BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Budaya Perusahaan (Corporate Culture)Terhadap Kinerja Karyawan

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Banyak perusahaan yang gulung tikar akibat dari kinerja karyawan yang buruk. Tidak tercapainya kinerja perusahaan ditambah dengan manajemen perusahaan yang buruk akibat dari pengolahan sumber daya manusia yang buruk. Pembagian tugas karyawan diatur dan disusun oleh manajemen sumber daya manusia yang kemudian berdampak pada kinerja karyawan. Kinerja karyawan dibentuk akibat adanya peran budaya perusahaan yang menjadi salah satu aturan tidak tertulis dalam tingkah pola karyawan baik dalam interaksi perorangan ataupun tim kerja. Suatu perusahaan atau organisasi harus mampu memelihara produktifitas bisnis dalam jangka panjang. Untuk dapat menjaga produktifitas, perusahaan sebaiknya memiliki visi, misi dan tujuan perusahaan.

  Budaya menjadi salah satu faktor pendorong yang membedakan hasil kinerja dari suatu perusahaan. Salah satu contoh perbedaan tersebut adalah perusahaan Jepang dan Amerika dalam memaksimalkan kinerja. Hasil penelitian terhadap perusahaan Jepang dan Amerika tersebut terungkap bahwa perusahaan Jepang juga menerapkan prinsip yang sama seperti yang diterapkan oleh perusahaan Amerika bahkan perusahaan Jepang cenderung mengadopsi sistem yang dianut oleh perusahaan Amerika.

  Hal yang menjadi pembeda antara perusahaan Amerika dengan perusahaan Jepang terletak pada budaya yang dianut perusahaan tersebut.

  Perusahaan Jepang tumbuh dan berkembag dengan kebudayaan yang berbeda dengan perusahaan Amerika. Selain mengadopsi sistem perusahaan Amerika hal yang menjadi pendorong berkembangnya kinerja perusahaan Jepang karena perusahaan tersebut juga tidak meninggalkan nilai nilai budaya masyarakatnya.

  Kemudian nilai budaya tersebut diadopsi dan menjadi budaya perusahaan.

  Banyak kasus yang terjadi akibat adanya perbedaan budaya ataupun karena disebabkan adaptasi oleh karyawan baru. Salah satu contoh kasusnya terjadi pada sebuah perusahaan outsourcing PT. Ruyung Karya Mandiri. Banyak masalah yang terjadi berhubungan dengan kepegawaian, yaitu banyak pegawai yang pindah kerja dan masalah dengan mempekerjakan karywan baru. Karyawan baru harus memulai segala sesuatu dari awal sehingga menjadi masalah besar ketika ada permintaan tenaga kerja. Selanjtunya permasalahn gaji yang terlalu rendah dan konflik yang terjadi dengan staf asing akbiat adanya perbedaan budaya

  

Setiap perbedaan budaya masyarakat pasti berakibat pada

  perbedaan budaya pada perusahaan. Perusahaan akan cenderung mengikut kebudayaan dimana perusahaan itu dibangun.

  Budaya organisasi sangat diperlukan oleh perusahaan agar dapat bertahan dan bersaing dengan perusahaan lain. Budaya menjadi suatu identitas perusahaan dan menjaadi standar acuan dalam sistem manajemen. Budaya yang tercipta di dalam perusahaan harus di dukung oleh kemampuan profesional, sehingga perusahaan dapat berjalan secara produktif dan dapat bersaing dengan kompetitornya. Budaya organisasi dapat mencegah timbulnya berbagai permasalahan dalam perusahaan. Baik permasalahan manajemen, keuangan, administarasi sampai kebijakan perusahaan dipengaruhi oleh budaya organisasi.

  Seperti kasus yang terjadi pada perusahaan The One Adventure. Perusahaan ini terbentuk dari sekelompok pecinta alam yang membentuk bisnis bersama. Kelompok ini berasal dari berbagai pecinta aktivitas outdoor yang berbeda-beda. Dari persamaan hobi ini lah kemudian mereka bekerja sama membentuk suatu perusahaan penyedia peralatan aktivitas outdoor, seperti panjat tebing, arung jeram, bersepeda, paintball hingga outdoor training manajamen. Perusahaan ini memiliki banyak pelanggan, mulai dari perorangan sampai corporate.

