukan komposisi kimia dari zat
yang tidak diketahui, seperti misalnya senyawa berbeda dalam bensin. Waktu analisa
menggunakan GLC cenderung lebih lama. GLC menggunakan instrumen yang lebih
kompleks, beberapa instrumen yang penting dalam GLC, yaitu:
-
gas pembawa, merupakan gas yang harus inert dengan sampel dan harus murni.
Diantara gas pembawa yang banyak digunakan adalah hidrogen, helium, nitrogen,
argon
-
pengontrol aliran
-
injektor atau tempat untuk menyuntikkan sampel
-
detektor, merupakan instrumen yang berfungsi sinyal listrik
-
rekorder, merupakan instrumen yang akan merubah sinyal listrik menjadi sinyal
mekanik agar bisa dibaca dalam bentuk data.
D. HPLC ( High Performance Liquid Chromatography)
Teknik pemisahan HPLC memiliki banyak keunggulan dibanding dengan
kromatografi lainnya, diantaranya adalah cepat dalam proses analisa, resolusi yang
lebih tinggi, sensitivitas detektor yang lebih tinggi, kolom yangdipakai dapat
digunakan kembali, ideal dan cocok untuk zat yang bermolekul besar dan berionik
dan mudah rekoveri sampel.
Didalam teknik ini digunakan tekanan dan kecepatan yang cukup tinggi sehingga
mampu dihasilkan resolusi yang lebih baik. Teknik HPLC merupakan suatu metode
kromatografi cair-cair, yang dapat digunakan baik untuk keperluan pemisahan
maupun analisis kuantitatif. Analisis kualitatif dengan teknik HPLC didasarkan pada
pengukuran luas area standar. Pada prakteknya, metode pembandingan area standar
dan sampel kurang menghasilkan data yang akurat bila hanya melibatkan suatu
konsentrasi standar. Oleh karena itu, dilakukan dengan menggunakan teknik kurva
kalibrasi. (Wiji, dkk. 2010 : 17).
HPLC berbeda dari kromatografi kolom cairan konvensional dalam hal digunakan
bahan pengisi kolom berupa partikel yang sangat kecil berukuran sampai 3-5 μm
(1μm = 10-6 m). Sehingga mengharuskan digunakannya tekanan tinggi sampai 20.000
Kpa (
200 atmosfir) untuk mengalirkan fasa gerak melalui kolom tersebut.Ternyata,
penggunaan bahan pengisi kolom yang lebih kecil ini bukan saja telah memperbaiki
kecepatan analisis, tapi (dari ini yang lebih penting) ialah telah menghasilkan suatu
teknik dengan daya pisah yang tinggi. HPLC mempunyai kelemahan- kelemahan
yang diantaranya, peralatannya lebih rumit, tidak murah, dan perlu pengalaman.
Untuk beberapa jenis zat, metode ini kurang sensitif. Selain itu sampel disyaratkan
harus stabil dalam larutan.
Berdasarkan kepolaran fasa geraknya, HPLC dibagi menjadi 2 macam yaitu :
a. Fase Normal HPLC
HPLC jenis ini secara esensial sama dengan kromatografi kolom. Meskipun
disebut normal, ini bukan bentuk biasa dari HPLC. Kolom ini diisi dengan
partikel silika yang sangat kecil dan pelarut nonpolar seperti heksan sebuah
kolom sederhana memiliki diameter internal 4,6 mm (dan kemungkinan
kurang dari nilai ini) dengan panjang 120 nm-250 nm. Senyawa-senyawa
polar dalam campuran melalui kolom akan melekat lebih lama pada silika
yang polar dibanding dengan senyawa-senyawa non polar. Oleh karena itu,
senyawa yang non polar kemudian akan lebih cepat melewati kolom. Apabila
pasangan fasa diam lebih polar daripada fasa geraknya maka sistem ini
disebut HPLC fase normal.
b. Fase Balik HPLC
Pada HPLC jenis ini, ukuran kolomnya sama, tetapi silika dimodifikasi
menjadi non polar melalui pelekatan hidrokarbon dengan rantai panjang pada
permukaannya secara sederhana baik berupa atom karbon 8 atau 18. Dalam
kasus ini, akan terdapat interaksi yang kuat antara pelarut polar dan molekul
polar dalam campuran yang melalui kolom. Interaksi yang terjadi tidak sekuat
interaksi antara rantai-rantai hidrokarbon yang berlekatan pada silika (fasa
diam) dan molekul-molekul polar dalam larutan. Oleh karena itu molekulmolekul polar akan lebih cepat bergerak melalui kolom. Sedangkan molekulmolekul non polar akan bergerak lambat karena interaksi dengan gugus
hidrokarbon.
E. Kromatografi Kolom
Kromatografi kolom merupakan metode terbaik untuk pemisahan campuran dalam
jumlah besar (lebih dari 1g), dimana fase geraknya berupa zat cair dan fase diamnya
berupa zat padat. Ada empat perubahan utama yang dilakukan pada cara kolom
klasik. Pertama, dipakai penyerap yang lebih halus dengan kisaran ukuran mesh lebih
sempit agar tercipta kesetimbangan yang lebih baik didalam sistem. Kedua, sistem
tekanan, biasanya pompa mekanis, dipakai untuk mendorong pelarut melalui
penyerap yang halus. Ini perlu karena ukuran partikel kecil, tetapi pompa itu juga
menyebabkan kromatografi lebih cepat, jadi memperkecil difusi. Ketiga, detektor
telah dikembangkan sehingga diperoleh analisis senyawa yang berkesinambungan
ketika senyawa itu keluar dari kolom.(Roy,1991)
BAB III
PROSEDUR KERJA
1 Analisa Kromatografi Kertas & Kromatografi Lempeng Tipis (KLT)
a. Alat dan Bahan
Alat :
Bahan :
-
Erlenmeyer
- Bahan Obat Asetosal, Papaverin, PCT
-
Beaker glass
- Larutan Elusi/ Larutan Pengembang
-
Batang Pengaduk
- Larutan Penampak Noda
-
Gelas Ukur
-
Alat Penotol/ Mikropipet
-
Cawan Petri
-
Chamber
-
Alat pengabut
-
Lempeng KLT
-
Lampu UV
b. Cara Kerja
1. Kertas whatman/ lempeng KLT dipotong sesuai ukuran, diberi garis dengan
pensil 1 – 1,5 cm dari batas bawah kertas/lempeng KLT.
2. Buatlah garis batas tinggi eluen/ larutan pengembang dengan pensil
maksimum 15 cm dari titik penotolan
3. Larutkan sampel dengan pelarut yang sesuai, kemudian sampel diambil
dengan mikropipet lalu totolkan pada garis yang sudah ditentukan.
4. Diulangi lagi penotolan sambil ditiup hingga kering.
5. Masukkan ke dalam chamber yang telah diisi dengan larutan pengembang atau
eluen.
