LAPORAN PRAKTIKUM SELAI. docx (1)

RESUME PRAKTIKUM
TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN
TEKNOLOGI PENGOLAHAN BUAH DAN SAYUR
SELAI

Oleh
Nama
NRP
Kelompok
Meja
Asisten
Tanggal Praktikum
Tanggal Pengumpulan

: Ernalia Rosita
: 133020175
:G
: 3 (Tiga)
: Faradilla Noor R.
: 07 April 2016
: 11 April 2016


LABORATORIUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2016

TUJUAN PERCOBAAN
Untuk mengetahui cara pembuatan selai sebagai diversifikasi pengolahan
buah dan untuk memperpanjang umur simpan.

PRINSIP PERCOBAAN
Berdasarkan pada proses pemotongan buah serta pencampuran dengan
pectin dan sukrosa dilanjutkan proses pemasakan hingga konsentrasinya stabil
selama masa simpan.

DIAGRAM ALIR
Buah


Sortasi

Air Bersih

Buah Afkir

Trimming

Kotoran,biji,kuli
t

Pencucian

Air Kotor

Penghancuran

Bubur buah

Penimbangan

Gula, pektin ,asam
sitrat

Pencampuran
Pemanasan
T = 80oC
t = 15 menit

Jar

Pengemasan

Selai

Gambar 1. Diagram Alir Pembuatan Selai

HASIL PENGAMATAN

Tabel 1. Hasil Pengamatan Pembuatan Selai
Keterangan

Basis
Bahan Utama
Bahan Tambahan
Berat Produk
% Produk
Organoleptik

Hasil Pengamatan
200 gram
Buah Buah Nanas (149,6 gram)
1. Pektin (0,76 gram)
2. Gula (48,7 gram)
3. Asam sitrat (1 gram)
73,4 gram
36,7%

1. Warna

Kuning


2. Rasa

Manis

3. Aroma

Khas buah nanas

4. Tekstur

Lembut

5. Kenampakan

Menarik

Gambar Produk

(Sumber: Ernalia Rosita, Meja 3, Kelompok G, 2016)
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan berat produk selai nanas sebesar
73,4 gram dengan % produk sebesar 36,7%. Berdasarkan pengamatan sifat
organoleptiknya selai nanas memiliki warna kuning, rasa manis, aroma khas buah
nanas, tekstur lembut, dan kenampakannya menarik.

Fungsi bahan yang ditambahkan pada saat pembuatan nanas diantaranya
bubur buah nanas sebagai bahan baku pembuatan selai. Gula selain sebagai
pemanis juga merupakan pengawet. Kandungan air pada bahan yang akan
diawetkan ditarik dari sel buah sehingga mikroba menjadi tidak cocok lagi
tumbuh. Selain itu kadar gula yang tinggi dalam selai juga menambah stabilitas
terhadap mikroorganisme karena gula dapat menurunkan keseimbangan
kelembaban relatif (Agustina, 2007).
Asam sitrat yang sering ditambahkan pada pembuatan selai adalah asam
organik seperti asam tartrat, asam sitrat, dan asam malat. Penambahan asam
bertujuan untuk menurunkan pH selai agar diperoleh kondisi asam yang cocok
untuk pembentukan gel dan menghindari pengkristalan gula. Jumlah asam yang
ditambahkan tergantung dari keasaman buah dan pH akhir selai yang dikehendaki.
Kondisi optimum agar terbentuk gel terjadi pada pH 3,2. Selain itu asam juga
digunakan untuk memperbaiki sifat koloidal dari makanan yang mengandung
pektin dan membantu ekstraksi pektin dan pigmen dari buah-buahan

(Agustina, 2007).
Bahan pengental yang berupa pektin yang digunakan dalam pembuatan
selai lembaran jambu ditujukan untuk memodifikasi tekstur selai sehingga
mendapatkan rasa cicip (mouthfeel) yang disukai. Selain itu juga berfungsi untuk
menstabilkan, memekatkan atau mengentalkan makanan yang dicampur dengan
air, sehingga membentuk kekentalan tertentu (Agustina, 2007).
Fungsi perlakuan diantaranya sortasi untuk memisahkan buah yang baik
dan buah yang apkir. Trimming dilakukan untuk memisahkan kotoran, biji, dan

