Daftar lengkap nama rumah adat yang ada

Daftar lengkap nama rumah adat
yang ada di Indonesia
Berikut ini daftar nama-nama rumah adat 33 provinsi di Indonesia lengkap dengan
penjelasan singkat mengenai filosofi , sejarah , struktur rumah dan fungsi rumah
adat tradisional yang ada di 33-34 provinsi di Indonesia disertai gambar rumah
adat tradisional Indonesia dan penjelasanya

 Rumah Aceh (Rumah Adat Nanggroe Aceh Darussalam)

Rumoh Aceh

Rumah tradisional Aceh oleh warga setempat disebut rumoh Aceh. Bentuknya seragam,
yakni persegi empat memanjang dari timur ke barat. Konon, letak yang memanjang itu dipilih
untuk memudahkan penentuan arah kiblat.
Dari segi ukir-ukiran, rumoh Aceh di tiap-tiap kabupaten di Provinsi NAD tidaklah sama.
Masing-masing punya ragam ukiran yang berbeda.

 Rumah Balai Batak Toba (Rumah Adat Sumatera Utara/Sumut)

Nilai budaya itu sangat perlu dilestarikan dan hendaknya dapat ditempatkan sebagai
dasar filosofi sebagai pandangan hidup bagi generasi penerus kelak. Ada pendapat

yang mengatakan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang dapat menghargai
budayanya, karena itu Bangso Batak perlu menjaga citra dan jati dirinya agar
keberadaannya tetap mendapat tempat dalam pergaulan hubungan yang harmonis. See more at: http://memolodys.blogspot.com/2013/09/rumah-adat-sumaterautara-struktur-dan.html

 Rumah Gadang (Rumah Adat Sumatera Barat/Sumbar)

Rumah Gadang Minangkabau Sumatera Barat

Rumah Gadang berfungsi sebagai tempat tinggal dan tempat acara adat.
Ukuran ruang tergantung dari banyaknya penghuni di rumah itu. Namun, jumlah
ruangan biasanya ganjil, seperti lima ruang, tujuh, sembilan atau lebih. Sebagai
tempat tinggal, rumah gadang mempunyai bilik-bilik dibagian belakang yang didiami
oleh wanita yang sudah bekeluarga, ibu-ibu, nenek-nenek dan anak-anak.
Fungsi rumah gadang yang juga penting adalah sebagai iringan adat, seperti
menetapkan adat atau tempat melaksanakan acara seremonial adat seperti

kematian, kelahiran, perkawinan, mengadakan acara kebesaran adat, tempat
mufakat dan lain-lain. Perbandingan ruang tempat tidur dengan ruang umum adalah
sepertiga untuk tempat tidur dan dua pertiga untuk kepentingan umum. Pemberian
ini memberi makna bahwa kepentingan umum lebih diutamakan daripada kepentingan

pribadi.

 Rumah Melayu Selaso Jatuh Kembar (Rumah Adat Kepulauan
Riau)

Rumah Melayu Selaso Jatuh Kembar Kepulauan Riau

Rumah Melayu adalah Rumah kayu atau rumah kampung pada suatu masa dulu
boleh dikatakan tidak asing bagi orang Melayu. Tapi dengan urbanisasi penduduk
kini, ramai anak-anak Melayu yang tidak lagi mengenal apakah ciri bentuk
sebenarnya rumah kayu tradisional maupun caranya dibangun tanpa paku.
Sebetulnya, lama sebelum kedatangan pengaruh luar dan telunjuk moden, penduduk
asal Melayu dan Orang Asli di Semenanjung Tanah Melayu dan Sumatera serta kaum
Bumiputra/Pribumi lain di Borneo dan bagian lain di alam Melayu telah mempunyai
sistem perumahan yang canggih, cantik dan serasi dengan gaya hidup dan alam
sekitar.

