Perilaku Ibu Post Partum dalam Pemberian ASI Kolostrum di Rumah Sakit Martha Friska Brayan Tahun 2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Perilaku

2.1.1 Pengertian

  Menurut Skinner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku adalah respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).

  Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons (Notoatmodjo, 2007).

  Menurut Notoatmodjo (2007) perilaku adalah totalitas dari penghayatan dan aktivitas yang memengaruhi perhatian, pengamatan, pikiran dan daya ingat dan fantasi seseorang. Meskipun perilaku adalah totalitas respon, namun semua respons juga sangat tergantung pada karekteristik seseorang.

  Menurut Briawan (2007) perilaku adalah reaksi manusia akibat kegiatan kognitif, afektif, dan psikomotor yang saling berkaitan. Jika salah satu aspek Menurut Bahiyatun (2009) perilaku adalah interelasi stimulus eksternal dengan stimulus internal yang memmberikan respons eksternal. Stimulus internal adalah stimulus-stimulus yang berkaitan dengan kebutuhan fisik dan psikologis. Adapun stimulus eksternal segala macam reaksi seseorang akibat faktor luar diri atau dari lingkungan

  Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, maka secara umum disimpulkan bahwa perilaku adalah penghayatan dan reaksi seseorang terhadap stimulus internal dan eksternal yang diproses melalui kognitif, afektif dan motorik.

2.1.2 Faktor yang mempengaruhi perilaku

  Terdapat 3 faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang yaitu:

1. Pengetahuan

  Pengetahuan adalah hasil dari tahu, da ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmojo, 2007).

  Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yaitu: a.

  Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

  Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” adalah tingkat pengetahuan yang paling rendah.

  b.

  Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. c.

  Aplikasi ( Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi rill (sebenarnya).

  d.

  Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

  e.

  Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

  f.

  Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria- kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2003).

2. Sikap

  Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya). Campbell (1950) mendefinisikan bahwa sikap itu suatu sindroma atau kumpulan gejala dalam merespons stimulus atau objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan yang lain. Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan. Seperti halnya pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkat-tingkat berdasarkan intensitasnya, sebagai berikut:

  a. Menerima (Receiving) Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau menerima stimulus yang diberikan (objek).

  b. Menanggapi (Responding) Menanggapi di sini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.

  c. Menghargai (Valuing) Menghargai diartikan subjek, atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain dan bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespon.

  d. Bertanggung jawab (Responsible) yang telah diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya, dia harus berani mengambil resiko bila ada orang lain yang mencemoohkan atau adanya risiko lain (Notoadmodjo, 2005).

3. Tindakan atau Praktik Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior).

  Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas.

  Praktik ini mempunyai beberapa tingkatan yaitu:

  a. Persepsi (Perception) Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah praktik tingkat pertama.

  b. Respon terpimpin (Guided Response) Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indicator praktik tingkat dua.

  c. Mekanisme (Mechanism) Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga.

  d. Adopsi (Adoption) Artinya tindakan itu udah dimodifikasikannya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut (Notoatmodjo, 2007).

  Penelitian Rogers mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru) di dalam dirinya tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:

  1. Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus

  2. Interest (merasa tertarik) terhadap atau objek tersebut. Di sini sikap subjek sudah mulai timbul

  3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulasi tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi

  4. Trial ialah dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus

  5. Adoption ialah dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus (Notoatmodjo, 2003).

2.1 ASI

2.2.1 Pengertian ASI

  ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu sebagai makanan utama bagi bayi (Ambarwati & Wulandari, 2009). ASI adalah makanan terbaik yang harus diberikan kepada bayi karena didalamnya terkandung hampir semua zat gizi yang dibutuhkan oleh bayi. ASI merupakan pilihan terbaik bagi bayi karena didalamnya mengandung antibody dan lebih dari 100 jenis zat gizi yaitu AA, DHA, taurin dan spingomyelin (Yuliarti, 2010).

