PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PROMOSI POTENSI DESA (STUDI KASUS DI DESA PARUNGSERAB KABUPATEN BANDUNG)

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PROMOSI POTENSI DESA (STUDI KASUS DI DESA PARUNGSERAB KABUPATEN BANDUNG)

Siti Widharetno Mursalim

Dosen Universitas Sangga Buana e-mail: siti.widharetno@yahoo.com

Endah Mustika Ramdani

Dosen STIA LAN Bandung e-mail: endahmustika@gmail.com

Abstrak

Di tengah perkembangan media informasi, pemberdayaan selayaknya mendapat sandingan baru yaitu pemberdayaan informasi. Pemberdayaan informasi merupakan pola komunikasi yang dibangun oleh masyarakat dalam menginformasikan apa yang terjadi pada dirinya dan lingkungannya. Pemberdayaan informasi dibangun dari bentuk kepedulian masyarakat terhadap orang lain atau lingkungan sekitar. Pemberdayaan informasi membawa masyarakat lebih peduli kepada orang lain, daripada berfikir diri sendiri seperti dalam konteks ekonomi–sebelum orang lain, diri sendiri dulu yang mapan.Dalam konteks informasi, kini masyarakat harus memperlakukan dunia informasi bukan sebagai alat untuk mendapatkannya, tetapi sebagai sarana untuk menyampaikan sesuatu. Jika beberapa saat ke belakang kita berada di abad informasi, siapa yang banyak informasi dialah yang menguasai dunia, namun kini kita berada di abad kreatifitas, artinya siapa yang bisa mengisi (memberikan) informasi maka dialah yang dianggap eksis oleh dunia.Pemberdayaan masyarakat melalui informasi dapat dilaksanakan untuk mendukung program promosi potensi desa.

Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Promosi Potensi Desa Parung Serab belum berkembang dengan baik. Proses pemberdayaan masyarakat mestinya juga didampingi oleh suatu tim fasilitator yang bersifat multidisiplin yang dapat menggerakkan potensi masyarakat dan membantunya untuk memberikan keilmuan tentang bagaimana mereka dapat menshare kegiatannya, budayanya, dan informasi-informasi yang dimiliki oleh masyarakat setempat melalui berbagai macam bentuk baik kegiatan maupun media.

Kata Kunci: Pemberdayaan, Masyarakat, Potensi Desa

Community Empowerment In promoting Village Potention (A Case Study of Community Empowerment In Promoting Village at Parung Serab Village, Bandung District)

Abstract

In the midst of media information, things that need to be empowered is information. Empowering information is a process of communication that was built by the community in informing what happened to him and his surrounding. Itwas built from public awareness of other people or the environment. The empowermentof information can brings other people to be more concerned to others, rather than think of oneself as in the economic context - before others, you must established first. Today, in the context of information,the community must treat information not as a means to get it, but as a means to convey something. Community empowerment through information can be implemented to support the in promoting of rural potential.

The research method used in this study is a qualitative study. The results showed that the In Promoting of Parung Serab Vilage potentials is not well developed. The process of community empowermentshould be accompanied by information empowerment facilitator of multidisciplinary teams that have the ability to promote the potential of the community and region where he was assigned. The facilitator should be able to share their knowledge to the public about how they shared activities, cultural and other information through the sharing of media.

Keywords: Empowerment, Community, Potension

gunakan informasi yang akan berdampak Dahulu, kesenjangan informasi dapat

A. LATAR BELAKANG

pada kesejahteraan seseorang. Karenanya, di di tempatkan sebagai salah satu indikator

abad ini masyarakat tidak hanya puas dengan kemiskinan. “Kesenjangan informasi menunjuk-

akses informasi yang didapat secara mudah, kan ketidakmampuan mengakses dan meng-

tetapi harus mampu memberikan konten

(informasi) kepada orang lain. Dengan kata lain, mengatasnamakan pemberdayaan masyarakat produktifitas sangat dituntut oleh media saat ini

dan yang lebih memprihatinkan bahwa yang agar masyarakat diperhitungkan dan dianggap

mengetahui proses, prosedur, rencana kegiatan eksis. Di sinilah fungsi media informasi hadir

sampai dengan pelaksanaannya hanya sebatas untuk menjadi jembatan antar masyarakat –

pada Lembaga tersebut.

bukan masyarakat dan negara. Sebagai sarana, Banyak Lembaga lainnya, LSM, kelompok media informasi tentu di sini hadir tidak sebagai

pemerhati belum begitu memahami tentang entitas yang mati, tetapi hidup dan memberikan

konsep pemberdayaan yang dilaksanakan solusi atas problem masyarakat yang terjadi

sehingga ada sebagian yang apriori terhadap selama ini. Yang menjadi modal bagi masyarakat

program pemberdayaan masyarakat yang adalah penguasaan mereka atas kondisi sosial

telah dilaksanakan, karena prinsip transparansi budaya yang ada di sekitarnya. Dengan modal

dan keikutsertaan lembaga atau komponen ini mereka sangat paham apa yang perlu dishare

masyarakat lainnya kurang diterapkan secara kepada publik, apa persoalan mereka dan apa

maksimal.

potensi mereka. Dalam membangun sinergi, Sebelum mengupas lebih jauh, perlu ada apa yang perlu dibantu orang lain dan apa

pemahaman yang sama tentang pemberdayaan yang dibutuhkan pihak lain tetapi ada di desa

masyarakat agar semua pihak dapat memahami mereka.

arti sebenarnya, sehingga diharapkan Kurangnya akses informasi yang dibutuh-

dalam setiap pelaksanaan, pengawasan dan kan masyarakat dapat disebabkan oleh

pengambilan keputusan yang diberikan dapat dua permasalahan pokok. Pertama karena

dipahami secara menyeluruh dan sesuai dengan informasi yang masih bersifat eksklusif (dengan

konsep pemberdayaan masyarakat. sengaja informasi tidak disebar kepada umum).

Pemberdayaan masyarakat sebenarnya Ketiadaan akses masyarakat terhadap informasi

adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi jenis ini perlu dibantu oleh pemerintah dengan

dan politik yang merangkum berbagai nilai lebih mensosialisasikan informasi “mahal”

sosial. Konsep ini mencerminkan paradigma tersebut kepada masyarakat misalnya melalui

baru pembangunan, yakni yang bersifat brosur, koran, radio dan televisi. Kedua

“people centered, participatory, empowering, and a adalah kelemahan masyarakat sendiri dalam

sustaniable”.

mengakses informasi yang sebenarnya sudah Istilah pemberdayaan sering sekali di tersedia di lingkungan mereka. Hal ini dapat

dengar dalam program-program pemerintah. disebabkan oleh motivasi masyarakat yang

Pemberdayaan diartikan sebagai helping people to rendah untuk mengakses informasi tersebut.

help themselves. Lebih lanjutnya dapat dikatakan Dalam kasus kedua ini pemberdayaan dapat

sebagai upaya dan proses bagaimana agar diupayakan dengan kampanye pentingnya

berfungsi sebagai ‘power’ (driving’s force) dalam informasi bagi masyarakat.

pencapaian tujuan yaitu pengembangan diri (self Namun, saat ini permasalahannya bukan

development) . Namun, dalam perkembangannya hanya sebatas mampu atau tidaknya suatu

pemberdayaan masyarakat seringkali di- masyarakat mengakses dan menggunakan

sanding kan dengan memberdayakan secara informasi tersebut, namun masyarakat dalam

ekonomi. Padalah memberdayakan dapat hal ini harus memposisikan diri sebagai sumber

dilakukan dalam berbagai aspek tidak hanya informasi.

ekonomi saja.

