PENTINGNYA PARTISIPASI DAN PERANAN KELEMBAGAAN POLITIK DALAM PROSES PEMBUATAN KEBIJAKAN PUBLIK Dadi Junaedi Iskandar

Dadi Junaedi Iskandar

STIA Bagasasi Bandung e-mail : [email protected]

Abstrak

Model ruang publisitas untuk menghasilkan kebijakan publik yang efektif, pelaksanaannya perlu dikemas secara tepat dalam berbagai bentuk dan aktivitas yang meletakkan posisi warga negara (citizen) sebagai sumber utama kekuatan demokrasi. Demokrasi sejatinya merupakan manifestasi akuntabilitas politik yang bersandar pada kebaikan bersama. Dengan adanya perubahan dalam pola governance, maka partisipasi menjadi instrumen penting bekerjanya civil society dalam setiap proses perencanaan kebijakan pembangunan. Kajian ini menggunakan metode dokumenter, yakni melakukan pelacakan informasi yang diperoleh dari kliping dan data lainnya yang berasal dari dokumen ekstern yang resmi berupa bahan-bahan informasi yang dikeluarkan suatu lembaga, seperti majalah, buletin berita-berita yang disiarkan ke media massa, sehingga dengan sumber informasi tersebut dapat menelaah lebih mendalam mengenai masalah yang dikaji. Hasil kajian menunjukkan, bahwa di dalam era demokrasi akuntabilitas politik yang bersandar pada kebaikan bersama sangat penting dikedepankan. Tujuannya agar setiap kebijakan publik mencerminkan kepentingan dan harapan masyarakat. Kontribusi partisipasi warga yang produktif dan peran kelembagaan politik yang dikembangkan secara deliberatif dan terbuka dapat memberikan sumbangan yang berharga bagi pembentukan kebijakan publik yang bermakna.

Kata kunci: partisipasi, ruang publik, kelembagaan politik dan kebijakan publik.

The Importance of Political Institutional Role and Participation in The Process

of Public Policy Making

Abstract

The implementation of publicity spatial design to create effective public policy need to be well kept properly in a variety of types and activities laying down position of citizen as basic source of democracy power. Democracy is, actually, manifestation of politic accountability leaning on collective good. Given change in governance design, the participation is important instrument for the functioning of civil society in every process of policy planning on development, implementation, and surveillance of public policy. This study is conducted by using documentary method, a tracing of information derived from press clipping and other data coming from formal external documents in the form of information materials issued by an institution such as journals, news bulletin released to mass media, thereby making the source of information useful for thoroughly investigation of problems under study. The results of the study showed that in a democracy era, it is particularly important to set forward politic accountability leaning on collective good. The objective is to make every public policy capable of reflecting on public expectations and interests. The participation of productive citizen and the role of politic institution developed deliberatively, can make a valuable contribution to the formation of meaningful public policies.

Keywords: participation, public space, politics institution and public policy.

A. PENDAHULUAN

dan keyakinan populis akan kebijaksanaan Sesungguhnya, disadari ataupun tidak,

rakyat; ia ingin membangun, menata kembali dan dirasakan ataupun tidak, dinamika aktivitas

melakukan revitalisasi tentang keadaban dan masyarakat sehari-hari tidak dapat dilepaskan

kepentingan publik sebagai cita-cita demokrasi. dari keberadaan atau kehadiran suatu kebijakan

Hal menunjukkan, bahwa munculnya kembali publik di tengah-tengah kehidupan kita. Artinya,

„semangat kepublikan‟ dilatari oleh suatu setiap hari kita bergulat dengan masalah-masalah

makna publik telah kebijakan,

pemahaman

bahwa

mengalami “hijrah paradigma” dari y ang berperspektif dan ruang lingkup internasional,

awalnya sebagai ne gara menjadi publik sebagai ber-scope nasional, dan juga yang diterapkan

swasta), yang dalam wilayah regional atau lokal.

masyarakat

(termasuk

pendekatannya (approach) tidak lagi kepada Sebagai contoh, masyarakat akan terimbas

negara, tetapi lebih kepada masyarakat (costumerâ kebijakan

oriented or costumerâ approach ). Sumber kekuatan internasional yang melibatkan dua negara atau

yang dihasilkan

dari

kebijakan

arti pendekatan kewargaan ini terutama terletak lebih, misalnya kehadiran AFTA, ACFTA atau

pada potensinya untuk meningkatkan dan MEA; bentuk kebijakan nasional misalnya adanya

memuliakan publik yang termotivasi oleh adanya berbagai

perhatian bersama bagi kebaikan bersama. termasuk peraturan organik atau peraturan

peraturan

perundang-undangan

Sehubungan hal demikian, maka dalam pelaksanaan lainnya yang terkait dengan upaya

rangka membicarakan secara terbuka berbagai hal pemerintah mewujudkan negara kesejahteraan

masyarakat luas, (welfarestate); atau untuk menciptakan tatanan

masyarakat umum atau publik, diperlukan suatu kehidupan yang lebih baik. Misalnya kebijakan

ruang dialog agar arus-arus aspirasi dan yang diatur di dalam paket undang-undang

kepentingan umum yang berkembang di dalam politik. Misalnya tentang masalah politik dinasti

masyarakat dapat terakomodasi dengan baik dalam pilkada yang menguat dewasa ini di jagat

melalui proses komunikasi antara rakyat dan politik Indonesia.

negara sebagaimana diandaikan oleh sistem Beberapa

demokrasi. Dengan kata lain, keberadaan ruang beberapa tahun terakhir ini sangat kuat imbas,

konsep kunci untuk dampak dan pengaruhnya antara lain yang

publik

merupakan

memahami bagaimana pola komunikasi dalam berhubungan

matriks kekuasaan yang ada. Ini berarti, bahwa kemiskinan

dengan

masalah-masalah

publik dalam kerangka Misalnya berbagai program telah diluncurkan

demokrasi merupakan sesuatu hal yang niscaya oleh pemerintah dalam penanganan dampak

sebagai arena mempertemukan pelbagai aspirasi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM),

yang berkembang di dalam masyarakat dalam kelangkaan

rangka menghasilkan keputusan demokratis. masyarakat kecil, dan lain-lain. Sedangkan di

Semakin tingginya dinamika arus aspirasi tingkat daerah kebijakan yang dihasilkan lebih

menyuarakan reformasi terfokus kepada kepentingan untuk mengatur

dari

“bawah”

tidak mau, harus dan memajukan keadaan masyarakat di daerah

komprehensif,

mau

terakomodasi ke dalam pelembagaan politik yang setempat (lokal). Bentuknya dapat berupa

ada. Langkah yang lebih bijak dalam membangun peraturan daerah (perda) atau peraturan yang

demokrasi yang bersifat “probono publico” adalah dikeluarkan kepala daerah kabupaten/kota,

dengan membuka ruang publik dan peluang misalnya yang mengatur masalah perizinan.

