Rencana Program Investasi Jangka Menengah Kabupaten Purbalingga Tahun 2012

KEUANGAN DAN RENCANA BAB

  6 6.1. PETUNJUK UMUM

  Hubungan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah tercermin dalam pembagian kewenangan, tugas, dan tanggung jawab yang jelas antar tingkat pemerintahan, seperti yang diatur dalam UU No. 32 Tahun 2004. Dengan demikian prinsip yang digunakan adalah money follows

  

functions,artinya bahwa besarnya distribusi keuangan didasarkan oleh distribusi kewenangan, tugas,

  dan tanggung jawab yang telah ditentukan terlebih dahulu. Sehingga secara umum, hubungan antara pusat dan daerah tercermin dalam aspek perencanaan (planning) dan penganggaran (budgeting) untuk semua aktivitas di setiap level pemerintahan sesuai dengan kewenangan, tugas, dan tanggung jawabnya masing-masing. Pengaturan hubungan keuangan pusat dan daerah berdasarkan UU No. 33 Tahun 2004 didasarkan atas 4 (empat) prinsip, yaitu: a.

  Urusan yang merupakan tugas Pemerintah Pusat di daerah dalam rangka dekonsentrasi dibiayai dari dan atas beban APBN; b.

  Urusan yang merupakan tugas Pemda sendiri dalam rangka desentralisasi dibiayai dari dan atas beban APBD; c.

  Urusan yang merupakan tugas Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerahtingkat atasnya, yang dilaksanakan dalam rangka Tugas Pembantuan,dibiayai oleh Pemerintah Pusat atas beban APBN atau oleh PemerintahDaerah tingkat atasnya atas beban APBD-nya sebagai pihak yangmenugaskan; dan d.

  Sepanjang potensi sumber-sumber keuangan daerah belum mencukupi,Pemerintah Pusat memberikan sejumlah bantuan.

  Dalam struktur APBD telah ditentukan bentuk pos pendapatan, pos belanja daerah serta pos pembiayaan daerah sebagaimana uraian berikut ini.

Tabel 6.1 Kerangka Pos Pendapatan Dan Belanja Daerah Dalam APBD

  Pembahasan mengani aspek keuangan dalam penyusunan RPIJM pada dasarnya adalah dalam rangka membuat taksiran dana yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan pembelanjaan prasarana Kabupaten Purbalingga yang meliputi: a.

  Pembelanjaan untuk pengoperasian dan pemeliharaan prasarana yang telah terbangun b.

  Pembelanjaan untuk rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada c. Pembelanjaan untuk pembangunan prasarana baru

  Pembahasan aspek ekonomi dalam penyusunan RPIJM perlu memperhatikan hasil total atau produktivitas dan keuntungan yang diperoleh dari penggunaan sumberdaya bagi masyarakat dan keuntungan ekonomis secara menyeluruh tanpa melihat siapa yang menyediakan sumber dana tersebut dan siapa dalam masyarakat yang menerima hasil adanya kegiatan.

  Kebijakan

  • – kebijakan pembangunan ekonomi selalu ditujukan untuk mempertinggi kesejahteraan dalam arti seluas-luasnya. Kegiatan ekonomi selalu dipandang sebagai bagian dari keseluruhan usaha pembangunan yang dijalankan oleh suatu masyarakat. Pembangunan ekonomi hanya meliputi usaha suatu masyarakat untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dalam mempertinggi tingkat pendapatan masyarakat. Sedangkan keseluruhan usaha-usaha pembangunan meliputi juga pembangunan sosial, politik, dan kebudayaan. Dengan adanya pembangunan di atas maka pengertian pembangunan ekonomi umumnya didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang yang mempunyai 3 sifat penting : a.

  Suatu proses, yang berarti merupakan perubahan yang terjadi terus-menerus.

  b.

  Usaha untuk menaikkan tingkat pendapatan perkapita.

  c.

  Kenaikan pendapatan per kapita harus terus berlangsung dalam jangka panjang.

  Aspek keuangan merupakan salah satu dasar kriteria-kriteria untuk dapat mengetahui secara nyata kemampuan daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri. Kemampuan daerah yang dimaksud adalah sampai seberapa jauh daerah dapat menggali sumber-sumber keuangannya sendiri guna membiayai kebutuhan keuangan daerah tanpa harus selalu menggantungkan diri pada bantuan dan subsidi dari pemerintah pusat. Data keuangan daerah memberikan gambaran statistik mengenai perkembangan anggaran dan realisasi, baik penerimaan ataupun pengeluaran. Analisis terhadap data keuangan daerah merupakan informasi yang penting, terutama untuk membuat kebijakan dalam pengelolaan keuangan daerah dan analisis tingkat kemapuan keuangan daerah.

6.1.1 Komponen Keuangan

6.1.1.1 Komponen Penerimaan Pendapatan

  Pendapatan daerah merupakan suatu komponen yang sangat menentukan berhasil tidaknya kemandirian pembangunan kota / kabupaten dalam rangka otonomi daerah saat ini. Salah satu komponen yang sangat diperhatikan dalam menentukan tingkat kemandirian daerah dalam rangka otonomi daerah saat ini adalah sektor pendapatan asli daerah (PAD). Pada umumnya penerimaan daerah diperlukan untuk membiayai pengeluaran pemerintah. Penerimaan pemerintah dapat dibedakan antara penerimaan pajak dan bukan pajak. Penerimaan bukan pajak misalnya adalah penerimaan pemerintah yang berasal dari pinjaman pemerintah, baik pinjaman yang berasal dari dalam negeri maupun pinjaman yang berasal dari luar negeri.

