BAB III ASUHAN KEPERAWATAN 3.1. Pengkajian Keperawatan - Aplikasi Teknik Relaksasi Otot Progresif untuk Mengatasi Masalah Nutrisi dalam Asuhan Keperawatan Pasien Kanker Payudara yang Menjalani Kemoterapi di Rindu B2A RSUP Haji Adam Malik Medan

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

3.1. Pengkajian Keperawatan 1.

  Identitas Klien dan Penanggung Jawab a.

  Identitas klien Nama : Ny. J Umur : 30 Tahun Status perkawinan : Menikah Pendidikan : SMK Agama : Islam Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Alamat : Jl. Balai Desa No.13 Timbang Deli Medan Tanggal Masuk : 10 Agustus 2015 Tanggal Pengkajian : 12 Agustus 2015 Ruangan/Kamar : Rindu B 2A Diagnosa Medik : Ca Mammae T4N1M1 b. Identitas Penanggung Jawab

  Nama : Tn. S Umur : 34 Tahun Pekerjaan : Karyawan Swasta Alamat : Jl. Balai Desa No.13 Timbang Deli Medan Hubungan dgn Klien : Suami 2. Keluhan Utama Sesak dialami klien sejak bulan Juli dan mengeluh semakin sesak sebelum masuk rumah sakit.

  3. Riwayat kesehatan sekarang: klien merasakan sesak saat beraktivitas a.

  Provocative/palliative Apa penyebabnya : terdapat penumpukan cairan di paru-paru Hal-hal yang memperbaiki keadaan : klien mengatakan beristirahat saat keluhan sesak dirasakan b.

  Quantity/quality Bagaimana dirasakan : klien mengatakan sesak semakin parah ketika melakukan aktivitas Bagaimana dilihat : Klien terlihat menggunakan otot-otot pernafasan dan pernafasan cuping hidung dan post pemasangan drain (kanker telah metastase di paru dan mengakibatkan efusi pleura) c.

  Region Dimana lokasinya : di kedua lapang paru Apakah menyebar : tidak ada d. Severity (mengganggu aktivitas) : aktivitas terganggu e. Time (kapan mulai timbul dan bagaimana terjadinya): sesak dialami saat beraktivitas

  4. Riwayat kesehatan masa lalu a.

  Penyakit yang pernah dialami : klien menderita kanker payudara sejak 1 yang lalu dan menolak tindakan operasi pengangkatan payudara b. Pengobatan/tindakan yang dilakukan : klien dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan pengobatan c.

  Pernah dirawat/dioperasi: klien pernah dioperasi pengangkatan tumor di payudara kiri satu tahun yang lalu.

  d.

  Alergi : Klien tidak menderita alergi makanan ataupun obat-obatan 5. Riwayat kesehatan keluarga

  a. : Ayah klien menderita hipertensi dan Orang tua diabetes melitus b. : tidak ada penyakit

  Saudara kandung c. Penyakit keturunan yang ada : Tidak ada d.

  Anggota keluarga yang meninggal : saudara ayah meninggal e. Penyebab meninggal : Diabetes mellitus

  f. : Genogram Keterangan: : Klien : laki-laki : perempuan : perempuan sudah meninggal : laki-laki sudah meninggal 6. Riwayat/keadaan psikososial a.

  Bahasa yang digunakan : bahasa Indonesia b.

  Persepsi pasien tentang penyakitnya : klien tetap memiliki semangat untuk sembuh

  7. Konsep diri a.

  Body image : Baik b.

  Ideal diri : Pasien ingin cepat sembuh c.

  Harga diri : Harga diri baik d.

  Peran diri : Klien merupakan ibu dari 2 orang anak e.

  Personal identity : pasien seorang yang ramah dan penyayang di keluarga

  8. Keadaan emosi : stabil 9.

  Perhatian terhadap orang lain/lawan bicara: pasien tampak ramah dengan orang lain dan mau menceritakan tentang kondisinya.

  10. Hubungan dengan keluarga : harmonis 11.

  Hubungan dengan saudara: harmonis 12. Hubungan dengan orang lain: baik 13. Kegemaran : menonton tv dan berkumpul bersama keluarga

  14. Daya adaptasi : klien sulit beradaptasi dengan lingkungan baru dan mengatakan sulit tidur selama di rumah sakit

  15. Mekanisme pertahanan diri: selalu berdoa dan berusaha untuk kesembuhan

16. Pemeriksaan fisik : a.

  Keadaan umum : composmentis b.

  Tanda-tanda vital: Suhu tubuh: 36,7 C Nadi : 78x/i Tekanan darah: 110/70 RR : 0 3 l/i

  2 c.

  Pemeriksaan kepala: 1)

  Kepala dan rambut: Kepala :

  a) : bulat dan simetris Bentuk

  b) Ubun-ubun : keras dan tidak cekung

  c) Kulit kepala : bersih dan tidak ada luka

  Rambut :

  a) Penyebaran dan keadaan rambut : merata

  b) : tidak berbau Bau

  c) Warna kulit : sawo matang

  Wajah :

  a) Warna kulit : sawo matang

  b) Struktur wajah : oval

  2) Mata :

  a) Kelengkapan dan kesimetrisan : mata kanan dan kiri lengkap dan simetris b)

  Palpebra : tidak terdapat peradangan pada palpebra

  c) Konjungtiva dan sclera : baik, tidak anemia, tidak ada ikterik d)

  Pupil : normal, respon pada cahaya ada dan isokor

  e) Kornea dan iris: tidak ada peradangan, iris berwarna hitam dan respon pada cahaya ada.

  f) Visus : penglihatan baik

  3) Hidung :

  a) Tulang hidung/posisi sptumnasi : posisi septumnasi berada medial b)

  Lubang hidung: lubang hidung kanan dan kiri simetris, tidak ada secret, tidak ada peradangan c)

  Cuping hidung : ada pernafasan cuping hidung 4)

  Telinga :

  a) Bentuk telinga : normal, simetris kiri dan kanan

  b) Ukuran telinga : normal

  c) Lubang telinga : serum dalam batas normal, tidak ada peradangan d)

  Ketajaman pendengaran : pendengaran baik 5)

  Mulut dan faring : a) Keadaaan bibir : mukosa bibir kering

  b) Keadaan gigi dan gusi : gigi bersih, tidak ada gusi berdarah c)

  Keadaan lidah : indra perasa berkurang, mengeluh pahit di bagian lidah d)

  Orofaring : uvula berada di medial 6)

  Leher

  a) Posisi trakea : berada di tengah

  b) Tiroid : tidak ada pembesaran tiroid

  c) Suara : jelas

  d) Kelenjar limfa : tidak ada pembesaran kelenjar limfa e)

  Vena jugularis : tidak ada peningkatan pada vena jugularis f)

  Denyut nadi karotis : teraba d. Pemeriksaan integument :

  1) : pasien tampak bersih Kebersihan

  2) : akral hangat Kehangatan

  3) : warna kulit sawo matang Warna

  4) : turgor kulit baik Turgor

  5) : kulit pasien kering di bagian Kelembaban punggung

  6) Kelainan pada kulit : tidak ada kelainan e.

