gambaran Koleksi Semen Segar di Balai Pe

PENDAHULUAN
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki potensi ternak sapi
yang besar. Jumlah sapi dan kerbau pada tahun 2013 tercatat sebanyak
278 100 ekor, terdiri dari 4.326 ekor sapi perah, 272.794 ekor sapi potong,
dan 980 ekor kerbau. Jumlah sapi dan kerbau betina lebih tinggi bila
dibandingkan dengan jumlah sapi dan kerbau jantan. Hasil ST2013
menunjukkan bahwa jumlah sapi dan kerbau betina sebanyak 195.368
ekor dan jumlah sapi dan kerbau jantan sebanyak 82.732 ekor (BPS
2014). Kebutuhan atau besaran konsumsi daging sapi di DIY mencapai
36.000 ekor per tahun (Dinas Pertanian DIY 2013). Dari gambaran ini
apabila laju pemotongan sapi tidak diimbangi pertambahan populasi maka
suatu saat poipulasi sapi potong di DIY bisa habis. Hal inilah yang
menuntut peran dari Pemerintah DIY dalam hal ini Dinas Pertanian DIY
untuk melakukan langkah-langkah strategis dalam rangka meningkatkan
populasi sapi di DIY.
Salah

satu

peran


dari

Pemerintah

adalah

adanya

Balai

Pengembangan Bibit Pakan Ternak dan Diagnostik Kehewanan (UPTD
BPBPTDK DIY) yang memiliki tugas menyediakan bibit berupa semen
beku untuk inseminasi buatan (IB). Peningkatan populasi ternak termasuk
sapi, menuntut penyediaan sumber bibit, baik sebagai ternak Bibit
maupun

bakalan

untuk


penggemukan

(Tolihere

1985).

Untuk

meningkatkan populasi ternak sapi diperlukan peningkatan efisiensi
reproduksi dan fertilitas ternak (Havez et.al 2000). Program inseminasi
buatan (IB) merupakan suatu cara perkawinan yang lebih efisien dan
efektif dalam penggunaan semen pejantan untuk membuahi sapi betina
dalam jumlah banyak dan menyebarkan Bibit unggul dibandingkan
dengan perkawinan alam (Tolihere 1985). Keberhasilan IB ditentukan oleh
kualitas semen beku pejantan yang dipengaruhi oleh karakteristik semen
segarnya yang dapat dilakukan melalui pemeriksaan, baik makroskopis
maupun mikroskopis.
1

Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan penulisan yang bertujuan untuk

mengetahui gambaran Koleksi Semen Segar di Balai Pengembangan
Bibit, Pakan Ternak dan Diagnostik Kehewanan (BPBPTDK) D.I.
Yogyakarta Tahun 2014. Penelitian ini bermanfaat memberikan informasi
tentang koleksi semen segar yang meliputi jumlah ekor, ras, intensitas
koleksi dan informasi tentang semen segar. Informasi tentang semen
segar ini meliputi nama pejantan, kode, warna, volume, konsistensi,
gerakan massa, konsentrasi dan motilitas. Informasi ini penting sebagai
salah satu bahan menentukan kebijakan tentang produksi semen beku
yang digunakan untuk IB di Yogyakarta.

MATERI DAN METODE

2

Gambaran Koleksi Semen Segar Unit Pengembangan Semen Beku Balai
Pengembangan Bibit Pakan Ternak Dan Diagnostik Kehewanan Tahun
2014 diperoleh dari data Produksi di Unit Pengembangan Semen Beku
UPTD BPBPTDK DIY Jalan Palagan Tentara Pelajar Km.15,5 Sumedang,
Purwobinangun, Pakem, Sleman Yogyakarta.


Materi
Materi digunakan data Produksi tahun 2014 di Unit Pengembangan
Semen Beku UPTD BPBPTDK DIY Jalan Palagan Tentara Pelajar
Km.15,5 Sumedang, Purwobinangun, Pakem, Sleman Yogyakarta.