6.1.1.1.1 Pendapatan Asli Daerah (PAD)

  Pendapatan asli daerah, selanjutnya disebut PAD adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pendapatan asli daerah bertujuan memberikan kewenangan kepada Pemerintah Daerah untuk mendanai pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan potensi daerah sebagai perwujudan Desentrialisasi.

  Kebijakan desentralisasi memiliki tujuan adalah pertama mewujudkan keadilan antara kemampuan dan hak daerah. Kedua adalah peningkatan pendapatan asli daerah dan penngurangan subsidi dari pemerintah pusat. Ketiga adalah mendorong pembangunan daerah sesuai dengan aspirasi masing-masing daerah. Disamping itu, desentralisasi juga membawa keuntungan positif bagi daerah yaitu terutama dalam bidang administrasi bahwa daerah akan lebih banyak bereksperimen dan berinovasi sehingga dapat menciptakan proses politik yang lebih cepat, sederhana dan efisien yang akhirnya akan berdampak pada kecepatan dalam pengambilan keputusan pembangunan yang menyangkut pelayanan publik di daerah.

Pasal 6 UU No 33 tahun 2004 ayat 1 dan 2 menyatakan bahwa : a. PAD bersumber dari : Pajak Daerah

  • Retribusi Daerah -

  Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan - Lain-lain PAD yang sah

  • b.

  Lain-lain PAD yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf I, meliputi : Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan.

  • Jasa Giro.
  • Pendapatan Bunga.
  • Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing.
  • Komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan/ pengadaan barang dan - jasa oleh daerah. Dalam struktur APBD, jenis pendapatan yang berasal dari pajak Derah dan Retribusi Daerah berdasarkan UU No. 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas UU No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dirinci menjadi :
a.

  Pajak Provinsi, terdiri atas

  • Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air (5 %)
  • Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor ( BBNKB ) dan Kendaraan di Atas Air (10%)
  • Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (5%)
  • Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukiman (20%) b.
  • Pajak Hotel (10%)
  • Pajak Restoran(10%)
  • Pajak Hiburan(35%)
  • Pajak Reklame(25%)
  • Pajak Penerangan Jalan -
  • Pajak Parkir (20%) c.
  • Retribusi Jasa Umum -

  Jenis pajak Kabupaten/Kota, terdiri atas :

  Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C (20%)

  Retribusi dirinci menjadi :

  Retribusi Jasa Usaha

  • Retribusi Perijinan Tertentu

6.1.1.1.2 Dana Perimbangan

  Dengan pembagian daerah administrasi dituntut adanya sistem keuangan Negara yang dapat menjamin kelancaran pemerintah dan pembangunan, khususnya dalam hal penyediaan barang publik. Barang publik yang memiliki manfaat luas dipegang oleh pemerintah pusat, sedangkan yang memiliki manfaat terbatas dipegang oleh pemerintah daerah. Alokasi tugas dalam penyediaan barang publik tersebut antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah akan menimbulkan konsekuensi pembagian / perimbangan keuangan antara pusat dan daerah.

  Pada umumnya negara sedang berkembang mempunyai derajat desentralisasi keuangan yang tinggi, hal ini berarti pemerintah pusat lebih banyak membiayai kegiatan penyediaan barang publik dan mengambil sebagian besar penerimaan Negara yang berasal dari pajak. Hal ini disebabkan karena masih lemahnya kemampuan adminintrasi pada pemerintah daerah terdapat perbedaan yang tinggi dalam kondisi dan situasi daerah, untuk mengurangi gerakan separatis dan perlu adanya perencanaan nasional yang menyeluruh.

  Berdasarkan UU No. 32 dan 33 Tahun 2004, pembagian dana perimbangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah akan dilaksanakan dengan melihat pada sumber pendapatannya. Dalam hal ini adalah bagi hasil pajak dan bukan pajak. Derajat desentralisasi fiskal adalah rasio antara Pendapatan Asli Daerah terhadap total penerimaan daerah. Maka makin besar rasio makin besar derajat fiskal. Salah satu cara untuk mengetahui derajat fiskal yaitu dengan melihat perbandingan antar pendapatan asli daerah dengan total penerimaan daerah serta bantuan / sumbangan terhadap penerimaan daerah.

6.1.2 Komponen Pengeluaran Belanja

  Belanja Daerah meliputi semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar, yang merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh Daerah. Belanja Daerah dipergunakan dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan daerah yang menjadi kewenangan kabupaten yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan. Belanja dalam rangka pelaksanaan urusan wajib digunakan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial.

  Sedangkan pelaksanaan urusan yang bersifat pilihan meliputi urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan dan potensi keunggulan daerah, seperti: perikanan, pertanian, perkebunan, kehutanan dan pariwisata.

  Belanja menurut kelompok belanja terdiri dari Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung. Belanja Tidak Langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan, seperti: a.

  Belanja Pegawai; b. Bunga; c. Subsidi; d.

  Hibah; e. Bantuan Sosial; f. Belanja Bagi Hasil; g.

  Bantuan Keuangan; h. Bantuan Tidak Terduga.

  Sedangkan Belanja Langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan, seperti: a.

  Belanja Pegawai; b. Belanja Barang dan Jasa; c. Belanja Modal.

6.1.3 Komponen Pembiayaan

  Pembiayaan adalah semua transaksi keuangan untuk menutup defisit atau untuk memanfaatkan surplus. Anggaran defisit ketika anggaran belanja lebih besar daripada anggaran pendapatan dan sebaliknya akan terjadi anggaran surplus ketika anggaran pendapatan lebih besar dari anggaran belanjanya.

  Sedangkan pengeluaran pembiayaan digunakan untuk penyertaan modal ke perusahaan daerah dan atau menambah penyertaan modal ke perusahaan daerah dalam rangka meningkatkan peran Pemerintah Daerah dalam memberikan fasilitas permodalan bagi IKM, UKM, koperasi serta upaya pengembangan peternakan.

