Respon Peserta Program Keluarga Harapan (PKH) Terhadap Pelaksanaan Program Keluarga Harapan Di Desa Landuh Kecamatan Rantau Kabupaten Aceh Tamiang

(1)

RESPON PESERTA PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) TERHADAP PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN DI

DESA LANDUH KECAMATAN RANTAU KABUPATEN ACEH TAMIANG

Skripsi

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

OLEH

MESA AYU NENGSIH 110902003

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA MEDAN 2015


(2)

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILME KESEJAHTERAAN SOSIAL

Skripsi ini telaj disetujui dan dipertahankan oleh:

HALAMAN PERSETUJUAN

Nama : Mesa Ayu Nengsih Nim : 110902003

Judul : Respon Peserta Program Keluarga Harapan (PKH) Terhadap Pelaksanaan Program Keluarga Harapan Di Desa Landuh Kecamatan Rantau

Kabupaten Aceh Tamiang

Medan, 5 Juni 2015 PEMBIMBING

(Husni Thamrin, S.Sos, M.S.P NIP. 197203082005011001 )

KETUA DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

(Hairani Siregar, S.Sos, M.S.P NIP. 19710927 199801 2 001

)

DEKAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

(Prof. Dr. Badaruddin, M. Si) NIP. 19680525 199203 1 002


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Nama : Mesa Ayu Nengsih Nim : 110902003

ABSTRAK

Respon Peserta Program Keluarga Harapan (PKH) Terhadap Pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) di Desa Landuh Kecamatan Rantau

Kabupaten Aceh Tamiang

Program-program yang dibuat pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan selama ini masih banyak yang belum maksimal. Contohnya Raskin, BLT, dan banyak program lainnya yang diharapkan pemerintah mampu mengurangi angka kemiskinan, PKH hadir sebagai salah satu program pemerintah dalam rangka pengentasan kemiskinan yang ada di Indonesia. PKH bertujuan untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), serta mengubah prilaku peserta PKH yang relatif kurang mendukung peningkatan kesejahteraan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Respon Peserta Program Keluarga Harapan (PKH) Terhadap Pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) di Desa Landuh Kecamatan Rantau Kabupaten Aceh Tamiang.

Penelitian ini tergolong tipe penelitian deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan mengenai respon peserta Program Keluarga Harapan (PKH) terhadap pelaksanaan program. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 54 orang dimana responden merupakan keseluruhan orang yang mendapatkan bantuan dana PKH di Desa Landuh. Teknik analisis data dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan tabel tunggal dan dijelaskan secara kualitatif dengan menggunakan Skala Likert.

Berdasarkan analisis data, dapat disimpulkan Respon Peserta Program Keluarga Harapan (PKH) Terhadap Pelaksanaan Program Keluarga Harapan


(4)

(PKH) di Desa Landuh Kecamatan Rantau Kabupaten Aceh Tamiang kategori Pengetahuan dengan nilai Skala Liker 0,61. Indikator Sikap dengan nilai Skala Likert 0,92, dan kategori Partisipasi dengan nilai Skala Likert 0,83. Maka total keseluruhan nilai rata-rata respon peserta PKH adalah positif dengan nilai 0,78. Kata Kunci: Respon Peserta Program Keluarga Harapan (PKH) Terhadap Pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH).


(5)

ABSTRACT

Programs made government for overcome poverty as a long not yet maximal. For example Raskin, BLT, and many more programe which hoped government able to overcome poverty problem. PKH survive as a one from government programs to overcome poverty problem in Indonesia. PKH is destination to born the power of humans resourches (SDM), and change members of PKH behavior who relative not support welfare. The research aim at the response member of PKH (Program Keluarga Harapan) to implementation of PKH’s Programe in the village of Landuh Subdistrict Rantau District Aceh Tamiang.

This research appertain type research descriptive aimed to description abour response member of PKH to implementation Programs. The number of population is 54 people who get PKH in village of Landuh. Engineering analysis of of data in this research using a table single described in a quatitative manner by using a scale likert.

Based of analysis data, inconclusive response members of PKH (Program Kelaurga Harapan) to implementation of Programe PKH in village Landuh Sub-district Rantau District Aceh Tamiang with a number of scale likert 0,6. Behavior indicator with scale likert 0,92 and partisipation with scale likert 0,83. Totally average of respon members of PKH is positive 0,78.

Keywords: Response members of PKH (Program Keluarga Harapan) to implementation programe of PKH (Program Keluarga Harapan)


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas Berkat dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul skripsi adalah ”RESPON PESERTA PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) TERHADAP PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) DI DESA LANDUH KECAMATAN RANTAU KABUPATEN ACEH TAMIANG”. Skripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Sosial pada Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Selama penyusunan skripsi ini Penulis menyadari akan sejumlah kekurangan dan kelemahan sehingga mengurangi nilai kesempurnaannya, hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan, kemampuan dan pengalaman penulis. Maka dengan kerendahan hati penulis membuka diri untuk saran dan kritik yang dapat membangun guna perbaikan di masa akan datang.

Pada kesempatan ini Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu selama penyelesaian skripsi ini. Dengan kerendahan hati Penulis ingin mengucapkan Banyak Terima Kasih secara khusus kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Hairani Siregar, S.sos, MSP, selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Husni Thamrin, S.sos, MSP, selaku dosen pembimbing dan telah bersedia membimbing, meluangkan waktu, tenaga, kesabaran dan memberi dukungan serta membagikan ilmunya kepada Penulis dalam penyelesaian Skripsi ini. Terima Kasih Pak.

4. Seluruh Dosen dan Pegawai Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP USU yang telah membimbing dan membantu administrasi penulis serta telah memberi segala ilmu pengetahuan selama perkuliahan.


(7)

5. Bapak Wan Aula , selaku Kepala Desa Landuh beserta seluruh pegawai, yaitu Bapak M. Zaini, Bapak Abdul Manaf, Bapak M. Basuki BSKA yang telah membantu penulisan dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Ucapan terima kasih yang tiada batasnya saya persembahkan kedua orangtua saya yaitu Bapak Akmal dan Alm. Osnawirda. Yang telah mendidik dan memberi motifasi, bantuan moril dan material selama perkuliahan hingga ke tahap penyelesaian skripsi ini. Cucuran keringat dan air mata didalam Doa ayah yang tidak pernah saya lupakan. Terima kasih buat Ayah yang senantiasa berdoa dalam mengiringi langkah, maafkan anak mu yang tidak akan bisa membalas jasa Ayah.

7. Ucapan terima kasih saya utarakan buat pacar tersayang, tercinta dan terkasih Egiet Pragiwa yang selalu memberikan motivasi dan menemani hari- hari saya dalam proses pembuatan sripsi ini. Untaian kata semangat buat cita-cita dan masa depan mu yang selalu menyemangati hari-hariku dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih pacar tersayang.

8. Terima kasih kepada adik tercinta William Faradila yang selalu menghibur hari-hariku disaat aku jenuh dalam mengetik skripsi, semoga cepat nyusul kakak menjadi sarjana dan selalu berbakti kepada kedua orangtua serta dapat tercapai cita-cita yang diinginkan.

9. Terima kasih kepada sahabat-sahabat Kessos 2011: Alm. Muhammad Nur Adjie yang telah memberikan semangat kepadaku sampai ketahap ini meskipun dia telah tiada, Diella Almiera Nasution, Eka Paristia, Sti Mahyardani, Dewi Natalia Nababan, Muhammad Iqbal, Poniman, Khairi Firnanda, Fajar Hasibuan, Amar Yusuf Nasution, T.M Haikal Calik, Heriana Bangun, Dina Riski Trianti, Renta Uli Angelina dan teman-teman lainnya yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu persatu. Semoga kita dapat menggapai cita-cita kita dan terimakasih atas suka duka yang telah kita alami selama perkuliahan.

10.Ucapan terima kasih kepada kawan- kawan Kessos stambuk 2009 :Bang Budi Setiawan, Kak Raihana, Kak Uni, Bang Frengky Tani Wijaya, Kessos 2010: Kak Septi Astri Tambunan, Kak Raisa Christiani Siagian, Bang Muhammad Raja Metar, Bang Pramdani beserta senior- senior


(8)

lainnya yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu persatu, terimakasih atas bantuan dan arahannya selama di bangku perkuliahan.

11.Ucapan terima kasih junior Kessos stambuk 2012 khususnya saya ucapkan kepada Adinda Eka Putri Anggraini yang selalu membantu saya, menyemangati saya, memberi dukungan kepada saya dalam suka dan duka sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Siti Nurlela, Cut Putri Andhalia, Ratri Nur’ani, Chairani, Aulia Rahman Syahputra, Elfan Syed, kakak berharap kalian semua saling menyayangi dan saling membantu, tidak boleh marahan dan cepat menyusul kakak menjadi sarjana, gapai terus cita-citamu dek.

12.Ucapan terimakasih buat teman- teman SMA Lia Agustia, Mutiara Pratiwi, Nur Aini, Eli, Ade, Dewi Hairani, Retno, Erwin, Jefri, Koko, Adjie,Elfiansyah, Ernas, Bahar, Faldi, terimakasih semangat dan dukungan yang telah kalain kasih.Sukses selalu buat kita.

13.Ucapan terima kasih kepada Ibu- ibu peserta program PKH, yang telah meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner penelitian saya.

Dengan segala kerendahan hati Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam skripsi ini. Untuk itu sangat diharapkan saran dan kritik yanbg membangun guna menyempurnakannya agar kedepannya penulis dapat lebih baik lagi. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Sekian dan Terimakasih.

Medan, Mei 2015 Penulis


(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR BAGAN ... v

DAFTAR LAMPIRAN ...vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 7

1.3Tujuan Penelitian ... 8

1.4Manfaat Penelitian ... 8

1.5Sistematika Penulisan ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Respon ... 10

2.2 Persepsi ... 11

2.3 Sikap ... 12

2.4 Partisipasi ... 14

2.4.1 Bentuk-Bentuk Partisipasi ... 14

2.4.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi ... 14

2.5 Kemiskinan ... 16

2.5.1 Ciri-Ciri Kemiskinan ... 17

2.5.2 Jenis-Jenis Kemiskinan ... 20

2.5.3 Faktor-Faktor Penyebab Kemiskinan ... 25

2.5.3.1 Kajian Faktor Penyebab Kemiskinan Secara Sistematik.. 25

2.5.3.2 Kajian Faktor Penyebab Kemiskinan Berdasarkan Jenis Kemiskinan ... 27

2.6 PKH (Program Keluarga Harapan) ... 32

2.6.1 Defenisi Program Keluarga Harapan (PKH) ... 32


(10)

2.6.3 Hak dan Kewajiban Peserta Program Keluarga Harapan (PKH)... 33

2.6.3.1 Hak dan Kewajibab Peserta PKH Bidang Kesehatan... 33

2.6.3.2 Hak dan Kewajibab Peserta PKH Bidang Pendidikan... 42

2.7 Kesejahteraan Sosial ... 52

2.7.1 Defenisi Kesejahteraan Sosial ... 52

2.8 Kerangka Pemikiran ... 53

2.9 Defenisi Konsep dan Operasional ... 56

2.9.1 Defenisi Konsep ... 56

2.9.2 Defenisi Operasional ... 58

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian ... 60

3.2 Lokasi Penelitian ... 60

3.3 Populasi Penelitian ... 60

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 60

3.5 Teknik Analisis Data ... 61

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...64

4.2 Luas Wilayah ...64

4.3 Kependudukan ...65

4.3.1 Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin ...65

4.3.2 Penduduk Berdasarkan Agama ...65

4.3.3 Penduduk berdasarkan Mata Pencaharian ...66

4.3.4 Penduduk Berdasarkan Suku ...67

4.4 Fasilitas Sarana dan Prasarana ...68

4.5 Organisasi Sosial Budaya ...69

4.6 Struktur pemerintahan Desa Landuh ...69

BAB V ANALISI DATA 5.1 Pengantar ...71

5.2 Analisi Identitas Responden ...72


(11)

