BAB I PENDAHULUAN - Pengaruh Cash Ratio, Debt to Equity Ratio, Return On Assets Terhadap Kebijakan Dividen Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2009

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

1.1 Kebijakan pembayaran dividen mempunyai pengaruh terhadap para

  pemegang saham dan bagi perusahaan yang akan membayar dividen. Para pemegang saham umunya menginginkan pembagian dividen yang relatif stabil karena dengan stabilitas dividen dapat meningkatkan kepercayaan pemegang saham terhadap perusahaan sehingga tidak mengurangi ketidakpastian pemegang saham dalam menanamkan dananya ke dalam perusahaan. Setiap perusahaan selalu menginginkan adanya pertumbuhan bagi perusahaan tersebut dan juga untuk membayarkan dividen kepada pemegang saham. Setiap perusahaan harus dapat mengalokasikan laba bersihnya dengan bijaksana untuk memenuhi kepentingan pemegang saham dan perusahaan itu sendiri karena keputusan tersebut mempunyai pengaruh yang menentukan nilai perusahaan.

  Pasar modal merupakan suatu wahana yang mempertemukan pihak yang membutuhkan dana dan pihak yang menyediakan dana sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar modal menyediakan berbagai instrumen keuangan jangka panjang dalam bentuk ekuitas dan hutang yang jatuh tempo lebih dari satu tahun. Pasar modal memiliki dua fungsi yaitu memenuhi keinginan perusahaan untuk memperoleh modal dan keinginan investor untuk menanamkan modal. Di dalam aktivitas di pasar modal, para investor memiliki harapan dari investasi yang dilakukannya, yaitu yang berupa dividen maupun capital gain.

  Investor memiliki tujuan utama dalam menanamkan dananya ke dalam suatu perusahaan yaitu untuk mencari pendapatan atau tingkat pengembalian investasi baik berupa pendapatan dividen maupun pendapatan dari selisih harga

  Di sisi lain, perusahaan yang akan membagikan dividen dihadapkan pada berbagai macam pertimbangan antara lain: perlunya menahan sebagian laba untuk re-investasi yang mungkin lebih menguntungkan, kebutuhan dana perusahaan, likuiditas perusahaan, sifat pemegang saham, target tertentu yang berhubungan dengan rasio pembayaran dividen dan faktor lain yang berhubungan dengan kebijakan dividen.

  Kebijakan dividen cenderung menjadi salah satu elemen yang paling stabil dan dapat diprediksi oleh perusahaan, dan sebagian besar perusahaan mulai membayar dividen setelah mereka mencapai tahap kematangan bisnis dan ketika tidak ada lagi kesempatan investasi yang menguntungkan perusahaan.

  Pengaruh dividen terhadap nilai perusahaan, Abdul Hakim (2005: 21) menyatakan bahwa dividen merupakan sebagian dari laba yang dibagikan kepada pemegang saham. Bagi investor jumlah rupiah yang diterima dari pembayaran dividen risikonya lebih kecil dari capital gain. Sehingga penurunan besarnya pembayaran dividen dapat diartikan bahwa perusahaan mempunyai prospek tingkat keuntungan yang kurang baik karena dividen merupakan informasi mengenai tingkat pertumbuhan laba saat ini dan masa mendatang.

  Proporsi dividen yang dibayarkan pada pemegang saham tergantung pada kemampuan perusahaan menghasilkan laba serta bentuk kebijakan dividen yang diterapkan oleh perusahaan yang bersangkutan. Prosentase dari laba yang akan dibayarkan kepada pemegang saham sebagai cash dividend disebut dividend

  payout ratio .

  Di sisi lain, pembagian dividen yang tinggi kurang disukai oleh manajemen karena akan mengurangi utilitas manajemen yang disebabkan oleh Manajemen lebih suka memperlakukannya sebagai laba ditahan, kecuali mengetahui bahwa dana tersebut tidak memberikan net present value (NVP) yang positif pada tambahan investasi.

  Pengumuman dividen sebagai alat untuk mengirimkan isyarat yang nyata kepada pasar mengenai hasil kerja perusahaan di masa kini dan di masa yang akan datang adalah merupakan cara yang tepat meskipun mahal tetapi sangat berarti.