yang terbuka bagi tersalurnya tuntutan dan Secara substansial, masalah kebijakan itu

kepentingan (social demand) rakyat. Sebagai sendiri pada dasarnya merupakan serangkaian

citizen, rakyat semestinya semakin berperan konstruksi

produktif dalam setiap proses politik dan diabstraksikan dari situasi masalah dan kondisi

termasuk pembuatan yang terjadi di dalam lingkungan dan kehidupan

administrasi

negara,

kebijakan publik yang “mendarat” kepada oleh para pemangku kepentingan dan pelaku

kepentingan seluruh warga. kebijakan. Dengan demikian, masalah kebijakan

politik kontemporer, sebenarnya merupakan suatu kebutuhan, nilai

Realitas

menggambarkan indikasi positif, yang ditandai atau kesempatan yang tidak terealisasi namun

dengan adanya daya gerak kolutif transformasi dapat diatasi melalui tindakan publik.

demokrasi empiris di Indonesia.Inklusivisme Bila ditelusur dari sisi filsafat publik, maka

makna reformasi, misalnya ditandai dengan tentunya relevan dengan pemikiran Lippmann

sungguh-sungguh untuk (1999) yang secara tajam membedah demokrasi

upaya

yang

membangun paham, budaya dan infrastruktur membangun paham, budaya dan infrastruktur

kepentingan umum dalam proses perumusan telah

membawa dampak

yang

signifikan

kebijakan publik.

terhadap proses transformasi sosial, budaya, Debat publik dalam konfigurasi kekuasaan ekonomi dan politik di dalam masyarakat.

yang bersifat open governance, merupakan arena Reformasi membawa perubahan prinsip dan

demokratis untuk mengekspresikan “olah pikir” semangat berpolitik, yakni semangat untuk

permasalahan yang melakukan “demarkasi politik secara bermakna”

dalam

mendiskusikan

dihadapi rakyat banyak. Ajang ini merupakan dari faham dan pola kepolitikan masa lalu ke

ruang publisitas yang mau tidak mau, harus masa kini dan masa depan. Intinya, bahwa

melibatkan tak hanya institusi-institusi dalam semangat dan tujuan reformasi mengkritik

struktur pemerintahan, tapi juga lembaga- sekaligus melakukan antitesis pada politik

lembaga swadaya masyarakat, pers, perguruan kekuasaan masa lalu yang bersifat monolitik; dan

tinggi dan komponen-komponen masyarakat selanjutnya merumuskan suatu sintesis dalam

kritis lain yang bertanggung jawab dan mewakilli mencegah kembalinya kekuasaan, wewenang,

aspirasi dan kepentingan rakyat. Hal ini, relevan dan kesempatan disalahgunakannya kekuasaan

dengan yang dikatakan Evers dan Schiel oleh power that be, oleh pemerintahan, kekuasaan,

(1990:22), bahwa kelompok strategis merupakan pejabat, atau oleh mereka yang memegang

lahan untuk mengerahkan pemimpin-pemimpin kekuasaan dan wewenang publik.

politik dan sekaligus merupakan Pressure Group Reformasi

berkomitmen

terhadap

(Yang berkuasa).

demokrasi, rasa keadilan, asas hukum, martabat manusia, egaliterianisme, penghormatan atas

B. LANDASAN TEORETIS

hak-hak sipil dan politik rakyat (warga negara),

. “Ruang Publik” dan Kebijakan Publik 1

pemisahan kekuasaan, supremasi sipil, civil Timbulnya kebijakan, biasanya akan memancing society , civil liberties, kebebasan berpendapat dan

reaksi dari masyarakat, dalam arti bahwa berserikat serta berkumpul. Reformasi itu

terpacu, terdorong, dan memberi

tindakan

publik

terkondisikan oleh aksi kebijakan pemerintah. berlangsungnya wacana dan olah demokrasi.

ruang publik

Artinya, bahwa dalam kenyataan masalah- Melalui

masalah kebijakan tidaklah merupakan suatu memelihara komitmen demokrasi, tata kerja,

unit (kesatuan) yang berdiri sendiri, tetapi serta semangat dan tatanan nilai-nilai luhurnya.

merupakan bagian dari seluruh sistem masalah, Reformasi memang memberi “warna” yang

eksternal yang signifikan

menghasilkanmasyarakat yang berbeda. Ini umum (publik) secara cukup luas. Paralel dengan

berarti, bahwa sebenarnya setiap masalah dalam itu, hakikat demokrasi seperti dikatakan Shills

kehidupan sosial-budaya, ekonomi dan politik dalam Pye (1963) yakni persoalan klasik tentang

dapat didefinisikan dan dipecahkan secara mencari keseimbangan antara aspirasi rakyat dan

sendiri-sendiri, tetapi masalah tersebut saling ketertiban umum.

tergantung satu sama lain.

ini, Dunn (1994) baik, maka kontekstualitas makna publik dilihat

Dalam konteks perwujudan pemerintahan yang

Dalam

hubungan

men yatakan, “...kadang-kadang merupakan hal dari perspektif kewargaan (atau warga negara),

yang mudah untuk memecahkan sepuluh the citizen perspective semakin terasa sangat

terkait, ketimbang relevan. Di sini, demokrasi berlaku sebagai

memecahkan satu masalah secara sendiri. Sistem partisipasi; dan napas partisipasi adalah rakyat

tergantung, dengan banyak. Artinya, bahwa konsep kewargaan

demikian, mengharuskan pendekatan holistik, merupakan

suatu pendekatan yang memandang bagian- administrasi

bagian sebagai tak terpisahkan dari keseluruhan administration dan new public management, bahkan

sistem yang mengikatnya”.

new public servicess ). Demikian halnya good Dengan kata lain, bahwa dalam formulasi governance membutuhkan partisipasi luas dalam

kebijakan publik, semestinya ada suatu arena atau membuat pilihan-pilihan publik seperti kebijakan

tatanan dalam suatu ruang publik yang dan peraturan, temasuk dalam pelaksanaan dan

memungkinkan setiap warga negara ambil bagian pengawasannya. Partisipasi yang luas dalam

dalam melakukan komunikasi dalam pengertian konteks perwujudan good governance adalah untuk

mengembangkan partisipasi mendengarkan suara rakyat (publik) dalam suatu

politis

untuk

membicarakan masalah format politik debat publik yang partisipatif dan

demokratis

dalam

kepentingan umum. Setiap kebijakan publik yang kepentingan umum. Setiap kebijakan publik yang

kebijakan publik.