Berapa banyak kebijakan dari pemerintah Dalam konsep pemberdayaan, masyarakat yang tidak dapat menyelesaikan masalah di

dipandang sebagai subyek yang dapat dalam masyarakat lantas tidak dipatuhi oleh

melakukan perubahan, oleh karena diperlukan masyarakat. Hal itu dikarenakan adanya

pendekatan yang lebih dikenal dengan ketidaktahuan pemerintah terhadap kondisi

singkatan ACTORS yang terdiri dari: masyarakatnya. Untuk itu masyarakat disini

1. Authority atau wewenang pemberdayaan harus mampu menyampaikan informasi terkait

dilakukan dengan memberikan kepercayaan dengan dirinya dan lingkungan, bisa tentang

kepada masyarakat untuk melakukan budayanya, isu terkini di daerahnya, potensi

perubahan yang mengarah pada perbaikan wilayahnya, dan lain sebagainya.

kualitas dan taraf hidup mereka. Saat ini juga banyak Lembaga Negara

2. Confidence and compentence atau rasa percaya atau Pemerintah dalam melaksanakan diri dan kemampuan diri, pemberdayaan program kegiatannya mencantumkan atau 2. Confidence and compentence atau rasa percaya atau Pemerintah dalam melaksanakan diri dan kemampuan diri, pemberdayaan program kegiatannya mencantumkan atau

luas wilayah, bentuk lahan, keadaan tanah, kemampuan bahwa masyarakat sendiri

kondisi tata air, dan aspek-aspek lainnya. dapat melakukan perubahan.

2. Penduduk dengan berbagai karakteristik

3. Truth atau keyakinan, untuk dapat ber- demografis masyarakatnya, seperti jumlah daya, masyarakat atau seseorang harus

penduduk, tingkat kelahiran, kematian, yakin bahwa dirinya memiliki potensi

persebaran dan kepadatan, rasio jenis untuk dikembangkan.

kelamin, komposisi penduduk, serta

4. Opportunity atau kesempatan, yakni mem- kualitas penduduknya. berikan kesempatan kepada masyarakat

3. Tata kehidupan, berkaitan erat dengan untuk memilih segala sesuatu yang mereka

adat istiadat, norma, dan karakteristik inginkan sehingga dapat mengembangkan

budaya lainnya. (Bintarto, 1985) diri sesuai dengan potensi yang mereka

Istilah pemberdayaan merupakan ter- miliki. jemahan dari bahasa Inggris “empowerment”

5. Responsibility atau tanggung jawab, yaitu yang dapat diartikan sebagai pemberkuasaan. perlu ditekankan adanya rasa tanggung

Menurut Chambers dalam Huraerah, konsep jawab pada masyarakat terhadap ini merupakan paradigma baru pembangunan,

perubahan yang dilakukan. yakni bersifat “people–centered, participatory,

6. Support atau dukungan, adanya dukungan empowering, and sustainable.” (Huraerah, dari berbagai pihak agar proses perubahan

2011: 95). Selanjutnya, Pemberdayaan adalah dan pemberdayaan dapat menjadikan

suatu upaya dan proses bagaimana agar masyarakat ‘lebih baik’.

berfungsi sebagai ‘power’ (driving’s force) dalam Pemberdayaan masyarakat melalui pencapaian tujuan yaitu pengembangan diri informasi sudah mulai dikembangkan oleh

(self development).

beberapa Desa di wilayah Kabupaten Bandung. Terkait dengan pengertian pemberdayaan, Salah satunya di Desa Parung Serab Kabupaten

Dharmawan (2007) mengutip pendapat Fear Bandung. Dengan berbagai potensi yang

dan Schwarzweller (1985) yang mengemukakan dimiliki Desa Parung Serab seperti pertanian,

bahwa pemberdayaan dipahami sebagai: peternakan, industry dan sebagainya, membuat

“a process in which increasingly more members promosi potensi desa menjadi hal yang penting

of a given area or environment make and implement untuk dikembangkan dalam pembangunan

socially responsible decisions, where the probable potensi desa. Kebutuhan masyarakat akan

consequence of which is an increase in the life informasi yang cepat dan akurat membuat

chances of some people without a decrease (without pemerintah desa perlu memikirkan media

deteriorating) in the life chances of others” informasi yang tepat terutama kaitan dengan

Dalam hubungan ini, (Robbins, Chatterjee informasi potensi desa.

& Canda, 1998) secara singkat menyatakan sebagai berikut:

Empowerment, “process by which individuals

B. LANDASAN TEORITIS

and groups gain power, access to resources and Konsep Desa menurut Bintarto, Desa

control over their own lives. In doing so, they gain adalah suatu hasil perpaduan antara kegiatan

the ability to achieve their highest personal and sekelompok manusia dan lingkungannya.

collective aspirations and goals”. Hasil perpaduan tersebut merupakan suatu

Makna kata “gain” atau “memperoleh” perwujudaan atau ketampakan geografis yang

daya, kekuatan atau kemampuan sehingga ditimbulkan oleh faktor-faktor alamiah maupun

memiliki keberdayaan. Ini mengindikasikan sosial, seperti fisiografis, sosial ekonomi, politik,

bahwa ada sesuatu yang menjadi sumber inisiatif dan budaya yang saling berinteraksi antar unsur

untuk berdaya dan itu berasal dari masyarakat. tersebut dan juga dalam hubungannya dengan

Masyarakat berusaha, mencari, melakukan, darah-daerah lain. (Bintarto, 1985).

menciptakan atau meminta kepada pihak Selanjutnya Bintarto mengemukakan

lain untuk memberikan daya/kemampuan. bahwa minimal ada tiga unsur utama desa, yaitu

Karena itu, pemberdayaan dapat disamakan sebagai berikut.

dengan perolehan kekuatan dan akses terhadap

1. Daerah, dalam arti suatu kawasan per- sumber daya untuk mencari nafkah (Pranarka,

desaan tentunya memilikiwilayahsendiri 1996). Selain itu, konsep pemberdayaan juga desaan tentunya memilikiwilayahsendiri 1996). Selain itu, konsep pemberdayaan juga

proses pembangunan. Pemberdayaan “Empowerment is viewed as a process: the

mementing kan adanya pengakuan subyek akan mechanism by which people, organization and

kemampuan atau daya (power) yang dimiliki communities gain mastery over their lives.”

