BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tumbuhan 2.1.1 Habitat tumbuhan - Kombinasi Minyak Jagung (Oleum Maydis) Dan Minyak Jarak (Oleum Ricini) Sebagai Bahan Dasar Lipstik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tumbuhan

  2.1.1 Habitat tumbuhan

  Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman tropis dan salah satu tanaman pangan dunia terpenting selain gandum dan padi. Di Amerika Serikat jagung digunakan sebagai bahan baku pembuatan minyak jagung dan sirup, sedangkan di Indonesia (Madura dan Nusa Tenggara) penduduknya menggunakan jagung sebagai makanan pokok (Ketaren, 2008).

  Tanaman jagung sangat bermanfaat bagi kehidupan, hampir seluruh bagian tanaman dapat dimanfaatkan antara lain; daun dan tongkolnya sebagai pakan ternak, biji jagung sebagai sumber minyak, endospermium dibuat tepung jagung dan sebagai bahan baku industri (Aulia, 2010)

  2.1.2 Morfologi tumbuhan

  Tanaman jagung merupakan suku rumput-rumputan (graminae) dengan jenis akar serabut, memiliki batang dengan tinggi 1-3 meter tidak bercabang berbentuk silindris terdiri dari buku dan ruas, Daun tumbuh pada setiap buku berhadapan satu sama lain, memiliki bunga jantan dan bunga betina, tongkol jagung tumbuh diantara batang dan pelepah daun, tongkol merupakan tempat menempelnya biji jagung (Subekti, dkk., 2010).

  2.1.3 Kandungan kimia jagung bagian yaitu kulit ari, tip cap, endosperma dan lembaga, dimana masing-masing bagian memiliki kandungan kimia yang berbeda, dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 2.1 Kandungan kimia biji jagung utuh

  komponen Biji utuh Kulit ari Tip cap Endosperma Lembaga Protein (%) 3,7 3,7 9,1 8,0 18,4 Lemak (%) 1,0 1,0 3,8 0,8 33,2

  • Serat Kasar(%) 86,7 86,7 2,7 8,8 Abu (%) 0,8 0,8 1,6 0,3 10,5

  Pati (%) 71,3 71,3 5,3 87,6 8,3 Gula (%) 0,34 0, 34 1,6 0,62 10,8

  Selain itu jagung juga mengandung vitamin A, vitamin B, vitamin C, dan vitamin E.

2.2 Kosmetik Kosmetik berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti “berhias”.

  Bahan yang dipakai dalam usaha mempercantik diri ini, dahulu diramu dari bahan-bahan alami yang terdapat disekitarnya. Namun, sekarang kosmetik tidak hanya dari bahan alami tetapi juga dari bahan buatan untuk maksud meningkatkan kecantikan (Wasitaatmadja, 1997).

  Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan seperti epidermis, rambut, kuku, bibir, gigi, dan rongga mulut antara lain untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit (Tranggono dan Latifah, 2007).

  Adapun hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih kosmetik salah satunya adalah sangat baik dan aman untuk digunakan serta setabil untuk

  (Mitsui, 1997).

  2.2.1 Kosmetik perawatan dan pemeliharaan kulit

  Tujuan penggunaan kosmetik ini adalah untuk merawat kelembutan, kelenturan dan kebersihan kulit, serta untuk menjaga kerusakan yang disebabkan oleh pengaruh dari luar seperti panas, dingin, sinar matahari, angin. Kosmetik perawatan kulit terdiri atas kosmetik pembersih (cleansing), kosmetik pelembab (moisturizing), kosmetik pelindung (protecting) dan kosmetik penipis ( thinning). Contoh dari kosmetik perawatan kulit adalah pencukur, pembersih, astringen, toner, pelembab, masker, krim malam dan bahan untuk mandi (Wasitaatmadja, 1997).

  2.2.2 Kosmetik dekoratif

  Kosmetik dekoratif semata-mata hanya melekat pada alat tubuh yang dirias dan tidak dimaksud untuk diserap kedalam kulit serta merubah secara permanen kekurangan (cacat) yang ada. Kosmetika dekoratif terdiri atas bahan aktif berupa zat warna dalam berbagai bahan dasar (bedak, cair, minyak, krim, tingtur, aerosol) dengan pelengkap bahan pembuat stabil dan parfum.

  Berdasarkan bagian tubuh yang diriasi, kosmetik dekoratif dibagi menjadi: 1) kosmetik rias kulit (wajah); 2) kosmetik rias bibir; 3) kosmetik rias rambut; 4) kosmetik rias mata; 5) kosmetik rias kuku (Wasitaatmadja, 1997).

