Pengaruh Cash Ratio, Debt to Equity Ratio, Return On Assets Terhadap Kebijakan Dividen Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2009

(1)

SKRIPSI

PENGARUH CASH RATIO, DEBT TO EQUITY RATIO, DAN RETURN ON ASSETS TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA

EFEK INDONESIA PERIODE 2005-2009

OLEH

MARTA HASIBUAN

090503128

PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

Pernyataan

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Cash Ratio, Debt to Equity Ratio, dan Return On Assets Terhadap Kebijakan Dividen Payout Ratio pada Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2009” adalah benar hasil karya saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, 28-12-2012

090503128 Marta Hasibuan


(3)

ABSTRAK

PENGARUH CASH RATIO, DEBT TO EQUITY RATIO, DAN RETURN ON ASSETS TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK

INDONESIA PERIODE 2005-2009

Penelitian ini merupakan studi empiris untuk menguji pengaruh Cash Ratio, Debt to Equity Ratio, Return On Assets terhadap kebijakan dividen yang diukur dengan Dividen Payout Ratio pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan periode pengamatan 2005-2009. Teknik sampel yang digunakan adalah purposive sampling sehingga diperoleh jumlah sampel sebanyak 27 perusahaan.

Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data yang telah dimanipulasi menjadi Logaritma normal (Ln) dengan tujuan untuk memperoleh distribusi data yang normal, sehingga dapat dilakukan pengujian lebih lanjut.

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear berganda dan uji hipotesis menggunakan t-statistik serta f-statistik untuk menguji kelayakan model penelitian dengan level of significance 5%. Selain itu juga dilakukan uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, uji multikoleneritas, uji heterokedastisitas, dan uji autokorelasi.

Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel Cash Ratio, Return On Assets tidak berpengaruh positif dan tidak signifikan, serta variabel Debt to Equity Ratio tidak berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Dividen Payout Ratio.

Kata kunci: cash ratio, debt to equity ratio, return on assets, dividend payout ratio.


(4)

ABSTRACTS

THE EFFECT OF CASH RATIO, DEBT TO EQUITY RATIO, AND RETURN ON ASSETS ON DIVIDEN PAYOUT RATIO POLICY ON THE LISTED MANUFACTUR COMPANIES IN INDONESIA STOCK EXCHANGE ON

PERIOD 2005-2009

This research is an empirical study to examine the effect of cash ratio, debt to equity ratio, and return on asset to dividend policy which was measured by dividend payout ratio on the manufactur companies listed on Indonesian Stock Exchange in period of 2005-2009. The samples were collected using the purposive sampling method and it has resulting 27 companies for the samples.

Data in this study using data that has been manipulated into normal logarithm (Ln) in order to obtain a normal distribution of the data, so it can be forward to other testing.

The samples were analyzed by using linear multiple regression tehnique, t-test for t-testing the hypothesis and f-t-test for the feasibility model t-test with the five percent level of significant. It will tested with classic asumption test like normality test, autocorellation test, multicollinearity test, and heteroscedastisity test.

The result shows, Cash Ratio and Return On Asset has not a positive and not significant effect to Dividend Payout Ratio, and Debt to Equity Ratio has not a negative and not significant effect to Dividend Payout Ratio.

Keyword : cash ratio, debt to equity ratio, return on assets, dividend payout ratio


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan pada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan kasih karunia yang diberikan, sehingga skripsi yang berjudul “Pengaruh Cash Ratio, Debt to Equity Ratio, Return On Assets Terhadap Kebijakan Dividen Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2009” dapat diselesaikan oleh penulis tepat pada waktunya, sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi, dan doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:

1. Bapak Arifin Lubis selaku Plt. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, SE,Ak,MAFIS,CPA, selaku Ketua Departemen S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si.Ak. selaku Ketua Program Studi Akuntansi Faklutas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. M. Utama Nasution, MM,Ak., selaku Dosen Pembimbing.


(6)

6. Teristimewa kepada Orang tua saya terkasih, Ayahanda Jannus Hasibuan dan Ibunda Purnama Hutajulu atas dukungan finansial dan motivasi.


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... 11

2.1.1.Pengertian Dividen ... 11

2.1.2 Teori Pensinyalan ... 14

2.1.3 Teori Kebijakan Dividen ... 15

2.1.4 Kebijakan Pembagian Dividen ... 17

2.1.5 Prosedur Pembagian Dividen ... 19

2.1.6 Rasio Kas ... 20

2.1.7 Debt to Equity Ratio ... 21

2.1.8 Total Aset ... 22

2.2 Penelitian Terdahulu ... 23 2.3 Pengaruh Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen 25


(8)

2.3.1 Pengaruh CR terhadap DPR ... 25

2.3.2 Pengaruh DER terhadap DPR ... 26

2.3.3 Pengaruh ROA terhadap DPR ... 26

2.4 Kerangka Konseptual ... 27

2.5 Hipotesis Penelitian ... 27

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 28

3.1.1 Variabel Dependen ... 28

3.1.2 Variabel Independen ... 28

3.2 Populasi dan Sampel ... 30

3.2.1 Populasi ... 30

3.2.2 Sampel ... 31

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 34

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 34

3.5 Metode Analisis Data ... 34

3.5.1 Uji Normalitas ... 34

3.5.2 Uji Multikolinearitas ... 35

3.5.3 Uji Autokorelasi ... 36

3.5.4 Uji Heterokedastisitas ... 36

3.6 Pengujian Hipotesis ... 37

3.6.1 Regresi Linear Berganda ... 37

3.6.2 Koefisien Determinasi R2 ... 38

3.6.3 Uji Statistik F ... 38


(9)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 40

4.1.1 Sejarah Bursa Efek Jakarta... 40

4.1.2 Perkembangan Bursa Efek Indonesia ... 41

4.2 Statistik Deskriptif ... 43

4.3 Pengujian Asumsi Klasik ... 45

4.3.1 Hasil Uji Normalitas ... 45

4.3.2 Hasil Uji Multikolineritas ... 46

4.3.3 Hasil Uji Autokorelasi... 47

4.3.4 Hasil Uji Heterokedastisitas ... 48

4.4 Pengujian Hipotesis ... 49

4.4.1 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 49

4.4.2 Hasil uji f ... 50

4.4.3 Hasil uji t ... 51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 55

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 56

5.3 Saran Untuk Penelitian Selanjutnya ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... xi


(10)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

Tabel 2.1 Rangkuman Penelitian Terdahulu ... 24

Tabel 3.1 Seleksi Sampel Penelitian ... 32

Tabel 3.2 Daftar Sampel Penelitian ... 33

Tabel 3.3 Nilai uji D-W ... 36

Tabel 4.1 Statistik deskriptif ... 44

Tabel 4.3 Uji Multikolineritas ... 46

Tabel 4.4 Uji Autokorelasi ... 47

Tabel 4.5 Uji Heterokedastisitas ... 48

Tabel 4.6 Uji Hipotesis ... 49

Tabel 4.7 Hasil Uji F ... 50


(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ... 27 Gambar 4.1 Garfik histogram hasil olahan SPSS ... 45 Gambar 4.2 Kurva normal P-Plot ... 45


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

Lampiran I Cash ratio... xiii

Lampiran II Debt to equity ratio ... xiv

Lampiran III Return on assets ... xv

Lampiran IV Dividen payout ratio ... xvi

Lampiran V Hasil Uji Data Sebelum Manipulasi data ... xvii Lampiran VI Hasil Uji Data Setelah Manipulasi Data (Data Ln) . xxi


(13)

ABSTRAK

PENGARUH CASH RATIO, DEBT TO EQUITY RATIO, DAN RETURN ON ASSETS TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK

INDONESIA PERIODE 2005-2009

Penelitian ini merupakan studi empiris untuk menguji pengaruh Cash Ratio, Debt to Equity Ratio, Return On Assets terhadap kebijakan dividen yang diukur dengan Dividen Payout Ratio pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan periode pengamatan 2005-2009. Teknik sampel yang digunakan adalah purposive sampling sehingga diperoleh jumlah sampel sebanyak 27 perusahaan.

Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data yang telah dimanipulasi menjadi Logaritma normal (Ln) dengan tujuan untuk memperoleh distribusi data yang normal, sehingga dapat dilakukan pengujian lebih lanjut.

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear berganda dan uji hipotesis menggunakan t-statistik serta f-statistik untuk menguji kelayakan model penelitian dengan level of significance 5%. Selain itu juga dilakukan uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, uji multikoleneritas, uji heterokedastisitas, dan uji autokorelasi.

Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel Cash Ratio, Return On Assets tidak berpengaruh positif dan tidak signifikan, serta variabel Debt to Equity Ratio tidak berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Dividen Payout Ratio.

Kata kunci: cash ratio, debt to equity ratio, return on assets, dividend payout ratio.


(14)

ABSTRACTS

THE EFFECT OF CASH RATIO, DEBT TO EQUITY RATIO, AND RETURN ON ASSETS ON DIVIDEN PAYOUT RATIO POLICY ON THE LISTED MANUFACTUR COMPANIES IN INDONESIA STOCK EXCHANGE ON

PERIOD 2005-2009

This research is an empirical study to examine the effect of cash ratio, debt to equity ratio, and return on asset to dividend policy which was measured by dividend payout ratio on the manufactur companies listed on Indonesian Stock Exchange in period of 2005-2009. The samples were collected using the purposive sampling method and it has resulting 27 companies for the samples.

Data in this study using data that has been manipulated into normal logarithm (Ln) in order to obtain a normal distribution of the data, so it can be forward to other testing.

The samples were analyzed by using linear multiple regression tehnique, t-test for t-testing the hypothesis and f-t-test for the feasibility model t-test with the five percent level of significant. It will tested with classic asumption test like normality test, autocorellation test, multicollinearity test, and heteroscedastisity test.

The result shows, Cash Ratio and Return On Asset has not a positive and not significant effect to Dividend Payout Ratio, and Debt to Equity Ratio has not a negative and not significant effect to Dividend Payout Ratio.

