4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tumbuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tumbuhan

  Temulawak berasal dari kawasan Indonesia, dan telah tersebar diseluruh nusantara.Banyak dimanfaatkan masyarakat dalam bentuk jamu dan obat lainnya.

  Karena temulawak hanya bisa tumbuh dan berproduksi dengan baik di daratan rendah sampai pegunungan (daratan tinggi) yakni mulai 5 – 1200 m di atas permukaan laut, tumbuh liar di tempat yang agak terlindung, seperti di bawah naungan hutan jati, padang alang-alang, dan hutan belantara lainnya. Juga cocok ditanam di bawah pohon-pohon tahunan dan dibudidayakan di lahan perkarangan dan dikebun.Tumbuhan ini hidup pada berbagai jenis tanah seperti tanah liat, berpasir, tetapi untuk mendapatkan rimpang yang berkualitas baik diperlukan tanah yang subur yang mengandung banyak unsur hara (Rukmana, 1995).

2.1.1 Klasifikasi tanaman

  Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) memiliki tatanama sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta Sub-divisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledoneae Bangsa : Zingiberales Suku : Zingiberaceae Genus : Curcuma Spesies : Curcuma xanthorrhiza Roxb. (Depkes RI, 2000)

  2.1.2 Nama daerah

  Nama daerah tumbuhan temulawak adalah temulawak (Jawa), temolabak (Madura), temulawak (Melayu), konenggede (Sunda) (Hariana, 2006).

  2.1.3 Morfologi tumbuhan

  Temulawak merupakan tanaman tahunan. Tinggi tanaman sekitar 0,5 – 2,5 m. Batangnya merupakan batang semu yang terdiri atas beberapa gabungan pangkal daun yang berpadu. Daun berbentuk lanset memanjang berwarna hijau tua dengan garis-garis cokelat.

  Bunga temulawak biasanya muncul dari samping batang semunya setelah tanaman cukup dewasa.Bunga berukuran pendek dan lebar, warnanya putih atau kuning muda bercampur merah.Daun pelindung bunga berukuran besar.

  Rimpangnya berukuran besar dan berbentuk bulat.Rimpang induk dapat memiliki banyak cabang sehingga bentuk keseluruhan rimpang beraneka.Kulit luar rimpang berwarna cokelat kemerahan atau kuning tua. Apabila dibelah akan terlihat daging rimpang berwarna orange tua atau kecoklatan, beraroma tajam khas temulawak, dan rasa pahit. Warna rimpang cabang umumnya lebih dari pada rimpang induk (Hariana, 2006).

  2.1.4 Kandungan kimia

  Rimpang temulawak mengandung zat warna kuning (kurkumin), serat, pati, kalium oksalat, minyak atsiri seperti kamfer, xanthorrhizol, borneol, dan zingiberen (Hariana, 2006) dan juga mengandung saponin, flavonoida (Ditjen POM, 2000).

2.2 Ekstraksi

  Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair.Simplisia yang diekstrak mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang tidak dapat larut seperti serat, karbohidrat, protein dan lain-lain.

  Menurut Ditjen POM (2000), ada beberapa metode ekstraksi yang sering digunakan dalam berbagai penelitian antara lain yaitu:

2.2.1 Cara dingin

  1. Maserasi Maserasi adalah proses penyarian simplisia dengan cara perendaman menggunakan pelarut dengan sesekali pengadukan pada temperatur kamar.

  Maserasi yang dilakukan pengadukan secara terus-menerus disebut maserasi kinetik sedangkan yang dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan terhadap maserat pertama dan seterusnya disebut remaserasi.

  2. Perkolasi Perkolasi adalah proses penyarian simplisia dengan pelarut yang selalu baru sampai terjadi penyarian sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur kamar. Proses perkolasi terdiri dari tahap pelembaman bahan, tahap perendaman antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak) terus menerus sampai diperoleh perkolat yang jumlahnya 1-5 kali bahan.