  Pembahasan mengenai aspek keuangan dalam penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah pada dasarnya adalah dalam rangka membuat taksiran dana yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan pembelanjaan prasarana Kabupaten Purbalingga antara lain:

1. Pembelanjaan untuk pengoperasian dan pemeliharaan prasarana yang telah terbangun 2.

  Pembelanjaan untuk rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada 3. Pembelanjaan untuk pembangunan prasarana baru 6.2.

   KOMPONEN KEUANGAN 6.2.1. Komponen Penerimaan Pendapatan

  Komponen penerimaan pendapatan merupakan penerimaan hak pemerintah daerah Kabupaten Purbalingga yang diakui sebagai penambah kekayaan bersih. Penerimaan pendapatan terdiri dari: Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan dan Pendapatan Lain yang sah.

6.2.1.1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

  Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan perundangan. Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) antara lain: 1.

  Pajak Daerah, antara lain : Pajak Kendaraan Bermotor, Pajak Kendaraan di atas Air, Pajak Balik Nama, Pajak Bahan Bakar, Pajak Pengambilan Air Tanah, Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Galian Golongan C, Pajak Parkir, dan Pajak Lain-Lain. Pajak-pajak Daerah ini diatur oleh UU No.34/ 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Peraturan Pemerintah No. 65/ 2001 tentang Pajak Daerah.

2. Retribusi Daerah, antara lain: Retribusi Pelayanan Kesehatan, Retribusi Pelayanan

  Persampahan, Retribusi Biaya Cetak Kartu, Retribusi Pemakaman, Retribusi Parkir di Tepi Jalan, Retribusi Pasar, Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor, Retribusi Pemadam

  Kebakaran dan lain-lain. Retribusi ini diatur oleh UU No. 34/ 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, dan Peraturan Pemerintah No. 66/ 2001 tentang Retribusi Daerah.

3. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, antara lain: hasil deviden BUMD 4.

  Lain-lain pendapatan yang sah, antara lain: hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga, keuntungan selisih nilai tukar, komisi, potongan dan lain-lain yang sah. Nilai Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Purbalingga selama tahun 2007-2011 terjadi peningkatan sebesar Rp. 40.128.221. .000 Bagian yang memberikan kontribusi terbesar adalah pos

  Retribusi Daerah. Retribusi daerah memberikan kontribusi besar mengingat Kabupaten Purbalingga memiliki potensi pariwisata serta perdagangan dan jasa. Kondisi pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Purbalingga dapat diuraikan pada tabel berikut ini:

Tabel 6.2 Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Purbalingga Tahun 2007-2011 No Uraian Bagian dan Pos Tahun Anggaran 2007 2008 2009 2010 2011

  

1 Pajak Daerah 7,906,340,000 8,823,094,000 10,532,54,.000 10,532,546,000 14,343,989,000

  

2 Retribusi Daerah 31,904,879,000 33,788,049,000 42,347,647,000 42,625,360,000 62,548,510,000

  3 Bagian Laba Usaha Daerah 3,414,875,000 5,620,495,000 8,709,000,000 7,709,000,000 8,781,282,000

  4 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah 8,367,320,000 7,990,975,000 7,276,596,000 7,276,566,000 6,047,854,000 Jumlah 51,593,414,000 56,222,613,000 58,333,243,000.00 68,143,472,000.00 91,721,635,000.00 Sumber: DPPKD Kabupaten Purbalingga Tahun 2012

  Berdasarkan kondisi tersebut dapat diprediksikan bagian Retribusi Daerah dapat semakin meningkat di masa mendatang dengan semakin baiknya investasi untuk pariwisata serta industri dan jasa. Gambaran mengenai kondisi Pendapatan Asli Daerah dapat ditampilkan pada gambar berikut ini:

Gambar 6.1 Bagan Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun 2007-2011

  Sumber: DPPKD Kabupaten Purbalingga Tahun 2012 (diolah)

6.2.1.2. Dana Perimbangan

  Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dan Pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana Perimbangan terdiri atas : 1.

  Dana Bagi Hasil terbagi atas Bagi Hasil Pajak (BHP) dan Bagi Hasil Bukan Pajak (BHBP) atau yang berasal dari hasil pengelolaan sumber daya alam. BHP antara lain: Pajak Bumi Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), dan Pajak Penghasilan Badan maupun Pribadi; sedangkan BHBP atara lain : kehutanan, pertambangan umum, perikanan, penambangan minyak bumi, pertambangan gas bumi, dan pertambangan panas bumi.

  2. Dana Alokasi Umum (DAU) dibagikan berdasarkan "Celah Fiskal" yaitu selisih antara Kebutuhan Fiskal dan Kapasitas Fiskal ditambah Alokasi Dasar.

  3. Dana Alokasi Khusus (DAK) yang diberikan untuk kegiatan khusus, misalnya: reboisasi, penambahan sarana pendidikan dan kesehatan, dan bencana alam.

  Nilai Dana Perimbangan Kabupaten Purbalingga selama Tahun 2007-2011 mengalami peningkatan sebesar Rp. 145.369.235.000 dengan bagian Dana Alokasi Umum (DAU) yang memberikan kontribusi pendanaan yang paling tinggi sebesar 83%.