objek. Secara garis besar, proses ini melihat Schneider (1999) menyatakan bahwa:

pentingnya mengalihfungsikan individu/ “Empowerment goes well beyond the narrow

masyarakat yang tadinya obyek menjadi subyek realm of political power, anddiffers from the classical

(Suparjan dan Hempri, 2003 : 44). definition of power by Max Weber, Empowerment is

Tujuan dari pemberdayaan itu sendiri used to decribe the gaining of strength in the various

adalah bagaimana membentuk masyarakat ways necessary to be able to move out of poverty, rather

menjadi mandiri. Kemandirian disini di- than literally “taking over power from somebody else”

antaranya kemandirian berpikir, bertindak at the purely political level. This means, it includes

dan mengendalikan apa yang masyarakat knowledge, education, organization, rights, and ‘voice’

lakukan. Kemandirian masyarakat merupakan as well as financial and material resources.

suatu kondisi yang dialami masyarakat yang Hacker, 1999 menyebutnya:

ditandai oleh kemampuan untuk memikirkan, “Empowerment may be understood as a process

memutuskan serta melakukan sesuatu yang of transformation. This includes the transformation

dipandang tepat untuk memecahkan masalah of the unequal power relationship. Unjust structures

yang dihadapi dengan kemampuan yang ada. of society, and development policies. Empowerment

Terciptanya keberdayaan masyarakat akan also means transformation in the sense of changing

memberikan kontribusi pada terciptanya and widening of individual’s oopurtunities”.

kemandirian masyarakat yang dicita-citakan. Osmani (2000), memberdayakan pem-

Konsep pemberdayaan merupakan berdayaan sebagai:

konsep perubahan yang direncanakan (planned “Empowerment may, socio-politically, be

change) . Perubahan sosial merupakan kajian viewed as a condition where poweless people make a

dinamika sosial. Istilah perubahan sosial situation so that they can exercise their voice in the

diambil dari bahasa Inggris, yaitu social change. affairs of governance.”

Pada awalnya, perubahan sosial didefinisikan Dengan memperhatikan batasan-batasan

oleh Ibnu Khaldun dalam Martono sebagai di atas, Dharmawan (2000 mendefinisikan

berikut, “Masyarakat secara historis bergerak makna pemberdayaan sebagai:

dari masyarakat nomaden menuju masyarakat “A process of having enough energy enabling

(yang tinggal) menetap (disebut sebagai people to expand their capabilities, to have greater

masyarakat kota).”(Martono, 2012: 1-2). bargaining power, to make their own decisions, and

Wan Hasim dalam Garna mengartikan, to more easily access to a source of better living.”

“Perubahan sosial sebagai sebaran penyesuaian Berdasarkan konsep-konsep mengenai

yang berlaku kepada pola-pola interaksi pemberdayaan masyarakat, Winarni meng-

antara individu-individu sebagai unit sosial ungkapkan bahwa inti dari pemberdayaan

dalam sebuah masyarakat.”(Garna, 1992: 13). adalah meliputi tiga hal yaitu pengembangan,

Selanjutnya Moore dalam Anwar mengartikan, (enabling), memperkuat potensi atau daya

“Perubahan sosial sebagai perubahan penting (empowering) , dan terciptanya kemandirian.

dari struktur sosial meliputi pola-pola perilaku (Winarni, 1998:75). Pada hakikatnya pem-

dan interaksi sosial, termasuk norma, nilai, dan berdayaan merupakan penciptaan kondisi yang

fenomena kultural.” (Anwar: 2007: 51). Adapun membuat potensi masyarakat berkembang.

menurut Martono, “Perubahan sosial dapat Karena tidak ada masyarakat yang sama sekali

dibayangkan sebagai perubahan yang terjadi tanpa daya, namun terkadang masyarakat tidak

di dalam atau mencakup sistem sosial. Lebih menyadari hal tersebut. Oleh karena itu daya

tepatnya, terdapat perbedaan antara keadaan harus digali dan kemudian dikembangkan. Jika

sistem tertentu dalam jangka waktu yang asumsi ini berkembang maka pemberdayaan

berlainan.” (Martono, 2012: 2). adalah upaya untuk membangun daya,

Selain itu Selo Soemardjan, mendefinisikan dengan cara mendorong, memotivasi dan

perubahan sosial adalah perubahan pada mem bangkitkan kesadaran akan potensi yang

lembaga lembaga kemasyarakatan di dalam dimiliki. (Winarni, 1998 :76)

suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem

Konsep pemberdayaan sebenarnya sosialnya, termasuk didalamnya nilai-nilai, mengandung unsur partisipasi masyarakat,

sikap dan pola perilaku diantara kelompok sikap dan pola perilaku diantara kelompok

pendidikan kepada masyarakat dalam rangka perubahan fungsi kebudayaan dan perilaku

meningkatkan peran individu dan masyarakat manusia dan masyarakat dari keadaan tertentu

melalui pemanfaatan potensi dirinya.” (Anwar, ke keadaan yang lain. Perubahan di masyarakat

merupakan suatu proses yang terus menerus (Taneko, 1984 :133). Artinya bahwa setiap

C. METODE PENELITIAN

masyarakat pada kenyataanya akan mengalami perubahan itu, akan tetapi perubahan antara

Penelitian ini menggunakan pendekatan masyarakat yang satu dengan masyarakat yang

kualitatif dilihat dari fenomena masalah lain tidak selalu sama, ada masyarakat yang

yang ingin dikaji dengan metode studi kasus mengalami perubahan lebih cepat dibandingkan

dilihat dari tingkat eksplanasinya, seperti dengan masyarakat yang lainnya. Perubahan

dikemukakan Mikes dan Huberman (2009) sosial mengacu pada variasi hubungan individu,

pendekatan kualitatif bertujuan menggali atau kelompok, organisasi, kultur dan masyarakat

membangun suatu proposisi atau menjelaskan pada waktu tertentu.

makna di balik realita.

Mengenai perubahan sosial ini Sztompka Pemilihan pendekatan kualitatif untuk menjelaskan, “konsep dasar mengenai menjawab masalah penelitian yang diajukan, perubahan sosial menyangkut tiga hal, yaitu:

lebih ditekankan untuk:

pertama, studi mengenai perbedaan; kedua,

1. Memahami pemberdayaan masyarakat studi harus dilakukan pada waktu yang berbeda;

melalui informasi di Desa Parung Serab dan ketiga, pengamatan pada sistem sosial yang

Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung. sama. (Martono, 2012 : 2).

