BAB I PENDAHULAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Kaligrafi ( Al-Khattu ) Dan Ornamen Pada Masjid Raya Al-Osmani Medan Labuhan – Kota Medan

BAB I PENDAHULAN

1.1 Latar Belakang

  Ungkapan kaligrafi (dari bahasa Inggris yang disederhanakan Calligrafhy) diambil dari kata Latin”kalios ” yang berarti indah dan,” graph ” yang berarti tulisan atau aksara. Arti seutuhnya kata kaligrafi adalah : kepandaian menulis indah , atau tulisan yang indah. Bahasa Arab sendiri menyebut khat yang berarti garis atau tulisan indah. ( Sirojuddin : 1992 : 1 )

  Ungkapan kaligrafi (Calligraphy), secara etimolgis berasal dari bahasa Yunani yaitu Kalios ( indah ) dan graphia ( coretan atau tulisan ) dan disebutlah dengan tulisan indah.

  ( Ensiklopedia Islam 3 : 1994 : 1 ) Kaligrafi ditemukan pertama kali di Mesir. Kemudian kaligrafi tersebar ke Asia,

  Eropa, dan telah mengalami perubahan. Akar kaligrafi Arab (kaligrafi Islam) adalah tulisan hieroglif Mesir (Kanaan, Semit) lalu, terpecah menjadi khat Feniqi ( Fenisia) yang terpecah lagi menjadi Arami ( Aram ) dan Musnad ( kitab yang memuat segala macam hadits ). Dalam Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam (1993 : 1 )

  Ilmu seni tulisan Arab lazim disebut dengan ilmu Khat. Pengetahuan tentang tulis menulis ini sebahagian dari apa yang dinamakan dengan pengetahuan huruf-huruh abjad, bentuk huruf, tata cara merangkaikannya, halus dan kasarnya serta tinggi rendahnya.

  Dalam dunia Islam, kaligrafi sering disebut dengan seninya Islam (The Art Of Islam), suatu kualifikasi dan penilaian yang menggambarkan kedalam makna yang ensensinya berasal dari konsep keimanan. Oleh karena keimanan telah mendorong kaum muslimin memperindah kaligrafi dalam menyalin Al-Quran, maka penamaan kaligrafi Islam menurut tokoh kaligrafi Libanon, Kamil Al- Baba dapat diterima. Mengingat bahwa peranan Islam dalam usaha pengembangan kaligrafi Arab, maka dalam berbagai literatur sebutan Seni Kaligrafi Islam jauh lebih populer dari pada sebutan Seni Kaligrafi Arab. ( Ensiklopedia

  Kaligrafi Islam erat kaitannya dengan sejarah muncul dan berkembangnya huruf Arab sampai huruf tersebut dipilih untuk menuliskan Al-Quran dan menjadi alat komunikasi, sehingga dikenal hampir diseluruh pelosok dunia dengan perkembangan dan dinamika masyarakat Islam. Perkembangan tersebut erat kaitannya dengan tulis menulis yang mendapat sokongan tak sedikit dari para intelektual dan penguasa di kota – kota pusat budaya islam di Arabia, Andalusia, Sudan, Persia bahkan di India, Cina, sehingga kota dan wilayah tertentu muncul jenis-jenis tulisan dan huruf yang mampu menjadi identitas sendiri. ( Herwandi : 2003 : 2 )

  Seni Kaligrafi Islam merupakan kebesaran seni Islam, lahir di tengah-tengah dunia arsitektur dengan penuh keindahan . Ini dapat dibuktikan pada keanekaragaman hiasan kaligrafi yang memenuhi masjid-masjid dan bangunan yang lainya, yang ditumpahkan dalam paduan ayat-ayat Al-Quran yang mulia, hadist, atau kata-kata hikmah para ulama yang bijaksana. Demikian pula mushaf-mushaf Al-Quran banyak ditulis dengan pelbagai model Kaligrafi yang disapu corak-corak hias yang mempesona. ( Sirojuddin : 1992 : 4 )

  Sewaktu Islam berkembang dengan pesat, banyak bangsa-bangsa kelas wahid berduyun-duyun masuk Islam. Di antara orang-orang Persia, Syiria Mesir dan India, yang memilih Islam sebagai panutan terakhir, terdapat seniman-seniman mahir kenamaan di negerinya. Lantas mereka menumpahkan kepandaian seni yang dimlikinya ke dalam Islam.