6. Diamkan sampai larutan pengembang/eluen naik sampai batas yang di
tentukan, lalu angkat dan keringkan
7. Setelah kering disinari dahulu dengan lampu UV dan dtandai dengan pensil,
lalu disemprotkan dengan larutan penampak noda.
8. Ukur tinggi noda dari titik penotolan dan hitung nilai Rfnya.
2.
Analisa Secara Kromatografi Kolom
a. Alat dan Bahan
Alat :
Bahan :
- Labu Takar
- Bahan Obat Asetosal, PCT, Papaverin
- Pipet Volume
- Laruta Pengelusi/ Eluen
- Kolom
- Gelas Ukur
- Tabung Reaksi
- Kuvet
- Spektrofotometer
b. Cara Kerja
1. Bersihkan kolom lalu masukkan butiran silika gel sekitar ± 60 ml, bilas
dengan aquadest dan diatur kelancaran tetesannya kemudian dibilas lagi
dengan larutan pengelusi/eluen.
2. Kolom diisi dengan larutan pengelusi/eluen sampai melebihi kira – kira 2 ml
dari atas butiran silica gel dan lihat jangan sampai ada gelembung udara
karena dapat menghambat keluarnya larutan.
3. Masukkan sampel 2 ml ke dalam kolom lalu tambahkan eluen 2ml, kemudian
keluarkan dengan cara tetes demi tetes ke dalam tabung reaksi hingga 2 m,
dimana tabung reaksi sebelumnya sudah ditara lalu ditutup dengan kapas.
4. Ulangi pekerjaan ini dengan menambahkan eluen 2 ml (sampai hanya satu
kali saja) lalu keluarkan lagi 2 ml ke dalam tabung reaksi begitu seterusnya
hingga 40 tabung dan semuanya ditutup dengan kapas.
5. Setelah selesai semua maka sampel dalam taung reaksi diencerkan dengan
eluen lalu dimasukkan ke dalam kuvet dan tentukan absorban pada panjang
gelombang yang sesuai dengan sampel.
6. Buat grafik antara A Vs nomor sampel dalam tabung reaksi
3
Analisa Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
a. Alat dan Bahan
Alat :
Bahan :
- Labu Ukur
- Bahan Obat Paracetamol
- Beaker glass
- Aquabidestilata
- Pipet Volume
- Pelarut yang sesuai
- Ultra Sonic Shaker
- Metanol 70% (Sebagai Pencuci Kolom)
- Penyaring Vakum
- Spuit 10 cc
- Spuit 1 cc
- HPLC
b.
Cara Kerja
1. Timbang Sampel dan larutkan dengan pelarut yang sesuai (Larutan Induk)
2. Buatlah berbagai macam pengenceran hingga dapat diukur absorbansinya
dengan max teoritis
3. Sampel dalam labu takar ditutup dengan alumunium foil dan diberi lubang
kecil agar gas bisa keluar pada waktu dimasukkan dalam ultrasonic shaker
selama 5 menit
4. Sampel disaring dengan penyaring vacum, lalu hasil saringan diambil
dengan spuit yang diberi alat penyaring dan masukkan dalam wadah yang
bersih dan tertutup
5. HPLC dalam keadaan ready : ambil sampel dengan spuit sebanyak 1 ul,
suntikkan pada kolom tegak lurus lalu tutup penguci agar cairan tidak
keluar.
6. Amati hasilnya dalam bentuk grafik kemudian di print
BAB IV
HASIL DAN PERHITUNGAN
A. Kromatografi Kertas
a. Perhitungan Eluen
-
Toluen : Etanol : Asam. Asetat (60 : 39 : 1) ad 30 ml
Toluen = 60/100 x 30 ml = 18 ml
Etanol = 39/100 x 30 ml = 11,7 ml
As.Asetat = 1/100 x 30 ml = 0,3 ml
b. Data Percobaan
Bahan Obat
Jarak Tempuh
Jarak Tempuh Eluen
Komponen
(Pelarut)
Asetosal
2,70 cm
3,60 cm
Papaverin
3,30 cm
3,60 cm
Paracetamol
2,10 cm
3,60 cm
Tetrasiklin
0,80 cm
3,60 cm
c. Hasil Perhitungan
1. Rf Asetosal
=
=
HRf Asetosal
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑇𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝐾𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑇𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝐸𝑙𝑢𝑒𝑛
2,70 𝑐𝑚
3,60 𝑐𝑚
= 0,75
= Rf x 100%
= 0,75 x 100% = 75%
2. Rf Papaverin
=
=
HRf Papaverin
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑇𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝐾𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑇𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝐸𝑙𝑢𝑒𝑛
3,30 𝑐𝑚
3,60 𝑐𝑚
= 0,91
= Rf x 100%
= 0,91 x 100% = 91%
3. Rf Paracetamol
HRf Paracetamol
=
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑇𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝐾𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛
=
2,10 𝑐𝑚
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑇𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝐸𝑙𝑢𝑒𝑛
3,60 𝑐𝑚
= 0,583
= Rf x 100%
= 0,583 x 100% = 58,3 %
4. Rf Tetrasiklin
HRf Tetrasiklin
=
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑇𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝐾𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛
=
0,80 𝑐𝑚
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑇𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝐸𝑙𝑢𝑒𝑛
3,60 𝑐𝑚
= 0,22
= Rf x 100%
= 0,22 x 100% = 22 %
B. Kromatografi Lapis Tipis
a. Perhitungan Eluen
Toluen : Etanol : As. Asetat (60 : 39 : 1 ) ad 50 ml
Toluen = 60/100 x 50 ml = 30 ml
Etanol = 39/100 x 50 ml = 19,5 ml
As.Asetat = 1/100 x 50 ml = 0,5 ml
b. Data Percobaan
Bahan Obat
Jarak Tempuh
Komponen
6,20 cm
6,30 cm
Asetosal
Papaverin
c. Hasil Perhitungan :
1. Rf Asetosal
=
=
HRf Asetosal
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑇𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝐾𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑇𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝐸𝑙𝑢𝑒𝑛
6,20 𝑐𝑚
7,90 𝑐𝑚
= 0,78
= Rf x 100%
= 0,78 x 100% = 78%
2. Rf Papaverin
=
=
HRf Papaverin
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑇𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝐾𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑇𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝐸𝑙𝑢𝑒𝑛
6,30 𝑐𝑚
7,90 𝑐𝑚
= 0,79
= Rf x 100%
