BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Hubungan Karakteristik dan Perilaku Mengenai Lingkungan Fisik Rumah Terhadap Kejadian Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Laguboti Kecamatan Laguboti Kabupaten Tobasa Tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Dalam UU Kesehatan No 36 tahun 2009, setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan dan juga memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau serta bertanggungjawab menentukan pelayanan kesehatan. Menurut Hendrik L. Blum derajat kesehatan dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan.

  Disamping berpengaruh langsung pada kesehatan, juga saling berpengaruh satu sama lainnya. Status kesehatan akan tercapai secara optimal, bilamana keempat faktor tersebut secara bersama-sama mempunyai kondisi yang optimal pula (Notoatmodjo, 2008). Permasalahan yang dihadapi oleh negara berkembang termasuk Indonesia umumnya adalah kondisi sanitasi lingkungan yang jauh dari memenuhi syarat kesehatan, perilaku masyarakat yang kurang mendukung upaya kesehatan dan juga akses terhadap pelayanan kesehatan yang kurang.

  Penyakit Tuberkulosis (TB) adalah salah satu penyakit menular langsung yang disebabkan kuman Mycobacterium tuberculosis. Menurut WHO pada tahun 1995, di dunia setiap tahun terjadi sekitar 9 juta penderita baru Tuberkulosis dengan kematian 3 juta orang. Di negara-negara berkembang kematian penderita Tuberkulosis merupakan 25% dari seluruh kematian yang sebenarnya dapat dicegah. Diperkirakan 95% penderita Tuberkulosis dan 98% kematian akibat Tuberkulosis di dunia berada

  1 di negara berkembang, 75% penderita Tuberkulosis adalah kelompok usia produktif (15-50 tahun) (Depkes RI, 2008).

  Penanggulangan Tuberkulosis (TB) di Indonesia sudah berlangsung sejak zaman penjajahan Belanda namun terbatas pada kelompok tertentu. Setelah perang kemerdekaan, TB ditanggulangi melalui Badan Pengobatan Penyakit Paru-paru (BP4). Sejak tahun 1969 penanggulangan dilakukan secara nasional melalui Puskesmas. Pada tahun 1995, program penanggulangan TB mulai menerapkan strategi DOTS (Directly Observed Treatment, Shortcourse Chemotherapy) yang difokuskan kepada penemuan dan penyembuhan pasien, prioritas diberikan kepada pasien TB sehingga akan memutuskan penularan TB dan demikian akan menurunkan insidens TB di masyarakat dan dilaksanakan di Puskesmas secara bertahap. Sejak tahun 2000 strategi DOTS dilaksanakan secara nasional di seluruh unit pelayanan kesehatan terutama Puskesmas yang di integrasikan dalam pelayanan kesehatan dasar (Depkes RI, 2008).

  Menurut data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995, di Indonesia Penyakit Tuberkulosis (TB) merupakan penyebab kematian ketiga terbesar setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernapasan, dan merupakan nomor satu terbesar dalam kelompok penyakit infeksi. Hasil Survei Prevalensi TB di Indonesia tahun 2004 menunjukkan bahwa prevalensi TB BTA positif 110 per 100.000 penduduk. Wilayah Sumatera angka prevalensi TB adalah 160 per 100.000 penduduk (Depkes RI, 2008).

  Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara (2009), di Sumatera Utara jumlah kasus TB Paru tahun 2008 BTA positif sebanyak 14.158 orang, dengan cakupan kesembuhan 93,5%. Tahun 2009 jumlah kasus TB Paru BTA Positif sebanyak 10.219 orang dengan cakupan 92,9%, di mana jumlah kasus penderita Tuberkulosis Paru di tingkat propinsi terus berkurang.

  Dari data register Tuberkulosis Paru Dinas Kesehatan Kabupaten Tobasa tahun 2011, jumlah penderita baru Tuberkulosis Paru 191 kasus meningkat 2 kasus dari jumlah penderita Tuberkulosis Paru tahun 2010 sebanyak 189 kasus (Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Tobasa, 2011). Di wilayah kerja Puskesmas Laguboti kecamatan Laguboti Kabupaten Tobasa pada tahun 2011 dari 18539 penduduk, pada tahun 2010 terdapat 19 kasus, dan pada tahun 2011 sebanyak 18 kasus (Profil Puskesmas Laguboti Kecamatan Laguboti Kabupaten Tobasa, 2010).

