Perilaku Ibu Post Partum dalam Pemberian ASI Kolostrum di Rumah Sakit Martha Friska Brayan Tahun 2012

(1)

PERILAKU IBU POST PARTUM DALAM PEMBERIAN ASI

KOLOSTRUM DI RUMAH SAKIT MARTHA FRISKA BRAYAN

TAHUN 2012

SKRIPSI

MEILDA FITRI SITEPU 111121106

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

Judul : Judul : Perilaku Ibu Post Partum dalam Pemberian ASI Kolostrum di Rumah Sakit Martha Friska Brayan Tahun 2012

Nama Mahasiswa : Meilda fitri Sitepu

NIM : 111121106

Fakultas : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2012-2013

Abstrak

Kolostrum adalah cairan pertama yang disekresi oleh kelenjar payudara. Rendahnya pengetahuan ibu tentang ASI menyebabkan sikap ibu negatif terhadap ASI yaitu mereka berpendapat susu formula sama baiknya dengan ASI dan susu formula membuat bayi lebih sehat. Perilaku ibu post partum mempengaruhi pengetahuan, sikap, tindakan. Sikap kemampuan ibu post partum dalam menanggapi dan merespon pemberian kolostrum. Tindakan ibu post partum yang dinilai adalah perbuatan yang dilakukan secara langsung dalam pemberian asi kolostrum. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana perilaku ibu post partum dalam pemberian ASI kolostrum berdasarkan pengetahuan, sikap dan tindakan. Desain penelitian deskriptif dengan jumlah sampel 30 orang menggunakan tehnik pengambilan total sampling dengan menggunakan kuesioner untuk subvariabel pengetahuan dan sikap, untuk tindakan menggunakan observasi sebagai instrument penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan ibu post partum dalam pemberian ASI kolostrum cukup sebanyak 17 orang (56,7 %), sikap ibu post partum baik dalam pemberian ASI kolostrum sebanyak 18 orang (60%), dan tindakan ibu post partum baik karena langsung memberikan ASI kolestrum kepada bayinya sebanyak 16 orang (53,3%). Pengetahuan akan menimbulkan suatu sikap, baik sikap positif maupun negatif dalam diri seseorang, dengan berkembangnya intelegensi, bertambahnya pengalaman,sejalan dengan bertambahnya usia dan dari objek tersebut dapat terbentuk sikap tersendiri pula, dan tindakan yang akan diambil mempengaruhi pengalaman yang didapatkan.Tenaga kesehatan diharapkan dapat mengembangkan bentuk pendidikan kesehatan yang lebih efektif dan bekerjasama dengan berbagai pihak dengan memberikan penyuluhan tentang Kolostrum.


(4)

PRAKATA

Segala Puji dan Syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Perilaku Ibu Post Partum dalam Pemberian ASI Kolostrum di Rumah Sakit Martha Friska Brayan Tahun 2012”.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah memfasilitasi terlaksananya proses pendidikan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

2. Erniyati, S.Kp, MNS, selaku Pembantu Dekan 1 di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Siti Saidah Nasution, S.Kp. M.Kep, Sp.Mat, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak membimbing dengan penuh perhatian dan cermat sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

4. Nur Afi Darti, S.Kp. Ns. M.Kep, selaku dosen penguji 1 skripsi di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

5. Nur Asnah, S.Kep. Ns. M.Kep, sebagai dosen penguji 2 skripsi di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.


(5)

6. Seluruh Staf dan Dosen Pengajar di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah membantu selama proses pendidikan.

7. Teristimewa buat orang tua tercinta serta semua keluargaku yang telah banyak memberikan dorongan baik moril, maupun material serta semangat dan doa dalam menyusun skripsi ini.

8. Rekan-rekan Mahasiswa Ekstensi B stambuk 2011 di Fakultas Keperawatan USU terutama untuk (Adel, Reni, Iren, Berliana, Erni) sahabat saya semoga kita menjadi sahabat selamanya dan terima kasih buat masukan/ sarannya dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga segala bantuan, kebaikan dan dukungan yang telah diberikan kepada peneliti mendapatkan berkat melimpah dari Tuhan Yang Maha Pengasih.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih membutuhkan kritik dan saran untuk kesempurnaan. Sehingga dapat memberikan manfaat untuk keperawatan maternitas.

Medan, Februari 2013

Meilda Fitri Sitepu NIM 11121106


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

PRAKATA ... iii

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 6

1.3 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku ... 9

2.1.1 Pengertian ... 9

2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku ... 10

2.2 ASI ... 14

2.2.1 Pengertian ASI ... 14

2.2.2 Kandungan ASI ... 15

2.2.3 Manfaat ASI ... 16

2.2.4 Komposisi ASI ... 18

2.2.5 Air Susu Ibu Menurut Stadium Laktasi ... 19

2.3 Kolostrum ... 21

2.3.1 Pengertian Kolostrum ... 21

2.3.2 Kandungan Kolostrum ... 22

2.3.3 Manfaat Kolostrum ... 24

2.4 Langkah-langkah Menyusui ... 25


(7)

2.6 Persalinan ... 28

2.6.1 Persalinan Normal ... 29

2.6.2 Persalinan Sectio Caesarea ... 29

BAB III KERANGKA PENELITIAN 3.1 Kerangka Konsep ... 30

3.2 Definisi Operasional ... 31

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1Desain Penelitian ... 33

4.2Populasi dan Sampel dan Tehnik Sampling... 33

4.2.1 Populasi ... 33

4.2.2 Sampel ... 33

4.2.3 Tehnik Sampling ... 31

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 34

4.4 Pertimbangan Etik ... 34

4.5 Instrumen Penelitian dan PengukuranValiditas-Realibilitas ... 35

4.5.1 Instrumen Penelitian ... 35

4.5.2 Pengukuran Validitas ... 35

4.5.3 Pengukuran Realibilitas ... 36

4.6 Rencana Pengumpulan Data ... 36

4.7 Aspek Penilaian ... 36

4.7.1 Aspek Pengukuran Pengetahuan ... 36

4.7.2 Aspek Pengukuran Sikap ... 37

4.7.3 Aspek Pengukuran Tindakan ... 38

4.8 Pengolahan dan Analisa Data... 39


(8)

4.8.2 Analisa Data ... 39

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian ... 40

5.2 Karakteristik Responden ... 40

5.3 Pengetahuan Ibu Post Partum dalam Pemberian ASI Kolostrum ... 42

5.4 Sikap Ibu Post Partum dalam Pemberian ASI Kolostrum ... 43

5.5 Tindakan Ibu Post Partum dalam Pemberian ASI Kolostrum ... 44

5.6 Pembahasan ... 45

5.6.1 Pengetahuan Ibu Post Partum dalam Pemberian ASI Kolostrum ... 45

5.6.2 Sikap Ibu Post Partum dalam Pemberian ASI Kolostrum ... 47

5.6.3 Tindakan Ibu Post Partum dalam Pemberian ASI Kolostrum ... 48

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan ... 50

6.2 Rekomendasi ... 51

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN:

Informed Consent

Instrumen Penelitian Data Demografi Instrumen Penelitian

Reliabelity dan Master Tabel Rencana Anggaran Biaya Penelitian


(9)

Lembar Bukti Bimbingan

DAFTAR TABEL

Tabel 5.2. Distribusi frekuensi, persentase berdasarkan data demografi ibu post partum dalam pemberian ASI kolostrum di Rumah Sakit Martha Friska Brayan tahun 2012

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Ibu Post Partum dalam Pemberian ASI Kolostrum di Rumah Sakit Martha Friska Brayan Tahun 2012

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi berdasarkan sikap ibu post partum dalam pemberian ASI kolostrum di Rumah Sakit Martha Friska Brayan Tahun 2012. Tabel 5.5 Distribusi frekuensi berdasarkan tindakan ibu post partum dalam pemberian ASI kolostrum di Rumah Sakit Martha Friska Brayan Tahun 2012


(10)

Judul : Judul : Perilaku Ibu Post Partum dalam Pemberian ASI Kolostrum di Rumah Sakit Martha Friska Brayan Tahun 2012

Nama Mahasiswa : Meilda fitri Sitepu

NIM : 111121106

Fakultas : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2012-2013

Abstrak

Kolostrum adalah cairan pertama yang disekresi oleh kelenjar payudara. Rendahnya pengetahuan ibu tentang ASI menyebabkan sikap ibu negatif terhadap ASI yaitu mereka berpendapat susu formula sama baiknya dengan ASI dan susu formula membuat bayi lebih sehat. Perilaku ibu post partum mempengaruhi pengetahuan, sikap, tindakan. Sikap kemampuan ibu post partum dalam menanggapi dan merespon pemberian kolostrum. Tindakan ibu post partum yang dinilai adalah perbuatan yang dilakukan secara langsung dalam pemberian asi kolostrum. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana perilaku ibu post partum dalam pemberian ASI kolostrum berdasarkan pengetahuan, sikap dan tindakan. Desain penelitian deskriptif dengan jumlah sampel 30 orang menggunakan tehnik pengambilan total sampling dengan menggunakan kuesioner untuk subvariabel pengetahuan dan sikap, untuk tindakan menggunakan observasi sebagai instrument penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan ibu post partum dalam pemberian ASI kolostrum cukup sebanyak 17 orang (56,7 %), sikap ibu post partum baik dalam pemberian ASI kolostrum sebanyak 18 orang (60%), dan tindakan ibu post partum baik karena langsung memberikan ASI kolestrum kepada bayinya sebanyak 16 orang (53,3%). Pengetahuan akan menimbulkan suatu sikap, baik sikap positif maupun negatif dalam diri seseorang, dengan berkembangnya intelegensi, bertambahnya pengalaman,sejalan dengan bertambahnya usia dan dari objek tersebut dapat terbentuk sikap tersendiri pula, dan tindakan yang akan diambil mempengaruhi pengalaman yang didapatkan.Tenaga kesehatan diharapkan dapat mengembangkan bentuk pendidikan kesehatan yang lebih efektif dan bekerjasama dengan berbagai pihak dengan memberikan penyuluhan tentang Kolostrum.


(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Air susu Ibu (ASI) merupakan pemberian air susu kepada bayi yang langsung berasal dari kelenjar payudara ibu. ASI merupakan makanan yang paling mudah dicerna dan yang terbaik bagi bayi karena dapat memenuhi seluruh kebutuhan zat gizi untuk tumbuh dan berkembang menjadi anak yang sehat dan cerdas. ASI adalah emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa, dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, yang berguna sebagai makanan yang utama bagi bayi (Roesli, 2000).