Metode
Data Produksi diolah dan dibahas berdasarkan literatur buku, jurnal atau
sumber pustaka lainnya.
Analisis Data
Data yang ada dibuat table kemudian dianalisis dengan Program
Komputer Microsoft excel 2003 yang meliputi data statistic berupa ratarata, nilai tengah, Mode, standar deviasi, variasi sampel, kurtosis,
kelengkungan, rentang, nilai minimum, nilai maksimal, jumlah total, nilai
terhitung, nilai terbesar, nilai terkecil, tingkat kepercayaan 5%.

TINJAUAN PUSTAKA

3

PROFIL UPTD BPBPTDK DIY
Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Pengembangan Bibit, Pakan Ternak

dan Diagnostik Kehewanan (UPTD BPBPTDK) merupakan salah satu unit
kerja dari Dinas Pertanian Pemerintah Daerah Daerah Istimewa
Yogyakarta (UPTD BPBPTDK DIY) yang mempunyai tugas melaksanakan
sebagian tugas Dinas Pertanian di bidang pengembangan bibit, pakan
ternak dan diagnostik kehewanan. UPTD BPBPTDK mempunyai fungsi:
penyusunan program Balai; pengembangan semen; pengembangan
pakan ternak; pengembangan ternak bibit; pelaksanaan diagnosa dan
surveilans; pengendalian mutu produk asal hewan; penyelenggaraan
ketatausahaan; pelaksanaan evaluasi dan penyusunan laporan program
Balai; pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai tugas
dan fungsinya.
Susunan UPTD BPBPTDK DIY meliputi
1. Kepala Balai;
2. Subbagian Tata Usaha yang mempunyai tugas melaksanakan
kearsipan, keuangan, kepegawaian, pengelolaan barang,
kerumahtanggaan, kehumasan, kepustakaan, serta penyusunan
program dan laporan kinerja;
3. Seksi Pengembangan Semen, Ternak Bibit dan Pakan Ternak yang
mempunyai tugas melaksanakan pengembangan semen, ternak
bibit dan pakan ternak;

4. Seksi Diagnostik Kehewanan yang mempunyai tugas
melaksanakan diagnosa dan surveilans serta pengendalian mutu
produk asal hewan;
5. Kelompok Jabatan Fungsional tertentu yang meliputi : Medik
Veteriner, Pengawas Mutu Bibit, Paramedik Veteriner dan
Pengawas Mutu Pakan.

4

Unit Pengembangan Semen Beku bertugas memproduksi semen beku
untuk memenuhi sebagain kebutuhan di Yogyakarta. Tugas ini didukung
dengan adanya ternak sapi jantan yang berjumlah 20 ekor per 1 Januari
2014. Rincian ternak milik Unit Pengembangan Semen Beku UPTD
BPBPTDK DIY per 1 Januari 2015 pada tabel 1.
No
1
2
3
4
5

6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

Kode
Nama Sapi
Jenis Kelamin
Ras

60511
Sembada
Jantan
Simmental
60918
Esmond
Jantan
Simmental
60917
Egan
Jantan
Simmental
21003
Orlando
Jantan
PO
21004
Ontoseno
Jantan
PO

80605
Lorenzo
Jantan
Limousin
80906
Lucky
Jantan
Limousin
60916
Eyser
Jantan
Simmental
61013
Suryo
Jantan
Simmental
61014
Samodro
Jantan
Simmental

61015
Satrio
Jantan
Simmental
61120 Aster Conan
Jantan
Simmental
21101
Lion
Jantan
PO
21102
Java
Jantan
PO
41103
Brawijaya
Jantan
Brahman
41104

Brajamusti
Jantan
Brahman
61221
Jantan
Simmental
61222
Jantan
Simmental
61223
Jantan
Simmental
61224
Jantan
Simmental
Tabel 1. Data pejantan UPTD BPBPTDK DIY 2014