  Keadaan tersebut telah mendorong seni kaligrafi Islam menjadi semacam “tempat penampungan” karya arsitektur yang dikagumi. Tidak dapat disangkal lagi, bahwa penerimaan seni kaligrafi sebagai model dan primadona yang merata di sebahagian kalangan umat Islam adalah karena pengaruh motivasi Al- Quran untuk mempelajarinya. Pena, tinta kertas, adalah materi-materi pokok untuk menyalurkan kaligrafi. ( Sirojuddin : 1992 : 4-5 )

  Beragam pendapat tentang siapa yang mula-mula mencipatakan kaligrafi. Cerita keagamaan adalah yang paling tepat dijadikan pegangan. Para pengabar Arab mencatat, bahwa Nabi Adam As, yang pertama kali mengenal kaligrafi. Pengetahuan tersebut datang dari Allah SWT sendiri melalui wahyu.

  Inilah yang dimaksud, “Allah mengajari Adam pengetahuan tentang semua nama, ” seperti diterangkan dalam Al-Quran ( Surat Al- Baqarah,Ayat 31 ).

     

     

  

Wa‘allama ādamal- asmāa kullahā umma ‘ara- dahum ‘alal- malāikati faqāla anbi’uni bi

asma’i hā ulā’i in kuntum sādiqin /31. dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama

  (benda-benda) seluruhnya, kemudian lihatkan kepada Para Malaikat seraya berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama semua benda itu jika kamu yang benar !" ( Depag : 2006 :7) dalam (Sirojuddin : 1992 : 5 )

  Dikatakan bahwa 300 tahun sebelum wafatnya Adam As, menulis di atas lempengan tanah yang selanjutnya dibakar dan menjadi tembikar. Setelah itu dilanda banjir Bah, jaman Nabi Nuh As, menjadi surut setiap bangsa atau kelompok turunan mendapatkan tembikar bertulisan tersebut. Dari sinipulalah lahir anggapan bahwa setiap bangsa telah punya tulisan masing-masing. ( Sirojuddin : 1992 : 5 )

  Di antara semua perwujudan seni budaya Islam di Indonesia, agaknya seni kaligrafi berada pada kedudukan yang sangat menentukan. Sebab kaligrafi merupakan bentuk seni kebudayaan Islam yang untuk pertama kali ditemukan di Indonesia. Kaligrafi menandai bahwa Islam telah masuk di Indonesia. Ini dibuktikan dari hasil penelitian tentang arkeologi kaligrafi Islam di Indonesia yang di lakukan oleh Dr. Hasan Muarif Ambary. Menurutnya setelah mengkaji secara etikgrafis, telah berkembang kaligrafi gaya Kufi ( abad IX-XV M ), sampai beberapa abad kemudian ). Data-datanya ditemukan pada batu nisan, makam raja-raja Islam Aceh, kompleks makam di Troloyo, Mojokerto, Keraton, Cirebon, Mataram, Ternate, Jawa, Madura, dan daerah-daerah lainnya di Indonesia. ( Chatibul Umam : 1997 : 3 ) dalam karya ilmiah ( Nur Sukma Suri : 1999 : 9 )

  Namun dalam kesenian kaligrafi itu sendiri memiliki rumus–rumus kaligrafi yang paling banyak digunakan, mencakup bentuk-bentuk huruf tunggal, gaya sambung, kemudian mengolahnya menjadi rangkaian kata-kata atau kalimat. Ketujuh rumus ini adalah : Gaya Sulus, Naskhi, Farisi, Diwani, Diwani Jali, Kufi, Dan Riq’ah. ( Sirojudin : 1992 : 264 )

  Ketertarikan penulis terhadap keindahan kaligrafi yang menghiasi hampir seluruh masjid-masjid di belahan dunia, menginspirasikan penulis untuk menelitinya. Namun, penulis hanya membatasi penelitian kaligrafi pada salah satu masjid tertua di Indonesia bahkan menjadi masjid tertua di Kota medan, yakni masjid Raya Al-Osmani Medan labuhan kota Medan. Dengan demikian, masyarakat dapat mengagumi dan merasakan keidahan yang ditampilkan pada setiap penulisan kaligrafi yakni ayat-ayat Al-Quran, Hadits, dan lain sebagainya, dan Ornamen-ornamen Masjid Raya Al-Osmani Medan Labuhan Kota Medan.

  Ornamen berasal dari kata “ORNARE” (bahasa Latin) yang berarti menghias. Ornamen juga berarti “dekorasi” atau hiasan, sehingga ornamen sering disebut sebagai disain dekoratif ataudisain ragam hias. Dalam Ensiklopedia Indonesia hal: 1017 ornamen adalah setiap hiasan bergaya geometrik atau bergaya lain, ornamen dibuat pada suatu bentuk dasar dari suatu hasil kerajinan tangan (perabotan, pakaian dan sebagainya) termasuk arsitektur.

