BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Struktur Modal - Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, dan Modal Kerja terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur meliputi Sektor Aneka Industri dan Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Struktur Modal

  Menurut Sartono (2010:225) “struktur modal adalah merupakan perimbangan jumlah utang jangka pendek yang bersifat permanen, utang jangka panjang, saham preferen dan saham biasa.”

  Menurut Sudana (2011:143) “struktur modal (capital structure) berkaitan dengan pembelanjaan jangka panjang suatu perusahaan yang diukur dengan perbandingan utang jangka panjang dengan modal sendiri.”

  “Struktur modal sangat penting bagi perusahaan karena menyangkut kebijakan penggunaan sumber dana yang paling menguntungkan. Dalam mendanai kebutuhan pendanaan perusahaan dapat menggunakan modal sendiri dan modal asing atau utang” (Dwi, 2010:1).

  Menurut Martono dan Agus (2001:239) “struktur modal (capital

  structure ) adalah perbandingan atau imbangan pendanaan jangka panjang

  perusahaan yang ditujukan oleh perbandingan hutang jangka panjang terhadap modal sendiri.” Pemenuhan kebutuhan dana perusahaan dari sumber modal sendiri berasal dari modal saham, laba ditahan, dan cadangan. Jika dalam pendanaan perusahaan yang berasal dari modal sendiri masih mengalami kekurangan (defisit) maka perlu dipertimbangkan pendanaan perusahaan yang berasal dari luar, yaitu dari hutang (debt financing). Namun dalam pemenuhan kebutuhan dana, perusahaan harus mencari alternatif-alternatif pendanaan yang efisien. Pendanaan yang efisien akan terjadi bila perusahaan mempunyai struktur modal yang optimal. Struktur modal yang optimal dapat diartikan sebagai struktur modal yang dapat meminimalkan biaya penggunaan modal keseluruhan atau biaya modal rata-rata, sehingga memaksimalkan nilai perusahaan (Martono dan Agus, 2001:239).

  Menurut Sundjaja dan Inge (2003:266) “pengaruh dan struktur modal merupakan konsep yang berhubungan erat dikaitkan dengan biaya modal dan pengambilan keputusan penganggaran modal.”

  Perubahan dalam pengaruh menghasilkan perubahan dalam tingkat pengembalian dan resiko. Umumnya, peningkatan pengaruh menghasilkan peningkatan tingkat pengembalian dan resiko, sebaliknya penurunan pengaruh menghasilkan penurunan tingkat pengembalian dan resiko. Besarnya pengaruh dalam struktur modal dan kombinasi dari hutang jangka panjang dan ekuitas yang dipertahankan oleh perusahaan dan dapat mempengaruhi nilai pengembalian dan resiko secara signifikan (Sundjaja dan Inge, 2003:266).

  Menurut Horne dan Wachowicz (2007:237) “Pendekatan tradisional untuk struktur dan penilaian modal berasumsi bahwa terdapat struktur modal optimal (optimal capital structure) dan bahwa pihak manajemen dapat meningkatkan nilai total perusahaan melalui penggunaan leverage keuangan secara hati-hati.”

  Menurut Sjahrial (2009:179) “struktur modal merupakan perimbangan antara pengguna modal pinjaman yang terdiri dari: utang jangka pendek yang bersifat permanen, utang jangka panjang dengan modal sendiri yang terdiri dari: saham preferen dan saham biasa.”

  Menurut Brigham dan Houston (2001:6) empat faktor yang mempengaruhi keputusan struktur modal, yaitu: a.

  Risiko bisnis Tingkat risiko yang terkandung dalam operasi perusahaan apabila ia tidak menggunakan utang. Makin besar risiko bisnis perusahaan, makin rendah rasio utang yang optimal. b.

  Posisi pajak perusahaan Alasan utama menggunakan utang adalah karena biaya bunga dapat dikurangkan dalam perhitungan pajak, sehingga menurunkan biaya utang yang sesungguhnya.

  c.

  Fleksibilitas keuangan Kemampuan untuk menambah modal dengan persyaratan yang wajar dalam keadaan yang memburuk. Para manajer dana perusahaan mengetahui bahwa penyedia modal yang mantap diperlukan untuk operasi yang stabil, yang merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan jangka panjang.

  d.