sebab setiap produk kebijakan akan mempunyai Bila pemerintah memilih untuk melakukan dampak di dalam kehidupan masyarakat.

sesuatu maka harus ada tujuannya dan kebijakan Para

negara itu harus meliputi semua tindakan meletakkan fungsi perumusan kebijakan negara

ahli administrasi

negara

telah

pemerintah bukan hanya semata-mata keinginan sebagai bagian yang sama pentingnya dengan

pejabat pemerintah saja. Selain itu, sesuatu yang fungsi pelaksanaan kebijakan negara. Nigro dan

tidak ingin dilakukan pemerintah juga termasuk Nigro (dalam Islamy, 1984:1) menyatakan bahwa

kebijakan negara. Sesuatu yang tidak dilakukan “Administrasi negara mempunyai satu peranan

pemerintah akan mempunyai pengaruh yang yang

sama besarnya dengan sesuatu yang dilakukan kebijaksanaan negara dan oleh karenanya

sangat penting

dalam

merumuskan

oleh pemerintah.

merupakan bagian dari proses politik”. Setiap kebijakan publik yang dihasilkan Anderson (2000:17) memandang kebijakan

masyarakat (public) sebagai suatu perilaku, dan hal tersebut senada

semestinya

melibatkan

sebagai komponen dan instrumen utama, sebab dengan pendapat Friedrich yang menyatakan

setiap produk kebijakan akan mempunyai bahwa: “Kebijakan adalah serangkaian tindakan

dampak di dalam kehidupan masyarakat. Oleh yang diusulkan seseorang, kelompok atau

sebab itu, ditilik dari prosesnya, maka kebijakan pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu

publik seharusnya bekerja dalam arti disusun dan dengan menunjukkan hambatan - hambatan

dirancang dalam suatu ruang dialog yang dan kesempatan-kesempatan terhadap pelaksa-

melibatkan rakyat sebagai unsur utama. naan usulan kebijakan tersebut dalam rangka

Dalam hal ini, para penyelenggara negara mencapai tujuan tertentu”.

(birokrasi) perlu terus menguatkan posisi Karena sebagai suatu perilaku, maka

melibatkan diri dan menurut Anderson pula (dalam Islamy, 2001:17),

masyarakat

dalam

mengontrol formulasi kebijakan publik, hingga bahwa kebijakan adalah “serangkaian tindakan

akhirnya penyelenggara negara akan terbiasa yang mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan

nilai-nilai keterbukaan, dilaksanakan

dengan

konsistensi,

transparansi, partisipasi dan deliberasi. sekelompok pelaku guna memecahkan masalah

Pemahaman di atas memperlihatkan, bahwa tertentu”.

pada dasarnya proses formulasi kebijakan publik Lebih lanjut Anderson menyebutkan bahwa:

harus bersinggungan erat dengan nilai-nilai public policy are those policies developed by

demokrasi, karena tanpa persinggungan ini, Governmenal Bodies and Officials , atau dapat

bukan tidak mungkin kebijakan publik justru diterjamahkan secara bebas, bahwa kebijakan

akan meminggirkan kepentingan publik itu publik

sendiri. Kebijakan dengan demikian akan menjadi dikembangkan oleh lembaga-lembaga pemerintah

adalah kebijakan-kebijakan

yang

alat bagi kekuasaan yang ada, untuk melakukan dan

tindakan-tindakan represif dan manipulatif untuk demikian, kebijakan publik adalah suatu respons

kepentingan sedikit orang (demokrasi oligarkis). dari sistem politik terhadap demands/claim yang

Dengan demikian, demokratisasi dalam proses mengalir dari lingkungannya (Anderson 2003).

formulasi kebijakan publik dapat dipahami Dye (1978) mengemukakan pengertian

sebagai akomodasi kepentingan masyarakat kebijakan secara sederhana, bahwa kebijakan

adanya partisipasi adalah pilihan tindakan apapun yang dilakukan

masyarakat dalam proses pembuatan kebijakan atau tidak ingin dilakukan oleh pemerintah.

publik.

Sebagai arah atau tujuan dari pemerintah melalui Mengacu pada uraian di atas, tampak secara pilihan-pilihan tindakan atau tidak melakukan

eksplisit bahwa proses dan tujuan kebijakan suatu tindakan tertentu sehingga arahan yang

publik menempatkan masyarakat (rakyat/publik) dituju tersebut dapat dicapai.

sebagai orientasi utama dari suatu kebijakan Berdasarkan uraian di atas, dapat ditemukan

publik. Dalam hal ini, dialog dan debat publik suatu perpektif pemikiran yang menjadi tema

dalam proses lahirnya produk keputusan politik, sentral pemahaman mengenai kebijakan, yaitu

atau kebijakan publik, mempunyai manfaat bahwa kebijakan yang dihasilkan tidak terlepas

ganda. Pertama, dapat merefleksikan suatu proses dari aspek publik, yakni masyarakat sebagai

administrasi negara yang “mumpuni“, obyek dan subyek yang diharapkan dapat

transparan dan terbuka. Kedua, berimplikasi berperan secara aktif, menerima dan merasakan

positif dalam mempromosikan hal-hal yang ideal suatu kebijakan yang diterapkan. Bertitik tolak

menyangkut kewarganegaraan yang baik dan menyangkut kewarganegaraan yang baik dan

kekuatan rakyat dalam dan keadilan. Secara demikian, partisipasi dan

pemberdayaan

pembangunan dan salah satu sendi untuk keterlibatan yang penuh dari warga masyarakat

mengukur demokratis tidaknya suatu negara penting untuk melahirkan produk kebijakan

dalam sudut pandang partisipasi dan kesadaran. publik yang “mendarat” kepada kepentingan dan

Dimensi partisipasi dalam konteks kebijakan kebutuhan

publik, sangat urgen dan signifikan, karena pelaksanannya

tingkkat keterlibatan berdasarkan kesadaran dibanding kebijakan yang dibuat secara tertutup

tersebut merupakan suatu bentuk tanggung tanpa debat.

jawab dalam mencapai tujuan bersama atau untuk kepentingan publik. Sedangkan kebijakan

2. Partisipasi dan Otonomi Politik

publik itu sendiri menunjuk pada serangkaian

peralatan pelaksanaan yang lebih luas dari Secara umum, istilah partisipasi adalah

2.1. Memahami Konsep Partisipasi

peraturan perundang-undangan, mencakup juga bagaimana masyarakat berkontribusi secara aktif

aspek anggaran dan struktur pelaksana. dalam

Dengan demikian, partisipasi berkaitan kepentingan umum. Suatu kegiatan partisipasi

berbagai kegiatan

bersama

untuk

dengan bagimana publik berperan secara optimal termanifestasi dalam wujud keikutsertaan secara

dalam siklus kebijakan publik, baik dalam proses sukarela yang dilakukan secara aktif oleh orang-

pembuatan kebijakan, pelaksanaan kebijakan, dan orang atau kelompok dalam kegiatan-kegiatan,

evaluasi kebijakan. Keterlibatan publik dalam program atau kebijakan pembangunan sebagai

setiap tahapan kebijakan bisa menjadi ukuran bentuk

tentang tingkat kepatuhan negara kepada amanat pelaksanaan dan hasil-hasil dari program

rasa tanggung

jawab

terhadap

rakyat yang berdaulat atasnya. tertentu.