  Pemeriksaan payudara dan ketiak : 1)

  b) Pernafasan :

  b) Frekuensi nadi : 78x/i g.

  a) Inspeksi : tidak ada pembengkakan jantung

  Pemeriksaan jantung :

  Irama : tidak teratur 2)

  2 3 l/i

  Frekuensi : terpasang O

  a) Bentuk toraks: normal

  Ukuran dan bentuk payudara : tidak normal, payudara kiri dan kanan tidak simetris, payudara kiri membengkak dan ada luka, terdapat bekas luka operasi payudara. 2)

  Inspeksi toraks :

  Pemeriksaan thorak dan dada : 1)

  f.

  Kelainan payudara dan putting : payudara kanan tidak ada kelainan, payudara kiri terdapat kelainan, dan teraba keras.

  Warna payudara kiri kehitaman dan ada luka, areola payudara berwarna hitam 3)

  Warna payudara dan areola : warna payudara kanan sesuai dengan warna kulit dan areola payudara kanan normal.

  Pemeriksaan abdomen :

  1) Inspeksi :

  Pemeriksaan musculoskeletal: 1)

  Status mental : 1)

  : tidak ada kaku kuduk, brudzinski tidak ada, kernig sign tidak ada j.

  2) Meningeal sign

  1) Tingkat kesadaran : komposmentis dan GCS : 15 E5V4M

  Kelainan pada ekstremitas dan kuku : tidak ada kelainan i. Pemeriksaan neurologi :

  Kekuatan otot : kekuatan otot baik, nilai skor=4 4)

  Pemeriksaan edema : tidak ada edema 3)

  Kesimetrisan otot : simetris kiri dan kanan 2)

  d) Hepar : tidak ada pembesaran pada hati h.

  a) Bentuk abdomen : soepel

  c) Tanda asites : tidak ada

  b) Benjolan/massa : tidak ada

  a) Tanda nyeri tekan : tidak ada

  3) Palpasi :

  b) Suara tambahan: tidak ada suara

  a) Peristaltik usus: 15x/i

  2) Auskultasi:

  c) Bayangan pembuluh darah : tidak ada

  b) Benjolan/massa : tidak ada

  Kondisi emosi dan perasaan : stabil

  2) Orientasi : mampu berorientasi pada waktu, tempat dan orang dengan baik

  5) Nervus fasialis: tidak ada gangguan

  Romberg test : pasien dapat berdiri tegak m. Fungsi sensori :

  Cara berjalan : pasien dapat berjalan 2)

  Fungsi motorik : 1)

  9) Nervus hipoglosus: tidak ada gangguan l.

  8) Nervus assesorius: tidak ada gangguan

  7) Nervus glosofaringeus: tidak ada gangguan

  6) Nervus vestibulocochlearis: tidak ada gangguan

  4) Nervus trigeminus : tidak ada gangguan

  3) Proses berpikir : mampu berpikir dengan baik

  3) Nervus okulomotorius, nervus trakialis, nervus abdusen: tidak ada gangguan

  Nervus optikus : tidak ada gangguan

  Nervus olfaktorius : tidak ada gangguan 2)

  Nervus kranialis : 1)

  6) Bahasa : bahasa Indonesia dengan baik k.

  5) Persepsi: pasien akan cepat sembuh

  4) Motivasi atau kemauan : memiliki motivasi untuk sembuh

  1) Identifikasi sentuhan ringan : pasien merasakan sentuhan ringan

  2) Test tajam-tumpul : pasien masih merasakan tajam-tumpul n.

  Pola kebiasaan sehari-hari : 1)

  Pola tidur dan kebiasaan :

  a) Waktu tidur : tidak menentu

  b) Waktu bangun : tidak menentu

  c) Masalah tidur : klien mengatakan sulit tidur di malam hari selama di rumah sakit d)

  Hal-hal yang mempermudah tidur : keadaan yang tenang e)

  Hal-hal yang mempermudah bangun : lingkungan yang tidak nyaman karena berisik 2)

  Pola eliminasi

  a) BAB

  Pola BAB : 1x sehari Penggunaan laksatif : tidak ada Karakter feses : normal BAB terakhir : pagi Riwayat perdarahan : tidak ada Diare : tidak ada

  b) BAK

  Pola BAK : 5-6x sehari Inkontinensia : tidak ada Karakter urin : kuning jernih

  Retensi : tidak ada Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK : tidak ada Riwayat penyakit ginjal : tidak ada Penggunaan diuretic : tidak ada Upaya mengatasi masalah : tidak ada

  3) Pola makan dan minum :

  a) Gejala (subjektif) :

  Diet (Tipe) : tinggi kalori tinggi protein Jumlah makan per hari : 3 kali/hari Pola diet : makanan biasa Kehilangan selera makan : klien mengatakan nafsu makan berkurang karena terasa pahit di lidah Mual muntah : klien mengatakan mengalami mual muntah setelah kemoterapi Nyeri ulu hati : ada Yang berhubungan dengan : mual dan muntah Alergi/intoleransi makanan : tidak ada alergi makanan dan obat-obatan b)

  Tanda (Objektif): Berat badan biasa : 45 kg tinggi badan : 152cm Bentuk tubuh : kurus

  c) Waktu pemberian makan : pagi, siang , malam

  d) Jumlah dan jenis makanan : makanan biasa 1 porsi e) Waktu pemberian cairan : klien minum kurang lebih 8 gelas/hari f)

  Masalah makan dan minum : Kesulitan mengunyah : tidak ada Kesulitan menelan : tidak ada Tidak dapat makan sendiri : klien dapat makan sendiri g)

  Upaya mengatasi masalah : tidak ada masalah 4)

  Kebersihan diri/personal hygene:

  a) Pemeliharaan badan : 2x sehari

  b) Pemeliharaan gigi dan mulut : 2x sehari

  c) Pemeliharaan kuku : dipotong kuku apabila sudah panjang

  5) Pola kegiatan/aktivitas : aktivitas klien terbatas o.