Keyword : cash ratio, debt to equity ratio, return on assets, dividend payout ratio


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Kebijakan pembayaran dividen mempunyai pengaruh terhadap para pemegang saham dan bagi perusahaan yang akan membayar dividen. Para pemegang saham umunya menginginkan pembagian dividen yang relatif stabil karena dengan stabilitas dividen dapat meningkatkan kepercayaan pemegang saham terhadap perusahaan sehingga tidak mengurangi ketidakpastian pemegang saham dalam menanamkan dananya ke dalam perusahaan. Setiap perusahaan selalu menginginkan adanya pertumbuhan bagi perusahaan tersebut dan juga untuk membayarkan dividen kepada pemegang saham. Setiap perusahaan harus dapat mengalokasikan laba bersihnya dengan bijaksana untuk memenuhi kepentingan pemegang saham dan perusahaan itu sendiri karena keputusan tersebut mempunyai pengaruh yang menentukan nilai perusahaan.

Pasar modal merupakan suatu wahana yang mempertemukan pihak yang membutuhkan dana dan pihak yang menyediakan dana sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar modal menyediakan berbagai instrumen keuangan jangka panjang dalam bentuk ekuitas dan hutang yang jatuh tempo lebih dari satu tahun. Pasar modal memiliki dua fungsi yaitu memenuhi keinginan perusahaan untuk memperoleh modal dan keinginan investor untuk menanamkan modal. Di dalam aktivitas di pasar modal,


(16)

para investor memiliki harapan dari investasi yang dilakukannya, yaitu yang berupa dividen maupun capital gain.

Investor memiliki tujuan utama dalam menanamkan dananya ke dalam suatu perusahaan yaitu untuk mencari pendapatan atau tingkat pengembalian investasi baik berupa pendapatan dividen maupun pendapatan dari selisih harga jual saham terhadap harga belinya.

Di sisi lain, perusahaan yang akan membagikan dividen dihadapkan pada berbagai macam pertimbangan antara lain: perlunya menahan sebagian laba untuk re-investasi yang mungkin lebih menguntungkan, kebutuhan dana perusahaan, likuiditas perusahaan, sifat pemegang saham, target tertentu yang berhubungan dengan rasio pembayaran dividen dan faktor lain yang berhubungan dengan kebijakan dividen.

Kebijakan dividen cenderung menjadi salah satu elemen yang paling stabil dan dapat diprediksi oleh perusahaan, dan sebagian besar perusahaan mulai membayar dividen setelah mereka mencapai tahap kematangan bisnis dan ketika tidak ada lagi kesempatan investasi yang menguntungkan perusahaan.

Pengaruh dividen terhadap nilai perusahaan, Abdul Hakim (2005: 21) menyatakan bahwa

dividen merupakan sebagian dari laba yang dibagikan kepada pemegang saham. Bagi investor jumlah rupiah yang diterima dari pembayaran dividen risikonya lebih kecil dari capital gain. Sehingga penurunan besarnya pembayaran dividen dapat diartikan bahwa perusahaan mempunyai prospek tingkat keuntungan yang kurang baik karena dividen merupakan informasi mengenai tingkat pertumbuhan laba saat ini dan masa mendatang.

Proporsi dividen yang dibayarkan pada pemegang saham tergantung pada kemampuan perusahaan menghasilkan laba serta bentuk kebijakan dividen yang


(17)

diterapkan oleh perusahaan yang bersangkutan. Prosentase dari laba yang akan dibayarkan kepada pemegang saham sebagai cash dividend disebut dividend payout ratio.

Di sisi lain, pembagian dividen yang tinggi kurang disukai oleh manajemen karena akan mengurangi utilitas manajemen yang disebabkan oleh semakin kecilnya dana yang berada dalam lingkup kendali manajemen.

Manajemen lebih suka memperlakukannya sebagai laba ditahan, kecuali mengetahui bahwa dana tersebut tidak memberikan net present value (NVP) yang positif pada tambahan investasi.

Pengumuman dividen sebagai alat untuk mengirimkan isyarat yang nyata kepada pasar mengenai hasil kerja perusahaan di masa kini dan di masa yang akan datang adalah merupakan cara yang tepat meskipun mahal tetapi sangat berarti.

Sampai saat ini terdapat kontroversi tentang dividen yang seharusnya dibayarkan (Abdul hakim: 2005), yaitu:

1) Dividen seharusnya dibayarkan setingi-tingginya.

Pihak yang menyatakan bahwa dividen sebaiknya dibayarkan setinggi-tingginya, beranggapan bahwa harga saham dipengaruhi oleh dividen yang dibayarkan. Oleh karena itu, pembayaran dividen yang tinggi dianggap perusahaan mempunyai prospek tingkat keuntungan yang baik.

2) Dividen seharusnya dibayarkan serendah-rendahnya.

Pihak yang lain menyatakan bahwa dividen sebaiknya dibayarkan serendah mungkin bila perlu tidak dibayarkan sehingga perusahaan memiliki laba ditahan setinggi-tingginya. Anggapan ini berdasarkan pada kenyataan adanya biaya mengambang (floatation cost) dan tarif pajak dividen yang lebih besar daripada tarif pajak capital gain. Dengan adanya tarif pajak dividen yang lebih tinggi daripada tarif pajak capital gain maka para pemegang saham cenderung lebih suka menginvestasikan keuntungan yang diperoleh perusahaan daripadanya menerima dalam bentuk dividen. Investasi yang menguntungkan dapat meningkatkan harga saham sehingga pemegang saham akan mendapatkan capital gain.


(18)

3) Pihak yang menyatakan bahwa dividen dibayarkan setelah adanya kesempatan investasi yang menguntungkan yang memenuhi persyaratan didanai, beranggapan bahwa tidak ada pajak perseorangan atau perusahaan, tidak ada floatation cost, kebijakan dividen tidak mempengaruhi biaya modal sendiri, dan keputusan investasi terpisah dari keputusan pendanaan. Apabila kesempatan investasi menjanjikan hasil pengembalian yang tinggi daripada pengembalian yang diisyaratkan, para pemegang saham akan lebih senang jika perusahaan menahan laba. Sebaliknya, jika hasil pengembalian lebih rendah daripada hasil pengembalian yang diisyaratkan, mereka akan lebih suka jika dividen dibagikan.

Akhirnya, pertanyaan yang muncul adalah mengapa dalam praktiknya perusahaan-perusahaan enggan menurunkan pembayaran dividen? Hal ini mungkin disebabkan karena tampaknya dividen dapat membuat para pemegang perusahaan menafsirkan bahwa kenaikan atau penurunan pembayaran dividen merupakan cermin membaiknya atau memburuknya prospek perusahaan. Ini karena umumnya investor cenderung bereaksi berlebihan jika ada kabar buruk. Oleh karena itu akhirnya perusahaan enggan mengambil keputusan penurunan pembayaran dividen sebab harga saham akan naik atau turun jika terjadi peningkatan atau penurunan pembayaran dividen yang tidak diharapkan.

Penelitian ini menggunakan variabel-variabel rasio keuangan dalam memprediksi kebijakan dividen. Rasio keuangan digunakan sebagai variabel penelitian karena rasio keuangan ini sangat penting gunanya untuk melakukan analisis terhadap kondisi keuangan perusahaan. Bagi investor jangka pendek dan menengah pada umumnya lebih banyak tertarik kepada kondisi keuangan jangka pendek dan kemampuan perusahaan untuk membayar dividen yang memadai.


(19)

Rasio-rasio keuangan yang digunakan antara lain adalah rasio likuiditas yang diukur oleh Cash Ratio, rasio leverage yang diukur oleh Debt to Equity Ratio¸dan rasio profitabilitas yang diukur oleh Return On Asset.

Rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Current Ratio merupakan indikator yang sesungguhnya dari likuiditas perusahaan, karena perhitungan tersebut mempertimbangkan hubungan relatif antara aktiva lancar dan hutang lancar.

Dengan demikian, likuiditas perusahaan dapat disimpulkan sebagai kemampuan membayar yang dihubungkan dengan kewajiban keuangan yang harus segera dipenuhi dalam menyelenggarakan aktivitas-aktivitas perusahaan, seperti membayar gaji, upah, dividen, dan lainnya.

Rasio leverage yaitu Debt to Equity Ratio (DER) yang merupakan rasio yang menggambarkan perbandingan antara total hutang dengan total ekuitas perusahaan. Perusahaan yang mempunyai kesempatan bertumbuh lebih besar umumnya mempunyai DER yang lebih rendah dalam kebijakan struktur modalnya. Rasio leverage mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai dengan hutang. Banyak perusahaan yang membiayai aktivitas usahanya dengan hutang. Namun, harus dimengerti bahwa penggunaan hutang yang berlebihan bisa menimbulkan kondisi berbahaya atau yang biasa disebut dengan extreme leverage, sehingga penggunaan hutang yang baik adalah disesuaikan dengan jumlah atau ketersediaan modal yang dimiliki.


(20)

Peningkatan hutang pada gilirannya akan mempengaruhi peningkatan laba bersih yang tersedia bagi para pemegang saham termasuk dividen yang diterima karena kewajiban untuk membayar hutang lebih diutamakan daripada pembagian dividen.

Rasio profitabilitas yang digunakan adalah rasio Return on Assets (ROA) yang menunjukkan kemampuan modal yang diinvestasikan dalam total aktiva untuk menghasilkan laba perusahaan. Semakin tinggi Return on Assets (ROA) maka kemungkinan pembagian dividen juga semakin banyak.

Menurut Bhattacharya (1979) profitability refers to the ability a firm to generate revenues in excess of expenses. Adapun menurut I.Omar dan Juhmani (2009) mengatakan bahwa profitability is the efeectiveness with which management has employed both the total assets and the net assets as recorded on the balance sheet. Lebih tegas M. Ramli (2010) bahwa profitability ratio are indicators of a firm’s overall financial health.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Zulfikli (2008) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi dividend payout ratio pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEJ. Variabel independen yang diteliti adalah variable cash position, DER, ROA, growth potential, dan firm size. Hasil dari penelitian menunjukkkan dalam uji parsial (uji-t) bahwa semua variabel independen tidak berpengaruh signifikan terhadap DPR. Sedangkan dalam uji serempak (uji-f) menunjukkan bahwa semua variabel independen berpengaruh signifikan terhadap DPR.


(21)

Penelitian yang dilakukan oleh Nurhidayati (2006) menganalisis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi dividen kas pada BEJ. Variabel independen yang diteliti adalah current ratio, EPS, ROI, cash ratio, DTA, size. Hasil penelitian menunjukkan bahwa current ratio, EPS signifikan berpengaruh positif terhadap dividen kas. Sedangkan ROI, cash ratio, DTA, size tidak signifikan berpengaruh terhadap dividen kas.