5.2.2 Usia ...73

5.2.3 Agama ...74

5.2.4 Suku ...74

5.2.5 Tingkat Pendidikan ...75

5.2.6 Jenis Pekerjaan Responden ...76

5.2.7 Jumlah Anak Responden ...76

5.3 Respon Peserta Program Terhadap Pelaksanaan Progran Keluarga Harapan di Desa Landuh Kecamatan Aceh Tamiang ...77

5.3.1 Persepsi ...77

5.3.2 Sikap ...85

5.3.3. Partisipasi ...93

5.4 Respon Peserta Keluarga Harapan Terhadap Program Keluarga Harapan di Desa Landuh Kecamatan Aceh Tamiang dengan Mengguanakan Skala Likert 98

5.4.1 Pengetahuan Peserta Program Keluarga Harapan Terhadap Program Keluarga Harapan ...99

5.4.2 Sikap Peserta Program Keluarga Harapan Terhadap Keluarga Harapan ...101

5.4.3 Partisispasi Peserta Keluarga Harapan Terhadap Program Kleuarga Harapan ...102

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan ...104

6.2 Saran ...105


(12)

DAFTAR TABEL

1. Tabel 2.1 Persyaratan Peserta PKH Kesehatan ...37

2. Tabel 2.2 Ringkasan Kewajiban Peserta ...40

3. Tabel 2.3 Pengurangan Dana ...42

4. Tabel 2.4 Skenario Bantuan PKH Komponen Pendidikan ...44

5. Tabel 2.5 Jumlah Maksimal Ketidakhadiran Anak di Satuan Pendidikan 50 6. Tabel 2.6 Ringkasan Hak dan Kewajiban Peserta PKH ...51

7. Tabel 2.7 Mekanisme Pengurangan Dana ...52

8. Tabel 41 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ...65

9. Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama ...66

10.Tabel 4.3 Jumlah Penduduk BerdasarkanMata Pencaharian ...66

11.Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku ...67

12.Tabel 4.5 Sarana dan Prasarana Desa Landuh ...68

13.Tabel 5.1 Kharakteristik Responden Berdasarkan Usia ...73

14.Tabel 5.2 Kharakteristik Responden Berdasarkan Suku ...74

15.Tabel 5.3 Kharakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ...75

16.Tabel 5.4 Kharakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ...76

17.Tabel 5.5 Kharakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Anak ...76

18.Tabel 5.6 Pengetahuan Responden Tentang PKH ...77

19.Tabel 5.7 Pengetahuan Responden Tentang Manfaat PKH ...78

20.Tabel 5.8 Pengetahuan Responden Tentang Tujuan PKH ...79

21.Tabel 5.9 Pengetahuan Responden Tentang Kehadiran PKH di Desa Landuh Kecamatan Rantau ...80


(13)

22.Tabel 5.10 Pengetahuan Responden Tentang Program yang Sudah Pernah Dilaksanakan Sebelum PKH ...81 23.Tabel 5.11 Sumber Informasi yang Di Dapat Responden Tentang PKH 82 24.Tabel 5.12 Pemahaman Responden tentang PKH ...83 25.Tabel 5.13 Pengetahuan Responden Tentang Adanya Tim Dari Pihak

Kecamatan yang Memeberikan Informasi Tentang PKH ...84 26.Tabel 5.14 Penilaian Responden Tentang PKH ...85 27.Tabel 5.15 Tanggapan Responden tentang Kelanjutan PKH ...86 28.Tabel 5.16 Tanggapan Responden Tentang Inforamasi Sosialisasi PKH

kepada KSM/RTSM ...88 29.Tabel 5.17 Tanggapan Responden Tentang Bantuan yang Diterima ...89 30.Tabel 5.18 Penilaian Responden Tentang Ketepatan Waktu Menerima

Dana PKH ...90 31.Tabel 5.19 Keikutsertaan Responden Dalam Menikmati Dana PKH ...93 32.Tabel 5.20 Keikutsertaan Dalam Musyawarah PKH sebelum di jalankan95 33.Tabel 5.21 Keikutseraan Responden Dalam Pertemuan Kelompok PKH 96 34.Tabel 5.22 Keikutsertaan Responden Membawa Anak Ke Posyandu... 97


(14)

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Bagan alur pemikiran ... Bagan 4. 1 Bagan struktur pemerintahan desa Landuh ...


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Hasil Skala Likert Karakteristik Jawaban Responden 2. Kuesioner Penelitian

3. Surat Keterangan Dosen Pembimbing 4. Berita Acara Seminar Penelitian

5. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

6. Surat Balasan Izin Penelitian dari Kantor Desa Landuh Kecamatan Aceh Tamiang


(16)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Nama : Mesa Ayu Nengsih Nim : 110902003

ABSTRAK

Respon Peserta Program Keluarga Harapan (PKH) Terhadap Pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) di Desa Landuh Kecamatan Rantau

Kabupaten Aceh Tamiang

Program-program yang dibuat pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan selama ini masih banyak yang belum maksimal. Contohnya Raskin, BLT, dan banyak program lainnya yang diharapkan pemerintah mampu mengurangi angka kemiskinan, PKH hadir sebagai salah satu program pemerintah dalam rangka pengentasan kemiskinan yang ada di Indonesia. PKH bertujuan untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), serta mengubah prilaku peserta PKH yang relatif kurang mendukung peningkatan kesejahteraan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Respon Peserta Program Keluarga Harapan (PKH) Terhadap Pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) di Desa Landuh Kecamatan Rantau Kabupaten Aceh Tamiang.

Penelitian ini tergolong tipe penelitian deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan mengenai respon peserta Program Keluarga Harapan (PKH) terhadap pelaksanaan program. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 54 orang dimana responden merupakan keseluruhan orang yang mendapatkan bantuan dana PKH di Desa Landuh. Teknik analisis data dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan tabel tunggal dan dijelaskan secara kualitatif dengan menggunakan Skala Likert.

Berdasarkan analisis data, dapat disimpulkan Respon Peserta Program Keluarga Harapan (PKH) Terhadap Pelaksanaan Program Keluarga Harapan


(17)

(PKH) di Desa Landuh Kecamatan Rantau Kabupaten Aceh Tamiang kategori Pengetahuan dengan nilai Skala Liker 0,61. Indikator Sikap dengan nilai Skala Likert 0,92, dan kategori Partisipasi dengan nilai Skala Likert 0,83. Maka total keseluruhan nilai rata-rata respon peserta PKH adalah positif dengan nilai 0,78. Kata Kunci: Respon Peserta Program Keluarga Harapan (PKH) Terhadap Pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH).


(18)

ABSTRACT

Programs made government for overcome poverty as a long not yet maximal. For example Raskin, BLT, and many more programe which hoped government able to overcome poverty problem. PKH survive as a one from government programs to overcome poverty problem in Indonesia. PKH is destination to born the power of humans resourches (SDM), and change members of PKH behavior who relative not support welfare. The research aim at the response member of PKH (Program Keluarga Harapan) to implementation of PKH’s Programe in the village of Landuh Subdistrict Rantau District Aceh Tamiang.

This research appertain type research descriptive aimed to description abour response member of PKH to implementation Programs. The number of population is 54 people who get PKH in village of Landuh. Engineering analysis of of data in this research using a table single described in a quatitative manner by using a scale likert.

Based of analysis data, inconclusive response members of PKH (Program Kelaurga Harapan) to implementation of Programe PKH in village Landuh Sub-district Rantau District Aceh Tamiang with a number of scale likert 0,6. Behavior indicator with scale likert 0,92 and partisipation with scale likert 0,83. Totally average of respon members of PKH is positive 0,78.

Keywords: Response members of PKH (Program Keluarga Harapan) to implementation programe of PKH (Program Keluarga Harapan)


(19)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kemiskinan sudah menjadi masalah global yang dialami oleh semua negara di dunia. Kemiskinan tidak hanya terjadi di negara-negara berkembang dan terbelakang, melainkan juga dialami di negara-negara maju. Kemiskinan menjadi masalah yang sangat rumit sehingga suatu negara tidak dapat memiliki kemampuan untuk menghapus kemampuan untuk menghapus kemiskinan secara sendiri.

Kemiskinan identik dengan suatu penyakit. Oleh karena itu langkah pertama penanggulangan masalah kemiskinan adalah memahami kemiskinan sebagai suatu masalah. Untuk memahami masalah kemiskinan, perlu dipandang dari dua aspek, yakni kemiskinan sebagai suatu kondisi dan kemiskinan sebagai suatu proses. Sebagai suatu kondisi, kemiskinan adalah suatu fakta dimana seseorang atau sekelompok orang hidup dibawah atau lebih rendah dari kondisi hidup layak sebagai manusia disebabkan ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Sedangkan sebagai suatu proses, kemiskinan merupakan proses menurunnya daya dukung terhadap hidup seseorang atau sekelompok orang sehingga pada gilirannya ia atau kelompok tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya dan tidak pula mampu mencapai taraf kehidupan yang dianggap layak sesuai dengan harkat dan martabatnya.

Di indonesia kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa relevan untuk dikaji terus menerus. Bukan saja karena masalah kemiskinan telah


(20)

ada sejak lama dan masih hadir ditengah-tengah saat ini, tetapi karena kini gejalanya semakin sejalan dengan krisis multidimensional yang masih dihadapi bangsa indonesia. Hal ini juga dikarenakan indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan jumlah penduduk yang terus meningkat setiap tahun, sehingga tingkat kesejahteraan rakyatnya masih jauh dibawah angka kesejahteraan negara-negara maju.

Kemiskinan sederhaannya digambarkan dengan kondisi seseorang atau sekelompok orang yang tidak dapat memenuhi kebutuhan pokoknya seperti, sandang, pangan dan papan. Kurang pendapatan yang diterima mengakibatkan seseorang atau sekelompok orang yang memiliki kualitas hidup yang rendah. Hal ini disebabkan tidak memiliki biaya untuk mengakses layanan-layanan untuk meningkatkan taraf hidupnya. Kemiskinan membatasi hak rakyat untuk mendapatkan pendidikan yang layak, pekerjaan yang memadai dan akses kesehatan yang terjamin.

Data dari Badan Pusat Statistik menyebutkan pada September 2014, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis kemiskinan) di indonesia mencapai 27,73 juta orang (10,96 persen), berkurang sebesar 0.55 juta orang dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2014 yang sebesar 28,28 juta orang (11,25 persen), dan berkurang sebesar 0.87 juta orang dibandingkan dengan penduduk miskin pada September 2013 yang sebesar 28,60 juta orang (11,46 persen). Penurunan ini terjadi sebelum pemerintah mengumumkan kenaikan harga BBM pada November 2014.


(21)

penduduk-miskin-indonesia-capai-28-juta.html

Selama periode Maret 2014-September 2014, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan turun sebanyak 0,15 juta orang (dari 10,51 juta orang pada Maret 2014 menjadi 10,36 juta orang pada September 2014), sementara di daerah pedesaan turun sebanyak 0,40 juta orang (dari 17,77 juta orang pada Maret 2014 menjadi 17,37 juta orang pada September 2014).