= 0,79 x 100% = 79 %
Jarak Tempuh Eluen
(Pelarut)
7,90 cm
7,90 cm
C. Kromatografi Kolom
a. Perhitungan Eluen
Butanol : As. Asetat : Aquadest (5 : 3 : 2) ad 200 ml
Butanol = 5/10 x 200 ml = 100 ml
As. Asetat = 3/10 x 200 ml = 60 ml
Aquadest = 2/10 x 200 ml = 40 ml
b. Data Hasil Percobaan
Tabung Ke
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
Absorban
0,019
0,050
0,102
0,183
0,215
0,245
0,313
0,327
0,336
0,379
0,453
0,479
0,580
0,595
0,612
0,629
0,878
0,693
0,705
0,825
0,858
0,876
0,893
0,792
0,723
0,608
0,824
0,350
0,150
0,476
0,527
0,436
Tab.ke
33
34
35
36
37
38
39
40
Absorban
0,378
0,267
0,114
0,109
0,016
0,022
0,069
0,083
c. Grafik Kromatografi Kolom
1
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
D. Kromatografi Cairan Kinerja Tinggi
Kurva Baku (Bahan Baku Obat)
a. Larutan Induk
Larutan Induk = 50 mg/50 ml
(Larutan Induk) = 1 mg/ml = 1000 g/ml
Absorbansi = 3,38 A
b. Seri Pengenceran untuk Kurva Baku
1 0,6 ml Lar.Induk + Aquadest ad 100 ml
Perhitungan Konsentrasi = g/ml = 6g/ml
2 0,7 ml Lar.Induk + Aquadest ad 100 ml
Perhitungan Konsentrasi = g/ml = 7g/ml
3 0,8 ml Lar.Induk + Aquadest ad 100 ml
Perhitungan konsentrasi = g/ml = 8g/ml
4 1 ml Lar. Induk + Aquadest ad 100 ml
Perhitungan Konsentrasi = g/ml = 10g/ml
5 1,2 ml Lar.Induk + Aquadest ad 100 ml
Perhitungan Konsentrasi = g/ml = 12g/ml
6 1,3 ml Lar.Induk + Aquadest ad 100 ml
Perhitungan Konsentrasi = g/ml = 13g/ml
c. Data Percobaan
No
Konsentrasi (X)
Absorbansi (Y)
X.Y
X2
Y2
1
6 g/ml
0,225 A
1,35
36
0,05063
2
7 g/ml
0,332 A
2,324
49
0,11022
3
8 g/ml
0,436 A
3,488
64
0,1901
4
10 g/ml
0,561 A
5,61
100
0,31472
5
12 g/ml
0,673 A
8,076
144
0,45293
6
13 g/ml
0,775 A
10,075
169
0,60063
x
9,3333
0,5003
5,1538
93,6667
0,2865
d. Perhitungan Kurva Baku
Slope (b) =
=
𝑥𝑦−𝑥 .𝑦
𝑥2−(𝑥)2
5,1538−(9,333 𝑥 0,5003)
93,6667−87,1048
= 0,0738
Y = bx + a
a = Y-bx
a = 0,775 – 0,0738 (13)
a = 0,775 – 0,9594
= -0,1844
r = 0,9936
Persamaan Linear : Y = 0,0738x – 0,1844
e. Kurva Baku Paracetamol
Kurva Baku (Konsentrasi vs Absorbansi)
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
6
7
8
10
12
13
Data Percobaan & Perhitungan Kadar Paracetamol tablet
1 Berat 1 Tablet = 0,5953
2 Berat serbuk yg ditimbang untuk larutan induk = 120 mg
Larutan Induk = 120 mg/ 100ml
Absoransi = 3,50
3 Pengenceran III
0,9 ml Lar.Induk + ad 100 ml aquadest
Absorbansi = 0,466 A
4 Perhitungan
Y = 0,0738x – 0,1844
0,466 = 0,0738x – 0,1844
X = 0,008813 mg/ml
Kadar = 0,008813 x (100/0,9 x 100) x 100%
120
= 81,60 %
BAB V
PEMBAHASAN
Kromatografi merupakan salah satu cara menganalisa suatu bahan denga
instrumental alat berdasarkan serapan cahaya yang diserap atau diabsorbsi oleh bahan
obat yang akan ditentuka kadar. Kromatografi yang banyak digunakan meliputi
kromatografi kertas, kormatografi lapis tipis (KLT), kromatografi kolom dan
kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT). Kromatografi kertas merupakan
kromatografi cairan – cairan dimana sebagai fase diam adalah lapisan tipis air yang
diserap dari lembab udara oleh kertas jenis fase cair lainnya dapat digunakan. Prinsip
dasar kromatografi kertas adalah partisi multiplikatif suatu senyawa antara dua cairan
yang saling tidak bercampur.
Adsorben dalam kromatografi kertas (Fasediam) adalah kertas saring, yakni
selulosa yang bersifat polar. Eluen yang digunakan dalam kromatografi kertas dan
KLT serta kolom yaitu Toluen : Etanol : Asam Asetat dengan perbandingan 60 : 39 :
1. Sedangkan eluen yang digunakan pada kromatografi kolom yaitu Butanol : Asam
Asetat : Aquadest dengan perbandingan 5 : 3 : 2.
Asetosal atau yang dikenal dengan asam salisilat merupakan bahan obat yang bersifat
polar yang dapat larut dalam pelarut polar juga. Pelarut bergerak melalui serat dari
kertas oleh gaya kapiler dan menggerakkan komponen dari campuran cuplikan pada
perbedaan jarak dalam arah aliran pelarut. Bila permukaan pelarut telah bergerak
sampai jarak yang cukup jauhnya atau setelah waktu yang telah ditentukan, kertas
dikeluarkan dan dibiarkan kering. Kemudian noda dilihat di sinar UV. Jika senyawa
tidak timbul di sinar UV maka harus dideteksi dengan cara fisika dan kimia yaitu
dengan menggunakan suatu pereaksi – pereaksi yang memberikan sebuah warna
terhadap beberapa atau semua dari senyawa–senyawa, seperti reagen Bochardad.
Kemudian dihitung nilaiRf dan HRf masing-masing sample.
Harga Rf merupakan parameter karakteristik kromatografi kertas dan kromatografi
lapis tipis. Harga ini merupakan ukuran kecepatan migrasi suatu senyawa pada
kromatogram dan pada kondisi konstan merupakan besaran karakteristik dan
reprodusibel. Harga RF tertinggi diperoleh oleh papaverin sebesar 0,91 dan HRF nya
sebesar 91% sedangkan untuk kromatografi kertas harga Rf tertinggi diperoleh oleh
Papaverin HCL sebesar 0,79 dan nilai HRFnya yaitu 79%.
Sedangkan untuk kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) digunakan untuk
menentukan kadar suatu obat berdasarkan pada absorbansi cahaya yang terserap.
Krmatografi cair kinerja tinggi (KCKT) digunakan hanya untuk obat – obat yang
termasuk dalam golongan alkaloid seperti paracetamol yang hanya dapat diukur kadar
obatmya dengan menggunakan kromatografi. Dimana nilai regresi yang diperoleh dari
kurva baku bahan baku paracetamol yaitu Y = 0,0738x – 0,1844 dengan r=0,9936 dan
kadar yang diperoleh dari tablet paracetamol yaitu sebesar 81,60 dengan konsentrasi
pengenceran sebesar 0,9 ml/ 100 ml.