  Kondisi dana perimbangan Kabupaten Purbalingga pada tahun 2007-2011 dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 6.3 Dana Perimbangan Kabupaten Purbalingga Tahun 2007-2011

  No Uraian Bagian dan Pos Tahun Anggaran 2007 2008 2009 2010 2011

  

1 Bagi Hasil Pajak 27,836,013,000 33,923,190,000 7,805,648,000 42,175,667,000 39,243,849,000

  2 Dana Alokasi Umum (DAU) 416,181,000,000 450,743,070,000 62,110,000,000 464,789,000,000 522,204,299,000

  3 Dana Alokasi Khusus (DAK) 39,606,000,000 51,047,000,000 51,785,000,000 44,809,000,000 67,544,100,000

  4 Dana Perimbangan dari Propinsi - - - - - Jumlah 483,623,013,000 535,713,260,000 121,700,648,000 551,773,667,000 628,992,248,000 Sumber: DPPKD Kabupaten Purbalingga Tahun 2012

  Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa eksistensi Dana Alokasi Khusus secara konsisten akan memberikan sinyal positif bagi pembangunan di Kabupaten Purbalingga, khususnya dalam pembiayaan pembangunan Infrastruktur yang melibatkan sharing pendanaan APBN dan APBD II.walau pada 2009 terjadi penurunan DAU. Kondisi dana perimbangan di Kabupaten Purbalingga dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 6.2 Bagan Pertumbuhan Dana Perimbangan Kabupaten Purbalingga Tahun 2007-2011

6.2.1.3. Lain-Lain Penerimaan Yang Sah

  Penerimaan pendapatan Kabupaten Purbalingga selain dari PAD dan Dana Perimbangan juga ada dari sektor Lain-Lain Pendapatan Yang Sah. Kabupaten Purbalingga hanya mendaptkan subsidi pembangunan dari Propinsi Jawa Tengah hanya sampai dengan tahun 2005. Sedangkan penerimaan yang konsisten adalah sumber penerimaan lainnya. Kondisi Komponen Lain-Lain Pendapatan yang Sah dapat ditampilkan pada gambar berikut ini:

Tabel 6.4 Lain-Lain Penerimaan Yang Sah Kabupaten Purbalingga Tahun 2009-2011

  Uraian Bagian dan Pos 2009 2010 2011

Pendapatan Hibah 82,486,000 1,182,486,000 1,516,454,000

Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya 4,184,073,000 24,184,073,000 23,301,100,000

Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 39,992,185,000 30,000,000,000 106,458,239,000

Bantuan Keuangan dari Provinsi atau dari Pemerintah Daerah 11,334,306,000 15,976,693,000 14,827,461,000

Dana Penyesuaian Tunjangan Pendidikan - - 77,832,788,000

Jumlah 55,593,050,000 71,343,252,000 223,936,042,000

  Sumber: DPPKD Kabupaten Purbalingga Tahun 2012

  Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa penyumbang pendapatan terbesar dari Penerimaan Lainnya yang berasal dari Pendapatan Hibah, Dana Bagi Hasil dari Propinsi maupun Pemda Lain, Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus, serta Bantuan Keuangan dari Propinsi dan Pemda Lainnya. Kondisi Lain-Lain Penerimaan Yang Sah yang dominan komponen penerimaan lainnya dapat diuraikan pada gambar berikut ini:

Gambar 6.3 Bagan Komponen Penerimaan Lain Kabupaten Purbalingga Tahun 2009-2011

  Sektor

  • –sektor penerimaan lainnya dapat semakin berkembang dengan adanya hubungan kerjasama regional antara Kabupaten Purbalingga dan Kabupaten lain dalam mengelola aset-aset yang dikelola secara bersama. Pembangunan Jawa Tengah Bagian Selatan semakin meningkat dengan semakin berkembangnya investasi dari perusahaan asing maupun milik perusda. Hubungan kerjasama regional yang dilakukan Kabupaten Purbalingga dalam kaitannya Barlingmascakeb yang melibatkan Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Kebumen memberikan andil dalam pergerakan sektor perekonomian daerah.

6.2.2. Komponen Pengeluaran Belanja

  Komponen pengeluaran belanja dalam APBD Kabupaten Purbalingga pada tahun 2007 terdiri dari belanja langsung dan belanja tidak langsung. Kondisi tersebut akan semakin meningkat dengan bertambahnya jumlah pegawai dan pembangunan gedung aparatur, serta belanja barang dan jasa. Keberadaan belanja tak terduga patut untuk dipertahankan untuk mengantisipasi peningkatan belanja dapat dianggarkan dari pos tersebut. Besarnya nominal belanja tidak langsung pada tahun 2007-2008 naik sebesar Rp. 79.000.230.351. Sedangkan belanja langsung mengalami peningkatan sebesar Rp. 72.022.212.523. Kondisi keuangan pengeluaran belanja Kabupaten Purbalingga pada tahun 2007-2008 dapat diuraikan pada tabel berikut ini:

Tabel 6.5 Belanja Kabupaten Purbalingga Tahun 2007-2011

  Uraian Bagian dan 2007 2008 2009 2010 2011 Pos Belanja Tidak

Langsung 321,042,233,443 400,042,563,794 444,735,715,000 498,228,835,000 604,639,102,000

Belanja Langsung 235,709,696,821 307,731,909,344 257,969,163,000 210,193,992,000 374,008,902,000

   Sumber: DPPKD Kabupaten Purbalingga Tahun 2012

  Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui komponen belanja terbesar berasal dari belanja pelayanan publik sebesar 62 %. Hal tersebut menjadi kebijakan pemerintah Kabupaten Purbalingga untuk menyediakan fasilitas dan utilitas pendukung kegiatan masyarakat dan kemampuan kinerja pegawai. Kondisi pertumbuhan belanja daerah Kabupaten Purbalingga dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 6.4 Bagan Belanja Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun 2007-2011

6.2.3. Komponen Pembiayaan

  Komponen Pembiayaan (Financing) merupakan komponen yang baru dalam Sistem Keuangan Daerah. Istilah Pembiayaan berbeda dengan Pendanaan (Funding). Pendanaan diartikan sebagai dana atau uang dan digunakan sebagai kata umum, sedangkan Pembiayaan diartikan sebagai penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali. Pertumbuhan pembiayaan Kabupaten Purbalingga dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 6.6 Pembiayaan Kabupaten Purbalingga Tahun 2007-2011