Angka kematian bayi di Indonesia masih tinggi. Kemenkes RI mengungkapkan kematian bayi di Indonesia, antara lain karena berat bayi lahir rendah (29%), asfiksia (27%), tetanus dan infeksi (15%), masalah pemberian minum (10%), masalah hematologi (6%), diare serta pneumonia (13%) (Depkes RI, 2008).

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesda, 2008) yang dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan pada tahun 2007 menunjukkan bahwa kematian terbanyak pada kelompok bayi 0-6 hari didominasi oleh gangguan/kelainan


(12)

pada kelompok 7-28 hari yaitu sepsis (20,5%), malformasi kongenital (18,1%) dan pnemonia (15,4%). Kematian bayi pada kelompok 29 hari–11 bulan yaitu diare (31,4%), pnemonia (23,8) dan meningitis/ensefalitis (9,3%).

Angka kematian bayi di Sumatera Utara tahun 2007 yaitu 46 %, angka kematian balita 67 % dan dengan harapan hidup tahun 2010 yaitu 69,5 %. Penemuan kasus diare di Sumatera Utara diperkirakan di fasilitas kesehatan ialah 549.038 kasus sedangkan yang ditangani ialah 26,9 % (Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007).

Besarnya angka kematian bayi karena diare salah satunya disebabkan proses pemberian ASI dalam 60 menit pertama tidak terlaksana. Perilaku ibu dalam pemberian ASI yang tidak terlaksana dengan baik dipengaruhi dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI terdiri dari pengetahuan, sikap dan tindakan ibu dalam pemberian ASI tersebut. Pengetahuan ialah hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu, pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Pengetahuan ibu tentang ASI dipengaruhi oleh umur, pendidikan, sosial ekonomi, psikososial dengan melihat lingkungan sekitarnya, proses pemberian ASI mempunyai pengaruh emosional yang luar biasa terhadap hubungan batin ibu dan bayi dalam perkembangan jiwa bayi dan tidak kalah menarik, pemberian ASI dinyatakan lebih menguntungkan secara ekonomis dibanding pemberian susu formula tidak heran bila Pemerintah Indonesia kerap mencanangkan program-program yang bertujuan untuk mendukung keberhasilan proses pemberian ASI (Wahab, 2002).


(13)

Pendapat para ahli yang lain juga mengatakan bahwa produksi ASI akan meningkat bila pada wanita muda yang pada umumnya menyusui atau memerah ASI delapan kali dalam 24 jam, hal tersebut akan menjaga produksi ASI tetap tinggi dan semakin sering memberikan ASI kepada bayi atau semakin sering menyusui bayi, dimana rata-rata 10-12 kali dalam 12 jam bahkan lebih akan meningkatkan produksi ASI dan disebut juga dengan menyusui on-demand yang artinya kapanpun bayi meminta (akan lebih banyak dari rata-rata) merupakan cara terbaik untuk menjaga produksi ASI tetap tinggi dan bayi tetap kenyang. Berdasarkan penelitian La ode tahun 2011 di Desa Tridana Mulya, faktor penghambat pemberian ASI dari usia 0-6 bulan ialah ibu yang tidak mengerti tentang kolostrum yaitu ASI yang pertama kali keluar, kurangnya informasi tentang ASI kolostrum sehingga mereka tidak memberikannya pada bayi mereka.

Rendahnya pengetahuan ibu tentang ASI menyebabkan sikap ibu negatif terhadap ASI yaitu mereka berpendapat susu formula sama baiknya dengan ASI dan susu formula membuat bayi lebih sehat. Padahal faktanya tidak ada cairan apapun yang dapat menggantikan ASI dan hanya ASI yang dibutuhkan oleh bayi sejak usia 0 - 6 bulan, promosi susu formula yang begitu gencar di masyarakat membuat para ibu-ibu lebih memilih susu botol dari pada memberikan ASI (Kompas, 2008). Selain itu adanya kecenderungan dari masyarakat untuk meniru sesuatu yang dianggap modern yang datang dari negara yang telah maju atau dari kota besar, yaitu memberikan susu formula pada bayi (Soetjiningsih, 1997). Penelitian di Jakarta


(14)

mengkonsumsi susu formula sebesar 3,4% dan kerugian lain menurunnya tingkat kekebalan terhadap asma dan alergi (Dwinda, 2006).

Kurangnya informasi tentang ASI khususnya kolostrum menyebabkan ibu-ibu mempercayai mitos - mitos yang mempengaruhi masyarakat yaitu ASI yang keluar pertama kali itu kotor harus dibuang karena berbahaya bagi bayi. ASI tersebut basi dan dapat menyebabkan diare pada bayi. Bahkan banyak ibu yang mengatakan bila ASI tidak keluar maka untuk memenuhi nutrisi, bayinya diberi susu formula (Kompas, 2008).

Pada prakteknya pemberian ASI tidak pada usia 0-6 bulan. Hal tersebut didukung oleh penelitian Erwin dan Dodik di Bogor tahun 2007, Ibu yang menerima keberlanjutan ASI eksklusif sampai umur 6 bulan hanya 12,2% dan yang tidak menerima keberlanjutan ASI ekslusif yaitu 87,8%. Pengetahuan yang rendah dan sikap yang negatif tentang ASI kolostrum mengakibatkan ASI kolostrum tersebut dibuang padahal ASI kolostrum tersebut sangat baik untuk bayi.

Ibu wajib memberi ASI pada jam pertama setelah persalinan pada bayi agar bayi dapat merasakan manfaat ASI kolostrum. Hal tersebut sejalan dengan kegiatan 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui pada Pekan ASI sedunia tahun 2010 yang mengangkat tema “Menyusui : Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui” dan slogan Sayang Bayi, Beri ASI, yaitu mewajibkan ibu mulai menyusui bayinya dalam 60 menit setelah dilahirkan dan sampai bayi berusia 6 bulan maka setelah persalinan bayi wajib diberi ASI dalam waktu kurang dari 1 jam. Penyelenggaraan pekan ASI sedunia dimaksudkan agar setiap negara, secara terus


(15)

menerus bersama-sama melaksanakan upaya-upaya yang nyata untuk membantu ibu agar berhasil menyusui (Warta Yanmed, 2010).

Salah satu strategi utama untuk memenuhi kecukupan gizi, mencegah penyakit dan kematian akibat penyakit infeksi (diare) pada tahun-tahun awal kehidupan ialah dengan cara pemberian ASI kolostrum pada bayi. ASI kolostrum ialah ASI yang dihasilkan pada hari pertama sampai hari ketiga setelah bayi lahir. ASI kolostrum berfungsi sebagai pembersih selaput usus bayi baru lahir sehingga saluran pencernaan siap untuk menerima makanan dan melindungi saluran pencernaan dari penyakit infeksi seperti diare (Ambarwati dan Wulandari, 2009). Hal tersebut didukung oleh penelitian Winda Wijayanti tahun 2010 di Puskesmas Gilingan Kecamatan Banjarsari Surakarta menyatakan pemberian ASI secara dini dan eksklusif sekurang - kurangnya 4 - 6 bulan akan membantu mencegah kejadian diare pada bayi.

Dari survey awal yang peneliti lakukan di Rumah Sakit Martha Friska Brayan, peneliti melihat bahwa ibu-ibu post partum normal dan section caesarea banyak yang tidak menyusui bayinya pada jam pertama. Ibu wajib menyusui bayi pada jam-jam pertama kelahiran, karena ASI kolostrum sangat penting karena mengandung antibody lebih banyak dari ASI biasa dan melindungi saluran pencernaan dari penyakit infeksi seperti di. Komposisi zat-zat gizi di dalam ASI secara optimal mampu menjamin pertumbuhan bayi. Komposisi gizi ASI yang paling baik adalah pada tiga hari pertama setelah lahir yang dinamakan kolostrum adalah susu yang


(16)

dihasilkan oleh kelenjar susu dalam tahap akhir kehamilan dan beberapa hari setelah kelahiran bayi (Widjaja, 2004).

Pemberian ASI pada bayi pada satu jam pertama (kolostrum) sangatlah penting. Sentuhan kulit antara ibu dan bayi saat pertama kali bayi lahir, merupakan faktor penting dalam proses menyusui setelah bayi dilahirkan. Selama proses ini, bayi akan tetap hangat dan memastikan bayi memperoleh kolostrum, yang secara medis terbukti memberikan daya tahan yang luar biasa pada tubuh bayi (Pambagio, 2007).

Di Rumah Sakit Martha Friska Brayan jumlah ibu melahirkan tahun 2011 berjumlah 230 orang, pada bulan Maret 2012 berjumlah 39 orang, dari survey yang dilakukan bahwa masih banyak ibu yang tidak memberikan ASI kolostrum kepada bayinya karena rendahnya tingkat pengetahuan ibu mengenai ASI kolostrum.

Berdasarkan data di atas, masih banyak ibu post partum yang belum mengetahui perilaku dalam pemberian ASI kolostrum dan penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Perilaku Ibu Post Partum dalam Pemberian ASI Kolostrum di Rumah Sakit Martha Friska Brayan.

1.2Tujuan Penelitian A. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran perilaku ibu post partum dalam pemberian ASI kolostrum di Rumah Sakit Martha Friska Brayan tahun 2012.


(17)

a. Untuk mengetahui pengetahuan ibu post partum tentang pemberian ASI kolostrum

b. Untuk mengetahui sikap ibu post partum tentang pemberian ASI kolostrum c. Untuk mengetahui Tindakan ibu post partum tentang pemberian ASI

kolostrum

1.3Manfaat Penelitian A. Bagi Peneliti

Penelitian ini sebagai dasar untuk menerapkan ilmu yang telah didapatkan dan untuk lebih mengetahui perilaku ibu post partum dalam pemberian ASI kolostrum

B. Bagi Tenaga Kesehatan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada tenaga kesehatan sebagai informasi mengenai perilaku ibu post partum dalam pemberian ASI kolostrum sehingga lebih mendorong pemberian ASI kolostrum pada bayi

C. Bagi Klien atau Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang perilaku ibu post partum dalam pemberian ASI kolostrum

D. Bagi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi atau sebagai tambahan ilmu pengetahuan dan hasil penelitian diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi penelitian-penelitian selanjutnya.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Konsep Perilaku 2.1.1 Pengertian

Menurut Skinner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku adalah respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons (Notoatmodjo, 2007).