  Hasil pemeriksaan penunjang/diagnostic: 1)

  Diagnosa medis : Ca Mammae 2)

  Pemeriksaan diagnostik/penunjang medis: Radiologi : Hidropneumotoraks bilateral disertai infeksi dd metastasis USG hepar : hepar tidak membesar dengan nodul bulat hipokoik multiple pada modus kanan, tak tampak dilatasi system bilier intrahepatik, tak tampak efusi pleura kanan. Kesimpulan: metastasi hepar disertai efusi pleura kanan.

3.2 Analisa Data

  No Data Objektif/Subjektif Etiologi Masalah

  1 Data Subjektif: Kanker Payudara Nutrisi kurang dari klien mengatakan perubahan kebutuhan tubuh sensasi rasa, sering mual dan muntah setelah menjalani Terapi: agen kemoterapi, kurang selera kemoterapi makan, setelah muntah, ludah terasa lengket. Data Objektif: Bekerja pada bagian TTV: terpasang O 3 l/I, HR: atas saluran cerna

  2

  78x/I, TD: 110/70, T: 36,7 C tidak tertarik untuk makan, kurang minat pada makanan, Merangsang tonus otot lemah, mukosa mulut kemoreseptor di kering chemoreseptor

  trigger zone

  Memicu mual dan muntah Nafsu makan berkurang

  2 Data Subjektif: Hyperplasia pada Ketidakefektifan Klien mengatakan mengalami sel mammae pola nafas sesak dan nafas terasa pendek Data Objektif: Nafas cuping hidung, fase Mendesak jaringan ekspirasi lama, pernafasan mammae pursed-lip, terpasang O : 3 l/I,

  2

  penggunaan otot-otot bantu nafas. Peningkatan konsistensi mammae

  Mammae membengkak Massa tumor mendesak ke jaringan luar Infiltrasi pleura parietale Ekspansi paru menurun

  Penurunan energy dan kelelahan Gangguan pola nafas

  3. Data subjektif: Nyeri saat Hiperplasi pada sel Kerusakan ditekan pada luka payudara mammae integritas kulit Data Objektif: gangguan pada permukaan kulit (epidermis), luka berwarna merah dan Menekan jaringan pinggir luka kehitaman, tidak sekitar ada tanda infeksi

  Mammae membengkak Massa tumor mendesak ke jaringan luar

  Perfusi jaringan terganggu Faktor mekanik

  (Terkena tekanan) Ulkus

  Gangguan integritas kulit

  3.3 Diagnosa Keperawatan 1.

  Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan muntah ditandai dengan klien mengatakan perubahan sensasi rasa, kurang selera makan setelah muntah, sering mual dan muntah setelah menjalani kemoterapi, tidak tertarik untuk makan, kurang minat pada makanan, tonus otot lemah, mukosa mulut kering.

  2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan energi dan kelelahan ditandai dengan Klien mengatakan mengalami sesak dan nafas terasa pendek, nafas cuping hidung, fase ekspirasi lama, pernafasan pursed-lip, terpasang O

  2 : 3 l/I, penggunaan otot-otot bantu nafas.

  3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan factor mekanik (terkena tekanan) ditandai dengan nyeri saat ditekan pada luka payudara, gangguan pada permukaan kulit (epidermis), luka berwarna merah dan pinggir luka kehitaman, tidak ada tanda infeksi

  3.4 Intervensi Keperawatan No Diagnosa Keperawatan Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi Rasional

  1. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan muntah

  Setelah dilakukan terapi relaksasi otot progresif selama

  4 kali pertemuan diharapkan mual dan muntah berkurang setelah kemoterapi. Status gizi: tingkat gizi yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan 1.

  Sesuaikan diet sebelum dan sesudah pemberian obat sesuai dengan kesukaan dan toleransi pasien.

  2. Cegah 1.

  Setiap pasien berespon secara berbeda terhadap makanan setelah kemoterapi. Suatu diet yang mengandun g makanan yang dapat metabolik. Status gizi: asupan makanan dan cairan: jumlah makanan dan cairan yang dikonsumsi tubuh selama waktu 24 jam.

  Status gizi: nilai gizi: keadekuatan zat gizi yang dikonsumsi tubuh Kriteria Hasil:

   Klien dan keluarga bersedia berpartisip asi melakuka n relaksasi otot progresif  Klien dan keluarga mengetah ui penyebab dan cara menguran gi keluhan mual dan muntah  Keluhan mual dan muntah berkurang  Menunjuk kan status gizi: asupan makanan, cairan dan zat gizi ditandai dengan pandangan , bau, dan bunyi- bunyian yang tidak menyenan gkan di lingkunga n.

  3. Gunakan distraksi, teknik relaksasi dan imajinasi sebelum, selama dan setelah kemoterap i.

  4. Mengajark an teknik relaksasi otot progresif 5. Berikan antiemetic

  , sedative, dan kortikoster oid yang diresepkan .

  6. Pastikan hidrasi cairan yang adekuat sebelum, selama setalah pemberian obat, kaji masukan dan meredakan mual/munta h pasien akan sangat membantu 2. Sensasi tidak memyenang kan dapat menstimula si pusat mual/munta h

  3. Menurunka n ansietas yang dapat menunjang terhadap mual/munta h. Kondisi psikologis dapat juga diturunkan

  4. Mengurangi mual dan muntah yang dialami klien

  5. Kombinasi terapi obat berupaya untuk megurangi mual/munta h melalui kontrol berbagai jaras pencetus.

  6. Volume cairan yang adekuat akan mengencan gkan kadar pemberian haluaran. obat, makanan 7. mengurangi

  Berikan oral dorongan stimulasi higiene reseptor

   Klien oral yang muntah mengataka sering.

  7. n

  8. mengurangi keinginan Berikan untuk tindakan rasa kecap pereda yang tidak mengikuti nyeri jika menyenang diet yang diperlukan kan dianjurkan

  9.

  8. Tawarkan Meningkatk air basah, an rasa dingin nyaman untuk akan diletakkan meningkatk di atas an toleransi dahi atau fisik belakang terhadap leher gejala 9.

  Memberika n kenyamana n kepada pasien setelah mual dan muntah terjadi

  No. Diagnosa Keperawatan Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi

  2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan energy dan kelelahan

  Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 4 kali pertemuan diharapkan: Status respirasi: ventilasi: pergerakan udara ke dalam dan ke luar dari paru-paru Status tanda vital: suhu, nadi, respirasi dan tekanan darah dalam rentang yang diharapkan dari individu. Kriteria Hasil: 1.