Penelitian yang dilakukan Agung Baruno dan Endriani (2005) menganalisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen payout ratio pada industri telekomunikasi di BEJ periode 2000-2004. Variabel independen yang diteliti adalah posisi kas, ROA, ROE, DER, firm size, dan DPR tahun sebelumnya. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa posisi kas, ROI, dan firm size berpengaruh signifikan terhadap DPR pada PT TELKOM. Sedangkan untuk PT INDOSAT, posisi kas, ROE, DER, DPR tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap DPR.

Penelitian yang dilakukan oleh Nasrul (2004) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen payout ratio pada perusahaan manufaktur yang go public di BEJ. Variabel independen yang diteliti adalah current ratio, debt to equity ratio, net profit margin, return on investment. Hasil penelitian menunjukkan Secara parsial hanya net profit margin saja yang mepunyai pengaruh secara positif namun tidak signifikan terhadap dividen payout ratio. Sedangkan variabel bebas lainnya mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan. Adapun faktor dominan yang mempengaruhi DPR adalah CR dan ROI.


(22)

Penelitian yang dilakukan oleh Edi Susanto (2002) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen pada BEJ pada periode 1999. Variabel independen yang diteliti adalah ROI, current ratio, DTA. Hasil penelitian menunjukkan ROI, Curent ratio tidak signifikan berpengaruh terhadap dividen kas. DTA signifikan berpengaruh terhadap dividen kas.

Penelitian yang dilakukan oleh Sutrisno (2001) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen payout ratio pada perusahaan publik yang terdaftar di BEJ periode 1991-1996. Variabel independen yang diteiti adalah posisi kas, DER, growth potential, ukuran perusahaan, ROA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa posisi kas dan DER merupakan faktor dominan yang mempengaruhi dividen payout ratio.

Berdasarkan hasil penelitian-penelitian tersebut, yang menunjukkan hasil yang tidak konsisten, sehingga penting untuk di replikasi dan diteliti kembali pengaruh variabel cash ratio, debt to equity ratio, dan return on asset terhadap kebijakan dividen dengan proksi dividend payout ratio. Maka penulis menuangkannya dalam sebuah karya tulis ilmiah yang berbentuk skripsi dengan judul “Pengaruh Cash Ratio, Debt to Equity Ratio, dan Return On Asset terhadap kebijakan Dividend Payout Ratio pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2009


(23)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Apakah Cash Ratio berpengaruh positif terhadap kebijakan Dividend Payout Ratio?

2) Apakah Debt to Equity Ratio berpengaruh negatif terhadap kebijakan Dividend Payout Ratio?

3) Apakah Return On Asset berpengaruh positif terhadap kebijakan Dividend Payout Ratio?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Untuk mengetahui pengaruh Cash Ratio terhadap kebijakan Dividend Payout Ratio

2) Untuk mengetahui pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap kebijakan Dividend PayoutRatio

3) Untuk mengetahui pengaruh Return On Asset terhadap kebijakan Dividend Payout Ratio.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan tujuan penelitian maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:


(24)

1) Manfaat Teoritis

Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai masukan atau tambahan wawasan serta bukti empiris mengenai pengaruh cash ratio, debt to equity ratio dan return on asset terhadap kebijakan dividen serta dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi peneliti yang akan melakukan penelitian sejenis atau lebih lanjut.

2) Manfaat Praktis

a) Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi yang bermanfaat bagi pembaca khususnya investor atau para pialang saham dalam mengambil keputusan untuk membeli atau menjual saham sehubungan dengan harapannya terhadap dividen yang dibayarkan.

b) Bagi para pemimpin dan pengambil kebijakan di dalam perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam penentuan kebijakan dividen yang akan diambil pada saat diadakannya Rapat Umum Pemegang Saham.


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

Bab ini membahas mengenai telaah pustaka yang relevan dengan topik penelitian. Telaah pustaka tersebut berasal dari berbagai sumber yaitu text book dan jurnal-jurnal penelitian. Selain itu dalam bab ini juga dikemukakan pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel dependen dan hipotesis penelitian yang hipotesis penelitian tersebut akan diuji lebih lanjut. Di samping itu disajikan pula diagram kerangka pemikiran teoritis dan hipotesis penelitian.

2.1.1 Pengertian Dividen

Menurut Munawir S (2007) dividen merupakan sebagian dari laba yang dibagikan kepada pemegang saham. Dividen akan diterima oleh pemegang saham hanya apabila ada usaha menghasilkan cukup uang untuk membagi dividen tersebut dan apabila dewan direksi menganggap layak bagi perusahaan untuk mengumumkan dividen.

Pendapatan yang diharapkan oleh pemegang saham adalah pendapatan yang dihasilkan dari pembagian dividen, dimana badan usaha menyerahkan sebagian labanya untuk kepentingan kesejahteraan pemegang saham.


(26)

Menurut Shitta amalia (2011; 387), faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen yaitu:

1) Faktor Hukum

a) Peraturan mengenai laba bersih menentukan bahwa dividen dapat dibayar dari tahun-tahun yang lalu dan dari laba tahun berjalan.

b) Peraturan mengenai tindakan yang merugikan modal. Melindungi para kreditur, dengan melindungi para pembayaran dividen yang berasal dari modal membagikan investasinya bukan membagikan keuntungannnya.

c) Peraturan mengenai tak mampu bayar, peruahaan boleh membayar dividen jika tidak mampu (jumlah hutang lebih besar dari jumlah harta).

2) Faktor likuiditas

Laba ditahan biasanya diinvestasikan dalam bentuk aktiva yang diperlukan untuk menjalankan usaha. Laba ditahan dari tahun-tahun terdahulu sudah diinvestasikan dalam bentuk mesin dan peralatan, persediaan dan barang-barang lainnya, bukan disimpan dalam bentuk tunai.

3) Membayar pinjaman

Perusahaan jika telah membuat keputusan untuk memperluas perusahaan atau untuk membiayai lainnya maka perusahaan dapat melunasi pinjamannya pada saat jatuh tempo atau dapat juga menyisihkan cadangan-cadangan untuk melunasi pinjaman itu nantinya. Jika diputuskan pinjaman itu akan dilunasi, maka biasanya harus ada laba ditahan.

4) Kontrak pinjaman

Kontrak pinjaman, apalagi jika menyangkut pinjaman jangka panjang seringkali membatasi kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. 5) Pengembangan aktiva

Pertumbuhan perusahaan akan semakin besar kebutuhan dananya untuk membiayai pengembangan aktiva perusahaan. Dana semakin banyak dibutuhkan dikemudian hari, semakin banyak laba yang harus ditahan. 6) Tingkat pengembalian

Tingkat pengembalian atas asset menentukan pembagian laba dalam bentuk dividen yang dapat digunakan dalam pemegang saham baik ditanamkan kembali dalam perusahaan maupun ditempat lain.


(27)

7) Stabilitas keuntungan

Perusahaan yang keuntungannnya relatif teratur seringkali dapat memperkirakan keuntungan dikemudian hari. Maka perusahaan seperti itu kemungkinan besar akan membagikan keuntungannya dalam bentuk dividen yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang keuntungannya berfluktuasi.

8) Pasar modal

Perusahaan besar yang sudah mantap, dengan profitabilitas yang tinggi dan keuntungan teratur, dengan mudah dapat masuk ke pasar modal atau memperoleh macam-macam dana dari luar untuk pembiayaannya. Perusahaan kecil yang masih baru atau agak gegabah adalah terlalu berisiko bagi calon debitur.

9) Kendali perusahaan

Perusahaan hanya memperluas usahanya dari pembiayaan intern maka pembayaran dividen akan berkurang. Kebijakan ini dijalankan atas pertimbangan bahwa menambah modal dengan menjual saham biasa akan mengurangi pengendalian atas perusahaan itu oleh golongan pemegang saham yang kini berkuasa.

10)Keputusan kebijakan dividen

Perusahaan ingin mempertahankan dividen perlembar saham pada tingkat yang konstan tetapi naiknya dividen selalu terlambat dibandingkan dengan naiknya keuntungan, artinya dividen itu baru akan naik jika sudah jelas bahwa meningkatnya keuntungan itu benar-benar mantap dan cukup permanen.

Menurut Irfan Fahmi (2006) tingkat pengembalian dividen terdiri dari 2 jenis, yaitu:

1) Dividen dengan jumlah tetap (Zero Growth)

Diasumsikan tingkat pertumbuhan diukur dengan tingkat kenaikan dividen yang diharapkan, dan jika pertumbuhannya di masa mendatang nol, atau dividen yang akan dibayarkan sama setiap tahun hingga tahun berikutnya.


(28)

2) Dividen dengan pertumbuhan normal (Normal Growth)

Dari tahun ke tahun, perusahaan selalu berupaya agar laba dan dividen akan tumbuh seperti yang direncanakan. Tingkat pertumbuhan tersebut diharapkan terus berlanjut pada tingkat yang sama dengan tingkat pertumbuhan ekonomi (produk nasional bruto-GNP), dan bahkan dapat lebih tinggi dari pertumbuhan tersebut.

2.1.2 Teori Pensinyalan

Teori sinyal menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi adalah karena terdapat asimetri informasi antara perusahaan dan pihak luar karena perusahaan mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang daripada pihak luar (khususnya investor dan kreditor).

Teori sinyal juga mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik ataupun pihak yang berkepentingan lainnya. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan, laporan apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik, atau bahkan dapat berupa promosi serta informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain.

Penggunaan dividen sebagai isyarat, cenderung berupa cerita bagaimana informasi dapat diteruskan ke pasar daripada teori tentang kebijakan dividen optimal. Pengumuman yang menyatakan bahwa suatu perusahaan telah


(29)

memutuskan untuk menaikkan dividen per saham mungkin diartikan oleh penanam modal sebagai berita yang baik, karena dividen per saham yang lebih tinggi menunjukkan bahwa perusahaan yakin arus kas pada masa mendatang akan cukup besar untuk menanggung tingkat dividen yang tinggi.

Pengumuman dividen sebagai alat untuk mengirimkan isyarat yang nyata kepada pasar mengenai hasil kerja perusahaan di masa kini dan masa yang akan datang adalah merupakan cara yang tepat meskipun mahal tetapi sangat berarti. Setelah menerima isyarat melalui pengumuman dividen maka pasar akan bereaksi terhadap pengumuman perubahan dividen yang dibayarkan sehingga bisa dikatakan pasar menangkap informasi tentang prospek perusahaan yang terkandung dalam pengumuman tersebut.