kulit. Pencucian dilakukan untuk membersihkan bagian buah dari kotoran atau
kontaminan yang menempel. Penghancuran dilakukan untuk memperkecil luas
permukaan bahan dan mempermudah proses selanjutnya. Penimbangan dilakukan
untuk menimbang berat yang akan digunakan dan juga menimbang produk akhir.
Pencampuran dilakukan untuk mencampurkan semua bahan sehingga tercampur
rata dan siap untuk dimasak. Pemasakan dilakukan untuk menghilangkan sebagian
kadar air didalam campuran sehingga dihasilkan hasil akhir selai yang
viskositasnya meningkat. Dan pengemasan, dilakukan dengan menggunakan jar
yang telah disterilisasi untuk menyimpan selai yang telah dimasak.
Selai atau sering disebut juga “jam” merupakan makanan semi padat yang
berbahan dasar bubur buah dicampur dengan 35 – 45 bagian gula dan dipanaskan

sampai kandungan gulanya berkisar antara 50 – 65%. Pada dasarnya semua jenis
buah-buahan yang matang dapat diolah menjadi selai. Namun secara komersial
perlu diperhatikan selera konsumen sebelum mengolah buah menjadi selai untuk
tujuan komersial, karena tidak semua buah, setelah diolah, mempunyai rasa yang
disukai. Beberapa tahun belakangan banyak kreasi yang dilakukan sebagai daya
tarik produk sehingga ada berbagai jenis produk selai di pasaran. Berbagai tingkat
konsistensi produk dapat dibuat, dari yang kekentalan rendah (sangat halus
dioleskan di atas roti) sampai yang sangat kental. Demikian pula, ada yang
menambahkan potongan buah segar ke dalam selai. Warna selai juga bisa
beragam sesuai dengan warna buah yang diolah (Tim TPC UNUD, 2012).
Syarat buah yang dapat dijadikan selai antara lain buah yang memiliki
kandungan serat yang tinggi, kandungan airnya tidak terlalu tinggi, dan memiliki

pH 5-6. Selain itu, buah-buahan yang ideal dalam pembuatan selai harus
mengandung pektin dan asam yang cukup untuk menghasilkan selai yang baik.
Buah-buah tersebut meliputi tomat, apel, anggur, dan jeruk (Desrosier, 1988).
Menurut Yenrina (2009) selai yang bermutu baik memiliki sifat tertentu,
diantaranya adalah konsistensi, warna cemerlang, tekstur lembut, flavor buah
alami, tidak mengalami sineresis yaitu keluarnya air dari gel sehingga kekentalan
selai berkurang, dan kristalisasi selama penyimpanan. Ciri-ciri selai yang

berkualitas baik adalah sebagai berikut:
a.

Warna: Bening (kekuningan, merah, coklat tua, coklat muda dan lain-lain
tergantung dari warna buah aslinya)

b.

Kenampakan: Bening dan jernih

c.

Aroma: Wangi buah

d.

Rasa: Manis
Bahan Tambahan Pangan yang digunakan dalam pembuatan selai nanas

diantaranya pektin, asam, dan gula. Pektin merupakan zat yang berfungsi sebagai

pembentuk gel yang mengikat atau menghomogenisi campuran menjadi sebuah
campuran yang utuh.
Pektin dapat menghasilkan struktur dan berbagai kekentalan selai dengan
pembentukan jaringan ikatan air dengan sari buah atau bubur buah. Sebelum
terbentukkanya gel, senyawa pektin tunggal akan dikelilingi oleh molekulmolekul air. Apabila lingkungan dari molekul tersebut merupakan larutan yang
asam, maka pektin akan kehilangan daya ikat airnya dan akan dapat berikatan
menjadi satu membentuk gel pektin yang baik (Tim TPC UNUD, 2012).

Terbentuknya gel selama proses pengolahan buah sangat tergantung pada
kandungan pektin dalam bubur buah. Selain itu keasaman dan gula yang
ditambahkan sangat menentukan mutu gel yang terbentuk. Beberapa jenis buah
mengandung pektin yang tinggi, sehingga tidak perlu menambahkan pektin ke
dalam bubur buah pada proses pembentukan gel. Namun banyak buah yang
kandungan pektinnya rendah dan apabila ingin diolah menjadi selai diperlukan
penambahan pektin ke dalam bubur buah (Tim TPC UNUD, 2012).
Untuk menarik molekul air yang mengelilingi senyawa pektin, gula yang
ditambahkan mempunyai peran yang signifikan pada tahapan ini. Pemanis buatan
dapat meningkatkan rasa manis, namun perannya tidak seperti gula. Untuk itulah,
pektin akan tidak berfungsi tanpa adanya gula dalam pembuatan selai (Tim TPC
UNUD, 2012).

Gula dapat meningkatkan kemampuan pektin membentuk gel, dan
mempengaruhi tekstur dan konsistensi selai. Perlu diketahui bahwa gula bukan
untuk tujuan preservasi. Sterilisasi dan keasaman lebih penting untuk tujuan
preservasi (Tim TPC UNUD, 2012).
Asam diperlukan pada pembuatan selai untuk menambah citarasa dan
pembentukan gel. Kandungan asam bervariasi pada jenis buah-buahan dan tingkat
kematangannya. Banyak buah-buahan yang mengandung cukup asam untuk
pembentukkan gel, namun ada buah-buahan yang harus ditambahkan asam untuk
dapat terbentuknya gel (Tim TPC UNUD, 2012).
Asam sitrat digunakan sebagai penguat rasa asam alami buah yang
mungkin hilang dalam prosep semasakan dan pembentukan gel. Rasa sama yang

dihasilkan merupakan penyeimbang antara rasa manis dan asam yang ingin
dihasilkan, sehingga rasa selai yang dihasilkan dapat mendekati seperti rasa buah
alami. Penggunaan asam sitrat sebagai zat tambahan dalam pembuatan selai harus
sesuai dengan komposisi yang aman bagi kesehatan. Untuk buah-buahan yang
karakteristik rasanya memang sudah asam, penggunaan asam sitrat dapat
dikurangi. Penggunaan asam sitrat dapat digantikan dengan menggunakan air
perasa jeruk nipis yang jumlahnya sesuai dengan selera sehingga tercapai rasa
yang diinginkan (Badan Litbang Pertanian, 2013).
Selain bahan diatas, untuk mengawetkan selai dapat juga digunakan
pengawet makanan. Zat ini digunakan untuk memperpanjang umur simpan selai
yang dibuat. Zat pengawet yang dapat digunakan adalah zat pengawet untuk
makanan seperti natrium benzoat dan asam sorbat. Natrium benzot memilki rasa
yang agak asam, sedangkan asam sorbat cenderung tidak berasa dan tidak berbau.
Sebenarnya kandungan gula yang cukup tinggi pada selai sudah cukup membantu
proses pengawetan, namun pemberian zat pengawet tetap diperlukan mengingat
selai biasanya dikemas dalam jumlah yang relatif banyak sehingga tidak langsung
habis. Natrium benzoat dan asam sorbat dapat dibeli di toko bahan kue (Badan
Litbang Pertanian, 2013).
Jika dibandingkan dengan SNI tahun 1995 tentang syarat mutu selai buah,
dapat diketahui bahwa selai nanas yang dibuat di laboratorium telah memenuhi
syarat SNI dari segi organoleptiknya yaitu selai memiliki bau, rasa, aroma, dan
tekstur yang normal.

CCP dalam proses pembuatan nanas terjadi pada saat pemanasan dimana
perlu adanya pengontrolan suhu agar suhu yang digunakan tidak terlalu rendah
atau terlalu tinggi dan harus diperhatikan juga waktu pemanasannya.

DAFTAR PUSTAKA
Agustina, Adelynniesa. 2007. Pengaruh Jenis & Konsentrasi Bahan Pengental
Terhadap Karakteristik Selai Lembaran, Jurusan Teknologi Pangan:
Universitas Pasundan Bandung.
Badan

Litbang

Pertanian.

2013.

Membuat

http://yogya.litbang.pertanian.go.id. Diakses: 10 April 2016.

Selai.

Desrosier, W,

Norman. 2008.

Teknologi Pengawetan Pangan. Universitas

Indonesia: Jakarta.
Tim TPC UNUD. 2012. Modul Pelatihan Pembuatan Jam. Universitas
Udayana: Bali.
Yenrina, Rina, dkk. 2009. Mutu Selai Lembaran Campuran Nanas (Ananas
Commusus) dengan Jonjot Labu Kuning (Curcubita Moschata).
www.student-research.unand.ac.id. Diakses: 10 April 2016.

LAMPIRAN TABEL SNI
Tabel 2. Syarat Mutu Selai
N

Kriteria Uji

1

Keadaan :

Satuan

Persyaratan

o.
Bau

Normal

Rasa

Normal

Warna

Normal

2
3

Tekstur
Padatan Terlarut
Identifikasi
Buah

% b/b
-

Normal
Min 65
Sesuai Label

(Secara Mikroskopis)
4
Bahan
Tambahan
Makanan
4.1.

Sesui SNI 01-0222-1987
Pewarna

Tambahan

Negatif

4.2. Pengawet
4.3. Pemanis Buatan
5

6
7

(Sakarin, Siklamat)
Cemaran Logam :
5.1. Timbal (Pb)

mg/kg

Maks. 1,5

5.2. Tembaga (Cu)

mg/kg

Maks. 10,0

5.3. Seng (Zn)

mg/kg

Maks. 40,0

5.4. Timah (Sn)
Arsen (As)
Cemaran Mikroba :

mg/kg
mg/kg

Maks. 40,0
Maks. 1,0

7.1. Angka Lempeng

Koloni/

Maks. 5.102

Total

g

7.2. Bakteri bentuk