Hal ini relevan dengan ungkapan Caiden Soekanto (1983:425) mengatakan, “partisipasi

yang merumuskan bahwa ruang lingkup studi mengandung pengertian aktif, yakni adanya

public policy itu meliputi antara lain: 1) Adanya kegiatan atau aktivitas”. Sedangkan menurut

partisipasi masyarakat public participation), 2) Hamidjojo seperti dikutip Utja (1995:176),,

Adanya kerangka kerja policy (policy framework), “Partisisipasi adalah ikut serta dalam suatu

3) Adanya strategi-strategi policy (policy strategies), kegiatan yang sifatnya untuk kepentingan umum

tentang kepentingan atau sumbangan yang diberikan seseorang atau

4) Adanya kejelasan

interest ), 5) Adanya kelompok

masyarakat

(public

pelembagaan lebih lanjut dari kemampuan public Sementara

policy , 6) Adanya isi policy dan evaluasinya. mengemukakan bahwa partisipasi merupakan

Studi tentang proses pembuatan public policy “proses ketika warga, sebagai individu maupun

didasarkan atas kebijaksanaan yang nyata (actual kelompok sosial, dan organisasi mengambil peran

policies ). Pada mulanya studi public policy ini dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan

isinya antara lain: a) penelitian tentang mengenai pemantauan kebijakan-kebijakan yang langsung

permainan kekuasaan, b) partisipasi-partisipasi mempengaruhi kehidupan mereka”.

dalam public policy, c) pelaku-pelaku pembuat Sedangkan pengertian partisipasi seperti

kebijaksanaan yang menjelaskan variabel-variabel yang diungkapkan oleh Sastropoetro(1988:17)

policy . Ternyata, sekarang ini isi public policy adalah: “Participation is defined as individual. Mental

banyak mengamati tentang pelaku-pelaku public and emotional involvement in a group situation that

policy , hubungan-hubungan di antara mereka, encourages him to contribute to group goal and to

strategi-strategi public-policy, dan hasil yang dapat share responsibi lity for them”. Maksudnya adalah

mempengaruhi sistem sosial dan tujuan-tujuan bahwa partisipasi merupakan keterlibatan mental

yang bakal dicapai.

dan emosional seseorang dalam situasi kelompok Dalam perspektif otonomi dan desentralisasi tertentu yang mendorong untuk mendukung

yang mewarnai era kehidupan demokrasi tercapainya tujuan-tujuan kelompok serta ikut

mutakhir dewasa ini misalnya, maka proses bertanggung jawab terhadapnya.

politik dan administrasi kebijakan publik baik Partisipasi erat kaitannya dengan masalah

pada konteks formulasi, implementasi dan kebijakan publik. Dalam kaitan ini Mardiasmo

evaluasi kebijakan semestinya seturut dengan (2002:55) mengemukakan bahwa partisipasi

semangat desentralisasi dan otonomi daerah yang adalah

bertujuan untuk mendekatkan berbagai bentuk komponen

bentuk pengikutsertaan

komponen-

pelayanan publik kepada rakyat. Bahkan pada kebijakan publik, perencanaan, pelaksanaan dan

aspek atau tahap implementasi kebijakan yang pengawasan.

diambil juga dengan sendirinya dituntut untuk diambil juga dengan sendirinya dituntut untuk

pembangunan bangsa.

karenanya pelaksanaan fungsi kontrol tidak Keterlibatan rakyat dalam pengawasan juga hanya berkaitan dengan pelaksanaan kebijakan

akan memungkinkan DPR/DPRD mencermati demokrasi dan otonomi daerah tetapi juga

penyelenggaraan dengan berbagai peraturan perundang-undangan

kompleksitas

proses

pemerintahan dan pembangunan. Perkembangan yang

membutuhkan fungsi pemerintahan yang terdesentralisasi.

terkait dengan

pengawasan yang lebih komprehensif, berskala Otonomi

luas, sekaligus memiliki pijakan legitimasi publik menempatkan kembali kedaulatan rakyat dalam

yang mantap. Secara sederhana, bisa dikatakan sistem pemerintahan

bahwa rakyat adalah pengawas terbaik; dan oleh mendapatkan kesempatan yang luas untuk

karenanya keterlibatan rakyat secara lebih luas berperan aktif dalam menata dan membangun

fungsi pengawasan bangsa dan negara. Dengan demikian pemerintah

dalam

pelaksanaan

diharapkan akan berkontribusi dalam mengatasi dalam menjalankan roda pemerintahannya harus

berbagai keterbatasan, baik dari segi jangkauan mengemban aspirasi dan amanat dari rakyat

maupun legitimasi pengawasan. sebagai pemilik kedaulatan. Berbagai kaidah dasar yang dimandatkan

2.2. Partisipasi Politik dan Civil Society

oleh UUD 1945 yang telah diamandemen Orientasi dan tujuan kebijakan yang tidak menekankan pengakuan terhadap kedaulatan

jelas dan tanpa partisipasi masyarakat, maka rakyat. Hak-hak dan kewajiban-kewajiban politik

tidak akan tercapai keberhasilan penerapan suatu rakyat dimandatkan untuk dilaksanakan secara

kebijakan. Akibatnya, manfaatnya pun tidak nyata serta tidak sekadar manjadi jargon politik.

benar-benar dirasakan oleh sebagian besar Oleh karena itu, secara umum dapat dikatakan

masyarakat.

bahwa rakyatlah yang mempunyai otoritas Pemahaman ini mengandung arti, bahwa tertinggi dalam penilaian akuntabilitas politik

sebaik apa pun kebijakan atau program yang dari berbagai lembaga tatanan pemerintahan.

dibuat oleh pemerintah, jika dalam penerapannya Dalam kerangka inilah rakyat berada dalam

tidak melibatkan seluruh komponen masyarakat posisi

sebagai subjek pembangunan, akibatnya tentu pelaksanaan fungsi kontrol yang dilakukan oleh

penting dan

menentukan

dalam

makna bahwa program parlemen/dewan di lembaga legislatif.

kurang

memiliki

pembangunan tersebut benar-benar merupakan Melalui otonomi politik yang dimilikinya,

bertumpu pada kehendak rakyat merupakan pelaku kontrol sosial terhadap

seluruh kinerja lembaga publik, baik di pusat Partisipasi masyarakat baik secara fisik- maupun

material maupun nonfisik, langsung atau tidak mengaktualisasikan otonomi politik mereka

di daerah.

