Prinsip lingkungan hidup di provinsi

PRINSIP-PRINSIP ETIKA LINGKUNGAN HIDUP
A. MANUSIA & LINGKUNGAN HIDUP
Lingkungan merupakan bagian dari integritas kehidupan manusia.
Sehingga lingkungan harus dipandang sebagai salah satu komponen
ekosistem yang memiliki nilai untuk dihormati, dihargai, dan tidak
disakiti, lingkungan memiliki nilai terhadap dirinya sendiri. Integritas ini
menyebabkan setiap perilaku manusia dapat berpengaruh terhadap
lingkungan disekitarnya. Perilaku positif dapat menyebabkan lingkungan
tetap lestari dan perilaku negatif dapat menyebabkan lingkungan
menjadi rusak. Integritas ini pula yang menyebabkan manusia memiliki
tanggung jawab untuk berperilaku baik dengan kehidupan di sekitarnya.
Luas hutan di Indonesia adalah sebesar 120,35 juta hektar, terdiri dari
hutan produksi 66,35 juta hektar, hutan lindung 33,50 juta hektar, hutan
konservasi 20,50 juta hektar. Penutupan vegetasi di dalam kawasan
hutan mencapai 88 juta hektar (Sinar Harapan, 2008). Tutupan hutan di
Indonesia memiliki luas sebesar 130 juta hektar, menurut World Reseach
Institute (sebuah lembaga think tank di Amerika Serikat), 72 persen
hutan asli Indonesia telah hilang, berarti sisa luas hutan di Indonesia
hanya sebesar 28 persen.
Kemudian data Departemen Kehutanan sendiri mengungkapan bahwa 30
juta hektar hutan di Indonesia telah rusak parah, atau sebesar 25 persen

(Khofid, 2004). Data-data ini menunjukan bahwa kerusakan lingkungan
yang diakibatkan oleh perilaku manusia, telah mencapai tingkat yang
parah. Berdasarkan hal tersebut perlu diterapkan etika tentang
linggkungan hidup.
Etika lingkungan hidup membicarakan mengenai norma dan kaidah
moral yang mengatur perilaku manusia dalam berhubungan dengan
alam, serta nilai dan prinsip moral yang menjiwai perilaku manusia
berhubungan dengan alam tersebut.
B. TEORI ETIKA LINGKUNGAN HIDUP
Menurut Sony Keraf , terdpat tiga model teori etika lingkungan, yaitu:
a. Shallow Environmental Ethics (antroposentrisme)
Merupakan cara pandang etika lingkungan barat yang bermula dari
Aristoteles hingga filsuf-filsuf modern, di mana perhatian utamanya
menganggap bahwa etika hanya berlaku bagi komunitas manusia.
Maksudnya, dalam etika lingkungan, manusialah yang dijadikan satusatunya pusat pertimbangan, dan yang dianggap relevan dalam

pertimbangan moral. Akibatnya, secara teleologis, linkungan diupayakan
dapat menghasilkan manfaat bagi manusia dan menghindarkan akibat
buruk terhadap manusia.
Dengan kata lain, nilai tertinggi adalah kepentingan manusia. Sehingg

hanya manusia yang mempunyai nilai dan mendapat perhatian.
Cara pandang antroposentrisme, kini dikritik secara oleh etika
biosentrisme dan ekosentrisme.
b. Intermediate Environmental Ethics (biosentrisme)
Bagi biosentrisme, manusia tidak hanya dipandang sebagai makhluk
sosial. Manusia pertama-tama harus dipahami sebagai makhluk biologis,
makhluk ekologis. Dunia bukan sebagai kumpulan objek-objek yang
terpisah, tetapi sebagai suatu jaringan fenomena yang saling
berhubungan dan saling tergantung satu sama lain secara fundamental.
Pada biosentrisme, konsep etika dibatasi pada komunitas yang hidup
(biosentrism), seperti tumbuhan dan hewan.
c. Deep Environmental Ethics (ekosentrisme)
Ekosentrisme berkaitan dengan etika lingkungan yang lebih luas.
Berbeda dengan biosentrisme, yang hanya berpusat, pada kehidupan
seluruhnya, ekosentrisme justru memusatkan etika pada seluruh
komunitas ekologis, baik yang hidup maupun tidak hidup.
Salah satu versi teori ekosentrisme yang popular saat ini adalah Deep
Ecology (DE). DE menuntut suatu etika baru yang tidak berpusat pada
manusia, tetapi berpusat pada makhluk hidup seluruhnya dalam kaitan
dengan upaya mengatasi persoalan lingkungan hidup. DE tidak