  Konservatisme atau agresivitas manajemen Sebagian manajemen lebih agresif dari yang lain, sehingga sebagian perusahaan lebih cenderung menggunakan utang untuk meningkatkan laba. Faktor ini tidak mempengaruhi struktur modal yang optimal atau yang memaksimalkan nilai, tetapi akan mempengaruhi struktur modal yang ditargetkan yang ditetapkan manajer.

2.2. Teori Struktur Modal

  “Teori struktur modal berkenaan dengan bagaimana modal dialokasikan dalam aktivitas investasi rill perusahaan, dengan cara menentukan struktur modal antara modal utang dan modal sendiri” (Harmono, 2011:137).

2.2.1. Teori MM

  Menurut (Sartono, 2010:230) Selama ini teori struktur modal didasarkan atas perilaku investor dan bukannya studi formal secara matematis. Franco Modogliani dan Merton Miller (MM) memperkenalkan model teori struktur modal secara sistematis, scientific dan atas dasr penelitian yang terus- menerus. Perlu diperhatikan bahwa MM memperkenalkan teori struktur modal dengan beberapa asumsi sebagai berikut: a.

  Risiko bisnis perusahaan dapat diukur dengan standar deviasi laba sebelum bunga dan pajak dan perusahaan yang memiliki risiko bisnis sama dikatakan berada dalam klas yang sama.

  b.

  Semua investor dan investor potensial memiliki estimasi sama terhadap EBIT perusahaan dimasa datang, dengan demikian semua investor memiliki harapan yang sama atau homogeneous expectations tentang laba perusahaan dan tingkat risiko perusahaan. c.

  Saham dan obligasi diperdagangkan dalam pasar modal yang sempurna atau perfect capital market.

2.2.2. Agency Theory

  Hal yang berhubungan dekat dengan biaya kebangkrutan dalam hal dampaknya atas struktur modal dan nilai modal adalah biaya agensi (agency costs). Pihak manajemen dapat dianggap sebagai agen dari para pemilik perusahaan, yaitu para pemegang saham. Para pemegang saham ini, dengan harapan bahwa agen akan bertindak demi kepentingan pemegang saham, akan mendelegasikan otoritas pengambilan keputusan ke pihak manajemen. Agar pihak manajemen dapat membuat keputusan yang optimal atas nama para pemegang saham, merupakan hal yang penting agar pihak manajemen tidak hanya mendapat insentif yang tepat, tetapi mereka akan diawasi juga. Pengawasan dapat dilakukan melalui berbagai metode seperti peningkatan agen, audit laporan keuangan, dan secaraa eksplisit membatasi keputusan pihak manajemen (Horne dan Wachowicz, 2007:243-244).

  Menurut Horne dan Wachowicz (2005:244) “Jensen dan Meckling telah mengembangkan teori yang bagus yaitu teori biaya agensi. Di antaranya mereka menunjukkan bahwa, siapapun yang mengeluarkan biaya pengawasan, biaya tersebut pada akhirnya ditanggung oleh para pemegang saham.”

  Menurut Dwi (2010:53) “biaya keagenan adalah biaya yang timbul karena perusahaan menggunakan hutang dan melibatkan hubungan antara pemilik perusahaan dan kreditur.”

  Michael Jensen dan William Meckling mendefenisikan hubungan keagenan sebagai suatu kontrak, dimana satu atau beberapa orang (pemberi kerja atau principal) memperkerjakan orang lain (agen) untuk melaksanakan sejumlah jasa dan mendelegasikan wewenang untuk mengambil keputusan kepada agen tersebut (Weston dan Brigham,1993:20).

  2.2.3. Signaling Theory

  Teori ini disusun berdasarkan asumsi adanya asymmetric

  information antara manajer dan pemegang saham. Karena

  adanya asymmetric information maka manajer berusaha memberi signal (sinyal) kepada investor. Sinyal tersebut haruslah berupa sesuatu yang dapat dipercaya dan tidak mudah ditiru atau mahal untuk menirunya. Dalam kebijakan struktur modal, sinyak yang diberikan adalah berupa dipakainya porsi hutang yang lebih besar di perusahaan. Hanya perusahaan yang benar-benar kuat yang berani menanggung resiko mengalami kesulitan keuangan ketika porsi hutang perusahaan relatif tinggi. Maka porsi hutang yang tinggi dipakai manajer sebagai sinyal bahwa perusahaan memiliki kinerja yang handal (Arifin, 2005:81). Menurut Sundjaja dan Inge (2003:302) “Signal adalah suatu tindakan keuangan yang diambil oleh manajemen yang mencerminkan pendapatnya terhadap nilai saham perusahaan.”