Rakyat

dapat

langsung melalui mekanisme keterbukaan, urun secara

rembuk pemikiran, apirasi dan masukan dalam kematangan dan kecerdasan politiknya dalam

bebas dan

merdeka

berdasarkan

merespons atau menerima suatu kebijakan atau mengkalkulasi secara rasional dalam menentukan

program merupakan aspek yang tidak dapat apa yang harus dilakukan terhadap masalah-

dipungkiri urgensi dan signifikansinya. Dengan masalah publik.

demikian, partisipasi merupakan elemen penting Peran rakyat sebagai elemen utama kontrol

untuk mendinamisasikan pembangunan secara masyarakat yang strategis menjadi lebih penting

bermakna, sebab tanpa peran serta yang proaktif ketika kontrol atau pengawasan yang dilakukan

dari masyarakat, suatu program pemerintah oleh DPR/DPRD dirasakan semakin lemah. Peran

mustahil terlaksana dengan baik. Begitu pun, social control tersebut semestinya terus hidup dan

tingkat partisipasi masyarakatyang baik, dalam diberdayakan akan semakin optimal untuk

arti yang tinggi menjadi tidak berarti apa-apa, memecahkan permasalahan pemerintahan dan

apabila tidak tersedia “ruang publik” yang pembangunan yang semakin kompleks. Jaringan

mengakomodasi artikulasi kontrol yang melibatkan rakyat juga perlu

memadai

dalam

Intinya, program dikembangkan dalam konteks meningkatnya

kepentingan

rakyat.

dirumuskan dengan kesadaran politik masyarakat untuk terlibat

pembangunan

yang

partisipasi rakyat, dalam proses pengelolaan dan penyelenggaraan

seoptimal

mungkin

output nya menyentuh tata pemerintahan yang baik dan bersih. Dengan

dimakudkan

agar

keinginan dan kebutuhan masyarakat. Ini berarti, demikian, perluasan jaringan kontrol seharusnya

tingkat partisipasi masyarakat dalam proses dan semakin membuka pintu bagi partisipasi rakyat tingkat partisipasi masyarakat dalam proses dan semakin membuka pintu bagi partisipasi rakyat

dipenuhi terlebih dahulu.

Kebijakan publik dibuat bukannya tanpa Di sini kita mesti mempertimbangkan sistem maksud dan tujuan. Kebijakan publik dibuat

sosial yang ada serta kondisi praktik governance untuk

(open governance ) yang berlangsung, terutama masyarakat, yang begitu banyak macam, variasi

dalam pengambilan kebijakan publik. Salah satu dan intensitasnya. Karena tidak semua masalah

yang dituntut dalam publik bisa melahirkan suatu kebijakan publik.

elemen

strategis

penyelenggaraan governance untuk melahirkan Hanya masalah publik yang dapat menggerakan

suatu kebijakan publik yang sehat, antara lain orang banyak untuk ikut memikirkan dan

dengan menampilkan kekuatan civil society dalam mencari solusinya yang bisa menghasilkan

posisi tawar terhadap sebuah kebijakan publik.

mengaktualisasikan

pemerintah dalam penyelenggaraan urusan Partisipasi masyarakat, terutama dalam

publik.

proses perumusan kebijakan publik adalah Selain itu, bagaimana ruang partisipasi merupakan suatu bentuk partisipasi politik.

terbangun secara wajar dan sehat, sehingga Dalam

masyarakat warga semakin berperan optimal mengemukakan definisi sebagai berikut:

dalam mengeskpresikan kemampuannya menjadi “Partisipasi

warga (civic competence). Dengan demikian, situasi seseorang atau sekelompok orang untuk ikut

ketiadaan komunikasi yang terbuka dan bersifat serta secara aktif dalam kehidupan politik, yaitu

dua arah perlu diubah menjadi situasi yang lebih dengan jalam memilih pimpinan negara dan

terkoordinasi, deliberatif dan menunjukkan secara

kesetaraan antarelemen mempengaruhi kebijakan pemerintah (publik

institusi demokratis.

policy ), Kegiatan ini mencakup tindakan seperti Dalam konteks perwujudan good governance, memberikan suara dalam pemilihan umum,

dan juga open governance, misalnya, maka menghadiri rapat, menjadi anggota suatu partai

stakeholders, adanya atau

pembentukkan

forum

jaringan kerja sama organisasi nonpemerintah hubungan

kelompok kepentingan,

mengadakan

(ornop) dan civil society organizations (CSO) pemerintahan atau anggota parlemen dan

lainnya, maupun koordinasi kerja antarinstansi sebagainya”.

pemerintah adalah hal-hal yang mendorong Penting

adanya komunikasi dan ruang partisipasi yang keterlibatan civil society dalam perumusan

dikemukakan,

sejauhmana

lebih sehat, selain sebagai bagian yang penting kebijakan dapat memberikan dampak yang

dalam mewujudkan good governance. signifikan terhadap perubahan isi kebijakan.

di atas, dapat Umumnya mereka yang mewakili civil society

Berdasarkan

uraian

dikemukakan suatu asumsi: Pertama, bahwa dalam tim-tim perumus kebijakan

partisipasi merupakan bentuk dukungan baik dikonsultasikan dalam proses partisipasi dalam

maupun tidak langsung. perumusan kebijakan merasa bahwa keterlibatan

secara

langsung

Partisipasi timbul dari keterbukaan dan kesediaan mereka

menerima kebijakan walaupun dengan acuh atau membentuk kebijakan menjadi lebih demokratis

tidak banyak

berpengaruh

untuk

terjadi penolakan secara dan memihak pada kelompok miskin (yang

apriori daripada

bahwa bentuk-bentuk merupakan misi utama LSM).

langsung.