2. Mengungkapkan dan memahami ke- Selanjutnya Martono menjelaskan bahwa,

kurangan-kekurangan yang terjadi dalam “Untuk dapat melakukan studi perubahan

pemberdayaan masyarakat melalui sosial, kita harus melihat adanya perbedaan atau

informasi di Desa Parung Serab Kecamatan perubahan kondisi objek yang menjadi fokus

Soreang Kabupaten Bandung studi. Kedua, studi perubahan harus dilihat

Guna menunjang metode penelitian dalam konteks waktu yang berbeda, dengan ter sebut, penulis menggunakan teknik kata lain harus melibatkan studi komparatif pengumpulan data sebagai berikut: dalam dimensi waktu yang berbeda. Ketiga,

objek yang menjadi fokus komparasi tersebut

1. Studi Kepustakaan, yaitu mengumpulkan haruslah objek yang sama.” (Martono, 2012: 2-3).

data dengan membaca, mempelajari dan menganalisis beberapa literatur dan bahan-

Martono juga menjelaskan, “Dimensi bahan tertulis lainnya yang berhubungan waktu dalam studi perubahan sosial meliputi dengan penelitian yang dilakukan. konteks masa lalu (past), sekarang (present), dan

masa depan (future). ” (Martono, 2012: 3). Studi

2. Studi Lapangan, yaitu suatu cara untuk perubahan sosial mengamati perubahan dengan

mendapat data dan mengumpulkan kondisi masa lalu dan masa sekarang. Studi

data yang berhubungan dengan materi perubahan sosial juga dapat meliputi kondisi

pem bahasan masalah yang diteliti masa depan (future) atau melakukan proyeksi

langsung pada objek penelitian dengan tentang masa yang akan datang dengan studi

menggunakan teknik-teknik sebagai penelusuran sejarah, serta didukung dengan

berikut:

berbagai data (statistik) yang tersedia mengenai

a. Observasi, berdasarkan ciri khasnya, kondisi masa lalu dan sekarang.

penelitian kualitatif tidak dapat Agar masyarakat mampu melakukan

dipisahkan dari pengamatan/ perubahan sosial, Hagen berpendapat bahwa,

observasi langsung dari peneliti. “Proses perubahan berkaitan erat dengan

Pengamatan/observasi dilakukan individu yang kreatif, yang menciptakan sejenis

dengan cara mengamati kegiatan hubungan sosial khusus sepanjang waktu,

yang dilakukan dalam pemberdayaan untuk itu perubahan sosial takkan terjadi

masyarakat melalui informasi di Desa tanpa ada perubahan kepribadian.” (Anwar,

Parung Serab Kecamatan Soreang 2007: 51). Teori Hagen tersebut, menempatkan

Kabupaten Bandung. pendidikan sebagai posisi yang strategis dalam

b. Wawancara mendalam (in-depth perubahan sosial atau pembangunan. Menurut

interview), proses atau upaya untuk interview), proses atau upaya untuk

kemampuan dan potensi manusia serta berbagai pihak yang terkait penelitian,

mengerahkan minat mereka untuk ikut serta seperti pihak terkait di Pemerintah

dalam proses pembuatan keputusan tentang Desa Parung Serab Kabupaten

berbagai hal yang memiliki dampak bagi mereka Bandung, dan Tokoh Masyarakat.

dan mencoba mempromosikan kekuatan Pemilihan informan dilakukan secara

manusia, bukan mengabadikan ketergantungan purposive yaitu orang yang memiliki

yang menciptakan hubungan antara birokrasi pengetahuan cukup dan mampu menjelaskan

negara dengan masyarakat. keadaan yang sebenarnya tentang obyek

Proposisi di atas mengindikasikan pula penelitian untuk mendapatkan data yang

bahwa inti pembangunan berpusat pada rakyat dibutuhkan serta mendapatkan data yang

adalah pemberdayaan (empowerment) yang spesifik dari pemberdayaan masyarakat melalui

mengarah pada kemandirian masyarakat. informasi di Desa Parung Serab Kecamatan

Dalam konteks ini, dimensi partisipasi Soreang Kabupaten Bandung.

masyarakat menjadi sangat penting. Melalui Informan adalah orang yang berada pada

partisipasi kemampuan masyarakat dan lingkup penelitian, artinya orang yang dapat

perjuangan mereka untuk membangkitkan dan memberikan informasi tentang situasi dan

menopang pertumbuhan kolektif menjadi kuat. kondisi latar penelitian. Jadi ia harus memiliki

Tetapi partisipasi di sini bukan hanya berarti banyak pengalaman tentang masalah penelitian

keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan dan secara sukarela menjadi sumber informasi

pembangunan atau masyarakat hanya di- meskipun tidak secara formal, mereka dapat

tempatkan sebagai “obyek”, melainkan memberikan pandangannya dari dalam

harus diikuti keterlibatan masyarakat dalam tentang nilai-nilai, sikap, bangunan, proses

pembuatan keputusan dan proses perencanaan dan kebudayaan yang menjadi latar penelitian

pembangunan, atau masyarakat juga di- setempat.

tempat kan sebagai “subyek” utama yang Berikut ini yang merupakan kelompok

harus menentukan jalannya pembangunan. Informan kunci dari pemberdayaan masyarakat

Karena itu pemberdayaan menilai tinggi dan melalui informasi di Desa Parung Serab

mempertimbangkan inisiatif dan perbedaan Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung.

lokal.

1. Kepala Desa Pemerintah Parung Serab Subejo dan Narimo (2004) mengartikan

Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung. proses pemberdayaan masyarakat merupakan

2. Kepala BPD Desa Parung Serab Kecamatan upaya yang disengaja untuk memfasilitasi Soreang Kabupaten Bandung.

masyarakat lokal dalam merencanakan,

3. Tokoh Masyarakat. memutuskan dan mengelola sumberdaya lokal yang dimiliki melalui collective action dan

D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

networking sehingga pada akhirnya mereka memiliki kemampuan dan kemandirian secara

Pemberdayaan masyarakat adalah per- ekonomi, ekologi dan sosial”. wujudan dari pengembangan kapasitas

Dalam upaya memberdayakan masyarakat masyarakat yang bernuansa pada pemberdayaan

dapat dilihat dari tiga sisi, yaitu: sumberdaya manusia agar paham dengan hak

Pertama, menciptakan suasana atau iklim dan kewajibannya sesuai dengan status dan

yang memungkinkan potensi masyarakat peran di masyarakat.

berkembang (enabling). Disini titik tolaknya Perlunya upaya pemberdayaan adalah

adalah pengenalan bahwa setiap manusia, berangkat dari kenyataan masih lemahnya

setiap masyarakat, memiliki potensi yang dapat posisi sebagian besar masyarakat dalam

dikembangkan. Artinya, tidak ada masyarakat menuntut hak dan menjalankan kewajibannya

yang sama sekali tanpa daya, karena jika demikian ditunjukkan dengan kurang aksesnya mereka

akan sudah punah. Pemberdayaan adalah upaya terhadap beberapa fasilitas diantaranya adalah

untuk membangun daya itu dengan mendorong, informasi.

memotivasikan, dan mem bangkitkan kesadaran Dasar interpretasi pembangunan yang

akan potensi yang dimilikinya serta berupaya berpusat pada rakyat adalah asumsi bahwa

untuk mengembangkannya.

manusia adalah sasaran pokok dan sumber Kedua, memperkuat potensi atau daya paling strategis. Karena itu, pembangunan juga

yang dimiliki masyarakat (empowering). Dalam yang dimiliki masyarakat (empowering). Dalam

demikian dapat menyebabkan pendekatan dan suasana. penguatan ini meliputi langkah-

pembangunan yang di satu pihak terlalu langkah nyata, dan menyangkut penyediaan

memaksa dan menyamaratakan teknologi berbagai masukan (input), serta pembukaan

tertentu untuk seluruh kawasan pembangunan akses ke dalam berbagai peluang yang akan

di tanah air yang sangat luas dan beragam membuat masyarakat menjadi berdaya.

tahap perkembangannya ini. Di lain pihak, Ketiga, memberdayakan mengandung pula

pendekatan pembangunan terlalu mengabaikan arti melindungi. Dalam proses pemberdayaan,

potensi teknologi tradisional yang dengan harus dicegah yang lemah menjadi bertambah

sedikit penyempurnaan dan pembaharuan lemah, oleh karena kekurangberdayaan dalam

mungkin lebih efisien dan lebih efektif untuk menghadapi yang kuat. Oleh karena itu,

dimanfaatkan dibandingkan dengan teknologi perlindungan dan pemihakan kepada yang

impor.

lemah amat mendasar sifatnya dalam konsep Bias kelima adalah anggapan bahwa pemberdayaan masyarakat.

lembaga-lembaga yang telah berkembang di

Pendekatan utama dalam konsep kalangan rakyat cenderung tidak efisien dan

pem berdayaan adalah bahwa masyarakat kurang efektif bahkan menghambat proses tidak dijadikan objek dari berbagai proyek

pembangunan. Anggapan ini membuat pembangunan, tetapi merupakan subjek dari

lembaga-lembaga masyarakat di lapisan bawah upaya pembangunannya sendiri.

itu kurang dimanfaatkan dan kurang ada ikhtiar Terdapat beberapa bias-bias pemikiran

untuk memperbaharui, memperkuat serta tentang pemberdayaan masyarakat sehingga

mem berdayakannya. Bahkan justru terdapat menyebabkan tujuan dari pemberdayaan itu

kecenderungan untuk memperkenalkan tidak tercapai, diantaranya adalah sebagai

lembaga-lembaga baru yang asing dan berikut:

tidak selalu sejalan dengan nilai dan norma Bias pertama adalah adanya ke-

masyarakat.

cenderungan berpikir bahwa dimensi Bias keenam adalah bahwa masyarakat rasional dari pembangunan lebih penting dari

di lapisan bawah tidak tahu apa yang dimensi moralnya, dimensi material lebih

diperlukannya atau bagaimana memperbaiki pentingdaripada dimensi kelembagaannya, dan

nasibnya. Oleh karena itu, mereka harus dimensi ekonomi lebih penting dari dimensi

dituntun dan diberi petunjukdan tidak perlu sosialnya. Akibat dari anggapan itu ialah alokasi

dilibatkan dalam perencanaan meskipun sumber daya pembangunan diprioritaskan

yang menyangkut dirinya sendiri. Akibat menurut jalan pikiran yang demikian.

dari anggapan ini banyak proyek-proyek Bias kedua adalah anggapan bahwa

pembangunan yang ditujukan untuk rakyat, pendekatan pembangunan yang berasal dari

tetapi tidak kena terhadap sasaran, tidak atas lebih sempurna daripada pengalaman dan

memecahkan masalah dan bahkan merugikan aspirasi pembangunan ditingkat bawah (grass-

rakyat. Bias ini melihat masyarakat sebagai root) . Akibatnya kebijaksanaan-kebijaksanaan

objek dan bukan subjek pembangunan. pembangunan menjadi kurang efektif karena

Bias ketujuh berkaitan dengan di atas, kurang mempertimbangkan kondisi yang nyata

adalah bahwa orang miskin adalah miskin dan hidup dimasyarakat.

karena bodoh dan malas. Dengan demikian, cara Bias ketiga adalah bahwa pembangunan

menanganinya haruslah bersifat paternalistik masyarakat banyak di tingkat bawah lebih

seperti memperlakukan orang bodoh dan malas, memerlukan bantuan material daripada

dan bukan memberi kepercayaan. Dengan keterampilan teknis dan manajerial. Anggapan

anggapan demikian masalah kemiskinan ini sering mengakibatkan pemborosan sumber

dipandang lebih sebagai usaha sosial (charity) daya dan dana, karena kurang mempersiapkan

dan bukan usaha penguatan ekonomi. keterampilan teknis dan manajerial dalam

Bias kedelapan adalah ukuran efisiensi pengembangan sumber daya manusia dan

pembangunan yang salah diterapkan, misalnya mengakibatkan makin tertinggalnya masyarakat

ICOR, diartikan bahwa investasi harus selalu di lapisan bawah.

diarahkan pada yang segera menghasilkan bagi Bias keempat adalah anggapan bahwa

pertumbuhan, padahal upaya pemberdayaan teknologi yang diperkenalkan dari atas selalu

masyarakat, akan menghasilkan pertumbuhan jauh lebih ampuh daripada teknologi yang

bahkan merupakan sumber pertumbuhan yang bahkan merupakan sumber pertumbuhan yang

Bias kesembilan adalah anggapan bahwa sektor pertanian dan perdesaan adalah sektor tradisional, kurang produktif dan memiliki masa investasi yang panjang, karena itu kurang menarik untuk melakukan modal besar- besaran di sektor itu. Berkaitan dengan itu, bermitra dengan petani dan usaha-usaha kecil di sektor pertanian dan perdesaan dipandang tidak menguntungkan dan memiliki resiko tinggi. Anggapan ini juga telah mengakibatkan prasangka dan menghambat upaya untuk secara sungguh-sungguh membangun usaha pertanian dan usaha kecil di perdesaan.

Bias kesepuluh berkaitan dengan di atas, adalah ketidakseimbangan dalam akses kepada sumber dana. Kecenderungan menabung pada rakyat, yang cukup tinggi di Indonesia seperti tercermin pada perbandingan tabungan masyarakat dengan PDB (di atas 30% termasuk salah satu tingkat tertinggi di dunia), acapkali terasa tidak terimbangi dengan kebijakan investasi melalui sektor perbankan yang lebih terpusat pada investasi besar, dan sebagian cukup diantaranya untuk investasi di sektor properti yang bersifat sangat spekulatif. Kegiatan investasi makin cenderung terpusat di perkotaan, di sektor industri yang justru banyak disubsidi dan diproteksi, yang akibatnya juga mendorong urbanisasi. Pengalaman Taiwan dan Jepang sebelumnya menunjukkan bahwa investasi di wilayah perdesaan dapat meningkatkan pertumbuhan dan sekaligus pemerataan yang menyebabkan ekonominya menjadi kukuh.

Dari bias-bias tersebut dapat dilihat bahwa sebagian masyarakat diposisikan sebagai objek dan dalam hal ini seharusnya masyarakat digali potensinya, diberikan kepercayaan sehingga mereka dapat menginfomasikan kepada dunia terkait dengan keberadan mereka beserta potensi yang mereka miliki.

Aditya (2003), mengungkapkan beragam dilema dalam pelaksanaannya, Pertama, harus diakui sejak awal 1990-an, Pemerintah Indonesia mulai mengembangkan program dan kegiatan pemberdayaan masyarakat untuk mengentaskan dan menanggulangi kemiskinan (alleviation poverty and poverty reduction). Upaya

ini dihadapkan pada perbedaan-perbedaan pemahaman tentang kemiskinan. Di satu sisi, kemiskinan dipandang sebagai keadaan absolut dengan kriteria yang sudah ditetapkan dan diseragamkan lalu dipakai sebagai dasar menyusun proyek pengentasannya. Pada kenyataannya kemiskinan memberikan wajah- nya yang relatif. Kemiskinan juga menyangkut bagaimana kondisi sosial mendefinisasikannya. Seseorang bisa jadi tidak miskin dalam kehidupan komunitas kultural dan geografis tertentu meski secara absolut didefinisikan sebagai miskin. Artinya upaya pemberdayaan yang dilakukan tidak berhadapan dengan kenyataan yang pasti.

Ketiga , berkaitan dengan relativitas dalam mengukur keberhasilan upaya pemberdayaan merupakan masalah tersendiri, karena keberhasilan sendiri masih diperdebatkan dalam konteks teknis dan substantif. Evaluasi proyek pemberdayaan hampir selalu dilakukan dengan mengukur keberhasilan yang menyangkut bagaimana sebuah program dilaksanakan serta bagaimana anggaran yang direncanakan dapat diimplementasikan namun sering luput melihat sisi substansial dari tujuan pemberdayaan itu sendiri. Sementara itu dilain pihak substansi pemberdayaan sendiri terus diperdebatkan menyangkut pemahaman akan masyarakat yang berdaya dan siapa yang mendefinisikannya.

Bentuk-bentuk upaya pemberdayaan yang bersifat pemberian bantuan seringkali justru tidak menjawab masalah ketidakberdayaan itu. Pemberian bantuan yang biasanya berupa sejumlah dana sebenarnya justru membuat upaya pemberdayaan melahirkan ketergantungan baru. Sekalipun bentuk bantuan yang diberikan sebenarnya ditujukan sebagai pemicu bangkitnya keberdayaan namun seringkali melahirkan mentalitas penerima, bukan penggerak dalam masyarakat yang menjadi sasarannya. Berpegang pada prinsip pemberdayaan masyarakat yang ber tujuan untuk memandirikan masyarakat dan meningkatkan taraf hidupnya melalui informasi, maka arah pemandirian masyarakat adalah berupa pendampingan untuk menyiapkan masyarakat agar mampu menghasilkan informasi.

Keempat, menyangkut keberlanjutan program/kegiatan. Di satu pihak, banyak program/kegiatan yang dilakukan pemerintah dengan mengembangkan mobilisasi atau partisipasi semu dimana masyarakat sasaran diajak, dipersuasi, bahkan diperintah untuk Keempat, menyangkut keberlanjutan program/kegiatan. Di satu pihak, banyak program/kegiatan yang dilakukan pemerintah dengan mengembangkan mobilisasi atau partisipasi semu dimana masyarakat sasaran diajak, dipersuasi, bahkan diperintah untuk

keberdayaan dan pemberdayaan masyarakat. keberlanjutannya. Di lain pihak, pemberdayaan

Keberdayaan dalam konteks masyarakat yang oleh organisasi di luar pemerintah

adalah kemampuan individu yang bersenyawa mencoba menjawab masalah-masalah tersebut

dalam masyarakat dan membangun keberdayaan dengan pemikiran yang menyatakan perlunya

masyarakat yang bersangkutan. Suatu membangun kesadaran kritis dalam masyarakat

masyarakat yang sebagain besar anggotanya dalam bentuk penguatan kelembagaan,

sehat fisik dan mental serta terdidik dan kuat pendidikan politik, dan upaya-upaya advokasi.

serta inovatif, tentunya memiliki keberdayaan Dalam kondisi tertentu upaya ini mampu

yang tinggi, Namun, selain nilai fisik di atas, menjawab problem ketergantungan namun

ada pula nilai-nilai instrinsik dalam masyarakat dalam kondisi tertentu pula upaya ini menjadi

yang juga menjadi sumber keberdayaan, seperti lambat bergerak.

nilai-nilai kekeluargaan, kegotongroyongan, Kelima, agenda-agenda yang sifatnya

kejuangan dan yang khas pada masyarakat politik atau penguatan kelembagaan boleh

Indonesia (dan beberapa negara yang lain) dipilih sebagai agenda kedua setelah berbagai

adalah kebinekaan. Keberdayaan masyarakat agenda yang menjawan masalah-masalah

adalah unsur-unsur yang memungkinkan yang berhubungan dengan kebutuhan perut.

suatu masyarakat bertahan (survive), dan dalam Artinya masyakarat yang benar-benar miskin

pengertian yang dinamis mengembangkan akan berpikir memeilih upaya pemberdayaan

diri dan mencapai kemajuan. Keberdayaan yang bernuansa bantuan ekonomi lebih dahulu

masyarakat ini menjadi sumber dari apa yang daripada berpikir tentang bagaimana bergerak

di dalam wawasan politik pada tingkat nasional dan berusaha dengan mandiri.

disebut dengan ketahanan nasional. Keenam, bentuk pemberdayaan dengan

Memberdayakan masyarakat aadalah pola kemitraan menjadi fenomena yang cukup

upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat menarik. Banyak pihak coba dilibatkan untuk

lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang menjalin kerjasama mewujudkan keberdayaan.

tidak mampu untuk melepaskan diri dari Namun program ini akan menjadi sia-sia kalau

perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. masing-masing pihak tidak berada dalam

Dengan perkataan lain memberdayakan adalah kapasitas yang setara. Dominasi akan membuat

memampukan dan memandirikan masyarakat. kerjasama menjadi timpang, konsensus tidak

Dalam kerangka pikiran itu, upaya terwujud dalam keadilan, dan kenyataannya

memberdayakan masyarakat dapat dilihat dari sangat sulit mendorong bentuk kemitraan yang

tiga sisi, yaitu:

sejajar dalam posisi dan kerjasama. Pertama , menciptakan suasana atau iklim Ketujuh, isu globalisasi, menghadapkan

yang memungkinkan potensi masyarakat negara tentang pentingnya pasar dan upaya-

berkembang (enabling). Disini titik tolaknya upaya untuk menyusutkan peran negara.

adalah pengenalan bahwa setiap manusia, Padahal. Ketidakberdayaan masyarakat justru

setiap masyarakat, memiliki potensi yang dapat seringkali diakibatkan oleh pembangunan

dikembangkan. Artinya, tidak ada masyarakat yang berorientasi pada pasar. Kondisi ini akan

yang sama sekali tanpa daya, karena kalau melahirkan ketidakberdayaan baru dimana

demikian akan sudah punah. Pemberdayaan negara hanya akan menjadi penonton saja. Kritik

adalah upaya untuk membangun daya itu Pierra Bourdie atas paham ini menyebutkan

dengan mendorong memotivasikan dan bahwa dunia akan berada dalam kondisi

membangkitkan kesadaran akan potensi yang sebagaimana teori Darwin tentang seleksi alam

dimilikinya serta berupaya mengembangkan. (the survival of the fittest) dimana yang tidak

Apabila melihat profil Desa Parung Serab, berdaya akan semakin tidak berdaya.

Desa Parung Serab adalah terdiri dari 4 dusun Kedelapan, dalam konteks Indonesia,

yang masing-masing mewadahi beberapa negara kesejahteraan (welfare state) sebenarnya

perdukuhan dengan jumlah penduduk yaitu sudah dirancang lewat pemikiran-pemikiran

7.752 jiwa dari 3.861 jiwa laki-laki dan 3.891 jiwa para pendiri bangsa yang diwujudkan dalam

perempuan, desa Parung Serab ini tersusun Undang-undang Dasar 1945. Dilema yang

dengan 16 RW dan 50 RT. Berikut ini adalah dihadapi bangsa Indonesia adalah karena kita

potensi Desa yang dimiliki di Desa Parung punya konsepnya namun selalu mengingkari

Serab.

untuk mewujudkannya.

1. Industri konveksi baju muslim dan jasa jahit para peternak menjual langsung kepada baju perkantoran skala usaha rumah tangga

pembeli, tidak melalui KUD atau dijual yang telah menembus pasar regional.

dipasar. Bebek umumnya adalah burung Komoditi konveksi desa Parung Serab

akuatik yang sebagian besar berukuran merupakan produk busana muslim yang

lebih kecil dibandingkan angsa dan banyak dibutuhkan oleh masyarakat saat

angsa berleher pendek. Banyak teknik ini. Jenis kebutuhan bahan baku per tahun

pemeliharaan bebek yang perlu dipelajari adalah 800 meter kain, benang, kancing

oleh peternak. Di dalam perawatannya dan resleting. Mesin yang digunakan untuk

diberi vaksin dan pengobatan tradisonal. berproduksi adalah mesin jahit, mesin

Selain itu, kandang juga harus disemprot obras, gunting dan jarum. Pemasaran

atau dibersihan beberapa bulan sekali. konveksi dilakukan di Pasar Soreang dan

Peternakan Ayam adalah peternakan ter- untuk baju perkantoran dipasarkan di

besar di desa Parung Serab yaitu sebanyak lingkungan SKPD Kabupaten Bandung.

2828 ekor dengan 119 orang peternak.

2. Memiliki potensi pertanian yang cukup Ayam adalah unggas yang biasa dipelihara berkembang, dengan system 3 kali panen

orang untuk dimanfaatkan untuk setiap tahunnya dengan luas 123,89 Ha,

keperluan hidup pemeliharanya. Ayam

2 kali panen untuk komoditas padi dan tersebut juga diberi vaksin agar tidak satu kali panen untuk komoditas sayur-

terserang penyakit dan pertumbuhannya sayuran. Pertanian di desa ini memiliki

juga stabil. Harganya di jual perkilogram lahan 123 hektar yang dibagi 2 pengairan

dengan harga 1 kilogram minimal Rp. yaitu Pengairan Teknis dan Pengairan

18.000 sampai Rp. 23.000 karena harganya Non Teknis. Komoditas yang terdapat

belum stabil.

adalah padi dan sayuran. Tenaga kerjanya

4. Desa Parung Serab memiliki potensi produk mencapai 367 orang petani. Pertanian

makanan olahan yang berbahan dasar dari di Parung Serab tergantung pada

singkong, seperti kicimpring, aliagrem, musimnya. Dari tahap awal sampai akhir

kerupuk aci. Pemasaran makanan olahan padi membutuhkan waktu 4 bulan yaitu

ini sudah mencapai Garut, Kota Bandung penyemaian, pengolahan tanah seperti

dan Cimahi, sedangkan untuk kerupuk aci di bajak dengan kerbau terlebih dahulu

sudah dipasarkan sampai ke Cianjur. setelah itu diratakan kemudian ditanam,

5. Tersedianya fasilitas olah raga yang diberi pupuk agar padi subur, penyiangan

melayani skala lingkungan Desa Parung (membuang

antisipasi hama seperti penyemprotan

6. Tersedianya Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan tahap terakhir panen. Ada pula jasa yang cukup luas untuk konservasi. pertanian yaitu kegiatan usaha penyediaan

jasa penunjang produksi pertanian pasca

7. Kebutuhan listrik baik untuk kebutuhan panen seperti pengelolaan bibit tanaman

domestik (rumah tangga) maupun untuk pengembangbiakan, pembibitan

kebutuhan industri telah terpenuhi PLN. tanaman, penyewaan traktor, jasa

8. Tersedianya fasilitas peribadatan sekelas penggilingan padi dan sebagainya.

mesjid Jami yang lengkap dan mampu

3. Memiliki potensi peternakan, Kambing menjangkau pelayanan seluruh masyarakat

19 ekor, Domba 64 ekor, Ayam 2828 Desa Parung Serab. Tempat peribadatan ekor, Bebek 1642, dan Kelinci 207 ekor.

adalah bangunan/ruangan yang lokasiya Peternakan Kambing merupakan jenis

tetap dan peruntukannya khusus untuk peternakan yang mulai dikembangkan

ibadah oleh masyarakat umum sesuai di Desa Parung Serab. Jumlahnya saat

agama yang dianut tanpa memandang ini baru 19 ekor dengan jumlah pemilik

status kepemilikan bangunan. Termasuk sebanyak 4 orang. Kambing merupakan

bangunan /ruangan yang lokasinya tetap binatang memamah biak yang berukuran

dan fungsinya dikhususkan untuk ibadah sedang. Makanan kambing adalah rumput.

di fasilitas umum. Ada sebanyak 20 Mesjid Setiap 1,5 tahun bisa melahirkan 2 atau 3

Jami, dan 8 buah Mushola di Desa Parung anak sekaligus. Peternakan Bebek sampai

Serab.

tahun 2015 terdapat 1642 ekor dengan 6

9. Pelayanan pendidikan di Desa Parung orang peternak. Untuk pemasarannya,

Serab yang sudah memeadai, didukung Serab yang sudah memeadai, didukung

tersebut hanya beberapa tokoh masyarakat yang hadir, sehingga tidak langsung tersampaikan

Tabel 1 Daftar Sarana Pendidikan

kepada masyarakat seperti yang dikatakan oleh

Desa Parung Serab

Kepala Desa pada wawancara berikut “Kami

No Sarana Pendidikan

Keterangan

perangkat desa selalu menginformasikan

1. Taman Kanak-Kanak (TK) 5 unit

potensi dan peluang, tetapi antusias masyarakat

134 orang murid

bermacam-macam, sebagian ada yang pro aktif

16 orang pengajar

tapi kebanyakan tidak pro aktif”. (wawancara,

96 orang murid 12 orang pengajar

Upaya untuk membangun potensi

3. Madrasah Diniyah

9 unit

dengan mendorong, memotivasikan dan mem-

765 orang murid

bangkitkan kesadaran akan potensi dirasa masih

56 orang pengajar

sulit saat ini karena mayoritas masyarakat desa

4. Sekolah Dasar Negeri

3 unit

parung serab sedang mengalami peralihan.

1068 orang murid

Semenjak tahun 2015 banyak lahan desa

49 orang pengajar

parung serab yang beralih fungsi menjadi lahan

5. Madrasah Tsanawiyah

1 unit

(MTs) Swasta

150 orang murid

pembangunan seperti adanya akses Tol yang

15 orang pengajar

dan akses jalak harupat yang sebagian besar

Sumber: Profil Desa Parung Serab 2015

mengambil lahan dari desa parung serab ini,

10. Aktivitas masyarakat didukung oleh sedikit banyak hal ini cukup merubah pola pikir masyarakat desa, yang dahulu berpikir

jaringan jalan dalam kondisi baik, meliputi tradisional saat ini mulai berubah menjadi pola jalan kolektor, jalan lingkungan, dan jalan pikir modern. Mata pencaharian yang tadinya setapak. pertanian mulai beralih karena lahan pertanian

11. Terdapat akses jalan menuju Tol Seroja sudah berkurang akibat adanya pembangunan, dan akses jalan menuju Stadion Jalak

bahkan untuk tahun 2015 sudah 3 musim mata Harupat yang mengungkan untuk sektor

pencaharian bidang pertanian yang berkurang. perdagangan.

Adanya perubahan pola pikir, kehidupan sosial

12. Industri Meubel kusen pintu dan kusen di masyarakat desa parung serab tetapi tidak jendela yang sudah dipasarkan ke tingkat

diimbangi kesiapan mental, keterampilan regional.

masyarakat yang pada akhirnya menurunkan

13. Desa Parung Serab memiliki potensi minat masyarakat terhadap potensi desa parung Kesenian dengan 10 buah sanggar seni dan

serab.

143 orang seniman. Dengan melakukan upaya-upaya pem-

14. Jasa Pertukangan sebanyak 212 orang. berdayaan informasi, masyarakat dapat memahami secara umum kondisi, masalah dan

Desa parung serab memiliki beberapa potensi Desa Parung Serab, masyarakat dapat potensi yang diunggulkan diantaranya pertanian

memahami kegiatan pemberdayaan masyarakat yang saat ini masih menjadi potensi dominan

melalui informasi yang dilaksanakan di wilayah di desa parung serab. Apabila musim berganti

Desa Parung Serab, dan masyarakat dapat pertanian bergeser menjadi palawija. Dari data

berpartisipasi dalam rangka pelaksanaan pem- yang diperoleh masyarakat parung serab ada

sekitar 53% yang bergerak di bidang pertanian. berdayaan masyarakat melalui program yang berkaitan dengan potensi desa.

Selain pertanian potensi lain adalah home Kedua, memperkuat potensi atau daya industry yaitu konveksi, meubeul/kerajinan

yang dimiliki oleh masyarakat (empowering). kayu, dan beberapa berkembang di makanan

Dalam rangka ini diperlukan langkah-langkah olahan. Upaya yang dilakukan oleh pemerintah

lebih positif, selain dari hanya menciptakan desa Parung serab untuk mengembangkan

iklim dan suasana. Perkuatan ini meliputi potensi desa adalah dengan melakukan

langkah-langkah nyata, dan menyangkut pengarahan kepada masyarakat desa pada saat

penyediaan berbagai masukan (input), serta kegiatan-kegiatan pertemuan seperti pada saat

pembukaan akses ke dalam berbagai peluang rapat atau kegiatan keagaamaan. Kepala desa

(opportunities) yang akan membuat masyarakat selalu memberikan informasi mengenai potensi

menjadi semakin berdaya. Dalam rangka dan peluang-peluang kepada masyarakat.

pemberdayaan ini, upaya yang amat pokok

adalah sumber-sumber kemajuan ekonomi seperti modal, teknologi, informasi, lapangan kerja dan pasar. Masukan berupa pemberdayaan ini menyangkut pembangunan sarana dan prasarana baik fisik, seperti irigasi, jalan, listrik, amupun sosial seperti sekolah dan fasilitas pelayanan kesehatan, yang dapat dijangkau oleh masyarakat pada lapisan paling bawah untuk selanjutnya hasil-hasil tersebut dapat menjadi sumber informasi untuk dibagikan kepada masyarakat luas. Untuk itu perlu ada program-program umum yang berlaku untuk semua, tidak selalu dapat menyentuh lapisan masyarakat ini. Pemberdayaan bukan hanya meliputi penguatan individu anggota masyarakat, tetapi juga pranata-pranatanya. Pemberdayaan harus menanamkan nilai-nilai budaya modern seperti kerja keras, hemat, keterbukaan dan kebertanggungjawaban adalah bagian pokok dari upaya pemberdayaan ini. Demikian pula pembaharuan institusi- institusi sosial dan pengintegrasiannya ke dalam kegiatan pembangunan serta peranan masyarakat di dalamnya. Yang penting di sini adalah peningkatan partisipasi rakyat dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut diri dan masyarakatnya. Oleh karena itu, pemberdayaan masyarakat amat erat kaitannya dengan pemantapan, pembudayaan dan pengamalan demokrasi.

Friedman (1992) menyatakan: He empowerment approach, which is

fundamental to an alternative development, places the emphasis an autonomy is the decision-marking of territorially organized communitie, local selfreliance (but not autarchy),direct (participatory) democracy, and experiental social learning”.

Pemberdayaan masyarakat desa didukung pula oleh Adanya sumber kemajuan ekonomi modal, teknologi informasi, sarana prasarana, kerja keras dan gotong rotong serta, partisipasi dalam pengambilan keputusan. Sumber ekonomi modal merupakan salah salah satu faktor penentu keberhasilan pengembangan potensi desa. Untuk ekonomi masyarakat desa parung serab sudah didukung oleh dana desa baik yang berasal dari Pemerintah pusat, Provinsi maupun Kabupaten. Hanya saja pemerintah desa mengalami kendala dalam proses administratif dan pertanggungjawab pengelolaan keuangan sehingga yang dibutuhkan oleh Desa sebenarnya adalah bukan hanya dana materi saja, tetapi dukungan pembinaan, pelatihan baik kepada aparatur desa yang mengelola anggaran juga kepada

masyarakat agar lebih aktif dalam proses pembangunan. Kendala lain yang dialami oleh Desa Parung Serab kaitan dengan modal adalah desa parung serab ini tidak memiliki “Carik Desa” seperti desa-desa lain di Kabupaten Bandung, sementara banyak sekali kebutuhan desa yang sifatnya non budgeter.