  Seiring berjalannya waktu semakin banyak bermunculan perusahaan sejenis yang lebih baik dan memiliki inovasi serta pengolahan manajemen yang profesional membuat perusahaan The One Adventure mulai redup. Hal ini terjadi karena perusahaan The One Adventure ini tidak dikelola oleh tenaga profesional yang tidak memiliki pengalaman. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pendiri perusahaan memepekerjakan tenaga profesional untuk mengelola perusahaan mereka. Namun General manager yang ditunjuk ini kesulitan dalam mengolah perusahaan ini, mulai dari tidak jelasnya sistem adminstrasi, keuangan, oprasional serta berbagai sistem lainnya.

  Ada hal yang sangat sulit dirubah oleh General Manager, yaitu kultur perusahaan yang lebih mirip sebagai organisasi pecinta alam daripada sebuah perusahaan profesional. Bahkan seolah olah, mereka menganggap kantor lebih sebagai suatu sekertariat pecinta alam dibanding dengan kantor, tak heran jika suasana kantor itu juga seperti suasana pecinta alam, banyak yang mendengarkan musik, bermain gitar, atau tidur-tiduran saat jam kantor. Tidak hanya itu saja, setiap General Manager ingin melakukan perubahan dengan memecat pegawai yang tidak produktif selalu ditentang oleh pendiri perusahaan. Bahkan General Manager kesulitan membuat kebijakan yang berimpilkasi terhadap perubahan kultur perusahaan. Hal ini disebabkan karena pendiri perusahaan tidak siap untuk meninggalkan kultur pecinta alam menjadi kultur perusahaan profsional

  

  Berdasarkan beberapa kasus diatas dapat terlihat bahwa budaya perusahaan memiliki peran yang penting dalam menjaga produktivitas dan kinerja karyawan. Bahkan budaya perusahaan mencerminkan bagaimana suatu perusahaan itu dapat bertahan dalam mengahadapi persaingan. Seperti yag terlihat pada kasus The One Adventure, budaya yang terbentuk merupakan budaya perkumpulan oarang yang memiliki hobi yang sama sehingga kinerja dari karyawan dan pengelolaan sistem manajemen tidak berjalan sedara profesional. Pemilihan visi dan misi perusahaan akan berpengaruh pada pembentukan budaya perusahaan, tidak hanya itu salah satu faktor pembentukan budaya perusahaan adalah sifat kepemimpinan pendiri perusahaan dalam menetapkan tujuan perusahaan.

  Dari beberapa kasus yang terjadi yang berhubungan dengan budaya perusahaan, PT. Bank Sumut Syariah Cabang Medan telah menjalankan budaya perusahaannya dengan baik. Sejak berdirinya Bank Sumut Syariah Cabang Medan ini pada tahun 2004, budaya yang dimiliki adalah budaya perusahaan Bank Sumut konvensional. Tidak ada perubahan atau perbedaan antara budaya perusahaan Bank Sumut Syariah dengan Bank Sumut konvensional. Hal ini juga tidak jauh berbeda dengan visi misi Bank Sumut Syariah. Perbedaannya hanya terletak pada produk dan jasa yang ditawarkan. Produk Bank Sumut Syariah berupa tabungan haji, tabungan wadiah dan mudharabah, giro wadiah dan deposito mudharabah.

  Penetapan bagi hasil yang dilakukan di Bank Sumut Syariah juga ditetapkan sesuai syariat atau fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI).

  Namun walaupun begitu tidak menutup kenyataan bahwa Bank Sumut telah berhasil menjadi BUMD terbaik di Sumatera Utara. Keberhasilan itu tidak terlepas dari peran kinerja karyawan dan pengelolaan manajemen yang baik.. Namun penelitian ini dilakukan pada Bank Sumut Syariah Cabang Medan. Bank Sumut Syariah merupakan anak cabang Bank Sumut konvensional dan mengadopsi budaya perusahaan yang sama. Visi Misi Bank Sumut Syariah juga merupakan visi misi Bank Sumut konvensional.