  Tahun Anggaran No Pembiayaan Daerah I . Penerimaan Pembiayaan Daerah 2007 2008 2009 2010 2011 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Lalu 72,018,091,000 36,486,012,000 18,000,000,000 35,885,670,000 18,399,450,000

  Pencairan Dana Cadangan - 15,000,000,000

  • Penerimaan Pinjaman 2,223,000,000 2,223,000,000 4,000,000,000 3,750,000,000 Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman 2,223,000,000 2,223,000,000 4,457,027,000 299,000,000 4,207,027,000 Jumlah 76,464,091,000 55,932,012,000 26,457,027,000 36,184,670,000 26,356,477,000

  II. Pengeluaran Pembiayaan Daerah Pembentukan Dana Cadangan 15,000,000,000 - - - 6,242,000,000 2,400,000,000 Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah 3,000,000,000 2,014,000,000 1,073,000,000

  Pembayaran Pokok Utang 2,444,591,000 2,444,591,000 13,911,636,000 172,591,000 4,371,041,000

  • Pemberian Pinjaman Daerah 3,833,000,000 3,933,000,000 4,000,000,000 3,750,000,000 Jumlah 27,519,591,000 8,777,591,000 20,911,636,000 2,186,591,000 9,194,041,000

III. Pembiayaan Netto 48,944,500,000 47,154,421,000 5,545,391,000 33,998,079,000 17,162,436,000

  Sumber: DPPKD Kabupaten Purbalingga Tahun 2012

  Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui sub komponen pembiayaan yang terbesar berasal dari pos penggunaan SILPA, sedangkan pengeluaran pembiayaan yang terbesar berasal dari pos Pembentukan Dana Cadangan. Kondisi Pembiayaan Daerah Kabupaten Purbalingga dapat ditampilkan pada gambar berikut ini:

Gambar 6.5 Bagan Pembiayaan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun 2007-2011

6.2.4. Komponen Tabungan Masyarakat

  Tabungan masyarakat/public saving merupakan pendapatan yang terdiri dari (PAD, dari hasil pembagian pajak/bukan pajak, Dana alokasi khusus dan dana alokasi umum) dikurangi dengan pembelanjaan (yang terdiri dari penerimaan pembelanjaan dan pengeluaran pembelanjaan). BesarnyaTabungan masyarakat Kabupaten Purbalingga tahun 2007 sampai dengan 2008 diuraikan pada tabel berikut:

Tabel 6.7 Tabungan Masyarakat Purbalingga Tahun 2007-2011

  Tahun Anggaran (Rupiah) No Uraian Bagian dan Pos 2007 2008 2009 2010 2011

  

1 Pendapatan Daerah 579,074,289,000 668,147,968,000 697,159,487,000 691,260,391,000 944,649,925,000

  

2 Belanja Wajib 556,752,030,264 707,774,473,138 702,704,878,000 708,422,827,000 978,648,004,000

  

3 Tabungan Masyarakat 22,322,258,736.00 (39,626,505,138.00) (5,545,391,000.00) (17,162,436,000.00) (33,998,079,000.00)

Sumber: Hasil Pengolahan Data Tahun 2012

  Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa peningkatan pendapatan daerah Kabupaten Purbalingga sebesar 26 % Sedangkan Belanja Wajib rata-rata yang harus dikeluarkan Pemerintah Kabupaten Purbalingga selama tahun 2007-2011 sebesar Rp.730.860.442.480 atau sekitar 51 %.

  Kondisi tersebut apabila tidak dikendalikan dengan lebih mengoptimalkan potensi-potensi sumber pendapatan bagi Kabupaten Purbalingga dikuatirkan akan terjadi defisit. Pengoptimalan PAD, terutama pajak daerah karena dengan banyaknya investor yang berinvestasi dapat dikenai pajak sesuai dengan besar kecilnya jenis usaha. Selain itu dari retribusi daerah dari kegiatan parkir, terminal dan pasar. Saat ini yang sedang dikembangkan adalah kawasan segitiga emas dengan berdirinya pasar segamas, terminal dan pasar hewan. Bagian laba usaha daerah juga patut diperhitungkan mengingat Kabupaten Purbalingga memiliki kawasan dengan nilai ekonomis yang tinggi, meliputi : Owabong, Bumi Perkemahan, Taman Buah dan Reptil Park serta kawasan wisata tradisonal di Desa Karangbanjar Kecamatan Bojongsari. Potensi-potensi tersebut perlu dikelola untuk meningkatkan PAD karena saat ini Kabupaten Purbalingga masih mendapatkan dana perimbangan dari pemerintah pusat.

  Keterbatasan potensi keuangan daerah menyebabkan ketergantungan daerah terhadap transfer fiskal dari Pemerintah Pusat menjadi sangat besar. Proporsi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam struktur keuangan Pemerintah Kabupaten Purbalingga pada saat ini relatif kecil yaitu sekitar 10 %. Di samping relatif rendahnya porsi PAD dalam struktur APBD Kabupaten, ternyata porsi belanja pembangunan (belanja langsung) juga jauh lebih kecil dibanding dengan belanja rutin (belanja tidak langsung). Untuk mengantisipasi ketersediaan dana untuk belanja langsung maka perlu adanya ketersediaan Tabungan Masyarakat (Publik Saving).

  Tabungan masyarakat merupakan suatu bentuk penyimpanan pendanaan yang dikeluarkan spesifik untuk membangun sarana prasarana yang dapat mendukung kegiatan perekonomian ataupun peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kondisi pertumbuhan tabungan masyarakat tahun 2007-2008 dapat ditampilkan pada gambar berikut ini:

Gambar 6.6 Bagan Tabungan Masyarakat (Public Savings)

  

Kabupaten Purbalingga Tahun 2007-20111

  Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa peningkatan belanja wajib lebih tinggi dibandingkan pendapatan daerah sehingga pada tahun 2007-2011, masih fluktuatif .