  1. Refluks

  Refluks adalah proses penyarian simplisia dengan menggunakan alat pada terperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

  2. Digesti Digesti adalah proses penyarian dengan pengadukan kontinu pada temperatur lebih tinggi dari pada temperatur ruangan, yaitu secara umum dilakukan

  o o

  pada temperatur 40 -50 C.

  3. Sokletasi Sokletasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut yang selalu baru, dilakukan dengan menggunakan alat soklet sehingga menjadi ekstraksi kontinu dengan pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

  4. Infudasi Infudasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada

  o temperatur 90 C selama 15 menit.

  5. Dekoktasi Dekoktasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada

  o temperatur 90 C selama 30 menit.

  2.3 Uraian Sediaan Tablet

2.3.1 Defenisi tablet

  Defenisi tablet menurut Farmakope Indonesia edisi III adalah sediaan padat permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih, dengan atau tanpa bahan tambahan. Bahan tambahan yang dapat berfungsi sebagai bahan pengisi, bahan pengembang, bahan pengikat, bahan pelicin, bahan pembasah atau bahan lain yang cocok.

  Tablet merupakan jenis sediaan yang banyak digunakan sampai sekarang karena memberikan dosis yang tepat pada pemakaiannya, mudah pemakaiannya, mudah pengemasannya, stabilitas kimia dan aktifitas fisiologis dari bahan-bahan obat cukup baik (Banker dan Anderson, 1994).

  Menurut Banker dan Anderson (1994), tablet yang dinyatakan baik harus memenuhi syarat, yaitu: a.

  Memiliki kemampuan atau daya tahan terhadap pengaruh mekanis selama proses produksi, pengemasan dan distribusi.

  b.

  Bebas dari kerusakan seperti pecah pada permukaan dari sisi-sisi tablet.

  c.

  Dapat menjamin kestabilan fisik maupun kimia dari zat berkhasiat yang terkandung didalamnya.

  d.

  Dapat membebaskan zat berkhasiat dengan baik sehingga memberikan efek pengobatan seperti yang dikehendaki.

  Tablet dapat didefinisikan sebagai bentuk sediaan solid yang mengandung satu atau lebih zat aktif dengan atau tanpa berbagai eksipien (yang meningkatkan mutu sediaan tablet, kelancaran sifat aliran bebas, sifat kohesifitas, kecepatan disintegrasi, dan sifat antilekat) dan dibuat dengan mengempa campuran serbuk dalam mesin tablet. Definisi lain tablet kempa adalah unit bentuk sediaan solid, dibuat dengan mengempa suatu campuran serbuk yang mengandung zat aktif dengan atau tanpa bahan tanbahan atau bahan tertentu yang dipilih guna membantu dalam proses pembuatan dan untuk menciptakan sifat-sifat sediaan tablet yang dikehendaki (Siregar dan Wikarsa, 2010).

  2.3.2 Bentuk tablet

  Tablet terdapat dalam berbagai ragam bentuk, ukuran, bobot, kekerasan, ketebalan, dan dalam aspek lain, tergantung pada penggunaan yang dimaksudkan dan metode penggunaannya.Tablet biasanya berbentuk bundar dengan permukaan datar, atau konveks.Bentuk khusus seperti kaplet, segitiga, lonjong, empat segi, dan segi enam (heksagonal) dikembangkan oleh beberapa pabrik untuk membedakan produknya terhadap produk pabrik lainnya.Tablet dapat dihasilkan dalam berbagai bentuk, dengan membuat punch dan lubang kempa (lesung tablet) cetakan yang didesain secara khusus. Misalnya jika punch kurang konkaf makin datar tablet yang dihasilkan. Sebaliknya punch yang semakin konkaf, semakin lebih konveks tablet yang dihasilkan.

  Tablet dapat diberi monogram pada salah satu atau pada kedua permukaan tablet, tergantung keberadaan monogram pada punch bawah dan /atau punch atas yang menghasilkan monogram.