Menurut Notoatmodjo (2007) perilaku adalah totalitas dari penghayatan dan aktivitas yang memengaruhi perhatian, pengamatan, pikiran dan daya ingat dan fantasi seseorang. Meskipun perilaku adalah totalitas respon, namun semua respons juga sangat tergantung pada karekteristik seseorang.

Menurut Briawan (2007) perilaku adalah reaksi manusia akibat kegiatan kognitif, afektif, dan psikomotor yang saling berkaitan. Jika salah satu aspek mengalami hambatan, maka aspek perilaku juga terganggu.

Menurut Bahiyatun (2009) perilaku adalah interelasi stimulus eksternal dengan stimulus internal yang memmberikan respons eksternal. Stimulus internal adalah stimulus-stimulus yang berkaitan dengan kebutuhan fisik dan psikologis. Adapun stimulus eksternal segala macam reaksi seseorang akibat faktor luar diri atau dari lingkungan


(19)

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, maka secara umum disimpulkan bahwa perilaku adalah penghayatan dan reaksi seseorang terhadap stimulus internal dan eksternal yang diproses melalui kognitif, afektif dan motorik.

2.1.2 Faktor yang mempengaruhi perilaku

Terdapat 3 faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang yaitu:

1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, da ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmojo, 2007). Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yaitu:

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” adalah tingkat pengetahuan yang paling rendah. b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar.


(20)

c. Aplikasi ( Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi rill (sebenarnya).

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2003).

2. Sikap

Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya). Campbell (1950)


(21)

mendefinisikan bahwa sikap itu suatu sindroma atau kumpulan gejala dalam merespons stimulus atau objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan yang lain. Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan. Seperti halnya pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkat-tingkat berdasarkan intensitasnya, sebagai berikut: a. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau menerima stimulus yang diberikan (objek).

b. Menanggapi (Responding)

Menanggapi di sini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.

c. Menghargai (Valuing)

Menghargai diartikan subjek, atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain dan bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespon. d. Bertanggung jawab (Responsible)

Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya, dia harus berani mengambil resiko bila ada orang lain yang mencemoohkan atau adanya risiko lain (Notoadmodjo, 2005).


(22)

3. Tindakan atau Praktik

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Praktik ini mempunyai beberapa tingkatan yaitu:

a. Persepsi (Perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah praktik tingkat pertama.

b. Respon terpimpin (Guided Response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indicator praktik tingkat dua.

c. Mekanisme (Mechanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga.

d. Adopsi (Adoption)

Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu udah dimodifikasikannya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut (Notoatmodjo, 2007).


(23)

Penelitian Rogers mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru) di dalam dirinya tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:

1. Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus

2. Interest (merasa tertarik) terhadap atau objek tersebut. Di sini sikap subjek sudah mulai timbul

3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulasi tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi

4. Trial ialah dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus

5. Adoption ialah dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus (Notoatmodjo, 2003).

2.1 ASI

2.2.1 Pengertian ASI

ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu sebagai makanan utama bagi bayi (Ambarwati & Wulandari, 2009). ASI adalah makanan terbaik yang harus diberikan kepada bayi karena didalamnya terkandung hampir semua zat gizi yang dibutuhkan oleh bayi. ASI merupakan pilihan terbaik bagi bayi karena


(24)

didalamnya mengandung antibody dan lebih dari 100 jenis zat gizi yaitu AA, DHA, taurin dan spingomyelin (Yuliarti, 2010).

ASI adalah sebuah cairan tanpa tanding ciptaan Allah yang memenuhi kebutuhan gizi bayi dan melindunginya dalam melawan kemungkinan serangan penyakit. Keseimbangan zat-zat gizi dalam air susu ibu berada pada tingkat terbaik dan air susunya memiliki bentuk paling baik bagi tubuh bayi yang masih muda. Pada saat yang sama ASI juga sangat kaya akan sari-sari makanan yang mempercepat pertumbuhan sel-sel otak dan perkembangan sistem saraf (Yahya, 2007).

2.1.2 Kandungan Asi

Banyak sekali zat gizi yang ada dalam ASI sehingga ASI tersebut tidak boleh dilewatkan. Kandungan yang terdapat di dalam ASI antara lain

1. ASI mengandung 88,1 % air sehingga ASI yang diminum bayi selama pemberian ASI esklusif sudah cukupi kebutuhan bayi dan sesuai dengan kesehatan bayi. Bayi baru lahir yang hanya mendapat sedikit ASI pertama (kolostrum) tidak memerlukan tambahan cairan karena bayi dilahirkan dengan cukup cairan di dalam tubuhnya. ASI dengan kandungan air yang tinggi biasanya akan keluar pada hari ketiga atau keempat.

2. ASI mengandung bahan larut yang rendah. Bahan larut tersebut terdiri dari 3,8% lemak, 0,9% protein, 7% laktosa, dan 0,2 % bahan-bahan lain. Salah satu fungsi utama air adalah untuk menguras kelebihan bahan-bahan larut melalui air seni. Zat-zat yang dapat larut (misalnya sodium, potassium, nitrogen, dan klorida)


(25)

disebut sebagai bahan-bahan larut. Ginjal bayi yang pertumbuhannya belum sempurna hingga usia 3 bulan mampu mengeluarkan kelebihan bahan lerut lewat air seni untuk menjaga keseimbangan kimiawi di dalam tubuhnya karena ASI mengandung banyak air seperti layaknya anak-anak atau orang dewasa (Yuliarti, 2010)

2.2.3 Manfaat ASI a. Bagi Bayi

Komposisi ASI dan berbagai faktor pertumbuhan yang ada didalam ASI sangat menentukan proses pertumbuhan dan jaringan otak bayi. Oleh karena itu, penting untuk mempertimbangkan manajemen pemberiannya. ASI adalah makanan alamiah yang disediakan untuk bayi dengan komposisi nutrisi yang sesuai untuk perkembangan bayi sehat.

Suatu penelitian di Denmark menemukan bahwa bayi yang diberikan ASI sampai lebih dari sembilan bulan akan menjadi dewasa yang lebih cerdas. Hal ini diduga karena ASI mengandung DHA/AA. ASI juga bisa menurunkan risiko diare, infeksi saluran nafas bagian bawah, infeksi saluran kencing, dan juga bisa menurunkan resiko kematian bayi mendadak. Pada umur enam sampai dua belas bulan, ASI masih merupakan makanan utama bayi karena mengandung lebih dari 60 persen kebutuhan bayi, ASI mengurangi risiko infeksi lambung-usus, sembelit, dan alergi.


(26)

b. Bagi Ibu

Sekian lama masyarakat hanya tahu manfaat pemberian ASI untuk bayi. Padahal ibu juga banyak mendapat manfaat. Beberapa ahli mengatakan bahwa terjadinya kanker payudara pada wanita menyusui sangat rendah. Selain itu, memberikan ASI segera setelah melahirkan akan meningkatkan kontraksi rahim yang berarti mengurangi risiko perdarahan, membantu memperkecil ukuran rahim ke ukuran sebelum hamil, membakar kalori sehingga membantu penurunan berat badan lebih cepat. ASI lebih hemat waktu karena tidak perlu menyiapkan dan mensterilkan botol susu, dot, dan sebagainya, ASI lebih murah karena ibu tidak harus selalu membeli susu kaleng perlengkapannya. ASI selalu bebas kuman, sementara campuran susu formula belum tentu steril. Penelitian media juga menunjukkan bahwa perempuan yang menyusui bayinya mendapat manfaat fisik dan manfaat emosional.

c. Bagi Keluarga

ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang seharusnya digunakan untuk membeli susu formula dapat digunakan untuk keperluan lain, kebahagiaan keluarga bertambah, karena kelahiran lebih jarang, sehingga suasana kejiwaan ibu baik dan dapat mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga, menyusui sangat praktis, karena dapat diberikan dimana saja dan kapan saja. Keluarga tidak repot menyiapkan air masak, botol dan dot yang harus dibersihkan serta minta pertolongan orang lain (Eny dan Diah, 2009).


(27)

d. Bagi Negara

Semakin banyak ibu menyusui, negara semakin menghemat biaya subsidi untuk perawatan anak sakit dan pemakaian obat-obatan. Angka kematian bayi juga berkurang karena pemberian ASI. Negara juga menghemat biaya kontrasepsi karena ibu yang memberi ASI tertunda kesuburannya sehingga orang yang menggunakan alat kontrasepsi tidak terlalu banyak. Manfaat lainnya negara berhemat dari biaya membeli alias mengimpor susu formula dan perlengkapan menyusui, Menyusui juga akan mengurangi polusi karena penggunaan susu formula menghasilkan sampah kaleng, plastik, kardus, dan sebagainya, sedangkan ASI tidak menghasilkan sampah apapun. Yang paling penting, jika sebagian besar anak Indonesia minum ASI, negara diuntungkan karena memiliki generasi muda yang sehat dan pintar lebih baik lagi karena mereka dididik oleh kasih sayang ibunya dengan lebih intensif (Budiasih, 2006).

2.2.4 Komposisi ASI a. Protein

ASI mengandung alfa-laktalbumin, asam amino, esensial, taurin yang tinggi, kadar sistin tinggi, kadar poliamin dan nukleotid yang penting untuk sintesi sedangkan kadar metiolin rendah, kadar tirosin dan penilalin yang rendah.

b. Karbohidrat


(28)

c. Lemak

Bentuk emulsi lebih sempurna, kadar asam lemak tak-jenuh dalam ASI 7-8 kali lebih besar daripada susu sapi, kolestrol diperlukan untuk mielinisasi saraf pusat dan diperkirakan juga berfungsi dalam pembentukan enzim.

d. Mineral

ASI mengdung mineral lengkap, total mineral dalam masa laktasi konstan, Fe dan Ca paling stabil tidak dipengaruhi diet ibu, garam organic yang terdapat didalam ASI, terutama kalsium, kalium, serta natrium dari asam klorida dan fosfat.

e. Air

Kira-kira 88% ASI terdiri dari air yang berguna untuk melarutkan zat-zat ayang terdapat didalamnya yang sekaligus juga dapat meredakan rangsangan haus bayi.

f. Vitamin

Kandungna vitamin dalam ASI yang lengkap dan cukup yaitu vitamin A, C dan D (Bahiyatun, 2008).