  Budaya perusahaan Bank Sumut teranngkum dalam budaya kerja yang dikembangkan selaras dengan Visi Bank Sumut dan tuntutan perkembangan dunia perbankan saat ini. Budaya Kerja ini terangkum dalam tiga poin, yaitu: a.

  Budaya Pelayanan Bank Sumut menyadari bahwa bisnis perbankan sarat akan bisnis jasa, sehingga pelayanan adalah ujung tombak dari bisnis. Mengusung motto

  “Memberikan Pelayanan Terbaik”, Bank Sumut menjadikan pelayanan yang tulus dari hati sebagai jiwa dari setiap insan Bank.

  b.

  Budaya Pemasaran Pertumbuhan bisnis tidak hanya tergantung dari pelayanan, namun juga bagaimana Bank dapat memasarkan produk-produknya dengan baik. Untuk itu,

  Bank menjadikan jiwa pemasar sebagai salah satu Budaya. Bank Sumut menekankan bagaimana setiap insan Bank dapat menguasai product knowledge dan memiliki keyakinan yang tinggi akan produk Bank Sumut.

  Budaya Risiko c. Bisnis perbankan adalah bisnis kepercayaan dan menyangkut kepentingan dari berbagai pihak, sehingga tindakan atau keputusan apapun yang dilakukan oleh insan Bank harus mengacu pada pemikiran tersebut, agar terhindar dari hal- hal yang dapat merugikan nasabah, stakeholder, dan Bank sendiri. Hal ini yang mendorong Bank Sumut menjadikan Risk Awareness sebagai salah satu Budaya Kerja, dimana setiap insan Bank dituntut untuk mengusung prinsip compliance, dan menjunjung integritas dalam bekerja (Bank Sumut.com).

  Dalam pengamatan yang peneliti lakukan pada Bank Sumut Syariah untuk sejauh ini tidak memiliki kendala yang berarti pada kinerja karyawan. Hubungan yang terjalin antar anggota sangat baik sehingga tercipta suasana yang aman dan kondusif. Kinerja karyawan juga sangat baik dan pembagian tugas yang sesuai.

  Dengan melihat beberapa contoh kasus diatas dan membandingkannya dengan budaya perusahaan Bank Sumut syariah, maka penelitian ini ditujukan untuk melihat apakah budaya perusahaan Bank Sumut Syariah cabang medan ini memiliki pengaruh terhadap kinerja karyawan.

  Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Semedi (2009) yang berjudul

  

Pengaruh Budaya Perusahaan Terhadap Kinerja pada Perusahaan Jasa

Konsultasi. Hasil penenlitian menunjukkan bahwa variabel budaya perusahaan

  variabel etos kerja profesional berada pada kategori tinggi, terdapat pengaruh signifikan budaya terhadap etos kerja profesional dan semakin tinggi budaya peruashaan maka semakin tinggi etos kerja profesional.

  Penelitian yang dilakukan oleh Kusumastuti (1995) Pascasarjana Ilmu sosial dan Politik Spesialisasi Ilmu Administrasi Universitas Indonesia tentang budaya organisasi di Hotel Ever Green disebutkan bahwa proses pembentukan budaya organisasi dilakukan oleh pemiliki hotel sekaligus pendirinya sejak tahun 1973. Proses pembentukan dilakukan secara berangsur-angsur dengan berupaya menanamkan, munumbuhkan, dan mengembangkannya melalui gaya kepemimpinan. Situasi kepemimpinan dan iklim kerja berdasarkan prinsip, “sama rasa, sama kuasa, dan sama rata” Dalam budaya organisasi, prinsip ini merupakan semboyan yang bisa merupakan nilai-nilai buadaya organisasi.