  Pemakaian kosmetik dekoratif lebih untuk alasan psikologi dari pada a.

  Warna yang menarik b. Bau yang harum menyenangkan c. Tidak lengket d. Tidak menyebabkan kulit tampak berkilau e. Tidak merusak atau menggangu kulit, rambut, bibir, kuku dan lainnya.

  Pembagian kosmetik dekoratif:

  a. Kosmetik dekoratif yang hanya menimbulkan efek pada permukaan dan pemakaiannya sebentar. Misalnya: bedak, pewarna bibir, pemerah pipi, eye

  shadow , dan lain-lain.

  b. Kosmetik dekoratif yang efeknya mendalam dan biasanya dalam waktu yang lama baru luntur. Misalnya: kosmetik pemutih kulit, cat rambut, pengeriting rambut, dan lain-lain (Tranggono dan Latifah , 2007).

2.3 Bibir

  Bibir merupakan kulit yang memiliki ciri tersendiri, karena lapisan jagatnya sangat tipis. Stratum germinativum tumbuh dengan kuat dan korium mendorong papilla dengan aliran darah yang banyak dibawah permukaan kulit. Pada kulit bibir tidak terdapat kelenjar keringat, tetapi pada permukaan kulit bibir sebelah dalam terdapat kelenjar liur, sehingga bibir akan nampak selalu basah.

  Sangat jarang terdapat kelenjar lemak pada bibir, menyebabkan bibir hampir bebas dari lemak, sehingga dalam cuaca yang dingin dan kering lapisan jangat akan cendrung mengering, pecah-pecah, yang memungkinkan zat yang melekat padanya mudah berpenetrasi ke statum germinativum. Karena ketipisan lapisan peka dibandingkan dengan kulit lainnya. Karena itu hendaknya berhati-hati dalam memilih bahan yang digunakan untuk sediaan pewarna bibir, terutama dalam hal memilih lemak, pigmen dan zat pengawet yang digunakan untuk maksud pembuatan sediaan itu (Ditjen POM, 1985).

  Warna merah pada bibir disebabkan warna darah yang mengalir di dalam pembuluh di lapisan bawah kulit bibir. Pada bagian ini warna itu terlihat lebih jelas karena pada bibir tidak ditemukan lapisan kulit paling luar, yaitu satratum

  

corneum (lapisan tanduk). Jadi kulit bibir lebih tipis dari kulit wajah, karena itu

  bibir jadi lebih mudah luka dan mengalami pendarahan. Disamping itu, karena kulitnya yang tipis, saraf yang mengurus sensasi pada bibir menjadi lebih sensitif (Wibowo, 2005).

  Kosmetik rias bibir selain untuk merias bibir ternyata disertai juga dengan bahan untuk meminyaki dan melindungi bibir dari lingkungan yang merusak, misalnya ultraviolet. Ada beberapa macam kosmetik rias bibir, yaitu lipstik, krim bibir (lip cream), pengkilap bibir (lip gloss), penggaris bibir (lip liner) , dan lip

  sealer (Wasitaatmadja, 1997).

2.4 Lipstik

  Lipstik terdiri dari zat warna yang terdispersi dalam pembawa yang terbuat dari campuran lilin dan minyak dalam komposisi yang sedemikian rupa sehingga dapat memberikan suhu lebur dan viskositas yang dikendaki. Suhu lebur lipstik yang ideal sesungguhnya diatur hingga suhu yang mendekati suhu bibir, bervariasi

  o

  antara 36-38

  C. Tetapi karena harus memperhatikan faktor ketahanan terhadap o (Ditjen POM, 1985).

  Dari segi kualitas, lipstik harus memenuhi beberapa persyaratan berikut:

  1. Tidak menyebabkan iritasi atau kerusakan pada bibir

  2. Tidak memiliki rasa dan bau yang tidak menyenangkan

  3. Polesan lembut dan tetap terlihat baik selama jangka waktu tertentu

  4. Selama masa penyimpanan bentuk harus tetap utuh, tanpa kepatahan dan perubahan wujud.

  5. Tidak lengket

  6. Penampilan tetap menarik dan tidak ada perubahan warna (Mitsui, 1997)

2.4.1 Komponen utama dalam sediaan lipstik

  Adapun komponen utama dalam sediaan lipstik terdiri dari minyak, lilin , lemak dan zat warna (Balsam, 1972).

1. Minyak

  Minyak adalah salah satu komponen dalam basis lipstik yang berfungsi untuk melarutkan atau mendispersikan zat warna (Wilkinson, 1982).