 Rumah Panggung (Rumah Adat Provinsi Jambi)

Rumah Panggung Provinsi Jambi


Konstruksi dalam bentuk panggung adalah warisan budaya dalam membuat
sebuah bangunan dari nenek moyang kita. Kita dapat lihat rumah tradisional di
beberapa daerah, seperti di Sumatra, Kalimantan, atau Sulawesi, kebanyakan
menggunakan bentuk rumah panggung.
Secara materi dan efesiensi, rumah panggung sangat banyak manfaat. Ruang bawah
rumah yang kosong dapat dimanfaatkan sebagai area bermain anak-anak, asalkan
tinggi panggung aman untuk dilalui, minimal tinggi panggung adalah dua meter.

 Rumah Limas (Rumah Adat Provinsi Sumatera Selatan/Sumsel)

Rumah Limas Palembang Sumatera Selatan

Rumah Limas Palembang dibangun di atas tiang-tiang yang terbuat dari jenis
kayu unglen yang berjumlah 32 buah atau kelipatannya. Rumah limas Palembang
merupakan rumah panggung yang bagian kolongnya merupakan ruang positif untuk
kegiatan sehari-hari. Ketinggian lantai panggung dapat mencapai ukuran 3 meter.

Untuk naik ke rumah limas dibuatlah dua tangga kayu dari sebelah kiri dan kanan.
Bagian teras rumah biasanya dikelilingi pagar kayu berjeruji yang disebut

tenggalung. Makna filosofis dibalik pagar kayu itu adalah untuk menahansupaya anak
perempuan tidak keluar rumah.

 Rumah Nuwo Sesat (Rumah Adat Provinsi Lampung)

Nuwo Sesat Rumah Adat Provinsi Lampung

Penjelasan Rumah adat Nuwo Sesat yang berasal dari daerah Lampung
Sumatera. Rumah tradisional adat Lampung ini termaksud kategori rumah panggung.
Atapnya terbuat dari anyaman ilalang dan sebagian besar bahnnya terbuat dari
kayu. Bentuk rumah panggun ini untuk menghindari serangan hewan dan lebih kokoh
bila terjadi gempa bumi, karena masyarakat lampung telah mengenal gempa dari
zaman dahulu dan lampung terletak di pertemuan lempeng Asia dan Australia.
Terdapat ornamen yang khas pada bagian sisi bangunan tertentu rumah sessat ini.
Umumnya bentuk rumah sessat berbentuk rumah besar. Namun saat ini bentuknya
tidak terlalu besar. Di perkampungan penduduk asli Lampung sebagian besar rumah
adat ini dibangun tidak bertiang dan berlantai di tanah dengan fungsi yang tetap
sama.
Ciri khas lainnya di rumah sesat ini adalah hiasan paying payung besar di atapnya
[Rurung Agung] yang berwarna putih, kuning, dan merah yang melambangkan tingkat

Kepenyimbangan bagi masyarakat adat Lampung Pepadun.

Bentuk bangunan tempat tinggal masyarakat Kabupaten Lampung boleh di bilang
cukup beraneka ragam. Hal ini dapat di lihat dari keragaman bentuk rumah yang
didirikan oleh warga setempat sebagai tempat tinggal

 Rumah Bubungan Lima (Rumah Adat Provinsi Bengkulu)

Rumah Bubungan Lima Bengkulu

Rumah Bubungan Lima adalah rumah adat resmi Provinsi Bengkulu. Rumah
Bubungan Lima termasuk jenis rumah panggung. “Bubungan lima” sejatinya merujuk
pada atap dari rumah panggung tersebut. Selain “bubungan lima”, rumah panggung
khas Bengkulu ini memiliki bentuk atap lainnya, sperti “bubungan limas”, “bubungan
haji”, dan “bubungan jembatan”. Material utama yang digunakan adalah kayu
medang kemuning atau surian balam, yang berkarakter lembut namun tahan lama.
Lantainya terbuat dari papan, sementara atapnya terbuat dari ijuk enau atau sirap.
Sementara di bagian depan, terdapat tangga untuk naik-turun rumah, yang
jumlahnya biasanya ganjil (berkaitan dengan nilai adat).
Menilik sejumlah literatur yang menerangkan tentang rumah adat ini, kesimpulan

sementara yang bisa diambil adalah, rumah ini bukanlah jenis tempat tinggal yang
umum ditempati masyarakat. Rumah Bubungan Lima (juga jenis rumah adat lainnya di
Bengkulu) merupakan rumah dengan fungsi khusus yang digunakan untuk ritus-ritus
adat atau acara khusus, seperti penyambutan tamu, kelahiran, perkawinan, atau
kematian. Rumah Bubungan Lima, merupakan salah satu prototipe hunian tahan
banjir, yang merepresentasikan nilai-nilai kearifan lokal pada masyarakat Bengkulu.