) Diakses pada tanggal 10 Januari 2015 pukul 16.00 WIB.

Sementara penduduk miskin daerah perkotaan pada Maret 2014 sebesar 8,34 persen pada September 2014. Sementara persentase penduduk miskin di daerah perdesaan turun dari 14,17 persen pada Maret 2014 menjadi 13,76 pada September 2014.

Peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan pada September 2014 tercatat sebesar 73,47 persen, kondisi ini tidak jauh berbeda dengan kondisi Maret 2014 yaitu sebesar 73,54.

Komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan di perkotaan relatif sama dengan di perdesaan, diantaranya adalah beras, rokok kretek filter, telur ayam ras, daging ayam ras, mie instan, gula pasir, tempe dan tahu. Sedangkan, untuk komoditi bukan makanan diantaranya adalah biaya perumahan, listrik, pendidikan, dan bensin. Pada periode Maret 2014-September 2014, baik Indeks Kedalam Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan


(22)

Sedangkan jumlah pendudukan miskinan diaceh pada Maret 2013, mencapai 17,6 persen. Pada September tahun yang sama naik menjadi 17,72 persen. Terakhir, pada maret 2014, angka kemiskinan itu mencapai 18,05 persen.

Diakses pada tanggal 10 Januari 2015 pukul 16.00 WIB.

Persentase penduduk miskin (yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Aceh pada Maret 2014 sebesar 18,05 persen, meningkat 0,45 persen dibandingkan Maret 2013 yang sebesar 17,6 persen.

Keluarga adalah satu-satunya lembaga sosial yang diberi tanggung jawab untuk mengubah suatu organisme biologis menjadi manusia. Pada saat sebuah lembaga memulai membentuk kepribadian seseorang dalam hal-hal penting, keluarganya tentu banyak berperan dalam persoalan perubahan itu, dengan mengajarkannya kemampuan berbicara dan menjalankan banyak fungsi sosial. Akan tetapi, terkadang didalam sebuah keluarga peran yang seharusnya dijalankan dengan baik tidak berjalan dengan baik. Sosok ayah yang harus mengajarkan kebijaksanaan dan sosok ibu yang mengajarkan kelembutan tidak terlihat. Hal ini terjadi karena didalam keluarga tersebut terdapat masalah yang membuat peran tersebut tidak terlihat.

Masalah dalam keluarga yang terjadi biasanya berkaitan dengan tiga faktor, yaitu ekonomi, keterbatasan fisik serta mental, atau masalah sosial. Ketiga hal inilah yang sering muncul sebagai permasalahan dalam sebuah keluarga. Faktor ekonomi menjadi masalah yang paling sering muncul dalam keluarga.


(23)

Keluarga yang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sangat riskan terhadap masa depan anak-anak mereka karena sebagaimana diketahui anak adalah generasi penerus bangsa yang harus diberi pendidikan yang layak dan kesehatan yang terjamin. Dengan diberinya pendidikan yang layak dan kesehatan yang terjamin, anak-anak ini nantinya akan tumbuh dan kembang dengan harapan semua orang yaitu memiliki sumber daya manusia yang memenuhi.

Rendahnya kemampuan ekonomi sebuah keluarga Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) membawa dampak pada buruknya kualitas nutrisi dan gizi, serta menyebabkan banyak anak-anak yang tidak dapat melanjutkan pelajaran dibangku sekolah. Sebagian diantaranya harus bekerja keras membantu mencari nafkah untuk keluarganya dan ada yang terpaksa menjadi anak jalanan. Semakin besarnya jumlah anak usia sekolah yang tidak mampu memperoleh pendidikan yang layak akan memperburuk kondisi sosial, ekonomi, dan politik pada masa yang akan datang dan mengakibatkan beban sosial yang sangat tinggi terhadap negara. Penanggulangan kemiskinan membutuhkan upaya terus-menerus karena komplikasi permasalahan dan keterbatasan sumberdaya yang dihadapi masyarakat miskin.

Dalam rangka percepatan penanggulangan kemiskinan dan pengembangan sistem jaminan sosial, mulai tahun 2007 pemerintah Indonesia melaksanakan Program Keluarga Harapan (PKH). PKH lebih dimaksudkan kepada upaya membangun sistem perlindungan sosial kepada masyarakat miskin. Pelaksanaan PKH secara berkesinambungan setidaknya hingga tahun 2015 akan mempercepat Pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium (Millenium Development Goals atau MDGs).


(24)

PKH adalah program yang memberikan bantuan tunai kepada Rumah Tangga Sangan Miskin (RTSM) melalui ketentuan dan persyaratan yang terkait dengan upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia (SDM) dibidang pendidikan dan kesehatan.

PKH merupakan program nasional untuk membantu keluarga Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) dengan bantuan tunai bersyarat (Conditional Cash Transfer). PKH pertama kali diimplementasikan disejumlah negara Amerika Latin dan Karabia seperti Meksiko, Brazil, Kolumbia, Honduras, Jamaika, dan Nikaragua. Di Indonesia PKH mulai dilaksanakan di 7 Provinsi pada tahun 2007 yang diluncurkan di Provinsi Gorontalo pada Juli 2007 sebagai tahap uji coba dengan harapan progran ini berkesinambungan sampai pada tahun 2015 dan mampu untuk mempercepat pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium.

PKH dijalankan sebagai pelaksanaan dari UU no. 40 tahun 2004 tentang Jaminan Sosial. UU no. 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial. Inpres no. 3 tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan. Perpres no. 15 tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan dan, UU no. 39 tahun 1999 tentang Hak Azasi Manusia.

Khusus di Provinsi Aceh PKH sudah ada sejak tahun 2008, akan tetapi untuk Kabupaten Aceh Tamiang PKH baru dilaksanakan pada tahun 2013. Aceh Tamiang terdiri dari 12 Kecamatan, akan tetapi pada awal pelaksanaan PKH ini hanya 8 Kecamatan yang menerima bantuan PKH. Yaitu:

1. Kecamatan Karang Baru


(25)

3. Kecamatan Tenggulun

4. Kecamatan Banda Mulia

5. Kecamatan Bendahara

6. Kecamatan Manyed Payed

7. Kecamatan Kejuruan Muda

8. Kecamatan Seruway

Setelah berjalan selama hampir 2 tahun, pada akhir tahun 2014 PKH di Kabupaten Aceh Tamiang mencakup keseluruh Kecamatan yang ada di Kabupaten Aceh Tamiang. Adapun 4 Kecamatan yang belakangan mendapat bantuan PKH yaitu:

1. Kecamatan Tamiang Hulu

2. Kecamatan Bandar Pusaka

3. Kecamatan Kota Kualasimpang

4. Kecamatan Sekrak.

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan diatas maka penulis tertarik untuk meneliti “Respon Peserta Program Keluarga Harapan (PKH) terhadap Pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) di Desa Landuh Kecamatan Rantau Kabupaten Aceh Tamiang”.


(26)

Berdasarkan latar belakang masalah penilitian yang telah diuraikan sebelumnya, adapun rumusan masalah yang hendak dikaji dalam penelitian ini yaitu: “Bagaimana Respon Peserta Program Keluarga Harapan (PKH) terhadap Pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) di Desa Landuh Kecamatan Rantau Kabupaten Aceh Tamiang?”

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Respon Peserta Program Keluarga Harapan (PKH) terhadap Pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) di Desa Landuh Kecamatan Rantau Kabupaten Aceh Tamiang.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam rangka:

1. Secara Akademis, memperkaya refrensi dalam rangka pengembangan konsep-konsep, teori-teori penulisan dan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu kesejahteraan sosial pada khususnya.

2. Secara Praktis, penelitian ini dapat memberikan masukan positif bagi pemerintah daerah Aceh Tamiang dalam mengambil keputusan yang berhubungan dengan proses pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH).


(27)

1.5 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan uraian konsep yang berkaitan dengan masalah dan obyek yang diteliti, kerangka pemikiran, defenisi konsep, dan defenisi operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi penelitian, teknik pengumpulan data serta teknik analisis data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan gambaran umum lokasi penelitian dimana penulis melakukan penelitian.

BAB V : ANALISIS DATA

Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian dan analisisnya.


(28)

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran yang bermanfaat sehubungan dengan penelitian yang telah dilakukan.


(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Respon

Menurut kamus besar bahasa indonesia respon dapat diartikan sebagai suatu tanggapan, reaksi dan jawaban. Marbun dalam kamus politik, menyatakan bahwa respon adalah tanggapan, reaksi dan jawaban, sedangkan reaksi adalah kegiatan berupa aksi, protes dan sebagainya, yang timbul akibat suatu gejala atau peristiwa dan tanggapan respon terhadap suatu aksi.

Respon adalah setiap tingkah laku pada hakekatnya merupakan tanggapan atau balasan terhadap rangsangan atau stimulus. Respon adalah suatu reaksi atau jawaban yang bergantung pada stimulus atau merupakan hasil stimulus tersebut. Individu manusia berperan serta sebagai pengendali antara stimulus dan respon sehingga yang menentukan bantuk respon individu terhadap stimulus adalah stimulus dan faktor individu itu sendiri.

Interaksi antara beberapa faktor dari luar berupa objek, orang-orang dan dalam berupa sikap, mati dan emosi pengaruh masa lampau dan sebagainya akhirnya menentukan bentuk perilaku yang ditampilkan seseorang. Respon seseorang bisa berbentuk baik atau buruk, positif atau negatif. Apabila respon positif maka orang yang bersangkutan cenderung untuk menyukai atau mendekati objek, sedangkan respon negatif cenderung untuk menjauhi objek tersebut.

Respon terdiri dari tiga komponen yaitu komponen kognisi (pengetahuan)komponen afeksi (sikap) dan komponen psikomotorik (tindakan).


(30)

Pengetahuan berhubungan dengan bagaimana seseorang memperoleh pemahaman tentang dirinya dan lingkungannya serta bagaimana dengan kesadaran itu ia bereaksi terhadap lingkungannya. Setiap perilaku sadar yang dilakukan oleh manusia didahului oleh proses pengetahuan yang memberi arah terhadap perilaku. Setelah seseorang mendapatkan pengetahuan maka yang terjadi adalah seseorang tadi akan menentukan sikap. Sikap merupakan kecenderungan seseorang untuk bertindak, beroperasi, berfikir dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi dan nilai. Sikap seseorang timbul dari adanya pengalaman yang tidak dibawa sejak lahir, namun merupakan hasil dari belajar seseorang terhadap objek atau lingkungan sekitarnya. Sikap bersifaat evaluatif yang mengandung nilai menyenangkan atau tidak menyenangkan. Komponen yang terakhir adalah komponen psikomotorik atau secara sosiologi disebut dengan tindakan . jones dan Davis mendefenisikan tindakan sebagai keseluruhan respon (reaksi) yang mencerminkan pilihan seseorang yang mempunyai efek terhadap lingkungannya. Suatu tindakan dilatarbelakangi oleh adanya kebutuhan dan diarahkan pada pencapaian sesuatu tujuan agar kebutuhan tersebut terpenuhi.