  Meski jumlah penderitanya terus berkurang baik ditingkat propinsi maupun kabupaten, akan tetapi masih ada beberapa daerah yang jumlah kasus penderita TB Parunya meningkat, salah satunya di daerah Kabupaten Tobasa. Tuberculosis (TBC) di Indonesia masih tetap dianggap sebagai ancaman serius. Ada banyak tantangan dalam penanggulangannya, termasuk resistensi atau kekebalan kuman TBC terhadap obat. Kuman yang kebal terhadap minimal 2 obat TBC yakni Isoniazid (INH) dan

  Rifampicin disebut sebagai Multiple Drug Resistance (MDR) TBC. Kadang-kadang

  MDR-TBC disertai juga dengan resistensi obat TBC lini pertama lainnya termasuk

  Ethambutol , Streptomycin dan Pirazinamide. Ternyata ditemukan kumannya juga

  sudah kebal terhadap obat lini kedua, maka istilahnya menjadi Extensive Drug

  Resistance (XDR) TBC. XDR TBC ditandai dengan kekebalan kuman TBC terhadap

  obat TBC lini kedua yakni golongan Floroquinolon. Kekebalan terhadap

  Floroquinolon juga disertai kekebalan terhadap salah satu obat suntik lini kedua seperti Kanamycin, Amikasin dan Capreomycin. Salah satu faktor penyebab kuman menjadi resisten adalah pengobatan yang tidak tuntas, sehingga kuman yang belum benar-benar mati akan membentuk sistem kekebalan baru. Akibatnya ketika diberi obat yang sama, kuman itu sudah tidak mempan lagi.

  Kebijakan yang telah dilaksanakan Puskesmas Laguboti dalam rangka mencegah penularan penyakit Tuberkulosis Paru pada tahun 2010 dan tahun 2011, selain pencarian kasus, pemeriksaan kontak, pemeriksaan suspek penderita TB Paru dengan pemeriksaan laboratorium untuk penegakan diagnosa, penyuluhan, kampanye TB Paru dan pengobatan penderita TB Paru juga penyuluhan tentang sanitasi perumahan telah dilaksanakan melalui program promosi kesehatan.

  Dilihat dari kondisi faktor lingkungan fisik rumah, pada tahun 2010 di wilayah kerja Puskesmas terdapat 37,1% rumah yang tidak memenuhi persyaratan dari rumah yang diperiksa. Hal ini juga terlihat pada Survei awal yang dilakukan penulis masih ditemukan bangunan perumahan terbuat dari kayu dan anyaman bambu dengan lantai tanah. Sistem pencahayaan berasal dari jendela yang ukuran luasnya tidak sesuai dengan luas ruangan dan tertutupi oleh pohon di sekitar rumah dan sirkulasi udara juga tidak berjalan baik dikarenakan sering jendela tertutup ketika penghuninya pergi bekerja.

  Faktor perilaku penderita terhadap lingkungan juga mempunyai pengaruh besar terhadap penularan penyakit Tuberkulosis Paru selain faktor lingkungan.

  Sumber penularan penyakit Tuberkulosis Paru adalah penderita dengan BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak. Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut (Depkes RI, 2006).

  Penderita penyakit Tuberkulosis Paru perlu dibekali pengetahuan agar tidak menjadi sumber penularan terhadap orang lain yang sehat, karena setiap satu BTA positif menularkan kepada 10-15 orang lainnya, sehingga kemungkinan setiap kontak untuk tertular TBC adalah 17% (Widoyono, 2005).

  Penelitian Lumbantobing (2009), menunjukkan bahwa makin rendah pengetahuan masyarakat tentang bahaya penyakit Tuberkulosis Paru makin besar pula bahaya yang ditimbulkan bagi keluarga maupun orang-orang disekitarnya baik dirumah maupun di tempat pekerjaannya. Sehingga permasalahan Tuberkulosis Paru menjadi lebih besar dan luas.

  Determinan penyakit TB Paru adalah kependudukan dan faktor lingkungan. Kependudukan meliputi jenis kelamin, umur, status gizi, kondisi sosial ekonomi. Sedangkan faktor lingkungan meliputi kepadatan, lantai rumah, ventilasi, pencahayaan, kelembaban (Achmadi, 2005).

  Penelitian Siregar (2006), menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kondisi fisik perumahan yang meliputi kelembaban, lantai, ventilasi, dan kepadatan hunian dalam rumah dengan kejadian penyakit TB Paru.

  Melihat latar belakang dan kondisi diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian denga n judul “Hubungan karakteristik dan perilaku menegenai lingkungan fisik rumah terhadap kejadian TB Paru di wilayah kerja puskesmas

  Laguboti kecamatan Laguboti Kabupaten Tobasa tahun 2013 ”.

  1.2 Perumusan Masalah

  Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tobasa dan Puskesmas Laguboti bahwa kegiatan pencegahan Tuberkulosis Paru telah dilaksanakan, akan tetapi kasus baru penderita Tuberkulosis Paru, default (putus obat) maupun gagal masih ada,dimana dari data yang di peroleh dari data registrasi Puskesmas Laguboti kecamatan Laguboti Kabupaten Tobasa pada tahun 2011 dari 18539 penduduk, pada tahun 2010 terdapat 19 kasus, dan pada tahun 2011 sebanyak 18 kasus (Profil Puskesmas Laguboti Kecamatan Laguboti Kabupaten Tobasa, 2011).