Kedua ,

partisipasi merupakan aspek penting dari Disadari atau tidak, proses pengambilan

partisipasi yang perlu dilaksanakan dalam upaya keputusan publik dengan gaya lama, yang

mencapai keberhasilan suatu kebijakan atau memberikan peran sentral kepada pemerintah

program yang berorientasi pada pencapaian dalam mengontrol dan mengelola sumber daya

kesejahteraan masyarakat pembangunan dan tidak memberikan banyak

kebutuhan

dan

(kebijakan publik).

ruang (akses) kepada masyarakat untuk terlibat

pembangunan dewasa ini dalam merumuskan persoalan yang mereka

Model

menekankan pada arti pentingnya keterlibatan hadapi dan memutuskan apa yang harus

masyarakat dalam setiap proses pembangunan dilakukan untuk mengatasinya, seharusnya

Pelaksanaan atau segera diganti dengan proses yang baru yang

yang

dilaksanakan.

implementasi program-programnya hendaknya lebih partisipatoris. Supaya “pertemuan” ini

dapat mengalir secara dinamis dari arus bawah berlangsung baik (demokrasi) dan menghasilkan

(masyarakat), yakni bagaimana peran serta rakyat keputusan yang adil dan memuaskan semua

(masyarakat)

dalam

proses pembangunan

tersebut.

Partisipasi merupakan elemen yang sulit

2.3. ”Kemurnian Partisipasi” dalam Ruang

diabaikan dalam

program pembangunan. Bahkan salah satu aspek Memang di era reformasi dewasa ini, penting yang ingin ditunjukan dalam pengertian

pemberdayaan masyarakat dalam sosial politik, partisipasi tersebut ialah keterlibatan sejak awal

hukum ekonomi dan budaya merupakan conditio dalam proses pembangunan. Keterlibatan awal

sine qua-non yang tidak terelakan. Suatu itu misalnya dinyatakan dengan tegas dalam

pemberdayaan rakyat akan berhasil bila di proses perencanaan dan pengambilan keputusan.

negara ini tercipta suatu “ruang publik” yang Pembangunan memusatkan perhatiannya pada

membuka peluang bagi hadir dan tumbuh manusia

suburnya kreativitas rakyat. menekankan adanya partisipasi ini sejak awal

tidak lebih

Ruang publik, atau ruang dialog yang sampai akhir dari proses pelaksanaan program

dibuka lebar oleh negara selama ini, sangat pembangunan.

memungkinkan orang (masyarakat) berekspresi Menurut Widjaja (1976:7-9) pengungkapan

untuk menyatakan diri dan suara hati nuraninya. partisipasi mempunyai beberapa ciri, antara lain:

Dalam hal ini kita melihat betapa sering orang Menurut tujuannya, partisipasi dapat berupa

mengaktualisasikan kebebasan tersebut, baik mobilisasi yang bertujuan hanya mendukung apa

berserikat, berorganisasi, maupun berkumpul yang

untuk menyatakan pendapatnya. Dari sisi itu kita kebijaksanaan dari atas kurang sempurna atau

telah ditetapkan

melihat, betapa besar efek yang ditimbulkan oleh membawa keruntuhan, maka semua yang

gerakan reformasi. Hal ini terbukti, rakyat dimobilisir juga akan ikut runtuh. Partisipasi

beramai-ramai mengartikulasikan kepentingan dapat pula berupa saling penunjangan. Dalam hal

politiknya, membangun organisasi-organisasi ini,

kemasyarakatan, bahkan partai politik sekalipun, dukungan tapi juga koreksi dan pengisian

partisipasi mengandung

tidak

hanya

yang di masa Orde Baru jelas sangat tidak kekurangan. Menurut frekuensinya, partisipasi

memungkinkan.

dapat dilakukan sekali-kali saja. Partisipasi yang Partisipasi yang produktif merupakan faktor sesekali

dominan yang dapat memberi sumbangsih besar pencetusannya disebabkan kekecewaan yang

dapat merusak

sistem

bilamana

dalam proses dan siklus kebijakan publik sebagai sudah lama dikandung dalam hati anggota-

rencana dan program pembangunan. Publik anggota masyarakat.Frekuensi partisipasi dapat

(rakyat) yang semakin aktif dan berperan optimal pula bersifat terus-menerus (continue) secara

keputusan bersama periodik.

dalam

pengambilan

kebijakan publik) dapat Menurut ruang lingkupnya, partisipasi

(pengambilan

membangun tingkat signifikansi peningkatan secara langsung dilakukan sendiri oleh orang-

kepedulian yang rasional dari rakyat terhadap orang yang berkepentingan bertemu dengan

program kebijakan pembangunan. Sayangnya, pimpinan organisasi yang hendak dikontrol.

seperti pernah disinyalir Presiden Joko Widodo, Partisipasi dapat pula secara tidak langsung.

demokrasi sekarang ini cenderung kebablasan, Dalam pola ini terdapat dua hal: a) orang-orang

membuka peluang yang berkepentingan membina suatu kelompok

terjadinya praktik artikulasi yang ekstrem seperti lain.

radikalisme, fundamentalisme, mengungkapkan partisipasinya di masyarakat, b)

Lalu kelompok

sektarianisme dan terorime. orang atau kelompok tertentu mengungkapkan

Penting dikemukakan di sini, bahwa sejalan permasalahan,

era demokratisasi dan keterbukaan, maka kualitas menggodok

fungsionalisme partisipasi menghasilkan

seharusnya semakin tinggi tingkatannya, yakni kelembagaan,

saran-saran.

Menurut

terwujudnya “kemurnian” partisipasi dalam perorangan, tanpa adanya lembaga. Partisipasi

proses kebijakan publik. Hal ini penting, karena massa, di mana massa rakyat digerakan baik

dalam kenyataan, tidak jarang ditemui partisipasi untuk kebijaksanaan pemerintah (mobilisasi)

yang “ditunggangi” oleh pihak-pihak tertentu maupun

dalam proses pengambilan kebijakan publik. pemerintah (demonstrasi massa). Partisipasi

untuk menentang

kebijaksanaan

Dengan demikian, kemurnian partisipasi teratur melalui lembaga-lembaga menengah yang

perwujudan kemandirian merupakan suara atau wakil dari berbagai

adalah

suatu

beraktivitas berdasarkan ekspresi komitmen yang golongan rakyat.

utuh

merefleksikan rasionalisme pandangan dan peran setiap orang dalam dinamika

dalam

kehidupannya, yang berupa kehidupannya, yang berupa

kebenaran, kejujuran, dan keadilan. terhadap apa yang diperbuat atau diputuskan

Dalam kaitannya dengan kebijakan publik, bersama.