 Rumah Kebaya (Rumah Adat Provinsi DKI Jakarta

Rumah Kebaya Rumah Adat DKI Jakarta

Rumah Kebaya mempunyai beberapa pasang atap, yang apabila dilihat dari
samping berlipat-lipat seperti lipatan kebaya.
Arsitekturnya seperti monas yang terpotong bagian tugunya. Rumah ini
melambangkan penduduk Jakarta yang terdiri dari berbagai suku bangsa.
Pembagian ruangannya, serambi depan disebut Paseban. Dindingnya terbuat dari
panel-panel yang dapat dibuka-buka dan digeser-geser ke tepinya. Hal ini
dimaksudkan agar ruangan terasa lebih luas.
Pada saat-saat tertentu, Rumah Kebaya sering digunakan untuk mengadakan acara
selamatan atau hajatan khas Betawi.


 Rumah Kasepuhan (Rumah Adat Provinsi Jawa Barat)

Kasepuhan (Rumah Adat Jawa Barat/Jabar)

Rumah warga masyarakat Kasepuhan adalah Hateup salak Tihang Cagak yang
berarti bentuk dan type rumah adat adalah rumah panggung menggunakan atap daun
[kiray dan daun tepus] dengan bilik bambu dan tiang kayu, atau juga bisa berarti
harus menggunakan bahan-bahan alami. bagian rumah terbagi dalam 5 (lima) tahapan
seperti umpak, kolong, beuteung, para dan hateup, semua memiliki fungsi yang telah
dirancang leluhur untuk guna dan manfaat penghuninya.
Bentuk rumah panggung adalah bentuk rumah yang sudah dipakai lama oleh leluhurA
di tatar sunda, dari sabang sampai merauke sebelum adanya pengaruh luar yang
dibawa pada era kolonial, menggunakan bentuk rumah yang sama, rumah panggung.
Salah satu nilai fungsinya adalah tahan getaran ketikaA gempa terjadi, fleksibiltas
membuat bangunan tetap utuh karena bahan alam. Rupanya leluhur sangat faham
akan kontur tanah yang vulkanis dengan gunung berapi dimana-mana, sehingga
bangunan yang cocok di tanah air ini adalah bangunan seperti ini.A selain itu juga
dengan bahan atap yang ringan dari dedaunan dan diikatkan pada layeus, tak ada
ketakutan ketika gempa datang. Kearifan lokal yang telah dirancang leluhur untuk

kepentingan anak cucu di kemudian hari bisa kita lihat dari bentuk rumah panggung
itu sendiri.

 Rumah Joglo (Rumah Adat Jawa Timur, Jawa Tengah, dan DI
Yogyakarta)

Rumah Jawa merupakan lambang status bagi penghuninya dan juga menyimpan
rahasia tentang kehidupan sang penghuni. Rumah Jawa merupakan sarana pemiliknya
untuk menunjukkan siapa sebenarnya dirinya sehingga dapat dimengerti dan
dinikmati orang lain. Rumah Jawa juga menyangkut dunia batin yang tidak pernah
lepas dari kehidupan masyarakat Jawa. - See more at:
http://memolodys.blogspot.com/2013/09/rumah-adat-jawa-tengah-joglo.html

Gapura Candi Bentar (Rumah Adat Provinsi Bali)