  ASI adalah sebuah cairan tanpa tanding ciptaan Allah yang memenuhi kebutuhan gizi bayi dan melindunginya dalam melawan kemungkinan serangan penyakit. Keseimbangan zat-zat gizi dalam air susu ibu berada pada tingkat terbaik dan air susunya memiliki bentuk paling baik bagi tubuh bayi yang masih muda. Pada saat yang sama ASI juga sangat kaya akan sari-sari makanan yang mempercepat pertumbuhan sel-sel otak dan perkembangan sistem saraf (Yahya, 2007).

2.1.2 Kandungan Asi

  Banyak sekali zat gizi yang ada dalam ASI sehingga ASI tersebut tidak boleh dilewatkan. Kandungan yang terdapat di dalam ASI antara lain

1. ASI mengandung 88,1 % air sehingga ASI yang diminum bayi selama pemberian

  ASI esklusif sudah cukupi kebutuhan bayi dan sesuai dengan kesehatan bayi. Bayi baru lahir yang hanya mendapat sedikit ASI pertama (kolostrum) tidak memerlukan tambahan cairan karena bayi dilahirkan dengan cukup cairan di dalam ketiga atau keempat.

  2. ASI mengandung bahan larut yang rendah. Bahan larut tersebut terdiri dari 3,8% lemak, 0,9% protein, 7% laktosa, dan 0,2 % bahan-bahan lain. Salah satu fungsi utama air adalah untuk menguras kelebihan bahan-bahan larut melalui air seni. Zat-zat yang dapat larut (misalnya sodium, potassium, nitrogen, dan klorida) disebut sebagai bahan-bahan larut. Ginjal bayi yang pertumbuhannya belum sempurna hingga usia 3 bulan mampu mengeluarkan kelebihan bahan lerut lewat air seni untuk menjaga keseimbangan kimiawi di dalam tubuhnya karena ASI mengandung banyak air seperti layaknya anak-anak atau orang dewasa (Yuliarti, 2010)

2.2.3 Manfaat ASI

a. Bagi Bayi

  Komposisi ASI dan berbagai faktor pertumbuhan yang ada didalam ASI sangat menentukan proses pertumbuhan dan jaringan otak bayi. Oleh karena itu, penting untuk mempertimbangkan manajemen pemberiannya. ASI adalah makanan alamiah yang disediakan untuk bayi dengan komposisi nutrisi yang sesuai untuk perkembangan bayi sehat.

  Suatu penelitian di Denmark menemukan bahwa bayi yang diberikan ASI sampai lebih dari sembilan bulan akan menjadi dewasa yang lebih cerdas. Hal ini diduga karena ASI mengandung DHA/AA. ASI juga bisa menurunkan risiko diare, infeksi saluran nafas bagian bawah, infeksi saluran kencing, dan juga bisa menurunkan resiko kematian bayi mendadak. Pada umur enam sampai dua belas bulan, ASI masih merupakan makanan utama bayi karena mengandung lebih dari 60 persen kebutuhan bayi, ASI mengurangi risiko infeksi lambung-usus, sembelit, dan alergi.

  b. Bagi Ibu Sekian lama masyarakat hanya tahu manfaat pemberian ASI untuk bayi.

  Padahal ibu juga banyak mendapat manfaat. Beberapa ahli mengatakan bahwa terjadinya kanker payudara pada wanita menyusui sangat rendah. Selain itu, memberikan ASI segera setelah melahirkan akan meningkatkan kontraksi rahim yang berarti mengurangi risiko perdarahan, membantu memperkecil ukuran rahim ke ukuran sebelum hamil, membakar kalori sehingga membantu penurunan berat badan lebih cepat. ASI lebih hemat waktu karena tidak perlu menyiapkan dan mensterilkan botol susu, dot, dan sebagainya, ASI lebih murah karena ibu tidak harus selalu membeli susu kaleng perlengkapannya. ASI selalu bebas kuman, sementara campuran susu formula belum tentu steril. Penelitian media juga menunjukkan bahwa perempuan yang menyusui bayinya mendapat manfaat fisik dan manfaat emosional.