2.2.5 Air Susu Ibu Menurut Stadium Laktasi a. Kolostrum

Kolostrum ialah asi berwarna kuning jernih dengan protein berkadar tinggi dan mengndung immunoglobulin, laktoferin, ion-ion (Na, Ca, K, Zn, Fe) vitamin (A, E, K, dan D), lemak dan rendah laktosa dan pengeluaran kolostrum berlangsung sekitar dua tiga hari dan diikuti ASi yang mulai berwarna putih (Manuaba, 1998)


(29)

b. ASI Transisi/Peralihan

ASI transisi / peralihan ialah ASI peralihan dari kolostrum sampai menjadi ASI yang matur yang disekresi dari hari ke-4 sampai hari ke-10 dari masa laktasi dan kadar protein makin merendah sedangkan kadar karbohidrat dan lemak makin meninggi serta volume akan makin meningkat (Soetjiningsih,1997)

c. ASI Matur

ASI matur merupakan ASI yang disekresi pada hari ke 10 dan seterusnya, komposisi relatif konstan ( ada pula yang menyatakan bahwa komposisi ASI relative konstan baru mulai minggu ke 3 sampai minggu ke 5). Pada ibu yang sehat dimana roduksi ASI cukup, ASI ini merupakan makanan satu-satunya yang peling baik dan cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan. ASI matur merupakan cairan berwarna putih kekuning-kuningan yang diakobatkan warna dari garam CA-caseinat,riboflavin dan karoten yang terdapat di adalamnya, dan tidak menggumpal bila dipanaskan dan terdapat antimicrobial faktor antara lain: antibodi terhadap bekteri dan virus, sel (fagosit granulosit dan makrofag dan limfosit tipe T), enzim (lisozim, laktoperoksidase, lipase, katalase, fosfatase, amylase, fosfodiesterase, alkalinfosfatase), protein (laktoferin,B12 biding protein), resistance factor terhadap stafilokokus, komplemen (Soetjiningsih, 1997).


(30)

2.3 KOLOSTRUM

2.3.1 Pengertian Kolostrum

Kolostrum adalah cairan pelindung yang kaya akan zat anti infeksi dan berprotein tinggi yang keluar dari hari pertama sampai hari keempat atau ketujuh setelah melahirkan (Roesli, 2004).

Kolostrum (dari bahasa latin colostrum) atau jolong adalah susu yang dihasilkan oleh kelenjar susu dalam tahap akhir kehamilan dan beberapa hari setelah kelahiran bayi. Kolostrum manusia dan sapi warnanya kekuningan dan kental. Kolostrum penting bagi bayi mamalia (termasuk manusia) karena mengandung banyak gizi dan zat-zat pertahanan tubuh. Kolostrum (IgG) mengandung banyak karbohidrat, protein, dan antibodi, dan sedikit lemak (yang sulit dicerna bayi). Bayi memiliki sistem pencernaan kecil, dan kolostrum memberinya gizi dalam konsentrasi tinggi. Kolostrum juga mengandung zat yang mempermudah bayi buang air besar pertama kali, yang disebut meconium. Hal ini membersihkannya dari bilirubin, yaitu sel darah merah yang mati yang diproduksi ketika kelahiran.

Kolostrum adalah cairan pertama yang disekresi oleh kelenjar payudara. Kolostrum adalah ASI stadium I dari hari pertama sampai hari keempat setelah persalinan komposisi kolostrum mengalami perubahan, kolostrum berwarna kuning keemasan yang disebabkan oleh tingginya komposisi lemak dan sel-sel hidup.


(31)

2.3.2 Kandungan Kolostrum

Kolostrum mengandung zat kekebalan 10-17 kali lebih banyak dari susu matang (mature). Zat kekebalan yang terdapat pada ASI akan melindungi bayi dari penyakit diare. Kandungan dari kolostrum yaitu:

 Protein : 8,5%

 Lemak : 2,5%

 Karbohidrat : 3,5%

 Garam dan Mineral : 0,4%

 Air : 85,1%

 Vitamin A,B,C,D,E, dan vitamin K dalam jumlah yang sangat sedikit

 Leukosit (sel darah putih)

 Sisa epitel yang mati.

Kekebalan bayi akan bertambah dengan adanya kandungan zat-zat dan vitamin yang terdapat pada air susu ibu tersebut, serta volume kolostrum yang meningkat dan bertambah dengan adanya isapan bayi baru lahir setelah terus menerus. Hal ini yang mengharuskan bayi segera setelah lahir ditempelkan ke payudra ibu, agar bayi dapat sesering mungkin menyusui. Kandungan kolostrum inilah yang tidak diketahui ibu sehingga banyak ibu dimasa setelah persalinan tidak memberikan kolostrum kepada bayi baru lahir karena pengetahuan tentang kandungan kolostrum itu tidak ada.


(32)

Menyusui merupakan proses yang cukup kompleks. Dengan mengetahui bagaimana payudara menghasilkan ASI akan sangat membantu para ibu mengerti proses kerja menyusui (Roesli, 2007). ASI diproduksi atas hasil kerja gabungan antara hormon dan refleks. Ketika bayi mulai mengisap ASI, akan terjadi dua refleks yang akan menyebabkan ASI keluar. Hal ini disebut dengan refleks pembentukan atau refleks prolaktin yang dirangsang oleh hormon prolaktin dan refleks pengeluaran ASI atau disebut juga “let down” reflexs (Roesli, 2000).

Refleks-refleks yang berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu

Refleks prolaktin

Hormon prolaktin memegang peranan untuk membuat kolostrum, namun jumlah kolostrum terbatas karena aktifitas prolaktin dihambat oleh estrogen dan progesterone yang kadarnya tinggi. Setelah melahirkan atau lepasnya plasenta maka korpus luteum tidak berfungsi dan estrogen dan progesterone akan berkurang. Rangsangan atau hisapan bayi akan merangsang ujung-ujung syaraf sensorik yang berfungsi sebagai reseptor mekanik, rangsangan ini akan berlanjut ke hypothalamus yang akan menekan pengeluaran faktor-faktor yang menghambat sekresi prolaktin sehingga keluar prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi membuat air susu. Pada ibu menyusui kadar prolaktin akan normal tiga bulan setelah melahirkan sampai penyapihan anak. Sedangkan pada ibu yang tidak menyusui kadar prolaktin akan normal pada minggu kedua sampai ketiga.


(33)

Refleks Let Down

Bersamaan dengan pembentukan prolaktin adenohypofise, rangsangan yang berasal dari hisapan bayi ada yang dilanjutkan ke neurohypofise yang kemudian mengeluarkan oksitosin yang menyebabkan kontraksi sel-sel miopitel. Pada saat bayi menghisap, ASI didalam sinus akan tertekan keluar kemulut bayi. Pelepasan dapat terjadi bila ibu mendengar bayi menangis atau sekedar memikirkan tentang bayinya (Pusdiknakes, 2003).

2.3.3 Manfaat Kolostrum

Kolostrum sangat penting bagi pertahanan tubuh bayi karena kolostrum merupakan imunisasi pertama bagi bayi.

Manfaat kolostrum antara lain (Utami Roesli, 2004).

a. Membantu mengeluarkan mekonium dari usus bayi karena kolostrum merupakan pencahar (pembersih usus bayi) yang membersihkan mekonium sehingga mukosa usus bayi yang baru lahir segera bersih dan siap menerima ASI.

b. Melindungi bayi dari diare karena kolostrum mengandung zat kekebalan tubuh 10-17 kali lebih banyak dibandingkan susu matang.

c. Melawan zat asing yang masuk ke tubuh bayi

d. Melawan infeksi penyakit oleh zat-zat kekebalan tubuh


(34)

f. Mengeluarkan kelebihan billirubin sehingga bayi tidak mengalami jaundice (kuning) dimana kolostrum mempunyai efek laktasif (Pencahar).

g. Berperan dalam gerak peristaltik usus (garakan mendorong makanan). h. Menjaga keseimbangan cairan sel.

i. Merangsang produksi susu matang (mature) j. Mencegah perkembangan kuman-kuman pathogen

2.4 LANGKAH-LANGKAH MENYUSUI

1. Sebelumnya menyusui ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada puting dan di sekitar kalang payudara. Cara ini mempunyai manfaat sabagai desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu.

2. Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara

a. Ibu duduk atau berbaring dengan santai, bila duduk lebih baik menggunakan kursi yang rendah (agar kaki ibu tidak menggantung) dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi.

b. Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu (kepala tidak boleh menengadah, dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan).

c. Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu, dan yang satu di depan. d.Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap payudara (tidak

hanya membelokkan kepala bayi).


(35)

f. Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.

3. Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain menopang di bawah, jangan menekan puting susu atau menekan kalang payudaranya saja.

4. Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflex) dengan cara: a. Menyentuh pipi dengan putting susu

b. Menyentuh sisi mulut bayi.

5. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dan putting serta kalang payudara dimasukkan ke mulut bayi.

a. Usahakan sebagian besar kalang payudara dapat masuk ke mulut bayi, sehingga puting susu berada di bawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak di bawah kalang payudara. Posisi yang salah, yaitu apabila bayi hanya mengisap pada putting susu saja, akan mengakibatkan masukan ASI yang tidak adekuat dan putting susu lecet.

b. Setelah bayi mulai menghisap payudara tak perlu dipegang atau disangga lagi.

6. Melepas isapan bayi

Setelah menyusui pada satu payudara sampai terasa kosong, sebaiknya diganti dengan payudara yang satunya. Cara melepas isapan bayi:

a. Jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut. b. Dagu bayi ditekan kebawah


(36)

8. Menyendawakan bayi

Tujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak muntah setelah menyusui. Cara menyendawakan bayi adalah:

a. Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu, kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan.

b. Bayi tidur tengkurap di pangkuan ibu kemudian punggungnya ditepuk perlahan- lahan.

2.5. WAKTU PEMBERIAN ASI

Waktu memberikan ASI kolostrum yaitu setelah melakukan persalinan yaitu satu jam setelah persalinan. Perilaku seorang Ibu juga mempengaruhi dalam pemberian ASI Kolostrum terhadap bayinya. Perilaku merupakan faktor yang mempengaruhi kesehatan baik pada individu, kelompok maupun masyarakat (Notoatmodjo, 2003). Cara pemberian ASI terutama kolostrum secara baik dan benar akan menunjang laktasi berikutnya. Sebaliknya kegagalan memberikan kolostrum dimasa lalu serta mitos-mitos yang berlaku dimasyarakat akan mempengaruhi perilaku seorang ibu terhadap penyusuan sekarang. Dalam hal ini perlu ditumbuhkan motivasi dalam diri si ibu secara sukarela dan penuh rasa percaya diri dan mampu menyusui bayinya begitu lahir. Pengetahuan tentang kolostrum, nasehat, penyuluhan, bacaan, pandangan dan nilai yang berlaku dimasyarakat akan membentuk pengetahuan ibu yang positif terhadap masalah pemberian kolostrum dan menyusui (Roesli, 2000).