`Gapura Candi Bentar Bali

Menjelaskan bahwa rumah, bagi orang Bali adalah keseluruhan bangunan dalam
pekarangan yang bisanya dikelilingi tembok (panyengker). Berikut adalah bangunanbangunan yang dimaksud beserta masing-masing fungsinya. Sanggah atau pamerajan
yang merupakan tempat suci bagi keluarga, panginjeng karang yang merupakan

tempat untuk memuja roh yang menjaga pekarangan, bale manten, yakni tempat

tidutr kepala keluarga, gadis, serta menyimpan barang berharga (kadang digunakan
pasangan yang baru menikah), bale gede/bale adat sebagai tempat upacara lingkaran
hidup, yang dalam kehidupan sehari-hari digunakan sebagai bale serbaguna, bale
dauh sebagai tempat kerja, pertemuan, dan tempat tidur anak laki-laki, paon atau
dapur sebagai tempat memasak, dan lumbung, sebagai tempat menyimpan padi/hasil
bumi - See more at: http://memolodys.blogspot.com/2013/09/rumah-adat-balistruktur-dan-fungsi.html

 Dalam Loka Samawa (Rumah Adat Nusa Tenggara Barat/NTB)

Di bagian depan bangunan terdapat ruangan bernama Lunyuk Agung yang berfungsi
sebagai tempat musayawarah, resepsi atau acara pertemuan lainnya. Di sebelah
Lunyuk Agung terdapat ruangan yang bernama Lunyuk Mas, fungsinya adalah sebagai
ruangan khusus untuk permaisuri, istri-istri menteri dan staf penting kerajaan
ketika dilangsungkan upacara adat. Ada juga yang disebut Ruang Dalam sebelah
barat, ruangan-ruangan ini hanya disekat oleh kelambu fungsinya adalah sebagai
tempat shalat, di sebelah utaranya merupakan kamar tidur permaisuri dan dayangdayang.

Ruang Dalam sebelah timur terdiri dari empat kamar dan diperuntukan bagi

putra/putri raja yang sudah berumah tangga di ujung utara ruangan ini adalah
kamar pengasuh rumah tangga istana. Di bagian belakang Bala Rea terdapat ruang
sidang, pada malam hari ruangan ini dijadikan tempat tidur para dayang. Kamar
mandi terletak di luar ruangan induk yang memanjang dari kamar peraduan raja
hingga kamar permaisuri.
Dan yang terakhir adalah Bala Bulo berada di samping Lunyuk Mas, terdiri atas dua
lantai, lantai pertama berfungsi sebagai tempat bermain putra/putri raja dan lantai
kedua berfungsi sebagai tempat permaisuri dan istri para bangsawan saat
menyaksikan pertunjukan di lapangan istana.

 Sao Ata Mosa Lakitana (Rumah Adat Nusa Tenggara Timur/NTT)

Dalam seni bangunan yang mempunyai fungsi religius adalah rumah adat yang
umumnya berupa rumah panggung dan berbentuk agak segi empat atau segi empat
panjang, kecuali rumah asli Timor yang mempunyai bentuk bulat telur tanpa tiang. Di
daerah ini bangunan dibedakan dalam 3 bentuk yang didasarkan pada model atapnya,
yakni bentuk atap berjoglo yang merupakan rumah adat suku bangsa Sumba, bentuk
atap atap kerucut bulat, merupakan rumah adat suku bangsa Timor dan bentuk atap
seperti perahu terbalik, merupakan rumah adapt suku bangsa Rote. Dari bentuk
atap yang berbeda, tetapi dalam rumah ini tetap terdapat suatu tempat suci untuk