maka efektivitas atau keberhasilan implementasi Kemurnian partisipasi merupakan refleksi

kebijakan di lapangan sangat ditentukan oleh manusiawi, di mana orang bebas dari rasa takut,

bagaimana tingkat partisipasi masyarakat dalam baik karena adanya tekanan atau paksaan dalam

proses, pelaksanaan dan kontrol terhadap mengambil

pelaksanaan suatu kebijakan. Tingkat partisipasi pemikirannya. Hakikatnya merupakan kebebasan

masyarakat dan efektivitas kebijakan publik jelas berperanan untuk memfungsikan hak dan

sangat berkaitan.

kewajiban individualnya sebagai pengembangan diri, sehingga karakter dan kepribadian seseorang

C. METODE PENELITIAN

(warga negara) tumbuh secara alami, baik sebagai Kajian untuk membahas masalah dimensi moral, intelektual maupun sosial yang pada

partisipasi dan peranan kelembagaan politik gilirannya

dalam proses pembuatan kebijakan publik kedewasaan dan kematangan dalam bersikap dan

menggunakan Kajian ini menggunakan metode bertindak

melakukan pelacakan Suatu partisipasi yang murni, tiada lain

dokumenter,

yakni

informasi yang diperoleh dari kliping dan data mengambil tindakan berdasarkan pertimbangan

lainnya yang berasal dari dokumen ekstern yang moral sehingga mencapai makna otonomi moral

resmi berupa bahan-bahan informasi yang itu sendiri. Seperti kata Dahl (1992:7), bahwa

dikeluarkan suatu lembaga, seperti majalah, “polis yang terbaik bagi warganya adalah

buletin berita-berita yang disiarkan ke media sekaligus berjiwa mulia, adil dan bahagia: mereka

massa, sehingga dengan sumber informasi mencari kebaikan bersama. Maknanya, bahwa

tersebut dapat menelaah lebih mendalam suatu partisipasi yang berkualitas sebenarnya

mengenai masalah yang di kaji. menunjuk kepada peranan seseorang dalam

Studi dokumenter sebagai salah satu teknik bertindak bukan atas titah, anjuran apalagi ada

pengumpulan data sangat membantu untuk unsur paksaan atau tekanan dari pihak lain. Hal

menganalisis permasalahan yang dikaji, baik tersebut, justru datang dari nuraninya sebagai

yang berasal dari dokumen tertulis, gambar, panggilan pribadi”.

maupun informasi elektronik. Sumber-sumber Partisipasi adalah hak dasar yang sah dari

informasi yang telah diperoleh kemudian umat manusia untuk turut serta merencanakan,

dianalisis atau diuraikan, dibandingkan dan melaksanakan dan mengendalikan pembangunan

dipadukan (sintesis), untuk menggambarkan yang menjanjikan harapan kemerdekaan bagi

mengenai gejala atau keadaan yang terjadi dalam dirinya itu. Dengan kata lain, suatu partisipasi

kehidupan politik kontemporer, sehingga dapat dikatakan “murni”, apabila aktivitas yang

mengeksplorasi dan mengklarifikasi fenomena dilakukan ataupun tidak dilakukannya benar-

yang terjadi dewasa ini dalam bentuk kajian yang benar merupakan eks presi sikap dasar untuk

sistematis dan kritis.

berbuat menurut paradigmanya sendiri. Seperti Bungin ( 2007:121), katakan, bahwa Hal ini relevan dengan yang dikemukakan

“metode dokumenter adalah salah satu metode Widjaja (1976:7), bahwa: “Partisipasi harus berupa

pengumpulan data yang digunakan dalam pengontrolan yang sekaligus pengabdian diri

metodologi penelitian sosial untuk menelusuri untuk kepentingan bersama. Partisipasi yang

data historis”. Dokumen itu sendiri, menurut berupa pengontrolan yang sekaligus pengabdian

Sugiyono (2007:329), merupakan catatan peristiwa diri

yang sudah berlalu yang berbentuk tulisan, menanamkan

untuk kepentingan

bersama

akan

karya-karya monumental dari Pancasila, menghindarkan konfrontasi antara

pemerintah dan rakyat serta antara golongan Lebih lanjut Bungin (2008:122) mengatakan, yang satu dengan golongan yang lain, dan

bahwa bahan dokumen itu berbeda secara membina partisipasi yang membangun dan

gradual dengan literatur, dimana literatur positif”.

yang diterbitkan Dimensi penting partisipasi sebenarnya

merupakan

bahan-bahan

sedangkan dokumenter adalah informasi yang dimaksudkan untuk kemandirian, kebebasan dan

disimpan atau didokumentasikan sebagai bahan kemajuan rakyat dalam mengefektifkan setiap

dokumenter. Mengenai bahan-bahan dokumen kemauan politiknya. Suatu perjuangan guna

tersebut, Sartono Kartodirdjo seperti dikutip oleh Bungin (2008:122) yakni berbagai bahan seperti; tersebut, Sartono Kartodirdjo seperti dikutip oleh Bungin (2008:122) yakni berbagai bahan seperti;

baru yang dapat memorial, kliping, dokumen pemerintah dan

meningkatkan social capital di tingkat lokal. swasta,

Ini berarti, publik semestinya mengetahui mikrofilm,

cerita roman/rakyat,

foto,

tape,

mengenai bagaimana proses kebijakan dan apa server /flashdisk, data yang tersimpan di web site,

disc , compact

yang menjadi agenda suatu kebijakan: yakni dan lainnya.

serangkaian persoalan yang ingin diselesaikan Dalam

dan prioritasnya; bagaimana publik dapat mengumpulkan informasi mengenai gambaran

pelaksanaannya

peneliti

memberi masukan yang berpengaruh terhadap isi gejala atau keadaan yang bertujuan untuk

kebijakan publik yang akan dilahirkan. mengeksplorasi dan klasifikasi fenomena yang

Sebab, menurut konsep demokrasi modern, ada, dimana kajian ini ingin menunjukkan secara

kebijaksanaan negara tidak hanya berisi cetusan ideal, bagaimana posisi warga negara (citizen)

pikiran atau pendapat para pejabat yang sebagai sumber utama kekuatan demokratisasi

mewakili rakyat, tetapi opini publik (politic politik, sehingga totalitas peranan, bentuk dan

opinion ) juga mempunyai porsi yang sama aktivitas

besarnya untuk diisikan (tercermin) dalam programsetiap proses perencanaan program

kebijaksanaan-kebijaksanaan negara. Jelas kata, pembangunan, implementasi hingga pengawasan

negara harus selalu kebijakan publik secara signifikan meningkatkan

setiap

kebijaksanaan

berorientasi pada kepentingan publik (public akuntabilitas politik dan pemerintahan yang

interest ).