BAB VI
KESIMPULAN
Pada praktikum menganalisa secara kromatografi melalui kromatografi kertas,
kromatografi lapis tipis (KLT), kromatografi kolom dan HPLC dapat disimpulkan
sebagai berikut :
Pada kromatografi kertas nilai Rf asetosal sebesar 0,75 dengan nilai HRf sebesar
75%, nilai Rf papaverin hcl sebesar 0,91 dengan nilai HRf sebesar 91%, nilai Rf
paracetamol sebesar 0,583 dengan nilai HRf sebesar 58,3% sedangkan nilai Rf
tetrasiklin sebesar 0,22 dengan nilai HRf sebesar 22%
Pada kromatografi lapis tipis nilai Rf asetosal sebesar 0,78 dengan nilai HRf
sebesar 78% sedangkan nilai Rf papaverin hcl sebesar 0,79 dengan nilai HRf
sebesar 79%.
Pada kromatografi cair kinerja tinggi (HPLC) di dapatkan persamaan reaksi dari
kurva baku yaitu Y = 0,0738x – 0,1844 dengan kadar sebesar 81,60%.
Lampiran
1.1 Kromatografi kertas (UV)
1.2 Kromatografi kertas dengan
penampang noda dragondroff
2.1 Kromatografi Lapis Tipis (UV)
2.2 KLT dengan penampang noda
Dragendrof
3.1 Grafik HPLC Tablet Paracetamol dengan
Konsentarsi pengenceran (0,9ml/100 ml)
3.2 Grafik HPLC Bahan Baku
Paracetamol (0,7ml/100ml)
3.3 Grafik HPLC Bahan Baku PCT
dengan konsentrasi pengenceran
(0,8/100ml)
3.4 Grafik HPLC Bahan Baku PCT
dengan konsentarsi pengenceran
(1,3/100ml)
Daftar Pustaka
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan RI:
Jakarta.
Gandjar, IG dan Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta.
Rachdiati, Henny dan Ricson P Hutagaol dan Erna Rosdiana. Penentuan Waktu
Kelarutan Parasetamol Pada Uji Disolusi. Nusa Kimia Jurnal Vol.8 No.1 : 1-6,
Juni 2008. FMIPA UNB.
Sastrohamidjojo. 1985. Kromatografi. Penerbit Liberty. Yogyakarta
Putra, Effendy De Lux. (2004). Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Dalam Bidang
Farmasi. Jurnal Kimia Farmasi FMIPA. Universitas Sumatra Utara.
Mulya, M., dan Suherman. 1995. Analisis Instrumen. Airlangga University Press.
Surabaya.
Rusmayanti.2011.Analisis Berbagai Merk tablet parasetamol 500mg Digunakandi
Maiduguri, Menggunakan Violet Ultra Spektrofotometri dan Kinerja Tinggi Liquid
kromatografi (HPLC). Internasional Penelitian Jurnal Farmasi. ISSN 2230 – 8407
CARLOS JOHAN ARMANDO
1343050060
YUNIKA
1343050085
JEANETH PIETHAGINA
1343050117
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA
2017
BAB I
PENDAHULUAN
Pemisahan dan pemurnian kandungan tumbuhan terutama dilakukan dengan
menggunakan salah satu dari empat teknik kromatografi atau gabungan teknik tersebut.
Keempat teknik kromatografi itu terdiri atas : kromatografi kertas (KKt), kromatografi lapis
tipis (KLT), kromatografi gas cair (KGC), dan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT).
Kromatografi cair-padat pada umumnya sangat cocok untuk cuplikan-cuplikan yang larut
dalam pelaut nonpolar dan kurang larut yang mengandung air seperti yang digunakan dalam
kromatografi partisi fasa terikat.
Kromatografi partisi, senyawa-senyawa dengan perbedaan jenis dan jumlah gugus
fungsi biasanya dipisahkan. Kehebatan kromatografi partisi, yang tidak dimiliki oleh metode
lain, metode lain adalah kemampuan untuk memisahkan isomer. Pemisahan dan pemurnian
suatu bahan terutama dilakukan dengan menggunakan salah satu dari beberapa teknik
kromatografi ataupun menggunakan gabungan teknik-teknik tersebut. Pemilihan teknik
kromatografi sebagian besar tergantung pada sifat kelarutan dan keatsirian senyawa yang
akan terpisah.
Kromatografi adsorpsi diperkenalkan oleh Kuch dan ledere pada tahun 1931. Metode
ini dibangun untuk analisis biokimia dan organik, teknik pelaksanaannya dilakukan dengan
menggunakan kolom. Sebagai fasa diam dalam kolom dapat digunakan silika ataupun
alumina. Kromatografi cair-padat pada umumnya sangat cocok untuk cuplikan-cuplikan
yang larut dalam pelaut nonpolar dan kurang larut yang mengandung air seperti yang
digunakan dalam kromatografi partisi fasa terikat. Kromatografi partisi, senyawa-senyawa
dengan perbedaan jenis dan jumlah gugus fungsi biasanya dipisahkan.
Perbandingan seelektivitas kromatografi partisi dengan adsorbsi untuk beberapa
analit. Terlihat bahwa, bahwa resolusi homolog dan benzolog umumnya lebih baik dengan
kromatografi partisi fasa terbalik. Akan tetapi, pemisahan isomer-isomer biasanya lebih baik
dengan menggunakan kromatografi adsorbsi. Kromatografi menyangkut metode pemisahan
yang didasarkan atas distribusi diferensial komponen sampel di antara dua fasa, yaitu fasa
diam (stationary phase) dan fasa gerak (mobil phase). Fasa diam dapat berupa padatan atau
cairan yang terikat pada permukaan padatan (kertas atau suatu adsorben), sedangkan fasa
gerak dapat berupa cairan disebut eluen atau pelarut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kromatografi adalah metode suatu proses fisik yang digunakan untuk memisahkan
komponen-komponen dari suatu campuran senyawa kimia. Dalam kromatografi, campuran
tersebut dibuat sebagi zona yang sempit (kecil) pada salah satu ujung media porus seperti
adsorben, yang disebut alas atau landasan kromatografi. Zona campuran kemudian digerakan
dengan larutan suatu cairan atau gas yang bergerak sebagai pembawa, melaui media porus
tersebut, yang berupa partikel-partikel yang ”diam“ (tidak bergerak, statisiones). Sehingga
akibatnya masing-masing komponen dari campuran tersebut akan terbagi (terdistribusi)
secara tidak merata antara alas yang “diam” dan cairan atau gas yang membawanya. Akibat
selanjutnya, masing-masing komponen akan bergerak (bermigrasi) pada kecepatan yang
berbeda (differential migration) dan dengan demikian, akan sampai pada ujung lain dari alas
tersebut pada waktu yang berlainan, dan dengan demikian terjadilah pemisahan diantara
komponen-komponen yang ada. (Bahti, Husein H. 2011: 4).