  Dari pengertian tersebut jelas menempatkan ornamen sebagai karya seni yang dibuat untuk di abadikan atau mendukung maksud tertentu dari suatu produk, tepatnya untuk menambah nilai estetis dari suatu benda/produk yang akhirnya pula akan menambah nilai finansial dari benda atau produk tersebut. Dalam hal ini ada ornamen yang bersifat pasif dan aktif. Pasif maksudnya ornamen tersebut hanya berfungsi menghias, tidak ada kaitanya dengan hal lain seperti ikut mendukung konstruksi atau kekuatan suatu benda. Sedangkan ornamen berfungsi aktif maksudnya selain untuk menghias suatu benda juga mendukung hal lain pada benda tersebut misalnya ikut menentukan kekuatanya (kaki kursi motif belalai gajah/motif kaki elang) (www.balispot.co.id.2007/5/12)

  Sementara itu ornamen Melayu yang di lakukan oleh pengukir Melayu masa lampau baik pada kayu, metal, batu maupaun pada kain, maka tak bisa lagi kita kemukakan dan menghargai serta mengapresisasi falsafah dan tujuan kreasi mereka itu. Mereka bukan saja menciptakan benda yang rumit dan megah, tetapi dapat ditelusuri bagaimana mereka mengapresiasikan perasaan dalam setiap aspek karya seni. Melalui kreativitas mereka dalam memahami alam sekitar yang diciptakan Allah SWT. Ornamen Melayu hanyalah segelintir dari kesenian yang dimiliki oleh budaya Melayu, tetapi secara umum di zaman dahulu banyak sekali dilakukan oleh orang Melayu pada waktu senggang mereka, bahkan jauh sebelumnya, sejak masa kebudayaan magelaith keahlian orang Melayu dalam pahat-memahat patung, seperti dapat kita saksikan pada sisa biara padang lawas, candi-candi di Muara Takus maupun Medan) , ataupun kaligrafi pada batu nisan raja dan orang-orang yang terkemuka, dan pada mimbarnya, serta pada rumah dan senjata-senjata masyarakat dahulu.

  Istana raja terbuat dari kayu merupakan seni ukir tersendiri dengan tabir layar yang tinggi, papan tabir layar melengkung, tabir layar dinding yang tambal dengan papan tipis.

  Istana selalui di hiasi dengan papan yang diukir halus,pada dinding sebelah luar yang dipasangkan pada pintu, jendela dan lubang angin . Sering pula papan timbul diukir dengan ayat-ayat Al-Quran dipasang pada pintu sebelah dalam menuju keruang tidur. Istana terkadang memiliki tiang-tiang tinggi dan juga ada ukiran timbul, begitu juga tiang tangganya. Kebanyaan ukiran diilhami dari daun-daunan , bunga, bentuk imajinasi hewan seperti itik, ketam dll. Bentuk manusia tidak digambarkan , karena sesuai dngan larangan dalam agama Islam. Hal itu disebaban karena defenisi orang Melayu : “ Orang Melayu adalah beragama Islam, berbahasa Melayu sehari-hari dan beradat-istidat Melayu”. Orang Melayu pada umumnya tinggal di pesisir pantai selat Malaka dan Laut Cina Selatan, yang merupakan lintasan utama dari Barat ke Timur. Sejak zaman dahulu kala, banyaklah terdapat ornamen Melayu, ornamen itu pengaruh dari berbagai bangsa. Karena mereka tinggal di sepanjang pantai dan muara sungai serta tepi sungai, dengan masa pasang surutnya, maka rumah tinggal mereka bertiang-tiang . Seni ukir kayu, dan logam juga sejak ada pada zaman dahulu sejak zaman pra Islam, tetapi setelah orang Melayu memeluk agama Islam dan budayanya menyesuaikan diri dengan budaya dan perdaban Islam, seperti kata pepatah Melayu “ Adat bersendikan hukum syara’, syara’ bersendikan kitabullah”, maka ukiran Melayu itu pada umumnya bersifat Foliage (rangkaian dan daun bunga serta tumbuhan) ( Sinar : 1993 : 1-2)

  Masjid Raya Al-Osmani Medan Labuhan Deli terletak di tepi jalan Medan Belawan Km 18 bertepatan di jalan Yos Sudarso. Secara administrasi bangunan masjid masuk dalam wilayah desa Pekan Labuhan, Kecamatan Medan Labuhan, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara. (Anom, I.G.N : 1999 : 32 )

