BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pelaksanaan Pembagian Warisan Pada Masyarakat Adat Nias (Studi Pada Masyarakat Adat Nias Kabupaten Nias Selatan)

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah Negara yang pluralistik, yang terdiri dari berbagai etnis, ras,
agama dan adat kebudayaan. Keanekaragaman adat kebudayaan tersebut terdapat
juga hal-hal yang berkaitan dengan hukum. Sebagaimana yang tertuang dalam UUD
1945 pasal 18B ayat (2) yang berbunyi :
“Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum
adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia,
yang diatur dalam undang-undang”.
Presiden

Republik

Indonesia,

Soesilo


Bambang

Yudhoyono,

dalam

sambutannya pada Peringatan Hari Internasional Masyarakat Hukum Adat Sedunia
menyatakan bahwa,
“..., kesatuan masyarakat hukum adat diakui dan dihormati, sepanjang masih
hidup. Artinya, hukum adat itu masih berlaku dan masih dianut oleh
masyarakat hukum adat yang bersangkutan”1.
Meskipun demikian, keberlakuan hukum adat tersebut terbatas hanya pada
bidang-bidang hukum tertentu, dimana salah satu dari bidang hukum yang dimaksud
adalah bidang hukum kewarisan.Sekalipun masalah kewarisan sudah diatur dalam
1

“Sambutan Peringatan Hari Internasional Masyarakat Hukum Adat Sedunia”,
http://www.indonesia.go.id/id/index.php?option=comcontent&task=view&id=2055&Itemid=701, 27
November 2012


1

Universitas Sumatera Utara

2

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang setidaknya dapat dianggap sebagai
aturan dalam pembagian warisan dalam keluarga-keluarga masyarakat Indonesia
yang ingin membagi warisan atau harta peninggalan tapi sampai saat ini, masih
terdapat pluralisme hukum waris di Indonesia.
Penyelesaian hak-hak dan kewajiban-kewajiban sebagai akibat meninggalnya
seseorang, yang diatur didalam hukum waris. Istilah hukum “waris” sampai saat ini
baik para ahli hukum Indonesia maupun di dalam kepustakaan ilmu hukum
Indonesia, belum terdapat keseragaman pengertian, ada yang menggunakan istilah
hukum warisan, hukum kewarisan dan hukum waris. Dengan kata lain dalam hal
pembagian warisan ini dapat pula dilakukan sesuai kebiasaan dan adat istiadat
setempat.
Masyarakat Indonesia mempunyai hukum adat waris sendiri-sendiri. Hukum
adat mereka dipengaruhi oleh sistem kekeluargaan dan sistem perkawinan yang
mereka anut. Keluarga merupakan unit terkecil dari susunan masyarakat yang terdiri

dari ayah, ibu dan anak-anak. Suatu keluarga terbentuk dari ikatan lahir bathin antara
seorang pria dan seorang wanita sebagai suami dan istri yang bertujuan untuk
membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal yang berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa (Pasal 1 UU Nomor 1 Tahun 1974). Disamping tujuan
perkawinan tersebut diatas, tidak sedikit masyarakat yang menganut prinsip bahwa
pembentukan keluarga bertujuan untuk meneruskan keturunan. Hal ini dapat
ditemukan pada masyarakat-masyarakat adat yang salah satunya masyarakat adat atau
suku Nias yang menganut sistem kekerabatan patrilineal. Sistem kekerabatan pada

Universitas Sumatera Utara

3

masyarakat adat Nias, tidak hanya dipahami sebagai budaya atau adat istiadat saja,
lebih dari pengertian adat itu sendiri suku Nias menempatkan adat sebagai wujud
yang dapat memberi pandangan hidup, pegangan hidup yang dipercaya dapat
menciptakan aturan-aturan yang etis yang terwujud dalam pola perilaku yang dapat
diterima oleh komponen masyarakat. Sejalan dengan hal itu, Hilman Hadikusuma2
menulis dalam bukunya bahwa hukum waris suatu golongan masyarakat sangat
dipengaruhi oleh bentuk kekerabatan dari masyarakat itu sendiri, setiap kekerabatan

atau kekeluargaan memiliki sistem hukum waris sendiri-sendiri. Sistem kekerabatan
ini berpengaruh dan sekaligus membedakan masalah hukum kewarisan, disamping itu
juga antara sistem kekerabatan yang satu dengan yang lain dalam hal perkawinan.
Setiap manusia pasti akan mengalami peristiwa-peristiwa hukum. Salah
satunya adalah peristiwa kematian atau meninggal dunia, dan secara hukum apabila
terjadi suatu peristiwa meninggalnya seseorang, hal ini merupakan peristiwa yang
menimbulkan akibat hukum, yaitu tentang bagaimana pengurusan dan kelanjutan
hak-hak dan kewajiban seseorang yang meninggal dunia itu3. Penyelesaian hak-hak
dan kewajiban-kewajiban sebagai akibat meninggalnya seseorang, diatur oleh hukum
waris. Istilah hukum “waris” sampai saat ini baik para ahli hukum Indonesia maupun
di dalam kepustakaan ilmu hukum Indonesia, belum terdapat keseragaman
pengertian, ada yang menggunakan istilah hukum warisan, hukum kewarisan dan
hukum waris. Dengan kata lain dalam hal pembagian warisan ini dapat pula
dilakukan sesuai kebiasaan dan adat istiadat setempat.

2

Hilman Hadikusuma, Hukum Waris Adat, Cipta Aditya Bhakti Bandung, 1993, hal. 23.

