BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Evaluasi Pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) di Desa Tetehosi Kecamatan Idanogawo Kabupaten Nias

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

1.1 Kemiskinan dan pengangguran menjadi masalah terpenting saat ini di Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia.

  Masalah kemiskinan ini sangatlah kompleks dan bersifat multidimensional, dimana berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya. Kemiskinan terus menjadi masalah fenomenal dibelahan dunia, khususnya Indonesia yang merupakan Negara berkembang. Kemiskinan telah membuat jutaan anak tidak bisa mengenyam pendidikan, kesulitan membiayai kesehatan, kurangnya tabungan & investasi, dan masalah lainnya yang menjurus ke arah tindakan kekerasan dan kejahatan. Kemiskinan mempunyai berbagai wujud, termasuk kurangnya pendapatan dan sumber daya produktif yang memadai untuk menjamin kelangsungan hidup; kelaparan, dan kekurangan gizi; kesehatan yang buruk; keterbatasan akses pendidikan dan pelayanan dasar lainnya; peningkatan kematian akibat penyakit; tunawisma dan perumahan yang tidak memadai; lingkungan yang tidak aman; dan diskriminasi sosial dan pengucilan. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menambahkan kemiskinan dicirikan oleh kurangnya partisipasi dalam pengambilan keputusan dan dalam kehidupan sipil, sosial, dan budaya seperti pengangguran, tindakan kriminalitas, kelaparan, kematian, dan lain-lain (Barrientos, 2010.

  www.bappenas.go.id).

  Kemiskinan yang terjadi dalam suatu negara memang perlu dilihat sebagai suatu masalah yang sangat serius, karena saat ini kemiskinan membuat banyak masyarakat indonesia mengalami kesusahan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Persoalan kemiskinan ini lebih dipicu karena masih banyaknya masyarakat yang mengalami pengangguran dalam hal bekerja. Pengangguran yang dialami sebagian masyarakat inilah yang membuat sulitnya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga angka kemiskinan selalu ada di Negara Indonesia maupun diseluruh Dunia.

  Angka statistik selalu memberikan informasi bahwa masih banyaknya jumlah penduduk miskin. Jumlah penduduk miskin di Indonesia yang di kategorikan supermiskin oleh World Bank pada tahun 2007 mencapai 39 juta orang atau 17,75 persen dari total populasi. Badan pusat statistik (BPS) mencatat, bahwa pada tahun 2007 jumlah orang miskin di Indonesia mencapai 37,17 juta dari seluruh penduduk Indonesia. Dan pada tahun 2008 jumlah orang miskin mencapai 34,96 juta atau 15 persen dari total penduduk Indonesia, pada tahun 2009 jumlah orang miskin mencapai 32,53 juta jiwa atau 14,15 persen dari total jumlah penduduk Indonesia. Pada tahun 2010 jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 31,02 juta jiwa atau 13,33 persen dari total seluruh penduduk Indonesia. Pada tahun 2011 BPS menghitung, jumlah penduduk miskin di Indonesia pada tahun 2011 sebanyak 30,02 juta orang atau 12,49 persen dari total seluruh penduduk di Indonesia. Jumlah ini mengalami penurunan 1 juta orang atau 3,2% dibandingkan dengan penduduk miskin pada tahun lalu yang mencapai 31,02 juta orang. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada tahun 2012 mencapai 29,13 juta orang (11,96 persen), berkurang 0,89 juta orang (0,53 persen) dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2011 yang sebesar 30,02 juta orang atau 12,49 persen dari jumlah penduduk di Indonesia. Pada tahun 2013 kemarin BPS mengumumkan bahwa jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 28,07 juta orang atau 11,66 persen dari jumlah keseluruhan masyarakat di Indonesia. Meski menunjukkan angka penurunan, bukan berarti upaya pengentasan kemiskinan yang dilakukan pemerintah saat ini sudah berhasil secara maksimal karena angka kemiskinan sering bergerak secara fluktuatif dari tahun ke tahun (http://myaminpancasetia.wordpress.com tanggal 17 maret 2014).

   diakses pada

  Dalam buku karangan Remi dan Tjiptoherijanto (2002) yang berjudul Kemiskinan dan Ketidakmerataan di Indonesia disebutkan bahwa penyebab utama kemiskinan suatu rumah tangga adalah rendahnya pendapatan yang mereka terima, sedangkan karakteristik penduduk miskin tersebut antara lain adalah memiliki rata- rata jumlah tanggungan yang banyak. Jumlah anggota rumah tangga adalah indikasi yang dominan dalam menentukan miskin atau ketidakmiskinannya rumah tangga. Tingkat pendidikan juga jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan rumah tangga bukan miskin.

  Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan intervensi semua pihak secara bersama dan terkoordinasi. Namun penanganannya selama ini cenderung parsial dan tidak berkelanjutan. Peran dunia usaha dan masyarakat pada umumnya juga belum optimal. Kerelawan sosial dalam kehidupan masyarakat yang dapat menjadi sumber penting pemberdayaan dan pemecahan akar permasalahan kemiskinan juga mulai luntur. Untuk itu diperlukannya perubahan yang bersifat sistemik dan menyeluruh dalam upaya penanggulangan kemiskinan

  (http://www.pnpm-mandiri.or.id,kemiskinan-di-indonesia-html diakses pada tanggal 13 maret 2014 ).

  Program-program pengentasan kemiskinan sudah banyak dilakukan di berbagai negara. Di Negara Indonesia sendiri sudah banyak program-program penanggulangan kemiskinan dilaksanakan, seperti Inpres desa tertinggal, pemberian BLT, raskin, kompensasi BBM dalam pengembangan desa tertinggal, perbaikan kampung, gerakan terpadu pengentasan kemiskinan dan pada tahun 2007 pemerintah memulai melaksanakan Program Keluarga Harapan (PKH) sebagai salah satu program pengentasan kemiskinan. Akan tetapi, hingga saat ini bangsa Indonesia belum juga benar-benar terlepas dari kemiskinan sejak krisis berkepanjangan. Kemiskinan merupakan bagaikan mimpi di surga, karena kemiskinan tidak dapat dihilangkan namun hanya dapat dikurangi.

  Peran dunia usaha dan masyarakat pada umumnya juga belum optimal. Kerelawanan sosial dalam kehidupan masyarakat yang dapat menjadi sumber penting dari pemberdayaan dan pemecahan akar permasalahan kemiskinan juga mulai luntur.

  Masalah kesejahteraan sosial tidak bisa ditangani oleh sepihak dan tanpa terorganisir secara jelas kondisi sosial yang dialami masyarakat. Perubahn sosial yang secara dinamis menyebabkan penanganan masalah sosial ini harus direncanakan dengan matang dan berkesinambungan. Karena masalah sosial akan selalu ada dan muncul selama pemerintahan masih berjalan dan kehidupan manusia masih ada.

  Kesejahteraan sosial mencakup penyediaan pertolongan dan proses-proses yang secara langsung berkenaan dengan penyembuhan dan pencegahan masalah- masalah sosial, pengembangan sumber daya manusia, dan perbaikan kualitas hidup ini meliputi pelayanan-pelayanan sosial bagi individu-individu dan keluarga-keluarga juga usaha-usaha untuk memperkuat atau memperbaiki lembaga-lembaga.

  Kesejahteraan sosial sebagai suatu kondisi yang dapat dari rumusan Undang- Undang No.11 Tahun 2009 tentang ketentuan-ketentuan pokok Kesejahteraan Sosial, Perlindungan dan Kesejahteraan Sosial merupakan hal-hal yang berkaitan dengan keterlantaran baik anak maupun lanjut usia, kecacatan, ketunasusilaan, bencana alam, dan bencana sosial.

  Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas merupakan motor penggerak kemajuan pembangunan bangsa. Persaingan global semakin ketat, oleh sebab itu dibutuhkan SDM yang berkualitas untuk membangun bangsa agar bisa bersaing dengan negara lain baik dalam sektor ekonomi, sosial, politik maupun pertahanan dan keamanan. SDM Indonesia boleh dikatakan masih tertinggal dengan negara lainn, hal ini dikarenakan tingkat pendidikan dan kesehatan di Indonesia yang masih rendah. Oleh karena itu, peningkatan pembangunan kesehatan dan pendidikan sangatlah penting untuk mendorong pembentukan SDM Indonesia yang berkualitas.

  Peningkatan kualitas pendidikan dan kesehatan seharusnya menempati posisi penting dalam setiap rancangan pembangunan nasional.