  Sampai saat ini terdapat kontroversi tentang dividen yang seharusnya dibayarkan (Abdul hakim: 2005), yaitu: 1) Dividen seharusnya dibayarkan setingi-tingginya.

  Pihak yang menyatakan bahwa dividen sebaiknya dibayarkan setinggi- tingginya, beranggapan bahwa harga saham dipengaruhi oleh dividen yang dibayarkan. Oleh karena itu, pembayaran dividen yang tinggi dianggap perusahaan mempunyai prospek tingkat keuntungan yang baik.

  2) Dividen seharusnya dibayarkan serendah-rendahnya.

  Pihak yang lain menyatakan bahwa dividen sebaiknya dibayarkan serendah mungkin bila perlu tidak dibayarkan sehingga perusahaan memiliki laba ditahan setinggi-tingginya. Anggapan ini berdasarkan pada kenyataan adanya biaya mengambang (floatation cost) dan tarif pajak dividen yang lebih besar daripada tarif pajak capital gain. Dengan adanya tarif pajak dividen yang lebih tinggi daripada tarif pajak capital gain maka para pemegang saham cenderung lebih suka menginvestasikan keuntungan yang diperoleh perusahaan daripadanya menerima dalam bentuk dividen. Investasi yang menguntungkan dapat meningkatkan harga saham sehingga pemegang saham akan mendapatkan capital gain.

  3) Pihak yang menyatakan bahwa dividen dibayarkan setelah adanya kesempatan investasi yang menguntungkan yang memenuhi persyaratan didanai, beranggapan bahwa tidak ada pajak perseorangan atau perusahaan, tidak ada floatation cost, kebijakan dividen tidak mempengaruhi biaya modal sendiri, dan keputusan investasi terpisah dari keputusan pendanaan. Apabila kesempatan investasi menjanjikan hasil pengembalian yang tinggi daripada pengembalian yang diisyaratkan, para pemegang saham akan lebih senang jika perusahaan menahan laba.

  Sebaliknya, jika hasil pengembalian lebih rendah daripada hasil dibagikan.

  Akhirnya, pertanyaan yang muncul adalah mengapa dalam praktiknya perusahaan-perusahaan enggan menurunkan pembayaran dividen? Hal ini mungkin disebabkan karena tampaknya dividen dapat membuat para pemegang perusahaan menafsirkan bahwa kenaikan atau penurunan pembayaran dividen merupakan cermin membaiknya atau memburuknya prospek perusahaan. Ini karena umumnya investor cenderung bereaksi berlebihan jika ada kabar buruk.

  Oleh karena itu akhirnya perusahaan enggan mengambil keputusan penurunan pembayaran dividen sebab harga saham akan naik atau turun jika terjadi peningkatan atau penurunan pembayaran dividen yang tidak diharapkan.

  Penelitian ini menggunakan variabel-variabel rasio keuangan dalam memprediksi kebijakan dividen. Rasio keuangan digunakan sebagai variabel penelitian karena rasio keuangan ini sangat penting gunanya untuk melakukan analisis terhadap kondisi keuangan perusahaan. Bagi investor jangka pendek dan menengah pada umumnya lebih banyak tertarik kepada kondisi keuangan jangka pendek dan kemampuan perusahaan untuk membayar dividen yang memadai.

  Rasio-rasio keuangan yang digunakan antara lain adalah rasio likuiditas yang diukur oleh Cash Ratio, rasio leverage yang diukur oleh Debt to Equity

  Ratio¸ dan rasio profitabilitas yang diukur oleh Return On Asset.

  Rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Current Ratio merupakan tersebut mempertimbangkan hubungan relatif antara aktiva lancar dan hutang lancar.

  Dengan demikian, likuiditas perusahaan dapat disimpulkan sebagai kemampuan membayar yang dihubungkan dengan kewajiban keuangan yang harus segera dipenuhi dalam menyelenggarakan aktivitas-aktivitas perusahaan, seperti membayar gaji, upah, dividen, dan lainnya.