3


Wirjono Prodjodikoro, Hukum Warisan Di Indonesia, Bandung :Sumur Bandung ,1983, hal. 11

Universitas Sumatera Utara

4

Soepomo menyatakan: “Hukum adat waris memuat peraturan-peraturan yang
mengatur proses penerusan serta pengoperan barang-barang harta benda dan barangbarang yang tidak berwujud benda (immateriele geoderen) dari suatu angkatan
manusia (generatio) kepada keturunannya”.4
Hukum waris adat adalah keseluruhan peraturan hukum dan petunjukpetunjuk adat, yang mengatur tentang peralihan maupun penerusan harta warisan
dengan segala akibatnya baik dilakukan semasa pewaris masih hidup maupun
sesudah meninggal dunia.
Masalah warisan berkaitan dengan aturan-aturan yang mengatur proses
meneruskan serta mengoperkan barang-barang harta benda dan barang-barang yang
tidak berwujud benda dari suatu angkatan manusia kepada keturunannya5. Jadi dalam
hal ini masalah warisan erat kaitannya dengan masalah harta peninggalan. Artinya
tidak hanya terbatas pada harta kekayaan saja tetapi termasuk hutang piutang dibuat
oleh pewaris semasa hidupnya yang kemudian ditinggalkan olehnya ketika meninggal
dunia yang merupakan warisan atau diteruskan kepada para ahli warisnya.

Masyarakat adat Indonesia mempunyai hukum adat waris sendiri-sendiri.
Biasanya hukum adat mereka dipengaruhi oleh sistem kekeluargaan dan sistem
perkawinan yang mereka anut. Hukum waris yang berlaku di kalangan masyarakat
Indonesia sampai sekarang masih bersifat pluralistis, yaitu ada yang tunduk kepada
hukum waris Perdata, Hukum Waris Islam dan Hukum Waris Adat. Masyarakat
4

Soepomo, Bab-Bab tentang Hukum Adat, Pradnya Paramita, Jakarta, 1993, hal. 79.
Soerojo Wignjodipoero, Pengantar Dan Asas-Asas Hukum Adat, Gunung Agung, Jakarta
1995. hal.161
5

Universitas Sumatera Utara

5

Indonesia yang terdiri atas beragam suku bangsa memiliki adat istiadat dan hukum
adat yang beragam antara yang satu dengan yang lainnya dan memiliki karakteristik
tersendiri yang menjadikan hukum adat termasuk di dalamnya hukum waris menjadi
pluralistis pula.Tak terkecuali suku Nias yang di kalangan masyarakat Sumatera

Utara dikenal memiliki beragam adat istiadat termasuk dalam hukum warisnya.
Suku Nias yang merupakan bagian dari wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia, juga memiliki cara dalam pelaksanaan pembagian warisan. Pemerintahan
yang pada awalnya hanya merupakan satu wilayah pemerintahan saja, mulai pada
Tahun 2003, berdirilah Kabupaten Nias Selatan yang kemudian di susul oleh Kota
Gunungsitoli, Kabupaten Nias Barat, Kabupaten Nias Utara saat ini , Pulau Nias
terbagi atas 4 (empat) Kabupaten dan 1 (satu) Kota.
Kabupaten Nias Selatan berdiri berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun
2003 tentang Pembentukan Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Pakpak Barat dan
Kabupaten Humbang Hasundutan di Propinsi Sumatera Utara. Awal berdirinya
Kabupaten Nias Selatan terdiri dari 8 (delapan) Kecamatan, antara lain Kecamatan
Telukdalam (sekarang sudah dimekarkan menjadi tujuh kecamatan), Kecamatan
Gomo (sekarang sudah mekar menjadi sembilan kecamatan), Kecamatan Amandraya
(sekarang menjadi tiga kecamatan), Kecamatan Lolowa’u (sekarang menjadi empat
kecamatan), Kecamatan Lolomatua (sekarang menjadi tiga kecamatan), Kecamatan
Pulau-Pulau Batu (sekarang enam kecamatan), Kecamatan Hibala (sekarang tiga

Universitas Sumatera Utara

6


kecamatan). Dengan demikian Kabupaten Nias Selatan sekarang ini terdiri atas 35
(tiga puluh lima) Kecamatan. 6
Nias adalah wilayah penganut budaya patrilineal, dimana posisi ayah (lakilaki) memiliki posisi utama dalam garis keturunan. Umumnya dalam adat masyarakat
patrilineal yang boleh menerima warisan adalah orang yang melanjutkan garis
keturunan. Artinya cengkeraman budaya patriarkhi juga menancap tajam hingga harta
warisan keluarga.7
Dewasa ini, perkembangan zaman semakin maju dan pesat. Adanya
ketidakpuasan terhadap bagian dari harta warisan yang diberikan dapat juga terlihat
dalam kehidupan masyarakat Nias saat ini. Beberapa permasalahan yang terjadi
dimana terjadinya pertentangan atau konflik kepentingan antara satu pihak dan pihak
lainya, yang menyebabkan perbedaan pendapat sehingga berujung pertengkaran,
perbantahan bahkan pertikaian ataupun perselisihan antara ahli waris dalam
pembagian warisan. Permasalahan ini dapat berlanjut sampai ke pengadilan atau
terjadinya tindak kriminal seperti membunuh saudaranya sendiri karena pembagian
dianggap tidak adil. Seperti yang dialami oleh Bapak F.Z. dimana anaknya dibunuh
oleh anak saudara kandungnya pada tahun 2015, akibat dari perdebatan panjang dan
saling klaim tentang kepemilikan tanah. Karena pembagian dilakukan setelah Pewaris
meninggal Dunia.


Hal ini menjadi salah satu alasan yang melatarbelakangi

penelitian dengan judul “Pelaksanaan Pembagian Warisan Pada Masyarakat
6

Sumber; Katalog BPS 1102001.2014030:Nias Selatan dalam Angka 2015.
Rio F Girsang, Nias Dalam Perspektif Gender,Caritas Keuskupan Sibolga, Gunungsitoli,
2014, hal.37.
7

Universitas Sumatera Utara

7

Adat Nias (Studi Pada Masyarakat Adat Nias Di Kecamatan Teluk Dalam Dan
Kecamatan Gomo Di Kabupaten Nias Selatan)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut di atas dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1.