  Masjid Raya Al-Osmani Medan Labuhan di bangun pada masa pemerintahan Sultan Osman dari kerajaan Melayu Deli. Beliau memerintah pada tahun 1854 -1858, saat itu ibukota Kesultanan Deli ada di Labuhan Deli. Bekas istananya berdiri tidak jauh dari masjid, tetapi sekarang tidak tampak lagi, tinggal puing-puing saja. (Anom, I.G.N : 1999 : 33 )

  Masjid yang berdiri megah di Jalan Yos Sudarso Km 18 Medan Labuhan ini adalah masjid tertua di kota Medan. Masjid ini didirikan pada tahun 1854 oleh Sultan Osman Perkasa Alam, pertama kali dibuat dari bahan kayu pilihan asal Belanda yang masuk dari Pelabuhan Belawan di Labuhan Deli, di tahun 1870 hingga 1872, Sultan Deli VIII Sultan Makhmun Al Rasyid atau Sultan Mahmud Perkasa Alam merenovasi bangunan masjid ini.

  Dengan mempercayakan arsitek asal Jerman, GD Langereis, Sultan pun merombak sebagian besar bangunan. Masjid ini dijadikan permanen, batu-batu dari Eropa dan Persia di datangkan untuk mempercantik masjid ini, masjid ini juga diperluas menjadi 26x26 meter.

  Masjid Raya Al Osmani merupakan salah satu masjid tertua di kota Medan dan salah satu peninggalan bersejarah Kerajaan Melayu Deli yang dibangun tahun 1854 M oleh Sultan Deli VII Osman Perkasa Alam dengan menggunakan bahan kayu pilihan. Masjid yang dibangun dengan arsitektur perpaduan Timur Tengah, India, Persia, Melayu dan China ini menjadi salah satu objek wisata di Medan. Masjid Al-Osmani merupakan masjid tertua di Kota Medan, berlokasi di Kec. Medan Labuhan atau dikenal tanah Raja Lama Pekan Labuhan dan terbukti disini terdapat makam sultan. Secara geografis, posisi keberadaan sekitar Masjid Al-Osmani juga terdapat sejumlah bangunan pekong maupun Vihara agama keunikan dari bangunan yang tua itu, masjid Al-Osmani bukanlah sembarang masjid peninggalan bersejarah, justru hingga kini masjid berwarna kuning kehijauan tersebut dijadikan sebagai pusat kegiatan Islam seperti tepung tawar keberangkatan haji maupun banyak dimanfaatkan sebagai lokasi acara para calon-calon Legislatif maupun Pilkada yang akan terpilih. [Sumber : www.google.co.id 17:5:2010]. Detik News 16/09/2008]

  Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan salah satu pengurus masjid Raya Al- Osmani Medan Labuhan Kota Medan, kaligrafi pada masjid raya Al-Osmani memiliki variasi warna yang berbeda-beda dikarenakan adanya perehaban masjid. Penulisan kaligrafi pada mulanya hanya sebatas pelengkap masjid, namun dengan adanya pendanaan dari pihak masyarakat, serta bantuan dari Presiden RI. Tahun 1991-1992, pengembangan masjid terus dilakukan dengan penambahan seni kalgrafi pada masjid Raya Al- Osmani Medan Labuhan Kota Medan. Penulisan kaligrafi terpusat didalam bangunan masjid, dan hingga sampai sekarang pemugaran masjid terus dilakukan dan penulisan kaligrafi hingga pewarnaan terus diakukan dengan motif, dan gaya khat yang berbeda-beda. Akan tetapi selain dari tulisan kaligrafi, di masjid tersebut juga terdapat ornamen-ornamen yang berada pada bangunan masjid.

  Dalam penelitian ini, penulis hanya akan meneliti janis-jenis khat yang terdapat pada Masjid Raya Al- Osmani Medan Labuhan Kota Medan, dan berbentuk bacaan apakah kaligrafi yang ada pada Masjid Raya tersebut, serta bentuk-bentuk ornamen masjid yang ada di dalam dan di luar masjid.

  Alasan penulis melakukan penelitian ini karena penulis melihat sisi keindahan dari Masjid Raya Al-Osmani Medan Labuhan Kota Medan, terutama yang dihiasi dengan kaligrafi pada dinding masjid dan terdapat ornamen-ornamen yang menghiasai bangunan masjid . Selain itu ketertarikan penulis dalam melakukan penelitian pada masjid ini, karena Masjid Raya Al-Osmani Medan Labuhan Kota Medan, merupakan salah satu masjid bersejarah dan tertua khusunya di kota Medan.

  Menurut penulis, pentingnya penelitian terhadap kaligrafi dan ornamen masjid dimaksud agar masyarakat tahu bahwa kaligrafi dan ornamen memiliki nilai yang tinggi dalam seni islam. Oleh sebab itu disini penulis ingin mengkaji dan meneliti jenis-jenis khat kaligrafi yang ada pada masjid serta bentuk-bentuk ornamen yang ada pada bangunan Masjid Raya Al-Osmani Medan Labuhan kota Medan .

  Penelitian mengenai analisis kaligrafi di Program studi Bahasa Arab fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara sebelumnya sudah pernah diteliti, antara lain: oleh Elfi Fitriyani Hrp ( Nim : 900704003 ) dengan judul sejarah kaligrafi Arab secara umum.

  Kemudian Sdri. Lusilawati ( Nim: 900704012 ) yang berjudul Perkembangan Kaligrafi Islam dan Kaitannya dengan Sejarah Penulisan Al-Quran pada masa Nabi SAW sampai Usman.

  Dan Devi Khairina ( Nim : 040704022 ) membahas Analisis Kaligrafi pada Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh dan beliau menjelaskan bahwa khat pada Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh ditemukan seluruh jenis khat kaligrafi yang umum dipakai dalam penulisan kaligrafi. Dan dalam penelitian yang penulis lakukan pada Masjid Raya Al – Osmani Medan Labuhan Kota Medani ini, tidak semua jenis khat kaligrafi ditemukan , dan jenis kaligrafi yang ditemukan adalah jenis khat sulus, dan khat kufi. Selain kaligrafi masjid ini juga banyak dihiasi dengan bentuk ornamen-ornamen yang menghiasi bagian dalam dan luar bangunan masjid.

  Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian dengan menggunakan sumber bacaan yang sesuai dan mendukung dalam proses penelitian ini. Sumber penelitian yang penulis pergunakan yaitu dengan menggunakan teori Sirajuddin Dan Sinar.

  1.2. Perumusan Masalah :

  1.Jenis-jenis khat kaligrafi Arab apa saja yang terdapat pada Masjid Raya Al-Osmani Medan Labuhan Kota Medan?

  2.Bacaan apakah yang tertulis pada Masjid Raya Al– Osmani Medan Labuhan Kota Medan?

  3.Jenis–jenis ornamen apa sajakah yang tergambar pada bangunan Masjid Raya Al – Osmani Medan Labuhan Kota Medan?

  1.3. Tujan Penelitian :

  1. Untuk mengetahui jenis-jenis khat kaligrafi Arab apa saja yang terdapat pada Masjid Raya Al-Osmani Medan Labuhan Kota Medan.

  2. Untuk mengetahui Bacaan apakah yang tertulis pada Masjid Raya Al –Osmani Medan Labuhan Kota Medan.

  3. Untuk mengetahui jenis-jenis ornamen apa sajakah yang tergambar pada bangunan Masjid Masjid Raya Al –Osmani Medan Labuhan Kota Medan.

  1.4. Manfaat Penelitian :

  1.Menambah Pengetahuan dan pemahaman keilmuan di bidang Kebudayaan khususnya tentang ilmu Kaligrafi.

  2.Menambah Perbendaharaan karya ilmiah Fakultas Ilmu Budaya pada umumnya dan program studi bahasa Arab pada khususnya.

  3.Menambah referensi kaligrafi di dalam ilmu kebudayaan program studi bahasa Arab , Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara .

  1.5. Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian lapangan ( Field Research), yaitu penelitian yang mengambil data dari Masjid Raya Al –Osmani Medan Labuhan Kota Medan dengan menggunakan metode deskriptif yakni suatu metode yang menggunakan, mengumpulkan, atau menguraikan berbagai data-data atau teori yag telah ada. ( Mukhtar : 2009 : 202)

  Dalam memindahkan tulisan arab ke dalam tulisan latin, penulis menggunakan pedoman Transliterasi Arab- Latin berdasarkan SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudyaan Republik Indonesia No. 158/1987 dan No. 0534/b/u/1987 tanggal 22 januari 1998.

  Adapun tahapan yang penulis lakukan dalam penelitian adalah : 1.

  Mengumpulkan bahan rujukan yang berkaitan dengan pembahasan penelitian 2. Melakukan penelitian lapangan dengan pengurus Masjid Raya Al –Osmani Medan

  Labuhan Kota Medan 3. Melakukan wawancara dengan pengurus Masjid Raya Al –Osmani Medan Labuhan

  Kota Medan 4. Mempelajari dengan mengamati data dari hasil penelitian berdasarkan hasil wawancara dan kepustakaan