Kromatografi merupakan salah satu metode pemisahan komponen-komponen
campuran yang berdasarkan distribusi diferensial dari komponen-komponen sampel diantara
dua fasa, yaitu fasa gerak dan fasa diam. Salah satu teknik kromatografi yang dimana fasa
gerak dan fasa diamnya menggunakan zat cair adalah HPLC (High Performance Liquid
Chromatography) atau didalam bahasa Indonesia disebut KCKT (Kromatografi Cair Kinerja
Tinggi). Teknik pemisahan menggunakan metode kromatografi terdiri dari beberapa macam,
berikut ini disajikan beberapa macam teknik kromatografi beserta penjelasannya:
A. Kromatografi kertas
Kromatografi kertas menggunakan fase diam kertas, yakni kandungan selulosa di
dalamnya, sedangkan untuk fase gerak yang digunakan adalah pelarut atau campuran
pelarut yang sesuai. Kertas sebagai fase diam akan dicelupkan ke dalam sampel dan
pelarut, selanjutnya sampel dan pelarut berdasarkan gaya kapilaritas akan terserap dan
bergerak ke atas. Perbandingan jarak relatif antara senyawa (sampel) dengan jarak
pelarut dihitung sebagai nilai Rf. Aplikasi penggunaan dari kromatografi kertas
sendiri adalah untuk memisahkan diantaranya adalah tinta, zat pewarna, senyawa
tumbuhan seperti klorofil , make up dan berbagai zat lainnya. Mekanisme kerja dari
kromatografi kertas cukup sederhana, di laboratorium kita sering melakukan
percobaan menggunaan teknik kromatografi kertas tersebut.
B. Kromatografi lapis tipis
Kromatografi lapis tipis biasanya menggunakan sebuah lempengan tipis yang terbalut
gel silika atau alumina. Silika tersebut berfungsi sebagai fase diam. Sementara untuk
fase gerak yang digunakan adalah pelarut atau campuran pelarut yang digunakan.
Aplikasi dari teknik pemisahan kromatografi lapis tipis dapat digunakan untuk
mengetahui jenis pada campuran asam amino tertentu. Ada beberpa interaksi yang
terjadi pada proses komatorgafi cair yaitu pembentukan ikatan hidrogen, ikatan
vander walls dan gaya debye sehingga terjadi pergerakan sampel didalam pelarut.
Kromatografi lapis tipis mirip dengan kromatografi kertas. Bedanya kertas diganti
dengan kaca atau plastik yang dilapisi dengan lapisan tipis absorben seperti alumina,
silika gel, selulosa ataupu material lainnya. kromatografi lapis tipis boleh ulang
(reproduksibel) dari pada kromatografi kertasCampuran sampel diteteskan pada kertas
dan batas migrasi pelarut ditandai. Setelah kertas dikeringkan, posisi senyawasenyawa yang ada dalam campuran sampel dapat dilihat dengan reaksi pewarnaan
yang sesuai. Rasio jarak yang ditempuh oleh senyawa dan jarak yang ditempuh oleh
pelarut disebut nilai Rf (retention factor) dan nilainya kurang lebih konstan untuk
senyawa tertentu, sistem pelarut dan kertas dibawah kondisi konsentrasi zat terlarut,
suhu dan pH yang terkontrol dengan baik. Nilai Rf berhubungan dengan koefisien
partisi. Kromatografi lapis tipis memiliki kelebihan dalam keserbagunaan, kecepatan,
dan kepekaannya dibandingkan dengan kromatografi kertas
C. GLC (Gas Liquid Chromatography)
GLC merupakan salah satu jenis kromatografi gas yang digunakan untuk memisahkan
senyawa-senyawa organik yang mudah menguap. Pada kromatografi ini, fase gerak
yang digunakan adalah gas dan fase diamnya adalah zat cair. Aplikasi dari
kromatografi ini misalnya digunakan untuk menentukan komposisi kimia dari zat
yang tidak diketahui, seperti misalnya senyawa berbeda dalam bensin. Waktu analisa
menggunakan GLC cenderung lebih lama. GLC menggunakan instrumen yang lebih
kompleks, beberapa instrumen yang penting dalam GLC, yaitu:
-
gas pembawa, merupakan gas yang harus inert dengan sampel dan harus murni.
Diantara gas pembawa yang banyak digunakan adalah hidrogen, helium, nitrogen,
argon
-
pengontrol aliran
-
injektor atau tempat untuk menyuntikkan sampel
-
detektor, merupakan instrumen yang berfungsi sinyal listrik
-
rekorder, merupakan instrumen yang akan merubah sinyal listrik menjadi sinyal
mekanik agar bisa dibaca dalam bentuk data.
D. HPLC ( High Performance Liquid Chromatography)
Teknik pemisahan HPLC memiliki banyak keunggulan dibanding dengan
kromatografi lainnya, diantaranya adalah cepat dalam proses analisa, resolusi yang
lebih tinggi, sensitivitas detektor yang lebih tinggi, kolom yangdipakai dapat
digunakan kembali, ideal dan cocok untuk zat yang bermolekul besar dan berionik
dan mudah rekoveri sampel.
Didalam teknik ini digunakan tekanan dan kecepatan yang cukup tinggi sehingga
mampu dihasilkan resolusi yang lebih baik. Teknik HPLC merupakan suatu metode
kromatografi cair-cair, yang dapat digunakan baik untuk keperluan pemisahan
maupun analisis kuantitatif. Analisis kualitatif dengan teknik HPLC didasarkan pada
pengukuran luas area standar. Pada prakteknya, metode pembandingan area standar
dan sampel kurang menghasilkan data yang akurat bila hanya melibatkan suatu
konsentrasi standar. Oleh karena itu, dilakukan dengan menggunakan teknik kurva
kalibrasi. (Wiji, dkk. 2010 : 17).
HPLC berbeda dari kromatografi kolom cairan konvensional dalam hal digunakan
bahan pengisi kolom berupa partikel yang sangat kecil berukuran sampai 3-5 μm
(1μm = 10-6 m). Sehingga mengharuskan digunakannya tekanan tinggi sampai 20.000
Kpa (
200 atmosfir) untuk mengalirkan fasa gerak melalui kolom tersebut.Ternyata,
penggunaan bahan pengisi kolom yang lebih kecil ini bukan saja telah memperbaiki
kecepatan analisis, tapi (dari ini yang lebih penting) ialah telah menghasilkan suatu
teknik dengan daya pisah yang tinggi. HPLC mempunyai kelemahan- kelemahan
yang diantaranya, peralatannya lebih rumit, tidak murah, dan perlu pengalaman.
Untuk beberapa jenis zat, metode ini kurang sensitif. Selain itu sampel disyaratkan
harus stabil dalam larutan.