2.1.3 Teori Kebijakan Dividen

Beberapa teori yang berkaitan dengan kebijakan dividen dan asumsi-asumsi yang mendasari antara lain:

1) Teori Ketidakrelevanan Dividen

Menurut Wicaksana I Gede Anandita (2012) dividend payout ratio tidak mempunyai pengaruh pada harga saham perusahaan atau biaya modalnya. Dividen payout ratio adalah tidak relevan, selanjutnya nilai perusahaan ditentukan oleh earning power dari aset perusahaan. Sementara itu keputusan apakah laba yang diperoleh akan dibagikan dalam bentuk dividen atau akan ditahan tidak mempengaruhi nilai perusahaan.


(30)

Untuk membuktikan teorinya, dikemukakan berbagai asumsi sebagai berikut:

a) Tidak ada pajak perseorangan dan pajak penghasilan perusahaan. b) Tidak ada biaya emisi atau flotation cost dan biaya transaksi.

c) Kebijakan penganggaran modal perusahaan independen terhadap dividend payout ratio.

d) Investor dan manajer mempunyai informasi yang sama tentang kesempatan investasi di masa yang akan datang

e) Distribusi pendapatan di antara dividen dan laba ditahan tidak berpengaruh terhadap tingkat keuntungan yang diisyaratkan oleh investor.

2) Bird in the hand theory

Teori ini menganggap dividen yang diterima merupakan sesuatu yang sudah pasti di tangan sehingga memiliki risiko yang lebih rendah dibandingkan dengan capital gain. Teori ini berpendapat bahwa investor lebih menyukai dividen karena lebih pasti pendapatannya daripada mengharapkan return yang belum pasti jika menginvestasikan kembali dividen pada investasi tertentu.

3) Tax preference theory

Capital gain dikenakan pajak dengan tarif lebih rendah daripada pajak atas dividen, maka saham yang memiliki pertumbuhan tinggi menjadi lebih menarik. Sebaliknya jika capital gain dikenai pajak yang sama dengan pendapatan atas dividen, maka keuntungan capital gain menjadi


(31)

berkurang, namun demikian pajak atas dividen karena pajak atas capital gain baru dibayar setelah saham dijual, sementara pajak atas dividen harus dibayar setiap tahun setelah pembayaran dividen.

Periode investasi juga mempengaruhi pendapatan investor, jika investor hanya membeli saham untuk jangka waktu satu tahun maka tidak ada bedanya antara pajak atas capital gain dan pajak atas dividen. Investor akan meminta tingkat keuntungan setelah pajak yang lebih tinggi terhadap saham yang memiliki dividen yield yang tinggi daripada saham dengan dividen yield yang rendah.

Oleh karena itu, teori ini menyarankan bahwa perusahaan sebaiknya menentukan dividen payout ratio yang rendah atau bahkan tidak membagikan dividen Irfan Fahmi (2006).

2.1.4 Kebijakan Pembagian Dividen

Dividen merupakan pembayaran dari perusahaan kepada para pemegang saham atas keuntungan yang diperolehnya. Kebijakan dividen adalah kebijakan yang berhubungan dengan pembayaran dividen oleh pihak perusahaan, berupa penentuan besarnya dividen yang akan dibagikan dan besarnya saldo laba yang ditahan untuk kepentingan perusahaan.

Laba ditahan dalam jumlah besar, berarti laba yang akan dibayarkan akan sebagai dividen menjadi lebih kecil. Persentase dari pendapatan yang akan dibayarakan kepada pemegang saham sebagai kas dividen payout ratio.

Kebijakan dividen sebagai suatu keputusan perusahaan apakah akan membagikan pendapatanyang dihasilkan kepada para pemegang saham atau akan


(32)

menahan pendapatan untuk kegiatan reinvestasi dalam perusahaan. Ada empat bentuk kebijakan pembayaran dividen (Abdul Hakim, 2005), yaitu sebagai berikut:

a. Kebijakan dividen yang stabil

Kebijakan ini merupakan pola pembayaran dividen per lembar saham yang dibayarkan setiap tahun relatif tetap selama jangka waktu tertentu meskipun pendapatan per lembar saham per tahunnya berfluktuasi. Dividen yang sudah dinaikkan ini akan dipertahankan untuk jangka waktu yang relatif panjang.

b. Kebijakan dividen dengan penetapan jumlah dividen minimal plus jumlah ekstra tertentu.

Kebijakan ini menetapkan jumlah rupiah minimal dividen per lembar saham setiap tahunnya. Jika kondisi keuangan perusahaan baik, perusahaan akan membagikan dividen ekstra di atas jumlah minimal tersebut. Jika kondisi memburuk, maka yang dibayarkan hanya dividen minimalnya saja.

c. Kebijakan dividen dengan penetapan dividend payout ratio yang konstan. Jika kebijakan ini yang dipakai oleh perusahaan, ini berarti bahwa jumlah dividen per lembar saham yang dibayarkan setiap tahunnya akan berfluktuasi sesuai dengan perkembangan keuntungan netto yang diperoleh setiap tahunnya.

d. Kebijakan dividen yang fleksibel.

Kebijakan ini merupakan pola pembayaran dividen yang besarnya disesuaikan dengan posisi dan kebijakan finansial perusahaan setiap tahunnya.

Prosentase laba yang dibayarkan sabagai dividen akan berfluktuasi dari satu periode ke periode lainnya seiring dengan jumlah peluang yang diterima perusahaan. Dengan dibayarkannya dividen maka diharapkan perusahaan tersebut akan memiliki nilai yang tinggi di mata investor. Selain itu, dengan pembayaran


(33)

dividen yang terus menerus perusahaan mampu menghadapi gejolak perekonomian dan mampu memberikan hasil kepada para pemegang saham.

2.1.5 Prosedur Pembagian Dividen

Didalam pembayaran dividen oleh emiten, maka emiten selalu akan mengumumkan secara resmi jadwal pelaksanaan pembayaran dividen tersebut baik dividen tunai maupun dividen saham. Tanggal-tanggal yang perlu diperhatikan didalam pembayaran dividen adalah sebagai berikut:

a. Tanggal Pengumuman

Merupakan tanggal pada saat dimana direksi perusahaan mengumumkan rencana pembagian dividen

b. Tanggal Cum Dividend

Merupakan tanggal hari terakhir perdagangan saham yang masih melekat hak untuk mendapatkan dividen baik dividen tunai maupun dividen saham.

c. Tanggal Ex- Dividend (Ex- Dividend Date)

Merupakan tanggal pada saat dimana hak atas dividen periode berjalan dilepaskan dari sahamnya; biasanya jangka waktunya adalah empat hari kerja sebelum tanggal pencatatan pemegang saham.


(34)

d. Tanggal Pencatatan Pemegang Saham

Merupakan tanggal dimana investor harus terdaftar sebagai pemegang saham perusahaan publik atau emiten sehingga investor mempunyai hak yang diperuntukkan bagi pemegang saham.

e. Tanggal pembayaran

Tanggal ini merupakan saat pembayaran dividen oleh perusahaan kepada para pemegang saham yang telah mempunyai hak atas dividen. Jadi pada tanggal tersebut, para investor sudah dapat mengambil dividen sesuai dengan bentuk dividen yang telah diumumkan oleh emiten (dividen tunai/dividen saham)

2.1.6 Rasio Kas

Cash ratio merupakan salah satu ukuran dari rasio likuiditas yang merupakan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya melalui sejumlah kas (dan setara kas, seperti giro atau simpanan lain di bank yang dapat ditarik setiap saat) yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi cash ratio menunjukkan kemampuan kas perusahaan untuk memenuhi (membayar) kewajiban jangka pendeknya.


(35)

Cash + Equivalent Cas Ratio =

Current Liabilities

Kas dan ekuivalennya dalam persamaan tersebut menunjukkan besarnya kas dan setara kas (giro dan simpanan lain yang pengambilannya tidak dibatasi oleh waktu) yang tercermin dalam neraca (sisi asset). Current liability menunjukkan jumlah kewajiban jangka pendek perusahaan yang tercermin dalam neraca (sisi liabilitas).

Posisi cash ratio merupakan variabel penting yang dipertimbangkan oleh manajemen dalam kebijakan dividen. Pembayaran dividen merupakan arus kas keluar, cash flow yang tinggi akan memungkinkan perusahaan lebih berfokus pada pembayaran dividen atau menyelesaikan hutang untuk mengurangi biaya. Sehingga semakin kuat cash ratio perusahaan, berarti semakin besar kemampuan untuk membayar dividen.

2.1.7 Debt to Equity Ratio (DER)

Debt to Equity Ratio (DER) mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya, yang ditunjukkan oleh berapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Salah satu rasio yang termasuk dalam rasio solvabilitas atau leverage adalah debt to equity ratio. Rasio ini digunakan untuk mengetahui berapa bagian dari setiap modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan hutang perusahaan atau untuk menilai banyaknya hutang yang dipergunakan oleh perusahaan.


(36)

Kebijakan debt dapat dipengaruhi oleh karakteristik perusahaan yang akan mempengaruhi kurva permintaan dari debt yang ditawarkan kepada perusahaan atau permintaan perusahaan akan debt. Perusahaan-perusahaan yang profitable memiliki lebih banyak pendapatan yang tersedia untuk retensi atau investasi dan karenanya, akan cenderung membangun ekuitas mereka relatif terhadap hutang. Oleh karena itu semakin rendah DER akan semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya.

Semakin besar proporsi hutang yang digunakan untuk struktur modal suatu perusahaan, maka akan semakin besar pula jumlah kewajibannya. Peningkatan hutang pada gilirannya akan mempengaruhi besar kecilnya laba bersih yang tersedia bagi para pemegang saham termasuk dividenyang akan diterima, karena kewajiban tersebut lebih diprioritaskan daripada pembagian dividen. Jika beban hutang semakin tinggi, maka kemampuan perusahaan untuk membagi dividen akan semakin rendah, sehingga DER mempunyai pengaruh negatif dengan dividend payout ratio. Debt to equity ratio dapat dirumuskan dengan persamaan sebagai berikut.

Total Liabilities Debt To Equity Ratio =

Total Equity

2.1.8 Total Assets

ROA merupakan salah satu rasio profitabilitas, yaitu rasio yang menunjukkan seberapa efektifnya perusahaan beroperasi sehingga menghasilkan


(37)

keuntungan bagi perusahaan. Rasio ROA digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan cara memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Rasio ini merupakan rasio yang terpenting di antara rasio rentabilitas yang ada.