  Menunjukkan pola pernafasan efektif dibuktikan dengan status pernafasan yang tidak berbahaya

  2. Menunjukkan status pernafasan: ventilasi tidak terganggu, ditandai dengan kedalaman inspirasi dan kemudahan bernafas, ekspansi dada simetris, tidak ada penggunaan otot bantu, bunyi nafas tambahan tidak ada, nafas pendek tidak ada.

  1. Pantau adanya pucat dan sianosis 2. Pantau kecepatan, irama, kedalaman, dan usaha respirasi 3. Pantau respirasi yang mendengkur 4. Pantau pola pernafasan 5. Auskultasi bunyi nafas, perhatikan adanya bunyi nafas tambahan

  6. Pantau peningkatan kegelisahan, ansietas, dan tersengal-sengal

  7. Ajarkan kepada pasien dan keluarga tentang teknik relaksasi 8. Ajarkan cara batuk efektif

  9. Anjurkan nafas dalam melalui abdomen

  10. Pertahankan oksigen aliran rendah dengan kanula nasal

  11. Posisikan pasien untuk mengoptimalkan pernafasan

  3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan factor mekanik (terkena tekanan)

  Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 4 kali pertemuan diharapkan: Integritas jaringan: membrane mukosa dan kulit: keutuhan structural 1.

  Perawatan tempat insisi: pembersihan, pemantauan, dan peningkatan proses penyembuhan luka yang ditutup dan fungsi fisiologis dari kulit dan membrane mukosa Penyembuhan luka: tujuan utama: tingkat regenerasi yang telah dicapai oleh sel dan jaringan setelah penutupan yang diharapkan Penyembuhan luka: tujuan sekunder: tingkat regenerasi yang telah dicapai oleh sel dan jaringan pada luka terbuka Kriteria hasil: 1.

  Menunjukkan integritas jaringan: kulit dan membran mukosa ditandai dengan suhu, elastisitas, hidrasi, pigmentasi dan warna jaringan dalam rentang diharapkan, terbebas dari adanya lesi jaringan 2. Menunjukkan penyembuhan luka ditandai dengan penyatuan kulit, resolusi drainase dari luka atau drain, resolusi dari bau luka 3. Menunjukkan penyembuhan ditandai dengan drainase purulen, eritema di sekitar dengan jahitan atau staples 2. Pengawasan kulit: pengumpulan dan analisa data pasien untuk mempertahankan integritas membrane mukosa dan kulit

  3. Perawatan luka: pencegahan komplikasi luka dan peningkatan proses penyembuhan luka 4. Inspeksi luka pada setiap penggantian balutan 5. Inspeksi adanya kemerahan, pembengkakan

  6. Ajarkan perawatan luka termasuk tanda dan gejala infeksi

  7. Posisikan untuk menghindari ketegangan pada luka 8. Anjurkan untuk mengkonsumsi makanan tinggi protein, mineral, kalori dan vitamin luka dan tepi luka, ukuran luka, pembentukan nekrosis, pengelupasan jaringan nekrotik

3.5 Implementasi dan Evaluasi No. Implementasi Evaluasi Diagnosa

  1. Tanggal 12 Agustus 2015 S: klien mengatakan mual 1. masih mengalami mual dengan

  Melakukan anamnesa pada pasien Ny. J intensitas mual adalah 7, dan 2. mengalami muntah 5 kali.

  Melakukan pengkajian mual dan muntah dengan O: pasien tampak lemah menggunakan pengkajian TTV: TD: 110/70, HR: 78x/I,

  RR: klien memakai nasal

  Morrow Assessment of Nausea and Emesis / MANE kanul, O : 3 liter/i, T: 36,7

  C.

  2

  3. teknik Mukosa mulut kering, klien Mengajarkan relakasasi otot progresif masih malas untuk makan. pada klien dan keluarga Hasil pengkajian mual:

  4. dirasakan 7 kali dengan durasi Menganjurkan makan porsi kecil dan sering 2-3 menit dan intensitas 7.

  Muntah sebanyak 5 kali dan jumlah 1-2 gelas (200cc). Keluarga dan pasien berpartisipasi melakukan gerakan relaksasi otot yang diajarkan A: Masalah teratasi sebagian P: Intervensi dilanjutkan dengan melakukan teknik relaksasi otot progresif

  Tanggal 13 Agustus 2015 S: klien mengatakan mual 1. masih mengalami mual

  Mengkaji mual dan muntah yang dialami oleh pasien sebanyak 5 kali dan muntah 2 2. kali. Klien mengatakan

  Menganjurkan diet sebelum dan sesudah pemberian obat mengerti dengan penjelasan sesuai dengan kesukaan dan yang diberikan dan bersedia toleransi pasien. untuk meneruskan melakukan

  3. relaksasi untuk mengurangi Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang terapi mual dan muntah kemoterapi dan efek O: pasien masih tampak kemoterapi lemah, pasien dan keluarga 4. mampu menjelaskan kembali

  Mengajarkan kepada pasien untuk melakukan teknik penjelasan yang disampaikan relakasasi otot progresif oleh perawat. Mukosa mulut pada pasien dan keluarga dan bibir tampak masih kering.

  5. TTV: TD: 110/80, HR: 80x/I, Menawarkan air basah, dingin untuk diletakkan di RR: klien memakai nasal atas dahi atau belakang kanul, O : 3 liter/i, T: 36,2 C.

  2

  leher Dari hasil pengkajian: mual dialami sebanyak 5 kali dengan durasi 1-2 menit, intensitas: 5. Muntah dialami 2 kali dengan durasi 2 menit dan jumlah muntah sekitar 1 gelas (200cc).

  A: masalah teratasi sebagian terlihat dari pasien dan keluarga yang berpartisipasi melakukan anjuran perawat P: intervensi dilanjutkan dengan melakukan pendidikan kesehatan dan melakukan relaksasi otot progresif

  Tanggal 15 Agustus 2015 S: klien mengatakan mual 1. masih dirasakan dan muncul 4

  Mengkaji mual dan muntah yang dialami oleh pasien kali dan muntah hanya 1 kali.

