BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Pengaruh Kompetensi dan Kerja Tim terhadap Kinerja Perawat Pelaksana Rawat Inap di Rumah Sakit Sri Pamela Tebing Tinggi Tahun 2014

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

  Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan memiliki peran yang sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia. Keperawatan adalah salah satu profesi di rumah sakit yang berperan penting dalam penyelenggaraan upaya menjaga mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit. Pada standar tentang evaluasi dan pengendalian mutu dijelaskan bahwa pelayanan keperawatan menjamin adanya asuhan keperawatan yang bermutu tinggi dengan terus- menerus melibatkan diri dalam program pengendalian mutu di rumah sakit (Aditama, 2003).

  Departemen Kesehatan RI (2000) mengemukakan bahwa sumber daya manusia yang terlibat secara langsung dalam pemberian pelayanan kepada pasien rumah sakit, sekitar 40% adalah tenaga perawat dan bidan. Meskipun rumah sakit telah berupaya memperbaiki sarana dan prasarana yang ada dengan sebaik mungkin, namun jika sumber daya yang memberikan pelayanan bermasalah, juga akan berdampak pada pelayanan yang diberikan. Perawat adalah salah satu pemegang peran utama dalam penentuan keberhasilan rumah sakit. Keberhasilan pelayanan rumah sakit akan ditentukan oleh kualitas pelayanan perawat yang merupakan faktor penentu keberhasilan akhir dari pelayanan yang diterima oleh pasien.

  1 Keperawatan merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan, sehinggakepentingan pelayanan keperawatan mempunyai arti penting bagi klien (pasien) khususnya dalam proses penyembuhan maupun rehabilitasi di rumah sakit (Depkes RI, 2008).

  Standar praktek keperawatan adalah norma atau penegasan tentang mutu pekerjaan seorang perawat yang dianggap baik, tepat dan benar yang dirumuskan dan digunakan sebagai pedoman dalam pemberian pelayanan keperawatan serta tolak ukur dalam penampilan kerja seorang perawat (Nursalam, 2008). Pelaksanaan keperawatan suatu rumah sakit tak akan berjalan dengan baik apabila perawat yang melaksanakan proses keperawatan tersebut berjalan atau bertentangan dengan standar praktek keperawatan dan segala ketentuan yang ada dalam lingkungan rumah sakit sebagai suatu organisasi. Fenomena yang berkembang saat ini, tidak sedikit perawat yang melaksanakan pekerjaannya tidak sesuai dengan standar asuhan keperawatan yang ada. Tidak jarang pula kita baca diberbagai media keluhan pemakai jasa keperawatan yang tidak puas akan pelayanan keperawatan. Salah satu faktor yang berhubungan dengan kurang baiknya kinerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan adalah faktor kepuasan kerja. Kepuasan kerja bagi profesi perawat sebagai pemberi pelayanan keperawatan diperlukan untuk meningkatkan kinerjanya yang berdampak pada prestasi kerja, disiplin dan kualitas kerjanya.

  Menurut As’ad (2004), kinerja adalah hasil yang telah dicapai seseorang menurut ukuran yang berlaku untuk pekerjaan yang bersangkutan. Sesuatu yang berpengaruh dengan yang dihasilkan seseorang dari perilaku kerjanya. Orang dengan tingkat kinerja yang tinggi disebut produktif, sebaliknya orang yang tingkat kinerjanya rendah, tidak mencapai standar dikatakan tidak produktif atau berkinerja rendah.

  Menurut Robbin (2006), Kinerja merupakan hasil evaluasi terhadap pekerjaan yang telah dilakukan dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan bersama.

  Dengan demikian kinerja dapat diartikan sebagai hasil dari pekerjaan atau prestasi kerja yang dibandingkan terhadap kriteria yang telah ditetapkan oleh suatu perusahaan.

  Kinerja perawat sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan merupakan masalah yang sangat penting untuk dikaji dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Kinerja perawat yang baik merupakan jembatan dalam menjawab jaminan kualitas pelayanan kesehatan yang muaranya berasal dari kinerja petugas kesehatan termasuk perawat. Untuk itu perlu kiranya rumah sakit memfokuskan masalah kualitas pelayanan terhadap kinerja perawat.