(37)

Oleh karena ibu-ibu kurang pengetahuan dan kurang diberi nasehat tentang pentingnya pemberian kolostrum, maka banyak ibu setelah bersalin tidak langsung memberikan kolostrum namun kebanyakan menunggu sampai berwarna putih dan yang cairan berwarna kuning dibuang.

2.6 PERSALINAN

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup, dari dalam uterus melalui vagina atau jalan lain ke dunia luar. Persalinan di bagi dua yaitu:

1) Persalinan Normal

Persalinan normal dilakukan lewat cara alami yaitu melalui vagina bisa menggunakan obat-obatan, biasanya penggunaannya diusahakan seminimal mungkin. Persalinan memicu kelenjar susu memproduksi kolostrum untuk dihasilkannya air susu. Selain itu, bayi yang lahir secara normal memillikidaya tahan tubuh terhadap alergi yang lebih tinggi dan resiko asma juga rendah.

2) Persalinan Sectio Caesarea

Persalinan Caesarea biasanya hanya dilakukan bila ada indikasi medis yang mengancam keselamatan ibu dan bayi. Indikasi-indikasi seperti minimnya cairan ketuban yang tersisa, bayi berada dalam posisi sungsang atau melintang, sementara bobot bayi terlalu besar, dan infeksi penyakit menular. Pemberian ASI kolostrum pada ibu dengan sectio caesarea kepada bayinya sangat rendah karena bayi yang


(38)

semua bayi langsung diberi ASI kolostrum segera setelah ibu sadar tetapi diberi susu formula.


(39)

BAB IV

METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan yang objektif. Penelitian deskritif yang digunakan adalah jenis penelitian deskritif survey yaitu suatu cara penelitian deskriptif yang dilakukan terhadap sekumpulan objek yang biasanya cukup banyak dalam waktu tertentu (Notoadmodjo, 2005).

4.2Populasi, Sampel, dan Tehnik Sampling

4.2.1 Populasi

Populasi yaitu keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006). Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah Ibu Post Partum Normal dan Sectio Caesarea di Rumah Sakit Martha Friska yang berjumlah 39 orang pada bulan Meret 2012.

4.2.2 Sampel

Dalam pengambilan sampel penelitian ini, peneliti menggunakan teknik Total Sampling. Dimana seluruh populasi menjadi sampel penelitian.

4.3Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 – Januari 2013, di Rumah Sakit Martha Friska Brayan pada tahu


(40)

4.4 Pertimbangan Etik

Prosedur penelitian dilakukan setelah mendapat izin penelitian, kemudian dilakukan dengan pengumpulan data, menganalisa data dan menyajikan data penelitian yang hanya dilakukan untuk kepentingan penelitian. Jika responden bersedia diteliti maka lebih dahulu menandatangani lembar persetujuan (informed consent). Jika responden menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak responden. Untuk menjaga kerahasiaan responden pada lembar pengumpulan data yang akan diajukan pada responden, lembar tersebut hanya diberi inisial nama responden. Kerahasiaan informasi yang diberikan di jamin kerahasiaan oleh peneliti (Nursalam, 2001).

4.4 Instrumen Penelitian dan Pengukuran

4.5.1 Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan alat pengumpul data berupa lembar kuesioner yaitu kuesioner demografi, kuesioner pengetahuan, kuesioner sikap, dan lembar observasi tindakan. Kuesioner pengetahuan, sikap, dan lembar observasi tindakan ibu post partum dalam pemberian ASI kolostrum disusun sendiri oleh peneliti dengan berpedoman pada tinjauan pustaka dan telah diperiksa dengan dosen pembimbing.

1. Kuesioner yang berisi data demografi responden yang meliputi : umur, agama, suku, pekerjaan, pendidikan, tipe persalinan.


(41)

2. Kuesioner pengetahuan yang terdiri atas 10 pertanyaan. Dibagi tiga kategori dimana jika skor 8-10 dikatakan baik, jika skor 5-7 dikatakan cukup dan 1-4 dikatakan kurang.

3. Kuesioner sikap yang terdiri dari 10 pertanyaan, dimana jika skornya 6-10 dikatakan baik dan jika skornya 0-5 dikatakan kurang

4. Lembar observasi tindakan terdiri dari 1 pertanyaan , dimana jika skornya 6-10 dikatakan baik dan jika skornya 0-5 dikatakan kurang

4.5.2 Pengukuran Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan kemampuan instrumen pengumpalan data untuk mengukur apa yang harus di ukur, untuk mendapatkan data yang relevan dengan apa yang sedang di ukur (Demspey, 2002). Pada penelitian ini menggunakan validitas isi yang telah di periksa oleh ibu Nurafidarti, S.Kep. Ns. M.Kep.

4.5.3 Pengukuran Realibilitas

Uji realibilitas instrumen adalah suatu uji yang dilakukan untuk mengetahui konsistensi dari instrumen sehingga dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya dalam ruang lingkup yang sama. Dalam penelitian ini digunakan realibilitas konsistensi internal karena memiliki beberapa kelebihan diantaranya pemberian instrumen hanya sekali dengan bentuk instrumen kepada satu subjek studi (Demspey, 2002). Uji reliabilitas pada penelitian ini akan di lakukan sebelum pengempulan data terhadap 10 orang responden yang memenuhi criteria sampel dan hasil uji reliabilitas


(42)

harus > 0,632 (Arikunto, 2002). menggunakan formula cronbach alpha yang di lakukan secara komputerisasi. Hasil uji reliabilitas pengetahuan 0.715, sikap 0.697, sehingga dapat disimpulkan bahwa kuesioner yang dipakai untuk meneliti adalah reliabel.

4.6 Pengumpulan Data

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mengajukan permohonan izin dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Rumah Sakit Martha Friska Brayan. Setelah mendapatkan izin penelitian, peneliti melanjutkan dengan proses pengambilan data. Dalam pengambilan data peneliti mengamati langsung responden yang jadi objek penelitian.

4.7 Pengolahan dan Analisis Data

4.7.1 Pengolahan Data

1) Pemeriksaan Data (Editing)

Dalam melakukan editing ada beberapa hal yang diperhatikan yakni memeriksa kelengkapan data dan memeriksa kesinambungan data, memeriksa keseragaman data serta dipastikan semua responden menjawab seluruh pertanyaan.

2) Pemberian Code (Coding)

Setelah editing dilakukan, langkah selanjutnya ialah melakukan peng-kodean data (koditing), dengan menggunakan tehnologi komputer.


(43)

3) Penyusunan Data (Tabulating)

Langkah terakhir yaitu mengelompokkan data tersebut ke dalam table frekuensi.

4.8.2 Analisa Data

Data yang telah terkumpul sebanyak 30 responden, selanjutnya akan diproses melalui tahap : editing, coding, entry, cleaning. Akan diolah dengan menggunakan soft ware komputerisasi dan hasilnya akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase. Data demografi, gambaran pengetahuan, sikap, dan tindakan akan ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan presentase.


(44)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Pada bab ini diuraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan mengenai perilaku ibu post partum dalam pemberian ASI kolostrum di Rumah Sakit Martha Friska Brayan Tahun 2012 dengan jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 30 responden.

5.2 Karakteristik Responden

Berdasarkan Tabel 5.2 karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin adalah perempuan (100%), berdasarkan tipe persalinan, mayoritas sectio caesarea sebanyak 19 orang (63,3%), mayoritas berumur 23-28 tahun sebanyak 12 orang (40%), berdasarkan agama mayoritas Islam sebanyak 14 responden (46,7%), berdasarkan suku mayoritas batak sebanyak 19 responden (63,3%), berdasarkan pekerjaan mayoritas wiraswasta sebanyak 10 responden (33,3), berdasarkan pendidikan mayoritas SMA sebanyak 10 responden (33,3%).


(45)

Tabel 5.2. Distribusi frekuensi, persentase berdasarkan data demografi ibu post partum dalam pemberian ASI kolostrum di Rumah Sakit Martha Friska Brayan tahun 2012

Data Demografi Responden Frekuensi (N) Persentase (%) Jenis Kelamin Perempuan Tipe Persalinan Normal Sectio Caesarea Umur <20 25-35 >35 Agama Islam Protestan Katolik Budha Hindu Suku Jawa Batak Pekerjaan PNS IRT Wiraswasta Pegawai swasta Pendidikan SD SMP SMA/SMK Diploma Sarjana 30 11 19 9 14 7 14 10 3 2 1 11 19 5 8 10 7 5 7 10 5 3 100 36,7 63,3 30 46,7 23,3 46,7 33,3 10 6,7 3,3 36,7 63,3 16,7 26,7 33,3 23,3 16,7 23,3 33,3 16,7 10


(46)

5.3 Pengetahuan Ibu Post Partum dalam Pemberian ASI Kolostrum

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Ibu Post Partum dalam Pemberian ASI Kolostrum di Rumah Sakit Martha Friska Brayan Tahun 2012

Berdasarkan Tabel 5.3 menunjukkan bahwa pengetahuan ibu post partum dalam pemberian ASI Kolostrum, mayoritas pengetahuan responden dikatakan cukup sebanyak 17 responden (56,7%), pengetahuan ibu post partum dalam pemberian ASI Kolostrum dikatakan baik sebanyak 9 responden (30%)

5.4 Sikap Ibu Post Partum dalam Pemberian ASI Kolostrum

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi berdasarkan sikap ibu post partum dalam pemberian ASI kolostrum di Rumah Sakit Martha Friska Brayan Tahun 2012.

Pengetahuan Ibu Post Partum dalam Pemberian ASI Kolostrum

Frekuensi Persentase (%)

Baik 9 30

Cukup 17 56,7

Kurang 4 13,3

Total 30 100%

Sikap Ibu Post Partum dalam Pemberian ASI Kolostrum

Frekuensi Persentasi

Ya 18 60

Tidak 12 40


(47)

Berdasarkan Tabel 5.4 menunjukkan bahwa sikap ibu post partum dalam pemberian ASI kolostrum yang baik sebanyak 18 responden (60%), dan sikap ibu post partum dalam pemberian ASI Kolostrum kurang baik sebanyak 12 responden (40%).