  Peningkatan kualitas pendidikan dan kesehatan perlu diupayakan melalui peningkatan kualitas dan akses terhadap layanan pendidikan dan kesehatan diseluruh pelosok Indonesia. Saat ini permasalahan yang dihadapi terkait pendidikan di Indonesia diantaranya belum meratanya kesempatan memperoleh pendidikan, belum meratanya jumlah guru dan tenaga pengajar, masih terbatasnya kualitas sarana dan prasarana pendidikan dan belum terwujudnya pembiayaan pendidikan yang adil bagi masyarakat. Sementara itu permasalahan yang dihadapi terkait kesehatan di Indonesia diantaranya masih rendahnya akses masyarakat terhadap fasilitas pelayanan kesehatan yang berkualitas, belum optimalnya upaya pengendalian penyakit di beberapa daerah, masih rendahnya profesionalisme dan pendayagunaan tenaga kesehatan yang merata ke pelosok nusantara serta masih terbatasnya pembiayaan kesehatan untuk memberikan jaminan perlindungan kesehatan bagi seluruh masyarakat. (http://edukasi.kompasiana.com/2013/01/27/perbaikan-kualitas-

  

pendidikan-kesehatan -yang-lebih-baik-untuk-indonesia-523353.html di akses pada

tanggal 20 mei 2014 pukul 12.30 WIB).

  Jumlah sumber daya manusia di Indonesia memang melimpah. Namun tidak diimbangi dengan sumber daya manusia yang berkualitas. Masalah ini yang membuat negara Indonesia masih harus bekerja keras untuk mencapai tangga kesuksesan. Sejatinya pendidikan merupakan hak seluruh warga negara.

  Pada kenyataannya, pendidikan yang digadang-gadangkan oleh pemerintah dapat diperoleh oleh seluruh kalangan masyarakat hanya menjadi sebatas mimpi karena permasalahan yang kompleks dalam dunia pendidikan di Indonesia. Banyak anak-anak usia sekolah di Indonesia yang justru harus putus sekolah dan tidak bisa melanjutkan pendidikannya. Jumlah anak putus sekolah dan berpendidikan rendah di Indonesia bisa terbilang relatif tinggi. Berdasarkan laporan dari departemen Pendidikan dan Kebudayaan, setiap menit ada empat anak yang harus putus sekolah.

  Sementara itu, pada tahun 2010 tercatat 1,3 juta anak usia 7-15 tahun di Indonesia terancam putus sekolah. Tingginya angka putus sekolah ini, salah satunya akibat mahalnya biaya pendidikan. Tentu saja kondisi ini sangatlah memprihatinkan, mengingat bahwa seluruh anak di Indonesia harus memperoleh pendidikan dasar minimal 12 tahun (jenjang SD-SMA).

  Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan, Pada tahun 2010 jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 31,02 juta jiwa atau 13,33 persen dari total seluruh penduduk Indonesia. 31,02 juta jiwa penduduk Indonesia ini mengkonsumsi makanan kurang dari kebutuhan sehari-hari, lima juta balita berstatus kurang gizi dan lebih dari 100 juta penduduk beresiko terhadap berbagai masalah gizi buruk.

  Berbagai upaya sudah dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk mencegah bertambahnya jumlah kasus gizi buruk. Jika berpijak pada data Unicef (2006), jumlah balita penderita gizi buruk merupakan kandidat busung lapar di Indonesia sudah mencapai 2,3 juta jiwa. Ini berarti naik sekitar 500.000 jiwa dibandingkan dengan data tahun 2005 sejumlah 1,8 juta jiwa. Jumlah tersebut belum termasuk anak-anak menderita kekurangan gizi mikro, yaitu zat besi, yodium dan vitamin A yang menyebabkan kekeringan selaput ikat mata. Maslah gizi buruk masih dialami oleh anak-anak di berbagai daerah di Indonesia dari tahun ke tahun. Hal ini menjadi potret buruk pemenuhan kebutuhan mendasar bagi masyarakat Indonesia.

  Gizi adalah elemen yang terdapat didalam makanan dan dapat dimanfaatkan secara langsung oleh tubuh seperti halnya karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air. Gizi yang seimbang dibutuhkan oleh tubuh, terlebih pada balita yang masih dalam masa pertumbuhan. Dimasa tumbuh kembang balita yang berlangsung secara cepat dibutuhkan makanan dengan kualitas yang tepat dan seimbang.

  Gizi buruk menjadi perhatian masyarakat ketika media mengangkat kasus- kasus meninggalnya anak-anak dibanyak daerah karena malnutrisi. Pada awal tahun 2008 ini, kasus gizi buruk kembali mengemuka. Media massa merilis angka yang disebutkan sebagai jumlah temuan kasus gizi buruk pada anak dari tahun 2004-2007.

  Itulah sebagian gambaran tingkat kesejahteraan rakyat Indonesia yang perlu mendapat perhatian sungguh-sungguh untuk diatasi. Apalagi Indonesia sudah terikat dengan kesepakatan global untuk mencapai Millennium Development Goals (MDGs) dengan mengurangi jumlah penduduk miskin dan kelaparan serta menurunkan angka kematian balita.