  Anugrah (2010) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Budaya

  

Perusahaan Terhada Kinerja Karyawan (studi korelasi di PT.Krakatau Industrial

Estate Cilegon) . Penenlitian ini menggunaan metode kuantitatif dengan jumlah

  responden sebanyak 84 orang. Berdasarkan hasil kesimpulan penenlitian tersebut diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,889 dimana angka korelasi tersebut masuk kedalam kategori hubungan yang sangat kuat, positif, dan signifikan antara budaya perusahaan dengan kinerja karyawan.

  Pradana (2012) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Budaya

  

Kerja terhadap Kinerja Karyawan di Koperasi Karyawan Redrying Bojonegoro

(Kareb). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan

  jumlah responden sebanyak 31 orang. Berdasarkan penelitian yang dilakukan diketahui bahwa Budaya kerja mempengaruhi kinerja karyawan terlihat dengan kedesiplinan sebagai faktor yang paling dominan dalam meningkatkan kinerja karyawan.

  Delamat (2002) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Budaya

  

Perusahaan Terhadap Kinerja Karyawan Bank Sumsel . Persainga dunia semakin

  ketat diera otonomi daerah dan globalisasi. Untuk mengantisipasi persaingan PT.Bank Sumsel berusaha menumbuhkan budaya perusahaan dalam upaya meningkatkan kinerja perusahaan. Penelitian ini melibatkan 100 orang sampel.

  Hasil penelitian diolah dengan menggunakan metode SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 9.0. Pada tingkat menejemen puncak, angka korelasi sebesar 0,274 dan koefisien regresi sangat lemah yaitu sebesar 0,0549. Budaya perusahaan pada tingkat manajemen menengah berkorelasi sangat erat dengan kinerja, dimana angka korelasi sebesar 0,837 dan angka regresi sebesar 0,347.

  Pada tingkat manajer bawah, hubungan budaya perusahaan dengan kinerja berkorelasi lemah dengan angka resresi 0,159. Karywan perusahaan telah memahami budaya perusahaan. Namun korelasi antar budaya perusahaan dengan kinerja sangat lemah, dimana angka korelasi sebesar 0,364 dan koefisien regresi sebesar 0,234. Secara keseluruhan budaya perusahaan masih berhubungan lemah terhadap kinerja, dimana angka koerelasi sebesar 0,385 dan koefisien regresi sebesar 0,227.

  Berdasarkan latar belakang, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Budaya Organisasi (Corporate Culture)

  Terhadap Kinerja karyawan Bank Sumut Syariah Cabang Medan”.

  1.2 Rumusan Masalah

  Setiap penelitian lazimnya memiliki permasalahan yang akan dibahas di dalam penelitiannya. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka permasalahan yang akan diteliti adalah

  “Adakah pengaruh yang signifikan antara budaya perusahaan terhadap kinerja karyawan”.

  1.3 Tujuan Penelitian

  Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk melihat apakah budaya perusahaan mempengaruhi Kinerja

  Karyawan PT. Bank SUMUT Syariah Cabang Medan

1.4 Manfaat Penelitian

  Manfaat penelitian yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :

1.4.1 Manfaat Teoritis

  Bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dapat memperkaya bahan referensi penelitian di bidang Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Terkhusus bagi Program Studi Ilmu Administrasti Bisnis dapat menjadi acuan atau bahan pertimbangan bagi mahasiswa dalam melakukan penelitian.

1.4.2. Manfaat Praktis 1.

  Bagi penulis berguna sebagai suatu sarana untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berfikir ilmiah, sistematis dan metodologis serta memiliki kemampuan dalam menganalisis setiap gejala dan permasalahan yang ada di lapangan.

  2. Bagi Perusahaan, penelitian ini diharapkan sebagai bahan pertimbangan dan informasi dalam mengelola kinerja perusahaan berdasarkan budaya perusahaan yang dimiliki dan melihat efektivitas kinerja karyawan berdasarkan budaya perusahaan.

  3. Secara umum dapat menjadi Model dan gambaran dalam melihat pengaruh antara budaya perusahaan terhadap kinerja karyawan di perusahaan.