Bagaimana tata cara pembagian warisan pada masyarakat adat Nias di
Kecamatan Telukdalam dan Kecamatan Gomo Kabupaten Nias Selatan?

2.

Bagaimana pelaksanaan pembagian warisan pada masyarakat adat Nias di
Kecamatan Telukdalam dan Kecamatan Gomo Kabupaten Nias Selatan?

3.

Bagaimana penyelesaian sengketa pembagian warisan berdasarkan adat Nias di
Kecamatan Telukdalam dan Kecamatan Gomo Kabupaten Nias Selatan?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka tujuan yang hendak dicapai
dalam penelitian ini adalah:
1.

Untuk mengetahui tata cara pembagian warisan menurut adat Nias di Kabupaten

Nias Selatan.

2.

Untuk mengetahui pelaksanaan pembagian warisan menurut adat Nias di
Kabupaten Nias Selatan.

3.

Untuk mengetahui penyelesaian sengketa pembagian warisan menurut adat Nias
di Kabupaten Nias Selatan.

Universitas Sumatera Utara

8

D. Manfaat Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini, diharapkan dapat memberi manfaat baik secara
teoritis maupun secara praktis, seperti yang dijabarkan sebagai berikut:
1.

Secara Teoritis
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbang saran dalam ilmu
pengetahuan hukum umumnya, khususnya hukum waris adat terutama yang
berhubungan dengan tata cara pembagian warisan pada masyarakat Nias di
Kabupaten Nias Selatan.

2.

Secara Praktis
Penelitian diharapakan dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada
masyarakat adat dan pihak-pihak yang terkait dengan permasalahan warisan pada
masyarakat adat Nias di Kabupaten Nias Selatan.

E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan penelusuran sementara dan pemeriksaan yang telah peneliti
lakukan, baik di kepustakaan penulisan karya ilmiah di fakultas hukum, Magister
Hukum maupun di Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara Medan,
ditemukan beberapa penelitian yang bertalian dengan pewarisan di Nias, antara lain:
1. Penelitian dengan judul “Pelaksanaan Pembagian Warisan pada Masyarakat
Tionghoa Nias di Gunungsitoli Nias (studi pada Persatuan Amal Sosial
Gunungsitoli-Nias) oleh Cindy, Nim 137011041 (Program Studi Magister
Kenotariatan USU). Penelitian ini dikhususkan hanya pada masyarakat

Universitas Sumatera Utara

9

Tionghoa yang tinggal di Gunungsitoli-Nias, tidak spesifikasi ditujukan pada
pelaksanaan pembagian warisan pada masyarakat adat Nias. Adapun
Rumusan masalah dari Penelitian tersebut adalah:
1. Bagaimana hukum waris yang berlaku bagi warga Negara Indonesia
keturunan Tionghoa di Indonesia ?
2. Bagaimana pelaksanaan pembagian warisan pada masyarakat Tionghoa di
Gunungsitoli-Nias?
3. Bagaiman akibat hukum dari pelaksanaan pembagian waris yang
dilaksanakan secara musyawarah dan mufakat pada masyarakat Tionghoa
di Gunungsitoli-Nias?
Penelitian sebelumnya jelas berbeda dengan penelitian ini.
2. Penelitian dengan judul “Pelaksanaan Pembagian Warisan Pada Masyarakat
Adat Minangkabau (studi kasus dikabupaten agam) oleh Cahaya Masita
Nasution, Nim 047011077 (Program Studi Magister Kenotariatan USU). Pada
penelitian ini walaupun mengacu pada pelaksanaan pembagian warisan tetapi
objeknya bukan pada masyarakat adat Nias tetapi di tujukan pada masyarakat
Adat Minangkabau. Adapun Rumusan masalah dari Penelitian tersebut
adalah:
1. Bagaimana penerapan Hukum waris adat dan hukum waris Islam pada
masyarakat adat Minangkabau di Kabupaten Agam?
2. Bagaimanakah peranan mamak kepala waris dalam pembagian harta
warisan pada masyarakat adat Minangkabau di Kabupaten Agam?

Universitas Sumatera Utara

10

3. Bagaimanakah cara penyelesaian sengketa harta warisan yang terjadi pada
masyarakat Minangkabau di Kabupaten Agam?
Kedua penelitian sebelumnya tersebut tidak membahas objek yang sama
dengan penelitian ini. Oleh karena itu, penelitian ini yang berjudul “ Pelaksanaan
Pembagian Warisan Pada Masyarakat Adat

Nias (Studi Pada Masyarakat Adat

Kecamatan Telukdalam dan Kecamatan Gomo di Kabupaten Nias Selatan) ” adalah
asli adanya. Artinya secara akademik penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan
kemurniannya, karena belum ada yang melakukan penelitian yang sama dengan judul
penelitian ini.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi
1.