Berdasarkan kepolaran fasa geraknya, HPLC dibagi menjadi 2 macam yaitu :
a. Fase Normal HPLC
HPLC jenis ini secara esensial sama dengan kromatografi kolom. Meskipun
disebut normal, ini bukan bentuk biasa dari HPLC. Kolom ini diisi dengan
partikel silika yang sangat kecil dan pelarut nonpolar seperti heksan sebuah
kolom sederhana memiliki diameter internal 4,6 mm (dan kemungkinan
kurang dari nilai ini) dengan panjang 120 nm-250 nm. Senyawa-senyawa
polar dalam campuran melalui kolom akan melekat lebih lama pada silika
yang polar dibanding dengan senyawa-senyawa non polar. Oleh karena itu,
senyawa yang non polar kemudian akan lebih cepat melewati kolom. Apabila
pasangan fasa diam lebih polar daripada fasa geraknya maka sistem ini
disebut HPLC fase normal.
b. Fase Balik HPLC
Pada HPLC jenis ini, ukuran kolomnya sama, tetapi silika dimodifikasi
menjadi non polar melalui pelekatan hidrokarbon dengan rantai panjang pada
permukaannya secara sederhana baik berupa atom karbon 8 atau 18. Dalam
kasus ini, akan terdapat interaksi yang kuat antara pelarut polar dan molekul
polar dalam campuran yang melalui kolom. Interaksi yang terjadi tidak sekuat
interaksi antara rantai-rantai hidrokarbon yang berlekatan pada silika (fasa
diam) dan molekul-molekul polar dalam larutan. Oleh karena itu molekulmolekul polar akan lebih cepat bergerak melalui kolom. Sedangkan molekulmolekul non polar akan bergerak lambat karena interaksi dengan gugus
hidrokarbon.
E. Kromatografi Kolom
Kromatografi kolom merupakan metode terbaik untuk pemisahan campuran dalam
jumlah besar (lebih dari 1g), dimana fase geraknya berupa zat cair dan fase diamnya
berupa zat padat. Ada empat perubahan utama yang dilakukan pada cara kolom
klasik. Pertama, dipakai penyerap yang lebih halus dengan kisaran ukuran mesh lebih
sempit agar tercipta kesetimbangan yang lebih baik didalam sistem. Kedua, sistem
tekanan, biasanya pompa mekanis, dipakai untuk mendorong pelarut melalui
penyerap yang halus. Ini perlu karena ukuran partikel kecil, tetapi pompa itu juga
menyebabkan kromatografi lebih cepat, jadi memperkecil difusi. Ketiga, detektor
telah dikembangkan sehingga diperoleh analisis senyawa yang berkesinambungan
ketika senyawa itu keluar dari kolom.(Roy,1991)
BAB III
PROSEDUR KERJA
1 Analisa Kromatografi Kertas & Kromatografi Lempeng Tipis (KLT)
a. Alat dan Bahan
Alat :
Bahan :
-
Erlenmeyer
- Bahan Obat Asetosal, Papaverin, PCT
-
Beaker glass
- Larutan Elusi/ Larutan Pengembang
-
Batang Pengaduk
- Larutan Penampak Noda
-
Gelas Ukur
-
Alat Penotol/ Mikropipet
-
Cawan Petri
-
Chamber
-
Alat pengabut
-
Lempeng KLT
-
Lampu UV
b. Cara Kerja
1. Kertas whatman/ lempeng KLT dipotong sesuai ukuran, diberi garis dengan
pensil 1 – 1,5 cm dari batas bawah kertas/lempeng KLT.
2. Buatlah garis batas tinggi eluen/ larutan pengembang dengan pensil
maksimum 15 cm dari titik penotolan
3. Larutkan sampel dengan pelarut yang sesuai, kemudian sampel diambil
dengan mikropipet lalu totolkan pada garis yang sudah ditentukan.
4. Diulangi lagi penotolan sambil ditiup hingga kering.
5. Masukkan ke dalam chamber yang telah diisi dengan larutan pengembang atau
eluen.
6. Diamkan sampai larutan pengembang/eluen naik sampai batas yang di
tentukan, lalu angkat dan keringkan
7. Setelah kering disinari dahulu dengan lampu UV dan dtandai dengan pensil,
lalu disemprotkan dengan larutan penampak noda.
8. Ukur tinggi noda dari titik penotolan dan hitung nilai Rfnya.
2.
Analisa Secara Kromatografi Kolom
a. Alat dan Bahan
Alat :
Bahan :
- Labu Takar
- Bahan Obat Asetosal, PCT, Papaverin
- Pipet Volume
- Laruta Pengelusi/ Eluen
- Kolom
- Gelas Ukur
- Tabung Reaksi
- Kuvet
- Spektrofotometer
b. Cara Kerja
1. Bersihkan kolom lalu masukkan butiran silika gel sekitar ± 60 ml, bilas
dengan aquadest dan diatur kelancaran tetesannya kemudian dibilas lagi
dengan larutan pengelusi/eluen.
2. Kolom diisi dengan larutan pengelusi/eluen sampai melebihi kira – kira 2 ml
dari atas butiran silica gel dan lihat jangan sampai ada gelembung udara
karena dapat menghambat keluarnya larutan.
3. Masukkan sampel 2 ml ke dalam kolom lalu tambahkan eluen 2ml, kemudian
keluarkan dengan cara tetes demi tetes ke dalam tabung reaksi hingga 2 m,
dimana tabung reaksi sebelumnya sudah ditara lalu ditutup dengan kapas.
4. Ulangi pekerjaan ini dengan menambahkan eluen 2 ml (sampai hanya satu
kali saja) lalu keluarkan lagi 2 ml ke dalam tabung reaksi begitu seterusnya
hingga 40 tabung dan semuanya ditutup dengan kapas.
5. Setelah selesai semua maka sampel dalam taung reaksi diencerkan dengan
eluen lalu dimasukkan ke dalam kuvet dan tentukan absorban pada panjang
gelombang yang sesuai dengan sampel.
6. Buat grafik antara A Vs nomor sampel dalam tabung reaksi
3
Analisa Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
a. Alat dan Bahan
Alat :
Bahan :
- Labu Ukur
- Bahan Obat Paracetamol
- Beaker glass
- Aquabidestilata
- Pipet Volume
- Pelarut yang sesuai
- Ultra Sonic Shaker
- Metanol 70% (Sebagai Pencuci Kolom)
- Penyaring Vakum
- Spuit 10 cc
- Spuit 1 cc
- HPLC
b.