KOLEKSI SEMEN SEGAR

5

Koleksi semen segar merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
menampung semen segar sapi. Kegiatan ini meliputi tahap persiapan,
tahap koleksi dan tahap evaluasi kualitas. Tahap persiapan dilakukan
sejak pagi hari sekitar pukul 06.00-08.00 yang terdiri dari pembersihan
kandang, tempat pakan dan minum serta memandikan sapi. Sapi
dimandikan dengn cara disemprot air kemudian disikat pada seluruh
badan sapi dari kepala sampai ujung kuku lalu dibilas kembali. Bagian
khusus yang harus benar benar bersih adalah praeputium, perut dan
pantat sapi. Selanjutnya sapi diberi pakan berupa hijauan pakan ternak
berupa rumput gajah dan leguminosa. Sebelum dilakukan koleksi terlebih
dahulu dilakukan persiapan alat koleksi semen segar berupa vagina
buatan (VB), termometer, KY jeli, lap kain, tisu gulung, air panas dan glove
plastik.
Tahap koleksi dilakukan mulai dari persiapan teaser. Teaser adalah
pejantan lain yang akan dinaiki pejantan bull yang akan diambil
spermanya. Teaser bisa berupa pejantan yang lain atau patung
menyerupai sapi. Pada UPTD BPBPTDK teaser yang digunakan adalah
pejantan lain yang tidak sedang dikoleksi dan digunakan bergiliran atau
bergantian. Setelah teaser siap pejantan yang akan diambil spermanya
dituntun mendekati teaser. Pejantan yang bias dikoleksi akan menunjukan
beberapa tanda seperti mencium pantat teaser, flehmen, mengangkat
daun telinga dan penis mulai ereksi serta keluar plasma (cairan) bening
dari ujung penis. Pejantan dibiarkan naik 3 kali sampai dipastikan ereksi
maksimal. Sambil menunggu ereksi optimal petugas kolektor akan
menyiapkan vagina buatan (VB). Vagina buatan disiapkan dengan diisi 2/3
air panas + 1/3 udara sampai suhu mirip vagina betina (± 40 0 C) dan ditiup
agar rapat lalu diberi pelicin. Saat sapi naik ke-4 (bias ke-5) pangkal penis
dipegang kolektor kemudian ujung VB ditempelkan pada ujung penis
sehingga sapi ejakulasi. Hasil ejakulasi dibawa ke laboratorium untuk
dianalisa kualitas dan kwantitasnya secepat mungkin.

6

Tahap berikutnya merupakan tahap pemeriksaan kualitas dan kuantitas
semen segar hasil koleksi. Pada tahap ini pemeriksaan dilakukan dengan
teliti dan hati-hati serta memperhatikan hal-hal sebagi berikut : dilakukan
dengan cepat agar energi spermatozoa tidak cepat habis, dilakukan
berurutan, alat dan pemeriksaan diatur berurutan serta penurunan suhu
dilakukan bertahap untuk menghindari temperatus shock
Pemeriksaan

dilakukan

meliputi

2

aspek

yakni

mikroskopis

dan

makroskopis yang terdiri dari
a. Secara makroskopis
-volume
-warna
-bau
-kekentalan
-pH
-adanya ikutan benda-benda lain

: 1-8 ml
: putih-krem
: khas
: encer/sedang/kental
:6-8
:tidak ada

(darah, rambut, debu, dll)
b. Secara mikroskopis
-Gerakan massa
-Motilitas

: 0,+,++,+++ (nol, normal, baik, sangat baik)
:70% (lemah, normal,

-Konsentrasi

baik, sangat baik)
: spektofotometer >1000 juta/ ml.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Proses koleksi semen dilakukan setiap hari senin dan kamis mulai pukul
08.00 sampai selesai. Dari 20 ekor pejantan bull hanya 16 yang dioleksi
karena 4 ekor bull masih belum cukup umur (calon pejantan). Selama
kurun waktu 2014 dilakukan prosesing semen beku sebanyak 81 kali.
Setiap ekor pejantan tidak selalu dikoleksi setiap proses sehingga dari
7

data diperoleh bahwa rata-rata koleksi per ekor adalah 48 kali. Rincian
koleksi dapat dillihat pada grafik 1.

Grafik 1. Jumlah koleksi per ekor per tahun

Dari grafik 1 dapat dilihat bahwa koleksi paling banyak yaitu 59 kali untuk
pejantan Sembada dan Esyer sedangkan yang paling jarang yaitu Lion
sebanyak 27 kali. Perbedaan koleksi ini disebabkan oleh beberapa hal
misalnya kebutuhan straw per individu atau status kesehatan dan
performa pejantan. Selanjutnya pejantan yang dikoleksi 58 kali yaitu Suryo
dan Brajamusti serta Ontoseno dikoleksi sebanyak 56 kali. Proses koleksi
di akhiri jika sapi sudah ejakulasi. Ejakuasi adalah proses gerak refleks
yang mengosongkan epididimis, urethra dan kelenjar kelamin aksesori
hewan jantan (Hafez 1993). Pada dasarnya seekor sapi mampu ejakulasi
berkali kali dalam sehari. Ejakulasi pertama dan ejakulasi kedua perlu
diberi jarak kira-kira 15 menit untuk menjaga kualitas sperma. Secara
keseluruhan koleksi pada tahun 2014 dilakukan sebanyak 777 kali dengan

8

total volume hasil koleksi 2.952 ml dengan rata-rata volume 3,8 ml dan
rata-rata konsentrasi adalah 1,585 x 109/ml.
No

Nama Sapi

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

Sembada
Esmond
Egan
Orlando
Ontoseno
Lorenzo
Lucky
Eyser
Suryo
Samodro
Satrio
Aster
Lion
Java
Brawijaya
Brajamusti
S.0026
S.0097
S.0013
S.0094

putih kekuningan
(%)
1
0
0
3
2
0
0,5
0,5
1
0
2
1,5
0,5
2
0
1
0
0
0
0

putih susu
(%)
98
100
95,5
97
98
100
98,5
99
98
100
97
97
98
96
100
98
0
0
0
0

Putih
(%)
1
0
0,5
0
0
0
1
0,5
1
0
1
1,5
1,5
2
0
1
0
0
0
0

Tabel 2. Persentase Warna Semen Segar

Hasil pemeriksaan warna pada semen segar dikategorikan dalam tiga
warna yaitu putih, putih susu dan putih kekuningan. Presentase warna
semen segar pada berbagai pejantan terdapat pada Tabel 2. Hasil
pemeriksaan warna semen segar didominasi oleh warna putih susu.
Secara umum hasil pemeriksaan warna semen didominasi warna putih
susu. Warna semen ini adalah normal, sesuai pendapat Feradis (2010)
dan Nursyam (2007) bahwa semen sapi normal berwarna putih susu atau
krem keputihan dan keruh. Derajat kekeruhannya tergantung pada
konsentrasi spermatozoa.

9

Hasil pemeriksaan motilitas massa semen sapi segar pada berbagai
pejantan terdapat pada Tabel 3.
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

Nama Sapi 0 (%) +1 (%) +2 (%)
+3 (%)
2
Sembada
1
2
95
1
Esmond
1
2
96
2
Egan
2
3
93
1
Orlando
1
4
94
3
Ontoseno
2
4
91
4
Lorenzo
2
4
90
1
Lucky
5
4
90
3
Eyser
3
3
91
2
Suryo
3
2
93
0
Samodro
3
1
96
1
Satrio
5
4
90
1
Aster
2
7
90
2
Lion
4
4
90
5
Java
0
10
85
2
Brawijaya
2
3
93
2
Brajamusti
3
3
92
0
S.0026
0
0
0
0
S.0097
0
0
0
0
S.0013
0
0
0
0
S.0094
0
0
0
Rata-rata
2.4
3.8
91.8
2.0
Tabel 3. Persentase Motilitas Massa Semen Segar setiap ekor
Hasil

penelitian

menunjukan

kurang

dari

10%

sapi-sapi

jantan

menghasilkan semen yang normal berwarna kekuningan. Warna ini
diduga disebabkan oleh pigmen riboflavin yang dibawakan oleh satu gen
autosomonal

resesif

dan

tidak

mempengaruhi

terhadap

fertilitas

(Toelihere, 1993). Warna semen rendah kaitannya dengan konsentrasi
semen segar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bangsa sapi yang
mempunyai konsentrasi tinggi belum tentu memiliki warna semen segar
yang di dominasi warna putih susu.

10

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Nama
Sapi

Kode

Ras

Sembada
60511 Simmental
Esmond
60918 Simmental
Egan
60917 Simmental
Orlando
21003
PO
Ontoseno
21004
PO
Lorenzo
80605
Limousin
Lucky
80906
Limousin
Eyser
60916 Simmental
Suryo
61013 Simmental
Samodro
61014 Simmental
Satrio
61015 Simmental
Aster
61120 Simmental
Lion
21101
PO
Java
21102
PO
Brawijaya
41103
Brahman
Brajamusti 41104
Brahman
Rata-rata keseluruhan

Jumlah
koleksi
per
tahun
59
45
50
47
56
38
40
59
58
45
52
55
27
37
51
58
48,6

Ratarata
volume
(ml)
4,4
4,0
3,9
4,1
4,1
4,2
3,7
3,4
3,6
3,7
3,3
3,7
3,2
3,5
4,2
3,7
3,8

Rata-rata
konsentrasi
(109 /ml)
1,567
1,227
1,497
1,571
1,302
1,824
1,774
1,738
1,728
1,064
1,763
1,699
1,386
1,706
1,734
1,787
1,585

Tabel 4. Volume rata-rata koleksi per ekor tahun 2014 UPTD BPBPTDK DIY

Hasil pemeriksaan motilitas massa semen segar pada masing-masing
pejantan, motilitas massa 2+ mempunyai persentase tertinggi. Hal ini
menunjukkan bahwa semen segar tersebut mempunyai gerakan aktif.
Motilitas semen sapi ada yang bernilai 0 (Tabel 3), ini kemungkinan
disebabkan oleh kondisi sapi yang kurang sehat pada saat ditampung,
selain itu kemungkinan disebabkan kondisi suhu vagina buatan tidak
sesuai. Rendahnya daya adaptasi sapi import terhadap iklim dan cuaca di
Indonesia mempengaruhi produksi semen segar yang dihasilkan. Hal ini
sesuai dengan hasil penelitian dari Sarastina (2006) yang menyatakan
bahwa sapi lokal akan memiliki daya adaptasi lebih baik dibandingkan
dengan bangsa sapi import.
Rata-rata volume semen hasil koleksi sepanjang tahun 2014 dapat dilihat
pada tabel 4, yakni sembada 4,5±0,7 ml, Esmond 4±0,5 ml, Egan 3,9±0,6
11

ml, Orlando 4,1±0,6 ml, Ontoseno 4,1±0,9, Lorenzo 4,2±0,6 ml, Lucky
3,7±0,6 ml, Eyser 3,4±0,7 ml, Suryo 3,6±0,6 ml, Samodro 3,7±0,6 ml,
Satrio 3,3±0,8 ml, Aster 3,7±0,6 ml, Lion 3,2±0,6 ml, Java 3,5±0,7 ml,
Brawijaya 4,2±0,8 ml dan Brajamusti 3,7±0,8 ml. Hasil penelitian ini sesuai
dengan pendapat Almquist (1968) bahwa volume semen yang dihasilkan
sapi pejantan sebanyak 8 ml dengan kisaran 2-15 ml. Lebih lanjut
dinyatakan oleh Hafez (1993) bahwa volume sapi pejantan sebanyak 5-8
ml. Berdasarkan tabel statistik, seluruh sapi menghasilkan volume semen
yang sama dengan volume normal semen ejakulasi sapi. Hal tersebut
disebabkan

oleh

kesamaan

spesies

hewan

yaitu

spesies

Bos

(Williamsoon dan Payne, 1993). Hal serupa juga dikemukakan oleh Hafez
(1993) bahwa spesies mempengaruhi volume semen yang dihasilkan.
Disamping dipengaruhi oleh bangsa volume semen juga dipengaruhi oleh
umur dan bobot badan yang berkaitan dengan proses reproduksi sapi
jantan. Gambaran umur dari 20 ekor sapi yang diteliti dapat dilihat pada
tabel 5. Data ini menunjukkan sapi yang dikoleksi telah mencapai
pubertas sehingga menghasilkan volume semen yang relatif sama.
Linsday et al. (1982) menyatakan bahwa umur pubertas sapi jantan
berkisar antara 10-12 bulan untuk memproduksi cukup sperma dan
dewasa tubuh pada 36 bulan. Chenoweth (1992) menyatakan bahwa
pada umur 24 bulan sapi jantan dapat dimasukkan ke dalam kategori
pemeriksaan fisik untuk mengetahui bibit potensial karena proses
reproduksi sapi jantan telah matang dalam memproduksi semen.
No
1
2
3
4
5
6
7

Nama Sapi

Kode

Ras

Sembada
Esmond
Egan
Orlando
Ontoseno
Lorenzo
Lucky

60511
60918
60917
21003
21004
80605
80906

Simmental
Simmental
Simmental
PO
PO
Limousin
Limousin
12

Umur
(tahun)
8
5
5
4
4
7
5

Berat Badan
(kg)
1130
881
832
556
590
420
360

8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

Eyser
Suryo
Samodro
Satrio
Aster
Lion
Java
Brawijaya
Brajamusti
S.0026
S.0097
S.0013
S.0094

60916
61013
61014
61015
61120
21101
21102
41103
41104
61221
61222
61223
61124

Simmental
Simmental
Simmental
Simmental
Simmental
PO
PO
Brahman
Brahman
Simmental
Simmental
Simmental
Simmental

5
4
4
4
4
3
3
3
3
2
2
2
2

752
702
792
788
768
744
270
365
282
305
330
320
315

Tabel 5. Berat badan dan umur sapi jantan UPTD BPBPTDK DIY per 2014

Sato (1992) menyebutkan bahwa bobot badan sapi jantan berhubungan
erat dengan ukuran testis, pejantan dengan volume testis dan lingkaran
skrotum lebih besar menghasilkan sperma yang juga lebih banyak.
Salisbury dan Van Demark (1985) menyatakan bahwa semakin tinggi
berat badannya, semakin tinggi pula berat testisnya karena kelenjar
aksesoris yang menghasilkan plasma semen juga berkembang. Pendapat
yang sama dikemukakan oleh Lindsay et al. (1982) bahwa ukuran testis
mempengaruhi volume semen yang dihasilkan. Metode penampungan
semen dan frekuensi ejakulasi pejantan yang relatif sama tidak
menyebabkan perbedaan volume semen yang dihasilkan antar bangsa.
Toelihere (1985) menyebutkan bahwa metode vagina buatan umum
digunakan untuk penampungan semen karena lebih mendekati bentuk
vagina alami, sehingga kualitas semen yang diejakulasikan lebih
optimal. Menurut Masuda (1992), frekuensi ejakulasi mempengaruhi
volume semen, dimana ejakulasi 2 kali sehari setiap 2-4 hari mampu
menghasilkan volume semen yang optimal.

No
1

Nama Sapi
Sembada

Kode

Ras

60511

Simmental
13

Jumlah
koleksi
per tahun
59

Rata-rata
motilitas(%)
46,0±19,3

2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Esmond
60918
Simmental
45
22,0±21
Egan
60917
Simmental
50
39,0±19
Orlando
21003
PO
47
56,6±18
Ontoseno
21004
PO
56
40,0±17
Lorenzo
80605
Limousin
38
58,9±9
Lucky
80906
Limousin
40
54,3±13
Eyser
60916
Simmental
59
56,3±9
Suryo
61013
Simmental
58
54,5±9
Samodro
61014
Simmental
45
31,0±24
Satrio
61015
Simmental
52
57±12
Aster
61120
Simmental
55
46,5±17
Lion
21101
PO
27
32±25
Java
21102
PO
37
48,9±16
Brawijaya
41103
Brahman
51
59,0±11
Brajamusti
41104
Brahman
58
60±9
Rata-rata keseluruhan
48,6
Tabel 6. Motilitas rata-rata koleksi per ekor tahun 2014

Prestimulasi yang relatif sama tidak menyebabkan perbedaan volume
semen yang dihasilkan oleh kedua ekor sapi. Hal ini sesuai yang
dinyatakan oleh Malore dan Laing (1979) bahwa prestimulasi yang cukup
pada saat penampungan dapat meningkatkan volume tanpa menurunkan
konsentrasi. Lebih lanjut dijelaskan oleh Salisbury dan Van Demark (1985)
bahwa false mount (menaikturunkan pejantan tanpa ejakulasi), mengganti
teaser, dan menciptakan suasana tenang di sekitar tempat penampungan
dapat meningkatkan libido pejantan. Selain itu, kemungkinan kedua ekor
sapi mempunyai daya adaptasi yang sama dengan iklim di Indonesia,
faktor pakan, dan kondisi tempat penampungan yang sama sehingga
volume semen tidak berbeda antar bangsa.
Hasil pemeriksaan motilitas individu semen sapi segar pada berbagai
pejantan bisa dilihat pada Tabel 6. Hasil analisis ragam menunjukkan
bahwa Motilitas Individu spermatozoa pada setiap pejantan menunjukkan
adanya perbedaan yang nyata. Rata – rata motilitas individu Spermatozoa
pada Sembada 46,0±19,3, Esmond 22,0±21, Egan 39,0±19, Orlando
56,6±18, Ontoseno 40,0±17, Lorenzo 58,9±9, Lucky 54,3±13, Eyser

14

56,3±9, Suryo 54,5±9, Samodro 31,0±24, Satrio 57±12, Aster 46,5±17,
Lion 32±25, Java 48,9±16, Brawijaya 59,0±11 dan Brajamusti 60±9.
Hasil pemeriksaan di atas menunjukkan bahwa motilitas individu
spermatozoa kurang baik, karena motilitas individu kurang dari 70%.
Motilitas individu pada hasil penelitian menunjukkan bahwa motilitas di
atas 55 % diperoleh dari 8 pejantan. Perbedaan motilitas spermatozoa
semen segar pada masing-masing bangsa diduga disebabkan perbedaan
ketersediaan sumber energi berupa fruktosa, glycerylphosporilcholine
(GPC) dan sorbitol pada berbagai umur sapi yang menyebabkan motilitas
spermatozoa berbeda (Susilawati, dkk, 1993). Perbedaan motilitas semen
segar antar bangsa ini bisa disebabkan juga karena pengaruh iklim, cuaca
dan suhu pada saat penampungan. Sarastina (2006) menyatakan bahwa
sapi lokal mempunyai nilai adaptasi yang tinggi, sehingga sapi seperti
bangsa po dan Brahman.
Rata-rata konsentrasi semen hasil koleksi sepanjang tahun 2014 dapat
dilihat pada tabel 4, yakni sembada 1,567±0,5x109/ml, Esmond 1,227±0,7
x109/ml, Egan 1,497±0,5 x109/ml, Orlando 1,571±0,6 x109/ml, Ontoseno
1,302±0,9 x109/ml, Lorenzo 1,824±0,5 x109/ml, Lucky 1,774±0,5 x109/ml,
Eyser 1,738±0,7 x109/ml, Suryo 1,728±0,6 x109/ml, Samodro 1,064±0,6
x109/ml, Satrio 1,763±0,8 x109/ml, Aster 1,699±0,6 x109/ml, Lion 1,386±0,6
x109/ml, Java 1,706±0,7 x109/ml, Brawijaya 1,734±0,8 x109/ml dan
Brajamusti 1,787±0,8 x109/ml.
Pada hasil pemeriksaan diatas diperoleh bahwa konsentrasi tertinggi pada
Brajamusti 1,787±0,8 x109/ml. Hasil ini berkorelasi positif terhadap
konsentrasi semen segar dan prosentase motilitas individu spermatozoa.
Semakin tinggi konsentrasi dan persentase motilitas individu maka
semakin

tinggi

pula

kemungkinan

jumlah

spermatozoamotil

yang

dihasilkan. Susilawati (2004) menyatakan bahwa pada proses Fertilisasi
dibutuhkan spermatozoa yang motil dalam jumlah sekitar 10.000.000

15

spermatozoa. Lindemann (2011) menyatakan bahwa rata-rata jumlah
spermatozoa sapi sekali ejakulasi adalah 3000 juta.