arwah nenek moyang yang selalu diberi sesaji pada sat-saat tertentu.
Masyarakat suku bangsa Sabu yang merupakan pelaut ulung membangu rumahnya
menyerupai perahu yang erat hubungannya dengan kebudayaan serta kehidupan
sehari-harinya. Misalnya atapnya berbentuk perahu terbalik menandakan,
masyarakat daerah ini mengenal perahu dan lau sebagai alamnya. Hampir seluruh
bagian rumah diberi
nama bagian-bagian perahu seperti haluan, anjungan (duru), dan burian (wui). Duru
merupakan bagian yang diperuntukkan bagi kaum laki-laki, sedangkan Wui bagian
yang diperuntukkan bagi kaum perempuan.
Di perkampungan suku bangsa Sabu, berdasarkan bentuk rumah adatnya dibedakan
menjadi 2 yaitu antara ‘amu kelaga’ atau rumah adat yang berpanggung dan ‘ammu
laburai’, rumah yang berdinding tanah.
Ammu kelaga merupakan bentuk rumah Sabu asli yang mempunyai lantai panggung
difungsikan sebagai balai-balai dan disebut sebagai ‘kelaga’. Bangunan ini mempunyai
bentuk 4 persegi panjang dengan atap lancip mirip perahu terbalik. Tiangnya

berbentuk bulat terbuat dari kayu pohon lontar, enau, kayu hitam atau kayu besi.
Lantai
panggungnya bertingkat 3 , yakni kelaga rai, atau panggung tanah, kelaga ae atau
panggung besar, kelega dammu atau panggung loteng yang mencerminkan
kepercayaan orang Sabu adanya tingkatan dunia, yakni dunia bawah atau dunia
arwah, dunian tengah atau dunia manusia dan dunia atas atau dunia para dewa

 Rumah Panjang (Rumah Adat Kalimantan Barat/Kalbar)

Rumah Panjang (Rumah Adat Suku Dayak) Kalimantan Barat

 Rumah Betang (Rumah Adat Kalimantan Tengah/Kalteng)

Rumah Betang (Rumah Adat Kalimantan Tengah)

 Rumah Banjar (Rumah Adat Provinsi Kalimantan Selatan/Kalsel)
Rumah Banjar Adalah Salah satu Rumah Tradisional Suku Banjar, Rumah Banjar
Atau yang disebut juga (Rumah Bubungan Tinggi) di Kalimantan Selatan, bisa
dibilang merupakan Ikon nya Rumah Banjar karena jenis rumah ini yang paling
terkenal karena menjadi maskot Rumah adat khas Provinsi Kalimantan Selatan. Di
dalam kompleks karaton Banjar dahulu kala bangunan Rumah Banjar (Rumah
Bubungan Tinggi) Merupakan pusat sentral dari karaton yang menjadi
istana kediaman Raja.

Ciri - Ciri Rumah Banjar :
Menurut Tim Depdikbud Kalimanta Selatan :
1. Atas Sindang Langit tanpa plafon.
2. Tangga Naik Selalu ganjil.
3. Pamedangan diberi lapangan kelilingnya dengan Kandang Rasi Berukir.
Kontruksi Rumah Banjar :
Kontruksi Rumah adat Banjar atau Rumah Ba'anjung dibuat dengan bahan Kayu.
Faktor Alam Kalimantan Selatan yang penuh dengan Hutan Rimba memberikan bahan
kontruksi yang melimpah yaitu Kayu. Sesuai dengan bentuk serta kontruksi
bangunan Rumah adat banjar tersebut maka hanya kayulah yang merupakan bahan
yang tepat dan sesuai dengan kontruksi bangunannya.

Rumah Banjar (Rumah Adat Kalimantan Selatan)

 Rumah Lamin (Rumah Adat Provinsi Kalimantan Timur/Kaltim)
Rumah Lamin adalah rumah adat dari Kalimantan Timur.[1] Rumah Lamin adalah
identitas masyarakat Dayak di Kalimantan Timur.[1] Rumah Lamin mempunyai panjang
sekitar 300 meter, lebar 15 meter, dan tinggi kurang lebih 3 meter. [1] Rumah Lamin
juga dikenal sebagai rumah panggung yang panjang dari sambung menyambung. [2]
Rumah ini dapat ditinggal oleh beberapa keluarga karena ukuran rumah yang cukup
besar.[1] Salah satu rumah Lamin yang berada di Kalimantan Timur bahkan dihuni
oleh 12 sampai 30 kelurga.[3] Rumah Lamin dapat menampung kurang lebih 100 orang.
[2]
Pada tahun 1967, rumah Lamin diresmikan oleh pemerintah Indonesia.[1]