  2. Klien mengatakan mengerti Menganjurkan higiene oral yang sering. dengan penjelasan yang

  3. untuk diberikan, sudah dapat Menganjurkan mengkonsumsi anti emetik mengontrol muntah dan tetap yang diresepkan dokter meneruskan melakukan

  4. relaksasi untuk mengurangi Mengajarkan kepada klien untuk melakukan teknik mual dan muntah. Klien relakasasi otot progresif mengatakan telah makan 2 kali pada klien dan keluarga sehari dan makan makanan

  5. ringan setelah muntah.

  Menganjurkan makan porsi kecil dan sering O: TTV: TD: 120/70, HR: 76x/I, RR: klien memakai nasal kanul, O

  2 : 3 liter/i, T:

  36,5

  C. Hasil pengkajian mual 4 kali dengan durasi 1 menit dan intensitas 3. Muntah 1 kali dengan durasi 2 menit jumlah ½ gelas (100cc). A: Masalah teratasi sebagian tampak dari keluhan mual dan muntah berkurang P: intervensi dilanjutkan dengan melakukan relaksasi otot progresif dibeberapa otot yang diidentifikasi oleh klien

  Tanggal 17 Agustus 2015 S: klien mengatakan mual 1. sudah berkurang dan sudah

  Mengkaji mual dan muntah yang dialami oleh pasien tidak mengalami muntah. 2. diet saat Klien mengatakan mengerti

  Menjelaskan menjalani kemoterapi dengan penjelasan yang 3. diberikan dan telah melakukan

  Menganjurkan kembali dan mengajarkan klien untuk relaksasi otot progesif melakukan teknik relakasasi sebanyak 2 kali per hari. otot progresif O: klien dan keluarga mampu menjelaskan kembali penjelasan yang disampaikan oleh perawat TTV: TD: 120/70, HR: 76x/I, T: 36,5

  C, RR: 26x/I, klien tidak memakai nasal kanul. Hasil pengkajian mual dialami 1 kali dengan durasi 1 menit dan intensitas 2. Muntah tidak ada.

  A: masalah teratasi sebagian terlihat dari keluhan mual berkurang dan muntah tidak ada. P: intervensi dilanjutkan dengan menganjurkan dan melakukan relaksasi otot progresif saat ada keluhan mual dan muntah pada kemoterapi berikutnya secara mandiri.

  2. Tanggal 12 Agustus 2015 S: Klien mengatakan masih 1. merasakan sesak dan terasa

  Pantau adanya pucat dan sianosis tertekan di bagian dada

  2. O: TTV: TD: 110/70, HR: Pantau kecepatan, irama, kedalaman, dan usaha 78x/I, RR: klien memakai respirasi nasal kanul, O : 3 liter/i, T:

  2

  3. respirasi yang 36,7

  C. Pernafasan cuping Pantau mendengkur hidung dan pursed lip.

  4. Payudara kiri teraba keras.

  Pantau pola pernafasan

  5. Tidak ada suara nafas Auskultasi bunyi nafas, perhatikan adanya bunyi tambahan, klien beberapa kali nafas tambahan batuk dan berusaha

  6. peningkatan mengeluarkan sputum Pantau kegelisahan, ansietas, dan

  A: Masalah belum teratasi, tersengal-sengal pasien masih merasa sesak dan 7. tampak lemah

  Ajarkan kepada pasien dan keluarga tentang teknik P: Intervensi dilanjutkan relaksasi dengan mengajarkan batuk efektif dan posisi untuk mengoptimalka pernafasan

  Tanggal 13 Agustus 2015 S: Klien mengatakan 1. merasakan sesak saat berjalan

  Pantau kecepatan, irama, kedalaman, dan usaha O: TTV: TD: 110/70, HR: respirasi 78x/I, RR: klien memakai

  2. nasal kanul, O

  2 : 3 liter/i, T:

  Ajarkan cara batuk efektif 3. nafas dalam 36,7

  C. Pernafasan cuping Anjurkan melalui abdomen hidung dan pursed lip masih

  4. ada. Payudara kiri teraba Pertahankan oksigen aliran rendah dengan kanula nasal keras. Tidak ada suara nafas

  5. tambahan. Klien dapat Posisikan pasien untuk mengoptimalkan pernafasan melakukan teknik batuk efektif dan posisi pasien semifowler.

  A: Masalah teratasi sebagian P: Intervensi dilanjutkan dengan mengajarkan relaksasi otot progresif dan teknik nafas dalam

  Tanggal 15 Agustus 2015 S: Klien mengatakan masih 1. merasakan sesak

  Pantau kecepatan, irama, kedalaman, dan usaha O: TTV: TD: 120/70, HR: respirasi 76x/I, RR: klien memakai

  2. nasal kanul, O : 3 liter/i, T:

  2 Ajarkan kepada pasien dan

  keluarga tentang teknik 36,5 C. Pernafasan pursed lip. relaksasi Payudara kiri teraba keras.

  3. Tidak ada suara nafas Ajurkan batuk efektif

  4. tambahan. Klien melakukan Pertahankan oksigen aliran rendah dengan kanula nasal teknik batuk efektif dan posisi pasien semifowler.

  A: Masalah teratasi sebagian P: Intervensi dilanjutkan dengan menganjurkan teknik nafas dalam

  Tanggal 17 Agustus 2015 S: Klien mengatakan sesak

  1. Pantau kecepatan, irama, kedalaman, dan usaha respirasi 2. Anjurkan kepada klien dan keluarga tentang teknik relaksasi otot dada 3. Ajurkan batuk efektif 4. Pertahankan oksigen aliran rendah dengan kanula nasal berkurang dan mulai mudah bernafas O: TTV: TD: 120/70, HR: 76x/I, T: 36,5 C, RR: 26x/I. Pernafasan pursed lip. Payudara kiri teraba keras. Tidak ada suara nafas tambahan.

  2. Inspeksi adanya kemerahan, pembengkakan

  36,5

  2 : 3 liter/i, T:

  S: Klien mengatakan tidak merasakan nyeri saat penggantian balutan O: TTV: TD: 120/70, HR: 76x/I, RR: klien memakai nasal kanul, O

  Perawatan tempat insisi: pembersihan, pemantauan, dan peningkatan proses penyembuhan luka yang ditutup dengan jahitan atau staples.

  Tanggal 15 Agustus 2015 1.