Kerangka Teori
Teori hukum merupakan salah satu alat bantu di dalam hukum, untuk dapat

menganalisis sebuah kelayakan atas suatu perbuatan, dimana perbuatan tersebut telah
sesuai dengan aturan hukum dengan perbuatan yang dilakukan, sehingga perbuatan
yang dilakukan tersebut bisa saja bertentangan dengan aturan hukum yang ada.
Teori diartikan sebagai suatu sistem yang berisikan proporsi-proporsi yang
telah diuji kebenarannya, berpedoman pada teori maka akan dapat menjelaskan,
aneka macam gejala sosial yang dihadapi, walau hal ini tidak selalu berarti
adanya pemecahan terhadap masalah yang dihadapi, suatu teori juga mungkin
memberikan pengarahan pada aktifitas penelitian yang dijalankan dan
memberikan taraf pemahaman tertentu.8

8

Soerjono soekanto,
1991, hal. 6

Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia Press, Jakarta,

Universitas Sumatera Utara

11

Kerangka teori dapat dijadikan sebagai bahan masukan eksternal bagi peneliti
yang berfungsi sebagai kerangka pemikiran. Tesis mengenai suatu kasus ataupun
permasalahan yang dijadikan sebagai perbandingan, pegangan teoritis apakah
disetujui atau tidak dengan pegangan teori. Teori hukum merupakan kelanjutan dari
usaha untuk mempelajari hukum positif, dimana teori hukum menggunakan hukum
positif sebagai bahan kajian telaah filosofis sebagai salah satu sarana bantuan untuk
menjelaskan tentang hukum.
Teori menguraikan jalan pikiran menurut kerangka yang logis artinya
mendudukkan masalah penelitian yang telah dirumuskan didalam kerangka teoritis
yang relevan, yang mampu menerangkan masalah tersebut.9 Kerangka teori dimaksud
adalah kerangka pemikiran atau butit-butir pendapat teori, sebagai pegangan baik
disetujui atau tidak disetujui. Fungsi penelitian ini adalah untuk memberi arahan,
petunjuk serta menjelaskan gejala yang diamati.10 Dikarenakan penelitian ini
merupakan penelitian hukum, maka kerangka teori diarahkan secara ilmu hukum dan
mengarahkan kepada unsur hukum.
Dunia ilmu, teori menempati yang penting karena memberikan saran kepada
kita untuk bisa memahami masalah yang kita bicarakan secara lebih baik. 11 Teori
adalah untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses

9
Made Wiratha, Pedoman Penulisan Usulan Penelitian, Skripsi dan Tesis, Yogyakarta Andi,
2006, hal.6
10
Snelbecker dalam lexi J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya,
Bandung, 1993, hal. 35.
11
Soerjono soekanto, Lok.cit, hal 6.

Universitas Sumatera Utara

12

tertentu terjadi, dan suatu teori harus diuji dengan menghadapinya pada fakta-fakta
yang dapat menunjukkan ketidakbenaran.12
Tolak ukur menganalisis permasalahan yang akan diteliti karena suatu teori
atau kerangka teori harus mempunyai kegunaan paling sedikit mencakup hal-hal
sebagai berikut:
a. Teori tersebut berguna untuk lebih mempertajam atau lebih mengkhususkan
fakta yang hendak diteliti atau diuji kebenarannya.
b. Teori sangat berguna didalam mengembangkan konsep-konsep.
c. Teori biasanya merupakan suatu iktisar daripada hal-hal yang telah diketahui
serta diuji kebenarannya yang menyangkut objek yang telah diteliiti.
d. Teori memberikan kemungkinan pada prediuksi fakta mendatang, oleh karena
telah diketahui sebab-sebab terjadinya fakta tersebut dan mungkin faktorfaktor tersebut akan timbul lagi pada masa-masa mendatang.
e. Teori memberikan petunjuk-petunjuk terhadap kekurangan pengetahuan
penelitian.13
Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori,
tesis, mengenai suatu kasus atau permasalahan yang menjadi bahan pegangan teoritis,
yang mungkin disetujui ataupun tidak disetujui.14
Tujuan dari kerangka teori menyajikan cara-cara untuk bagaimana
mengorganisasikan

dan

menginterprestasikan

hasil-hasil

penelitian

dan

menghubungkannya dengan hasil penelitian yang terdahulu.15
12

Sadjipto Raharjo, Ilmu Hukum, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006, hal. 259.
J.Satrio, Hukum Perikatan, Perikatan pada Umumnya, Alumni, Bandung, 1993 hal. 254.
14
M.Solly Lubis, Filsafat Penelitian Ilmu Hukum, PT.Sofmedia Medan, 2012, hal.129.

13

Universitas Sumatera Utara

13

Penelitian ini adalah penelitian yang menyangkut masalah sosial dalam
penerapannya dapat menjadi suatu penelitian hukum, sebab penelitian ini berdasarkan
penelitian lapangan yang dilihat secara empiris dalam kerangka acuan hukum yaitu
Hukum Waris Adat yang hidup dan berkembang di tengah-tengah masyarakat itu
sendiri.16
Teori yang digunakan sebagai pisau analitis dalam penelitian ini adalah teori
Sociological Jurisprudence. Teori Sociological Jurisprudence adalah teori yang
mempelajari pengaruh hukum terhadap masyarakat dan sebagainya dengan
pendekatan dari hukum ke masyarakat, hukum yang dipergunakan sebagai sarana
pembaharuan dapat berupa undang-undang dan yurisprudensi atau kombinasi
keduanya dan yang menjadi inti pemikiran dalam sociological jurisprudence adalah
hukum yang baik adalah hukum yang hidup di dalam masyarakat sebab jika ternyata
tidak maka akibatnya secara efektif akan mendapat tantangan.17
Teori ini dikemukan oleh Roscoe Pound yang menyatakan bahwa “ terdapat
perbedaan antara hukum positif disatu pihak dengan hukum yang hidup didalam
masyarakat dipihak lain yang mana perkembangan hukum itu tidak hanya terletak
pada undang-undang, ilmu hukum ataupun putusan hakim tetapi pada masyarakat itu
sendiri.”18
Dalam penjelasan umum Alinea I Undang-Undang Dasar 1945 dinyatakan
bahwa: “Undang-Undang Dasar suatu Negara ialah sebagian dari hukumnya
dasar Negara itu. Undang-Undang Dasar ialah hukum dasar yang tertulis, sedang
disampingnya Undang-Undang Dasar itu berlaku juga hukum dasar yang tidak
15