  2.2.4. Teori Trade-Off

  Menurut Brealey, dkk (2006:18) “Ini disebut teori trade-off struktur modal optimal. Teori ini menyatakan bahwa manajer akan berusaha meningkatkan tingkat utang sampai pada satu titik dimana nilai perlindungan pajak bunga tambahan benar-benar terimbangi oleh tambahan biaya masalah keuangan.”

  Model ini dikembangkan oleh Baxter (1967), Kraus dan Lizenberger (1973) dan Karno (2002), yang mencoba menguji pendapat MM dengan menghubungkan asumsi- asumsi MM dengan biaya kebangkrutan (financial distress

  cost ) yang mana hal itu dapat meningkat sebanding dengan leverage yang digunakan. Jadi disebut model trade-off

  karena struktur modal optimum terjadi jika terdapat keseimbangan antara biaya financial distress dan agency

  problem dan manfaat atas penggunaan leverage atau utang (tax-shiel) (Dwi, 2010:49-50).

2.2.5. Teori Pecking Order

  Teori pecking order memberikan dua aturan bagi dunia praktik, yaitu (sudana, 2011:154): a.

  Mengunakan pendanaan internal Manajer tidak dapat menggunakan pengetahuan khusus tentang perusahaan untuk menentukan jika utang yang kurang beresiko mengalami mispriced (terjadi perbedaan harga pasar dengan harga teoritis) karena harga utang ditentukan semata-mata oleh suku bunga pasar.

  b.

  Menerbitkan sekuritas yang resikonya kecil Walaupun investor khawatir salah menentukan harga utang dan saham, kekhawatiran investor lebih besar dalam menentukan harga saham.

  Ada teori alternatif yang dapat menjelaskan mengapa perusahaan yang menguntungkan meminjam jumlah uang yang lebih sedikit. Teori ini berdasarkan asumsi asimetris, manajer tahu lebih banyak dari pada investor luar tentang profitabilitas dan prospek perusahaan. Observasi ini mencetuskan teori pecking order struktur modal. Teori ini berbunyi sebagai berikut (Brealey, dkk, 2006:25): a.

  Perusahaan menyukai pendanaan internal, karena dana ini terkumpul tanpa mengirimkan sinyal sebaliknya yang dapat menurunkan harga saham.

  b.

  Jika dana eksternal dibutuhkan, perusahaan menerbitkan utang lebih dahulu dan hanya menerbitkan ekuitas sebagai pilihan terakhir. Pecking order ini muncul karena penerbitan uang tidak terlalu diterjemahkan sebagai petanda buruk oleh investor bila dibandingkan dengan penerbitan ekuitas.

2.3. Faktor –faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal

2.3.1. Profitabilitas

  Konsep profitabilitas ini dalam teori keuangan sering digunakan sebagai indikator kinerja fundamental perusahaan mewakili kinerja manajemen. Secara konsep dapat disimpulkan bahwa kinerja fundamental perusahaan diproksikan melalui dimensi profitabilitas perusahaan memiliki hubungan kualitas terhadap nilai perusahaan melalui indikator harga saham dan struktur modal perusahaan berkenaan dengan besarnya komposisi utang perusahaan (Harmono, 2011:110-111). Tujuan akhir yang ingin dicapai suatu perusahaan yang terpenting adalah memperoleh laba atau keuntungan yang maksimal. Dengan memperoleh laba yang maksimal seperti yang ditargetkan, perusahaan dapat berbuat banyak bagi kesejahteraan pemilik, karyawan, serta meningkatkan mutu produk dan melakukan investasi baru (Kasmir, 2008:196). Menurut Sartono (2010:122) “profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dengan hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri.”

  Menurut Warsono (2003:37) “profitabilitas merupakan hasil bersih dari sejumlah kebijakan dan keputusan perusahaan.” Menurut Kasmir (2010:115) “rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan.”

2.3.2. Likuiditas

  Fred Weston, menyebutkan bahwa rasio likuiditas (liquidity

  ratio ) merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek.

  Artinya apabila perusahaan ditagih, maka akan mampu untuk memenuhi utang (membayar) tersebut terutama utang yang sudah jatuh tempo (kasmir, 2010:110).