  Kinerja menjadi isu dunia saat ini, hal tersebut terjadi sebagai konsekuensi tuntutan masyarakat terhadap kebutuhan akan pelayanan prima atau pelayanan yang bermutu tinggi. Mutu tidak terpisahkan dari standar, karena kinerja diukur berdasarkan standar. Melalui kinerja klinis perawat dan bidan, diharapkan dapat menunjukkan kontribusi profesionalnya secara nyata dalam meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dan kebidanan, yang berdampak terhadap pelayanan kesehatan secara umum pada organisasi tempatnya bekerja, dan dampak akhir bermuara pada kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat.Untuk mengukur kinerja perawat dan bidan pada tatanan klinis, digunakan "indikator kinerjaklinis" sebagai langkah untuk mewujudkan komitmennya guna dapat menilai tingkatkemampuan individu dalam tim kerja. Dengan demikian, diharapkan kesadaran akan tumbuh,mau, dan mampu mengidentifikasi kualitas kinerja masing-masing, untuk dimonitor, diperbaikiserta ditingkatkan secara terus menerus.

  Menurut Ilyas (2002) yang dimaksud dengan kinerja adalah penampilan hasil kerja pegawai baik secara kuantitas maupun kualitas. Kinerja dapat berupa penampilan kerja perorangan maupun kelompok. Kinerja organisasi merupakan hasil interaksi yang kompleks dan agregasi kinerja sejumlah individu dalam organisasi.

  Kinerja mengandung dua komponen penting yaitu : 1. Kompetensi berarti individu atau organisasi memiliki kemampuan untuk mengidentifikasikan tingkat kinerjanya.

  2. Produktifitas adalah kompetensi tersebut diatas dapat diterjemahkan kedalam tindakan atau kegiatan-kegiatan yang tepat untuk mencapai hasil kinerja (Ilyas, 2002).

  Dari berbagai pengertian tersebut diatas, pada dasarnya kinerja menekankan apa yang dihasilkan dari fungsi-fungsi suatu pekerjaan. Penggunaan indikator kunci untuk mengukur hasil kinerja individu, bersumber dari fungsi-fungsi yang diterjemahkan dalam kegiatan/tindakan dengan landasan standar yang jelas dan tertulis. Mengingat kinerja mengandung komponen kompetensi dan produktifitas hasil, maka hasil kinerja sangat tergantung pada tingkat kemampuan individu dalam pencapaiannya.

  Menurut Wibowo(2011) kompetensi adalah suatu kemampuan untuk melaksanakan suatu pekerjaan/tugas yang dilandasi atas ketrampilan dan pengetahuan serta sikap kerja yang dituntut oleh pekerjaan tersebut.Menurut Amstrong dan Baron kompetensi merupakan dimensi perilaku yang menggambarkan bagaimana orang berperilaku ketika menjalankan perannya dengan baik.Sementara menurut Winardi (2009) kompetensi terbentuk adanya keselarasan antara kemampuan mental dan ketrampilan fisik.Sehingga tidak jarang dijumpai ada karyawan yang sangat termotivasi,namun tidak memiliki kemampuan bekerja dengan baik.

  Kompetensi perawat pelaksana yaitu pengetahuan, keahlian, dan perilaku pekerja akan menghasilkan mutu pelayanan yang baik. Peningkatan mutu tersebut tidak hanya penting secara internal, akan tetapi juga secara eksternal karena akan tercermin dalam interaksi organisasi dengan lingkungan yang pada gilirannya turut membentuk citra organisasi di mata berbagai pihak di luar organisasi(Siagian,2002).

  Kompetensi perawat terdiri dari kompetensi teknis dan kompetensi perilaku. Agar seseorang memiliki kompetensi yang sesuai dengan pekerjaannya, dia harus memanfaatkan secara optimal kedua komponen utama kompetensi tersebut. Kompetensi teknis adalah kompetensi yang berfokus pada pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaannya sesuai dengan profesi yang dimiliki. Perilaku yang digambarkan dalam kompetensi adalah perilaku kerja produktif (bukan perilaku umum) dan seseorang dapat memiliki dan memeragakan perilaku tersebut pada saat melakukan pekerjaannya (Hutapea,2008).