  6.3. PROFIL KEUANGAN KABUPATEN PURBALINGGA

  Bertambahnya kebutuhan belanja pemerintah daerah dari waktu ke waktu dan terbatasnya kemampuan anggaran Pemerintah Daerah, serta adanya ketergantungan daerah terhadap transfer fiskal dari Pemerintah Pusat menuntut adanya upaya untuk meningkatkan penerimaan daerah terutama yang bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD). Upaya peningkatan penerimaan PAD dilakukan melalui intensifikasi dan ekstensifikasi. Intensifikasi dimaksudkan untuk meningkatkan penerimaan pendapatan dari sumber-sumber PAD yang sudah ada, sedang ekstensifikasi merupakan upaya untuk mendapatkan sumber PAD yang baru. Agar tidak bersifat kontra produktif bagi perekonomian rakyat, maka upaya intensifikasi maupun ekstensifikasi tersebut sejauh mungkin dilakukan tanpa membebani rakyat atau berakibat pada ekonomi biaya tinggi.

  6.4. PERMASALAHAN DAN ANALISA KEUANGAN 6.4.1. Kondisi Keuangan Pemerintah Kabupaten Purbalingga

  Belanja Daerah Kabupaten Purbalingga disediakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan penyelenggaraan pemerintahan, pelayanan publik, serta membiayai berbagai kegiatan dan peningkatan sarana dan prasarana dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pada tahun-tahun sebelumnya komponen belanja yang terbesar adalah untuk membiayai belanja pegawai. Sedangkan dari sisi penerimaan, selama ini dana perimbangan khususnya DAU sangat dominan dalam struktur keuangan Kabupaten Purbalingga dengan proporsi sebesar 77 persen sedang proporsi PAD hanya sekitar 10 persen. Hal tersebut menunjukkan ketergantungan Pemerintah Kabupaten Purbalingga terhadap transfer dana dari Pemerintah Pusat masih sangat tinggi.

  Ketidakseimbangan proporsi antara belanja pegawai dengan belanja barang, jasa dan belanja pemeliharaan serta antara belanja tidak langsung dengan belanja langsung yang digunakan untuk membiayai kegiatan pembangunan menunjukkan bahwa di satu sisi kebutuhan belanja Pemerintah Daerah untuk belanja pegawai sangat besar, sementara penerimaan Pemerintah Daerah relatif kecil. Di sisi lain, kebutuhan belanja Pemerintah Daerah Kabupaten Purbalingga dari waktu ke waktu menunjukkan kecenderungan untuk terus naik seiring dengan bertambahnya kegiatan dan tuntutan kebutuhan pelayanan publik.

  Transfer fiskal dari Pemerintah Pusat untuk beberapa tahun mendatang dimungkinkan tidak mengalami peningkatan yang cukup berarti mengingat keterbatasan kemampuan keuangan Pemerintah Pusat khususnya dari penerimaan dalam negeri dalam kondisi perekonomian nasional yang masih belum sepenuhnya membaik serta besarnya beban hutang negara. Di samping itu alokasi DAU dilakukan dengan menggunakan formula pasti yang dihitung berdasarkan variabel-variabel tertentu sehingga proporsi penerimaan dimungkinkan tidak banyak mengalami perubahan. Sedangkan transfer yang bersifat specific grant baik dari Pemerintah Pusat maupun dari Pemerintah Propinsi yang berupa DAK, Bantuan Pembangunan untuk Kabupaten Purbalingga dari Pemerintah Propinsi Jawa Tengah (bantuan eks 2P.0.A), kemudian subsidi kepada Kabupaten Purbalingga dari Pemerintah Propinsi (IN-GUB), maupun program-program lainnya tidaklah terlalu besar dibandingkan dengan besarnya kebutuhan pembangunan daerah, di samping itu juga tidak adanya kepastian untuk mendapatkannya.

6.4.2. Proyeksi Kemampuan Keuangan Kabupaten Purbalingga 6.4.2.1. Proyeksi Penerimaan dan Belanja

  Besarnya proyeksi penerimaan dan belanja dapat diketahui dari besarnya nilai pertumbuhan dari penerimaaan dan belanja Kabupaten Purbalingga pada tahun Tahun 2009-2011. Peningkatan penerimaan Kabupaten Purbalingga dari komponen pendapatan asli daerah (PAD) mengalami pertumbuhan sebesar 35 %. Sedangkan dana perimbangan mengalami pertumbuhan sebesar 14 %. Bagian Lain-Lain Penerimaan Yang Sah mengalami pertumbuhan sebesar 214 %. Besaran nilai pertumbuhan per komponen penerimaan dan pembelanjaan dapat ditampilkan pada tabel berikut ini:

Tabel 6.8 Pertumbuhan Penerimaan dan Pembelanjaan Kabupaten Purbalingga

  Tahun Anggaran

No Uraian Bagian dan Pos 2009 Proyeksi

2010 2011

I. Pendapatan Daerah

  1 Pendapatan Asli Daerah (PAD) 58,333,243,000 68,143,472,000 91,721,635,000

   0.35

  2 Bagian Dana Perimbangan 121,700,648,000 551,773,667,000 628,992,248,000

  0.14 Bagian Lain-Lain Penerimaan

  3 Yang Sah 55,593,050,000 71,343,252,000 223,936,042,000

  2.14 Jumlah Pendapatan 235,626,941,000 691,260,391,000 944,649,925,000

  0.37 II. Belanja Wajib 702,704,878,000 708,422,827,000 978,648,004,000

   0.38 III. Tabungan Masyarakat (467,077,937,000) (17,162,436,000) (33,998,079,000)

   0.98 Sumber: Hasil Perhitungan Tahun 2012 Penerimaan APBD Kabupaten Purbalingga lainnya yaitu berasal SILPA saat ini tidak tersedia.