Burhan Ashofa, Metode Penelitian ilmu Hukum, Rhineka Cipta, Jakarta,1996, hal.19.
Soerjono Soekanto, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta
1988,hal 16
17
R.Otje Salman, Ikhtisar Filsafat Hukum, (Bandung: Armico Cetakan Ke 3, 1999), hal. 52.
18
W.Friedmann, Legal Theory, Terjemahan Muhammad Arifin, Teori dan Filsafat Hukum,
Jakarta, Raja Grafindo Persada Cetakan II,1994, hal 191.
16

Universitas Sumatera Utara

14

tertulis, ialah aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek
penyelenggaraan Negara meskipun tidak tertulis.”19
Pokok pikiran tersebut meliputi suasana kebatinan dari Undang-Undang Dasar
Negara Indonesia. Pokok-pokok pikiran ini mewujudkan cita-cita hukum yang
menguasai hukum dasar negara, baik hukum yang tertulis (Undang-Undang Dasar)
maupun hukum yang tidak tertulis (hukum adat).
Seperti dijelaskan pada pasal 131 I.S (Indische Staatssregeling) ayat 2 b (Stb
1925 no .415 jo.577), mengenai dasar berlakunya hukum adat termasuk juga
berlakunya hukum waris adat di Indonesia yaitu : “Bagi golongan Indonesia asli
(Bumi Putra), golongan Timur Asing dan bagian-bagian dari golongan bangsa
tersebut, berlaku peraturan hukum yang didasarkan atas agama dan kebiasaan
mereka” Hukum waris adat memuat peraturan-peraturan yang mengatur proses
meneruskan serta mengoperkan barang-barang harta benda dan barang-barang
yang tidak berwujud (Immatereriele Goederen) dari suatu angkatan manusia
(Generatie) kepada turunannya.20
Hukum Waris adat di Indonesia tidak lepas dari pengaruh susunan
masyarakat kekerabatannya yang berbeda. Hukum waris adat mempunyai corak
tersendiri dari alam pikiran masyarakat yang tradisional dengan bentuk kekerabatan
yang sistem keturunannya dibedakan dalam dalam tiga corak yaitu :
a. Sistem patrilineal, yaitu sistem yang ditarik menurut garis keturunan bapak
dimana kedudukan pria lebih menonjol pengaruhnya daripada kedudukan
anak wanita dalam pewarisan (Gayo, Alas, Batak, Nias, Lampung, Buru,
Seram, Nusa Tenggara, Irian).
b. Sistem Matrilineal, yaitu sistem yang ditarik menurut garis keturunan ibu
dimana kedudukan wanita lebih menonjol pengaruhnya dari pada kedudukan
anak wanita dalam pewarisan (Minangkabau, Enggano, Timor).
c. Sistem Parental, yaitu sistem yang ditarik menurut garis kedua orangtua, atau
menurut garis dua sisi. Bapak dan ibu dimana kedudukan pria dan wanita

19
20

Penjelasan Umum, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Soepomo, Bab-bab tentang Hukum Adat, Loc.cit. hal.79.

Universitas Sumatera Utara

15

tidak dibedakan didalam pewarisan (Aceh, Riau, Jawa, Kalimantan,
Sulawesi).21
Selain ketiga sistem kekerabatan adat yang dikenal secara umum di Indonesia,
tetapi berdasarkan penelusuran yang dilakukan oleh Zainuddin Ali,22 bahwa masih
terdapat sistem kekerabatan lainnya yang dianut oleh suku bangsa Indonesia yakni
sistem kekerabatan alternerend yaitu sistem kekerabatan yang berdasarkan pertalian
keturunan melalui kebapakan dan keibuan yang menarik garis keturunan pihak ayah
dan ibu secara berganti-ganti, dan pergantian itu dilakukan apabila ayah atau ibu
memiliki kelebihan diantara keduanya. Sistem kekerabatan alternerend ini terdapat di
daerah Kabupaten Donggala, Propinsi Sulawesi Tengah (masyarakat adat Kaili, orang
Pamona, orang Da’, dan orang Bare’e). Dengan demikian berlakunya sistem hukum
adat di Indonesia tergantung kepada daerahnya masing-masing sesuai adat dan
kebiasaan mereka. Hal ini juga ditegaskan oleh Soepomo yang mengatakan bahwa :
“Hukum Adat merupakan hukum yang melingkupi hukum yang berdasarkan
keputusan-keputusan hukum yang berisi asas-asas hukum dalam lingkungan, dimana
ia memutuskan perkara.”23
2. Konsepsi
Konsep merupakan bagian terpenting dari pada teori. Peranan konsep dalam
penelitian adalah untuk menghubungkan dunia teori dan observasi, antara abstraksi

21
22

Hilman Hadikusuma, op.cit, hal.23.
Ali, Zainuddin, Pelaksanaan Hukum Waris Di Indonesia, Jakarta, Sinar Grafika, 2008,

hal.27.
23

Soepomo, Bab-bab Tentang Hukum Adat, Op.cit, hal, 2.