  C. Luka di payudara dan bekas insisi post drainase tertutup perban, luka tidak berbau dan tidak eksudat A: Masalah belum teratasi P: intervensi dilanjutkan dengan perawatan luka dan penggantian balutan

  : 3 liter/i, T: 36,2

  2

  S: Klien mengatakan tidak ada nyeri pada luka O: TTV: TD: 110/80, HR: 80x/I, RR: klien memakai nasal kanul, O

  5. Anjurkan untuk tetap mengkonsumsi makanan tinggi protein, mineral, kalori dan vitamin

  3. Ajarkan perawatan luka termasuk tanda dan gejala infeksi 4. Posisikan untuk menghindari ketegangan pada luka

  Inspeksi luka pada setiap penggantian balutan

  A: Masalah teratasi P: Intervensi dapat dihentikan dengan menganjurkan klien untuk meminimalkan aktivitas.

  Tanggal 13 Agustus 1.

  A: Masalah belum teratasi P: intervensi dilanjutkan

  C. Balutan telah diganti, luka tidak ada tanda infeksi, tidak ada eksudat, luka merah, jaringan hitam dipinggir luka.

  : 3 liter/i, T: 36,7

  2

  S: Klien mengatakan nyeri saat luka tertekan O: TTV: TD: 110/70, HR: 78x/I, RR: klien memakai nasal kanul, O

  4. Anjurkan untuk mengkonsumsi makanan tinggi protein, mineral, kalori dan vitamin

  3. Posisikan untuk menghindari ketegangan pada luka

  2. Inspeksi adanya kemerahan, pembengkakan

  Inspeksi luka pada setiap penggantian balutan

  3. Tanggal 12 Agustus 2015 1.

  C. Balutan telah diganti,

  2. Perawatan luka: pencegahan komplikasi luka dan peningkatan proses penyembuhan luka

  3. Inspeksi luka pada setiap penggantian balutan

  4. Inspeksi adanya kemerahan, pembengkakan

  5. Anjurkan untuk mengkonsumsi makanan tinggi protein, mineral, kalori dan vitamin tidak ada tanda infeksi

  A: Masalah teratasi sebagian P: Intervensi dilanjutkan dengan mengajarkan klien dan keluarga tentang perawatan luka

  Tanggal 17 Agustus 2015 1.

  Perawatan tempat insisi: pembersihan, pemantauan, dan peningkatan proses penyembuhan luka yang ditutup dengan jahitan atau staples.

  2. Perawatan luka: pencegahan komplikasi luka dan peningkatan proses penyembuhan luka

  3. Inspeksi luka pada setiap penggantian balutan

  4. Inspeksi adanya kemerahan, pembengkakan

  5. Ajarkan perawatan luka termasuk tanda dan gejala infeksi 6. Anjurkan untuk mengkonsumsi makanan tinggi protein, mineral, kalori dan vitamin

  S: Klien mengatakan tidak merasakan nyeri O: TTV: TD: 120/70, HR: 76x/I, T: 36,5 C, RR: 26x/I. Balutan diganti dan luka tidak ada tanda infeksi. Klien dan keluarga mengerti dengan penjelasan mempersiapkan alat dan bahan serta cara untuk merawat luka.

  A: Masalah teratasi sebagian P: intervensi dihentikan dengan menganjurkan kepada klien dan keluarga untuk mengganti balutan secara rutin.

  .

BAB IV ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN Penerapan asuhan keperawatan dengan tahapan proses keperawatan yang

  meliputi pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Dalam analisis ini dibahas tentang masalah keperawatan prioritas utama pada suatu kasus, faktor pendukung, hambatan serta solusinya.

4.1. Deskripsi Profil Ruangan RB2A

  Instalasi Rindu B mambawahi beberapa ruangan yang salah satu diantaranya adalah ruangan Rindu B2A yang secara khusus merawat pasien- pasien Bedah Oncologi, Bedah Digestif, dan Bedah Anak.

  Untuk melaksanakan dan menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan, maka Kepala Ruangan RB2A menyusun Program kerja Tahunan. Visi RB2A : Menjadi tempat pelayanan kesehatan Rawat Inap pasien bedah Oncologi, Bedah Digestive dan Bedah Anak yang paripurna, bermutu dan terjangkau, serta tempat pendidikan, pelatihan dan penelitian yang professional.

  Misi RB2A : Melaksanakan pelayanan Rawat Inap pada pasien pre dan post serta kemoterapi bedah oncologi, bedah digestif, serta bedah anak yang paripurna, bemutu dan terjangkau sesuai dengan standar pelayanan serta prosedur dan tindakan yang dapat dipertanggungjawabkan secara etika dan profesi. Melaksanakan pendidikan, pelatihan dan penelitian kesehatan yang professional khususnya mengenai bedah oncologi, bedah digestif dan bedah anak. Melaksanakan kegiatan pelayanan dengan prinsip efektif, efisien, akuntabel dan mandiri serta penerapan perilaku caring.

  Falsafah pelayanan keperawatan RB2A : Memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan kepada pasien bedah oncologi, bedah digestif, serta bedah anak untuk memenuhi kebutuhan bio-psiko-sosio-spiritual yang unik dengan menggunkan pendekatan proses keperawatan tanpa membedakan suku, agama dana kepercayaan serta status melalui usaha bersama dari semua anggota tim kesehatan, pasien dan keluarga.

  Motto pelayanan keperawatan RB2A : ―Kepuasan Anda adalah kebahagiaan kami‖. Tujuan keperawatan RB2A :

  1. Tujuan umum : Terselenggaranya pelayanan dan asuhan keperawatan yang etis dan bermutu pada pasien bedah oncologi, bedah digestive, bedah anak dengan mneggunakan logistic keperawatan secara efisien dan efektif sesuai standart serta terselenggaranya pendidikan dan penelitian yang professional.

  2. Tujuan khusus :

  a. Tercapainya pemberian asuhan keperawatan pada pasien bedah oncologi, bedah digestif serta bedah anak dengan pendekatan proses keperawatan yang mengacu pada 15 kasus terbanyak Standart Asuhan keperawatan di RB2A.

  b. Tercapainya proses pendidikan, pelatihan dan penelitian yang professional yang menunjang pencapaina pelayanan dan asuhan keperawatan.

  c. Terciptanya hubungan kerja yang efektif dengan semua tim kesehatan

  d. Terciptanya iklim kerja yang kondusif untuk menunjang pelayanan dan pemberian asuhan keperawatan, pendidikan, pelatihan, dan penelitian.

  e. Terlaksananya perencanaan, pengadaan dan pemelihara logistik keperawatan.

  f. Terselenggaranya pengemabangan pendidikan staf perawat RB2A.