  Menurut Sayuni (2012) didapatkan bahwa kompetensi dan kerja timberpengaruh terhadap kinerja perawat pelaksana.Begitu juga dengan hasil penelitianSitepu(2010) bahwa ada pengaruh yang signifikan antara kompetensi(sikap dan ketrampilan) terhadap kinerja perawat.Variabel yang paling dominan mempengaruhi kinerja perawat adalah ketrampilan. Sedangkan penelitian Mulyono(2012) bahwa tidak ada hubungan antara kompetensi dengan kinerja perawat.Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lingga (2012) di Rumah Sakit Umum Daerah DR.Ferdinand Lumban Tobing Sibolga yang menyatakan bahwa terdapat hubungan kompetensi terhadap kinerja perawat.

  Kompetensi merupakan kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja. Artinya perawat diharuskan untuk mampu menguasai konsep dan teori keperawatan yang telah didapatkan melalui pembelajaran formal ataupun non formalmampu mengaplikasikan atau menggunakan teori dalam melaksanakan praktek keperawatanpada pasien, serta mampu menganalisa atau mengevaluasi keadaan pasien. Rendahnya kompetensi dariperawat sering menjadi penyebab keluhan pasien terhadap pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit. Sehingga apabila kompetensi dari perawattidak segeraditangani oleh manajemen dari rumah sakit, maka jumlah kunjungan pasien akan menurun dari waktu ke waktu.

  Teamwork bisa diartikan kerja tim atau kerjasama, teamwork atau kerja sama

tim merupakan bentuk kerja kelompok dengan keterampilan yang saling melengkapi

serta berkomitmen untukmencapai target yang sudah disepakati sebelumnya untuk

mencapai tujuan bersama secara efektif dan efisien. Harus disadari bahwa kerja tim

merupakan peleburan berbagai pribadi yang menjadi satu pribadi untuk mencapai

tujuan bersama. Tujuan tersebut bukanlah tujuan pribadi, bukan tujuan ketua tim,

bukan tujuan dari pribadi yang paling populer di tim.

  Dalam sebuah tim yang dibutuhkan adalah kemauan untuk saling bergandeng-

tangan menyelesaikan pekerjaan. Bisa jadi satu orang tidak menyelesaikan pekerjaan

atau tidak ahli dalam pekerjaan A, namun dapat dikerjakan oleh anggota tim lainnya.

Inilah yang dimaksudkan dengan kerja tim, beban dibagi untuk satu tujuan bersama.

Saling mengerti dan mendukung satu sama lain merupakan kunci kesuksesan dari

Kerja Tim. Jangan pernah mengabaikan pengertian dan dukungan ini. Meskipun

terjadi perselisihan antar pribadi, namun dalam tim harus segera menyingkirkannya

terlebih dahulu. Bila tidak kehidupan dalam tim jelas akan terganggu, bahkan dalam

satu tim bisa jadi berasal dari latar belakang divisi yang berbeda yang terkadang

menyimpan pula perselisihan. Oleh karena itu, penting untuk menyadari bahwa

kebersamaan sebagai anggota tim di atas segalanya.

  Keakraban tim yang sukses biasanya ditandai dengan sikap akrab satu sama lain, setia kawan, dan merasa senasib sepenanggungan. Para anggota tim saling menyukai dan berusaha keras untuk mengembangkan dan memelihara hubungan interpersonal. Hubungan interpersonal menjadi sangat penting karena hal ini akan merupakan dasar terciptanya keterbukaan dan komunikasi langsung serta dukungan antara sesama anggota tim.

  Kerja Tim merupakan sarana yang sangat baik dalam menggabungkan berbagai talenta dan dapat memberikan solusi inovatif suatu pendekatan yang mapan, selain itu ketrampilan dan pengetahuan yang beranekaragam dimiliki oleh anggota kelompok juga merupakan nilai tambah yang membuat Kerja tim lebih menguntungkan jika dibandingkan seorang individu yang brilian sekalipun.