Universitas Sumatera Utara

16

dan realita.24 Konsep diartikan sebagai kata yang menyatakan abstraksi yang
digeneralisasikan dari hal-hal yang khusus, yang disebut dengan definisi
operasional.25
Konsep dapat dilihat dari segi subjektif dan obyektif. Dari segi subyektif
konsep merupakan suatu kegiatan intelek untuk menangkap sesuatu. Sedangkan dari
segi obyektif, konsep merupakan suatu yang ditangkap oleh kegiatan intelek tersebut.
Hasil dari tangkapan akal manusia itulah yang dinamakan konsep.26 Konsep
merupakan “alat yang dipakai oleh hukum disamping yang lain, seperti asas dan
standar. Oleh karena itu kebutuhan untuk membentuk konsep merupakan salah satu
dari hal-hal yang dirasakan pentingnya dalam hukum.
Konsep adalah suatu konstruksi mental, yaitu sesuatu yang dihasilkan oleh
suatu proses yang berjalan dalam pikiran penelitian untuk keperluan analitis”.27
Dalam kerangka konsepsional diungkapkan beberapa konsepsi atau pengertian yang
akan dipergunakan sebagai dasar penelitian hukum.28
Konsep atau pengertian merupakan unsur pokok dari suatu penelitian, kalau
masalah dan kerangka konsep teoritisnya sudah jelas, biasanya sudah diketahui pula
fakta mengenai gejala-gejala yang menjadi pokok perhatian dan suatu konsep
sebenarnya adalah definisi secara singkat dari sekelompok fakta atau gejala itu. Maka

24

Masri Singarimbun dkk., Metode Penelitian Survey, Jakarta : LP3ES, 1989, hal.34.
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Jakarta : RajaGrafindo, 1998, hal.307
26
Komaruddin Yooke Tjuparmah S Komaruddi, Kamus Istilah Karya Tulis Ilmiah, Jakarta :
Bumi Aksara, 2006, hal.122
27
Satjipto Rahardjo. Op.cit,hal.70
28
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudi. Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,
Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1995, hal.7
25

Universitas Sumatera Utara

17

konsep merupakan definisi dari apa yang perlu diamati, konsep menentukan antara
variabel-variabel yang ingin menetukan adanya gejala empiris.29
Konsepsi adalah salah satu bagian terpenting dari teori, peranan konsep dalam
penelitian adalah untuk menghubungkan antara abstraksi dengan realita.30 Tujuan
utama konsepsi adalah untuk menghindari salah pengertian dan penafsiran terhadap
istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini.
Beberapa konsep atau istilah yang akan digunakan, agar di dalam penelitian
ini diperoleh hasil yang sesuai dengan tujuan penelitian yang sudah ditentukan
sebagai berikut:
a. Hukum Waris Adat
Hukum waris adat adalah aturan-aturan hukum yang mengatur cara
bagaimana dari abad ke abad penerusan dan peralihan dari harta
kekayaan yang berwujud dan tidak berwujud dari generasi pada generasi
berikut”.31
b. Warisan
Warisan adalah soal apakah dan bagaimana pelbagai hak dan kewajiban
kekayaan seseorang pada saat ia meninggal dunia akan beralih kepada
orang yang masih hidup.32
c. Harta Warisan
29

Koentjoro Ningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka
Utama, 1997, hal.21.
30
Sumadi Suryabrata, Op.Cit, hal.34.
31
Ter Haar, Asas-Asas dan Susunan Hukum Adat, Terjemahan R. Ng Surbakti Presponoto,
Let. N.Voricin Vahveve, Bandung, 1990, hal.47.
32
Soepomo, Op.cit. hal. 67.

Universitas Sumatera Utara

18

Harta warisan adalah harta kekayaan yang ditinggalkan oleh seseorang
yang meninggal dunia kepada ahli warisnya.33
d. Harta Bawaan
Harta bawaan atau harta asal adalah harta yang dimiliki seseorang
sebelum kawin dan harta itu akan kembali kepada keluarganya bila ia
meninggal tanpa anak.
e. Harta Perkawinan
Harta perkawinan, atau sering juga disebut harta bersama dalam
perkawinan yaitu harta yang diperoleh suami-isteri selama perkawinan
atas usaha sendiri dan sebagai usaha milik bersama.34
f. Harta Pusaka
Harta pusaka adalah harta warisan yang hanya diwariskan kepada ahli
waris tertentu karena sifatnya tidak terbagi, melainkan hanya dinikmati
atau dimanfaatkan secara bersama oleh semua ahli waris dan
keturunannya.Seperti harta pusaka tinggi di Minangkabau.
g. Harta Menunggu
Harta menunggu adalah harta yang akan diterima oleh ahli waris, tetapi
karena satu-satunya ahli waris yang akan menerima harta itu tidak
diketahui dimana ia berada.
h. Pewaris

33
34

Zainuddin, Ibid, hal. 3-4
Dewi Sulastri, Pengantar Hukum Adat, Penerbit Pustaka Setia, Bandung, 2015,hal.138.

Universitas Sumatera Utara

19

Pewaris adalah orang yang memiliki harta kekayaan yang (akan)
diteruskan atau (akan) dibagi-bagikan kepada ahli waris setelah ia wafat.
Pewaris adalah empunya harta peninggalan, atau empunya harta
warisan.35
i. Ahli Waris
Ahli waris adalah orang yang berhak mendapatkan harta warisan yang
ditinggalkan oleh pewaris.
j. Suku Nias
Suku Nias adalah masyarakat yang hidup dalam lingkungan adat dan
kebudayaan yang masih tinggi, orang Nias menamakan diri mereka "Ono
Niha" (Ono = anak/keturunan; Niha = manusia) dan pulau Nias sebagai
"Tanö Niha" (Tanö = tanah).
k. Hukum Adat Nias
Hukum adat Nias secara umum disebut fondrakó yaitu musyawarah dan
upacara penetapan, pengesahan adat dan hukum yang diberlakukan dalam
lingkungan masyarakat.36
G. Metodologi Penelitian
Metode merupakan suatu cara tertentu yang didalamnya mengandung suatu
teknik yang berfungsi sebagai alat untuk mencapai suatu tujuan tertentu.37 Penelitian

35

Hilman Hadikusuma,op.cit, hal.205.
Faondrago Zebua, Sejarah Lahirnya dan Perkembangannya Kota GunungSitoli,
Gunungsitoli, 1996, hal.43.
36