  Maka perlu diketahui pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat serta faktor karakteristik yang meliputi penghasilan, pendidikan, dan pekerjaan terhadap kejadian Tuberkulosis Paru di wilayah kerja Puskesmas Laguboti sehingga dapat diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengobatan dan pencegahan penularan Tuberkulosis Paru.

  1.3 Tujuan Penelitian

  1.3.1 Tujuan Umum

  Untuk mengetahui hubungan perilaku dan karakteristik terhadap kejadian Tuberkulosis Paru di wilayah kerja Puskesmas Laguboti Kecamatan Laguboti Kabupaten Tobasa tahun 2013.

  1.3.2 Tujuan Khusus

  1. Untuk mengetahui hubungan karakteristik responden meliputi : umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan pendapatan.

  2. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan masyarakat terhadap kejadian Tuberkulosis paru di wilayah kerja Puskesmas Laguboti Kecamatan Laguboti Kabupaten Tobasa.

  3. Untuk mengetahui hubungan sikap masyarakat terhadap kejadian Tuberkulosis paru di wilayah kerja Puskesmas Laguboti Kecamatan Laguboti Kabupaten Tobasa.

  4. Untuk mengetahui hubungan tindakan masyarakat terhadap kejadian Tuberkulosis paru di wilayah kerja Puskesmas Laguboti Kecamatan Laguboti Kabupaten Tobasa.

  5. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat tentang Tuberkulosis Paru dan penularannya yang dipengaruhi faktor karakterisrik di wilayah kerja Puskesmas Laguboti Kecamatan Laguboti Kabupaten Tobasa.

1.4 Manfaat Penelitian

  1. Sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun program pemberantasan penyakit menular dan promosi kesehatan di Puskesmas Laguboti Kecamatan Laguboti Kabupaten Tobasa.

  2. Sebagai bahan untuk menambah pengetahuan penulis dalam melaksanakan tugas.

  3. Sebagai bahan informasi bagi masyarakat dalam rangka menambah pengetahuan masyarakat untuk mencegah penularan penyakit Tuberkulosis Paru.

Dokumen yang terkait

2.1 Penelitian Sebelumnya - Perbandingan Karakter Tokoh Pada Teater Tradisional Cina Jing Ju Dengan Teater Tradisional Indonesia Makyong

0 1 16

Peningkatan Pertumbuhan dan Produksi Melon (Cucumis melo L.) melalui Aplikasi Pupuk Organik dan Anorganik

0 0 21

Peranan Pupuk Organik Terhadap Kesuburan Tanah Peran Bahan Organik Terhadap Kesuburan Fisik Tanah

0 0 15

PENINGKATAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI MELON (Cucumis melo L.) MELALUI APLIKASI PUPUK ORGANIK DAN ANORGANIK T E S I S

0 1 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Permintaan 2.1.1 Teori dan Hukum Permintaan - Analisis Kepuasan Nasabah Terhadap Pelayanan PT. Bank Sumut : Studi Kasus Nasabah Pengguna Fasilitas Safe Deposit Box

0 1 24

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Permukiman - Pengaruh Sungai Sebagai Pembentuk Permukiman Masyarakat di Pinggiran Sungai Siak (Studi Kasus : Permukiman di Kelurahan Kampung Dalam Kecamatan Siak Kabupaten Siak, Riau)

5 30 27

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Sungai Sebagai Pembentuk Permukiman Masyarakat di Pinggiran Sungai Siak (Studi Kasus : Permukiman di Kelurahan Kampung Dalam Kecamatan Siak Kabupaten Siak, Riau)

0 0 8

PENGARUH SUNGAI SEBAGAI PEMBENTUK PERMUKIMAN MASYARAKAT DI PINGGIRAN SUNGAI SIAK (Studi Kasus : Permukiman di Kelurahan Kampung Dalam Kecamatan Siak, Kabupaten Siak, Riau) SKRIPSI

0 0 16

II. DATA KHUSUS A. Perilaku Pengetahuan. - Hubungan Karakteristik dan Perilaku Mengenai Lingkungan Fisik Rumah Terhadap Kejadian Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Laguboti Kecamatan Laguboti Kabupaten Tobasa Tahun 2013

0 0 46

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku 2.1.1 Definisi - Hubungan Karakteristik dan Perilaku Mengenai Lingkungan Fisik Rumah Terhadap Kejadian Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Laguboti Kecamatan Laguboti Kabupaten Tobasa Tahun 2013

0 0 19