  Menurut Harmono (2011:106) “konsep likuiditas dapat diartikan sebagai kemampuan perusahaan dalam melunasi sejumlah utang jangka pendek, umumnya kurang dari satu tahun.”

  Menurut Warsono (2003:34) “rasio-rasio likuiditas (liquidity ratio) adalah suatu rasio keuangan yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya yang harus dipenuhi.” Menurut Halim (1999:53) rasio likuiditas adalah “rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban- kewajiban dengan segera.”

2.3.3. Modal Kerja

  Menurut Halim (1999:85) “ modal kerja adalah aktiva-aktiva jangka pendek yang digunakan untuk kepentingan sehari-hari pada suatu perusahaan.”

  Menurut Dwi (2010:111) “modal kerja atau working capital merupakan suatu aktiva lancar yang digunakan dalam operasi perusahaan, yang memerlukan pengelolaan dengan baik oleh manajer perusahaan.”

  Dalam operasinya, perusahaan selalu membutuhkan dana harian misalnya untuk membeli bahan mentah, membayar gaji karyawan, membayar rekening listrik, membayar biaya transportasi, membayar hutang dan sebagainya. Dana yang dialokasikan tersebut diharapkan akan diterima kembali dari hasil penjualan produk yang dihasilkan dalam waktu yang tidak lama (kurang dari 1 tahun). Uang yang diterima tersebut dipergunakan lagi untuk kegiatan operasi perusahaan selanjutnya, dan seterusnya dana tersebut berputar selama perusahaan masih beroperasi. Dana yang dipergunakan untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari-hari disebut modal kerja (working capital (Martono dan Agus, 2001:71). Menurut Gitosudarmo dan Basri (2002:35) “modal kerja merupakan kekayaan atau aktiva yang diperlukan oleh perusahaan untuk menyelenggarakan kegiatan sehari-hari yang selalu berputar dalam suatu periode tertentu.” Setiap perusahaan selalu memerlukan modal kerja yang akan digunakan untuk membiayai aktifitas perusahaan sehari-hari misalnya untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai, membayar upah tenaga kerja langsung, membayar utang dan lain sebagainya. Kekurangan uang tunai (kas) akan memyebabkan perusahaan tidak mampu membayar kewajiban jangka pendek, sedangkan kekurangan persediaan akan memyebabkan perusahaan tidak dapat memproleh keuntungan karena calon pembeli tidak jadi membeli produk perusahaan. Manajemen modal kerja adalah kegiatan yang mencakup semua fungsi manajemen atas akitiva lancar dan kewajiban jangka pendek perusahaan (Syahyunan, 2004:36). Menurut Djarwanto (2004:87-88) terdapat dua defenisi modal kerja yang lazim dipergunakan, yakni: a.

  Modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terdap utang jangka pendek. Kelebihan ini disebut modal kerja bersih (net working capital). Kelebihan ini merupakan jumlah aktiva lancar yang berasal dari utang jangka panjang dan modal sendiri.

  b.

  Modal kerja adalah jumlah dari aktiva lancar. Jumlah ini merupakan modal kerja bruto (gross working

  capital )

  Menurut Gitosudarmo dan Basri (2002:33-35) terdapat beberapa konsep modal kerja yaitu: a.

  Konsep kuantitatif Dalam konsep kuantitatif pengertian modal kerja adalah sejumlah dana yang tertanam dalam aktiva lancar yang berupa kas, piutang-piutang, persediaan, persekot biaya.

  b.

  Konsep kualitatif Dalam konsep kualitatif pengertian modal kerja dikaitkan dengan besarnya hutang lancar atau hutang yang harus dibayar segera dalam jangka pendek.

  c.

  Konsep fungsional Dalam konsep ini, besarnya modal kerja adalah didasarkan pada fungsi dari dana untuk menghasilkan pendapatan.

2.4. Penelitian Terdahulu

  Penelitian yang berhubungan dengan struktur modal yang telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya, sehingga beberapa poin penting dari hasil penelitian sebelumnya dapat dijadikan dasar dalam penelitian ini. Berikut ini akan diuraikan beberapa penelitian mengenai struktur modal.

  Penelitian Hafitz (2012) mengenai pengaruh firm size, growth

  

opportunity , liquidity, dan profitability terhadap struktur modal perusahaan

  otomotif yang terdaftar di BEI. Dengan hasil penelitian adalah secara simultan pengaruh firm size, growth opportunity, liquidity, dan profitability berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Secara parsial liquidity dan profitability berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.