Cara Kerja
1. Timbang Sampel dan larutkan dengan pelarut yang sesuai (Larutan Induk)
2. Buatlah berbagai macam pengenceran hingga dapat diukur absorbansinya
dengan max teoritis
3. Sampel dalam labu takar ditutup dengan alumunium foil dan diberi lubang
kecil agar gas bisa keluar pada waktu dimasukkan dalam ultrasonic shaker
selama 5 menit
4. Sampel disaring dengan penyaring vacum, lalu hasil saringan diambil
dengan spuit yang diberi alat penyaring dan masukkan dalam wadah yang
bersih dan tertutup
5. HPLC dalam keadaan ready : ambil sampel dengan spuit sebanyak 1 ul,
suntikkan pada kolom tegak lurus lalu tutup penguci agar cairan tidak
keluar.
6. Amati hasilnya dalam bentuk grafik kemudian di print
BAB IV
HASIL DAN PERHITUNGAN
A. Kromatografi Kertas
a. Perhitungan Eluen
-
Toluen : Etanol : Asam. Asetat (60 : 39 : 1) ad 30 ml
Toluen = 60/100 x 30 ml = 18 ml
Etanol = 39/100 x 30 ml = 11,7 ml
As.Asetat = 1/100 x 30 ml = 0,3 ml
b. Data Percobaan
Bahan Obat
Jarak Tempuh
Jarak Tempuh Eluen
Komponen
(Pelarut)
Asetosal
2,70 cm
3,60 cm
Papaverin
3,30 cm
3,60 cm
Paracetamol
2,10 cm
3,60 cm
Tetrasiklin
0,80 cm
3,60 cm
c. Hasil Perhitungan
1. Rf Asetosal
=
=
HRf Asetosal
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑇𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝐾𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑇𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝐸𝑙𝑢𝑒𝑛
2,70 𝑐𝑚
3,60 𝑐𝑚
= 0,75
= Rf x 100%
= 0,75 x 100% = 75%
2. Rf Papaverin
=
=
HRf Papaverin
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑇𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝐾𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑇𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝐸𝑙𝑢𝑒𝑛
3,30 𝑐𝑚
3,60 𝑐𝑚
= 0,91
= Rf x 100%
= 0,91 x 100% = 91%
3. Rf Paracetamol
HRf Paracetamol
=
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑇𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝐾𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛
=
2,10 𝑐𝑚
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑇𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝐸𝑙𝑢𝑒𝑛
3,60 𝑐𝑚
= 0,583
= Rf x 100%
= 0,583 x 100% = 58,3 %
4. Rf Tetrasiklin
HRf Tetrasiklin
=
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑇𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝐾𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛
=
0,80 𝑐𝑚
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑇𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝐸𝑙𝑢𝑒𝑛
3,60 𝑐𝑚
= 0,22
= Rf x 100%
= 0,22 x 100% = 22 %
B. Kromatografi Lapis Tipis
a. Perhitungan Eluen
Toluen : Etanol : As. Asetat (60 : 39 : 1 ) ad 50 ml
Toluen = 60/100 x 50 ml = 30 ml
Etanol = 39/100 x 50 ml = 19,5 ml
As.Asetat = 1/100 x 50 ml = 0,5 ml
b. Data Percobaan
Bahan Obat
Jarak Tempuh
Komponen
6,20 cm
6,30 cm
Asetosal
Papaverin
c. Hasil Perhitungan :
1. Rf Asetosal
=
=
HRf Asetosal
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑇𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝐾𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑇𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝐸𝑙𝑢𝑒𝑛
6,20 𝑐𝑚
7,90 𝑐𝑚
= 0,78
= Rf x 100%
= 0,78 x 100% = 78%
2. Rf Papaverin
=
=
HRf Papaverin
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑇𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝐾𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑇𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝐸𝑙𝑢𝑒𝑛
6,30 𝑐𝑚
7,90 𝑐𝑚
= 0,79
= Rf x 100%
= 0,79 x 100% = 79 %
Jarak Tempuh Eluen
(Pelarut)
7,90 cm
7,90 cm
C. Kromatografi Kolom
a. Perhitungan Eluen
Butanol : As. Asetat : Aquadest (5 : 3 : 2) ad 200 ml
Butanol = 5/10 x 200 ml = 100 ml
As. Asetat = 3/10 x 200 ml = 60 ml
Aquadest = 2/10 x 200 ml = 40 ml
b. Data Hasil Percobaan
Tabung Ke
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
Absorban
0,019
0,050
0,102
0,183
0,215
0,245
0,313
0,327
0,336
0,379
0,453
0,479
0,580
0,595
0,612
0,629
0,878
0,693
0,705
0,825
0,858
0,876
0,893
0,792
0,723
0,608
0,824
0,350
0,150
0,476
0,527
0,436
Tab.ke
33
34
35
36
37
38
39
40
Absorban
0,378
0,267
0,114
0,109
0,016
0,022
0,069
0,083
c. Grafik Kromatografi Kolom
1
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
D. Kromatografi Cairan Kinerja Tinggi
Kurva Baku (Bahan Baku Obat)
a. Larutan Induk
Larutan Induk = 50 mg/50 ml
(Larutan Induk) = 1 mg/ml = 1000 g/ml
Absorbansi = 3,38 A
b. Seri Pengenceran untuk Kurva Baku
1 0,6 ml Lar.Induk + Aquadest ad 100 ml
Perhitungan Konsentrasi = g/ml = 6g/ml
2 0,7 ml Lar.Induk + Aquadest ad 100 ml
Perhitungan Konsentrasi = g/ml = 7g/ml
3 0,8 ml Lar.Induk + Aquadest ad 100 ml
Perhitungan konsentrasi = g/ml = 8g/ml
4 1 ml Lar. Induk + Aquadest ad 100 ml
Perhitungan Konsentrasi = g/ml = 10g/ml
5 1,2 ml Lar.Induk + Aquadest ad 100 ml
Perhitungan Konsentrasi = g/ml = 12g/ml
6 1,3 ml Lar.Induk + Aquadest ad 100 ml
Perhitungan Konsentrasi = g/ml = 13g/ml
c. Data Percobaan
No
Konsentrasi (X)
Absorbansi (Y)
X.Y
X2
Y2
1
6 g/ml
0,225 A
1,35
36
0,05063
2
7 g/ml
0,332 A
2,324
49
0,11022
3
8 g/ml
0,436 A
3,488
64
0,1901
4
10 g/ml
0,561 A
5,61
100
0,31472
5
12 g/ml
0,673 A
8,076
144
0,45293
6
13 g/ml
0,775 A
10,075
169
0,60063
x
9,3333
0,5003
5,1538
93,6667
0,2865
d. Perhitungan Kurva Baku
Slope (b) =
=
𝑥𝑦−𝑥 .𝑦
𝑥2−(𝑥)2
5,1538−(9,333 𝑥 0,5003)
93,6667−87,1048
= 0,0738
Y = bx + a
a = Y-bx
a = 0,775 – 0,0738 (13)
a = 0,775 – 0,9594
= -0,1844
r = 0,9936
Persamaan Linear : Y = 0,0738x – 0,1844
e. Kurva Baku Paracetamol
Kurva Baku (Konsentrasi vs Absorbansi)
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
6
7
8
10
12
13
Data Percobaan & Perhitungan Kadar Paracetamol tablet
1 Berat 1 Tablet = 0,5953
2 Berat serbuk yg ditimbang untuk larutan induk = 120 mg
Larutan Induk = 120 mg/ 100ml
Absoransi = 3,50
3 Pengenceran III
0,9 ml Lar.Induk + ad 100 ml aquadest
Absorbansi = 0,466 A
4 Perhitungan
Y = 0,0738x – 0,1844
0,466 = 0,0738x – 0,1844
X = 0,008813 mg/ml
Kadar = 0,008813 x (100/0,9 x 100) x 100%
120
= 81,60 %
BAB V
PEMBAHASAN
Kromatografi merupakan salah satu cara menganalisa suatu bahan denga
instrumental alat berdasarkan serapan cahaya yang diserap atau diabsorbsi oleh bahan
obat yang akan ditentuka kadar. Kromatografi yang banyak digunakan meliputi
kromatografi kertas, kormatografi lapis tipis (KLT), kromatografi kolom dan
kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT). Kromatografi kertas merupakan
kromatografi cairan – cairan dimana sebagai fase diam adalah lapisan tipis air yang
diserap dari lembab udara oleh kertas jenis fase cair lainnya dapat digunakan. Prinsip
dasar kromatografi kertas adalah partisi multiplikatif suatu senyawa antara dua cairan
yang saling tidak bercampur.