mengubah sama sekali hubungan antara manusia dengan manusia. Yang
baru dari DE adalah:
 Pertama, manusia dan kepentingannya bukan lagi ukuran bagi segala
sesuatu yang lain. Manusia bukan lagi pusat dari dunia moral. DE justru
memusatkan perhatian kepada semua spesies termasuk spesies bukan
manusia. Singkatnya, biosphere seluruhnya. Demikian pula, DE tidak
hanya memusatkan perhatian pada kepentingan jangka pendek, tetapi
jangka panjang. Maka, prinsip moral yang dikembangkan DE
menyangkut kepentingan seluruh komunitas ekologis.
 Kedua, bahwa etika lingkungan hidup yang dikembangkan DE
dirancang sebagai sebuah etika praktis, sebagai sebuah gerakan.
Artinya, prinsip-prinsip moral etika lingkungan harus diterjemahkan
dalam aksi nyata dan konkret. DE menyangkut suatu gerakan yang jauh

lebih dalam dan komprehensif dari sekedar sesuatu yang instrumental
dan ekspresionis sebagaimana ditemukan pada antroposentrisme dan
biosentrisme. DE menuntut suatu pemahaman yang baru tentang relasi
etis yang ada dalam semesta ini disertai adanya prinsip-prinsip baru
sejalan dengan relasi etis baru tersebut, yang kemudian diterjemahkan
dalam gerakan atau aksi nyata di lapangan.

Dengan demikian DE menjadi sebuah alternatif yang menarik. Suatu
alternatif untuk melakukan gerakan penyelamatan lingkungan secara
bersama-sama dengan mengubah cara berpikir, gaya hidup dan perilaku
individu, masyarakat dan kebijakan politik dan ekonomi.
C. SEMBILAN PRINSIP ETIKA LINGKUNGAN HIDUP
Ada Sembilan prinsi-prinsip etika lingkungan hidup, yaitu:
1. Sikap Hormat Terhadap Alam (Respect For Nature)
Hormat terhadap alam merupakan suatu prinsip dasar bagi manusia
sebagai bagian dari alam semesta seluruhnya. Seperti halnya, setiap
anggota komunitas sosial mempunyai kewajiban untuk menghargai
kehidupan bersama (kohesivitas sosial), demikian pula setiap anggota
komunitas ekologis harus menghargai dan menghormati setiap
kehidupan dan spesies dalam komunitas ekologis itu, serta mempunyai
kewajiban moral untuk menjaga kohesivitas dan integritas komunitas
ekologis, alam tempat hidup manusia ini. Sama halnya dengan setiap
anggota keluarga mempunyai kewajiban untuk menjaga keberadaan,
kesejahteraan, dan kebersihan keluarga, setiap anggota komunitas
ekologis juga mempunyai kewajiban untuk menghargai dan menjaga
alam ini sebagai sebuah rumah tangga.
2. Prinsip Tanggungjawab (Moral Responsibility For Nature)

Terkait dengan prinsip hormat terhadap alam di atas adalah tanggung
jawab moral terhadap alam, karena manusia diciptakan sebagai khalifah
(penanggung jawab) di muka bumi dan secara ontologis manusia adalah
bagian integral dari alam.
Setiap bagian dan benda di alam semesta ini diciptakan oleh Tuhan
dengan tujuannya masing-masing, terlepas dari apakah tujuan itu untuk
kepentingan manusia atau tidak. Kelestarian dan kerusakan alam
merupakan tanggungjawab bersama seluruh manusia. Jadi, manusia
sebagai bagian dari alam harus bertanggungjawab menjaganya.
3. Prinsip Solidaritas Kosmis (Cosmic Solidarity)
Terkait dengan kedua prinsip moral tersebut adalah prinsip solidaritas.
Sama halnya dengan kedua prinsip itu, prinsip solidaritas muncul dari

kenyataan bahwa manusia adalah bagian integral dari alam semesta.
Lebih dari itu, dalam perspektif ekofeminisme, manusia mempunyai
kedudukan sederajat dan setara dengan alam dan semua makhluk lain di
alam ini. Kenyataan ini membangkitkan di dalam diri manusia akan
perasaan solider dan sepenanggungan dengan alam dan sesame makhluk
hidup lain.
4. Prinsip Kasih Sayang dan Kepedulian Terhadap Alam (Caring For

Nature)
Sebagai sesama anggota komunitas ekologis yang sama, manusia
digugah untuk mencintai, menyayangi, dan melestarikan alam semesta
dan seluruh isinya, tanpa diskriminasi dan tanpa dominasi. Kasih sayang
dan kepedulian ini juga muncul dari kenyataan bahwa sebagai sesama
anggota komunitas ekologis, semua makhluk hidup mempunyai hak
untuk dilindungi, dipelihara, tidak disakiti, dan dirawat.
5. Prinsip “No Harm”
Yaitu Tidak Merugikan atau merusak, karena manusia mempunyai
kewajiban moral dan tanggung jawab terhadap alam. Adanya sikap
solider, maka manusia tidak melakukan hal yang dapat merugikan atau
mengancam eksistensi makhluk hidup lain di alam semesta ini (no harm).
6. Prinsip Hidup Sederhana dan Selaras Dengan Alam
Pola konsumsi dan produksi manusia modern harus dibatasi. Prinsip ini
muncul didasari karena selama ini alam hanya sebagai obyek eksploitasi
dan dan pemuas kehidupan manusia. Yang ditekankan adalah nilai,
kualitas dan standar material, bukan rakus dan tamak mengumpulkan
harta sebanyak-banyaknya. Yang paling penting adalah mutu kehidupan
yang baik.
7. Prinsip Keadilan

Prinsip ini berbicara terhadap akses yang sama bagi semua kelompok
dan anggota masyarakat dalam ikut menentukan kebijakan pengelolaan
sumber daya alam dan pelestarian alam, dan ikut menikmati manfaat
sumber daya alam secara lestari.
8. Prinsip Demokrasi
Prinsip ini didasari terhadap berbagai jenis perbeaan keanekaragaman
sehingga prinsip ini terutama berkaitan dengan pengambilan kebijakan
didalam menentukan baik-buruknya, rusak-tidaknya, suatu sumber daya
alam. Prinsip demokrasi mencakup beberapa prinsip moral lainnya, yaitu:
a. Demokrasi menjamin adanya keanekaragaman dan pluralitas, baik
kehidupan maupun aspirasi, kelompok dan nilai

b. Demokrasi menjamin kebebasan dalam mengeluarkan pendapat dan
memperjuangkan nilai yang dianut oleh setiap orang dan kelompok
masyarakat dalam bingkai kepentingan bersama.
c. Demokrasi menjamin setiap orang dan kelompok masyarakat ikut
berpartisipasi dalam menentukan kebijakan public tersebut.
d. Demokrasi menjamin hak setiap orang dan kelompok masyarakat
untuk memperoleh informasi yang akurat untuk setiap kebijakan public
dan segala sesuatu yang berkaitan dengan kepentingan public.

e. Demokrasi menuntut adanya akuntabilitas public agar kekuasaan yang
diwakilkan rakyat kepada penguasa tidak digunakan sewenang-wenang .
9. Prinsip Integritas Moral
Prinsip ini menuntut pejabat publik agar mempunyai sikap dan prilaku
moral yang terhormat serta memegang teguh untuk mengamankan
kepentingan publik yang terkait dengan sumber daya alam.
Pertanyaan:
1. Apa yang dimaksud dengan etika lingkungan hidup?
2. Apakah perbedaan antara antroposentrisme, biosentrisme, dan
ekosentrisme?
3. Jelaskan sembilan prinsip etika lingkungan hidup.
Jawaban:
1. Etika lingkungan hidup membicarakan mengenai norma dan kaidah
moral yang mengatur perilaku manusia dalam berhubungan dengan
alam, serta nilai dan prinsip moral yang menjiwai perilaku manusia
berhubungan dengan alam tersebut.
2. Antroposentrisme adalah cara pandang etika lingkungan barat yang
bermula dari Aristoteles hingga filsuf-filsuf modern, di mana perhatian
utamanya menganggap bahwa etika hanya berlaku bagi komunitas
manusia.

Biosentrisme menganggap manusia tidak hanya dipandang sebagai
makhluk sosial. Dunia bukan sebagai kumpulan objek-objek yang
terpisah, tetapi sebagai suatu jaringan fenomena yang saling
berhubungan dan saling tergantung satu sama lain secara fundamental.
Pada biosentrisme, konsep etika dibatasi pada komunitas yang hidup
(biosentrism), seperti tumbuhan dan hewan.
Ekosentrisme berkaitan dengan etika lingkungan yang lebih luas.
Berbeda dengan biosentrisme, yang hanya berpusat, pada kehidupan
seluruhnya, ekosentrisme justru memusatkan etika pada seluruh

komunitas ekologis, baik yang hidup maupun tidak hidup.
3. 1. Sikap Hormat terhadap Alam
Hormat terhadap alam merupakan suatu prinsip dasar bagi manusia
sebagai bagian dari alam semesta seluruhnya
2. Prinsip Tanggung Jawab
Tanggung jawab ini bukan saja bersifat individu melainkan juga kolektif
yang menuntut manusia untuk mengambil prakarsa, usaha, kebijakan
dan tindakan bersama secara nyata untuk menjaga alam semesta dengan
isinya.
3. Prinsip Solidaritas

Yaitu prinsip yang membangkitkan rasa solider, perasaan
sepenanggungan dengan alam dan dengan makluk hidup lainnya sehigga
mendorong manusia untuk menyelamatkan lingkungan.
4. Prinsip Kasih Sayang dan Kepedulian
Prinsip satu arah , menuju yang lain tanpa mengaharapkan balasan, tidak
didasarkan kepada kepentingan pribadi tapi semata-mata untuk alam.
5. Prinsip “No Harm”
Yaitu Tidak Merugikan atau merusak, karena manusia mempunyai
kewajiban moral dan tanggung jawab terhadap alam, paling tidak
manusia tidak akan mau merugikan alam secara tidak perlu
6. Prinsip Hidup Sederhana dan Selaras dengan Alam
Ini berarti , pola konsumsi dan produksi manusia modern harus dibatasi.
Prinsip ini muncul didasari karena selama ini alam hanya sebagai obyek
eksploitasi dan pemuas kepentingan hidup manusia.
7. Prinsip Keadilan
Prinsip ini berbicara terhadap akses yang sama bagi semua kelompok
dan anggota masyarakat dalam ikut menentukan kebijakan pengelolaan
sumber daya alam dan pelestarian alam, dan dalam ikut menikmati
manfaat sumber daya alam secara lestari.
8. Prinsip Demokrasi

Prinsip ini didsari terhadap berbagai jenis perbeaan keanekaragaman
sehingga prinsip ini terutama berkaitan dengan pengambilan kebijakan
didalam menentukan baik-buruknya, tusak-tidaknya, suatu sumber daya
alam.
9. Prinsip Integritas Moral
Prinsip ini menuntut pejabat publik agar mempunyai sikap dan prilaku
moral yang terhormat serta memegang teguh untuk mengamankan

kepentingan publik yang terkait dengan sumber daya alam.
PRINSIP-PRINSIP ETIKA LINGKUNGAN HIDUP
A. MANUSIA & LINGKUNGAN HIDUP
Lingkungan merupakan bagian dari integritas kehidupan manusia.
Sehingga lingkungan harus dipandang sebagai salah satu komponen
ekosistem yang memiliki nilai untuk dihormati, dihargai, dan tidak
disakiti, lingkungan memiliki nilai terhadap dirinya sendiri. Integritas ini
menyebabkan setiap perilaku manusia dapat berpengaruh terhadap
lingkungan disekitarnya. Perilaku positif dapat menyebabkan lingkungan
tetap lestari dan perilaku negatif dapat menyebabkan lingkungan
menjadi rusak. Integritas ini pula yang menyebabkan manusia memiliki
tanggung jawab untuk berperilaku baik dengan kehidupan di sekitarnya.
Luas hutan di Indonesia adalah sebesar 120,35 juta hektar, terdiri dari
hutan produksi 66,35 juta hektar, hutan lindung 33,50 juta hektar, hutan
konservasi 20,50 juta hektar. Penutupan vegetasi di dalam kawasan
hutan mencapai 88 juta hektar (Sinar Harapan, 2008). Tutupan hutan di
Indonesia memiliki luas sebesar 130 juta hektar, menurut World Reseach
Institute (sebuah lembaga think tank di Amerika Serikat), 72 persen
hutan asli Indonesia telah hilang, berarti sisa luas hutan di Indonesia
hanya sebesar 28 persen.
Kemudian data Departemen Kehutanan sendiri mengungkapan bahwa 30
juta hektar hutan di Indonesia telah rusak parah, atau sebesar 25 persen
(Khofid, 2004). Data-data ini menunjukan bahwa kerusakan lingkungan
yang diakibatkan oleh perilaku manusia, telah mencapai tingkat yang
parah. Berdasarkan hal tersebut perlu diterapkan etika tentang
linggkungan hidup.
Etika lingkungan hidup membicarakan mengenai norma dan kaidah
moral yang mengatur perilaku manusia dalam berhubungan dengan
alam, serta nilai dan prinsip moral yang menjiwai perilaku manusia
berhubungan dengan alam tersebut.
B. TEORI ETIKA LINGKUNGAN HIDUP
Menurut Sony Keraf , terdpat tiga model teori etika lingkungan, yaitu:
a. Shallow Environmental Ethics (antroposentrisme)
Merupakan cara pandang etika lingkungan barat yang bermula dari
Aristoteles hingga filsuf-filsuf modern, di mana perhatian utamanya
menganggap bahwa etika hanya berlaku bagi komunitas manusia.
Maksudnya, dalam etika lingkungan, manusialah yang dijadikan satu-

satunya pusat pertimbangan, dan yang dianggap relevan dalam
pertimbangan moral. Akibatnya, secara teleologis, linkungan diupayakan
dapat menghasilkan manfaat bagi manusia dan menghindarkan akibat
buruk terhadap manusia.
Dengan kata lain, nilai tertinggi adalah kepentingan manusia. Sehingg
hanya manusia yang mempunyai nilai dan mendapat perhatian.
Cara pandang antroposentrisme, kini dikritik secara oleh etika
biosentrisme dan ekosentrisme.
b. Intermediate Environmental Ethics (biosentrisme)
Bagi biosentrisme, manusia tidak hanya dipandang sebagai makhluk
sosial. Manusia pertama-tama harus dipahami sebagai makhluk biologis,
makhluk ekologis. Dunia bukan sebagai kumpulan objek-objek yang
terpisah, tetapi sebagai suatu jaringan fenomena yang saling
berhubungan dan saling tergantung satu sama lain secara fundamental.
Pada biosentrisme, konsep etika dibatasi pada komunitas yang hidup
(biosentrism), seperti tumbuhan dan hewan.
c. Deep Environmental Ethics (ekosentrisme)
Ekosentrisme berkaitan dengan etika lingkungan yang lebih luas.
Berbeda dengan biosentrisme, yang hanya berpusat, pada kehidupan
seluruhnya, ekosentrisme justru memusatkan etika pada seluruh
komunitas ekologis, baik yang hidup maupun tidak hidup.
Salah satu versi teori ekosentrisme yang popular saat ini adalah Deep
Ecology (DE). DE menuntut suatu etika baru yang tidak berpusat pada
manusia, tetapi berpusat pada makhluk hidup seluruhnya dalam kaitan
dengan upaya mengatasi persoalan lingkungan hidup. DE tidak
mengubah sama sekali hubungan antara manusia dengan manusia. Yang
baru dari DE adalah:
 Pertama, manusia dan kepentingannya bukan lagi ukuran bagi segala
sesuatu yang lain. Manusia bukan lagi pusat dari dunia moral. DE justru
memusatkan perhatian kepada semua spesies termasuk spesies bukan
manusia. Singkatnya, biosphere seluruhnya. Demikian pula, DE tidak
hanya memusatkan perhatian pada kepentingan jangka pendek, tetapi
jangka panjang. Maka, prinsip moral yang dikembangkan DE
menyangkut kepentingan seluruh komunitas ekologis.
 Kedua, bahwa etika lingkungan hidup yang dikembangkan DE
dirancang sebagai sebuah etika praktis, sebagai sebuah gerakan.
Artinya, prinsip-prinsip moral etika lingkungan harus diterjemahkan

dalam aksi nyata dan konkret. DE menyangkut suatu gerakan yang jauh
lebih dalam dan komprehensif dari sekedar sesuatu yang instrumental
dan ekspresionis sebagaimana ditemukan pada antroposentrisme dan
biosentrisme. DE menuntut suatu pemahaman yang baru tentang relasi
etis yang ada dalam semesta ini disertai adanya prinsip-prinsip baru
sejalan dengan relasi etis baru tersebut, yang kemudian diterjemahkan
dalam gerakan atau aksi nyata di lapangan.
Dengan demikian DE menjadi sebuah alternatif yang menarik. Suatu
alternatif untuk melakukan gerakan penyelamatan lingkungan secara
bersama-sama dengan mengubah cara berpikir, gaya hidup dan perilaku
individu, masyarakat dan kebijakan politik dan ekonomi.
C. SEMBILAN PRINSIP ETIKA LINGKUNGAN HIDUP
Ada Sembilan prinsi-prinsip etika lingkungan hidup, yaitu:
1. Sikap Hormat Terhadap Alam (Respect For Nature)
Hormat terhadap alam merupakan suatu prinsip dasar bagi manusia
sebagai bagian dari alam semesta seluruhnya. Seperti halnya, setiap
anggota komunitas sosial mempunyai kewajiban untuk menghargai
kehidupan bersama (kohesivitas sosial), demikian pula setiap anggota
komunitas ekologis harus menghargai dan menghormati setiap
kehidupan dan spesies dalam komunitas ekologis itu, serta mempunyai
kewajiban moral untuk menjaga kohesivitas dan integritas komunitas
ekologis, alam tempat hidup manusia ini. Sama halnya dengan setiap
anggota keluarga mempunyai kewajiban untuk menjaga keberadaan,
kesejahteraan, dan kebersihan keluarga, setiap anggota komunitas
ekologis juga mempunyai kewajiban untuk menghargai dan menjaga
alam ini sebagai sebuah rumah tangga.
2. Prinsip Tanggungjawab (Moral Responsibility For Nature)
Terkait dengan prinsip hormat terhadap alam di atas adalah tanggung
jawab moral terhadap alam, karena manusia diciptakan sebagai khalifah
(penanggung jawab) di muka bumi dan secara ontologis manusia adalah
bagian integral dari alam.
Setiap bagian dan benda di alam semesta ini diciptakan oleh Tuhan
dengan tujuannya masing-masing, terlepas dari apakah tujuan itu untuk
kepentingan manusia atau tidak. Kelestarian dan kerusakan alam
merupakan tanggungjawab bersama seluruh manusia. Jadi, manusia
sebagai bagian dari alam harus bertanggungjawab menjaganya.
3. Prinsip Solidaritas Kosmis (Cosmic Solidarity)
Terkait dengan kedua prinsip moral tersebut adalah prinsip solidaritas.

Sama halnya dengan kedua prinsip itu, prinsip solidaritas muncul dari
kenyataan bahwa manusia adalah bagian integral dari alam semesta.
Lebih dari itu, dalam perspektif ekofeminisme, manusia mempunyai
kedudukan sederajat dan setara dengan alam dan semua makhluk lain di
alam ini. Kenyataan ini membangkitkan di dalam diri manusia akan
perasaan solider dan sepenanggungan dengan alam dan sesame makhluk
hidup lain.
4. Prinsip Kasih Sayang dan Kepedulian Terhadap Alam (Caring For
Nature)
Sebagai sesama anggota komunitas ekologis yang sama, manusia
digugah untuk mencintai, menyayangi, dan melestarikan alam semesta
dan seluruh isinya, tanpa diskriminasi dan tanpa dominasi. Kasih sayang
dan kepedulian ini juga muncul dari kenyataan bahwa sebagai sesama
anggota komunitas ekologis, semua makhluk hidup mempunyai hak
untuk dilindungi, dipelihara, tidak disakiti, dan dirawat.
5. Prinsip “No Harm”
Yaitu Tidak Merugikan atau merusak, karena manusia mempunyai
kewajiban moral dan tanggung jawab terhadap alam. Adanya sikap
solider, maka manusia tidak melakukan hal yang dapat merugikan atau
mengancam eksistensi makhluk hidup lain di alam semesta ini (no harm).
6. Prinsip Hidup Sederhana dan Selaras Dengan Alam
Pola konsumsi dan produksi manusia modern harus dibatasi. Prinsip ini
muncul didasari karena selama ini alam hanya sebagai obyek eksploitasi
dan dan pemuas kehidupan manusia. Yang ditekankan adalah nilai,
kualitas dan standar material, bukan rakus dan tamak mengumpulkan
harta sebanyak-banyaknya. Yang paling penting adalah mutu kehidupan
yang baik.
7. Prinsip Keadilan
Prinsip ini berbicara terhadap akses yang sama bagi semua kelompok
dan anggota masyarakat dalam ikut menentukan kebijakan pengelolaan
sumber daya alam dan pelestarian alam, dan ikut menikmati manfaat
sumber daya alam secara lestari.
8. Prinsip Demokrasi
Prinsip ini didasari terhadap berbagai jenis perbeaan keanekaragaman
sehingga prinsip ini terutama berkaitan dengan pengambilan kebijakan
didalam menentukan baik-buruknya, rusak-tidaknya, suatu sumber daya
alam. Prinsip demokrasi mencakup beberapa prinsip moral lainnya, yaitu:
a. Demokrasi menjamin adanya keanekaragaman dan pluralitas, baik

kehidupan maupun aspirasi, kelompok dan nilai
b. Demokrasi menjamin kebebasan dalam mengeluarkan pendapat dan
memperjuangkan nilai yang dianut oleh setiap orang dan kelompok
masyarakat dalam bingkai kepentingan bersama.
c. Demokrasi menjamin setiap orang dan kelompok masyarakat ikut
berpartisipasi dalam menentukan kebijakan public tersebut.
d. Demokrasi menjamin hak setiap orang dan kelompok masyarakat
untuk memperoleh informasi yang akurat untuk setiap kebijakan public
dan segala sesuatu yang berkaitan dengan kepentingan public.
e. Demokrasi menuntut adanya akuntabilitas public agar kekuasaan yang
diwakilkan rakyat kepada penguasa tidak digunakan sewenang-wenang .
9. Prinsip Integritas Moral
Prinsip ini menuntut pejabat publik agar mempunyai sikap dan prilaku
moral yang terhormat serta memegang teguh untuk mengamankan
kepentingan publik yang terkait dengan sumber daya alam.
Pertanyaan:
1. Apa yang dimaksud dengan etika lingkungan hidup?
2. Apakah perbedaan antara antroposentrisme, biosentrisme, dan
ekosentrisme?
3. Jelaskan sembilan prinsip etika lingkungan hidup.
Jawaban:
1. Etika lingkungan hidup membicarakan mengenai norma dan kaidah
moral yang mengatur perilaku manusia dalam berhubungan dengan
alam, serta nilai dan prinsip moral yang menjiwai perilaku manusia
berhubungan dengan alam tersebut.
2. Antroposentrisme adalah cara pandang etika lingkungan barat yang
bermula dari Aristoteles hingga filsuf-filsuf modern, di mana perhatian
utamanya menganggap bahwa etika hanya berlaku bagi komunitas
manusia.
Biosentrisme menganggap manusia tidak hanya dipandang sebagai
makhluk sosial. Dunia bukan sebagai kumpulan objek-objek yang
terpisah, tetapi sebagai suatu jaringan fenomena yang saling
berhubungan dan saling tergantung satu sama lain secara fundamental.
Pada biosentrisme, konsep etika dibatasi pada komunitas yang hidup
(biosentrism), seperti tumbuhan dan hewan.
Ekosentrisme berkaitan dengan etika lingkungan yang lebih luas.
Berbeda dengan biosentrisme, yang hanya berpusat, pada kehidupan

seluruhnya, ekosentrisme justru memusatkan etika pada seluruh
komunitas ekologis, baik yang hidup maupun tidak hidup.
3. 1. Sikap Hormat terhadap Alam
Hormat terhadap alam merupakan suatu prinsip dasar bagi manusia
sebagai bagian dari alam semesta seluruhnya
2. Prinsip Tanggung Jawab
Tanggung jawab ini bukan saja bersifat individu melainkan juga kolektif
yang menuntut manusia untuk mengambil prakarsa, usaha, kebijakan
dan tindakan bersama secara nyata untuk menjaga alam semesta dengan
isinya.
3. Prinsip Solidaritas
Yaitu prinsip yang membangkitkan rasa solider, perasaan
sepenanggungan dengan alam dan dengan makluk hidup lainnya sehigga
mendorong manusia untuk menyelamatkan lingkungan.
4. Prinsip Kasih Sayang dan Kepedulian
Prinsip satu arah , menuju yang lain tanpa mengaharapkan balasan, tidak
didasarkan kepada kepentingan pribadi tapi semata-mata untuk alam.
5. Prinsip “No Harm”
Yaitu Tidak Merugikan atau merusak, karena manusia mempunyai
kewajiban moral dan tanggung jawab terhadap alam, paling tidak
manusia tidak akan mau merugikan alam secara tidak perlu
6. Prinsip Hidup Sederhana dan Selaras dengan Alam
Ini berarti , pola konsumsi dan produksi manusia modern harus dibatasi.
Prinsip ini muncul didasari karena selama ini alam hanya sebagai obyek
eksploitasi dan pemuas kepentingan hidup manusia.
7. Prinsip Keadilan
Prinsip ini berbicara terhadap akses yang sama bagi semua kelompok
dan anggota masyarakat dalam ikut menentukan kebijakan pengelolaan
sumber daya alam dan pelestarian alam, dan dalam ikut menikmati
manfaat sumber daya alam secara lestari.
8. Prinsip Demokrasi
Prinsip ini didsari terhadap berbagai jenis perbeaan keanekaragaman
sehingga prinsip ini terutama berkaitan dengan pengambilan kebijakan
didalam menentukan baik-buruknya, tusak-tidaknya, suatu sumber daya
alam.
9. Prinsip Integritas Moral
Prinsip ini menuntut pejabat publik agar mempunyai sikap dan prilaku

moral yang terhormat serta memegang teguh untuk mengamankan
kepentingan publik yang terkait dengan sumber daya alam.