  Pada tahun 2012, Indonesia adalah Negara kekurangan gizi nomor 5 di dunia. Peringkat kelima karena jumlah penduduk Indonesia juga diurutan empat terbesar dunia. Jumlah balita yang kekurangan gizi di Indonesia saat ini sekitar 900 ribu jiwa.

  Jumlah tersebut merupakan 4,5 persen dari jumlah balita di Indonesia, yakni 23 juta jiwa. Daerah yang kekurangan gizi tersebar diseluruh Indonesia, tidak hanya di daerah bagian timur Indonesia (http://jumielvia.wordpress.com/2013/01/25/gizi-

  

buruk-di-negara-kesatuan-republik-indonesia-selamat-hari-gizi-indonesiaku/ diakses

tanggal 21 Mei 2014 Pukul 00.30 WIB).

  Dalam rangka melaksanakan kewajiban negara, Sebagaimana tertuang dalam UUD 1945 pasal 34 ayat 1 yang berbunyi, “fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara”. Dan ayat 2 berbunyi “Negara mengembangkan sistem jaringan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan kurang mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan”, maka Pemerintah Indonesia haruslah memberikan perhatian serius dalam menanggulangi masalah kemiskinan dan perlu membuat suatu kebijakan atau program nasional yang berkaitan dengan pertumbuhan kesejahteraan masyarakat secara adil dan merata dengan tujuan agar masyarakat miskin dapat memenuhi kebutuhan hidupnya menjadi lebih baik.

  Program Keluarga Harapan (PKH) sendiri telah dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia sejak tahun 2007 di Tujuh provinsi yaitu: Gorontalo, Sumatera Barat, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Sulawesi Utara, dan Nusa Tenggara Timur. Dimana program ini dilaksanakan dalam rangka percepatan penanggulangan kemiskinan, sekaligus pengembangan kebijakan di bidang perlindungan sosial.

  Tujuan umum program ini adalah untuk meningkatkan jangkauan atau aksesibilitas masyarakat miskin terhadap pelayanan publik, khususnya pendidikan dan kesehatan.

  Sedangkan tujuan utamanya adalah untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) pada kelompok masyarakat sangat miskin.

  PKH lebih dimaksudkan kepada upaya membangun sistem perlindungan sosial kepada masyarakat miskin. Berdasarkan pengalaman negara-negara lain, program seperti ini memiliki manfaat yang besar bagi keluarga atau masyarakat yang sangat miskin. Program Keluarga Harapan (PKH) bukanlah kelanjutan dari Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang merupakan salah satu “cash program” untuk mengatasi dampak akibat kebijakan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan dirancang hanya untuk 1 tahun.

  Program Keluarga Harapan (PKH) dilaksanakan di Provinsi Sumatera Utara yang meliputi tiga Kabupaten/Kota yakni Medan, Nias dan Tapanuli Tengah sebagai daerah percontohan dengan total 33 kecamatan. Di Kabupaten Nias sendiri, program PKH dimulai pada tahun 2008. Desa Tetehosi, Kecamatan Idanogawo yang merupakan fokus lokasi pada penelitian ini, dikarenakan masih begitu banyak masyarakat Desa Tetehosi, Kecamatan Idanogawo yang terjerat kemiskinan, bahkan kualitas pendidikan dan kesehatan juga masih tergolong buruk. Sementara program PKH di desa tersebut sudah berlangsung hampir enam tahun tetapi dampak dari adanya program tersebut sama sekali belum terlihat. Hal ini menarik perhatian peneliti untuk mengevaluasi pelaksanaan program PKH di Desa Tetehosi, Kecamatan Idanogowo dan mencari tahu penyebab dari permasalahan yang terjadi untuk selanjutnya diteliti dan dikaji lebih dalam. Untuk itu, adapun yang menjadi judul dalam penelitian ini yakni “Evaluasi Pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) di Desa Tetehosi, Kecamatan Idanogawo Kabupaten Nias”.

  1.2. Perumusan Masalah

  Perumusan masalah sangatlah penting dalam suatu penelitian agar diketahui arah jalannya penelitian tersebut. Arikunto (1993:17) menguraikan bahwa agar penelitian dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, maka penulis harus merumuskan masalahnya sehingga jelas dari mana memulai, kemana harus pergi, dan dengan apa ia melakukan penelitian.

  Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Evaluasi Pelaksanaan Program

  

Keluarga Harapan (PKH) di Desa Tetetehosi Kecamatan Idanogawo

Kabupaten Nias?’’.

  1.3. Tujuan Penelitian

  Setiap penelitian yang dilakukan tentu mempunyai tujuan yang hendak dicapai dalam proses penyelenggaraannya. Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) di Desa Tetehosi Kecamatan Idanogawo Kabupaten Nias.

  1.4. Manfaat Penelitian

  Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang baik bagi diri sendiri maupun pihak yang lain yang berkepentingan. Adapun manfaat dari penelitian ini yakni :

  1. Manfaat teoritis dari penelitian ini yaitu: 1. Untuk Mengembangkan teori yang diperoleh selama perkuliahan.

  2. Untuk mengetahui relevansi kebijakan publik terhadap implementasinya dilapangan.

  2. Manfaat praktis dari penelitian ini yaitu: Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan atau sumbangan pemikiran bagi semua pihak yang berperan baik itu pemerintah sebagai pemangku kepentingan ataupun lembaga lainnya yang terkait dalam pelaksanaan Program Keluarga Harapan di tahun berikutnya, terutama di wilayah masyarakat Kabupaten Nias dan juga bermanfaat bagi masyarakat luas khususnya bagi warga Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) penerima Program Keluarga Harapan (PKH) agar dapat melaksanakan kewajibannya sebagai salah satu peserta Program Keluarga Harapan (PKH).

  3. Manfaat akademis dari penelitian ini yaitu : Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi baik itu secara langsung maupun tidak langsung bagi kepustakaan Departemen Ilmu

  Kesejahteraan Sosial.

1.5. Sistematika Penulisan

  Sistematika penulisan secara garisbesarnya dikelompokkan dalam enam bab, dengan urutan sebagai berikut:

  BAB I : PENDAHULUAN Dalam Bab ini meliputi latar belakang masalah , perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitan dan disertai dengan sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan tentang uraian dan teori-teori yang berkaitan dengan masalah dan objek yang akan diteliti, kerangka penelitian, defenisi konsep dan defenisi operasional.

  BAB III : METODE PENELITIAN Pada bab ini, peneliti menggambarkan tentang metode penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini, lokasi penelitian, instrumen penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data, serta teknik analisis data.

  BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN Pada bab ini berisikan tentang gambaran umum tentang lokasi dimana penulis melakukan penelitian. BAB V : ANALISA DATA Dalam bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian serta analisis pembahasannya

  BAB VI : PENUTUP Bab ini berisikan tentang kesimpulan dari hasil penelitian secara singkat, jelas dan sesuai dengan permasalahan penelitian. Bab ini juga memaparkan mengenai saran yang berisikan berupa masukan dari peneliti terhadap bidang yang diteliti, baik itu secara teoritis maupun praktis.

Dokumen yang terkait

Respon Peserta Program Keluarga Harapan (PKH) Terhadap Pelaksanaan Program Keluarga Harapan Di Desa Landuh Kecamatan Rantau Kabupaten Aceh Tamiang

9 730 139

Evaluasi Program Keluarga Harapan (PKH) di Kecamatan Medan Sunggal

30 247 127

Respon Peserta Program Keluarga Harapan (PKH) Terhadap Pelaksanaan Program Keluarga Harapan Di Desa Landuh Kecamatan Rantau Kabupaten Aceh Tamiang

0 0 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Respon - Respon Peserta Program Keluarga Harapan (PKH) Terhadap Pelaksanaan Program Keluarga Harapan Di Desa Landuh Kecamatan Rantau Kabupaten Aceh Tamiang

0 0 51

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Respon Peserta Program Keluarga Harapan (PKH) Terhadap Pelaksanaan Program Keluarga Harapan Di Desa Landuh Kecamatan Rantau Kabupaten Aceh Tamiang

1 0 10

Respon Peserta Program Keluarga Harapan (PKH) Terhadap Pelaksanaan Program Keluarga Harapan Di Desa Landuh Kecamatan Rantau Kabupaten Aceh Tamiang

1 1 15

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Tradisi Masyarakat Desa Janji Mauli Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan (1900-1980)

0 0 13

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Efektivitas Pelaksanaan Program Pemberdayaan Keluarga Melalui Model Family Care Unit (FCU) Di Desa Sambirejo Timur Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

0 0 11

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Perencanaan Pelaksanaan Pemekaran Desa di Kabupaten Labuhanbatu Selatan

0 0 36

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Evaluasi - Evaluasi Pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) di Desa Tetehosi Kecamatan Idanogawo Kabupaten Nias

0 0 39