c. Bagi Keluarga

  ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang seharusnya digunakan untuk membeli susu formula dapat digunakan untuk keperluan lain, kebahagiaan keluarga bertambah, karena kelahiran lebih jarang, sehingga suasana kejiwaan ibu baik dan dapat diberikan dimana saja dan kapan saja. Keluarga tidak repot menyiapkan air masak, botol dan dot yang harus dibersihkan serta minta pertolongan orang lain (Eny dan Diah, 2009).

d. Bagi Negara

  Semakin banyak ibu menyusui, negara semakin menghemat biaya subsidi untuk perawatan anak sakit dan pemakaian obat-obatan. Angka kematian bayi juga berkurang karena pemberian ASI. Negara juga menghemat biaya kontrasepsi karena ibu yang memberi ASI tertunda kesuburannya sehingga orang yang menggunakan alat kontrasepsi tidak terlalu banyak. Manfaat lainnya negara berhemat dari biaya membeli alias mengimpor susu formula dan perlengkapan menyusui, Menyusui juga akan mengurangi polusi karena penggunaan susu formula menghasilkan sampah kaleng, plastik, kardus, dan sebagainya, sedangkan ASI tidak menghasilkan sampah apapun. Yang paling penting, jika sebagian besar anak Indonesia minum ASI, negara diuntungkan karena memiliki generasi muda yang sehat dan pintar lebih baik lagi karena mereka dididik oleh kasih sayang ibunya dengan lebih intensif (Budiasih, 2006).

2.2.4 Komposisi ASI

  a. Protein

  kadar sistin tinggi, kadar poliamin dan nukleotid yang penting untuk sintesi sedangkan kadar metiolin rendah, kadar tirosin dan penilalin yang rendah.

  b. Karbohidrat

  ASI mengandung karbohidrat yang tinggi ( 6,5-7 gr %). Karbohidrat yang utama adalah laktosa.

  c. Lemak

  Bentuk emulsi lebih sempurna, kadar asam lemak tak-jenuh dalam ASI 7-8 kali lebih besar daripada susu sapi, kolestrol diperlukan untuk mielinisasi saraf pusat dan diperkirakan juga berfungsi dalam pembentukan enzim.

  d. Mineral

  ASI mengdung mineral lengkap, total mineral dalam masa laktasi konstan, Fe dan Ca paling stabil tidak dipengaruhi diet ibu, garam organic yang terdapat didalam ASI, terutama kalsium, kalium, serta natrium dari asam klorida dan fosfat.

  e. Air

  Kira-kira 88% ASI terdiri dari air yang berguna untuk melarutkan zat-zat ayang terdapat didalamnya yang sekaligus juga dapat meredakan rangsangan haus bayi.

  f. Vitamin

  Kandungna vitamin dalam ASI yang lengkap dan cukup yaitu vitamin A, C dan D (Bahiyatun, 2008).

  a. Kolostrum

  Kolostrum ialah asi berwarna kuning jernih dengan protein berkadar tinggi dan mengndung immunoglobulin, laktoferin, ion-ion (Na, Ca, K, Zn, Fe) vitamin (A, E, K, dan D), lemak dan rendah laktosa dan pengeluaran kolostrum berlangsung sekitar dua tiga hari dan diikuti ASi yang mulai berwarna putih (Manuaba, 1998)

  b. ASI Transisi/Peralihan

  ASI transisi / peralihan ialah ASI peralihan dari kolostrum sampai menjadi ASI yang matur yang disekresi dari hari ke-4 sampai hari ke-10 dari masa laktasi dan kadar protein makin merendah sedangkan kadar karbohidrat dan lemak makin meninggi serta volume akan makin meningkat (Soetjiningsih,1997)