bersandar pada kebaikan bersama. Dalam ranah demokrasi, hal tersebut Untuk melakukan teknik pemeriksaan data

mestinya berlangsung secara wajar baik pada dalam upaya memperoleh tingkat kepercayaan

tahap perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan atau keabsahan hasl kajian,, dilakukan melalui

(evaluasi). Dengan demikian harus tersedia triangulasi peneliti, dengan sumber data, antara

mekanisme kontrol publik, yakni proses yang lain dengan menilai kecukupan menyeluruh data

memungkinkan keberatan rakyat atas suatu yang dikumpulkan, dan triangulasi teori yakni

kebijakan yang diambil.

dengan menguraikan pola, hubungan dan Suatu kebijakan publik yang dianggap secara menyertakan penjelasan yang muncul dari

kepada kepentingan analisis untuk mencari tema atau penjelasan

kontekstual

mendarat

sebagian besar masyarakat, dapat dipandang pembanding (Bungin:2011:265).

sebagai kebijakan yang benar-benar ideal. Hal ini didasarkan pada suatu asumsi bahwa setiap

D. PEMBAHASAN

kebijakan

publik

henbdaknya merupakan

1. Konfigurasi Masyarakat Demokratis dan

kehendak masyarakat umum. Kebijakan yang

Peran Administrator Publik

didasarkan kepada keinginan penguasa semata, Dewasa ini diyakini, bahwa keterlibatan civil

akan menimbulkan kekisruhan di kemudian hari, society merupakan komponen yang menentukan

karena dianggap tidak demokratis, atau tidak kualitas governance. Ahli politik Amerika, Robert

mencerminkan aspirasi publik. Putnam dalam artikelnya yang berjudul “Bowling

Selain itu, kebijakan publik efektif sangat Alone: America‟s Declining Social Capital” (1995)

perangkat peraturan menjelaskan pentingnya civil society yang kuat

ditentukan

adanya

yang mendasarinya, dan aktif agar demokrasi dapat berjalan. Menurut

perundang-undangan

sehingga dapat diketahui publik apa yang telah pengamatannya ada kecenderungan dari warga

diputuskan. Kebijakan publik juga harus jelas Amerika untuk menarik diri dari kegiatan sosial.

struktur pelaksana dan pembiayaannya, lalu Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya

bagaimana kontrol publik berjalan secara efektif. agenda

Hal ini terkait dengan mekanisme yang hubungan

publik mengetahui apakah engagement dan civil trust. Walaupun studi ini

sosial untuk

kebijakan ini dalam pelaksanaannya mengalami dilakukan dalam konteks negara maju, namun

penyimpangan atau tidak.

telah mempengaruhi pemikiran akan pentingnya Kebijakan publik adalah keputusan politik konsep governance di tingkat lokal dalam masa

yang dikembangkan oleh badan dan pejabat transisi menuju demokrasi di negara-negara

pemerintah (Agustino, 2006:42). Karena itu, di berkembang. Tantangan yang dikemukakan dari

dalam masyarakat demokratis, yang kerap studi Putnam adalah bagaimana agar elemen civil

menjadi persoalan adalah bagaimana menyerap society di tingkat lokal dapat diperkuat, dan

opini publik dan membangun suatu kebijakan bagaimana pula memperkuat negara agar siap,

yang

mendapatdukungan publik. Seperti dikatakan Easton (dalam Agustino, 2006:42), mendapatdukungan publik. Seperti dikatakan Easton (dalam Agustino, 2006:42),

mungkin harapan, tuntutan dan kepentingan „otoritas‟ dalam sistem politik. Hal tersebut

masyarakat banyak (publik). menunjukkan bahwa di dalam negara yang

Sebagai negara yang menganut paham berpaham demokrasi, pemerintah sebagai subjek

demokrasi, yang menempatkan aspirasi rakyat dalam sistem politik dapat melakukan upaya

sebagai titik sentral setiap keputusan, maka untuk mengatur kehidupan masyarakat melalui

ketepatan kebijaksanaan publik (output politik) berbagai regulasi yang dihasilkan dalam proses

merupakan hal yang prima untuk diraih. Untuk politik. Pemerintah, dalam hal ini mempunyai

itu, maka setiap produk kebijakan seharusnya mandat dari rakyat, dan mengambil tindakan

dibahas dan dibicarakan secara terbuka, agar atau

menghasilkan output politik yang bermakna, yaitu diembannya dari publik (rakyat).

bekerja berdasarkan

amanah

yang

untuk kebaikan bersama (probono publico). Elite Suatu negara/pemerintah yang menerapkan

politik harus menyadari sepenuhnya bahwa mekanisme demokrasi dalam sistem politiknya,

kehendak rakyat merupakan hukum yang akan tampak dari bagaimana pola komunikasi

terbaik, bukanlah basa-basi atau kata-kata timbal balik (dialogis) antara negara dan

pemanis bibir.

masyarakat dalam menghasilkan suatu keputusan Pada konteks demikian, institusi-institusi politik yang bermakna bagi kebaikan orang

sosial politik dituntut kemampuannya berfungsi banyak. Dengan demikian, di dalam sistem

secara optimal sebagai kekuatan pendorong politik tersebut terdapat korespondensi antara

demokratisasi dan instrumen bagi pemberdayaan suprastruktur

rakyat, baik itu pers, parpol, kaum intelektual, (masyarakat) sebagai the socio polical culture.

ormas atupun kelompok-kelompok masyarakat Segala aspirasi, tuntutan, kebutuhan, kepentingan

kritis lainnya.

dan harapan masyarakat (publik) semestinya Hal ini sejalan dengan agenda mendasar dapat terakomodasi ke dalam pelembagaan

bagi demokratisasi politik di Indonesia yang politik yang ada, sehingga pada gilirannya setiap

senantiasa memerlukan pembaruan di sektor perubahan dan perkembangan yang diinginkan

negara dari pola dominasi hegemoni ke pola pemerintah merupakan konstruksi dari harapan

pluralisme politik yang longgar. Sejalan dengan dan keinginan rakyat yang dibangun atas dasar

era reformasi langkah-langkah pembaruan dalam terjadinya pola komunikasi dan interaksi dialogal

format konfigurasi perpolitikan tersebut, sedikit antara rakyat dengan negara.

demi sedikit sudah dilakukan. Dalam hal ini kita menunjuk pendekatan

Beberapa indikasinya antara lain: Pertama, sistem politik, yaitu proses pembuatan kebijakan

kita melihat suatu kehendak politik yang kuat publik tidak dipandang secara terbatas dan

untuk melakukan pengurangan pemusatan sempit sebagai hasil output dari suatu proses