  Bagian lain yang bernilai besar bagi pendapatan Kabupaten Purbalingga adalah Lain-lain Penerimaan yang sah memberikan kontribusi sebesar 74%. Besaran nilai yang diberikan bagian lain-lain penerimaan yang sah masih di bawah pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Purbalingga, namun hal tersebut berubah pada tahun 2011 terjadi peningkatan yang cukup signifikan dari komponen lain- lain penerimaan yang sah.

  Untuk mengetahui kondisi pertumbuhan penerimaan dan pembelanjaan daerah Kabupaten Purbalingga pada tahun 2012-2016 dapat diuraikan pada tabel berikut ini:

Tabel 6.9 Proyeksi Pertumbuhan Penerimaan dan Pembelanjaan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun 2012-2016

  Tahun Anggaran Tahun Anggaran Uraian Bagian

  Proyeksi dan Pos 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Pendapatan Daerah Pendapatan Asli Daerah (PAD) 58,333,243,000 68,143,472,000 91,721,635,000

   0.35 123,458,022,906 166,175,443,993 223,673,419,809 301,066,135,446 405,237,323,191 Bagian Dana Perimbangan 121,700,648,000 551,773,667,000 628,992,248,000

  0.14 717,017,269,409 817,361,050,578 931,747,554,076 1,062,142,004,335 1,210,784,651,312 Bagian Lain-Lain Penerimaan Yang Sah 55,593,050,000 71,343,252,000 223,936,042,000

  2.14 702,902,510,060 2,206,308,257,642 6,925,279,193,165 21,737,439,334,308 68,230,645,383,814 Jumlah Pendapatan 235,626,941,000 691,260,391,000 944,649,925,000 0.37 1,290,922,338,992 1,764,124,932,641 2,410,785,439,187 3,294,486,873,499 4,502,119,343,858

  • - - - - Belanja Wajib 702,704,878,000 708,422,827,000 978,648,004,000 0.38 1,351,949,540,911 1,867,645,520,859 2,580,051,759,354 3,564,202,631,925 4,923,754,089,568 - - - - Tabungan Masyarakat (467,077,937,000) (17,162,436,000) (33,998,079,000) 0.98 (67,348,794,524) (133,415,188,658) (264,289,994,952) (523,547,597,047) (1,037,126,231,070)

  Sumber: Hasil Perhitungan Tahun 2012

  | 18 Dari hasil Pertumbuhan Penerimaan dan Pembelanjaan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun 2012-2016 dapat diketahui pertumbuhan pendapatan daerah, pertumbuhan belanja wajib, pertumbuhan tabungan masyarakat yang dapat disediakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Purbalingga. Sedangkan proyeksi belanja bidang cipta karya dapat ditampilkan pada tabel berikut:

Tabel 6.10 Proyeksi Belanja Bidang Cipta Karya Kabupaten Purbalingga Tahun 2012-2016

  Asumsi Belanja Cipta Belanja Bidang Cipta Tahun Publik Saving Karya Karya 2012 67,348,794,524 2.5 1,683,719,863 2013 133,415,188,658

  2.5 3,335,379,716 2014 264,289,994,952 2.5 6,607,249,874 2015 523,547,597,047 2.5 13,088,689,926 2016 1,037,126,231,070 2.5 25,928,155,777

  Sumber: Hasil Perhitungan Tahun 2012 6.5.

   ANALISA TINGKAT KETERSEDIAAN DANA 6.5.1. Analisa Kemampuan Keuangan Daerah

  Salah satu faktor yang sangat menentukan tingkat penerimaan PAD adalah intensitas pemungutan pajak dan retribusi daerah yang sangat ditentukan oleh daya pungut institusi yang berkompeten dalam pemungutan pajak dan retribusi daerah serta dukungan perangkat hukum yang mendasari pemungutan pajak dan retribusi daerah. Daya pungut institusi yang berkompeten sangat berkaitan dengan kualitas sumberdaya manusia pemungut serta sistem dan mekanisme pemungutan yang terkait dengan struktur dan tata kerja institusi. Sedang dukungan perangkat hukum terutama terkait dengan jumlah dan jenis pungutan, obyek dan subyek pungutan, serta besarnya tarip pajak dan retribusi. Upaya intensifikasi melalui peningkatan intensitas pemungutan pajak dan retribusi daerahnya antara lain melalui : 1.

  Peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang terkait dengan pemungutan pajak dan retribusi daerah.

  2. Pembenahan terhadap sistem dan mekanisme pemungutan antara lain melalui penataan kelembagaan.

  3. Pembenahan terhadap perangkat hukum yang menjadi dasar pemungutan pajak dan retribusi daerah.

  Pembenahan terhadap perangkat hukum yang menjadi dasar pemungutan pajak dan retribusi antara lain melalui revisi terhadap Peraturan Daerah (Perda) tentang pajak dan retribusi daerah. Ketentuan yang termuat dalam Perda baik yang berkaitan dengan subyek dan obyek pajak atau retribusi maupun yang berkaitan dengan tarif dalam waktu tertentu juga perlu direvisi. Besaran tarif pajak dan retribusi idealnya terus dilakukan penyesuaian seiring dengan laju inflasi.