  Minyak yang sering digunakan antara lain minyak jarak, minyak mineral dan minyak nabati lain. Minyak jarak merupakan minyak nabati yang unik karena memiliki viskositas yang tinggi dan memiliki kemampuan melarutkan staining-dye dengan baik. Minyak jarak merupakan salah satu komponen penting dalam banyak lipstik modern. Viskositasnya yang tinggi adalah salah satu keuntungan dalam menunda pengendapan dari pigmen yang tidak larut pada saat pencetakan, sehingga dispersi pigmen Lilin Lilin digunakan untuk memberi struktur batang yang kuat pada lipstik dan menjaganya tetap padat walau dalam keadaan hangat. Campuran lilin yang

  o

  ideal akan menjaga lipstik tetap padat setidaknya pada suhu 50 C dan mampu mengikat fase minyak agar tidak keluar atau berkeringat, tetapi juga harus tetap lembut dan mudah dioleskan pada bibir dengan tekanan serendah mungkin. Lilin yang digunakan antara lain carnauba wax,

  candelilla wax, beeswax, ozokerites, spermaceti dan setil alkohol. Carnauba wax merupakan salah satu lilin alami yang yang sangat keras o

  karena memiliki titik lebur yang tinggu yaitu 85

  C. Biasa digunakan dalam jumlah kecil untuk meningkatkan titik lebur dan kekerasan lipstik.

  3. Lemak Lemak yang biasa digunakan adalah campuran lemak padat yang berfungsi untuk membentuk lapisan film pada bibir, memberi tekstur yang lembut, meningkatkan kekuatan lipstik dan dapat mengurangi efek berkeringat dan pecah pada lipstik. Fungsinya yang lain dalam proses pembuatan lipstik adalah sebagai pengikat dalam basis antara fase minyak dan fase lilin dan sebagai bahan pendispersi untuk pigmen. Lemak padat yang biasa digunakan dalam basis lipstik adalah lemak coklat, lanolin, lesitin, minyak nabati terhidrogenasi dan lain-lain.

  4. Zat warna Zat warna dalam listik dibedakan atas dua jenis yaitu staining dye dan pigmen. Staining dye merupakan zat warna yang larut atau terdispersi masing memiliki arti tersendiri, tetapi dalam lipstik keduanya dicampur dengan komposisi sedemikian rupa untuk memperoleh warna yang diinginkan. Pigmen-pigmen yang diigunakan dalam lipstik dapat berupa

  lake dari barium atau kalsium, akan tetapi lake dari stronsium juga sering

  digunakan karena menghasilkan warna yang tahan lama dan jernih. Untuk menghasilkan warna yang agak pudar (muda), pigmen putih seperti titanium dioksida dan zink oksida harus ditambahkan.

2.4.2 Zat tambahan dalam sediaan lipstik

  Zat tambahan dalam lipstik adalah zat yang ditambahkan dalam formula lipstik untuk menghasilkan lipstik yang baik, yaitu dengan cara menutupi kekurangan yang ada tetapi dengan syarat zat tersebut harus inert, tidak toksik, tidak menimbulkan alergi, stabil dan dapat bercampur dengan bahan-bahan lain dalam formula lipstik. Zat tambah yang digunakan yaitu antioksidan, pengawet dan parfum.

  1. Antioksidan Antioksidan digunakan untuk melindungi minyak dan bahan tak jenuh lain yang rawan terhadap reaksi oksidasi. BHT, BHA dan vitamin E adalah antioksidan yang paling sering digunakan (Poucher, 2000).

  2. Pengawet Kemungkinan bakteri atau jamur untuk tumbuh didalam sediaan lipstik sebenarnya sangat kecil karena lipstik tidak mengandung air. Akan tetapi ketika lipstik diaplikasikan pada bibir kemungkinan terjadi kontaminasi

  Pengawet yang sering digunakan yaitu metil paraben dan propil paraben (Poucher, 2000).

3. Parfum

  Parfum perlu ditambahkan dalam formula lipstik untuk menutupi bau dari minyak dan lilin yang terdapat dalam basis dan bau lain yang tidak enak yang timbul setelah lipstik digunakan atau disimpan (Wilkinson, 1982). Parfum yang berasal dari minyak tumbuhan (bunga) adalah yang paling banyak digunakan (Balsam, 1972).

2.5 Evaluasi Lipstik

  2.5.1 Pemeriksaan titik lebur lipstik Penetapan suhu lebur lipstik dapat dilakukan dengan berbagai metode.

  Ada dua metode yang biasanya digunakan yaitu metode melting point dan metode

  

drop point . Metode melting point menggunakan pipa kapiler sedangkan metode

drop point menggunakan pelat tipis. Syarat lipstik melebur pada metode melting

point adalah 60

  ℃ atau lebih, sedangkan untuk metode drop point adalah diatas

  50 ℃ (Balsam, 1972).