Adsorben dalam kromatografi kertas (Fasediam) adalah kertas saring, yakni
selulosa yang bersifat polar. Eluen yang digunakan dalam kromatografi kertas dan
KLT serta kolom yaitu Toluen : Etanol : Asam Asetat dengan perbandingan 60 : 39 :
1. Sedangkan eluen yang digunakan pada kromatografi kolom yaitu Butanol : Asam
Asetat : Aquadest dengan perbandingan 5 : 3 : 2.
Asetosal atau yang dikenal dengan asam salisilat merupakan bahan obat yang bersifat
polar yang dapat larut dalam pelarut polar juga. Pelarut bergerak melalui serat dari
kertas oleh gaya kapiler dan menggerakkan komponen dari campuran cuplikan pada
perbedaan jarak dalam arah aliran pelarut. Bila permukaan pelarut telah bergerak
sampai jarak yang cukup jauhnya atau setelah waktu yang telah ditentukan, kertas
dikeluarkan dan dibiarkan kering. Kemudian noda dilihat di sinar UV. Jika senyawa
tidak timbul di sinar UV maka harus dideteksi dengan cara fisika dan kimia yaitu
dengan menggunakan suatu pereaksi – pereaksi yang memberikan sebuah warna
terhadap beberapa atau semua dari senyawa–senyawa, seperti reagen Bochardad.
Kemudian dihitung nilaiRf dan HRf masing-masing sample.
Harga Rf merupakan parameter karakteristik kromatografi kertas dan kromatografi
lapis tipis. Harga ini merupakan ukuran kecepatan migrasi suatu senyawa pada
kromatogram dan pada kondisi konstan merupakan besaran karakteristik dan
reprodusibel. Harga RF tertinggi diperoleh oleh papaverin sebesar 0,91 dan HRF nya
sebesar 91% sedangkan untuk kromatografi kertas harga Rf tertinggi diperoleh oleh
Papaverin HCL sebesar 0,79 dan nilai HRFnya yaitu 79%.
Sedangkan untuk kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) digunakan untuk
menentukan kadar suatu obat berdasarkan pada absorbansi cahaya yang terserap.
Krmatografi cair kinerja tinggi (KCKT) digunakan hanya untuk obat – obat yang
termasuk dalam golongan alkaloid seperti paracetamol yang hanya dapat diukur kadar
obatmya dengan menggunakan kromatografi. Dimana nilai regresi yang diperoleh dari
kurva baku bahan baku paracetamol yaitu Y = 0,0738x – 0,1844 dengan r=0,9936 dan
kadar yang diperoleh dari tablet paracetamol yaitu sebesar 81,60 dengan konsentrasi
pengenceran sebesar 0,9 ml/ 100 ml.
BAB VI
KESIMPULAN
Pada praktikum menganalisa secara kromatografi melalui kromatografi kertas,
kromatografi lapis tipis (KLT), kromatografi kolom dan HPLC dapat disimpulkan
sebagai berikut :
Pada kromatografi kertas nilai Rf asetosal sebesar 0,75 dengan nilai HRf sebesar
75%, nilai Rf papaverin hcl sebesar 0,91 dengan nilai HRf sebesar 91%, nilai Rf
paracetamol sebesar 0,583 dengan nilai HRf sebesar 58,3% sedangkan nilai Rf
tetrasiklin sebesar 0,22 dengan nilai HRf sebesar 22%
Pada kromatografi lapis tipis nilai Rf asetosal sebesar 0,78 dengan nilai HRf
sebesar 78% sedangkan nilai Rf papaverin hcl sebesar 0,79 dengan nilai HRf
sebesar 79%.
Pada kromatografi cair kinerja tinggi (HPLC) di dapatkan persamaan reaksi dari
kurva baku yaitu Y = 0,0738x – 0,1844 dengan kadar sebesar 81,60%.
Lampiran
1.1 Kromatografi kertas (UV)
1.2 Kromatografi kertas dengan
penampang noda dragondroff
2.1 Kromatografi Lapis Tipis (UV)
2.2 KLT dengan penampang noda
Dragendrof
3.1 Grafik HPLC Tablet Paracetamol dengan
Konsentarsi pengenceran (0,9ml/100 ml)
3.2 Grafik HPLC Bahan Baku
Paracetamol (0,7ml/100ml)
3.3 Grafik HPLC Bahan Baku PCT
dengan konsentrasi pengenceran
(0,8/100ml)
3.4 Grafik HPLC Bahan Baku PCT
dengan konsentarsi pengenceran
(1,3/100ml)
Daftar Pustaka
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan RI:
Jakarta.
Gandjar, IG dan Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta.
Rachdiati, Henny dan Ricson P Hutagaol dan Erna Rosdiana. Penentuan Waktu
Kelarutan Parasetamol Pada Uji Disolusi. Nusa Kimia Jurnal Vol.8 No.1 : 1-6,
Juni 2008. FMIPA UNB.
Sastrohamidjojo. 1985. Kromatografi. Penerbit Liberty. Yogyakarta
Putra, Effendy De Lux. (2004). Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Dalam Bidang
Farmasi. Jurnal Kimia Farmasi FMIPA. Universitas Sumatra Utara.
Mulya, M., dan Suherman. 1995. Analisis Instrumen. Airlangga University Press.
Surabaya.
Rusmayanti.2011.Analisis Berbagai Merk tablet parasetamol 500mg Digunakandi
Maiduguri, Menggunakan Violet Ultra Spektrofotometri dan Kinerja Tinggi Liquid
kromatografi (HPLC). Internasional Penelitian Jurnal Farmasi. ISSN 2230 – 8407