  Menurut Ilyas (2002), rumah sakit menghadapi tantangan global dan pasar bebas berakibat tingginya kompetisi disektor kesehatan.Persaingan antar rumah sakit baik pemerintah maupun swasta dan asing semakin keras untuk merebut pasar yang semakin terbuka bebas, selain itu masyarakat menuntut Rumah Sakit untuk dapat memberikan pelayanan yang bermutu dan biaya terjangkau,

  Menurut Trisnantoro (2005), rumah sakit di Indonesia saat ini mulai bergerak dari lembaga yang berbudaya birokrasi kuat (pada rumah sakit pemerintah) dan budaya sosial serta keagamaan (pada rumah sakitswasta) mengarah kebudaya usaha yang mencerminkan berbagai hal, yaitu rasionalitas, sistem manajemen yang berorientasi pasar, menggunakan prinsip manajemen secara ilmiah dan menekankan pada hubungan antar manusia.

  Perubahan juga terjadi pada rumah sakit perkebunan. Rumah sakit di perusahaan perkebunan yang umumnya menjadi cost center, yaitu menjadi biaya sosial bagi perusahaan untuk kesejahteraan karyawan tanpa memperhitungkan pendapatan rumah sakit sebagai sumber pemasukan kepada perusahaan, secara perlahan mulai mengarah kepada unit profit. Tanpa menghilangkan sifat sosial rumah sakit, paling tidak pendapatan rumah sakit diharapkan mampu untuk menghidupi rumah sakit itu sendiri.

  Rumah Sakit Sri Pamela adalah salah satu dari lima rumah sakit di jajaran PT Perkebunan Nusantara (PN) III, terletak di kota Tebing Tinggi Sumatera Utara, merupakan rumah sakit terbesar dan rujukan pertama bagi rumah sakit lainnya di jajaran rumah sakit se PTPN III. Fungsi utama Rumah Sakit Sri Pamela adalah melayani kesehatan karyawan dan pensiunan karyawan PTPN III beserta keluarga karyawan yang menjadi tanggungan perusahaan; dan sebagai fungsi sosial lainnya, Rumah Sakit Sri Pamela juga melayani masyarakat umum serta karyawan dari perusahaan swasta maupun BUMN lainnya yang disebut sebagai pihak ketiga (profil RS Sri Pamela, 2013).

  Dari survei yang dilakukan oleh bagian pengembangan mutu pelayanan Rumah Sakit Sri pamela Tebing Tinggi tentang survei kepuasan pelanggan dan pendokumentasian asuhan keperawatan diperoleh hasil pada survei kepuasan pelanggan,pelayanan administrasi,medis, fasilitas Rumah Sakit dan keperawatan,diperoleh hasil bahwa pelayanan yang tidak sesuai dengan harapan masyarakat adalah pelayanan keperawatan menempati peringkat tertinggi 36%,diikuti pelayanan administrasi 24%,medis 23%dan fasilitas Rumah Sakit 22%.Hasil survei penilaian angka pencapaian dokumentasi keperawatan di Rumah Sakit Sri Pamela Tebing Tinggi 32% yang berarti masuk dalam kategori jelekdinilai dari hasil penerapan Standar asuhan keperawatan meliputi: Pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, tindakan keperawatan, evaluasi keperawatan, dan catatan keperawatan. Dari hasil survei tersebut diatas menunjukkan bahwa mutu pelayanan keperawatan masih rendah dan asuhan keperawatan belum terlaksana sesuai standar.

  Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan dokter yang bertugas di Rumah Sakit Sri Pamela (Desember, 2013) bahwa kualitas kerja perawat menjadi salah satu permasalahandi Rumah Sakit Sri Pamela.Berdasarkan hasil wawancara dengan manajer Rumah Sakit Sri Pamela (Desember, 2013) dapat diketahui bahwa berbagai upaya telah dilaksanakan oleh pihak rumah sakit untuk meningkatkan mutu pelayanan di Rumah Sakit Sri Pamela. Upaya yang dilakukan (diantaranya) dengan mengadakan pelatihan untuk para perawat, meliputi penyegaran ketrampilan keperawatan, etika dan spiritual.

  Penurunan kinerja RS Sri Pamela Tebing Tinggi menimbulkan berbagai fenomena. Fenomena yang terjadi pada RS Sri Pamela Tebing Tinggi didapat dari komite keperawatan bahwa masih adanya keluhan pasien, keluarga pasien tentang ketidakpuasan layanan yang diperoleh dari perawat pelaksana rawat inap seperti ketepatan pemberian obat oral, pemberian suntikan, kehadiran petugas tidak tepat waktu dan juga perawat pelaksana rawat inap kurang senyum dan kurang perhatian kepada pasien. Kondisi seperti ini dapat menurunkan kualitas pelayanan terhadap pasien di RS Sri Pamela Tebing Tinggi.

  Pada sisi yang lain kualitas tenaga keperawatan berbanding lurus dengan tingkat pendidikan perawat yang ada, dimana pendidikan perawat pelaksana rawat inap RS Sri Pamela Tebing Tinggi yang berjumlah 50orang belum ada yang berlatar pendidikan sarjana masih memiliki tingkat pendidikan diplomaIII,sehinga pelayanan yang profesional tidak dapatdicapai sesuai dengan kebutuhan dan kepuasan oleh customer.

  Praktek keperawatan yang ditetapkan di RS Sri Pamela Tebing Tinggi adalah sistem penugasan dengan metode tim, namun dalam pelaksanaannya adalah sesuai dengan kebutuhan tatanan rawat inap. Berdasarkan kebutuhan tersebut maka sistem penugasan pelayanan perawatan dengan metode tim dalam praktek pelayanan dilakukan sesuai penugasan berdasarkan shift kerja yang telah ditetapkan oleh RS Sri Pamela Tebing Tinggi, pelaksanaan ronde keperawatan yang tidak optimal menimbulkan ronde perawat yang shift pagi tidak melaporkan secara rinci perkembangan kesehatan pasien termasuk seringnya perawat rawat inap operan hanya dilakukan di nurse station secara administrasi saja berdasarkan pengamatan penulis, hal ini menimbulkan perbedaan persepsi tentang kebutuhan pelayanan keperawatan dan pada akhirnya berdampak meningkatnya lama perawatan pasien (length of stay).

  Sikap tidak peduli dan saling menyalahkan antar perawat, kurang adanya keinginan dan kesadaran untuk menyelesaikan konflik, kurang adanya kesadaran para perawat akan pentingnya kerjasama dan komunikasi sehingga sering menimbulkan konflik serta hubungan antar perawat yang dirasakan kurang harmonis yang menghambat terjalinnya kerjasama merupakan indikator masalah yang sebenarnya dihadapi oleh pihak RS Sri Pamela Tebing Tinggi .

  Kinerja tim perawat yang efektif ini belum dapat diwujudkan oleh perawat di RS Sri Pamela Tebing Tinggi. Melalui survei pada Desember 2013 kepada beberapa perawat di RS Sri Pamela Tebing Tinggi diperoleh data yang menunjukkan bahwa perawat kurang merasakan adanya kerjasama dan komunikasi yang baik, kurang memiliki rasa saling percaya dan saling mendukung, kurang mengetahui visi dan misi organisasi dan merasakan kerja tim yang kurang efektif di Rumah Sakit Sri Pamela Tebing Tinggi. Hasil wawancara dengan beberapa perawat, staf, pegawai dan pasien di RS Sri Pamela Tebing Tinggi memberikan informasi yang mengungkapkan bahwa sarana dan prasarana bukanlah masalah yang menyebabkan kurang maksimalnya pelayanan yang diberikan oleh pihak RS Sri Pamela Tebing Tinggi.

  Dari studi kasus tersebut dapat dilihat adanya masalah kerja tim di rumah sakit Sri Pamela Tebing Tinggi, khususnya kerja tim perawat. Permasalahan yang terjadi di antaranya nampak dari sikap tidak peduli dan saling menyalahkan antar perawat, kurang adanya keinginan dan kesadaran untuk menyelesaikan konflik, kurang adanya kesadaran para perawat akan pentingnya kerjasama dan komunikasi.

  Hal ini sering menimbulkan konflik dan mengakibatkan hubungan antar perawat kurang harmonis.

  Hal ini juga berdampak pada pelayanan pasien sehingga muncul ketidakpuasan pasien terhadap kualitas pelayan yang diberikan oleh RS Sri Pamela Tebing Tinggi karena perawat merupakan sumber daya rumah sakit yang paling sering berinteraksi dengan pasien. Dan dalam melaksanakan tugasnya perlu adanya kerja sama antar timagar dapat memberikan pelayanan maksimal kepada pasien.

  1.2. Perumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas disimpulkan yang menjadi masalah pada penelitian ini adalah :

  1. Bagaimana pengaruh kompetensi perawat (kompetensi teknis, kompetensi perilaku) terhadap kinerja perawat pelaksana rawat inap RS Sri Pamela Tebing Tinggi. 2 .Bagaimana pengaruh kerja tim (kerjasama, kepercayaan, kekompakan) terhadap kinerja perawat pelaksana rawat inap di RS Sri Pamela Tebing Tinggi.

  1.3. Tujuan Penelitian

  Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh kompetensi perawat (kompetensi teknis, kompetensi perilaku) dan kerja tim (kerjasama, kepercayaan, kekompakan) terhadap kinerja perawat pelaksana rawat inap di RS Sri Pamela Tebing Tinggi.

  1.4. Hipotesis 1.

  Ada pengaruh antara kompetensi perawat (kompetensi teknis, Kompetensi perilaku) terhadap kinerja perawat pelaksana rawat inap di RS Sri Pamela Tebing Tinggi.

2. Ada pengaruh antara kerja tim (kerjasama, kepercayaan, kekompakan) terhadap kinerja perawat pelaksana rawat inap di RS Sri Pamela Tebing Tinggi.

1.5. Manfaat Penelitian 1.

  Bagi manajemen rumah sakit yaitu mendapatkan informasi tentang kompetensi perawat (kompetensi teknis, kompetensi perilaku) dan kerja tim (kerjasama, kepercayaan, kekompakan) perawat pelaksana rawat inap RS Sri Pamela Tebing Tinggi.

2. Bagi peneliti adalah menambah wawasan dalam aplikasi keilmuan di bidang administrasi khususnya keperawatan RS Sri Pamela Tening Tinggi.

  3. Bagi peneliti selanjutnya, secara ilmiah hasil penelitian ini diharapkan sebagai referensi

Dokumen yang terkait

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri - Pelaksaan Prosedur Penyitaan Barang Wajib Pajak Akibat Utang Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Lubuk Pakam

0 0 17

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI A. Sejarah Umum Kantor Pajak Pratama Medan Polonia - Tinjauan Atas Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 23 Atas Sewa Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

0 0 12

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri - Tinjauan Atas Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 23 Atas Sewa Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

0 0 11

7 BAB II KARAKTERISTIK TANAH LUNAK DAN PERMASALAHANNYA 2.1 Tinjauan Umum

0 1 42

TEKNIK PERBAIKAN TANAH LUNAK SEBAGAI LAPISAN TANAH DASAR (SUBGRADE) (Studi Literatur) TUGAS AKHIR - Teknik Perbaikan Tanah Lunak Sebagai Lapisan Tanah Dasar (Subgrade)

0 5 10

Upaya Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan Terhadap Pembayaran Pajak dan Pelaporan SPT Tahunan di Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur

0 0 15

BAB I PENDAHULUAN - Upaya Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan Terhadap Pembayaran Pajak dan Pelaporan SPT Tahunan di Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur

0 0 10

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum - Studi Perbandingan Daya Dukung Tiang Pancang Berdasarkan Metode Konvensional, Uji Pembebanan Statik dan PDA pada Proyek Pembangunan Apartement Bird’s Park – Cemara Asri

0 0 49

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN PENGARUH KOMPETENSI DAN KERJA TIMTERHADAP KINERJA PERAWAT PELAKSANA RAWAT INAPDI RUMAH SAKIT SRI PAMELA DAERAH TEBING TINGGI I.Data Responden

0 0 33

Pengaruh Kompetensi dan Kerja Tim terhadap Kinerja Perawat Pelaksana Rawat Inap di Rumah Sakit Sri Pamela Tebing Tinggi Tahun 2014

0 2 47