Rumah Lamin Rumah Adat Kalimantan Timur

 Rumah Bolaang Mongondow (Rumah Adat Provinsi Sulawesi Utara/
Sulut)

Rumah Bolaang Mongondow Sulawesi Utara

Suku Mongondow berasal dari keturunan Gumalangit dan Tendeduata serta
Tumotoibokol dan Tumotoibokat. Tempat tinggal mereka di gunung Komasaan
(wilayah Bintauna). Makin lama turunan kedua keluarga itu semakin banyak, sehingga
mereka mulai menyebar ke timur di Tudu in Lombagin, Buntalo, Pondoli',
Ginolantungan. Ke pedalaman di tempat bernama Tudu in Passi, Tudu in Lolayan,
Tudu in Sia', Tudu in Bumbungon, Mahag, Siniow dan lain-lain. Peristiwa perpindahan
ini terjadi sekitar abad 8 dan 9. Pokok pencaharian adalah berburu, mengolah sagu
hutan, atau mencari sejenis umbi hutan, menangkap ikan. Pada umumnya mereka
belum mengenal cara bercocok tanam. dalam perkembangan selanjutnya Suku
Mongondow mendirikan kerajaan dengan nama Kerajaan Bolaang. Kerajaan Bolaang di
kemudian hari lebih di kenal sebagai kerajaan Bolaang Mongondow.

 Souraja atau Rumah Raja atau Rumah Besar (Rumah Adat
Provinsi Sulawesi Tengah/Sulteng)

Rumah Souraja (Rumah Adat Sulawesi Tengah)

Rumah Souraja merupakan Rumah bagi bangsawan dari suku Kaili. Saat ini
banyak pemilik rumah rumah tradisional serupa dibongkar dan dijadikan ruko akibat
tuntutan ekonomi. Maka dari itu kita harus menjaga kelestarian budaya kita.

 Laikas (Rumah Adat Provinsi Sulawesi Tenggara/Sultra)
Laikas merupakan rumah adat yang terdiri dari tiga lantai, lantai pertama merupakan
tempat kediaman raja, lantai kedua untuk tempat keluargadan ketiga untuk tempat sholat,
pada kiri dan kanan lantai dua terdapat ruangan tempat menenun kain yang bernama bane.

Laikas (Rumah Adat Sulawesi Tenggara)

 Rumah Adat Tongkonan (Rumah Adat Provinsi Sulawesi
Selatan/Sulsel/Suku Toraja)
Tongkonan adalah rumah adat masyarakat Toraja. Atapnya melengkung
menyerupai perahu, terdiri atas susunan bambu (saat ini sebagian tongkonan
menggunakan atap seng). Di bagian depan terdapat deretan tanduk kerbau. Bagian
dalam ruangan dijadikan tempat tidur dan dapur. Tongkonan digunakan juga sebagai
tempat untuk menyimpan mayat. Tongkonan berasal dari kata tongkon (artinya
duduk bersama-sama). Tongkonan dibagi berdasarkan tingkatan atau peran dalam
masyarakat (stara sosial Masyarakat Toraja). Di depan tongkonan terdapat lumbung
padi, yang disebut ‘alang‘. Tiang-tiang lumbung padi ini dibuat dari batang pohon
palem (banga) saat ini sebagian sudah dicor. Di bagian depan lumbung terdapat
berbagai ukiran, antara lain bergambar ayam dan matahari (disebut pa'bare' allo),
yang merupakan simbol untuk menyelesaikan perkara.
Khususnya di Sillanan-Pemanukan (Tallu Lembangna) yang dikenal dengan istilah
Ma'duangtondok terdapat tongkonan yaitu Tongkonan Karua (delapan rumah
tongkonan) dan Tongkonan A'pa' (empat rumah tongkonan) yang memegang peranan
dalam masyarakat sekitar.
Tongkonan karua terdiri dari:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Tongkonan
Tongkonan
Tongkonan
Tongkonan
Tongkonan
Tongkonan
Tongkonan
Tongkonan

Pangrapa'(Kabarasan)
Sangtanete Jioan
Nosu (To intoi masakka'na)
Sissarean
Karampa' Panglawa padang
Tomentaun
To'lo'le Jaoan
To Barana'

Tongkonan A'pa' terdiri dari:
1.
2.
3.
4.