4.2. Pembahasan Kasus Utama

4.2.1 Analisis pengkajian

  Perawat perlu mengkaji status fisik dan fungsional pasien pada pasien yang menjalani kemoterapi. Pada unsur fungsional, perawat perlu mengkaji kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari, status fungsional kardiovaskular, paru, gastrointestinal, dan sistem ginjal, keadaan kognitif pasien. Perawat juga perlu mengkaji status psikologis dan emosi pasien terhadap pengobatan kemoterapi (Baradero et al., 2008). Pengkajian Morrow Assesment of

  Nausea and Vomiting (MANE) adalah skala yang dipakai untuk mengkaji

  frekuensi, durasi dan intensitas mual dan muntah pada pasien yang menjalani kemoterapi (Molassiotis, 2001).

  Pada anamnesa Ny. J didapatkan keluhan perubahan sensasi rasa, sering mual dan muntah, kurang selera makan, tonus otot lemah, mukosa membran kering, tidak tertarik untuk makan, mengalami sesak saat beraktivitas, dan adanya kerusakan integritas kulit di payudara. Hal ini dapat terjadi karena berbagai faktor termasuk efek toksik kemoterapi yang sering menimbulkan keluhan mual dan muntah dengan derajat bervariasi dan keluhan lainnya yang diakibatkan oleh sel kanker yang telah menginvasi masuk pembuluh darah hingga timbul metastase hematogen dan lokasi tersering salah satunya adalah paru (Fujin, 2013).

  Kondisi yang dialami pasien tersebut dapat mengakibatkan terganggunya asupan nutrisi, sehingga berpotensi untuk menimbulkan penurunan status nutrisi, cairan dan elektrolit, kelemahan, perasaan tidak berdaya, tidak mampu melakukan aktifitas rutin, penurunan produktifitas yang selanjutnya menambah kecemasan dan dapat mengakibatkan depresi pada pasien (Maryani, 2009). Oleh karena itu, dituntut kompetensi ners dalam pemberian asuhan keperawatan termasuk pengkajian yang komprehensif untuk mengatasi masalah pada pasien.

4.2.2 Analisis Diagnosa Keperawatan

  Berdasarkan hasil pengkajian, ada tiga diagnosa keperawatan yang dirumuskan pada kasus ini yang meliputi: nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, ketidakefektifan pola nafas dan kerusakan integritas kulit. Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada pasien adalah hasil pengkajian secara head to toe dan menggunakan pengkajian Morrow Assesment of Nausea and Vomiting (MANE). Diagnosa primer yang ditemukan pada kasus ini adalah nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah keadaan individu yang mengalami kekurangan asupan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan metabolik (Wilkinson, 2005).

  Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada Ny. J terjadi akibat kanker itu sendiri dan atau melalui kemoterapi. Obat-obat kemoterapi dapat menyebabkan efek samping yang berlawanan dan toksisitas bervariasi dalam keparahannya bergantung pada respons individual pasien terhadap obat. Mual dan muntah sering kali timbul sebagai efek samping yang paling merepotkan. Mual dan muntah dapat terjadi secara akut, terantisipasi, lambat atau terus menerus sedangkan nutrisi yang adekuat harus terpenuhi agar dapat mempertahankan kekuatan dan kebutuhan tubuh (Otto, 2005).

  Namun dengan adanya asuhan keperawatan dengan intervensi utama aplikasi terapi relaksasi otot progresif yang dilakukan secara berkesinambungan maka masalah nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh akibat mual dan muntah akan teratasi.

4.2.3 Analisis Perencanaan

  Dari diagnosa utama yang ditetapkan berdasarkan tujuan aplikasi maka dibuat keputusan penyelesaian masalah berdasarkan NIC dan NOC. Intervensi yang akan dilakukan bertujuan agar mual dan muntah berkurang setelah kemoterapi, tingkat gizi yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan metabolik, asupan makanan dan cairan yaitu jumlah makanan dan cairan yang dikonsumsi tubuh selama waktu 24 jam, keadekuatan zat gizi yang dikonsumsi tubuh dengan kriteria hasil klien menunjukkan status gizi yaitu asupan makanan, cairan dan zat gizi ditandai dengan pemberian makanan oral.

  Intervensi yang akan dilakukan adalah sesuaikan diet sebelum dan sesudah pemberian obat sesuai dengan kesukaan dan toleransi pasien, cegah pandangan, bau, dan bunyi-bunyian yang tidak menyenangkan di lingkungan, gunakan distraksi, teknik relaksasi dan imajinasi sebelum, selama dan setelah kemoterapi, ajarkan teknik relaksasi otot progresif, berikan antiemetic, sedative, dan kortikosteroid yang diresepkan, pastikan hidrasi cairan yang adekuat sebelum, selama setalah pemberian obat, kaji masukan dan haluaran. berikan dorongan higiene oral yang sering, berikan tindakan pereda nyeri jika diperlukan, tawarkan air basah, dingin untuk diletakkan di atas dahi atau belakang leher (Wilkinson, 2005).

  Pemberian terapi relaksasi otot progresif terbukti bermanfaat untuk mengurangi masalah mual dan muntah. Terapi relaksasi otot progresif atau

  progressif muscle relaxation merupakan suatu prosedur untuk mendapatkan

  relaksasi pada otot melalui dua langkah. Langkah pertama dengan memberikan tegangan pada suatu kelompok otot, dan kedua dengan menghentikan tegangan tersebut kemudian memusatkan perhatian terhadap bagaimana otot tersebut menjadi relaks, merasakan sensasi relaks secara sisik dan tegangannya menghilang (Robert, 2007).

  Terapi relaksasi otot progresif telah banyak digunakan dan bermanfaat untuk mengatasi berbagai keluhan yang berhubungan dengan stress seperti tukak lambung, hipertensi, kecemasan dan insomnia. Respon relaksasi terjadi melalui penurunan yang bermakna dari kebutuhan zat asam (oksigen) oleh tubuh. Tubuh menjadi rileks karena ia bekerja ringan. Metabolismenya berkurang, pertukaran komponen-komponen kehidupan berlangsung dalam suasana tanpa paksaan (Pasiak, 2008).

  Berdasarkan hasil penelitian yang melibatkan 7l pasien kanker payudara menunjukkan bahwa terapi relaksasi otot progresif dapat mengurangi durasi dan intensitas mual dan muntah pada pasien yang menjalani kemoterapi. Mual dan muntah masih dirasakan oleh pasien saat menjalani kemoterapi, tetapi intensitas, frekuensi,dan durasinya lebih rendah dibandingkan kemoterapi sebelumnya tanpa adanya terapi relaksasi otot progresif (Rahmawati, 2011).