  Penelitian yang dilakukan Mavis (2012) mengenai analisis pengaruh pertumbuhan perusahaan, kebijakan deviden, profitabilitas, risiko bisnis dan

  

free cash flow terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur yang

  terdaftar di BEI. Hasil penelian adalah secara simultan pengaruh pertumbuhan perusahaan, kebijakan deviden, profitabilitas, risiko bisnis dan

  

free cash flow tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal dan

  secara parsial pertumbuhan perusahaan, kebijakan deviden, profitabilitas, risiko bisnis dan free cash flow tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.

  Penelitian yang dilakukan Nababan (2011) dengan variabel bebas adalah profitabilitas, pertumbuhan penjualan dan struktur asset, variabel terikatnya adalah struktur modal. Hasil penelitian ini adalah secara serempak (simultan) profitabilitas, pertumbuhan penjualan dan struktur asset berpengaruh signifikan terhadap struktur modal dan secara parsial profitabilitas berpengaruh signifikan negatif terhadap struktur modal, pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal dan struktur asset berpengaruh signifikan positif terhadap struktur modal.

  Penelitian yang dilakukan Situmorang (2010) mengenai pengaruh stuktur aktiva, profitabilitas dan ukuran perusahaan terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dengan variabel bebas adalah stuktur aktiva, profitabilitas dan ukuran perusahaan dan variabel terikat adalah struktur modal. Dengan hasil penelitian adalah secara simultan stuktur aktiva, profitabilitas dan ukuran perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal dan secara parsial struktur aktiva berpengaruh signifikan terhadap struktur modal, profitabilitas secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal dan ukuran perusahaan secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.

  Penelitian Margaretha (2010) dengan judul faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal di BEI. Dari penelitiannya ditemukan bahwa secara parsial variabel size, tangibility, profitability, liquidity, dan growth berpengaruh terhadap capital structure, non-debt tax shield, age, dan

  investment tidak berpengaruh terhadap capital structure.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu N Variabel

  

Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

o Penelitian

  1 Farah Faktor-faktor Variabel Profitability Margaretha yang independen: berpengaruh terhadap dan Aditya Mempengaruhi size, kedua modal capital Rizky Struktur Modal di tangibility, structure yaitu total Ramadhan BEI tahun 2005- profitability, leverage dan short (2010) 2008 liquidity, term leverage tetapi

  growth, non- profitability tidak debt tax shield, mempunyai pengaruh age, dan terhadap model

  pada

  investment capital structure

  Variabel model long term dependen: leverage. Liquidity

  capital berpengaruh terhadap structure kedua modal capital structure yaitu total leverage dan short term leverage tetapi

  tetapi liquidity tidak mempunyai pengaruh terhadap model

  capital structure pada

  model long term leverage.

  2 Azlan Pengaruh Firm Variabel Variabel firm size, Hafitz independen:

  Size, Growth growth opportunity,

  (2012) Opportunity , firm size, liquidity , dan

  Liquidity , dan growth profitability secara

  Profitability

  4 Mavis (2012)

  cash flow secara

  Variabel pertumbuhan perusahaan, kebijakan deviden, profitabilitas, risiko bisnis, dan free

  flow . variabel

  Variabel independen: pertumbuhan perusahaan, kebijakan deviden, profitabilitas, risiko bisnis, dan free cash

  terhadap Stuktur Modal

  Free Cash Flow

  Analisi Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan, Kebijakan Deviden, Profitabilitas, Risiko Bisnis, dan

  Secara serempak profitabilitas, pertumbuhan penjualan dan struktur asset berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Secara parsial profitabilitas berpengaruh signifikan negatif terhadap struktur modal.

  terhadap Struktur Modal Perusahaan Otomotif yang terdaftar di BEI tahun 2007-2010

  Variabel independen: profitabilitas, pertumbuhan penjualan dan struktur asset. Variabel dependen: struktur modal

  Pengaruh Profitabilitas, Pertumbuhan Penjualan dan Struktur Asset terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2008-2010

  3 Erwin Nababan (2011)

  berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.

  profitability

  profitability. Variabel dependen: struktur modal simultan berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Secara parsial liquidity dan

  opportunity , liquidity , dan

  simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Secara parsial profitabilitas Perusahaan dependen: (ROE) tidak Manufaktur yang struktur modal berpengaruh terdaftar di BEI signifikan terhadap 2008-2010 struktur modal.