  Tablet adalah sediaan solid mengandung zat aktif yang dapat diberikan secara oral dan ditelan, tablet yang hanya ditempatkan dirongga mulut tanpa ditelan, tablet oral yang dikunyah dulu lalu ditelan, atau hanya dikulum/dihisap (Siregar dan Wikarsa, 2010).

  2.3.3 Keseragaman ukuran

  Kecuali dinyatakan lain, diameter tablet tidak lebih dari tiga kali dan tidak

  2.4. Tablet Effervesen

  Effervesen didefinisikan sebagai bentuk sediaan yang menghasilkan gelembung sebagai hasil reaksi kimia dalam larutan. Sediaan effervesen merupakan salah satu sediaan farmasi yang dapat digunakan secara praktis, yaitu dengan caramencampurkan tablet effervesen ke dalam air (Mohrle, 1998). Tablet effervesen merupakan sediaan yang larut dalam air.Selain zat aktif, tablet effervesen juga mengandung campuran asam (asam sitrat, asam tartrat) dan natrium bikarbonat.Tablet dilarutkan atau didispersi dalam air sebelum pemberian, tablet harus disimpan dalam wadah tertutup rapat atau kemasan tahan lembab, pada etiket tertera tidak untuk langsung ditelan (Depkes RI, 1995).

  Tablet effervesen merupakan tablet berbuih yang dibuat dengan cara kompresi granul yang mengandung garam effervesen atau bahan-bahan lain yang mampu melepaskan gas ketika bercampur dengan air (Ansel, 1989). Granul merupakan gumpalan-gumpalan dari partikel-partikel yang lebih kecil dengan bentuk tidak merata dan menjadi seperti partikel tunggal yang lebih besar. Granul mengalir baik dibanding serbuk, dari bahan asal yang sama bentuk granul biasanya lebih stabil secara fisik dan kimia dari pada serbuknya. Granul biasanya lebih tahan terhadap pengaruh udara (Ansel, 1989). Evaluasi granul adalah suatu evaluasi terhadap bahan atau granul sebagai bahan bahan baku proses pembuatan tablet. Evaluasi granul ini sangat penting dilakukan sebelum dilakukan proses pencetakan tablet, karena sifat granul dapat berpengaruh pada tablet effervesen yang dihasilkan.

  Reaksi yang terjadi pada pelarutan tablet effervesen adalah reaksi antara senyawa asam dan senyawa karbonat untuk menghasilkan gas CO . Gas CO yang

  2

  2

  terbentuk dapat memberikan rasa segar, sehingga rasa getir dapat tertutupi dengan effervesen dilarutkan dalam air. Garam- garam effervesen biasanya diolah dari suatu kombinasi asam sitrat dan asam tartrat dari pada hanya satu macam asam saja, karena penggunaan bahan asam tunggal saja akan menimbulkan kesukaran. Apabila asam tartrat sebagai asam tunggal, granul yang dihasilkan akan mudah kehilangan kekuatan dan akan mengumpal. Asam sitrat saja akan menghasilkan campuran lekat dan sukar menjadi granul (Ansel, 1989). Reaksinya adalah sebagai berikut :

  a. C H O . H O + 3NaHCO Na C H O + 4H O + 3CO

  3

  6

  5

  7

  2

  3

  2

  6

  5

  7

  2

  2 H b.

  2 C

  4 H

  4 O 6 + 2NaHCO 3  Na

  2 C

  4 H

  4 O 6 + 2H

  2 O + 2CO

  2 H

  Reaksi di atas menunjukkan bahwa untuk menetralisir satu molekul asam sitrat dibutuhkan 3 molekul natrium bikarbonat (NaHCO ) sedangkan untuk

  3

  menetralisir satu molekul asam tartrat dibutuhkan 2 molekul natrium bikarbonat (NaHCO ).