  Rasio leverage yaitu Debt to Equity Ratio (DER) yang merupakan rasio yang menggambarkan perbandingan antara total hutang dengan total ekuitas perusahaan. Perusahaan yang mempunyai kesempatan bertumbuh lebih besar umumnya mempunyai DER yang lebih rendah dalam kebijakan struktur modalnya. Rasio leverage mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai dengan hutang. Banyak perusahaan yang membiayai aktivitas usahanya dengan hutang.

  Namun, harus dimengerti bahwa penggunaan hutang yang berlebihan bisa menimbulkan kondisi berbahaya atau yang biasa disebut dengan extreme

  

leverage, sehingga penggunaan hutang yang baik adalah disesuaikan dengan

jumlah atau ketersediaan modal yang dimiliki.

  Peningkatan hutang pada gilirannya akan mempengaruhi peningkatan laba bersih yang tersedia bagi para pemegang saham termasuk dividen yang diterima karena kewajiban untuk membayar hutang lebih diutamakan daripada pembagian dividen.

  Rasio profitabilitas yang digunakan adalah rasio Return on Assets (ROA) untuk menghasilkan laba perusahaan. Semakin tinggi Return on Assets (ROA) maka kemungkinan pembagian dividen juga semakin banyak.

  Menurut Bhattacharya (1979) profitability refers to the ability a firm to

  

generate revenues in excess of expenses. Adapun menurut I.Omar dan Juhmani

  (2009) mengatakan bahwa profitability is the efeectiveness with which

  management has employed both the total assets and the net assets as recorded on

the balance sheet. Lebih tegas M. Ramli (2010) bahwa profitability ratio are

indicators of a firm’s overall financial health.

  Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Zulfikli (2008) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi dividend payout ratio pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEJ. Variabel independen yang diteliti adalah variable cash position, DER, ROA, growth potential, dan firm size. Hasil dari penelitian menunjukkkan dalam uji parsial (uji-t) bahwa semua variabel independen tidak berpengaruh signifikan terhadap DPR. Sedangkan dalam uji serempak (uji-f) menunjukkan bahwa semua variabel independen berpengaruh signifikan terhadap DPR.

  Penelitian yang dilakukan oleh Nurhidayati (2006) menganalisis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi dividen kas pada BEJ. Variabel independen yang diteliti adalah current ratio, EPS, ROI, cash ratio, DTA, size. Hasil penelitian menunjukkan bahwa current ratio, EPS signifikan berpengaruh positif terhadap dividen kas. Sedangkan ROI, cash ratio, DTA, size tidak signifikan

  Penelitian yang dilakukan Agung Baruno dan Endriani (2005) menganalisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen

  

payout ratio pada industri telekomunikasi di BEJ periode 2000-2004. Variabel

  independen yang diteliti adalah posisi kas, ROA, ROE, DER, firm size, dan DPR tahun sebelumnya. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa posisi kas, ROI, dan

  

firm size berpengaruh signifikan terhadap DPR pada PT TELKOM. Sedangkan

  untuk PT INDOSAT, posisi kas, ROE, DER, DPR tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap DPR.

  Penelitian yang dilakukan oleh Nasrul (2004) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen payout ratio pada perusahaan manufaktur yang go public di BEJ. Variabel independen yang diteliti adalah current ratio,

  

debt to equity ratio, net profit margin, return on investment. Hasil penelitian

  menunjukkan Secara parsial hanya net profit margin saja yang mepunyai pengaruh secara positif namun tidak signifikan terhadap dividen payout ratio.

  Sedangkan variabel bebas lainnya mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan. Adapun faktor dominan yang mempengaruhi DPR adalah CR dan ROI.

  Penelitian yang dilakukan oleh Edi Susanto (2002) menganalisis faktor- faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen pada BEJ pada periode 1999.

  Variabel independen yang diteliti adalah ROI, current ratio, DTA. Hasil penelitian menunjukkan ROI, Curent ratio tidak signifikan berpengaruh terhadap dividen kas. DTA signifikan berpengaruh terhadap dividen kas. yang mempengaruhi kebijakan dividen payout ratio pada perusahaan publik yang terdaftar di BEJ periode 1991-1996. Variabel independen yang diteiti adalah posisi kas, DER, growth potential, ukuran perusahaan, ROA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa posisi kas dan DER merupakan faktor dominan yang mempengaruhi dividen payout ratio.