ROA dapat diukur dengan perhitungan sebagai berikut:

Net Income After Tax Return On Assets (ROA) =

Total Assets

Nilai ROA yang tinggi akan menunjukkan bahwa perusahaan mampu menghasilkan keuntungan berbanding asset yang relatif tinggi. Investor akan menyukai perusahaan dengan nilai ROA yang tinggi, karena perusahaan dengan nilai ROA yang tinggi mampu menghasilkan tingkat keuntungan lebih besar dibandingkan perusahaan dengan ROA rendah

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian ini merupakan lanjutan dari beberapa penelitian terdahulu. Tinjauan terhadap beberapa penelitian terdahulu dijadikan sebagai dasar penelitian ini, disajikan sebagai berikut:


(38)

Tabel 2.1

Rangkuman Penelitian Terdahulu

Peneliti dan tahun penelitian

Judul penelitian Variabel penelitian

Hasil penelitian Zulfikli (2008) Analisis faktor-faktor

yang mempengaruhi

dividen payout ratio

pada perusahaan makanan dan minuman yang tedaftardi BEJ.

Variabel cash position, DER, ROA, growth potential, firm size

Hasil uji parsial (uji-t) menunjukkkan bahwa variabel cash position, DE, ROA, growth potential, firm size tidak berpengaruh signifikan terhadap

dividen payout ratio. Hasil uji serempak (uji-f) menunjukkkan bahwa semua variabel independen berpengaruh signifikan terhadap vari bel dependen.

Nurhidayati (2006) Analisis factor-faktor yang mempengaruhi dividen kas di Bursa Efek Jakarta

Dividen kas, current ratio, EPS, ROI, cash ratio, DTA, size

Current ratio, EPS, signifikan berpengaruh positif terhadap dividen kas. ROI, Cash ratio, DTA, size tidak signifikan berpengaruh terhadap dividen kas

Agung baruno dan Endriani (2005)

Analisis factor-faktor yang mempengaruhi

dividen payout ratio

pada industry telekomunikasi di BEJ periode 2000-2004

Posisi kas, ROA, ROE, DER, firm size, dan dividen payout ratio

tahun sebelumnya.

Posisi kas, ROI, dan firm size

berpengaruh signifikan terhadap

dividen payout ratio pada PT TELKOM. Sedangkan untuk PT INDOSAT, posis kas, ROE, DER, DPR tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap dividen payout ratio.

Nasrul (2004) Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi

dividen payout ratio

pada perusahaan manufaktur go-public

di BEJ

Current ratio, debt to equity ratio, net profit margin, return on investment,

dividen payout ratio

Secara parsial hanya net profit margin

saja yang mepunyai pengaruh secara positif namun tidak signifikan terhadap dividen payout ratio.

Sedangkan variabel bebas lainnya mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan. Adapun faktor dominan yang mempengaruhi DPR adalah CR dan ROI.

Edi susanto (2002) Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen di BEJ periode 1999

ROI, Curent ratio, DTA

ROI, Curent ratio tidak signifikan berpengaruh terhadap dividen kas. DTA signifikan berpengaruh terhadap dividen kas

Sutrisno (2001) Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen payout ratio pada perusahaan public yang terdaftar di BEJ periode 1991-1996

Posisi kas, DER, growth potential, ukuran

perusahaan, ROA

Posisi kas dan DER merupakan factor dominan yang mempengaruhi dividen payout ratio.


(39)

2.3 Pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen

2.3.1 Pengaruh Cash Ratio terhadap Dividen Payout Ratio

Cash Ratio perusahaan merupakan faktor penting yang harus

dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk menetapkan besarnya dividen yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham. Dividen merupakan cash outflow, maka makin kuatnya posisi kas perusahaan berarti makin besar kemampuan perusahaan membayar dividen. Cash ratio merupakan salah satu ukuran dari likuiditas yang merupakan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya melalui sejumlah kas (dan setara kas, seperti giro atau simpanan lain di bank yang dapat ditarik setiap saat) yang dimiliki perusahaan.

Semakin tinggi cash ratio menunjukkan kemampuan kas perusahaan untuk memenuhi (membayar) kewajiban jangka pendeknya. Banyaknya kas yang dimiliki perusahaan juga mencerminkan kemampuan perusahaan untuk membagikan dividen kepada para pemegang saham. Berdasarkan paparan di atas dapat dirumuskan hipotesis 1 sebagai berikut.

H1 : Terdapat pengaruh positif antara cash ratio terhadap dividend payout ratio


(40)

2.3.2 Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Dividen Payout Ratio

Debt to Equity Ratio (DER) adalah suatu rasio keuangan yang mengindikasikan proporsi hubungan (relativitas) antara hutang dan ekuitas yang digunakan untuk membiayai aset perusahaan. Peningkatan hutang pada gilirannya akan mempengaruhi besar kecilnya laba bersih yang tersedia bagi para pemegang saham, termasuk dividen yang diterima karena kewajiban untuk membayar hutang lebih diutamakan daripada pembagian dividen. Berdasarkan paparan di atas dapat dirumuskan hipotesis 2 sebagai berikut.

H2 : Terdapat pengaruh negatif antara debt to equity ratio terhadap dividend payout ratio

2.3.3 Pengaruh Return On Assets terhadap Dividen Payout Ratio

ROA merupakan rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur tingkat dengan mana aktiva telah digunakan untuk menghasilkan laba. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik, karena tingkat pengembalian investasi semakin besar. Sehingga meningkatnya ROA juga akan meningkatkan pendapatan dividen.

Kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba merupakan indikator utama dalam kemampuan perusahaan untuk membayar dividen, sehingga profitabilitas sebagai faktor penentu terpenting terhadap dividen. Berdasarkan paparan di atas maka dapat dirumuskan hipotes 3 sebagai berikut.

H3 : Terdapat pengaruh positif antara return on assets terhadap dividend payout ratio


(41)

2.4 Kerangka Konseptual

Berdasarkan landasan teori dan penelitian terdahulu di atas dapat digambarkan kerangka pemikiran teoritis ini:

H1 (+)

H2 (-) H3 (+)

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

2.5 Hipotesis Penelitian

H1 : Terdapat pengaruh positif antara cash ratio terhadap kebijakan dividend payout ratio.

H2 : Terdapat pengaruh negatif antara debt to equity ratio terhadap kebijakan dividend payout ratio.

H3 : Terdapat pengaruh positif antara return on assets terhadap kebijakan dividend payout ratio.

KEBIJAKAN

DIVIDEN

PAYOUT RATIO

Cash Ratio

Debt to Equity Ratio Returb on Asset


(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variable-variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

3.1.1. Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Dividen Payout Ratio. Dividen Payout Ratio merupakan Laba bersih setelah pajak yang ditetapkan untuk membayar kepada para pemegang saham atau rasio yang mengukur pendapatan bersih yang dibayarkan dalam bentuk dividen. Dividen PayoutRatio didefinisikan sebagai rasio antara dividen per share (DPS) terhadap earning per share (EPS). Dividen Payout Ratio dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Dividen Per Share DPR=

Earning Per Share

3.1.2 Variabel Independen

Variabel independen yang terdapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


(43)

1) Cash Ratio

Cash Ratio merupakan salah satu ukuran dari rasio likuiditas yang merupakan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya melalui sejumlah kas (dan setara kas, seperti giro atau simpanan lain di bank yang dapat ditarik setiap saat) yang dimiliki perusahaan. Sumber data dari variabel ini diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory.

Cash Cash Ratio=

Current Assets

2) Debt to Equity Ratio

DER mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya, yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendri yang digunakan untuk membayar hutang. Semakin besar rasio ini, semakin besar pula kewajiban perusahaan dalam membayar hutang, demikian sebaliknya. Peningkatan hutang akan mempengaruhi tingkat pendapatan bersih yang tersedia bagi pemegang saham, artinya semakin tinggi kewajiban perusahaan akan semakin rendah kemampuan perusahaan dalam membayar dividen.

Secara sistematik, DER dapat dirumuskan sebagai berikut :

Total Debt DER=


(44)

3) Return On Assets (ROA)

Rasio ini mengukur pengembalian atas total aktiva setelah bunga dan pajak. Hasil pengembalian total aktiva atau total investasi menunjukkan kinerja manajemen dalam menggunakan aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba.

Secara sistematik, rumus ROA dapat dirumuskan sebagai berikut:

Net Income After Taxes ROA=

Total Assets

3.2 Populasi Dan Sampel 3.2.1 Populasi

Populasi adalah kumpulan individu atau objek penelitian yang memiliki kualitas-kualitas serta ciri-ciri yang ditetapkan. Berdasarkan kualitas dan ciri-ciri tersebut, populasi dapat dipahami sebagai sekelompok individu atau objek pengamatan yang minimal memiliki satu persaamaan karakteristik.

Dalam penelitian ini populasinya adalah perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2005-2009. Periode 2005-2009 (5 tahun) digunakan sebagai periode pengamatan karena dengan rentang waktu tersebut diharapkan akan didapatkan jumlah sampel penelitian yang cukup dan dapat digeneralisasi.


(45)

3.2.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Metode penentuan sampel yang digunakan adalah penentuan sampel secara purposive (purposive sampling). Penggunaan metode ini bertujuan untuk mendapatkan sampel yang konsisten dan representatif, sesuai dengan kriteria-kriteria yang digunakan.

Kriteria penentuan sampel dalam penelitian ini adalah :

1) Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI berturut-turut dari tahun 2005-2009.

2) Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangannya untuk periode yang berakhir 31 Desember.

3) Perusahaan yang membagikan dividen lima tahun berturut-turut dari tahun 2005-2009.

Berdasarkan data dari ICMD perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI adalah 141 perusahaan. Perusahaan-perusahaan tersebut diseleksi kembali sesuai dengan kriteria purposive sampling yang telah ditetapkan sebelumnya.


(46)

Tabel 3.1

Seleksi Sampel Penelitian

No Kriteria Sampel Jumlah

1 Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI berturut-turut dari tahun 2005-2009.

141

2 Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan keuangannya untuk periode yang berakhir 31 Desember.

(1)

3 Perusahaan yang tidak membagikan dividen lima tahun berturut-turut dari tahun 2005-2009.

(113)

Jumlah Sampel Akhir 27

Berdasarkan kriteria tersebut, maka didapat sampel perusahaan berjumlah 27 perusahaan, dengan 5 tahun pengamatan.


(47)

Tabel 3.2

Daftar Sampel Perusahaan

NO. Nama Perusahaan Kode Listing Date

1. AKR Corporindo Tbk AKRA 3 Oktober, 1994

2. Astra Internasional Tbk ASII 4 April, 1990

3. Astra Otoparts Tbk. AUTO 15 Juni, 1998

4. Sepatu Bata Tbk. BATA 24 Maret, 1982

5. Indo Kordsa Tbk. BRAM 5 September, 1990

6. Colopark Indonesia Tbk. CLPI 30 November,2001 7. Delta Djakarta Tbk. DLTA 12 Februari, 1984 8. Goodyear Indonesia Tbk. GDYR 1 Desember, 1980

9. Gudang Garam Tbk. GGRM 27 Agustus, 1990

10. HM Sampoerna Tbk. HMSP 15 Agustus, 1990

11. Champion Pacific Indonesia Tbk. IGAR 5 November, 1990 12. Sumi Indo Kabel Tbk. IKBI 21 Januari, 1991 13. Indofood Sukses Makmur Tbk. INDF 14 Juli, 1994 14. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. INTP 29 Agustus 1997

15. Lautan Luas Tbk. LTLS 21 Juli, 1997

16. Kalbe Farma Tbk. KLBF 30 Juli, 1991

17. Lion Metal Works Tbk. LION 20 Agustus, 1993 18. Lionmesh Prima Tbk. LMSH 4 Juni, 1990 19. Multi Bintang Indonesia Tbk. MLBI 17 Januari, 1994

20. Mustika Ratu Tbk. MRAT 27 Juli, 1995

21. Supreme Cable Manufacturing Corp Tbk. SCCO 20 Juli, 1982 22. Semen Gresik Persero Tbk. SMGR 8 Juli, 1991

23. Selamat Sempurna Tbk. SMSM 9 September, 1996 24. Sorini Agro Asia Corporindo Tbk. SOBI 3 Agustus, 1992 25. Tempo Scan Pacific Tbk. TSPC 17 Juni, 1994

26. Tunas Ridean Tbk. TURI 6 Mei, 1995


(48)

3.3. Jenis Sumber Data

Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu sumber data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung, yaitu melalui media perantara. Data sekunder umumnya merupakan data yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan

Data sekunder yang dibutuhkan berasal dari Indonesian capital Market Direktory (ICMD) edisi 2005,2006,2007,2008,2009.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder sehingga metode pengumpulan data menggunakan cara non participant observation. Data yang berupa variable Divident Payout ratio (DPR) diperoleh dengan cara diambil langsung dari ICMD ( Indonesian Capitalmarket Directory) selama 5 tahun berturut-turut yaitu dari tahun 2005-2009. Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut dapat diperoleh sampel sebanyak 27 perusahaan.

3.5 Metode Analisis Data 3.5.1 Uji Normalitas

Uji normalitas data dilakukan untuk melihat apakah data yang dipakai dalam penelitian ini terdistribusi secara normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Pedoman pengambilan keputusan:


(49)

1. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

3.5.2 Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah adanya suatu hubungan linier yang sempurna antara beberapa atau semua variabel independen. Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas (Sumarni:2006).

Pada program SPSS, ada beberapa metode yang sering digunakan untuk mendeteksi adanya multikolinearitas. Salah satunya adalah dengan cara mengamati nilai Variance Inflation Factor (VIF) dan TOLERANCE. Batas dari VIF adalah 10 dan nilai dari TOLERANCE adalah 0,1.Jika nilai VIF lebih besar dari 10 dan nilai TOLERANCE kurang dari 0,1 maka terjadi multikolinieritas. Bila ada variabel independen yang terkena multikolinearitas, maka penanggulangannya adalah salah satu variabel tersebut dikeluarkan.


(50)

3.5.3 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi menggunakan uji Durbin-Watson Test (DW), dimaksudkan untuk menguji adanya kesalahan pengganggu periode 1 dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya -1. Keadaan tersebut mengakibatkan pengaruh terhadap variabel dependen tidak hanya karena variabel independen namun juga variabel dependen periode lalu.

Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Model regresi yang baik adalah yang bebas dari autokorelasi (Sumarni:2006).

Untuk mengetahui ada atau tidaknya Autokorelasi dapat dilihat dari nilai puji D-W dengan ketentuan sebagai berikut:

Tabel 3.3 Nilai uji D-W

Hipotesis Nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi positif

Tolak 0<d<dl

Tidak ada autokorelasi positif

No decision dl≤d≤du

Tidak ada autokorelasi negative

Tolak 4-dl<d<4

Tidak ada autokorelasi negative

No decision 4-du≤d≤4-dl

Tidak ada autokorelasi positif ataupun negatif

Tidak ditolak du<d<4-du

3.5.4 Uji heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas merupakan suatu pengujian untuk mengetahui apakah variabel-variabel yang dioperasikan telah mempunyai varians yang sama


(51)

(homogen) atau sebaliknya (heterogen). Untuk mendeteksi adanya gejala heteroskedastisitas, akan digunakan uji glejser. Metode ini dilakukan dengan meregresikan variabel bebasnya terhadap nilai absolut residual. Model regresi tidak mengandung heteroskedastisitas apabila nilai signifikansi variabel bebasnya terhadap nilai absolut residual statistik di atas α = 0,05 (Sumarni:2006)

3.6 Pengujian Hipotesis Penelitian 3.6.1 Analisis regresi linear berganda

Model analisis yang digunakan adalah model analisis regresi linear berganda. Model ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dengan persamaan sebagai berikut.

DPR = α + β1CR+ β2DER+β3ROA+... (1) Keterangan:

DPR : Dividend Payout Ratio

CR : Cash Ratio

DER : Debt to Equity Ratio

α : Konstan

β1, β2, β3 : Koefisien regresi : Standar error

Analisis ini akan dianalisis dengan menggunakan bantuan program SPSS 17 for windows. Bila pada persamaan 1 nilai koefisien regresi β1 memiliki tingkat

signifikansi lebih kecil dari α = 0,05 dan bernilai positif maka cash ratio berpengaruh signifikan pada DPR, jika nilai koefisien regresi β2 memiliki tingkat


(52)

signifikansi lebih kecil dari α = 0,05 dan bernilai negatif maka DER berpengaruh signifikan pada DPR dan apabila nilai koefisien regresi β3 memiliki tingkat signifikansi lebih kecil dari α = 0,05 dan bernilai positif maka ROA berpengaruh signifikan pada DPR.

3.6.2 Koefisien Determinasi ( R2)

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel bebas (dependent). Nilai koefisien determinasi adalah di antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel bebas dalam menjelaskan variasi variabel terikat amat terbatas. Nilai R2 yang mendekati sati berarti variabel-variabel bebas memberikan hampir semua informasi yang ditubuhkan untuk memprediksi variasi variabel terikat.

3.6.3 Uji Signifikant Simultan (Uji Statistik F)

Algifari (2000) Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen.

Hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut :

H0 :Variasi perubahan nilai variabel independen tidak dapat menjelaskan variasi perubahan nilai variabel dependen

Ha :Variasi perubahan nilai variabel independen dapat menjelaskan variasi perubahan nilai variabel dependen


(53)

Nilai kritis dalam distribusi F dengan tingkat signifikansi (α) 5 % dan degree of freedom (df=n-k).

Membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F table atau nilai probabilitas signifikansi dengan tingkat kepercayaan yang dipilih (taraf nyata=α). Bila nilai F hasil perhitungan lebih besar F tabel atau prob.sig lebih kecil dari α (taraf nyata), maka Ho ditolak yang berarti menerima Ha.

Pada langkah keputusan menolak H0 dan menerima HA, sehingga dapat disimpulkan bahwa variasi perubahan nilai variabel dependen dapat dijelaskan oleh variasi perubahan nilai semua variabel independen. Artinya, semua variabel independen ( X1 dan X2 ) di dalam model (secara simultan) berpengaruh terhadap variabel dependen (Y).

3.6.4 Uji-t

Uji-t dipergunakan untuk menguji pengaruh masing-masing variabel bebas (cash ratio, debt to equity ratio, dan return on asset) terhadap variabel terikat (dividend payout ratio).

Hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut :

H0=0 ; artinya secara bersamaan tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel independen (bebas) terhadap variabel dependen (terikat).

Ha≠0 ; artinya secara bersamaan terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel independen (bebas) terhadap variabel dependen (terikat). Nilai kritis dalam distribusi t dengan tingkat signifikansi (α) 5 % dan degree of freedom (df=n-k).


(54)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

4.1.2 Sejarah Bursa Efek Jakarta

Bursa Efek Indonesia adalah salah satu saham yang dapat memberi peluang investasi dan sumber pembiayaan dalam upaya mendukung pembangunan ekonomi nasional. Bursa Efek Indonesia berperan juga dalam upaya mengembangkan pemodal lokal yang besar dan solid untuk menciiptakan pasar modal Indonesia yang stabil.

Sejarah Bursa Efek Indonesia berawal dari berdirinya Bursa Efek Jakarta pada abad 19 pada tahun 1912, dengan bantuan pemerintah kolonial Belanda, Bursa Efek pertama Indonesia didirikan di Batavia, pusat pemerintah Belanda dan dikenal sebagai Jakarta saat ini.

Bursa Batavia sempat ditutup selama periode pertama kemudian dibuka lagi pada 1925. Pemerintah kolonial Belanda juga mengoperasikan bursa paralel di Surabaya dan Semarang selain Bursa Batavia. Kegiatan bursa ini dihentikan lagi ketika terjadi pendudukan oleh tentara Jepang di Batavia. Pada 1952, tujuh tahun setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya, bursa saham dibuka lagi di Jakarta dengan memperdagangkan saham dan obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan Belanda sebelum perang dunia. Kegiatan bursa saham kemudian berhenti lagi ketika pemerintah meluncurkan program


(55)

nasionalisasi pada tahun 1956. Tidak sampai tahun 1977, bursa saham kembali dibuka dan ditangani oleh Badan Pelaksana Modal (Bapepam), institusi baru di bawah departemen keuangan, kegiatan perdagangan dan kapitalisasi pasar saham mulai meningkat dan mencapai puncaknya tahun1990 seiring dengan perkembangan pasar finansial dan sektor swasta.

Pada tanggal 13 Juli 1992, bursa saham diswastanisasi menjadi PT. Bursa Efek Jakarta (BEJ). Swastanisasi bursa saham menjadi PT. BEJ ini mengakibatkan beralihnya fungsi Bapepam menjadi Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM).

Tahun 1995 adalah tahun BEJ memasuki babak baru. Pada tanggal 22 Mei 1995, BEJ meluncurkan Jakarta Automated Trading System (JATS), sebuah sistem perdagangan sistematis yang menggantikan sistem dengan frekuensi yang lebih besar dan lebih menjamin kegiatan pasar yang fair dan transparan dibanding sistem perdagangan manual

4.1.2 Perkembangan Bursa Efek Indonesia

Pasar modal Indonesia telah mengalami perkembangan yang cepat dalam tempo yang relatif singkat. Perkembangan BEI dapat dilihat dari perkembangan jumlah emiten yang menerbitkan sahamnya di BEI. Berdasarkan data, jumlah emiten dan dana yang dihimpun dari penawaran umum (IPO) mengalami perkembangan yang bervariasi dari tahun ke tahun. Misalnya pada tahun 1978,


(56)

melakukan emisi. Jumlah saham emisi yang paling banyak terjadi pada tahun 1990 yaitu sebanyak 65 emiten. Perkembangan ini diikuti dengan kapitalisasi pasar yang berkembang lebih cepat lagi. Volume rata-rata perdagangan saham perhari di BEI dari dibawah seratus hingga miliaran rupiah. Pada data yang ada di BEI diketahui bahwa jumlah saham yang tercatat di BEI meningkat pesat, dari 24 saham tahun1988 menjadi 331 pada tahun 2005.

Perkembangan teknologi informasi dan tujuan peningkatan kelancaran dan efisiensi perdagangan, BEI mulai mengembangkan suatu sistem perdagangan yang dikenal dengan istilah scripless trading atau sistem perdagangan tanpa warkat adalah sistem perdagangan yang penyelesaian transaksinya dilakukan hanya dengan pemindahbukuan atau book_entry settlement. Artinya, tidak diperlukan lagi sertifikat sekuritas yang secara fisik berpindahtangan dari elektronik dan tersimpan dalam lembaga penyimpanan (custodian) secara terpusat. Pembeli sekuritas cukup mendapatkan catatan bahwa di rekeningnya sudah tersimpan sekuritas yang dibelinya. Penjual disisi lain akan mendapatkan laporan tambahan dana dalam rekeningnya, senilai sekuritas yang dibelinya.

Pasar modal Indonesia selama tahun 2003, mencatat kinerja yang mengesankan, perbaikan berbagai indikator ekonomi makro, seperti pertumbuhan ekonomi, laju inflasi ataupun nilai tukar rupiah yang didukung oleh pasar modal Indonesia dan memicu peningkatan aktivitas perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia.


(57)

Kinerja BEI sepanjang tahun 2004 sangat memuaskan. Tingkat kepercayaan pemodal terus meningkat dan semua indikator perdagangan mengalami pertumbuhan signifikan. Hal tersebut ditunjukkan oleh peningkatan rata-rata nilai transaksi perdagangan dari Rp. 518 miliar untuk tahun 2003 menjadi 1,024 triliun untuk tahun 2004 dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik dari 691.895 pada akhir 2003 menjadi 1.000.233 pada akhir 2004.

Kinerja keuangan juga mengalami pertumbuhan yang menggembirakan bagi Bursa Efek Indonesia, dimana BEI menunjukkan daya tahan yang lebih besar terhadap kondisi perekonomian yang penuh tantangan. Perdagangan saham di BEI terus berkembang dan jumlah perusahaan yang memperdagangkan sahamnya di BEI semakin bertambah. Likuiditas pasar yang baik dari segi volume maupun nilai perdagangan mencatatkan prestasi yang baik sehingga mendukung tercapainya pendapatan operasional maupun hasil usaha yang baik.

4.2 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif dalam penelitian ini disajikan untuk memberikan informasi karakteristik variabel penelitian khususnya mengenai mean dan deviasi standar. Pengukuran mean merupakan cara yang paling umum digunakan untuk mengukur nilai sentral dari suatu distribusi data. Deviasi standar merupakan perbedaan antara nilai data yang diteliti dengan nilai rata-ratanya. Hasil estimasi variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(58)

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

LN_Y 134 -3.22 2.36 -.9840 .86137

LN_X1 135 -4.61 1.45 -1.2263 1.38355

LN_X2 135 -2.30 2.13 -.3341 .84201

LN_X3 134 -4.61 -.56 -2.1510 .79230

Valid N (listwise) 134

Berdasarkan hasil perhitungan dari tabel 4.1 dengan 27 perusahaan sampel dan 135 pengamatan, nilai rata-rata dari Dividen Payout Ratio (Y) sebesar -0,984 dengan standar deviasi 0,86137. Hal ini menunjukkan nilai standar deviasi lebih besar dari nilai rata-ratanya. Demikian pula jarak yang cukup besar antara nilai maximum dan nilai minimum, yaitu nilai maximum 2,36 dan nilai minimum -3,22.

Begitu pula dengan variabel Cash Ratio (X1), dimana nilai ratarata -1,2263 dan nilai standar deviasi 1,38355, serta nilai maximum1,45 nilai minimum -4,61. Variabel Debt to Equity Ratio (X2) dengan nilai rata-rata -0,3341, standar deviasi 0,84201, serta nilai maximum 2,13 dan nilai minimum-2,30. Serta variabel Return On Assets nilai rata-ratanya -2,1510, standar deviasi 0,79230, serta nilai maximum -0,56 dan nilai minimum -4,61.


(59)

4.3 Pengujian Asumsi Klasik

4.3.1 Uji Normalitas

Dari hasil regresi data yang ada diperoleh hasil yang dapat dilihat dari tabel berikut:

Gambar 4.1

Grafik Histogram Hasil Olahan SPSS

Gambar 4.2 Kuva Normal P Plot


(60)

Gambar 4.1 menunjukkan bahwa diagram cenderung dan berbentuk lonceng, dan pada gambar 4.2 terlihat titik-titik data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal sehingga dapat disimpulkan bahwa penelitian ini memiliki distribusi data normal atau mendekati normal.

4.3.2 Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas dilakukan untuk melihat ada tidaknya hubungan linear diantara variabel bebas dalam model regresi. Tabel 4.3 menunjukkan tidak adanya gejala Multikolineritas, dimana hasil uji VIF (Variance Inflation Factor) menentukan nilai kurang dari (VIF<10).

Tabel 4.3 Uji Multikolinearitas

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 LN_X1 .560 1.786

LN_X2 .543 1.843

LN_X3 .950 1.053

a. Dependent Variable: LN_Y

Dari hasil uji tabel 4.3 di atas dapat diketahui bahwa nilai VIF untuk variabel Cash Ratio (X1) sebesar 1,786, Debt to Equity Ratio (X2) sebesar 1,843, Return On Assets (X3) sebesar 1,053. Sehingga diperoleh nilai VIF ketiga variabel bebas semuanya lebih kecil dari 10 dan nilai tolerance dari ketiga variabel bebas


(61)

tersebut lebih besar dari 0,1 sehingga dapat disimpulkan pada model regresi tidak terdapat masalah Multikolineritas.

4.3.3 Uji Autokorelasi

Autokorelasi terjadi karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini muncul karena kesalahan pengganggu tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Untuk mendeteksi masalah autokorelasi pada model regresi dapat diamati melalui uji Durbin-Watson (DW).

Tabel 4.4 Uji Autokorelasi

p

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .174a .030 .028 .85792 2.011

a. Predictors: (Constant), LN_X3, LN_X1, LN_X2 b. Dependent Variable: LN_Y

Hasil uji Autokorelasi menunjukkan nilai Durbin-Watson yang diperoleh adalah sebesar 2,011. Nilai ini terletak diantara DU<DW<4-DU yaitu 1,765<2,011<2,235 sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi tidak terdapat autokorelasi.


(62)

4.3.4 Uji Heterokedastisitas

Heterokedastisitas berarti adanya variasi residual yang tidak sama untuk semua pengamatan, atau terdapatnya variasi residual yang semakin besar pada jumlah pengamatan yang semakin besar. Pengujian heterokedastisitas menggunakan metode Rank Spearman Correlation antara residual dengan masing-masing variabel bebas pada tingkat kepercayaan 95% (α=0,05%). Jika semua variabel bebas berkorelasi secara signifikan dengan residual maka dalam model regresi terdapat gejala heterokedastisitas.

Tabel 4.5 Hasil olahan SPSS

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) -.615 .256 -2.398 .018

LN_X1 .056 .072 .090 .781 .436

LN_X2 .216 .119 .212 1.805 .073

LN_X3 .106 .096 .098 1.104 .272

a. Dependent Variable: LN_Y

Hasil pengujian pada tabel 4.5 menunjukkan seluruh variabel bebas tidak berpengaruh pada nilai absolute residual yang dilihat pada nilai signifikan


(63)

masing-masing variabel bebas diatas 0,05. Hal ini berarti model regresi bebas dari heterokedastisitas.

4.4 Pengujian Hipotesis

4.4.1 Koefisien Determinasi (R2)

Hasil analisis pengujian dengan menggunakan program SPSS 17 dirangkum dalam tabel 4.6 berikut ini.

Tabel 4.6 Hasil uji hipotesis

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .174a .030 .028 .85792

a. Predictors: (Constant), LN_X3, LN_X1, LN_X2

b. Dependent Variable: LN_Y

Berdasarkan tabel 4.6 diatas terlihat bahwa nilai adjusted R2 adalah 0,028 atau 2,8%. Ini berarti varian variabel bebas Cash ratio, Debt to Equity Ratio, Return On Assets memengaruhi variabel terikat Dividen Payout Ratio sebesar 2,8%, sedangkan sisanya 97,2% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam variabel.


(64)

4.4.2 Pengujian Koefisien Regresi Secara Keseluruhan (Uji F)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara bersama-sama (simultan) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat. Bentuk pengujiannya adalah:

H0=β1=0, artinya secara bersamaan tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel independen (bebas) terhadap variabel dependen (terikat)

H0=β1≠0, artinya secara bersamaan terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel independen (bebas) terhadap variabel dependen (terikat)

Kriteria pengambilan keputusan:

H0 diterima jika FHitung ≤ FTabelpada α>5%

H0 ditolak jika FHitung > FTabel pada α <5%

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 2.996 3 .999 1.357 .259a

Residual 95.684 130 .736

Total 98.680 133

a. Predictors: (Constant), X3, X1, X2


(65)

Nilai F Test digunakan untuk melihat hubungan variabel bebas dengan variabel terikat, dari tabel 4.7 hasil uji f diperoleh nilai Fhitung sebesar 1,357 dan nilai Ftabel sebesar 3,01 sehingga Fhitung<Ftabel. Sedangkan hasil pengujian nilai signifikansi 0,259. Angka signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05, hal ini berarti H0 diterima, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel independen (bebas) terhadap variabel dependen (terikat).

4.4.3 Pengujian Koefisien Regresi Secara Parsial 9 (Uji t)

Uji t digunakan untuk menguji apakah masing-masing variabel bebas secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap Dividen Payout Ratio dengan membandingkan thitung dan ttabel.

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) -.615 .256 -2.398 .018

X1 .056 .072 .090 .781 .436

X2 .216 .119 .212 1.805 .073

X3 .106 .096 .098 1.104 .272


(66)

Hasil pengujian masing-masing variabel independen terhadap variabel dependennya dapat dijelaskan sebagai berikut.

1) Variabel cash ratio

Dari hasil penghitungan uji-t diperoleh nilai t hitung sebesar 0,781 dengan nilai signifikansi sebesar 0,436. Karena nilai t hitung (0,781) lebih kecil dari nilai t tabel (2,068) dan nilai signifikansi lebih besar dari 5% yaitu sebesar 43,6% maka hipotesis 1 tidak diterima. Ini berarti bahwa variabel cashratio tidak berpengaruh positif dan tidak signifikan secara statistik terhadap dividendpayout ratio.

2) Variabel debt to equity ratio

Hasil penghitungan uji t diperoleh nilai t hitung sebesar 1,805 dengan nilai signifikansi sebesar 0,073. Karena nilai t hitung (-2,434) lebih kecil dari t tabel (1,805) dan nilai signifikansi lebih besar dari 5% yaitu sebesar 7,3% maka hipotesis 2 tidak diterima. Ini berarti bahwa variabel debt to equity ratio tidak berpengaruh negatif dan tidak signifikan secara statistik terhadap dividendpayout ratio.

3) Variabel return on asset

Hasil pengujian uji t diperoleh nilai t hitung sebesar 1,104 dengan nilai signifikansi sebesar 0,272. Karena nilai t hitung (1,104) lebih kecil dari t tabel (2,068) dan nilai signifikansi lebih besar dari 5% yaitu sebesar 27,2% maka hipotesis 3 tidak diterima. Hal ini berarti bahwa variabel return on asset tidak


(67)

berpengaruh positif dan tidak signifikan secara statistik terhadap dividendpayout ratio.


(68)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, maka dapat disimpulkan hal-hal berikut ini:

a. Cash Ratio tidak berpengaruh positif dan tidak signifikan secara statistik terhadap dividen payout ratio. Hal ini berarti setiap peningkatan nilai Cash Ratio maka terjadi penurunan pada nilai dividen payout ratio. Jumlah kas dan setara kas yang dipunyai perusahaan juga secara tidak langsung mencerminkan kemampuan perusahaan untuk membagi dividen kepada para pemegang saham.

b. Debt to Equity Ratio tidak berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Dividen Payout Ratio. Hal ini berarti dengan rendahnya nilai Debt to Equity Ratio perusahaan maka pada umumnya kemampuan perusahaan untuk membayar dividen akan semakin rendah. Peningkatan dan penurunan hutang tidak mempengaruhi jumlah laba bersih yang pada akhirnya akan mempengaruhi nilai laba ditahan yang tercatat, jika nilai hutang tinggi tidak akan mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk membagikan dividen.

c. Return On Assets tidak berpengaruh signifikan terhadap Dividen Payout Ratio Hal ini bermakna bahwa setiap kenaikan nilai Return On Assets


(69)

maka pada umumnya tidak akan meningkatkan kemampuan perusahaan untuk membayarkan dividen kepada pemegang saham. Ini disebabkan karena meningkatnya profitabilitas perusahaan maka akan diikuti kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih yang tinggi, namun pada akhirnya tidak akan mempengaruhi jumlah dividen yang akan dibagikan ke pemegang saham.

5.2 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan diantaranya adalah:

a. Sampel perusahaan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sampel perusahaan manufaktur. Hal ini menyebabkan penelitian belum tentu bisa digeneralisasi pada jenis-jenis perusahaan yang berbeda lainnya.

b. Dilihat dari nilai koefisien determinasi (adjusted R2) 0,028 yang berarti varian variabel bebas Cash Ratio, Debt to Equity Ratio, Return On Assets memengaruhi variabel terikat 2,8% sedangkan sisanya 97,2% dijelaskan oleh variabel-variabel di luar model penelitian. Hal ini berarti masih ada variabel lain yang perlu diidentifikasi untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi Dividen Payout Ratio.


(70)

5.3 Saran Untuk Penelitian Selanjutnya

Saran yang mungkin bisa diaplikasikan pada penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut:

a. Koefisien determinasi (adjusted R2) yang sebesar 2,8 persen menunjukkan bahwa ada 97,2 persen variabel lain diluar variabel yang digunakan dalam model yang memengaruhi Divien Payout Ratio. Diharapkan penelitian yang akan datang menggunakan variabel-variabel bebas diluar rasio keuangan seperti kesempatan investasi, insider ownership, inflasi atau variabel lainnya.

b. Penelitian ini hanya menggunakan sampel penelitian yang berasal dari perusahaan manufaktur sehingga belum tentu dapat digeneralisasi pada jenis industri lainnya. Hal ini disebabkan karena terbatasnya waktu penelitian. Disarankan pada penelitian selanjutnya ruang lingkup penelitian dapat diperluas ke jenis-jenis industri lainnya.


(71)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul, Hakim, 2005. Analisis Investasi , Edisi revisi II, Salemba empat, Jakarta.

Amidu, Abo, Joshua, 2006. ”Determinants of dividend payout ratios in Ghana”, The Journal of Risk Finance, Hal136.

Anil, Kapoor, 2008. “Determinant of Dividen d Payout Ratio-A Study of Indian Information Technology Sector”, International Research Journal of Finance and Economics, Hal 63-71.

Asquith, Mullins, 1983. “The Impact of Initiating Dividend Payments on Shareholders’ Wealth”, Journal of Business, Volume 56 Nomor 1 Hal 77-96.

Baker, Farrelly Kent, Edelman Gail, dan Richard, 1986. “A Survey of Management Views on Dividend Policy”, Financial Management Complete, Hal 78.

Bhattacharya, 1979. “Imperfect Information, Dividend Policy and The Bird in the Hand’ Fallacy”, Bell Journal of Economics, Volume 10 Nomor 1 Hal 259-270.

Dedy, Kuswanto, 2012. Statistik untuk pemula dan orang awam, Edisi revisi I, Laskar Aksara, Jakarta Timur.

Deshmukh, Sanjay, 2005. “The Effect of Asymmetric Information on Dividend Policy”, Quarterly Journal of Business and Economics, Volume 44 Hal 107.

Gordon, M. 1959. “Dividends, earnings and stock prices”, Review of Economics and Statistics, Volume 41 Hal 99-105.

Gwilym, O., Seaton, J., Suddason, K. dan Thomas, S. 2006. “International evidence on the payout ratio, earnings, dividends, and returns”, Financial Analyst Journal,

Irham, Fahmi, 2006. Analisis Investasi dalam perspektif ekonomi dan politik, PT Refika Aditama, Bandung.


(1)

Lampiran VI

Hasil Uji data Statistik Menggunakan Data Ln

Descriptif Statistics

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Y 134 -3.22 2.36 -.9840 .86137

X1 135 -4.61 1.45 -1.2263 1.38355

X2 135 -2.30 2.13 -.3341 .84201

X3 134 -4.61 -.56 -2.1510 .79230

Valid N (listwise) 134

Multicolinearity Statistics

Coefficientsa

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 X1 .560 1.786

X2 .543 1.843

X3 .950 1.053


(2)

Autocorrelation Statistics

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .174a .030 .008 .85792 2.011

a. Predictors: (Constant), X3, X1, X2

b. Dependent Variable: Y

Heterocedastisity & Normality Statistics

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .174a .030 .008 .85792

a. Predictors: (Constant), X3, X1, X2

b. Dependent Variable: Y

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 2.996 3 .999 1.357 .259a


(3)

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 2.996 3 .999 1.357 .259a

Residual 95.684 130 .736

Total 98.680 133

a. Predictors: (Constant), X3, X1, X2

b. Dependent Variable: Y

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) -.615 .256 -2.398 .018

X1 .056 .072 .090 .781 .436

X2 .216 .119 .212 1.805 .073

X3 .106 .096 .098 1.104 .272


(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Cash Position, Debt To Equity Ratio Dan Return On Assets Terhadap Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia

0 65 120

PENGARUH DEBT TO EQUITY RATIO, CURRENT RATIO, RETURN ON ASSET TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI).

0 3 20

ANALISIS PENGARUH CASH POSITION, DEBT TO EQUITY RATIO, DAN Analisis Pengaruh Cash Position, Debt To Equity Ratio, Dan Return On Equity Terhadap Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia Pada Periode 2009 – 2011.

0 1 16

ANALISIS PENGARUH CASH POSITION, DEBT TO EQUITY RATIO, DAN Analisis Pengaruh Cash Position, Debt To Equity Ratio, Dan Return On Equity Terhadap Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia Pada Periode 2009 – 2011.

0 1 15

ANALISIS PENGARUH CASH POSITION, DEBT TO EQUITY RATIO, DAN ANALISIS PENGARUH CASH POSITION, DEBT TO EQUITY RATIO, DAN RETURN ON ASSETS TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI).

0 0 23

Analisis Pengaruh Cash Position, Debt to Equity Ratio, dan Return on Assets terhadap Dividen Payout Ratio pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2009 sampai Tahun 2011.

0 0 21

Pengaruh Debt To Assets Ratio, Deviden Payout Ratio Dan Return On Assets Terhadap Nilai Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 1 39

PENGARUH CASH POSITION, FIRM SIZE, DEBT TO EQUITY RATIO, DAN RETURN ON ASSETS TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR.

0 1 126

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori - Pengaruh Cash Ratio, Debt to Equity Ratio, Return On Assets Terhadap Kebijakan Dividen Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2009

0 0 17

BAB I PENDAHULUAN - Pengaruh Cash Ratio, Debt to Equity Ratio, Return On Assets Terhadap Kebijakan Dividen Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2009

0 0 10