  c. ASI Matur

  ASI matur merupakan ASI yang disekresi pada hari ke 10 dan seterusnya, komposisi relatif konstan ( ada pula yang menyatakan bahwa komposisi ASI relative konstan baru mulai minggu ke 3 sampai minggu ke 5). Pada ibu yang sehat dimana roduksi ASI cukup, ASI ini merupakan makanan satu-satunya yang peling baik dan cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan. ASI matur merupakan cairan berwarna putih kekuning-kuningan yang diakobatkan warna dari garam CA-caseinat,riboflavin dan karoten yang terdapat di adalamnya, dan tidak menggumpal bila dipanaskan dan terdapat antimicrobial faktor antara lain: antibodi terhadap bekteri dan virus, sel (fagosit granulosit dan makrofag dan limfosit tipe T), enzim (lisozim, laktoperoksidase, lipase, katalase, fosfatase, amylase, fosfodiesterase, stafilokokus, komplemen (Soetjiningsih, 1997).

2.3 KOLOSTRUM

2.3.1 Pengertian Kolostrum

  Kolostrum adalah cairan pelindung yang kaya akan zat anti infeksi dan berprotein tinggi yang keluar dari hari pertama sampai hari keempat atau ketujuh setelah melahirkan (Roesli, 2004).

  Kolostrum (dari bahasa latin colostrum) atau jolong adalah susu yang dihasilkan oleh kelenjar susu dalam tahap akhir kehamilan dan beberapa hari setelah kelahiran bayi. Kolostrum manusia dan sapi warnanya kekuningan dan kental. Kolostrum penting bagi bayi mamalia (termasuk manusia) karena mengandung banyak gizi dan zat-zat pertahanan tubuh. Kolostrum (IgG) mengandung banyak karbohidrat, protein, dan antibodi, dan sedikit lemak (yang sulit dicerna bayi). Bayi memiliki sistem pencernaan kecil, dan kolostrum memberinya gizi dalam konsentrasi tinggi. Kolostrum juga mengandung zat yang mempermudah bayi buang air besar pertama kali, yang disebut meconium. Hal ini membersihkannya dari bilirubin, yaitu sel darah merah yang mati yang diproduksi ketika kelahiran.

  Kolostrum adalah cairan pertama yang disekresi oleh kelenjar payudara. persalinan komposisi kolostrum mengalami perubahan, kolostrum berwarna kuning keemasan yang disebabkan oleh tingginya komposisi lemak dan sel-sel hidup.

2.3.2 Kandungan Kolostrum

  Kolostrum mengandung zat kekebalan 10-17 kali lebih banyak dari susu matang (mature). Zat kekebalan yang terdapat pada ASI akan melindungi bayi dari penyakit diare. Kandungan dari kolostrum yaitu:

   Protein : 8,5%  Lemak : 2,5%  Karbohidrat : 3,5%  Garam dan Mineral : 0,4%  Air : 85,1%  Vitamin A,B,C,D,E, dan vitamin K dalam jumlah yang sangat sedikit  Leukosit (sel darah putih)  Sisa epitel yang mati. Kekebalan bayi akan bertambah dengan adanya kandungan zat-zat dan vitamin yang terdapat pada air susu ibu tersebut, serta volume kolostrum yang meningkat dan bertambah dengan adanya isapan bayi baru lahir setelah terus menerus. Hal ini yang mengharuskan bayi segera setelah lahir ditempelkan ke payudra ibu, agar bayi dapat sesering mungkin menyusui. Kandungan kolostrum inilah yang tidak diketahui ibu sehingga banyak ibu dimasa setelah persalinan tidak memberikan kolostrum kepada bayi baru lahir karena pengetahuan tentang kandungan kolostrum itu tidak ada.