KESIMPULAN DAN SARAN
Koleksi semen segar pada unit semen beku UPTD BPBPTDK DIY pada
tahun 2014 dilakukan pada 16 pejantan yang terdiri dari 8 ekor simmental,
6 ekor sapi lokal dan 2 ekor limousin. Jumlah koleksi dari 16 ekor tersebut
sebanyak 777 kali atau rata-rata setiap ekor dikoleksi sebanyak 48 kali.
Warna semen segar hasil koleksi sebagian besar (> 98%) berwarna putih
susu dan sebagian kecil (< 2%) berwarna putih dan kekuningan. Untuk
gerakan massa sebagian besar (>85%) +2 atau baik. Untuk volume
diperoleh rata-rata perekor antara 3,2 ml-4,4 ml. Sedangkan konsentrasi
antara 1,227x109/ml-1,787x109/ml. Rata-rata motilitas semen segar
perekor berkisar antara 40%-70% berarti normal-sangat baik. Melihat
parameter ini dapat disimpulkan bahwa kualitas semen segar hasil koleksi
2014 sebagian besar baik dan layak untuk diproses menjadi semen beku.
16

Untuk hasil yang lebih baik perlu dilakukan rancangan penelitian dengan
lebih baik. Beberapa ekor yang menunjukkan data kurang optimal perlu
dilakukan kajian yang lebih dalam untuk mencari sebab dan solusi yang
tepat.

DAFTAR PUSTAKA

Almquist, J.O. 1968. Dairy Cattle. In : E.J.Perry (Ed.). The Artificial
Insemination of Farm Animals. Fourth Revised Edition, Rutgers
University Press, New Jersey.
BPS. 2014. http://st2013.bps.go.id/st2013esya/booklet/at3400.pdf
Dinas

Pertanian

DIY.

2013.

http://distan.jogjaprov.go.id/images/stories/peternakan/Data_Pet
ernakan_20092013/tabel_9_pemotongan_ternak_tercatat_di_diy.pdf
Dinas

Pertanian

DIY.

2015.

http://distan.jogjaprov.go.id/index.php?

option=com_content&view=article&id=511&catid=44&Itemid=45
0

17

Feradis. 2010. Bioteknologi Reproduksi pada Ternak. Alfabeta Bandung
Hafez E.S.E. 1993. Anatomy of male reproduction. In. E.S.E Hafez (Ed).
Reproduction in Farm Animals. Sixth Edition, Lea and Febiger,
Philadelphia. Hafez, B., R.L. Ax, M. Dally, B.A. Didion, R.W.
Lenz, C.C. Love, D.D. Varner da M.E. Berlin. 2000. Semen
evaluation. In : E.S.E. Hafez (Ed.). Reproduction in Farm
Animals. Seventh Edition, Lea and Febiger, Philadelphia.
Hafez, B., R.L. Ax, M. Dally, B.A. Didion, R.W. Lenz, C.C. Love, D.D.
Varner da M.E. Berlin. 2000. Semen evaluation. In : E.S.E.
Hafez (Ed.). Reproduction in Farm Animals. Seventh Edition,
Lea and Febiger, Philadelphia.
Nursyam. 2007. Perkembangan Iptek Bidang Reproduksi Ternak Untuk
Meningkatkan

Produktivitas

ternak.http//:www.unlam.ac.id./journal/pdf_file. Diakses tanggal
12 November 2011.
Sarastina1, T. Susilawati , G. Ciptadi. 2006. Analisa Beberapa Parameter
Motilitas

Spermatozoa

Pada

Berbagai

Bangsa

Sapi

Menggunakan Computer assisted Semen Analysis (casa). J.
Ternak Tropika Vol. 6. No.2: 1-12.
Toelihere. 1993. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Penerbit Angkasa
Bandung
Toelihere, M.R. 1985. Inseminasi Buatan pada Ternak. Angkasa, Bandung.

18