  Upaya ekstensifikasi penerimaan PAD dilakukan melalui penggalian sumber-sumber PAD yang baru, antara lain melalui penerbitan Perda bagi beberapa potensi pajak dan retribusi yang belum ada landasan hukum pemungutannya. Meskipun demikian, penerbitan Perda baru tentang pajak dan retribusi daerah harus diperhitungkan sedemikian rupa agar tidak terlalu membebani dan menghambat perekonomian rakyat karena akan bersifat kontraproduktif. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka upaya ekstensifikasi terutama akan dilakukan melalui penggalian penerimaan PAD yang tidak langsung membebani masyarakat antara lain melalui pengembangan potensi obyek wisata, meliputi: Kawasan Gua Lawa Kecamatan Karangreja, Kawasan Wisata Owabong dan Desa Wisata Beji dan Karangbanjar di Kecamatan Bojongsari.

  Sumber penerimaan PAD yang lain adalah laba Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dan penerimaan daerah lainnya. Dalam rangka peningkatan penerimaan PAD akan terus dilakukan berbagai upaya dalam rangka peningkatan kapasitas dan kinerja BUMD agar semakin sehat, efisien, dan produktif. Di samping itu, beberapa Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas yang potensial menghasilkan PAD juga harus terus ditingkatkan kinerjanya antara lain melalui peningkatan kapasitas dan kualitas prasarana dan sarana serta pembinaan sumberdaya manusia pengelolanya.

  Di samping optimalisasi pendayagunaan potensi PAD, upaya yang paling tepat dalam rangka meningkatkan penerimaan PAD adalah melalui pembangunan ekonomi dengan terus mendorong pertumbuhan ekonomi yang ramah tenaga kerja dan berbasis perekonomian rakyat. Berkembangnya perekonomian masyarakat dan meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat yang notabene merupakan subyek pajak dan retribusi dengan sendirinya akan meningkatkan potensi penerimaan PAD akibat meningkatnya kemampuan membayar (ability to pay) segala pungutan yang dibebankan kepada masyarakat oleh pemerintah.

  Penerimaan Kabupaten Purbalingga pada kurun waktu 5 (lima) tahun mendatang diproyeksikan mengalami peningkatan sekitar 5 (lima) persen sampai dengan 10 persen per tahun. Hal ini dimungkinkan karena adanya berbagai upaya intensifikasi dan ekstensifikasi sumber-sumber PAD serta adanya kemungkinan kenaikan transfer fiskal dari Pemerintah Pusat baik yang berupa block grant maupun yang berupa specific grant meskipun dalam jumlah yang tidak terlalu sigificant.

6.6. RENCANA PEMBIAYAAN PROGRAM 6.6.1. Rencana Pembiayaan

  Sumber-sumber pembiayaan pembangunan di Kabupaten Purbalingga didukung oleh banyak sumber baik dari Pemerintah Pusat, Provinsi Jawa Jengah dan Pemerintah Kabupaten perekonomian dan pembangunan. Dukungan Pemerintah Pusat dan Provinsi masih sangat dibutuhkan terutama program/ kegiatan strategis pada peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin dan bantuan teknis (Bantek) serta bimbingan teknis (Bintek). Diharapkan dengan dukungan ini, pembangunan di Kabupaten Purbalingga menjadi terpacu dan mampu meningkatkan masyarakatnya menjadi lebih baik dan lebih sejahtera.

  6.7. PETUNJUK UMUM RENCANA PENINGKATAN PENDAPATAN

  Rencana tindak penguatan pendapatan adalah serangkaian kegiatan yang mencakup kegiatan analisis sumber-sumber pendapatan daerah sebagai salah satu sumber pendanaan infrastruktur di Kabupaten Purbalingga. Kegiatan ini dilakukan dengan mempertimbangkan faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor internal merupakan faktor yang berpengaruh dan bera da di dalam ken da li m an a jem en. Se dan gka n f akto r eksterna l merupakan faktor yang berpengaruh, namun berada di luar kendali manajemen. Dimana faktor eksternal bersifat

  unccertainty.

  Tujuan dan pengembangan Rencana Tindak Peningkatan Pendapatan daerah adalah meningkatnya pendapatan, khususnya pendapatan Kabupaten Purbalingga, dalam upaya mencukupi kebutuhan pembiayaan program investasi pembangunan infrastruktur di Kabupaten Purbalingga termasuk dalam mendanai operasi dan pemeliharaan infrastruktur yang ada.

  Peningkatan Pendapatan Pemerintah Kabupaten Purbalingga dilakukan antara lain melalui optimalisasi sumber pendapatan asli daerah (PAD) yang berasal dan retribusi dan pajak, termasuk di dalamnya peningkatan fungsi dan peran kelembagaan yang terkait.

  6.8. PENINGKATAN KEMAMPUAN PENDANAAN

  Peningkatan kemampuan pendanaan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Purbalingga Tahun 2013

  • – 2017 dengan mengoptimalkan pendapatan APBD Kabupaten Purbalingga yang telah ada dan didukung oleh semua komponen masyarakat. Partisipasi masyarakat/ swasta, transparansi dalam perencanaan dan akuntabilitas anggaran serta disiplin anggaran sangat dibutuhkan sehingga pembangunan menjadi lebih efisien dan efektif. Diharapkan dengan keterlibatan semua komponen masyarakat dan dukungan dalam pembiayaan akan meningkatkan kemampuan pendanaan pelaksanaan RPIJM Bidang Cipta Karya dalam mendanai program-program bidang Cipta Karya.

6.9. PENINGKATAN KAPASITAS PEMBIAYAAN

  Peningkatan kapasitas pembiayaan RPIJM Bidang Cipta Karya, Pemerintah Kabupaten Purbalingga diupayakan untuk mencari alternatif sumber-sumber pembiayaan yang dapat digunakan untuk menutup anggaran defisit. Alternatif sumber pembiayaan antara lain dari Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Lalu (SiLPA) tahun sebelumnya, penerimaan dana cadangan, penerimaan pinjaman dan obligasi, hasil penjualan kekayaan sumber daya daerah yang dipisahkan dan penerimaan pembiayaan lain-lain.