  Menyusui merupakan proses yang cukup kompleks. Dengan mengetahui bagaimana payudara menghasilkan ASI akan sangat membantu para ibu mengerti proses kerja menyusui (Roesli, 2007). ASI diproduksi atas hasil kerja gabungan antara hormon dan refleks. Ketika bayi mulai mengisap ASI, akan terjadi dua refleks yang akan menyebabkan ASI keluar. Hal ini disebut dengan refleks pembentukan atau refleks prolaktin yang dirangsang oleh hormon prolaktin dan refleks pengeluaran ASI atau d isebut juga “let down” reflexs (Roesli, 2000). Refleks-refleks yang berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu

   Refleks prolaktin Hormon prolaktin memegang peranan untuk membuat kolostrum, namun jumlah kolostrum terbatas karena aktifitas prolaktin dihambat oleh estrogen dan progesterone yang kadarnya tinggi. Setelah melahirkan atau lepasnya plasenta maka korpus luteum tidak berfungsi dan estrogen dan progesterone akan berkurang. Rangsangan atau hisapan bayi akan merangsang ujung-ujung syaraf sensorik yang berfungsi sebagai reseptor mekanik, rangsangan ini akan berlanjut ke hypothalamus yang akan menekan pengeluaran faktor-faktor merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi membuat air susu. Pada ibu menyusui kadar prolaktin akan normal tiga bulan setelah melahirkan sampai penyapihan anak. Sedangkan pada ibu yang tidak menyusui kadar prolaktin akan normal pada minggu kedua sampai ketiga.

   Refleks Let Down Bersamaan dengan pembentukan prolaktin adenohypofise, rangsangan yang berasal dari hisapan bayi ada yang dilanjutkan ke neurohypofise yang kemudian mengeluarkan oksitosin yang menyebabkan kontraksi sel-sel miopitel. Pada saat bayi menghisap, ASI didalam sinus akan tertekan keluar kemulut bayi. Pelepasan dapat terjadi bila ibu mendengar bayi menangis atau sekedar memikirkan tentang bayinya (Pusdiknakes, 2003).

2.3.3 Manfaat Kolostrum

  Kolostrum sangat penting bagi pertahanan tubuh bayi karena kolostrum merupakan imunisasi pertama bagi bayi.

  Manfaat kolostrum antara lain (Utami Roesli, 2004).

  a.

  Membantu mengeluarkan mekonium dari usus bayi karena kolostrum merupakan pencahar (pembersih usus bayi) yang membersihkan mekonium sehingga mukosa usus bayi yang baru lahir segera bersih dan siap menerima ASI.

  Melindungi bayi dari diare karena kolostrum mengandung zat kekebalan tubuh 10-17 kali lebih banyak dibandingkan susu matang.

  c.

  Melawan zat asing yang masuk ke tubuh bayi d.

  Melawan infeksi penyakit oleh zat-zat kekebalan tubuh e. Menghalangi saluran pencernaan menghidrolisis (menguraikan) protein. f.

  Mengeluarkan kelebihan billirubin sehingga bayi tidak mengalami jaundice (kuning) dimana kolostrum mempunyai efek laktasif (Pencahar).

  g.

  Berperan dalam gerak peristaltik usus (garakan mendorong makanan).

  h.

  Menjaga keseimbangan cairan sel. i.

  Merangsang produksi susu matang (mature) j. Mencegah perkembangan kuman-kuman pathogen

2.4 LANGKAH-LANGKAH MENYUSUI

  1. Sebelumnya menyusui ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada puting dan di sekitar kalang payudara. Cara ini mempunyai manfaat sabagai desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu.

  2. Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara

  a. Ibu duduk atau berbaring dengan santai, bila duduk lebih baik menggunakan kursi yang rendah (agar kaki ibu tidak menggantung) dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi.

  b. Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan, kepala bayi terletak ditahan dengan telapak tangan).

  c. Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu, dan yang satu di depan. d.Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap payudara (tidak hanya membelokkan kepala bayi).

  e. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus. f. Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.