  Pada Ny. J sangat cocok untuk dilakukan terapi relaksasi otot progresif untuk mengatasi dan meminimalisir masalah nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang akan dilakukan secara berkesinambungan, benar dan tepat.

4.2.4 Analisis Implementasi dan Evaluasi

  Dari perencanaan intervensi yang telah tertera pada tinjauan pustaka maka implementasi yang fokus dibahas adalah aplikasi terapi relaksasi otot progresif untk mengurangi masalah nutrisi mual dan muntah.

  Pada Ny. J dengan diagnosa primer nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh maka perlu kompetensi ners untuk mengatasi masalah secara tepat dan mempunyai efek yang sangat signifikan untuk evaluasi keadekuatan nutrisi secara maksimal. Tindakan keperawatan yang cocok dan sistematis serta terencana adalah terapi relaksasi otot progresif.

  Dari tindakan keperawatan yang dilakukan secara berangsur-angsur maka hasi evaluasi yang didapatkan pada hari pertama menggunakan Morrow

  

Assesment of Nausea and Vomiting (MANE) didapatkan hasil yakni respon

  subjektif klien mengatakan masih mengalami mual dan respon objektif pasien tampak lemah TTV: TD: 110/70, HR: 78x/I, RR: klien memakai nasal kanul, O :

  2

  3 liter/i, T: 36,7

  C. Mukosa mulut kering, klien masih malas untuk makan. Hasil pengkajian mual: dirasakan 7 kali dengan durasi 2-3 menit dan intensitas 7.

  Muntah sebanyak 5 kali dan jumlah 1-2 gelas (200cc), pasien dan keluarga berpartisipasi melakukan gerakan relaksasi otot yang diajarkan. Sedangkan pada pertemuan terakhir respon subjektif pasien mengatakan mual sudah berkurang, sudah tidak mengalami muntah, pasien mengatakan mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan telah melakukan relaksasi otot progesif sebanyak 2 kali per hari. Respon pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali penjelasan yang disampaikan oleh perawat. Respon objektif pasien TTV: TD: 120/70, HR: 76x/I,

  T: 36,5

  C, RR: 26x/I, klien tidak memakai nasal kanul. Hasil pengkajian mual dialami 1 kali dengan durasi 1 menit dan intensitas 2 dan muntah tidak ada.

  Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati (2011) bahwa terapi relaksasi otot progresif dapat mengurangi durasi dan intensitas mual dan muntah pada pasien yang menjalani kemoterapi. Mual dan muntah masih dirasakan oleh pasien saat menjalani kemoterapi, tetapi intensitas, frekuensi,dan durasinya lebih rendah dibandingkan tanpa ada terapi relaksasi otot progresif.

4.3 Analisis Praktek Berbasis Pembuktian (Evidence Based Nursing Practice)

  Dengan memaparkan hasil analisa dan sintesa secara kritis hasil aplikasi terkait masalah keperawatan utama masalah nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh merupakan pengalaman melaksanakan evidence based nursing pada kasus yang dikelola selama praktek profesi ners.

  Fenomena klinis berdasarkan PICO

a. Masalah (P)

  Masalah nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sering terjadi pada pasien kanker yang menjalani siklus kemoterapi dan belum mendapatkan cara terbaik dan selama ini hanya memakai terapi farmakologi untuk mengatasi masalah tersebut. Dari kasus yang dikelola, pasien sudah mengalami masalah nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang disebabkan mual dan muntah yang menjadi salah satu efek samping dari terapi sitostatika ini sehingga seiring waktu akhirnya mempunyai dampak buruk terhadap fungsi imunitas tubuh serta menurunkan toleransi pasien terhadap sitostatika.

  b. Intervensi (I)

  Intervensi yang dilakukan pada pasien mual dan muntah adalah aplikasi terapi relaksasi otot progresif yang dilakukan selama 10

  • – 15 menit dalam waktu 2 kali sehari.

  c. Comparation (C)

  Membandingkan hasil evaluasi perkembangan sebelum dan sesudah dilakukan aplikasi terapi relaksasi otot progresif dengan pengkajian Morrow Assesment of

  Nausea and Vomiting (MANE) .

  d. Output (O)

  Ketika pertemuan terakhir dengan pasien, evaluasi masalah nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dengan pengkajian Morrow Assesment of Nausea and

Dokumen yang terkait

Pelaksanaan Pengelolaan Sampah dan Partisipasi Pedagang Dalam Menjaga Kebersihan Lingkungan di Pasar Terapung Kec. Tembilahan Kota Kab. Indragiri Hilir Riau Tahun 2015

0 0 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampah - Pelaksanaan Pengelolaan Sampah dan Partisipasi Pedagang Dalam Menjaga Kebersihan Lingkungan di Pasar Terapung Kec. Tembilahan Kota Kab. Indragiri Hilir Riau Tahun 2015

0 0 27

Pelaksanaan Pengelolaan Sampah dan Partisipasi Pedagang Dalam Menjaga Kebersihan Lingkungan di Pasar Terapung Kec. Tembilahan Kota Kab. Indragiri Hilir Riau Tahun 2015

0 0 14

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Pendukung Keputusan - Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Mata Pelajaran Lintas Minat kurikulum 2013 Menggunakan Algoritma Weighted Product dan Analytical Hierarchy Process

0 0 16

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Kecerdasan Buatan - Sistem Pakar untuk Mendiagnosis Penyakit Sinusitis Menggunakan Algoritma Certainty Factor dan Forward Chaining

0 0 10

Gambaran Dukungan Keluarga dalam Memenuhi Kebutuhan Spiritual Pasien Stroke di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

0 0 31

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Gambaran Dukungan Keluarga dalam Memenuhi Kebutuhan Spiritual Pasien Stroke di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

0 0 22

Aplikasi Terapi Murottal Dalam Asuhan Keperawatan Pasien Pre Operasi Fraktur Dengan Kecemasan di Ruang Rindu B3 RSUP.HAM Medan

0 0 29

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah - Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Keputusan Konsumen Membeli Koran Sindo pada PT. Media Nusantara Informasi Biro Medan

0 0 28

Aplikasi Teknik Relaksasi Otot Progresif untuk Mengatasi Masalah Nutrisi dalam Asuhan Keperawatan Pasien Kanker Payudara yang Menjalani Kemoterapi di Rindu B2A RSUP Haji Adam Malik Medan

0 0 40