Tongkonan
Tongkonan
Tongkonan
Tongkonan

Peanna Sangka'
To'induk
Karorrong
Tondok Bangla' (Pemanukan)

Banyak rumah adat yang konon dikatakan tongkonan di Sillanan, tetapi menurut
masyarakat setempat, bahwa yang dikatakan tongkonan hanya 12 seperti tercatat di
atas. Rumah adat yang lain disebut banua pa'rapuan. Yang dikatakan tongkonan di
Sillanan adalah rumah adat di mana turunannya memegang peranan dalam
masyarakat adat setempat. Keturunan dari tongkonan menggambarkan strata sosial
masyarakat di Sillanan. Contoh Tongkonan Pangrapa' (Kabarasan)/ pemegang
kekuasaan pemerintahan. Bila ada orang yang meninggal dan dipotongkan 2 ekor
kerbau, satu kepala kerbau dibawa ke Tongkonan Pangrapa' untuk dibagi-bagi
turunannya.
Stara sosial di masayarakat Sillanan di bagi atas 3 tingkatan yaitu:
1. Ma'dika (darah biru/keturunan bangsawan);
2. To Makaka (orang merdeka/bebas);
3. Kaunan (budak), budak masih dibagi lagi dalam 3 tingkatan.
Sejarah Kabarasan:
Pada awalnya Kabarasan dipegang oleh Tintribuntu yang berkedudukan di Buntu
Lalanan (rumah adat Buntu sebelah barat). Kemudian Anaknya Tintribuntu yaitu
Tome kawin dengan anak dari Tongkonan Sangtanete Jioan (Tongkonan Sangtanete
sebelah timur). Sampai dipertahankan oleh Pong Paara' di Sangtanete Jioan.
Setelah Pong Paara' meninggal (tidak ada anaknya), akhirnya muncul pemberani dari
Doa' (Rumah adat Doa') yaitu So'Padidi (alias Pong Arruan). Kabarasan dipindahkan
ke Doa'. Kekuasaan lemah di Doa' setelah So' Padidi meninggal, karena semua
anaknya adalah perempuan 3 orang, sehingga muncul tipu muslihat yang mengatakan
bahwa bisa dipotongkan kerbau 3 ekor saja. Karena minimal kerbau dikorbankan
adalah 4, maka Doa' dianggap tidak mampu memegang kekuasaan. Akhirnya dibawa
Boroalla ke Tonngkonan Pangrapa', sampai saat ini.

Rumah Adat Tongkonan Sulawesi Selatan

Sebenarnya Indonesia memiliki ragam kebudayaan dan suku-suku didalamnya, tetapi
banyak masyarakat yang tidak mengenal kebudayaan apa saja yang ada dinegerinya.
Salah satu contohnya adalah Toraja, suku yang berdiam di provinsi Sulawesi Selatan
ini memiliki banyak kebudayaan-kebudayaan yang unik. Dari mulai suku-suku, bahasa,
adat perkawinan, upacara adat kematian, makanan khas, dan objek wisata yang
beragam dan unik

 Baileo (Rumah Adat Provinsi Maluku)

Rumah Adat Baileo

Baileo merupakan bangunan yang berfungsi sebagai tempat pertemuan warga (balai
bersama), selain sebagai tempat pertemuan / kegiatan Baileo juga berfungsi untuk
menyimpan benda-benda suci, senjata atau pusaka peninggalan dari nenek moyang
warga kampung tersebut.
Rumah adat Baileo ini mempunyai beberapa bagian yang mempunyai fungsi yang
berbeda dan mempunyai filosofi yang tersirat di dalamnya.
Pada intinya rumah adat Baileo ini dibuat tanpa dinding, hal ini bermakna agar roh

nenek moyang dapat dengan leluasa untuk keluar masuk kedalam rumah adat
tersebut.
Bagian depan atau pintu masuk rumah adat Baileo terdapat Batu Pamali batu besar
yang berfungsi sebagai tempat untuk meletakkan sesajen.