5.5 Tindakan Ibu Post Partum dalam Pemberian ASI Kolostrum

Tabel 5.5 Distribusi frekuensi berdasarkan tindakan ibu post partum dalam pemberian ASI kolostrum di Rumah Sakit Martha Friska Brayan Tahun 2012

Berdasarkan Tabel 5.5 menunjukkan bahwa tindakan ibu post partum dalam pemberian ASI Kolostrum baik sebanyak 16 responden (53,3%), dan tindakan ibu post partum dalam pemberian ASI Kolostrum kurang baik sebanyak 14 responden (46,7%).

Tindakan Ibu Post Partum dalam

Pemberian ASI Kolostrum Frekuensi Persentasi

Ya 16 53,3

Tidak 14 46,7


(48)

5.6 Pembahasan

5.6.1 Pengetahuan Ibu Post Partum dalam Pemberian ASI Kolostrum

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga ( Notoatmojo, 2007).

Pengetahuan Ibu Post Partum Normal dan Sectio Caesarea dalam Pemberian ASI Kolostrum mayoritas kategori cukup sebanyak 17 orang (56,7%), Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan ibu post partum normal dan section caesarea dalam pemberian ASI kolostrum sudah baik namun masih ada pengetahuan ibu post partum normal dan section caesarea dalam pemberian ASI Kolostrum yang termasuk dalam kategori kurang sebanyak 4 orang (13,3%), pengetahuan ibu Post Partum dipengaruhi dukungan dan motivasi dari keluarga terutama dukungan suami dalam memotivasi pemberian ASI kolostrum pada bayi. Pengetahuan ibu post partum normal dan section caesarea dalam pemberian ASI Kolostrum dikatakan cukup didukung oleh pendidikan ibu yang mayoritas SMA sebanyak 10 orang (33.3%), semakin tinggi tingkat pendidikan yang didapatkan ibu maka pengetahuan semakin baik. Ibu yang tamat SMA masih memiliki pengetahuan yang minim terhadap pemberian ASI kolostrum. Ibu yang kurang pengetahuan tentang ASI kolostrum dan kurang diberi nasehat tentang pentingnya pemberian kolostrum, maka banyak ibu setelah bersalin tidak langsung memberikan kolostrum namun kebanyakan menunggu sampai berwarna putih dan cairan berwarna kuning dibuang Hal ini disebabkan oleh


(49)

kurangnya sistem informasi yang masih belum memadai dan masih kurangnya penyuluhan kesehatan tentang ASI kolostrum. Pelayanan kesehatan yang kurang memadai dan sarana serta prasarana yang kurang mendukung seperti tidak adanya ruang khusus bayi menyusui. Faktor umur juga mempengaruhi pengetahuan ibu post partum normal dan section caesarea dalam pemberian dimana mayoritas umur ibu berusia 23-28 tahun sebanyak 12 orang (40%). Pola pemikiran ibu post partum normal dan section caesarea dalam pemberian ASI Kolostrum didukung oleh kematangan umur, sehingga dalam hal berpikir ibu sudah mampu memilih tindakan yang baik dalam pemberian ASI kolostrum terhadap kesehatan bayi.

Pengetahuan ibu post partum normal dan section caesarea dalam pemberian ASI Kolostrum meliputi manfaat ASI kolostrum yaitu dapat menambah daya tahan tubuh bayi, dan bayi bebas dari penyakit infeksi, tumbuh kembang bayi semakin baik, dan jarang terserang penyakit. Kekebalan bayi akan bertambah jika adanya kandungan zat-zat dan vitamin yang terdapat pada air susu ibu, maka mengharuskan bayi segera setelah lahir ditempelkan ke payudara ibu agar bayi dapat sesering mungkin menyusui. Pemberian ASI kolostrum kepada bayi diberikan satu jam setelah persalinan. Hal ini dilakukan supaya hubungan antara ibu dan bayi lebih dekat dan manfaat dari kolostrum dapat dirasakan oleh bayi.

Pengetahuan ibu yang cukup didukung oleh pengalaman dan sumber informasi kesehatan yang baik di lingkungan rumah tempat tinggal, dimana semakin jauh lingkungan tempat tinggal maka informasi tentang ASI Kolostrum semakin


(50)

kurang dan dengan informasi yang memadai pemberian ASI kolostrum pada bayi semakin baik juga. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya lingkungan yang baik mendukung tingkat kesehatan bayi yang semakin baik.

Menurut Junita (2011) dari 23 orang sampel penelitian dengan hasil penelitian kualitatif diperoleh secara umum perilaku ibu post partum baik (91,3%) dalam pemberian ASI.

Menurut Indriyani dari 128 responden yang memiliki pengetahuan dalam kategori baik sebagian besar (80%) memberikan ASI eksklusif. Separuh (50%) dari responden dengan pengetahuan cukup memberikan ASI eksklusif dan separuhnya lagi (50%) tidak memberikan ASI eksklusif. Sedangkan responden dengan pengetahuan kurang 100% tidak memberikan ASI eksklusif.

5.6.2 Sikap

Adapun hasil penelitian mayoritas sikap ibu Post Partum Normal dan Sectio Caesarea dalam Pemberian ASI Kolostrum adalah positif sebanyak 18 orang (80%). Sikap ibu dikatakan positif didukung oleh sikap ibu yang memberikan ASI kolostrum kepada bayi saat bayi lahir. Sikap tersebut baik karena ibu mengetahui pentingnya ASI kolostrum terhadap kesehatan bayi. Ibu juga mengetahui ASI kolostrum dapat meningkatkan kekebalan tubuh bayi sehingga bayi kebal terhadap penyakit yang sedang mewabah. ASI kolostrum juga berguna untuk membersihan saluran pencernaan bayi,


(51)

Sikap ibu yang dikatakan positif dimana ibu mampu mengambil keputusan kesehatan terhadap bayi, sikap tersebut memberikan respon yang baik terhadap bayi karena membantu pertumbuhan dan perkembangan bayi yang lebih sempurna. Ibu juga mengetahui bahwa ASI kolostrum tidak berbahaya bagi bayi, selain itu ASI kolostrum tidak menyebabkan diare pada bayi.

Menurut Indriyani (2011) dari 128 responden yang memiliki sikap dalam kategori baik sebagian besar (66,7%) memberikan ASI eksklusif. Sedangkan responden yang memiliki sikap dalam kategori cukup sebagian besar tidak memberikan ASI eksklusif yaitu sebanyak 83,3%.

5.6.3 Tindakan

Hasil penelitian dari 30 responden dengan 1 pertanyaan dimana 16 responden (53.3%) menjawab ibu langsung memberikan ASI kolestrum kepada bayi. Demikian juga dengan penelitian Mardeyanti (2007), bahwa 60% ibu yang bekerja tidak patuh memberikan ASI eksklusif, hasil penelitian ini tidak sesuai dengan kedua hasil penelitian tersebut karena secara proporsi responden yang bekerja hanya 36% sedangkan responden

yang tidak bekerja sebesar 64%. Tindakan yang harus dilakukan ibu setelah

memberikan ASI kolostrum yaitu menyendawakan bayi tujuanya adalah mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak muntah setelah menyusui .

Menurut Indriyani (2011) mengatakan peranan budaya yang ada dimasyarakat sangatlah mempengaruhi proses terjadinya pembentukan perilaku


(52)

adalah 128 orang dan menggunakan tehnik cluster sampling. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku ibu postpartum dikecamatan Medan Belawan khususnya pada masyarakat melayu berada pada kategori cukup dengan persentase sebesar 55.1%.


(53)

BAB VI

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

6.1 Kesimpulan 1. Pengetahuan

Ibu post partum dalam pemberian ASI kolostrum mayoritas dikatakan cukup sebanyak 17 responden (56,7%), pengetahuan ibu post partum dalam pemberian ASI Kolostrum dikatakan baik sebanyak 9 responden (30%) dan pengetahuan ibu post partum dalam pemberian ASI Kolostrum dikatakan kurang sebanyak 4 responden (13,3%).

2. Sikap

Ibu post partum dalam pemberian ASI kolostrum mayoritas dikatakan baik sebanyak 18 responden (60%), dan sikap ibu post partum dalam pemberian ASI kolostrum dikatakan kurang baik sebanyak 12 responden (40%).

3. Tindakan

Ibu post partum dalam pemberian ASI kolostrum mayoritas dikatakan baik sebanyak 16 responden (53,3%), dan tindakan ibu post partum dalam pemberian ASI kolostrum dikatakan kurang baik sebanyak 14 responden (46,7%).

6.2 Rekomendasi


(54)

1. Rumah Sakit Martha Friska Brayan

Bagi Rumah Sakit Martha Friska Brayan lebih meningkatkan mutu dan pelayanan dalam pemberian ASI kolostrum kepada bayi dengan membuat jadwal pemberian ASI Kolostrum dan membuat ruang khusus Ibu Menyusui.

2. Pendidikan Keperawatan

Bagi pendidikan keperawatan lebih memperdalam materi pemberian ASI kolostrum pada bayi agar lebih baik dan tambahan ilmu pengetahuan dan hasil penelitian yang diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi penelitian-penelitian selanjutnya

3. Bagi Keluarga

Bagi keluarga diharapkan memberikan dukungan dan perhatian kepada ibu dalam pemberian ASI kolostrum agar ibu termotivasi memberikan ASI kolostrum pada bayinya.

4. Peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya agar mengembangkan dan melanjutkan penelitian dengan jumlah responden yang lebih banyak untuk mendapatkan hasil lebih sempurna.


(55)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan yang objektif. Penelitian deskritif yang digunakan adalah jenis penelitian deskritif survey yaitu suatu cara penelitian deskriptif yang dilakukan terhadap sekumpulan objek yang biasanya cukup banyak dalam waktu tertentu (Notoadmodjo, 2005).

4.5Populasi, Sampel, dan Tehnik Sampling

4.5.1 Populasi

Populasi yaitu keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006). Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah Ibu Post Partum Normal dan Sectio Caesarea di Rumah Sakit Martha Friska yang berjumlah 39 orang pada bulan Meret 2012.

4.5.2 Sampel

Dalam pengambilan sampel penelitian ini, peneliti menggunakan teknik Total Sampling. Dimana seluruh populasi menjadi sampel penelitian.


(56)

4.6Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 – Januari 2013, di Rumah Sakit Martha Friska Brayan pada tahun 2012.

4.7Pertimbangan Etik

Prosedur penelitian dilakukan setelah mendapat izin penelitian, kemudian dilakukan dengan pengumpulan data, menganalisa data dan menyajikan data penelitian yang hanya dilakukan untuk kepentingan penelitian. Jika responden bersedia diteliti maka lebih dahulu menandatangani lembar persetujuan (informed consent). Jika responden menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak responden. Untuk menjaga kerahasiaan responden pada lembar pengumpulan data yang akan diajukan pada responden, lembar tersebut hanya diberi inisial nama responden. Kerahasiaan informasi yang diberikan di jamin kerahasiaan oleh peneliti (Nursalam, 2001).