Universitas Sumatera Utara

20

adalah penyelidikan yang amat cerdik untuk menetapkan sesuatu, penelitian tidak lain
dari metode yang dilakukan seorang melalui penyelidikan yang hati-hati dan
sempurna terhadap sesuatu masalah sehingga pemecahan yang tepat terhadap masalah
tertentu.38
Sugiyono, menyatakan bahwa “metode penelitian pada dasarnya merupakan
cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu yang
bersifat rasional, empiris, sistematis dan valid”39.
1. Jenis Dan Sifat Penelitian
Penelitian ini, menggunakan metode penelitian deskriptif analisis. Metode
deskriptif adalah suatu metode yang meneliti kelompok manusia sebagai suatu objek,
suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas yang bertujuan untuk memberikan
deskripsi gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai faktafakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki40. Penelitian
deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang
berlaku dalam pelaksanaan pembagian warisan pada masyarakat adat Nias.
2. Metode Pendekatan
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis
sosiologis (empiris). Pendekatan yuridis sosiologis digunakan sebagai pendekatan
37

Arief Furchan, Pengantar Metode Penelitian Kualitatif, Usaha nasional, Surabaya, 1997,

hal. 11.
38

Ibid.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung, CV.Alvabeta,
2008, hal.1.
40
Moh.Nazir. Metode Penelitian. Jakarta, Ghalia Indonesia, 1983, hal 54.
39

Universitas Sumatera Utara

21

masalah untuk mengkaji mekanisme pelaksanaan pembagian warisan melalui
penelitian lapangan yang diharapkan akan diperoleh gambaran yang menyeluruh dan
sistematis. Dalam pembagian warisan di Kabupaten Nias Selatan khususnya di
Kecamatan Teluk Dalam dan Kecamatan Gomo.

3.

Spesifikasi Penelitian
Spesifikasi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif

analisis, yaitu bentuk penelitian yang terbatas untuk mengungkapkan suatu masalah
dan keadaan sebagaimana adanya, sehingga hanya bersifat sekedar mengungkapkan
fakta41 serta bersifat analisis yang dimaksudkan untuk memberi data seakurat
mungkin tentang suatu keadaan atau gejala-gejala lainnya. Dikatakan deskriptif
analisis, karena penelitian ini diharapkan mampu memberi gambaran secara rinci,
sistematis dan menyeluruh mengenai segala hal yang berhubungan dengan
Pelaksanaan Pembagian Warisan secara adat pada masyarakat adat Nias.
4.

Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian meliputi dua kecamatan yang merupakan wilayah

Kabupaten Nias Selatan yakni Kecamatan Teluk Dalam dan Kecamatan Gomo.
Pemilihan lokasi penelitian didasarkan pada faktor masyarakat dilihat dari segi
budaya Nias, masyarakat di kecamatan Gomo dan Telukdalam di kabupaten Nias
Selatan sangat kental dengan budayanyadan masih kukuh dalam mempertahankan
adat istiadat Suku Nias.

41

Hermawan Wasita, dkk, Pengantar Metodologi Penelitian, Jakarta, APTIK, 1990, hal. 9

Universitas Sumatera Utara

22

Para pakar budaya dan adat diseluruh Nias mengklaim, bahwa adat dan
budaya mereka berasal dari Gomo.42
5.

Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah keseluruhan objek pengamatan atau objek penelitian.43

Menurut pendapat Ronny Hanitijo Soemitro populasi/ universe adalah seluruh objek/
seluruh individu/ seluruh kejadian/ seluruh unit yang akan diteliti.44 Dalam penelitian
ini, metode penentuan sampel yang digunakan adalah purposive sampling yaitu
penarikan sampel dilakukan dengan cara mengambil subjek berdasarkan pada tujuan
tertentu. Penggunaan teknik purposive sampling menurut Mardalis mempunyai suatu
tujuan/ dilakukan dengan sengaja, sehingga dapat mewakili karakteristik populasi
yang dikenal sebelumnya. Penggunaan teknik ini senantiasa berdasarkan kepada
pengetahuan tentang ciri-ciri tertentu yang telah didapat dari populasi sebelumnya. 45
Populasi dan sampel dalam penelitian ini, penarikan sampel dilakukan dengan
cara purposive sampel46 yaitu dengan menentukan jumlah sampel penelitian sebanyak
40 (empat puluh) orang masyarakat adat Nias yang berdomisili di kabupaten Nias
Selatan dari keseluruhan populasi yang diperkirakan dapat mewakili. Oleh karenanya
sampel yang menjadi responden dalam penelitian ini diambil dari tiap kecamatan
sebanyak 20 (dua puluh) orang sampel dari Kecamatan Teluk dalam dan 20

42

P. Johannes Maria Harmmerle,Op. Cit,hal 48.
Burhan Ashofa,Op.cit, hal. 79.
44
Ronny Hanitijo Soemitro.,Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia Indonesia,
Jakarta,1990, hal.44.
45
Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal,Bumi Aksara,Jakarta,1989, hal.58
46
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, hal.
196.
43

Universitas Sumatera Utara

23

Responden (dua puluh) dari Kecamatan Gomo. Dengan persyaratan dimana yang
menjadi Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah masyarakat adat Nias yang
pernah melakukan pembagian warisan dan berdomisili di Pulau Nias khususnya di
wilayah Kabupaten Nias Selatan.
Melengkapi data penelitian, diperlukan tambahan informasi dari informan
lainnya yaitu orang yang dianggap mengetahui dan berkompeten dengan objek
penelitian sebagai informan, terdiri dari:
1. Ketua Lembaga Adat Nias Selatan

1 orang

2. Kepala Desa (Daerah Teluk Dalam dan Gomo)

2 orang

3. Kepala Kampung/Pendiri Kampung (si Ulu, si Ila, Balugu) 2 orang
4. Ahli Waris

2 orang

Di daerah Teluk Dalam, kepala kampung/pendiri kampung disebut Si Ulu
sedangkan diwilayah Gomo dikenal dengan istilah Balugu. Masing-masing
mereka otomatis menjadi raja di kampung yang didirikannya.
6.

Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini meliputi beberapa hal yaitu :
a.

Data primer yaitu data yang di peroleh langsung dari sumbernya baik
melalui wawancara, maupun kuisioner.

b.

Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari dokumen-dokumen resmi,
buku-buku yang berhubungan dengan objek penelitian dalam bentuk
laporan, skripsi, tesis, disertasi, dan peraturan perundang-undangan.
1) Bahan Hukum Primer

Universitas Sumatera Utara

24

Bahan hukum Primer bahan-bahan hukum yang mengikat dan terdiri dari:
(a) Norma (Dasar) atau kaidah dasar, yaitu pembukaan UUD 1945;
(b) Peraturan Dasar: mencakup diantaranya Batang Tubuh UUD 1945
dan ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
(c) Peraturan perundang-undangan;
(d) Bahan hukum yang tidak dikodifikasikan, seperti hukum adat;
(e) Yurispudensi;
(f) Traktat;
(g) Bahan hukum dari zaman penjajahan yang hingga kini masih berlaku.
2) Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang dapat memberikan
penjelasan dan memperkuat bahan hukum primer, seperti hasil-hasil
penelitian, hasil karya pakar hukum, buku teks, buku bacaan hukum,
jurnal-jurnal, serta bahan dokumen hukum lain yang terkait.
3) Bahan Hukum Tersier
Bahan hukum tersier adalah bahan hukum penunjang yang memberikan
petunjuk terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder
seperti kamus hukum, ensiklopedi, kamus bahasa, dan sumber data dari
internet dan lain-lain yang relevan dengan penelitian ini.
7.

Alat Pengumpulan Data
Berdasarkan metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini, maka

alat pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

25

a. Studi

dokumen,

dilakukan

dengan

menelaah

semua

literatur

yang

berhubungan dengan topik penelitian yang sedang dilakukan.
b. Kuisioner, dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan kepada
masyarakat yang dijadikan responden untuk dijawabnya.
c. Wawancara, dilakukan secara langsung dengan responden dan informan
dengan menggunakan pedoman wawancara (interview guide).
8.

Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang akurat dan relevan, baik berupa pengetahuan

ilmiah, maupun tentang fakta atau gagasan, maka pengumpulan data dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
a. Studi Kepustakaan (library research), yaitu pengumpulan data berupa
peraturan perundang-undangan dan dokumen yang berkaitan dengan objek
penelitian yang bertalian dengan pelaksanaan pembagian warisan pada
masyarakat adat Nias di Kabupaten Nias Selatan.
b. Studi Lapangan (field research), dalam penelitian ini di lakukan untuk
mendapatkan data pendukung yang terkait dengan penelitian ini. Teknik yang
di gunakan dalam penelitian ini adalah :
1) Wawancara, yaitu tanya jawab langsung dengan informan secara
terstruktur dengan menyiapkan pedoman wawancara yang di arahkan
kepada masalah yang sedang di teliti.
2) Kuisioner, yaitu metode pengumpulan data dengan cara membuat daftardaftar pertanyaan yang memiliki korelasi dengan permasalahan yang di

Universitas Sumatera Utara

26

teliti, yang pada umumnya dalam daftar pertanyaan itu telah di sediakan
jawaban-jawabanya kepada responden.

Dengan Demikian responden

hanya diberi tugas untuk memilih jawaban sesuai dengan seleranya.
Kendatipun demikian, tidak tertutup kemungkinan dalam kuisioner itu
bentuk pertanyaan model essei, dimana hal ini responden sendirilah yang
memberikan jawabannya. Penggunaan kuisioner ini amat efektif bila
jumlah sampelnya banyak.
9.

Analisa Data
Metode analisis data digunakan untuk menarik suatu kesimpulan dari hasil

penelitian yang sudah terkumpul, dengan menggunakan metode normatif kualitatif.
Normatif karena penelitian bertolak dari aturan-aturan sebagai normatif hukum positif
sedangkan kualitatif dimaksudkan agar analisis data bertitik tolak pada usaha
penemuan asas-asas dan informasi-informasi.
Data yang diperoleh akan dipilah-pilah sesuai kebutuhan objek penelitian
yang kemudian direduksi secara sistematis sehingga mendapatkan suatu klasifikasi
yang sesuai dengan permasalahan penelitian. Kemungkinan penelitian ini nantinya
akan bersinggungan dengan disiplin ilmu lainnya, namun penelitian ini tetap
merupakan penelitian hukum karena ilmu lain hanya sebagai alat bantu.47 Dengan
demikian data yang terkumpul kemudian dianalisa secara kualitatif sehingga
mendapatkan gambaran tentang pelaksanaan pembagian warisan pada masyarakat

47

Alvi Syahrin, Pengantar Hukum dan Kebijakan Pembangunan Perumahan dan Pemukiman
Berkelanjutan, Medan, Pustaka Bangsa Press, 2003, hal. 17.

Universitas Sumatera Utara

27

adat di Kabupaten Nias Selatan di Kecamatan Telukdalam dan Kecamatan Gomo.
Selanjutnya data yang diperoleh dari penelitian, baik data primer maupun data
sekunder, kemudian dianalisis dengan menggunakan metode induktif, yaitu cara
berfikir yang didasarkan pada fakta-fakta yang bersifat umum, dilanjutkan dengan
penarikan kesimpulan yang bersifat khusus guna

menjawab permasalahan

berdasarkan penelitian dan selanjutnya dari berbagai kesimpulan tersebut diajukan
saran-saran.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25