  3. Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain menopang di bawah, jangan menekan puting susu atau menekan kalang payudaranya saja.

  4. Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflex) dengan cara:

  a. Menyentuh pipi dengan putting susu b. Menyentuh sisi mulut bayi.

  5. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dan putting serta kalang payudara dimasukkan ke mulut bayi.

  a. Usahakan sebagian besar kalang payudara dapat masuk ke mulut bayi, sehingga puting susu berada di bawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak di bawah kalang payudara. Posisi yang salah, yaitu apabila bayi hanya mengisap pada putting susu saja, akan mengakibatkan masukan ASI yang tidak adekuat dan putting susu lecet.

  b. Setelah bayi mulai menghisap payudara tak perlu dipegang atau disangga lagi.

  6. Melepas isapan bayi dengan payudara yang satunya. Cara melepas isapan bayi: a. Jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut.

  b. Dagu bayi ditekan kebawah

  7.Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu dan di sekitar kalang payudara, biarkan kering dengan sendirinya.

  8. Menyendawakan bayi Tujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak muntah setelah menyusui. Cara menyendawakan bayi adalah: a. Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu, kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan.

  b. Bayi tidur tengkurap di pangkuan ibu kemudian punggungnya ditepuk perlahan- lahan.

2.5. WAKTU PEMBERIAN ASI

  Waktu memberikan ASI kolostrum yaitu setelah melakukan persalinan yaitu satu jam setelah persalinan. Perilaku seorang Ibu juga mempengaruhi dalam pemberian ASI Kolostrum terhadap bayinya. Perilaku merupakan faktor yang mempengaruhi kesehatan baik pada individu, kelompok maupun masyarakat (Notoatmodjo, 2003). Cara pemberian ASI terutama kolostrum secara baik dan benar akan menunjang laktasi berikutnya. Sebaliknya kegagalan memberikan kolostrum dimasa lalu serta mitos-mitos yang berlaku dimasyarakat akan mempengaruhi motivasi dalam diri si ibu secara sukarela dan penuh rasa percaya diri dan mampu menyusui bayinya begitu lahir. Pengetahuan tentang kolostrum, nasehat, penyuluhan, bacaan, pandangan dan nilai yang berlaku dimasyarakat akan membentuk pengetahuan ibu yang positif terhadap masalah pemberian kolostrum dan menyusui (Roesli, 2000).

  Oleh karena ibu-ibu kurang pengetahuan dan kurang diberi nasehat tentang pentingnya pemberian kolostrum, maka banyak ibu setelah bersalin tidak langsung memberikan kolostrum namun kebanyakan menunggu sampai berwarna putih dan yang cairan berwarna kuning dibuang.

2.6 PERSALINAN

  Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup, dari dalam uterus melalui vagina atau jalan lain ke dunia luar. Persalinan di bagi dua yaitu:

  1) Persalinan Normal

  Persalinan normal dilakukan lewat cara alami yaitu melalui vagina bisa menggunakan obat-obatan, biasanya penggunaannya diusahakan seminimal mungkin.

  Persalinan memicu kelenjar susu memproduksi kolostrum untuk dihasilkannya air susu. Selain itu, bayi yang lahir secara normal memillikidaya tahan tubuh terhadap alergi yang lebih tinggi dan resiko asma juga rendah.

  2) Persalinan Sectio Caesarea

  mengancam keselamatan ibu dan bayi. Indikasi-indikasi seperti minimnya cairan ketuban yang tersisa, bayi berada dalam posisi sungsang atau melintang, sementara bobot bayi terlalu besar, dan infeksi penyakit menular. Pemberian ASI kolostrum pada ibu dengan sectio caesarea kepada bayinya sangat rendah karena bayi yang dilahirkan dengan sectio caesarea dan ibu sadar dalam waktu 6

  • –8 jam namun tidak
semua bayi langsung diberi ASI kolostrum segera setelah ibu sadar tetapi diberi susu formula.