(Junsu.blog.fisip.uns.ac.id/2013/06/20defenisi-respon-menurut-para-ahli/) Diakses pada tanggal 16 April 02.00 WIB

2.2 Persepsi

Persepsi dalam arti sempit adalah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas adalah pandangan atau pengertian yaitu bagaiman seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. Persepsi adalah


(31)

proses ketika kita menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi indra kita (Sobur, 2003: 446)

Persepsi merupakan bagian dari keseluruhan proses yang menghasilkan tanggapan setelah rangsangan diterapkan kepada manusia. Persepsi didalam prosesnya memiliki tiga komponen utama yaitu :

1. Seleksi, adalah proses penyaringan oleh indra terhadap rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.

2. Interpresentasi, yaitu proses pengorganisasian informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang. Interpretasi dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti pengalaman masa lalu, sistem nilai yang dianut, motivasi, kepribadian, dan kecerdasan. Interpretasi juga tergantung pada kemampuan seseorang untuk mengadakan pengategorian informasi yang diterimanya, yaitu proses mereduksi informasi yang kompleks menjadi sederhana.

3. Interpretasi dan persepsi kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai reaksi. Jadi, proses persepsi adalah melakukan seleksi, interpretasi, dan pembulatan terhadap informasi yang sampai.

2.3. Sikap

Secara sederhana sikap adalah cara seseorang melihat sesuatu secara mental (dari dalam diri) yang mengarah pada prilaku yang ditujukan pada orang lain, ide, obyek, maupun kelompok tertentu. Sikap juga mencerminkan jiwa seseorang. Sikap adalah cara seseorang mengkomunikasikan perasaannya kepada orang lain melalui prilaku (Hutagalung, 2007: 51).


(32)

Sikap mengadung tiga komponen, yaitu kognitif (keyakinan,kesadaran), afektif (perasaan), konatif (perilaku) dengan uraian sebagai berikut :

1. Komponen kognitif adalah komponen yang berisikan apa yang diyakini dan apa yang difikirkan seseorang mengenai obyek sikap tertentu. Fakta, pengetahuan dan keyakinan tentang obyek. Misanya, sikap mahasiswa terhadap senjata nuklir. Komponen kognitif dapat meliputi beberapa informasi tentang ukurannya, cara pelepasannya, jumlah kepala nuklir pada setiap rudal, dan beberapa keyakinan tentang negara-negara yang mungkin memilikinya, daya hancurnya, dan lainnya.

2. Komponen afektif terdiri dari seluruh perasaan atau emosi seseorang terhadap obyek, terutama penilaian. Tumbuhnya rasa senang atau tidak senang ditentukan oleh keyakinan seseorang terhadap obyek sikap. Semakin dalam komponen keyakinan positif maka akan semakin senang orang terhadap obyek sikap. Misalnya, kekhawatiran atau ketakutan akan terjadinya penghancuran oleh nuklir pada kehidupan manusia. Keyakinan negatif ini akan menghasilkan penilaian negatif pula terhadap nuklir. 3. Komponen prilaku terdiri dari persiapan seseorang untuk bereaksi atau

kecendrungan untuk bertindak terhadap obyek. Bila seseorang menyenangi suatu obyek, maka ada kecendrungan individu tersebut akan mendekati obyek dan sebaliknya. Misalnya, kecendrungan mahasiswa untuk bertindak terhadap senjata nuklir dengan menandatangani petisi dan mengadakan demonstrasi untuk menentang penyebaran rudal berkepala nuklir, menentang orang yang mendukung pengguna nuklir, dan lainnya.


(33)

Ketiga komponen sikap ini saling berkaitan erat. Dengan mengetahui kognisi dan perasaan seseorang terhadap suatu obyek sikap tertentu, maka akan dapat diketahui pula kecendrungan perilakunya. Namun, dalam kenyataannya tidak selalu suatu sikap tertentu berakhir dengan perilaku yang sesuai dengan sikap.

2.4 Partisipasi

Partisipasi berasal dari bahasa latin, yaitu pars, yang artinya bagian dan capere (sipasi), yang artinya mengambil. Bila digabungkan berarti mengambil bagian. Dalam bahasa inggris, participate berarti mengambil bagian atau mengambil peranan (Sahid, 2011).

2.4.1 Bentuk-Bentuk Partisipasi

Partisipasi ada dua bentuk, yaitu partisipasi vertikal dan partisipasi horizontal.

1. Partisipasi vertikal adalah suatu bentuk kondisi tertentu dalam masyarakat yang terlibat didalamnya atau mengambil bagian dalam suatu program pihak lain, dalam hubungan mana masyarakat berada sebagai posisi bawahan.

2. Partisipasi horizontal adalah dimana masyarakatnya tidak mustahil untuk mempunyai prakarsa dimana setiap anggota/ kelompok masyarakat berpartisipasi secara horizontal antara satu dengan yang lainnya, baik dalam melakukan usaha bersama, maupun dalam rangka melakukan kegiatan dengan pihak lain.


(34)

1. Usia: faktor usia merupakan faktor yang mempengaruhi sikap seseorang terhadap kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang ada. Mereka dari kelompok usia menengah ke atas dengan keterkaitan moral kepada nilai dan norma masyarakat yang lebih mantap, cenderung lebih banyak yang berpartisipasi dari pada mereka yang dari kelompok usia lainnya.

2. Jenis kelamin: nilai yang cukup lama dominan dalam kultur berbagai bangsa mengatakan bahwa pada dasarnya tempat perempuan adalah di dapur yang berarti bahwa dalam banyak masyarakat peranan perempuan yang terutama adalah mengurus rumah tangga, akan tetapi semakin lama nilai peran perempuan tersebut telah bergeser dengan adanya gerakan emansipasi dan pendidikan perempuan yang semakin membaik.

3. Pendidikan: dikatakan sebagai salah satu syarat mutlak untuk berpartisipsi. Pendidikan dianggap dapat mempengaruhi sikap hidup seseorang terhadap lingkungannya, suatu sikap yang diperlukan bagi peningkatan kesejahteraan seluruh masyarakat. 4. Pekerjaan dan penghasiln: hal ini tidak dapat dipisahkan satu sama

lain karena pekerjaan seseorang akan menentukan berapa penghasilan yang akan diperolehnya. Pekerjaan dan penghasilan yang baik dan mencukupi kebutuhan sehari-hari dapat mendorong seseorang untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan masyarakat. Pengertiannya bahwa untuk berpartisipasi dalam suatu


(35)

kegiatan harus didukung oleh suasana yang mapan perekonomiannya.

5. Lamanya tinggal: lamanya seseorang tinggal dalam lingkungan tertentu dan pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan tersebut akan berpengaruh pada partisipasi seseorang. Semakin lama ia tinggal dalam lingkungan tertentu, maka rasa memiliki terhadap lingkungan cenderung lebih terlihat dalam partisipasinya yang besar dalam setiap kegiatan lingkungan tersebut.

2.5 Kemiskinan

Berbicara tentang kemiskinan berarti berbicara tentang harkat dan martabat manusia. Sulit untuk merumuskan apa makna yang sebenarnya dari kemiskinan itu sendiri, karena kemiskinan itu masalah pribadi, keluarga, masyarakat, dan negara. Kemiskinan identik oleh suatu penyakit oleh sebab itu langkah pertama penanggulangan kemiskinan adalah memahami kemiskinan sebagai suatu masalah. Cara berfikir seperti ini mengikuti alur berfikir dalam manajemen perencanaan strategik. Secara manajemen, memahami suatu masalah berarti telah menapaki 50% jalan penyelesaian masalah tersebut. Untuk memahami masalah kemiskinan, kita perlu memandang kemiskinan itu dari dua aspek, yakni kemiskinan sebagai suatu kondisi dan kemiskinan sebagai suatu proses (Siagian, 2012: 2).

Sebagai suatu kondisi, kemiskinan adalah suatu fakta dimana seseorang atau sekelompok orang hidup dibawah atau lebih rendah dari kondisi hidup layak sebagai manusia disebabkan ketidakmampuan dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya. Sedangkan sebagai suatu proses, kemiskinan merupakan proses


(36)

menurunnya daya dukung terhadap hidup seseorang atau sekelompok orang sehingga pada gilirannya ia atau kelompok tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya dan tidak mampu mencapai taraf kehidupan yang dianggap layak sesuai dengan harkat dan martabatnya sesuai manusia.

2.5.1 Ciri-Ciri Kemiskinan

Pemahaman lebih mendalam dan komprehensif tentang kemiskinan oleh banyak ahli juga sering diupayakan melalui kajian tentang ciri-ciri kemiskinan. Sulit memperoleh informasi secara jelas dan akurat berkaitan dengan indikasi-indikasi seperti apa yang telah digunakan sebagai pegangan untuk menyatakan secara akurat, bahwa orang-orang seperti inilah yang disebut orang miskin, sementara orang-orang seperti itu disebut tidak miskin. Namun demikian, suatu studi mmumnya tenunjukkan adanya lima ciri-ciri kemiskinan, yakni:

1. Mereka yang hidup dibawah kemiskinan pada umumnya tidak memiliki faktor produksi sendiri, seperti tanah yang cukup luas, modal yang memadai, ataupun keterampilan yang memadai untuk melakukan suatu aktivitas ekonomi sesuai dengan mata pencahariannya. Sebagai contoh, kemiskinan itu bercirikan antara lain bahwa faktor produksi yang dimiliki pada umumnya sedikit atau bahkan tidak ada sehingga kemampuan untuk mempertahankan apalagi meningkatkan produksi pun tidak mungkin. Lebih menyesakkan lagi, faktor-faktor produksi yang dimiliki justru sering digunakan oleh kebutuhan konsumsi, bukan untuk kebutuhan produksi, misalnya modal atau dana tidak digunakan


(37)

untuk investasi, melainkan hanya untuk konsumsi demi mempertahankan hidup. Kondisi seperti ini mengakibatkan banyak kasus berhentinya usaha karena kekurangan atau ketiadaan modal. 2. Mereka pada umumnya tidak mempunyai kemungkinan atau peluang

untuk memperoleh aset produksi dngan kekuatan sendiri. Sebagai contoh, keluarga petani dengan perolehan pendpatan yang hanya cukup untuk konsumsi. Mereka tidak berpeluang untuk memperoleh tanah garapan, benih, ataupun pupuk sebagai faktor-faktor produksi. Contoh lainnya, seorang pedagang kecil tidak memiliki uang yang cukup untuk menyewa, terlebih membeli kios serta untuk membeli barang-barang dagangan. Sementara mereka pun tidak memiliki harta yang dapat digunakan sebagai agunan yang justru merupakan salah satu syarat mendapatkan kredit dari perbankan. Kondisi seperti inilah yang memaksa mereka berpaling ke lembaga non bank, seperti usaha yang berkodak koperasi. Institusi semacam ini memang tidak membebankan birokrasi yang sulit untuk memperoleh fasilitas pinjaman, namun untuk pelunasan pinjaman tersebut mereka dihadapkan pada syarat-syarat yang sangat berat, misalnya dengan bunga yang sangat tinggi sehingga pengembalian pinjami proses pemiskinan bagi mereka. Dengan demikian institusi tersebut bukan menyokong, melainkan merongrong kehidupan masyarakat.

3. Tingkat pendidikan pada umumnya rendah, misalnya tidak sampai tamat SD, atau hanya tamat SD. Kondisi seperti ini akan berpengaruh terhadap wawasan mereka. Beberapa penelitian antara lain


(38)

menyimpulkan bahwa waktu mereka pada umumnya habis tersita semata-mata hanya untuk mencari nafkah sehingga tidak ada lagi waktu untuk belajar atau meningkatkan keterampilan. Demikian juga dengan anak-anak mereka, tidak dapat menyelesaikan sekolahnhya, karena harus membantu orang tua untuk mencari tambahan pendapatan. Artinya, bagi mereka anak tersebut memiliki nilai ekonomis. Tidak heran, jika penelitian yang dilakukan oleh BKKBN tentang Nilai Ekonomi Anak dan Perilaku Fertilitas, antara lain menyimpulkan bahwa terdapat korelasi negatif antara tingkat sosial ekonomi dengan jumlah anak. Hal ini berarti, mereka yang memiliki tingkat sosial ekonomi yang rendah cenderung memiliki anak dalam jumlah yang lebih besar jika dibandingkan dengan mereka yang memiliki tingkat sosial ekonomi yang tinggi.