  5 Manatap Pengaruh Stuktur Variabel Secara simultan Situmorang Aktiva, independen: stuktur aktiva, (2010) Profitabilitas dan stuktur aktiva, profitabilitas dan

  Ukuran profitabilitas ukuran perusahaan Perusahaan dan ukuran memiliki pengaruh Terhadap Struktur perusahaan. yang signifikan Modal pada variabel terhadap struktur Perusahaan dependen: modal dan secara Manufaktur Yang struktur modal parsial struktur aktiva Terdaftar Di BEI berpengaruh 2006-2008 signifikan terhadap struktur modal, profitabilitas dan ukuran perusahaan secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.

2.5. Kerangka Konseptual

  Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independennya adalah profitabilitas, likuiditas, dan modal kerja, sedangkan variabel dependennya adalah struktur modal.

  Berdasarkan latar belakang masalah, tinjauan pustaka dan hasil penelitian terdahulu, profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan atau memperoleh laba. Jika dihubungkan dengan struktur modal, profitabilitas yang juga merupakan tingkat pengembalian yang diperoleh dari ekuitas yang ditanamkan dalam perusahaan memberikan pengaruh terhadap struktur modal perusahaan. Jadi semakin tinggi profitabilitas semakin banyak laba yang ditahan sehingga struktur modal semakin rendah.

  Rasio likuiditas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar utang jangka pendek yang telah jatuh tempo. Perusahaan yang dapat segera mengembalikan utang-utangnya akan mendapat kepercayaan dari kreditur untuk menerbitkan utang dalam jumlah yang besar, dengan peningkatan proporsi utang yang lebih besar dari pada modal sendiri menunjukkan DER semakin besar atau sebaliknya.

  Modal kerja bersih (Net Working Capital) yaitu selisih antara asset lancar dan kewajiban lancar yang mana asset tersebut diharapkan bisa dikonversi menjadi kas dalam waktu satu tahun atau kurang dari satu tahun. Kenaikan modal kerja bersih menunjukkan bahwa aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan mampu menutupi hutang lancar perusahaan.

  Aktiva lancar yang mampu menutupi hutang lancar perusahaan mengakibatkan resiko ketidakmampuan perusahaan membayar tagihan tepat waktu (rasio likuiditas) menjadi lebih rendah. Hal ini menunjukkan tingkat keamanan bagi kreditur jangka pendek serta menjamin kelangsungan usaha di masa mendatang sehingga mempengaruhi struktur modal. Berdasarkan hipotesis tersebut maka penulis membuat kerangka konseptual sebagai berikut:

  Profitabilitas (X )

1 H

  

1

Struktur Modal (Y)

  H

  

2

Likuiditas (X )

2 H

  

3

Modal Kerja (X 3 )

  H

  

4

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.6. Hipotesis Penelitian

  Hipotesis merupakan jawaban sementara atas permasalahan yang dihadapi dan kebenarannya harus dibuktikan melalui hasil penelitian.

  Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: H 1 : Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. H 2 : Likuiditas berpengaruh signifikan terhadap struktur modal . H : Modal kerja berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Struktur Modal dan Return on Asset terhadap Rentabilitas Modal Sendiri pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

2 35 83

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Sektor Aneka Industri Dan Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

2 83 97

Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, dan Modal Kerja terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur meliputi Sektor Aneka Industri dan Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

7 78 83

Pengaruh Profitabilitas, Pertumbuhan Aset, Ukuran Perusahaan, Risiko Bisnis, Struktur Aset, dan Likuiditas Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Dasar dan Kimia yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 42 110

Pengaruh Profitabilitas, Pertumbuhan Aset, Ukuran Perusahaan, Risiko Bisnis, Struktur Aset, dan Likuiditas Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Dasar dan Kimia yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 1 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Struktur Modal - Pengaruh Struktur Modal dan Return on Asset terhadap Rentabilitas Modal Sendiri pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 17

Pengaruh Struktur Modal dan Return on Asset terhadap Rentabilitas Modal Sendiri pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Struktur Modal - Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Sektor Aneka Industri Dan Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 19

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Sektor Aneka Industri Dan Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 8

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Sektor Aneka Industri Dan Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 12