4.8 Instrumen Penelitian dan Pengukuran

4.5.1 Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan alat pengumpul data berupa lembar kuesioner yaitu kuesioner demografi, kuesioner pengetahuan, kuesioner sikap, dan lembar observasi tindakan. Kuesioner pengetahuan, sikap, dan lembar observasi tindakan ibu post partum dalam pemberian


(57)

ASI kolostrum disusun sendiri oleh peneliti dengan berpedoman pada tinjauan pustaka dan telah diperiksa dengan dosen pembimbing.

1. Kuesioner yang berisi data demografi responden yang meliputi : umur, agama, suku, pekerjaan, pendidikan, tipe persalinan.

2. Kuesioner pengetahuan yang terdiri atas 10 pertanyaan. Dibagi tiga kategori dimana jika skor 8-10 dikatakan baik, jika skor 5-7 dikatakan cukup dan 1-4 dikatakan kurang.

3. Kuesioner sikap yang terdiri dari 10 pertanyaan, dimana jika skornya 6-10 dikatakan baik dan jika skornya 0-5 dikatakan kurang

4. Lembar observasi tindakan terdiri dari 1 pertanyaan , dimana jika skornya 6-10 dikatakan baik dan jika skornya 0-5 dikatakan kurang

4.5.2 Pengukuran Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan kemampuan instrumen pengumpalan data untuk mengukur apa yang harus di ukur, untuk mendapatkan data yang relevan dengan apa yang sedang di ukur (Demspey, 2002). Pada penelitian ini menggunakan validitas isi yang telah di periksa oleh ibu Nurafidarti, S.Kep. Ns. M.Kep.

4.5.3 Pengukuran Realibilitas

Uji realibilitas instrumen adalah suatu uji yang dilakukan untuk mengetahui konsistensi dari instrumen sehingga dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya dalam ruang lingkup yang sama. Dalam penelitian ini digunakan realibilitas


(58)

konsistensi internal karena memiliki beberapa kelebihan diantaranya pemberian instrumen hanya sekali dengan bentuk instrumen kepada satu subjek studi (Demspey, 2002). Uji reliabilitas pada penelitian ini akan di lakukan sebelum pengempulan data terhadap 10 orang responden yang memenuhi criteria sampel dan hasil uji reliabilitas harus > 0,632 (Arikunto, 2002). menggunakan formula cronbach alpha yang di lakukan secara komputerisasi. Hasil uji reliabilitas pengetahuan 0.715, sikap 0.697, sehingga dapat disimpulkan bahwa kuesioner yang dipakai untuk meneliti adalah reliabel.

4.6 Pengumpulan Data

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mengajukan permohonan izin dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Rumah Sakit Martha Friska Brayan. Setelah mendapatkan izin penelitian, peneliti melanjutkan dengan proses pengambilan data. Dalam pengambilan data peneliti mengamati langsung responden yang jadi objek penelitian.

4.8 Pengolahan dan Analisis Data

4.7.1 Pengolahan Data

1) Pemeriksaan Data (Editing)

Dalam melakukan editing ada beberapa hal yang diperhatikan yakni memeriksa kelengkapan data dan memeriksa kesinambungan data,


(59)

memeriksa keseragaman data serta dipastikan semua responden menjawab seluruh pertanyaan.

2) Pemberian Code (Coding)

Setelah editing dilakukan, langkah selanjutnya ialah melakukan peng-kodean data (koditing), dengan menggunakan tehnologi komputer.

3) Penyusunan Data (Tabulating)

Langkah terakhir yaitu mengelompokkan data tersebut ke dalam table frekuensi.

4.8.2 Analisa Data

Data yang telah terkumpul sebanyak 30 responden, selanjutnya akan diproses melalui tahap : editing, coding, entry, cleaning. Akan diolah dengan menggunakan soft ware komputerisasi dan hasilnya akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase. Data demografi, gambaran pengetahuan, sikap, dan tindakan akan ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan presentase.


(60)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Pada bab ini diuraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan mengenai perilaku ibu post partum dalam pemberian ASI kolostrum di Rumah Sakit Martha Friska Brayan Tahun 2012 dengan jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 30 responden.

5.2 Karakteristik Responden

Berdasarkan Tabel 5.2 karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin adalah perempuan (100%), berdasarkan tipe persalinan mayoritas sectio caesarea sebanyak 19 orang (63,3%), berdasarkan umur mayoritas berumur 23-28 tahun sebanyak 12 orang (40%), berdasarkan agama mayoritas Islam sebanyak 14 responden (46,7%), berdasarkan suku mayoritas batak sebanyak 19 responden (63,3%), berdasarkan pekerjaan mayoritas wiraswasta sebanyak 10 responden (33,3), berdasarkan pendidikan mayoritas SMA sebanyak 10 responden (33,3%).


(61)

Tabel 5.2. Distribusi frekuensi, persentase data demografi ibu post partum dalam pemberian ASI kolostrum di Rumah Sakit Martha Friska Brayan tahun 2012

Data Demografi Responden Frekuensi (N) Persentase (%) Jenis Kelamin Perempuan Tipe Persalinan Normal Sectio Caesarea Umur <20 25-35 >35 Agama Islam Protestan Katolik Budha Hindu Suku Jawa Batak Pekerjaan PNS IRT Wiraswasta Pegawai swasta Pendidikan SD SMP SMA/SMK Diploma Sarjana 30 11 19 9 14 7 14 10 3 2 1 11 19 5 8 10 7 5 7 10 5 3 100 36,7 63,3 30 46,7 23,3 46,7 33,3 10 6,7 3,3 36,7 63,3 16,7 26,7 33,3 23,3 16,7 23,3 33,3 16,7 10


(62)

5.3 Pengetahuan Ibu Post Partum dalam Pemberian ASI Kolostrum

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Post Partum dalam Pemberian ASI Kolostrum di Rumah Sakit Martha Friska Brayan Tahun 2012

Berdasarkan Tabel 5.3 menunjukkan bahwa pengetahuan ibu post partum dalam pemberian ASI Kolostrum mayoritas dikatakan cukup sebanyak 17 responden (56,7%), pengetahuan ibu post partum dalam pemberian ASI Kolostrum dikatakan baik sebanyak 9 responden (30%) dan pengetahuan ibu post partum dalam pemberian ASI Kolostrum dikatakan kurang sebanyak 4 responden (13,3%).

5.4 Sikap Ibu Post Partum dalam Pemberian ASI Kolostrum

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi sikap ibu post partum dalam pemberian ASI Kolostrum di Rumah Sakit Martha Friska Brayan Tahun 2012.

Pengetahuan Ibu Post Partum dalam Pemberian ASI Kolostrum

Frekuensi (N) Persentase (%)

Baik 9 30

Cukup 17 56,7

Kurang 4 13,3

Total 30 100%

Sikap Ibu Post Partum dalam Pemberian ASI Kolostrum

Frekuensi Persentasi

Ya 18 60

Tidak 12 40


(63)

Berdasarkan Tabel 5.4 menunjukkan bahwa sikap ibu post partum dalam pemberian ASI kolostrum yang baik sebanyak 18 responden (60%), dan sikap ibu post partum dalam pemberian ASI Kolostrum kurang baik sebanyak 12 responden (40%).

5.5 Tindakan Ibu Post Partum dalam Pemberian ASI Kolostrum

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Tindakan ibu post partum dalam pemberian ASI Kolostrum di Rumah Sakit Martha Friska Brayan Tahun 2012

Berdasarkan Tabel 5.5 menunjukkan bahwa tindakan ibu post partum dalam pemberian ASI Kolostrum baik sebanyak 16 responden (53,3%), dan tindakan ibu post partum dalam pemberian ASI Kolostrum kurang baik sebanyak 14 responden (46,7%).

Tindakan Ibu Post Partum dalam

Pemberian ASI Kolostrum Frekuensi Persentasi

Ya 16 53,3

Tidak 14 46,7


(64)

5.6 Pembahasan

5.6.1 Pengetahuan Ibu Post Partum dalam Pemberian ASI Kolostrum

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga ( Notoatmojo, 2007).

Pengetahuan Ibu Post Partum Normal dan Sectio Caesarea dalam Pemberian ASI Kolostrum mayoritas kategori cukup sebanyak 17 orang (56,7%), Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan ibu post partum normal dan section caesarea dalam pemberian ASI kolostrum sudah baik namun masih ada pengetahuan ibu post partum normal dan section caesarea dalam pemberian ASI Kolostrum yang termasuk dalam kategori kurang sebanyak 4 orang (13,3%), pengetahuan ibu Post Partum dipengaruhi dukungan dan motivasi dari keluarga terutama dukungan suami dalam memotivasi pemberian ASI kolostrum pada bayi.

Pengetahuan ibu post partum normal dan section caesarea dalam pemberian ASI Kolostrum dikatakan cukup didukung oleh pendidikan ibu yang mayoritas SMA sebanyak 10 orang (33.3%), semakin tinggi tingkat pendidikan yang didapatkan ibu maka pengetahuan semakin baik. Ibu yang tamat SMA masih memiliki pengetahuan yang minim terhadap pemberian ASI kolostrum. Ibu yang kurang pengetahuan tentang ASI kolostrum dan kurang diberi nasehat tentang pentingnya pemberian kolostrum, maka banyak ibu setelah bersalin tidak langsung memberikan kolostrum


(65)

namun kebanyakan menunggu sampai berwarna putih dan cairan berwarna kuning dibuang Hal ini disebabkan oleh kurangnya sistem informasi yang masih belum memadai dan masih kurangnya penyuluhan kesehatan tentang ASI kolostrum. Pelayanan kesehatan yang kurang memadai dan sarana serta prasarana yang kurang mendukung seperti tidak adanya ruang khusus bayi menyusui.

Faktor umur juga mempengaruhi pengetahuan ibu post partum normal dan section caesarea dalam pemberian dimana mayoritas umur ibu berusia 23-28 tahun sebanyak 12 orang (40%). Pola pemikiran ibu post partum normal dan section caesarea dalam pemberian ASI Kolostrum didukung oleh kematangan umur, sehingga dalam hal berpikir ibu sudah mampu memilih tindakan yang baik dalam pemberian ASI kolostrum terhadap kesehatan bayi.