3 Reaksi tersebut tidak diharapkan terjadi sebelum tablet effervesen

  dilarutkan, oleh karena itu perlu pengendalian kadar air bahan baku dan kelembaban lingkungan agar tetap rendah untuk mencegah penguraian dan ketidakstabilan produk. Ruang pencampuran bahan dan pencetakan yang memiliki

  o

  kelembaban maksimal 25% dan suhu maksimal adalah 25 C merupakan kondisi yang baik untuk proses pembuatan tablet effervesen. Kelarutan yang tinggi dalam air merupakan salah satu hal yang penting dalam pembuatan tablet effervesen agar tablet dapat larut dengan cepat (Swarbrick, 2007).

  Tablet effervesen memiliki beberapa keuntungan antara lain: 1.

  Memungkinkan penyiapan larutan dalam waktu seketika yang 2.

  Rasa yang menyenangkan karena karbonasi membantu menutup rasa zat aktif yang tidak enak.

  3. Tablet biasanya cukup besar memungkinkan produk dapat dikemas secara individual untuk mencegah lembab, sehingga bisa menghindari masalah kestabilan zat aktif dalam penyimpanan.

  4. Mudah menggunakannya karena tablet dilarutkan terlebih dahulu dengan air baru diminum.

  5. Bentuk sediaan dengan dosis terukur yang tepat. Tablet effervesen juga memiliki beberapa kerugiaan antara lain: 1.

  Kesukaran untuk menghasilkan produk yang stabil secara kimia.

  2. Kelembaban udara selama pembuatan produk mungkin sudah cukup untuk memulai reaktifitas effervesen.

2.4.1 Komposisi tablet effervesen

  Pada umumnya bahan baku tablet effervesen terdiri dari zat aktif dan bahan pembantu yang terdiri dari :

1. Asam sitrat

  Asam sitrat bentuk anhidrat merupakan hablur bening, tidak berwarna atau serbuk habur granul sampai halus, putih, tidak berbau atau praktis tidak berbau, memiliki rasa sangat asam, sangat mudah larut dalam air, larut dalam etanol, agak sukar larut dalam eter dan bersifat higroskopis.

  Pada kelembaban relative antara 65%-75% asam sitrat menyerap kelembaban. Asam sitrat memiliki Kristal monohidrat yang akan hilang

  o o

  Asam sitrat memiliki titik leleh hingga 100 C dan akan meleleh pada

  o

  suhu 75

  C. Asam sitrat berfungsi sebagai sumber asam pada tablet effervesen.

  2. Asam tartrat Asam tartrat memiliki bentuk hablur, tidak berwarna atau bening atau serbuk hablur halus sampai granul, warna putih tidak berbau, rasa asam, dalam bentuk serbuk asam tartrat stabil di udara. Asam tartrat sangat mudah larut dalam air, larut dalam methanol dan etanol, praktis tidak larut dalam kloroform dan eter (Departemen Kesehatan RI, 1995).

  3. Natrium bikarbonat Natrium bikarbonat merupakan serbuk hablur, putih.Stabil di udara kering, tetapi dalam udara lembab secara perlahan- lahan terurai.Natrium bikarbonat larut dalam air, tidak larut dalam etanol (Departemen Kesehatan RI, 1995).

  4. Polietilen glikol 6000 (PEG 6000) PEG 6000 berbentuk serbuk putih serta memiliki tingkat higrokopisitas yang sangat rendah dibandingkan PEG jenis lain dengan nomor yang lebih rendah (Siregar dan Wikarsa, 2010).

  5. Polivinil pirolidon (PVP) PVP banyak digunakan sebagai bahan tambahan, terutama dalam bentuk tablet oral dan tablet larut. Pengikat ini sangat cocok digunakan dalam pembuatan tablet effervesen karena mudah larut dalam air(Siregar dan Wikarsa, 2010).

  Sakarin Pemerian serbuk hablur; putih; tidak berbau atau agak aromatik; sangat manis. Kelarutan larut dalam 1,5 bagian air dan dalam 50 bagian etanol (Depkes RI, 1995).

  7. Mg stearat Mg stearate digunakan sebagai lubrikan untuk mengurangi gesekan ketika bentuk sediaan padat dikeluarkan dari proses pengempaan(Siregar dan Wikarsa, 2010).

  8. Maltodextrin Maltodextrin sangat kompresibel, larut sempurna, dan mempunyai karakteristik higroskopik yang sangat rendah(Siregar dan Wikarsa, 2010).

  9. Laktosa Laktosa hidrat merupakan pengisi yang paling luas digunakan dalam formulasi sediaan tablet.Zat ini menunjukkan stabilitas yang baik dalam gabungan dengan kebanyakan zat aktif hidrat ataupun anhidrat.Laktosa hidrat mengandung kira-kira 5% air Kristal. Laktosa merupakan eksipien yang baik sekali digunakan dalam tablet yang mengandung zat aktif berkonsentrasi kecil karena mudah melakukan pencampuran yang homogen (Siregar dan Wikarsa, 2010).

2.4.2 Metode pembuatan tablet effervesen a.

  Granulasi basah dengan granulasi untuk tablet konvesional. Teknik granulasi basah melibatkan pencampuran bahan-bahan kering dengan cairan penggranulasi untuk menghasilkan massa yang dapat dikerjakan. Masa tersebut yang mungkin bersifat plastis dan kohesif, dihaluskan sampai diperoleh distribusi ukuran partikel yang optimum dan dikeringkan untuk menghasilkan granul yang dapat dikempa (Siregar dan Wikarsa, 2010).

  b.

  Granulasi kering Granulasi kering dapat dikejakan dengan menggunakan peralatan pengolahan khusus yang dikenal sebagai kompaktor gulung (roller

  

compactor ). Mesin ini mengempa serbuk pracampur diantara dua rol besi

tahan karat yang berputar berlawanan dibawah tekanan yang sangat kuat.

  Bahan yang dikempa dihaluskan menjadi ukuran yang sesuai untuk digunakan sebagai granul tablet (Siregar dan Wikarsa, 2010).

Dokumen yang terkait

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang - Perimbangan Kepentingan Pemerintah Pusat Dengan Daerah Dalam Divestasi Saham Di Perusahaan Pertambangan Mineral Dan Batubara Menurut Uu No 25 Tahun 2007

0 0 27

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Sejarah Berdirinya Minimarket Kong Kali Kong - K3 : Kong Kali Kong(Studi Deskriptif Mengenai Strategi Pemasaran Minimarket Multifungsi Di Kota Medan)

0 0 21

BAB 1 PENDAHULUAN - K3 : Kong Kali Kong(Studi Deskriptif Mengenai Strategi Pemasaran Minimarket Multifungsi Di Kota Medan)

0 1 25

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tingkat Pendidikan 2.1.1 Pengertian Tingkat Pendidikan - Pengaruh Tingkat Pendidikan Dan Motivasi Terhadap Kinerja Pegawai Pada Pdam Tirtanadi Cabang Sei Agul Medan

0 1 17

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Tingkat Pendidikan Dan Motivasi Terhadap Kinerja Pegawai Pada Pdam Tirtanadi Cabang Sei Agul Medan

0 0 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Persepsi - Persepsi Ayah dan Ibu Tentang Pendidikan Seks Bagi Remaja Putra Dan Putri Di Kelurahan Sitataring Kecamatan Batang Ayumi Julu Kota Padangsidimpuan Tahun 2015

0 0 27

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Persepsi Ayah dan Ibu Tentang Pendidikan Seks Bagi Remaja Putra Dan Putri Di Kelurahan Sitataring Kecamatan Batang Ayumi Julu Kota Padangsidimpuan Tahun 2015

0 0 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Terhadap Tindakan Ibu Hamil Tentang Deteksi Dini Tanda-Tanda Bahaya Kehamilan Di Puskesmas Medan Deli Tahun 2015

0 1 25

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Implementasi Kebijakan 2.1.1. Definisi Implementasi Kebijakan - Implementasi Jaminan Kesehatan Nasional (Jkn) Di Puskesmas Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2014

0 0 25

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Pendukung Keputusan - Perbandingan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Metode Preference Ranking Organization Method For Enrichment Evaluation (PROMETHEE) untuk Pemilihan Hardisk Eksternal

0 0 17