  Berdasarkan hasil penelitian-penelitian tersebut, yang menunjukkan hasil yang tidak konsisten, sehingga penting untuk di replikasi dan diteliti kembali pengaruh variabel cash ratio, debt to equity ratio, dan return on asset terhadap kebijakan dividen dengan proksi dividend payout ratio. Maka penulis menuangkannya dalam sebuah karya tulis ilmiah yang berbentuk skripsi dengan judul “Pengaruh Cash Ratio, Debt to Equity Ratio, dan Return On Asset terhadap kebijakan Dividend Payout Ratio pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2009

  1.2 Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang tersebut, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Apakah Cash Ratio berpengaruh positif terhadap kebijakan Dividend

  Payout Ratio ? Dividend Payout Ratio ?

  3) Apakah Return On Asset berpengaruh positif terhadap kebijakan Dividend

  Payout Ratio ?

  1.3 Tujuan Penelitian

  Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1)

  Untuk mengetahui pengaruh Cash Ratio terhadap kebijakan Dividend

  Payout Ratio

  2) Untuk mengetahui pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap kebijakan

  Dividend Payout Ratio

  3) Untuk mengetahui pengaruh Return On Asset terhadap kebijakan Dividend Payout Ratio.

  1.4 Manfaat Penelitian

  Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan tujuan penelitian maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

  1) Manfaat Teoritis

  Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai masukan atau tambahan wawasan serta bukti empiris mengenai pengaruh cash ratio,

  

debt to equity ratio dan return on asset terhadap kebijakan dividen serta

  dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi peneliti yang akan melakukan 2)

  Manfaat Praktis

  a) Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi yang bermanfaat bagi pembaca khususnya investor atau para pialang saham dalam mengambil keputusan untuk membeli atau menjual saham sehubungan dengan harapannya terhadap dividen yang dibayarkan.

  b) Bagi para pemimpin dan pengambil kebijakan di dalam perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam penentuan kebijakan dividen yang akan diambil pada saat diadakannya Rapat Umum Pemegang Saham.

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Profitability, Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Market to Book Value Ratio, Corporate Tax, Sales Growth, dan Cash Flow Terhadap Dividend Payout Ratio Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013

3 68 128

Pengaruh Cash Ratio, Debt to Equity Ratio, Return On Assets Terhadap Kebijakan Dividen Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2009

0 40 86

Analisis Pengaruh Cash Position, Debt To Equity Ratio, Dan Return On Assets Terhadap Divident Payout Ratio

0 52 6

Pengaruh Current Ratio, Leverage, Dividend Payout Ratio Dan Return On Equity Terhadap Price Earning Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005-2008

0 61 82

Analisis Pengaruh Cash Position, Debt To Equity Ratio Dan Return On Assets Terhadap Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia

0 65 120

Pengaruh Return On Equity, Current Ratio, dan Debt to Equity Ratio Terhadap Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI tahun 2011-2013

0 23 84

Analisis Pengaruh Profitability, Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Market to Book Value Ratio, Corporate Tax, Sales Growth, dan Cash Flow Terhadap Dividend Payout Ratio Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013

0 0 13

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - Analisis Pengaruh Cash Ratio, Return On Assets, Growth Firm Size, Debt To Equity Ratio Dan Net Profit Margin Terhadap Dividen Payout Ratio Pada Perusahaan Lq-45 Yang Terdaftar Di Bursa efek Indonesia Tahun 2

0 1 9

Analisis Pengaruh Cash Ratio, Return On Assets, Growth Firm Size, Debt To Equity Ratio Dan Net Profit Margin Terhadap Dividen Payout Ratio Pada Perusahaan Lq-45 Yang Terdaftar Di Bursa efek Indonesia Tahun 2010 -2012

0 0 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori - Pengaruh Cash Ratio, Debt to Equity Ratio, Return On Assets Terhadap Kebijakan Dividen Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2009

0 0 17