Rumah Honai (Rumah Adat Provinsi Papua)

Fungsi Honai: Sebagai tempat tinggal, sebagai tempat untuk menyimpan alat-alat
perang, mendidik dan menyarankan anak-anak untuk menjadi berguna di masa depan,
merencanakan atau mengatur strategi perang untuk menjadi sukses dalam pertempuran
atau perang dan tempat alat atau simbol masyarakat adat toko yang telah menduduki sejak
sebelum Dani filosofi Honai Berputar-putar rumah honai memiliki filosofi yang dipegang
teguh oleh perusahaan Dani, yang mencerminkan nilai-nilai diturunkan dari generasi ke
generasi, sebagai berikut: Persatuan dan unit maksimal untuk mempertahankan dan
mengirimkan budaya, etnis, martabat, harga diri dipertahankan oleh nenek moyang masa lalu
hingga saat ini. Signifikan satu hati, satu pikiran dan tujuan dalam menyelesaikan pekerjaan.

Rumah Honai (Rumah Adat Papua)

 Rumah Adat Doloupa (Rumah Adat Provinsi Gorontalo)
DOLOHUPA adalah sebutan atau nama lain dari rumah adat Gorontalo,didalam
rumah adat ini kita bisa melihat seluruh kehidupan masyarakat sekitar dalam
kehidupanya lengkap dengan perabot serta pernik-pernik adat gorontalo.

Rumah Adat Doloupa Gorontalo

 Rumah Adat Bangka Belitung
Di daerah ini dikenal ada tiga tipe yaitu Arsitektur Melayu Awal, Melayu Bubung
Panjang dan Melayu Bubung Limas. Rumah Melayu Awal berupa rumah panggung kayu
dengan material seperti kayu, bambu, rotan, akar pohon, daun-daun atau alang-alang
yang tumbuh dan mudah diperoleh di sekitar pemukiman.
Bangunan Melayu Awal ini beratap tinggi di mana sebagian atapnya miring, memiliki
beranda di muka, serta bukaan banyak yang berfungsi sebagai fentilasi. Rumah
Melayu awal terdiri atas rumah ibu dan rumah dapur yang berdiri di atas tiang
rumah yang ditanam dalam tanah.

Rumah Adat Bangka Belitung

 Rumah Adat Bugis

Setiapbudaya memiliki Ciri Khas Rumah Adatnya Masing-masing. Begitu Pula
Dengan Bugisrumah adat bugis itu terdiri dari tiga Bagian. Yang Dimana
Kepercayaan Tersebut terdiri atas :
1.Boting Langiq (Perkawinan Di langit yang Dilakukan Oleh We Tenriabeng)
2.Ale Kawaq (Di bumi. Keadaan-keadaan yang terjadi Dibumi)
3.Buri Liu (Peretiwi/Dunia Bawah Tanah/Laut) yang masih mempercayai bahwa
rumahbugis 1 Budaya Bugis : Rumah Adat Bugis
Bagian-Bagian Dari Rumah Adat Bugis
1. Rakkeang, adalah bagian diatas langit - langit ( eternit ). Dahulu biasanya
digunakan untuk menyimpan padi yang baru di panen.
2. Ale Bola, adalah bagian tengah rumah. dimana kita tinggal. Pada ale bola ini, ada
titik sentral yang bernama pusat rumah ( posi’ bola ).
3. Awa bola, adalah bagian di bawah rumah, antara lantai rumah dengan tanah.

Kliping Prakarya
Tentang Rumah Adat
D
I
S
U
S
U
N

1.
2.
3.
4.

Oleh :
Anggela Amesya
Dhilla Apriliasry
Rachmadini
Yesi Hikmahtika

SMPN 1 SUNGAILIAT
TAHUN AJARAN 2015/2016