  2.5.2 Pemeriksaan kekuatan lipstik

  Pengamatan dilakukan terhadap kekuatan lipstik dengan cara lipstik diletakkan horizontal. Pada jarak kira-kira ½ inci dari tepi, digantungkan beban yang berfungsi sebagai pemberat. Berat beban ditambah secara berangsur-angsur dengan nilai yang spesifik pada interval waktu 30 detik, dan berat dimana lipstik patah merupakan nilai breaking point (Vishwakarma, dkk., 2011).

  2.5.3 Uji oles punggung tangan kemudian mengamati banyaknya warna yang menempel dengan perlakuan 5 kali pengolesan pada tekanan tertentu seperti biasanya kita menggunakan lipstik (Keithler, 1956).

  2.5.4 Penentuan pH sediaan

  Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter (Rawlins, 2003).

  2.5.5 Pemeriksaan stabilitas sediaan

  Pengamatan terhadap adanya perubahan bentuk, warna, dan bau dari sediaan lipstik dilakukan terhadap masing-masing sediaan selama penyimpanan pada suhu kamar pada hari ke 1, 5, 10 dan selanjutnya setiap 5 hari hingga hari ke-30 (Vishwakarma, dkk., 2011).

2.6 Uji Tempel (Patch test)

  Uji tempel adalah uji iritasi dan kepekaan kulit yang dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan uji pada kulit normal panel manusia dengan maksud untuk mengetahui apakah sediaan tersebut dapat menimbulkan iritasi pada kulit atau tidak (Ditjen POM, 1985).

  Iritasi umumnya akan segera menimbulkan reaksi kulit sesaat setelah pelekatan pada kulit, iritasi demikian disebut iritasi primer. Tetapi jika iritasi tersebut timbul beberapa jam setelah pelekatannya pada kulit, iritasi ini disebut iritasi sekunder. Tanda-tanda reaksi kulit yang ditimbulkan yaitu hiperemia, eritema, edema atau vesikula kulit. Reaksi kulit yang demikian bersifat lokal pada daerah kulit yang rusak saja (Ditjen POM, 1985). dijadikan panel uji tempel sebaiknya wanita, usia diantara 20-30 tahun, berbadan sehat jasmani dan rohani dan menyatakan kesediaannya dijadikan panel uji tempel (Ditjen POM, 1985).

  Lokasi uji lekatan adalah bagian kulit panel yang dijadikan daerah lokasi untuk uji tempel. Biasanya yang paling tepat dijadikan daerah lokasi uji tempel adalah bagian punggung, lengan tangan, lipatan siku dan bagian kulit di belakang telinga (Ditjen POM, 1985).

  Teknik uji tempel terbuka dilakukan dengan mengoleskan sediaan uji pada luas tertentu lokasi lekatan, biarkan terbuka selama lebih kurang 24 jam, amati reaksi kulit yang terjadi. Reaksi kulit akibat iritan primer terjadi antara beberapa menit hingga satu jam setelah pelekatan (Ditjen POM, 1985).

  Prosedur uji tempel preventif adalah prosedur uji tempel yang dilakukan sebelum penggunaan kosmetika untuk mengetahui apakah pengguna peka terhadap sediaan ini atau tidak. Uji tempel preventif dilakukan dengan teknik uji tempel terbuka atau tertutup, waktu pelekatannya ditetapkan 24 jam, daerah lokasi lekatan di belakang telinga atau bahu. Pengamatannya reaksi kulit positif atau negatif (Ditjen POM, 1985).

2.7 Uji Kesukaan (Hedonic test)

  Uji Kesukaan (Hedonic test) adalah metode uji yang digunakan untuk mengukur tingkat kesukaan terhadap produk dengan menggunakan lembar penilaian. Jumlah minimal panelis standar dalam satu kali pengujian adalah 6 orang, sedangkan untuk panelis non standar adalah 30 orang. Menurut Badan Tertarik terhadap uji organoleptik sensori dan mau berpatisipasi 2. Konsisten dalam mengambil keputusan 3. Berbadan sehat

  Penilaian sampel yang diuji berdasarkan tingkat kesukaan panelis. Jumlah tingkat kesukaan bervariasi. Penilaian dapat diubah dalam bentuk angka dan selanjutnya dapat dianalisis secara statistik untuk penarikan kesimpulan (Badan Standar Nasional, 2006).