4. Pada umumnya mereka masuk ke dalam kelompok penduduk dengan kategori setengah menganggur. Pendidikan dan keterampilan sangat rendah mengakibatkan akses masyarakat miskin ke dalam berbagai sektor formal bagaikan tertutup rapat. Akibatnya mereka terpaksa memasuki sektor-sektor informal. Bahkan pada umumnya mereka bekerja serabutan maupun musiman. Jika dikaji secara totalitas, mereka sesungguhnya bukan bekerja sepenuhnya, bahkan mereka justru lebih sering tidak bekerja. Sekilas mereka tidak menganggur, namun jika digunakan indikator jam kerja, mereka justru masuk ke dalam kategori pengangguran tidak kentara. Kondisi yang demikian mengakibatkan mereka memiliki produktifitas yang rendah, dan


(39)

seterusnya mengakibatkan mereka memperoleh pendapatn yang rendah pula.

5. Banyak diantara mereka yang hidup dikota masih berusia muda, tetapi tidak memiliki keterampilan atau pendidikan yang memadai. Sementara itu kota tidak siap menampung gerak urbanisasi dari desa yang semakin deras. Artinya, laju investasi di perkotaan tidak sebanding dengan laju pertumbuhan tenaga kerja sebagai akibat langsung dari derasnya arus urbanisasi kondisi ini tentu tidak terlepas dari sifat statis desa dalam mendukung kehidupan penduduknya. Dalam keadaan demikian, masyarakat desa cenderung melakuukan migrasi kekota, karena dianggap sebagai alternatif dalam upaya mengubah nasib. Tidak heran jika banyak ahli mengemukakan bahwa kemiskinan pedesaan membuahkan fenomena urbanisasi dari desa ke kota. Dengan demikian lengkaplah sudah, bahwa kemiskinan masyarakat perkotaan yang terus meningkat juga diperparah dengan pindahnya kaum miskin perdesaan, sehingga angka masyarakat miskin perkotaan meningkat secara tajam.

2.5.2 Jenis-Jenis Kemiskinan

Banyak referensi tentang jenis-jenis kemiskinan menurut para ahli, akan tetapi jenis-jenis kemiskinan yang saya paparkan disini adalah konsep-konsep dari buku (Siagian, 2012: 45). Adapun jenis-jenis kemiskinan tersebut adalah sebagai berikut :


(40)

Tinjauan konsep kemiskinan dari sudut bagaimana kita memandang atau mengkaji kemiskinan tersebut akan mengenalkan kita pada dua jenis kemiskinan, yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut adalah suatu kondisi, dimana seseorang atau sekelompok orang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga orang tersebut memiliki taraf kehidupan yang rendah, dianggap tidak layak serta tidak sesuai dengan harkat dan martabat sebagai manusia.

2. Kemiskinan Relatif

Kajian kemiskinan didasarkan pada komparasi kondisi kehidupan antara seseorang dengan orang lain atau antara satu kelompok dengan kelompok lain. Analisis komparatif tentang kondisi hidup manusia dilakukan karena kondisi taraf hidup di suatu lingkungan atau daerah tertentu kemungkinan besar berbeda dibandingkan dengan daerah lainnya. Misalnya, gaya hidup maupun taraf hidup masyarakat kota akan berbeda dengan masyarakat desa.

3. Kemiskinan Massa

Secara sederhana kemiskinan massa dapat diartikan sebagai kemiskinan yang dialami secara massal penduduk dalam suatu lingkungan wilayah. Hal ini berarti, terdapat demikian banyak orang yang secara faktual tidak mampu memenuhi kebutuhan fisik minimumnya sehingga terpaksa hidup serba kekurangan, serta mengalami kondisi hidup yang tidak layak jika dilihat dari segi harkat dan martabat manusia.


(41)

Secara sederhana dapat dikemukakan bahwa kemiskinan non massa adalah kemiskinan yang dihadapi oleh segelintir orang. Memang asal muasal konsep kemiskinan non massa itu adalah terdapatnya segelintir atau sebagian kecil dari penduduk suatu wilayah yang menghadapi dan mengalami hidup serba kekurangan, kondisi mana megakibatkan mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya secara layal sebagaimana seharusnya manusia yang mempunyai harkat dan martabat.

5. Kemiskinan Alamiah

Kemiskinan alamiah ditemukan jika kajian tentang kemiskinan itu didasarkan atas faktor-faktor penyebab kemiskinan itu terjadi. Dalam hal ini kemiskinan alamiah diidentifikasi sebagai kemiskinan yang terjadi sebagai konsekwensi dari kondisi alam seseorang atau sekelompok orang itu bermukim. Sebagai contoh, daerah mereka tinggal adalah daerah yang lahannya tandus, berbatu-batu, tidak memiliki bahan-bahan mineral atau bahan tambang, tidak luas dan tidak memiliki perairan yang menjadi tempat hidupnya berbagai jenis ikan. Dalam kondisi seperti ini dapatlah dikemukakan bahwa alam tempat mereka bermukim sesungguhnya tidak memiliki potensi yang memadai, tidak memiliki daya dukung yang cukup, tidak cukup ramah dan tidak memberikan peluang bagi seseorang atau sekelompok orang tersebut untuk mencapai hidup yang wajar atau hidup yang lebih baik.

6. Kemiskinan Kultural

Dalam kasus ini, budaya diidentifikasikan sebagai faktor penyebab terjadinya kemiskinan tersebut. Sangat banyak pendapat yang berkenan dengan kemiskinan budaya. Seperti misalnya, terlihat dari etos kerja yang rendah, yang


(42)

pada gilirannya menghambat manusia itu mengembangkan kehidupannya. Budaya justru dapat menjadi beban bagi mereka, sehingga mereka sering melakukan kegiatan yang nengidentifikasikan bahwa mereka justru menjadi hamba dari budaya itu sendiri.

7. Kemiskinan Terinvolusi

Kemiskinan terinvolusi tergolong kemiskinan kultural yang sudah sedemikian parah. Oleh karena itu kemiskinan terinvolusi sangat sulit untuk diselesaikan. Mengapa demikian? Setidakya ada dua kondisi yang menyebabkan demikian sulitnya memecahkan masalah kemiskinan terinvolusi, yaitu:

1) Seseorang atau sekelompok orang yang diidentifikasi miskin itu sendiri sepertinya dapat menerima kemiskinan itu. Bagi mereka kemiskinan bukanlah masalah yang esensial, dan merekapun tidak mempersalahkan kondisi hidup mereka yang jauh dari standar. Justru orang lain yang memandang kondisi kehidupan mereka tidak layak dan mempermasalahkannya.

2) Sesungguhnya seseorang atau sekelompok orang yang dikategorikan miskin itu menyadari kondisi kehidupan mereka sebagai suatu yang tidak layak. Namun mereka juga menyadari bahwa tidak ada jalan bagi mereka untuk keluar dari kondisi tersebut. Mereka menganggap bahwa kemiskinan itu bagaikan takdir. Akibatnya mereka tidak pernah berikhtiar untuk menata hidup dan keluar dari kondisi kehidupan yang tidak layak.


(43)

Seperti halnya kemiskinan alamiah, kultur dan terinvolusi, kemiskinan struktural juga ditemukan jika masalah kemiskinan dikaji dari segi faktor-faktor kemiskinan itu. Sehubungan dengan hal tersebut, konsep kemiskinan struktural antara lain mendeskripsikan bahwa struktural sosial masyarakat itu sedemikian rupa, sehingga menghambat masyarakat tersebut mengembangkan kehidupannya.

Sebagai contoh, analisis tentang struktur sosial dari suatu masyarakat tertentu ynag sangat paternalistik sehingga kurang mengembangkan kreatifitas masyarakat dalam lapisan bawah. Disamping itu, masyarakat tidak memiliki akses terhadap berbagai fasilitas dan instansi ekonomi. Dengan demikian, struktur sosial dianggap sebagai penyebab kurang kondusifnya peluang untuk terjadinya mobilitas vertikal dalam bidang ekonomi di tengah-tengah masyarakat itu. Kondisi ini mengakibatkan tidak signifikannya sistem sosial dengan kesadaran akan perlunya dari semua elemen masyarakat tersebut.

9. Kemiskinan Situasional

Istilah kemiskinan situasional juga dikemukakan jika kajian kemiskinan menjadi penyebab sebagai titik fokus. Secara umum dapat dikemukakan bahwa kemiskinan situasional adalah kondisi kehidupan masyarakat yang tidak layak yang disebabkan oleh situasi yang ada. Lebih tegasnya, situasi yang ada dilingkungan mana dan saat mana seseorang atau sekelompok orang itu hidup sedemikian rupa sehingga tidak kondusif bagi mereka untuk memenuhi kebutuhan. Akibatnya mereka menghadapi dan mengalami kondisi hidup yang tidak layak.


(44)

Kemiskinan buatan juga merupakan konsep yang ditemukan jika kajian kemiskinan ditekankan pada aspek penyebab. Kemiskinan buatan dipertentangkan dengan kemiskinan alamiah. Kemiskinan buatan terjadi karena kelembagaan-kelembagaan yang ada mengakibatkan anggota atau sekelompok masyarakat tidak menguasai sarana ekonomi dan fasilitas-fasilitas secara merata. Dengan demikian kemiskinan buatan identik dengan kemiskinan struktural.

2.5.3 Faktor-Faktor Penyebab Kemiskinan

2.5.3.1 Kajian Faktor Penyebab Kemiskinan Secara Sistematik Secara umum faktor-faktor penyebab kemiskinan secara kategoris dengan menitik beratkan kajian pada sumbernya terdiri dari dua bagian besar, yaitu:

1. Faktor Internal, yang dalam hal ini berasal dari dalam diri individu yang mengalami kemiskinan itu yang secara substansial adalah dalam bentuk kekurang mampuan, yang meliputi:

a. Fisik misalnya cacat, kurang gizi, sakit-sakitan.

b. Intelektual, seperti: kurangnya pengetahuan, kebodohan, miskinnya informasi.

c. Mental emosional atau temperamental seperti: malas, mudah menyerah dan putus asa.

d. Spiritual, seperti: tida jujur, penipu, serakah, dan tidak disipilin


(45)

e. Sosial psikologis, seperti: kurang mitivasi, kurang percaya diri, depresi, stress, kurang mampu mencari dukungan.

f. Keterampilan, seperti: tidak memiliki keahlian sesuai dengan lapangan kerja.

g. Asset, seperti: tidak memiliki stok kekayaan dalam bentuk tanah, rumah, tabyngan, kendaraan dan modal kerja.

2. Faktor Eksternal,yakni bersumber dari luar diri indiviu atau keluarga yang mengalami dan meghadapi kemiskinan itu, sehingga pada titik waktu menjadikan miskin,meliputi:

a. Terbatasnya pelayanan sosial dasar.

b. Tidak dilindungi hak atas kepemilikan tanah sebagai assetb dan alat pemenuhan kebutuhan hidup.

c. Terbatasnya lapangan pekerjaan formal dan kurang terlindungnya usaha-usaha sektor informal.

d. Kebijakan perbankan terhadap layanan kredit mikro dan tingkat bunga yang tidak mendukung sektor usaha mikro.

e. Belum terciptanya sistem usaha kerakyatan dengan prioritas sektor rill masyarakat banyak.

f. Sistem mobilitas dan pendayagunaan dan sosial masyarakat yang belum optimal, seperti zakat.


(46)

g. Dampak sosial dari program penyesuaian struktur (structural adjusment program).

h. Budaya yang kurang mendukung kemajuan dan kesejahteraan.

i. Kondisi geografis yang sulit, tandus, terpencil atau daerah bencana.

j. Pembangunan yang lebih berorientasi fisik material. k. Pembangunan ekonomi antar daerah yang belum

merata.

l. Kebijakan publik yang belum berpihak pada penduduk miskin.

2.5.3.2 Kajian Faktor Penyebab Berdasarkan Jenis Kemiskinan.

Metode lain untuk mengetahui penyebabnya kemiskinan itu adalah dengan mendalami jenis kemiskinan itu sendiri. Metode ini sering disebut dengan metode kasuistik dan pendekatan mikro. Metode ini di adopsi dan dikembangkan dari bidang profesi kedokteran. misalnya, untuk mengetahui seseorang sakit, maka perlu didalami jenis penyakitnya, karena pada umumnya penyebab penyakit signifikan dengan jenis penyakit.

1. Kemiskinan Massa dan Non Massa

Sulit untuk memvonis satu faktor tertentu dalam penetapkan penyebab kemiskinan itu terjadi. Terutama karena kemiskinan itu merupakan masalah yang sangat kompleks, sehingga antara sebab dan akibat sering sulit dibedakan. Kesulitan lain yang dihadapi dalam menetapkan faktor-faktor penyebab


(47)

kemiskinan adalah berbedanya corak kemiskinan itu sendiri, seperti kemiskinan massa, yakni kemiskinan yang diderita oleh masyarakat yang ada dalam satu negara ataupun dalam suatu daerah, dengan kemiskinan non massa, yakni kemiskinan yang diderita oleh segelintir anggota masyarakat disuatu negara maupun disuatu wilayah.

Sudah barang tentu kemiskinan massa dengan kemiskinan non massa berbeda faktor penyebabnya. Sebagai contoh kemiskinan massa yang terjadi dinegara-negara dunia ketiga, meskipun daerahnya subur, justru mengakibatkan fenomena yang kontras, yakni terjadinya kelaparan dinegara yang berlahan subur.dan dalam kondisi ini, maka penyebab kemiskinan dan kelaparan adalah menurunnya produksi bahan pangan. Namun analisis yang lengkap mengenai faktor penyebab kemiskinan dan kelaparan tersebut tentu tidak berhenti pada menurunnya produksi bahan pangan, melainkan analisis tentang mengapa terjadi penurunan produksi bahan pangan di negara-negara dunia ketiga.

Terdapat berbagai faktor penyebab menurunnya produksi bahan pangan, yakni:

a. Kalangan elit dan pejabat pemerintah di negara-negara dunia ketiga hanya mementingkan devisa untuk membiayai impor berbagai komuditi mewah. Akibatanya mereka cendrung mengarahkan pengembangan pertanian pada produk yang dapat menjadi komoditas ekspor.


(48)

b. Penghasilan petani yang selalu rendah dari bercocok tanam-tanaman pangan telah membuat mereka enggan berproduksi lebih banyak.

c. Bank Dunia, IMF dan lembaga-lembaga bantuan Internasional lainnya terus-menerus mendesak negara-negara berkembang untuk meningkatkan ekspornya demi kelancaran pembayaran bunga dan pelunasan hutang luar negrinya.

d. Pengorientasian pertanian juga merupakan masalah gender, dimana secara tradisional pertanian tanaman pangan untuk kebutuhan lokal menjadi pekerjaan wanita, sedang pengadaan barang untuk dijual dilakukan oleh pria. Jika kebijakan pembangunan yang diambil mengabaikan kelompok wanita, pengadaan pangan juga terbengkalai.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka faktor penyebab kemiskinan massa tersebut secara sentral dapat diarahkan pada kebijakan pemerintah. Pemerintah suatu negara mempunyai kesempatan dan wewenang yang demikian besar untuk menentukan arah dan pembangunan nasional dinegaranya melalui kebijakan tertentu. Kebijakan pembangunan dalam suatu negara tentu berisikan berbagai hal, seperti prinsip dan cita-cita yang melandasinya dengan demikian, pemerintah diharapkan memiliki konsistensi dalam menggariskan suatu kebijakan pembangunan kearah peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Secara hipotesis dapat ditegaskan bahwa daya dukung suatu lingkungan sesungguhnya cukup untuk melestarikan hidup manusia yang ada dilingkungan


(49)

itu. Namun, apakah daya dukung tersebut teraktualisasi atau tidak, faktanya tergantung pada corak pembangunan nasional pada suatu negara yang pada gilirannya menentukan corak pembangunan tersebut.

Di Indonesia, terutama pada masa-masa terakhir ini, yakni sejak tumbangnya pemerintahan Orde Baru antara lain dihiasi dengan demonstrasi yang makinmarak. Tiada hari tanapa demonstrasi. Banyak hal yang diprotes rakyat banyak terhadap pemerintah, namun semua protes itu berakar dari kebiakan pemerintah yang dianggap kurang berpihak pada rakyat banyak.

2. Kemiskinan Alamiah dan kemiskinan Budaya

Harus diakui bahwa kondisi kehidupan merupakan fungsi dari interaksi antara faktor-faktor alamiah dan non alamiah. Interaksi yang serasi, selaras, dan seimbang merupakan syarat dari tercapainya kesejahteraan masyarakat yang dicita-citakan. Adakalanya alam kurang bersahabat, sehingga masyarakat yang ada dilingkungan tersebut tidak memiliki taraf hidup yang layak. Namun adakalanya, masalah kemiskinan justru dapat diterima oleh masyarakat itu sendiri, sehingga akhirnya seakan-akan hal itu bukan lagi dianggap masalah.

Secara makro sulit diterima adanya kemiskinan alamiah. Oleh karena itu, pernyataan yang meneganskan faktor alam sebagai penyebab kemiskinan selalu menjadi polemik. Uraian tentang kemiskinan alamiah selalu ditegaskan dengan suatu anggapan bahwa negara tersebut pada dasarnya secara alamiah miskin, yakni berkah fisiknya sangat miskin, ditandai dengan tanah yang berbatu-batu, kering, atau tidak cukup luas, tidak menyimpan mineral, hidrokarbon, atau kekayaan alam lainnya.


(50)

Namun anggapan diatas sesungguhnya hanya akan dapat diterima sebagai suatu kebenaran seandainya negara jepang miskimn. Jepang,yang negrinya terdiri dari serangkaian pulau-pulau lepas pantai yang berbukit-bukit dengan sedikit tanah subur, sedikit mineral, tidak mempunyai minyak bumi, bahkan luar biasa besar jumlah penduduknya. Demikian halnya juga dengan taiwan.

Sejak perang dunia II, terdapat lima bekas negara miskin yang sekarang justru mengalami peningkatan luas dan besar dalam pendapatan perkapitan terus-menerus. Negara-negara ini sering dijadikan contoh sebagai negara yang berhasil dalam pembangunannya. Adapun segara tersebut adalah Taiwan, Singapura, Hongkong, Israel, dan Korea Selatan. Jika dianalisis satu persatu, tidak satupun dari negara tersebut memiliki tanah yang subur maupun kekayaan alam yang kaya dan mahal. Bahkan, Singapura dan Hongkong dapat dikategorikan sebagai negara yang samasekali tidak memiliki keduanya.

Disisi lain, beberapa negara seperti Iran dan Jazirah Arab, maupun negara-negara tetangga lainnya, tergolong sangat kaya dengan sumber daya alam yang saat ini sangat dibutuhkan, yakni minyak. Namun, fakta menunjukkan bahwa masyarakat Iran dan sebagian besar neara-negara yang ada di Jazirah Arab tergolong manusia berumur pendek dan hidup tidak lebih dari nenek moyang dulu zaman keemasan kerajaan-kerajaan tradisional.

Kasus lain adalah Virginia Barat, negara bagian Amerika Serikat ini adalah negara yang luar biasa kaya dengan persendian sumber-sumber daya alam, tenaga air, hutan, lapisa-lapisan batu bara yang bermutu, tersu-menerus tergolong


(51)

sebagai salah satu dari lima negara bagian paling bawah dalam daftar pendapatan perkapita negara itu.

Negara bagian Connecticut, dengan tanah yang miskin, tidak mempunyai sumber alam, selain beberapa tambang besi yang menghabiskan dan sedikit hutan tergolong nomor satu. Namun masyarakatnya tergolong sejahtera. Fakta-Fakta yang telah dikemukakan ini menunjukkan bahwa hubungan sumber daya alam dengan kesejahteraan masyarakat tidak selalu signifikan.

Di Indonesia, kemiskinan budaya mudah ditemukan. Identik dengan kondisi, dimana negara-negara yang pertama kali mempermasalahkan kemiskinan yang dialami negara-negara miskin justru negara-negara kaya. Demikian halnya dengan masyarakat miskin Indonesia, sering kurang peduli atas kondisi yang dialami. Akibatnya, sering kali penduduk miskin tidak mempersoalkan kemiskinan yang diderita. Hal ini menimbulkan pesan, bahwa mereka tidak menganggap kemiskinan itu sebagai suatu masalah yang harus dipecahkan.

Sering terlihat, sikap masyarakat miskin justru mencerminkan bahwa mereka dapat menerima keadaan yang dihadapi. Dengan demikian mereka kurang termotivasi untuk keluar dari kondisi miskin yang dihadapi tersebut. Kondisi spesifik seperti inilah yang kemudian melahirkan konsep program pengentasan masyarakat miskin di Indonesia. Konsep ini diilhami oleh satu anggapan bahwa masyarakat miskin tidak memiliki kemampuan, bahkan motivasi untuk memecahkan masalah yang dihadapi.


(52)

2.6 PKH ( Program Keluarga Harapan)

2.6.1.Defenisi Program Keluarga Harapan (PKH)

Program Keluarga Harapan (PKH) adalah program pemberian bantuan tunai bersyarat kepada Rumah Tangga Miskin/Keluarga Sangat Miskin (RTSM/KSM) yang ditetapkan sebagai peserta PKH. (Pedoman Umum PKH 2014: 13).

2.6.2 Tujuan Program Keluarga Harapan (PKH)

Tujuan umum PKH adalah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, serta mengubah prilaku peserta PKH yang relatif kurang mendukung peningkatan kesejahteraan. Tujuan tersebut sekaligus sebagai upaya mempercepat pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs).

Secara khusus, tujuan PKH terdiri atas :

1. Meningkatkan kualitas kesehatan RTSM/KSM

2. Meningkatkan taraf pendidikan anak-anak RTSM/KSM 3. Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan, khususnya bagi anak-anak RTSM/KSM.


(53)

2.6.3 Hak dan Kewajiban Peserta Program Keluarga Harapan (PKH) 2.6.3.1 Hak dan Kewajiban Peserta PKH Bidang Kesehatan Peserta PKH komponen kesehatan adalah RTSM/KSM yng memiliki kriteria :

1. Ibu hamil/nifas dan atau 2. Anak balita dan atau

3. Anak usia 5-7 tahun (Anak Pra Sekolah) A. Hak Peserta PKH

RTSM/KSM yang terpilih sebagai peserta PKH mendapatkan kartu PKH yang digunakan untuk memperoleh bantuan tunai bersyarat. Kartu peserta PKH merupakan bukti kepesertaan atas nama perempuan dewasa (ibu/kakak perempuan/nenek/bibi) yang mengurus RTSM/KSM. Sesuai pedoman pelaksanaan Jamkesmas

Tahun 2012, kartu PKH dapat berfungsi sebagai kartu Jamkesmas sementara untuk seluruh anggota rumah tangga penerima PKH, apabila RTSM/KSM tidak memiliki kartu Jamkesmas. Besar bantuan yang diterima untuk bantuan bagi RTSM/KSM yang memiliki anak usia dibawah 6 tahun, ibu hamil/menyusui adalah sebesar Rp. 1.000.000.

Bantuan tunai bersyarat akan disalurkan kepada peseta PKH setiap tiga bulan satu kali melalui lembaga bayar. Bantuan tunai tahap pertama akan diberikan jika peserta PKH telah menghadiri pertemuan awal yang dikoordinir oleh UPPKH Kecamatan dan telah mengunjungi pemberi pelayanan kesehatan.


(54)

Bantuan tunai bersyarat tahap berikutnya akan diberikan jika anggota keluarga peserta PKH memenuhi komitmen yang ditetapkan dalam program. Bukti bahwa anggota keluarga peserta PKH telah memenuhi komitmen harus diverifikasi dalam formulir verifikasi kesehatan oleh pendamping dan disahkan oleh petugas kesehatan.

B. Kewjiban Peserta PKH

Peserta PKH akan mendapatkan bantuan tunai bersyarat apabila peserta PKH memenuhi komitmen yang telah ditetapkan. Kewajiban peserta PKH adalah:

1. Menghadiri pertemuan awal

Pertemuan awal yang dikoordinasi oleh UPPKH Kecamatan diselenggarakannya di tingkat kecamatan. Tempat pertemuan diupayakan di lokasi terdekat tempat tinggal calon peserta. Tujuan pertemuan ini adalah untuk :

a. Sosialisasi PKH yang meliputi :

1)Menginformasian tujuan, besaran bantuan, mekanisme dan hal-hal yang terkait dengan PKH.

2)Menjelaskan komitmen (kewajiban) yang harus dilakukan oleh calon peserta PKH untuk dapat menerima bantuan tunai bersyarat.

3)Menjelaskan hak dan kewajiban ibu dan atau wanita dewasa yang mengurus anak pada rumah tangga yang bersangkutan.


(55)

4)Menjelaskan sanksi dan konsekuensinya apabila peserta PKH tidak memenuhi komitmen yang ditetapkan dalam program.

b. Melakukan kunjungan awal ke pusat pelayanan kesehatan.

c. Mematuhi komitmen untuk mengunjungi Pemberi Pelayanan Kesehatan (PKK), sesuai dengan jadwal yang telah disepakati. d. Memeriksa dan memperbaiki data pribadi peserta PKH yang ada

dalam Formulir Validasi serta ditandatangani oleh peserta PKH. e. Mengumulkan semua formulir validasi yang sudah

ditandatangani oleh peserta PKH sebagai bukti kesiapan mereka mengikuti semua ersyaratan dan ketentuan yang ditetapkan PKH.

f. Menjelaskan tata cara mendapatkan pelayanan kesehatan serta tempat pelayanan kesehatan terdekat yang bisa dimanfaatkan oleh peserta PKH.

g. Menjelaskan mekanisme dan prosedur keluhan dan pengaduan atas pelaksanaan PKH.

h. Memfasilitasi pembentukan kelompok peserta PKH dan pemilihan ketua kelompok.

i. Menjelaskan kewajiban ketua kelompok dalam PKH.

Calon peserta PKH diwajibkan menghadiri pertemuan awal, jika berhalangan maka pendamping PKH akan mengunjungi calon peserta PKH atau menyelenggarakan pertemuan susulan. Pendamping PKH mengundang petugas puuskesmas kecamatan untuk menghadiri ertemuan tersebut.


(56)

2. Melakukan Kunjungan Awal ke Posyandu

Segera setelah pertemuan awal, seluruh peserta PKH wajib melakukan kunjungan awal ke posyandu atau fasilitas kesehatan lainnya. Tujuannya untuk:

a. Dicatat data kesehatan anggota keluarganya pada awal rogram. b. Mendapat informasi jadwal kunjungan berikutnya bagi setiap

anggota keluarga peserta PKH yang ditentukan oleh kader posyandu atau petugas kesehatan lainnya sesuai persyaratan yang disajikan pada tabel 1.

3. Mematuhi Komitmen untuk Mengunjungi Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) sesuai dengan jadwal yang telah disepakati.

Tabel 1 pada bab 2 berisi daftar persyaratan yang berlaku bagi setiap anggota keluarga eserta PKH. Kolom pertama menunjukkan sasaran peserta PKH, kolom kedua merinci persyaratan atau kewajiban yang harus dipenuhi oleh setiap anggota rumah tangga peserta PKH, dan kolom ketiga adalah jenis fasilitas kesehatan yang perlu dimanfaatkan oleh setiap peserta untuk memenuhi komitmennya.

Tabel 1 pada bab 2 merupakan acuan bagi petugas kesehatan (Puskesmas dan Jaringannya) untuk menetapkan jadwal kunjungan peserta PKH. Kewajiban peserta PKH selanjutnya adalah mematuhi persyaratan yang ditetapkan dalam PKH (Tabel 1 dan kolom 2 yaitu kunjungan Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) dan memanfaatkan pelayanan kesehatan sesuai jadwal kunjungan yang telah dibuat oleh petugas puskesmas dan atau kader posyandu.


(57)

Tabel 1. Pada bab 2 Persyaratan Peserta PKH Kesehatan Sasaran

[1]

Peserta (Kewajiban peserta)** [2]

Fasilitas [3] Ibu Hamil - Ibu hamil harus

melakukan pemeriksaan kehamilan (antenatal care) sebanyak minimal 4 kali (yaitu K1 di trisemester I, K2 di trisemester II, K3 dan K4 di trisemester III) selama masa kehamilan.

- Mereka akan

mendapatkan tablet tambah darah (Fe) dan Imunisasi Tetanus Toksoi (TT). • Puskesmas, Pustu, olindes, Poskesdes, Pusling, Posyandu

• Dokter, Bidan, Petugas Gizi, Jurim, Kader, Perawat

• Bidan kit, Posyandu kit, Antorpoletri kit, Imunisasi kit.

• Tablet Fe, kapsul vitamin A, Obat-obatan dan bahan-bahan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir.

• Vaksin BCG, DPT/HB


(58)

Comblo, Polio, Campak,

Hepatitis B, TT ibu hamil

• Buku register (kohort ibu hamil, kohort bayi, KSM, buku imunisasi, penimbangan). Ibu Melahirkan

Proses melahirkan bayi harus ditolong tenaga kesehatan terlatih.

Ibu Nifas Ibu yang telah melahirkan harus melakukan pemeriksaan atau

diperiksa kesehatannya setidaknya 3 kali pada minggu

ke-I, minggu ke-II dan minggu ke-IV.

Bayi Usia 0-11 Bulan

- Bayi baru lahir/neonatus (0-28 hari) harus diperiksa kesehatannya sebanyak 3 kali yaitu: 2 kali sebelum 7 hari (KNI, KN2) dan satu kali pemeriksaan lagi pada usia bayi 7-28 hari (KSN).

- Anak berusia dibawah 1 tahun harus ditimbang secara rutin setiap sebulan dan di imunisasi


(59)

lengkap (Jadwal pemberian imunisasi disajikan pada tabel 2).

Bayi Usia 6-11 Bulan

Mendapatkan satu suplemen kapsul vitamin A 100,000IU. Anak Usia

1-5 Tahun

- Anak berusia 1-5 tahun dimonitor tumbuh kembang dengan

melakukan penimbangan secara rutin setiap bulan. - Mendapatkan vitamin A

200,000IU sebanyak 2 kali setahun pada bulan Febuari dan Agustus. Anak Usia

5-6 Tahun

Anak berusia 5-6 tahun dimonitor tumbuh kembang

dengan melakukan penimbangan secara rutin setiap

3 bulan. Catatan:

**= Kewajiban yang ditetapkam dalam PKH yang akan diverifikasi untuk mendapatkan bantuan PKH.

Namun demikian, PPK diberi keleluasaan dalam memberikan pelayanan kesehatan sesuai standar pemberian pelayanan kesehatan yang kini berlaku (misalnya, pemberi vaksin TT bagi anak usia sekolah dan wanita subur, penimbangan setiap bulan bagi anak usia -5 tahun,dll)

Anak peserta PKH yang berumur lebih dari 6 tahun juga mendapatkan layanan kesehatan


(60)

Ringkasan hak dan kewajibab peserta PKH dibidang kesehatan disajikan dalam tabel 2 pada bab 2 berikut ini:

Tabel 2. Pada bab 2 Ringkasan Kewajiban Peserta a.

b.

c.

d.

Bayi 0-11 bulan

Balita 1-5 tahun

Anak 5-7 tahun

Ibu hamil

• Memberikan ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan

• Timbang badan

• Monitor tumbuh kembang

• Imunisasi lengkap

• Khusus 6-11 bulan kapsul biru vitamin A 100,000IU

• Timbang berat badan setiap bulan

• Monitor tumbuh kembang

• Kapsul merah vitamin A 200,000IU: Febuari dan Agustus (2x/tahun)

• Timbang berat badan setia bulan

• Monitor tumbuh kembang 2x pertahun

• Periksa hamil: 1 kali pada trisemester I, 1 kali pada trisemester II, 2 kalipada trisemester III (K1-K4)


(61)

e.

f.

g.

Ibu melahirkan

Ibu nifas

Bayi baru lahir 0-28 hari

• Tablet Fe

• Imunisasi TT (Tetanus Toksoid)

• Ditolong tenaga kesehatan terlatih

• Diperiksa 3 kali yaitu minggu I, II, IV

• Bayi baru lahir (neonatus) diperiksa 3 kali sebelum umur 28 hari yaitu 2 kali sejak lahir sampai umur 7 hari (KNI dan KN2) dan sekali ketika neonatus umur 8-28 hari (KN3)

C. Sanksi dan Pengurangan Bantuan

Peserta PKH yang tidak memenuhi komitmen kesehatan akan dikenakan sanksi perngurangan bantuan. Penghitungannya dilakukan dalam satu tahap penyaluran (3 bulan), maka bantuan yang diterima akan berkurang:

1. Pengurangan bantuan sebesar 10% setiap bulannya.

2. Peserta tidak akan menerima bantuan jika seluruh anggota tidak memenuhi kewajiban selama 3 bulan berturut-turut, tanpa menghilangkan status kepesertaannya.


(62)

Rincian pengurangan dana dapat dilihat pada tabel 3 berikut:

Tabel 3. Pada bab 2 Pengurangan Dana Anggota Rumah

Tangga

Tidak Mematuhi Komitmen

Bulan ke 1 Bulan ke 2 Bulan ke 3 Total Pengurangan

Seluruh 10% 10% 10% 100%

Sebagian/Tanggung Renteng

10% 10% 10% 30%

Ketentuan diatas berlaku secara tanggung renteng untuk seluruh anggota keluarga Peserta PKH. Artinya, bila ada satu saja anggota RTSM/KSM tidak memenuhi kewajiban di bidang kesehatan maka akan dilakukan pengurangan bantuan sebesar seperti tabel di atas. Ketentuan tersebut tidak berlaku bagi kondisi akibat bencana alam, bencana sosial, ketiadaan dokter, bidan dan obat-obatan serta pusat layanan tutup (tidak memberikan layanan).

2.6.3.2.Hak dan Kewajiban Peserta PKH Bidang Pendidikan Peserta PKH diwajibkan memenuhi persyaratan berkaitan dengan pendidikan jika memiliki anak berusia 7-15 tahun. Anak peserta PKH tersebut harus didaftarkan/terdaftar pada satuan pendidikan (SD/MI/SDLB/Salafiah Ula/Paket A atau SMP/MTs/SLMB/Salafiah Wustha/Paket B termasuk SMP/MTs terbuka) dan mengikut kehadiran di kelas minimal 85% dari hasil belajar efektif dalam sebulan selama tahun ajaran berlangsung. Apabila ada anak yang berusia 5-6 tahun yang sudah masuk sekolah dasar dan sejenisnya, maka yang bersangkutan dikenakan persyaratan pendidikan seperti anak peserta PKH lainnya.


(63)

Jika peserta PKH memiliki anak usia 7-18 tahun yang belum menyelesaikan pendidikan dasar, maka peserta diwajibkan mendaftarkan anak tersebut kesatuan pendidikan yang menyelenggarakan program Wajib Belajar 9 tahun/pendidikan kesetaraan. Apabila anak yang bersangkutan bekerja/pekerja anak atau telah meninggalkan sekolah dalam waktu yang cukup lama, maka anak tersebut harus mengikuti program remedial untuk mempersiapkannya kembali ke satuan pendidikan. Dalam rangka pelaksanaan remedial dimaksud satuan pendidikan harus menyediakan program remedial. Apabila anak dengan usia tersebut di atas masih buta aksara, maka diwajibkan untuk mengikuti pendidikan keaksaraan fungsional di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) terdekat. Berikut ini dijelaskan hak dan kewajiban peserta PKH dalam bidang pendidikan.

A. Hak peserta PKH

Peserta PKH berhak memperoleh bantuan uang tunai bersyarat apabila telah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Besaran bantuan tunai untuk komponen pendidikan tergantung dari jumlah anak dan jenjang pendidikan yang diduduki oleh anak. Rincian besaran bantuan komponen pendidikan disajikan pada Tabel 4 berikut ini.


(64)

Tabel 4. Pada bab 2 Skenario Bantuan PKH komponen Pendidikan Skenario Bantuan Bantuan per RTSM

per tahun Bantuan bagi RTSM yang memiliki:

a. Anak usia

SD/MI/SDLB/Salafiyah Ula/Paket A

b. Anak usia

SMP/MTs/SMPLB/Salafiyah Wustha/Paket

Rp. 500.000

Rp. 1.000.000

Bantuan tunai bersyarat akan dibayarkan kepada peserta setia tiga bulan melalui bayar. Bantuan diterima langsung oleh ibu, nenek,bibi atau perempuan dewasa yang mengasuh anak usia 7-18 tahun terdaftar disekolah dan/atau belum menyelesaikan pendidikan dasar.

Bagi anak usia 7-18 tahun yang berada diluar sistem sekolah atau tidak terdaftar maka pendamping berkewajiban untuk memberikan advokasi melalui berbagai program pemerintah dari kementrian/lembaga lain sehingga anak tersebut kembali kedalam sistem sekolah.

Untuk tahap pertama, bantuan tunai bersyarat diberikan jika peserta PKH (ibu, nenek, bibi, atau perempuan dewasa). Telah menghadiri pertemuan awal yang dikoordinasikan oleh UPPKH Kecamatan dan anak-anak dari keluarga peserta PKH sudah terdaftar disatuan pendidikan yang telah ditetapkan.


(65)

Untuk tahap berikutnya, bantuan tunai PKH komponen pendidikan akan diberikan jika anak-anak dari keluarga peserta PKH sudah memenuhi komitmen pendidikan yang ditetapkan yakni kehadiran minimal 85% dikelas/kelompok belajar. Sebagai bukti bahwa anak-anak telah memenuhi komitmen pendidikan, diperoleh dari hasil verifikasi yang dilakukan oleh pendamping dan tenaga pendidik (guru/tutor) dan diketahui oleh kepala sekolah/ketua penyelenggara satuan pendidikan.

Anak peserta PKH yang terdaftar disekolah formal, diprioritaskan untuk menerima Bantuan Siswa Miskin (BSM). Sesuai persyaratan yang ditetapkan oleh kementrian pendidikan dan kebudayaan (Surat Edaran Direktur Jendral Pendidikan Dasar dan Mencegah, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor.728/C2/Beasiswa Bagi Siswa Miskin Jenjang Sekolah Dasar) dan Bantuan Beasiswa Miskin dari Kementrian Agama (Pedoman Bantuan Beasiswa Prestasi, Tahun 2008).

B. Kewajiban Peserta PKH

Untuk bisa menerima hak (bantuan tunai bersyarat), peserta PKH diharuskan memenuhi kewajiban atau komitmen yang ditetapkan. Kewajiban yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Menghadiri Pertemuan Awal

Sebelum bantuan tahap pertama dibayarkan, pertemuan diawal dikoordinasikan oleh pendamping di Kecamatan dan diselenggarakan di lokasi terdekat dengan domisili RTSM/KSM. Seluruh calon peserta PKH terpilih (ibu, nenek, bibi atau perempuan dewasa) diwajibkan menghadiri acara pertemuan


(1)

b. Kurang Tepat Sasaran c. Belum Tepat Sasaran

Alasan:

16.Menurut ibu, apakah ibu menerima namtuan Program Keluarga Harapan tepat pada waktunya?

a. Tepat Waktu

b. Kurang Tepat Waktu c. Tidak Tepat Waktu

Alasan:

17.Bagaimana tanggapan ibu, apakah penyaluran dana Program Keluarga Harapan sudah berjalan dengan baik?

a. Baik

b. Kurang Baik c. Tidak Baik

Alasan:

18.Menurut ibu, apakah petugas pelaksanaan PKH sudah menjalankan tugasnya dengan baik?

a. Sudah baik b. Kurang baik c. Tidak baik

Alasan:

19.Apakah ibu mendapatkan pelayanan yang baik pada saat pemberian kartu peserta PKH ataupun pada saat penyaluran dana PKH?


(2)

b. Kurang baik c. Tidak baik

Alasan

20.Sejauh ini bagaimana tanggapan ibu tentang pelaksanaan di Kecamatan Rantau?

a. Baik

b. Kurang baik c. Tidak baik

Alasan: C. Partisipasi

21.Apakah ibu ikut serta dalam menikmati hasil Program Keluarga Harapan? a. Menikmati

b. Kurang Menikmati c. Tidak Menikmati

Alasan:

22.Apakah petugas pemerintah/pihak TIM pelaksanaan Program Keluarga Harapan pernah memberikan penyuluhan/sosialisasi tentang Program Keluarga Harapan?

a. Pernah

b. Kadang-Kadang c. Tidak Pernah


(3)

23.Apakah ibu ikut serta dalam musyawarah di desa sebelum Program Keluarga Harapan ini dijalankan?

a. Pernah

b. Kadang-Kadang c. Jarang

Alasan:

24.Apakah ibu pernah ikut serta dalam pertemuan kelompok yang diadakan oleh petugas Program Keluarga Harapan?

a. Pernah

b. Kadang-Kadang c. Tidak Pernah

Alasan:

25.Apakah ibu pernah ikut serta dalam sosialisasi penguatan komitmen yang dilaksanakan 3 bulan sekali oleh petugas pelaksana Program Keluarga Harapan?

a. Pernah

b. Kadang-Kadang c. Tidak Pernah

26.Apakah ibu pernah membawa anak balita ibu ke posyandu? a. Pernah

b. Kadang-Kadang c. Tidak Pernah


(4)

DAFTAR PEDOMAN WAWANCARA

1. Bagaimana tahapan dari pelaksanaan PKH ini? Dan apakah sudah berjalan dengan baik?

2. Siapa-siapa saja yang menerima PKH ini? Dan menurut Bapak/Ibu sudahkan tepat sasaran?

3. Apakah besar bantuan yang diterima peserta PKH sesuai dengan yang telah ditentukan atau ada potongan?

4. Seperti apa dampak atau manfaat dari PKH ini terhadap penerimanya? 5. Apakah pelaksanaan PKH ini sudah efektif dijalankan?

6. Siapa saja yang terlibat dalam proses pelaksanaan PKH ini? Dan apakah pihak-pihak yang terlibat sudah melaksanakan tugasnya dengan baik? 7. Apakah Bapak/Ibu turun kelapangan untuk memantau kondisi masyarakat

penerima PKH ini?

8. Bagaimana dan seperti apa sosialisasi terhadap masyarakat penerima PKH di Kecamatan Rantau?

9. Menurut Bapak/Ibu, apa kegunaan dari pembentukan kelompok ibu penerima PKH? Dan apakah telah berfungsi dengan baik?

10.Menurut Bapak/Ibu, seperti apa sikap pelaksana PKH menyikapi keluhan masyarakat ataupun permasalahan terkait program ini?

11.Bagaimana menurut Bapak/Ibu komitmen peserta PKH terkait kewajibannya yang telah diatur dalam ketentuan PKH?


(5)

Lampiran 1 hasil Skala Likert Karakteristik Jawaban Responden Program Keluarga Harapan

No. Res

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 0

11 12 13 1 4

15 1 6 1 7 1 8 1 9 2 0 2 1 2 2 2 3 2 4 2 5 2 6

PERSEPSI SIKAP PARTISIPAS

I 1

-1 -1 -1 -1

-1 0 0 -1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 -1

1 1 -1 2 1 1 1 1 -1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 0 -1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

-1 4

-1 -1

-1

1 -1 0 0 -1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 -1

1 1 -1 5 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 6 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 8 1 1 1 1 -1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 1 1 1 1 -1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12

-1 -1

1 1 -1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

-1 14 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 1 1 1 1 -1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 1 1 1 1 1 1

-1

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1

-1 18 1 1 1 1 -1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

-1 19 1 1 1 1 1 -1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 20 1 1 1 1 0 -1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 21 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 22 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 23 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

-1 24 1 1 1 1 -1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 25 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 26 1 1 1 1 -1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 27 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 29 1 1 1 1 -1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1

-1


(6)

30 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 31 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

-1 32 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 33 1 1 1 1 1 1 0 0 -1 1 -1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 34 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

-1 35 1 1 1 1 -1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

-1 -1

1 1 36 1 1 1 1 -1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 37 1 1 1 1 -1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

-1 38 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

-1 39 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 40 1 1 1 1 1 1

-1

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 -1 41 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

-1 42 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

-1 43 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 44 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 45 1 1 1 1 1 -1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 46 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 47 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 48 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 49 1 1 1 1 1 -1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 50 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 51

-1

1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 52 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 53 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

-1 54 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Juml ah 4 6 4 2 5 1 5 1 1 3 1 4 4 5 4 8 5 3 5 4 5 0 5 4

54 4 5 5 4 4 4 5 3 5 4 5 4 5 4 5 1 5 3 4 7 4 9 5 3 1 7 Rata -rata 0 , 8 7 0 . 7 9 0 , 9 6 0 , 9 6 0, 2 5 0, 2 7 0 , 8 5 0, 9 0 0, 9 8

1 0, 9 4

1 1 0 , 8 5

1 0 , 8 3 0 , 9 8

1 1 1 0 , 9 6 0 , 9 8 0 , 8 8 0 , 9 2 0 , 9 8 0 , 3 3