Pengetahuan ibu post partum normal dan section caesarea dalam pemberian ASI Kolostrum meliputi manfaat ASI kolostrum yaitu dapat menambah daya tahan tubuh bayi, dan bayi bebas dari penyakit infeksi, tumbuh kembang bayi semakin baik, dan jarang terserang penyakit. Kekebalan bayi akan bertambah jika adanya kandungan zat-zat dan vitamin yang terdapat pada air susu ibu, maka mengharuskan bayi segera setelah lahir ditempelkan ke payudara ibu agar bayi dapat sesering mungkin menyusui. Pemberian ASI kolostrum kepada bayi diberikan satu jam setelah persalinan. Hal ini dilakukan supaya hubungan antara ibu dan bayi lebih dekat dan manfaat dari kolostrum dapat dirasakan oleh bayi.


(66)

Pengetahuan ibu yang cukup didukung oleh pengalaman dan sumber informasi kesehatan yang baik di lingkungan rumah tempat tinggal, dimana semakin jauh lingkungan tempat tinggal maka informasi tentang ASI Kolostrum semakin kurang dan dengan informasi yang memadai pemberian ASI kolostrum pada bayi semakin baik juga. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya lingkungan yang baik mendukung tingkat kesehatan bayi yang semakin baik.

Menurut Junita (2011) dari 23 orang sampel penelitian dengan hasil penelitian kualitatif diperoleh secara umum perilaku ibu post partum baik (91,3%) dalam pemberian ASI.

Menurut Indriyani dari 128 responden yang memiliki pengetahuan dalam kategori baik sebagian besar (80%) memberikan ASI eksklusif. Separuh (50%) dari responden dengan pengetahuan cukup memberikan ASI eksklusif dan separuhnya lagi (50%) tidak memberikan ASI eksklusif. Sedangkan responden dengan pengetahuan kurang 100% tidak memberikan ASI eksklusif.

5.6.2 Sikap

Adapun hasil penelitian mayoritas sikap ibu Post Partum Normal dan Sectio Caesarea dalam Pemberian ASI Kolostrum adalah positif sebanyak 18 orang (80%). Sikap ibu dikatakan positif didukung oleh sikap ibu yang memberikan ASI kolostrum kepada bayi saat bayi lahir. Sikap tersebut baik karena ibu mengetahui pentingnya ASI kolostrum terhadap kesehatan bayi. Ibu juga mengetahui ASI kolostrum dapat meningkatkan kekebalan tubuh bayi sehingga bayi kebal terhadap penyakit yang


(67)

sedang mewabah. ASI kolostrum juga berguna untuk membersihan saluran pencernaan bayi,

Sikap ibu yang dikatakan positif dimana ibu mampu mengambil keputusan kesehatan terhadap bayi, sikap tersebut memberikan respon yang baik terhadap bayi karena membantu pertumbuhan dan perkembangan bayi yang lebih sempurna. Ibu juga mengetahui bahwa ASI kolostrum tidak berbahaya bagi bayi, selain itu ASI kolostrum tidak menyebabkan diare pada bayi.

Menurut Indriyani (2011) dari 128 responden yang memiliki sikap dalam kategori baik sebagian besar (66,7%) memberikan ASI eksklusif. Sedangkan responden yang memiliki sikap dalam kategori cukup sebagian besar tidak memberikan ASI eksklusif yaitu sebanyak 83,3%.

5.6.3 Tindakan

Hasil penelitian dari 30 responden dengan 1 pertanyaan dimana 16 responden (53.3%) menjawab ibu langsung memberikan ASI kolestrum kepada bayi. Demikian juga dengan penelitian Mardeyanti (2007), bahwa 60% ibu yang bekerja tidak patuh memberikan ASI eksklusif, hasil penelitian ini tidak sesuai dengan kedua hasil penelitian tersebut karena secara proporsi responden yang bekerja hanya 36% sedangkan responden

yang tidak bekerja sebesar 64%. Tindakan yang harus dilakukan ibu setelah

memberikan ASI kolostrum yaitu menyendawakan bayi tujuanya adalah mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak muntah setelah menyusui .


(68)

Menurut Indriyani (2011) mengatakan peranan budaya yang ada dimasyarakat sangatlah mempengaruhi proses terjadinya pembentukan perilaku seperti halnya dalam proses pemberian ASI. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 128 orang dan menggunakan tehnik cluster sampling. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku ibu postpartum dikecamatan Medan Belawan khususnya pada masyarakat melayu berada pada kategori cukup dengan persentase sebesar 55.1%.


(69)

BAB VI

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

6.1 Kesimpulan 1. Pengetahuan

Ibu post partum dalam pemberian ASI kolostrum mayoritas dikatakan cukup sebanyak 17 responden (56,7%), pengetahuan ibu post partum dalam pemberian ASI Kolostrum dikatakan baik sebanyak 9 responden (30%) dan pengetahuan ibu post partum dalam pemberian ASI Kolostrum dikatakan kurang sebanyak 4 responden (13,3%).

2. Sikap

Ibu post partum dalam pemberian ASI kolostrum mayoritas dikatakan baik sebanyak 18 responden (60%), dan sikap ibu post partum dalam pemberian ASI kolostrum dikatakan kurang baik sebanyak 12 responden (40%).

3.Tindakan

Ibu post partum dalam pemberian ASI kolostrum mayoritas dikatakan baik sebanyak 16 responden (53,3%), dan tindakan ibu post partum dalam pemberian ASI kolostrum dikatakan kurang baik sebanyak 14 responden (46,7%).

6.2 Rekomendasi


(70)

1. Rumah Sakit Martha Friska Brayan

Bagi Rumah Sakit Martha Friska Brayan lebih meningkatkan mutu dan pelayanan dalam pemberian ASI kolostrum kepada bayi dengan membuat jadwal pemberian ASI Kolostrum dan membuat ruang khusus Ibu Menyusui.

2. Pendidikan Keperawatan

Bagi pendidikan keperawatan lebih memperdalam materi pemberian ASI kolostrum pada bayi agar lebih baik dan tambahan ilmu pengetahuan dan hasil penelitian yang diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi penelitian-penelitian selanjutnya

3. Bagi Keluarga

Bagi keluarga diharapkan memberikan dukungan dan perhatian kepada ibu dalam pemberian ASI kolostrum agar ibu termotivasi memberikan ASI kolostrum pada bayinya.

4. Peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya agar mengembangkan dan melanjutkan penelitian dengan jumlah responden yang lebih banyak untuk mendapatkan hasil lebih sempurna.


(71)

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, Eny Retna dkk.(2009). Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta :Mitra Cendikia

Atikah Proverawati, (2009). Gizi Untuk Kebidanan. Yogyakarta: Muha Medika Bahiyatun. (2009). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: Buku

Kedokteran EGC

Briawan, Dodik & Suciarni Erwin. (2007). Hubungan Pengetahuan, Sikap, Praktik Ibu dengan Keberlanjutan Pemberian ASI Eksklusif dari 4 bulan menjadi 6 bulan. Diunduh dari http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/52884 pada tanggal 17 November 2012

Budihartani, Retno.(2003). Tingkat Pengetahuan Ibu, Praktek Menyusui dan kenaikan Berat Badan Bayi yang diberikan Air Susu Ibu (ASI) eksklusif. Diunduh di eprints.undip.ac.id/12279/1/2003FK2932.pdf pada tanggal 16 November 2012.

Gupte, Suraj.(2004). Panduan Perawatan Anak. Jakarta: Pustaka Populer Obor http://www.depkes.go.id/downloads/publikasi/Profil%20Kesehatan%20Indonesia%2 02008.pdf http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/buku_laporan/lapnas_riskesdas2010/ Laporan_riskesdas_2010.pdf http://www.depkes.go.id/downloads/PROFIL_DATA_KESEHATAN_INDONESIA_ TAHUN_2011.pdf

Inggrid.. (2008) Kompas. 45 Mitos dan Fakta Seputar ASI. Diperoleh tanggal 14 november 2012 dari

http://nasional.kompas.com/read/2008/08/09/17515171/45.mitos.dan.fakta.sepu tar.asi

Junita, Manurung. 2012. Skripsi. Perilaku Ibu Post Partum Dalam Pemberian ASI di Kelurahan Beringin Kecamatan Medan Selayang. Fakultas Keperawatan USU.

Leveno, Kenneth J dkk. (2009). Obstetri Williams. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Marshall, Connie RN. (1995). Awal Menjadi Ibu. Jakarta: Penerbit Arcan

Maryunani, Anik. (2009). Asuhan pada Ibu Nifas (postpartum). Jakarta: Trans Info Media

Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta. ---, Soekidjo. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT.

Rineka Cipta

---, Soekidjo. (2007). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta

---, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta. PT Rineka Cipta


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

RENCANA ANGGARAN BIAYA PENELITIAN 1. PROPOSAL

1. Biaya Kertas dan Print Proposal Rp. 125.000,-

2. Biayaa Pembelian Buku Rp. 250.000,-

3. Fotocopy sumber-sumber Tinjauan Pustaka Rp. 50.000,-

4. Biaya Internet Rp. 100.000,-

5. Biaya Survey Awal Rp. 150.000,-

6. Biaya perbanyak Proposal Rp. 100.000,-

7. Konsumsi Rp. 100.000,-

2. PENGUMPULAN DATA

1. Izin Penelitian Rp. 50.000,-

2. Transportasi Rp. 500.000,-

3. Penggandaan Kuesioner Rp. 200.000,-

3. ANALISA DATA DAN PENYUSUNAN LAPORAN

1. Biaya kertas dan tinta print Rp. 400.000,-

2. Penjilidan Rp. 50.000,-

3. Penggandaan Laporan Penelitian Rp. 250.000,-

4. lain-lain Rp. 250.000,-


(6)

RIWAYAT HIDUP PENULIS

DATA PRIBADI

Nama : Meilda Fitri Sitepu

Tempat / Tanggal Lahir : Sipea-pea, 09 Mei 1988

Jenis Kelamin : Perempuan

Anak ke : 1 dari 4 Bersaudara

Agama : Kristen Protestan

NAMA ORANG TUA

Ayah : S. Sitepu

Ibu : S.Y. Nainggolan.

PEKERJAAN ORANG TUA

Ayah : Wiraswasta

Ibu : PNS

RIWAYAT PENDIDIKAN

Tahun 1995-2001 : SD Negeri 156 712 Sidikalang

Tahun 2001-2004 : SMP Negeri 2 Sorkam

Tahun 2004-2007 : SMA Negeri I Sorkam

Tahun 2007-2010 : Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah