Pengantar Ekonomi Mikro sektor Perikanan

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebelum tahun 1980an, perikanan ialah termasuk salah satu cabang dari sistem
agro-kompleks. Pertanian secara luas (agro-kompleks) terdiri dari cabang: tanaman
pangan dan hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan dan kehutanan. Dari semua
cabang tersebut, berkembang ranting-ranting pendukung, seperti: tanah, kedokteran
hewan, teknologi hasil pertanian, mekanisasi pertanian, sosial ekonomi pertanian dan
ilmu gizi pertanian.
Masih banyak yang belum mengerti tentang pengertian ikan, banyak menyatakan
ikan hanyalah ikan yang dimakan. Sedangkan menurut beberapa undang-undang ikan
bukanlah demikian. kenyataannya banyak mahasiswa, masyarakat termasuk pengawas
perikanan yang kami tanya mengenai pengertian ikan hanya menjawap ikan adalah
mahluk hidup yang hidup dalam air dan bersirip. Jawaban itu benar hanya saja baru
sebagian dari jenis ikan. Berdasarkan peraturan perundangan berlaku dan berkaitan
kepastian hukum apabila terjadi kasus pidana mengenai pengertian ikan maka siapa
yang harus menangani, apa penyidik pegawai negeri sipil perikanan atau penyidik
pegawai negeri kehutanan atau yang lainnya.
Contoh kasus yang terjadi penangkapan penyu yang dilindungi tanpa izin, kasus
ini siapa yang harus menangani ? Disatu pihak hewan yang dilindungin oleh PPNS
Kehutanan disatu pihak penyu termasuk ikan makan PPNS Perikanan yang menangani.
Pertanyaan demi pertanyaan kami lontarkan apakah penyu, buaya, kodok atau ular laut

adalah termasuk jenis ikan, pasti banyak yang menjawab bukan. Maka dibawah ini
beberapa penjelasan tentang ikan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian perikanan menurut para ahli?
2. Bagaimana Sumberdaya Ikan?
3. Sebutkan dampak Perikanan?
4. Bagaimana usaha untuk meningkatkan pendapatan di sektor perikanan?
1.3 Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian perikanan menurut para ahli
2. Untuk memahami Sumberdaya Ikan
3. Untuk mengetahui dampak yang ada di perikanan
4. Usaha untuk meningkatkan pendapatan di sektor perikanan

1|

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Perikanan
Apakah sebenarnya yang dimaksud dengan perikanan itu ? banyak sekali
pendapat dari berbagai ahli mengenai perikanan.
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI), KUBI mengartikan

perikanan adalah perihal yang menyangkut urusan (penangkapan, pemeliharaan) ikan.
(KUBI;1983;778) Sedangkan dalam bahasa Inggris perikanan (fishery) diartikan
dengan ; (1) part of the sea where fish are cought commercially: offshore fisheris, ie at
some distance from the coast; (2) business or industry of fhising.
(As.Hornby;1989;460) Mencermati pengertian tersebut mungkin dapat kita lihat
intinya bertumpu pada ikan.
Dalam undang-undang (UU) No.9 Tahun 1985 pasal 1 huruf disebutkan:
“Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan
pemanfaatan sumber daya ikan”. Bahkan Undang undang RI nomor 45 tahun 2009
tentang perubahan atas undang undang nomor 31 tahun 2004 menyatakan bahwa:
Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan
pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari pra produksi, produksi,
pengolahan sampai dengan pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis
perikanan.
Tidak ada yang salah memang dengan pengertian terhadap perikanan seperti
yang kita kemukakan di atas, setidaknya dalam wacana pengertian perikanan yang
umum. Namun jika kita simpulkan maka Perikanan dapat semua kegiatan yang
berkaitan dengan ikan, termasuk memproduksi ikan, baik melalui penangkapan
maupun budidaya dan atau mengolahnya untuk memenuhi kebutuhan manusia akan
pangan sumber protein dan non pangan.

2.2 Sumberdaya Ikan
A. Sumberdaya Ikan adalah Potensi semua jenis Ikan
Negara kita ini sangat kaya dalam hal potensi ikan. Berdasarkan perkiraan
secara keseluruhan potensi lestari sumberdaya perikanan laut Indonesia berjumlah 6,6
juta ton/tahun, terdiri dari 4,5 juta ton di perairan Indonesia dan 2,1 juta ton di perairan
ZEE. Perkiraan potensi tersebut berasal dari beberapa jenis ikan laut, yaitu ikan pelagis
kecil 3,5 ton, ika perairan karang 0,048 juta ton per tahun. Perairan laut Indonesia
memiliki banyak sekali jenis ikan (sekitar 3.000 jenis).
Pada dasarnya, sumberdaya ikan laut dapat dikelompokkan ke dalam tiga
kelompok besar, yaitu :

2|

1. Ikan pelagis kecil terdiri dari jenis ikan antara lain ikan layang, ikan kembung,
ikan selar, sardin dll.
2. Ikan pelagis besar terdiri dari jenis ikan antara lain ikan tongkol, ikan tuna,
cakalang dll.
3. Ikan demersal terdiri dari jenis ikan antara lain ikan kakap merah, bawal,
kerapu, manyung, peperek, dll
B. Ikan

Ikan adalah segala jenis organisme yang yang seluruh atau sebagian dari siklus
hidupnya berada di dalam lingkungan perairan. (undang undang nomor 31 tahun 2004
pasal 7 ayat 5)
Ikan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati perairan, baik yang
diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntungkan sebagai makanan bagi
konsumsi manusia termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan dan bahan
lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makan
atau minuman (Direktorat Standardisasi dan Akreditasi Ditjen P2HP, 2010)
Jenis-jenis ikan
1. Pisces (Ikan bersirip)
Hewan bertulang belakang (vertebrata) yang berdarah dingin, yang hidup di air
dan bernafas dengan insang.
2. Crustacea (Udang, Rajungan, kepiting dan sebangsanya)
Hewan yang tidak bertulang belakang (avertebrata) dan berbuku-buku
(arthropoda)
3. Mollusca (kerang, tiram, cumi-cumi, gurita, siput, dan sebangsanya)
Hewan bertubuh lemak dan biasanya memiliki pelindung tubuh yang berbentuk
cangkang yang terbuat dari zat kapur yang berguna untuk melindungi diri.
4. Coelenterata (Ubr-ubur, karang dan sebangsanya)
Jenis hewan yang bersel banyak dan memiliki tentakel.

5. Echinodermata (Tripang, bulu babi dan sebangsanya)
6. Amphibia (kodok dan sebangsanya)
7. Reptilia (buaya, penyu kura-kura, biawak, ular air dan sebangsanya)
Hewan vertebrat berdarah dingin yang memiliki sisik.
8. Mamalia ( paus, lumba-lumba, pesut, duyung dan sebangsana)
9. Algae (rumput laut dan tumbuh-tumbuhan lain yang hidup di laut).

C. Lingkungan Sumber Daya Ikan
Lingkungan ini adalah perairan tempat kehidupan sumberdaya ikan, termasuk
biota dan faktor alamiah sekitarnya. Dimana luas laut Indonesia 5,8 juta km2 atau
2/3 luas wilayah RI dan panjang pantai 95.181 km (garis pantai terpanjang keempat
di dunia). Yang meliputi ; Perairan laut teritorial 0,3 km2, Perairan Nusantara 2,8
km2, Perairan ZEE 2,7 km2
3|

D. Penangkapan Ikan
Kegiatan ini adalah kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak
dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara apapun, termasuk kegiatan yang
menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan,
menangani, mengolah, dan / atau mengawetkannya. Kegiatan usaha penangkapan

terhadap jenis-jenis sumberdaya perikanan antara lain :
1. Udang laut yang termasuk sumberdaya demersal ditangkap dengan alat
penangkap pukat udang, jatilap (jaring trammel) jaring insang dasar serta
dogo/cantang
2. Ikan tuna cakalang dan cucut ditangkap dengan alat tangkap dengan alat
penangkap seperti rawai tuna, rawai tegak lurus, pancing tonda, huhate, pukat
cincin ukuran besar, jaring insang, serta rawai cucut.
3. Ikan pelagis kecil misalnya lemuru, tembang, japuh, kembung dll. Diusahakan
alat penangkap seperti pukat cincin, payang, bagan, pukat tepi, jaring insang,
jaring lingkar dan pakaya.
4. Untuk Ikan demersal lainnya yaitu Petek, kakap, kerapu, ikan sebelah dll. Dapat
ditangkap dengan dogol, jogol, cantrang, jaring insang dasar, rawai dasar bubu
dasar, pukat tepi, serta pancing tangan (hand line)


Jumlah produksi perikanan tangkapan yang diperbolehkan maksimum 5,2 juta ton
per tahun.

Food Agriculture Organization (FAO, sebuah lembaga di bawah naungan
Perserikatan Bangsa Bangsa yang menangani masalah pangan dan pertanian dunia),

pada tahun 1995 mengeluarkan suatu tata cara bagi kegiatan penangkapan ikan yang
bertanggung jawab (Code of Conduct for Resposible Fisheries- CCRF). Dalam CCRF
ini, FAO menetapkan serangkaian kriteria bagi teknologi penangkapan ikan ramah
lingkungan. Sembilan kriteria tersebut adalah sebagai berikut:
1. Alat
tangkap
harus
memiliki
selektivitas
yang
tinggi.
Artinya, alat tangkap tersebut diupayakan hanya dapat menangkap
ikan/organisme lain yang menjadi sasaran penangkapan saja.
2. Alat tangkap yang digunakan tidak merusak habitat, tempat tinggal dan
berkembang biak ikan dan organisme lainnya.
3. Tidak membahayakan nelayan (penangkap ikan) Keselamatan manusia menjadi
syarat penangkapan ikan, karena bagaimana pun, manusia merupakan bagian
yang penting bagi keberlangsungan perikanan yang produktif.
4. Menghasilkan ikan yang bermutu baik. Jumlah ikan yang banyak tidak berarti
bila ikan-ikan tersebut dalam kondisi buruk. Dalam menentukan tingkat kualitas

ikan digunakan kondisi hasil tangkapan secara morfologis (bentuknya).
5. Produk tidak membahayakan kesehatan konsumen. Ikan yang ditangkap dengan
Hasil tangkapan yang terbuang minimum. Alat tangkap yang tidak selektif

4|

6.

7.
8.
E.

(lihat butir 1), dapat menangkap ikan/organisme yang bukan sasaran
penangkapan (non-target). Dengan alat yang tidak selektif, hasil tangkapan
yang terbuang akan meningkat, karena banyaknya jenis non-target yang turut
tertangkap. Hasil tangkapan non target, ada yang bisa dimanfaatkan dan ada
yang tidak.
Alat tangkap yang digunakan harus memberikan dampak minimum terhadap
keanekaan sumberdaya hayati (biodiversity). Alat tangkap dan operasinya
tersebut tidak menyebabkan kematian semua mahluk hidup dan merusak

habitat.
Tidak menangkap jenis yang dilindungi undang-undang atau terancam punah.
Diterima secara sosial. (menguntungkan secara ekonomi, tidak bertentangan
dengan budaya setempat, tidak bertentangan dengan peraturan yang ada.
Pengelolaan Perikanan

Pengelolaan sumberdaya ikan merupakan suatu aspek yang sangan menonjol
dalam hal perikanan ini karena sangat dibutuhkan kemampuan yang tinggi dalam
pengelolaan agar dapat meningkatkan hasil pendapatan disektor perikanan ini.
Kata pengelolaan ini diambil dari kata ‘manajemen’. Yang mana kita tahu
bahwa unsur dasar manajemen adalah P.O.A.C (Planning, Organizing, Actuating,
Controlling) unsur inipun ada dalam manajemen perikanan (Fisheries
Management).
Pengertiannya adalah semua upaya, termasuk proses yang terintegrasi mulai
dari pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pembuatan
keputusan, alokasi sumber daya ikan, dan implementasi serta penegakan hukum dari
peraturan perundang-undangan di bidang perikanan, yang dilakukan oleh
pemerintah atau otoritas lain yang diarahkan untuk mencapai kelangsungan
produktivitas sumber daya hayati perairan dan tujuan yang telah disepakati.
Sementara Widodo dan Nurhakim (2002) mengemukakan bahwa secara

umum, tujuan utama pengelolaan sumberdaya ikan adalah untuk :
1. Menjaga kelestarian produksi, terutama melalui berbagai regulasi serta tindakan
perbaikan (enhancement).
2. Meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan social para nelayan serta
3. Memenuhi keperluan industri yang memanfaatkan produksi tersebut.

F.

Pembudidayaan Ikan

Kegiatan ini adalah kegiatan untuk memelihara, membesarkan, dan / atau
membiakkan ikan serta memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol dalam
rangka mendapatkan keuntungan. Pembudidayaan ikan juga disebut dengan

5|

pembudidayaan perairan (akuakultur). Yang dimaksud budidaya adalah kegiatan
pemeliharaan untuk:
 Memperbanyak (reproduksi)
 Menumbuhkan (growth)

 Meningkatkan mutu biota akuatik sehingga memperoleh keuntungan.
Tujuan usaha budidaya
 Meningkatkan jumlah pangan
Kita bisa meningkatkan jumlah pangan yang sangat berguna bagi kita dari
hasil budidaya tersebut.
 Mengimbangi penurunan persediaan ikan secara alami
Dengan budidaya kita tidak hanya memperoleh hasil dari panen kita, tapi kita
juga membiakkan ikan tersebut, jadi akan terjadinya siklus.
 Mencukupi kebutuhan protein hewani
Protein merupakan salah satu sumber gizi yang penting bagi tubuh manusia,
protein berperan sangat penting selain untuk menunjang keberadaan setiap sel
tubuh juga sebagai proses kekebalan tubuh. Setiap orang dewasa sedikitnya
wajib mengkonsumsi 1 gr protein per kg sesuai berat tubuhnya.
 Meningkatkan produk lain, seperti: mutiara, rumputlaut, dll
G. Konservasi Sumberdaya Ikan
Kegiatan konservasi sumberdaya ikan adalah upaya perlindungan, pelestarian,
dan pemanfaatan sumber daya ikan, termasuk ekosistem, jenis, dan genetik untuk
menjamin keberadaan, ketersediaan, dan kesinambungannya dengan tetap
memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragaman sumber daya ikan.
Dari pengertian ini jelas bahwa tujuan utama dari konservasi sumberdaya ikan
adalah upaya melindungi melestarikan dan memanfaatkan sumberdaya ikan untuk
menjamin keberadaan, ketersediaan dan kesinambungan jenis ikan bagi generasi
sekarang maupun yang akan datang.
Kita tau indonesia merupakan negara maritim dan kepulauan terbesar di
dunia, meskipun begitu Indonesia baru memiliki Kementerian Kelautan dan
Perikanan pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid. Kementerian
Kelautan dan Perikanan (KKP) menangani perikanan tangkap, perikanan budidaya,
industri pengolahan hasil perikanan, industri bioteknologi perairan, pembangunan
pulau-pulau kecil, produksi garam, pemanfaatan benda-benda berharga dari kapal
tenggelam, serta pengembangan sumber daya alam nonkonvensional di wilayah
pesisir dan samudra.

6|

Sejak kehadiran KKP tampak sejumlah kemajuan. Produksi perikanan, yang
pada tahun 1999 baru 3,5 juta ton (peringkat ketujuh dunia), tahun 2010 mencapai
10,5 juta ton dan Indonesia menjadi produsen perikanan terbesar ketiga setelah
China (55 juta ton) dan India (14 juta ton).
Namun, masih banyak pekerjaan rumah yang belum selesai. Sampai sekarang
mayoritas nelayan, terutama nelayan buruh, masih hidup dalam kubangan
kemiskinan. Bahkan ironisnya, stok ikan di beberapa wilayah perairan laut seperti
Selat Malaka, Laut Jawa, pesisir selatan Sulawesi, Selat Bali, dan Arafura telah
mengalami tangkap jenuh (fully-exploi-ted) atau kelebihan tangkap (overfishing).
Jadi marilah kita menjaga dan melestarikan sumber daya laut kita ini bersama-sama,
untuk anak cucu kita nanti.
2.3 Dampak Perikanan
Semakin pesatnya perkembangan zaman maka permintaan akan sektor perikanan
semakin bertambah, terutama dalam bidang kuliner, buah tangan dan masih banyak yang
lain. diNamun dari sisi lain kita dapat melihat bahwa dibalik meruahnya sektor
perikanan dalam memenuhi kebutuhan manusia pasti terdapat dampak, nah dampak ini
sudah mutlak di bagi menjadi 2 yaitu, dampak positif dan negatif. Dari dampak yang
akan kita ketahui mari kita korek sedikit dampak dari berdirinya sektor perikanan swasta
yang terdapat di daerah kabupaten Samosir. Adanya sektor ini dikarenakan upaya
pemerintah daerah kabupaten samosir yang semakin gencar untuk mengembangkan
sektor perikanan perorangan atau kelompok tani.
a) Dampak Positif
Dengan perkembangan sektor perikanan maka akan berakibat pada
perkembangan daya pikir dan daya saing masyakat sehingga mengurangi angka
kemiskinan, apalagi ditambah adanya perusahaan swasta di bidang perikanan yang
menanam modal di kabupaten samosir sangat membantu di bidang perekonomian
masyarakat samosir dan juga membantu mengurangi pengangguran akibat dari
pembukaan lapangan kerja tersebut, apalagi perusahaan tersebut tidak
mengutamakan pendidikan untuk bidang produksi.
b) Dampak Negatif
Salah satu dari dampak negatif adalah dampak dari pelet apung atau makanan
ikan tersebut yang tidak terserap atau tidak termakan oleh ikan tersebut sehingga
mencemari air danau toba. sebagai bahan pertimbangan dulu masyarakat disekitar
danau toba masih 99,9 % masih memanfaatkan air danau toba untuk mandi, cuci,
bahkan untuk air minum dan memasak. namun di tahun 2011 dan 2012 ini
masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar danau toba khususnya yang tinggal di
sekitar perusahaan perikanan tersebut sudah menggunakan sumur gali, akibat dari
ketidak percayaan masyarat terhadap kemurnian atau kesehatan air tersebut.
7|

Pernah suatu ketika ketika ada program pemerintah tentang “do green” ada
aparat pemerintah yang meninjau langsung ke lokasi perikanan swasta terbut serta
menanyai masyarakat disekitar tentang dampak air yang di timbulkan perusahaan
tersebut, namun masyarakat menutup-nutupi keadaan dilapangan agar tentunya
perusahaan tersebut tetap beroperasi karena sebagian besar masyarakat yang dekat
dengan perusahaan tersebut bergantung terhadap perusahaan tersbut. dulu kalau kita
mandi berlama-lama di air danau toba tentu tidak ada efek yang timbul namun kalau
sekarang apabila kita mandi hanya satu atau dua jam saja maka kita akan terkena
gatal-gatal. hendaknya pemerintah mengambil langkah-langkah baru untuk
mengantisipasi ketrgantungan pendapatan masyarakat samosir khususnya di sekitar
perusahaan swasta tersebut agar masyarakat merelakan pencabutan ijin perusahaan
tersebut dengan mengembangkan sektor pertanian atau perikanan berbasis kelompok
tani.
2.4 Usaha untuk meningkatkan pendapatan di sektor perikanan
Dalam pembahasan peningkatan pendapatan sektor perikanan ini, saya akan
mengambil sample untuk pembahasan adalah perikanan di provinsi Jawa Tengah dimana
banyak daerah di Jawa Tengah memilki perairan yang potensial bagi usaha perikanan,
terutama perikanan tangkap di sepanjang pantaai utara dan selatan Jawa Tengah,
sumberdaya ikan yang terdapt di perairan Jawa Tengah dengan sebaran 72.000 km 2 pada
Laut Jawa di sebelah utara Jawa Tengah 589.000 km 2 pada Samudra Hindia di sebelah
selatan Jawa Tengah dengan memiliki spesies ikan dalam berbagai jenis maupun potensi
yang lain seperti hutan mangrove. Selain potensi perikanan laut, potensi perairan umum
Jawa Tengah yang berbasis di darat dan merupakan daerah penangkapan ikan air tawar,
mencapai 44.328,46 hektar, yang dihasilkan dari waduk, rawa, danau, dan sungai. Pesisir
utara Jawa Tengah dengan garis pantainya ± 453,9 km yang membentang dari Kabupaten
Brebes di sebe;ah barat hingga Kabupaten Rembang di timur merupakan daerah
potensial bagi pengembangan tambak, karena pantai yang landai dan sungai yang
bermuara di wilayah pantai utara, merupakan aset bagi pembangunan Jawa Tengah,
maka pembangunan sektor perikanan menjadi harapan untuk meningkatkan
kesejahteraan petani ikan dan nelayan.
Sektor perikanan dalam perekonomian Jawa Tengah masih kecil kontribusinya,
akan tetapi dari tahun ke tahun mengalami peningkataan dan peningkatannya tertinggi
diantara sektor yang lain. Peningkatan peran tersebut, dilandasi oleh suatu pandangan
bahwa pengembangan sektor perikanan sangat potensial untuk ditingkatkan, antara lain
karena usaha pengambangan sektor pertanian (selain sub sektor perikanan) diperkirakan
akan mengalami kendala areal dan telah mengalami kejenuhan, maka terobosan
pengembangan yang belum ditemukan dikhawatirkan semakin mempersempit lahan
pertanian dan menurunkan produksi pertanian. Luas wilayah Jawa Tengah sebesar
34.859,67 km2 dengan peruntukan bagi areal pertanian semakin berkurang dari tahun ke
tahun dan beralih untuk kawasan industri, maka posisi sektor perikanan diharapkan
8|

nantinya mempunyai peran yang sangat besar pada perekonomian Jawa Tengah, pada
struktur perekonomian sektor perikanan belum mampu untuk mengangkat hajat hidup
sebagaian besar nelayan dan petani ikan apalagi perekonomian secara keseluruhan.
Sektor perikanan dalam perekonomian Jawa Tengah, selain mempunyai peran dalam
peningkatan gizi murah, juga kontribusinya yang terus meningkat dalam menyumbang
peningkatan PDRB, hal ini tidak lepas dari dukungak sumberdaya alam yang ada.
Potensi perikanan yang terdapat di Jawa Tengah menjadi catatan sendiri dalam upaya
untuk meningkatkan upaya yang lebih besat terhadap perekonomian Jawa Tengah. Selain
hal tersebut, sumberdaya manusia yang bergerak di sektor perikanan mempunyai
prospek untuk dikembangkan.
Secara geografis wilayah utara dan selatan Jawa Tengah, mempunyai perbedaan
tipologi yang memoengaruhi budaya dan perilaku nelayan dalam memanfaatka
sumberdaya perikanan dan tercermin pada penggunaan alat tangkap dan perahu untuk
menangkap ikan. Sektor perikanan diharapkan menjadi salah satu tumpuan bago
pengembangan perekonomian Jawa Tengah, terutama dalam: penyediaan tenaga kerja,
dan menggerakkan sektor lainnya semakin tidak terelakkan.
Sedikit contoh mengenai Padang Lamun yang ada di Indonesia. Di alam padang
lamun membentuk suatu komunitas yang merupakan habitat bagi berbagai jenis hewan
laut. Komunitas lamun ini juga dapat memperlambat gerakan air. bahkan ada jenis lamun
yang dapat dikonsumsi bagi penduduk sekitar pantai. Keberadaan ekosistem padang
lamun masih belum banyak dikenal baik pada kalangan akdemisi maupun masyarakat
umum, jika dibandingkan dengan ekosistem lain seperti ekosistem terumbu karang dan
ekosistem mangrove, meskipun diantara ekosistem tersebut di kawasan pesisir
merupakan satu kesatuan sistem dalam menjalankan fungsi ekologisnya.
Selain itu, padang lamun diketahui mendukung berbagai jaringan rantai makanan,
baik yang didasari oleh rantai herbivor maupun detrivor. Nilai ekonomis biota yang
berasosiasi dengan lamun diketahui sangat tinggi. Ekosistem padang lamun memiliki
nilai pelestarian fungsi ekosistem serta manfaat lainnya di masa mendatang sesuai
dengan perkembangan teknologi, yaitu produk obat-obatan dan budidaya laut. Beberapa
negara telah memanfaatkan lamun untuk pupuk, bahan kasur, makanan, stabilisator
pantai, penyaring limbah, bahan untuk pabrik kertas, bahan kimia, dan sebagainya.
Peranan padang lamun secara fisik di perairan laut dangkal adalah membantu
mengurangi tenaga gelombang dan arus, menyaring sedimen yang terlarut dalam air dan
menstabilkan dasar sedimen (Kiswara dan Winardi, 1999). Peranannya di perairan laut
dangkal adalah kemampuan berproduksi primer yang tinggi yang secara langsung
berhubungan erat dengan tingkat kelimpahan produktivitas perikanannya. Keterkaitan
perikanan dengan padang lamun sangat sedikit diinformasikan, sehingga perikanan di
padang lamun Indonesia hampir tidak pernah diketahui. Keterkaitan antara padang

9|

lamun dan perikanan udang lepas pantai sudah dikenal luas di perairan tropika Australia
(Coles et al., 1993).
Disadari bahwa padang lamun memberikan banyak manfaat bagi manusia.
Dengan demikian, mempertahankan areal-areal padang lamun, termasuk tumbuhan dan
hewannya, sangat penting untuk pembangunan ekonomi dan sosial. Namun, akhir- akhir
ini, tekanan penduduk semakin meningkat akan sumberdaya laut menjadi faktor utama
dalam perubahan lingkungan ekosistem di laut. Yang menjadi kelemahan adalah bahwa
selama ini banyak masyarakat yang menganggap bahwa areal pesisir mutlak merupakan
milik umum yang sangat luas yang dapat mengakomodasi segala bentuk kepentingan
termasuk kegiatan yang berbahaya sekalipun. Ini suatu kelemahan cara berpikir dan
pengetahuan yang dapat mengancam keberlangsungan sumber daya pesisir dan laut salah
satunya adalah ekosistem padang lamun. Meskipun telah banyak produk hokum yang
jelas–jelas mengatur bahwa tidak ada satu orang ataupun kelompok yang dapat semenamena memanfaatkan dan mengelola kawasan pesisir ini, tetapi penegakkannya melalui
pengenaan sanksi yang tegas dan transparan belum berjalan sebagaimana mestinya.
Meskipun beberapa areal ekosistem pesisir termasuk areal padang lamun di
Indonesia telah dimasukan ke dalam suatu kawasan lindung, namun pada kenyataan di
lapangan menunjukkan banyak diantaranya yang masih mendapat tekanan yang cukup
berarti. Sebagai upaya pemecahan, kini pihak pemerintah dalam hal ini Departemen
Kelautan dan Perikanan bekerja sama dengan perguruan tinggi dan instansi terkait
lainnya berusaha mengembangkan pendekatan terpadu yang melibatkan berbagai pihak,
yaitu Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara Terpadu atau Integrated Coastal Management
(ICM).
Pengeloaan pesisir secara terpadu memerlukan justifikasi yang bersifat
komprehensip dari subsistem-subsistem yang terlibat di dalamnya. misalnya implikasi
terhadap lingkungan, ekologi, ekonomi dan sosial budaya dalam perspektif mikro
maupun makro. Pembangunan hendaknya mempertimbangkan keterpaduan antar unsur
ekologi, ekonomi dan sosial.
Pada lingkunag pesisir, memiliki kendala khusus dalam melihat implikasi dari
suatu strategi pengelolaan, hal ini disebabkan karena adanya bermacam-macam aktivitas
dan kelompok masyarakat sebagai pengguna, seperti rencana pengelolaan yang dibuat
oleh pemerintah sering tidak dapat mencakup semua kepentingan masayarakat dan
sebaliknya masyarakat menganggap sumber alam sebagai open acces resources (Raharjo,
1996).
Namun yang paling penting dalam pengelolaan ekosistem di dalam wilayah
pesisir harus diingat, bahwa suatu ekosistem di wilayah pesisir tidak berdiri sendiri atau
diantara beberapa ekosistem saling terkait baik secara biogeofisik, maupun secara
sosioal-ekonomi; dan kelangsungan hidup suatu ekosistem juga sangat tergantung pada
aktifitas manusia di darat yang dipengaruhi oleh faktor budaya masyarakat setempat.
10 |

Dengan demikian, upaya konservasi dan pelestarian serta pengunaan sumber daya
ekosistem lamun yang berkelanjutan memerlukan pengelolaaan secara terpadu memiliki
pengertian bahwa pengelolaan sumber daya alam jasa-jasa lingkungan pesisir dan laut
dilakukan melalui penilaian secara menyeluruh (comprehensive assesment),
merencanakan tujuan dan sasaran, kemudian merencanakan serta mengelola segenap
kegiatan pemanfaatannya guna mencapai pembangunan yang optimal dan berkelanjutan.
Perencanaan dan pengelolaan tersebut dilakukan secara kontinyu dan dinamis dangan
mempertimbangkan aspek sosial-ekonomi budaya dan aspirasi masyarakat pengguna
wilayah area pesisir (stakeholder) serta konflik kepentingan dan pemanfaatan yang
mungkin ada. Pelestarian ekosistem padang lamun merupakan suatu usaha yang sangat
kompleks untuk dilaksanakan, karena kegitan tersebut sangat membutuhkan sifat
akomodatif terhadap segenap pihak baik yang berada sekitar kawasan maupun di luar
kawasan. Pada dasarnya kegiatan ini dilakukan demi memenuhi kebutuhan dari berbagai
kepentingan. Namun demikian, sifat akomodatif ini akan lebih dirasakan manfaatnya
bilamana keperpihakan kepada masyarakat yang sangat rentan terhadap sumberdaya
alam diberikan porsi yang lebih besar.
Dengan demikian, yang perlu diperhatikan adalah menjadikan masyarakat
sebagai komponen utama penggerak pelestarian areal padang lamun. Oleh karena itu,
persepsi masyarakat terhadap keberadaan ekosistem pesisir perlu untuk diarahkan
kepada cara pandang masyarakat akan pentingnya sumberdaya alam persisir (Bengen,
2001).
Raharjo (1996) mengemukakan bahwa pengeloaan berbasis masyarakat
mengandung arti keterlibatan langsung masyarakat dalam mengelola sumberdaya alam
di suatu kawasan.. Dalam konteks ini pula perlu diperhatikan mengenai karakteristik
lokal dari masayakarakat di suatu kawasan. Sering dikatakan bahwa salah satu faktor
penyebab kerusakan sumber daya alam pesisir adalah dekstrusi masyakarakat untuk
memenuhi kebutuhannya. Oleh karena itu, dalam strategi ini perlu dicari alternatif mata
pencaharian yang tujuannya adalah untuk mangurangi tekanan terhadap sumberdaya
pesisir termasuk lamun di kawasan tersebut.

11 |

BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jadi yang dapat kami simpulkan bahwa sektor perikanan menjadi salah satu
sektor andalan dalam pemulihan ekonomi karena beberapa alasan antara lain:
 Sumberdaya perikanan, baik ikan, sumberdaya perairan, dan lahan tambak masih
cukup melimpahdan belum ada yang memanfaatkannya secara optimal
 Produk Domestik Bruto (PDB) sub sektor perikanan, walaupun masih relatif kecil
kontribusinya, akan tetapi menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat
dan bahkan peningkatanya tertinggi dibandingkan dengan sektor lain
 Permintaan ikan dari berbagai penjuru dunia dari tahun menunjukkan
kecenderungan yang semakin meningkatkan sejalan dengan bertambahnya jumlah
penduduk dan tingginya tingkat pendidikan, sedangkan kemampuan pasok dari
negara negara penghasil ikan dunia semakin berkurang, karena terbatasnya
sumberdaya yang dimilikinya
 Pola hidup masyarakat dunia pada saat ini dicirikan dengan semakin selektifnya
makanan yang disajikan dengan memenuhi kriteria gizi yang tinggi, mudah
disajikan, dan menjangkau masyarakat
 Jumlah penduduk indonesia yang semakin meningkat dan mencapai lebih dari 200
juta jiwa merupakan pasar yang potensial bagi produk-produk perikanan.

3.2

Saran
Penulis memahami masih terdapat banyaak kekurangan dalam penyusunan
dan pembuatan makalah ini, maka dari itu kritik dan saran dari para pembaca
sangatlah dibutuhkan demi menunjang terbentuknya makalah selanjutnya yang lebih
baik dari sebelumnya.

12 |

3.3 Daftar Pustaka
1. Konsep umum Perikanan
(diakses pada tanggal 24 Desember 2014 pukul 12:00)
http://u1blackholes.blogspot.com/2012/10/konsep-umum-perikanan.html
2. Dampak berdirinya sektor perikanan swasta di daerah kabupaten Samosir
(diakses pada tanggal 25 Desember 2014 pukul 09:00)
http://eris-sinaga.blogspot.com/2012/12/dampak-positif-dan-negatifkedadiran.html
3. Pemberdayaan ragam hayati laut bidang Kelautan dan Perikanan
(diakses pada tanggal 31 Desember 2014 pukul10:30)
Azkab, M.H.1988. Pertumbuhan dan produksi lamun, Enhalus acoroides di
rataan terumbu di Pari Pulau Seribu.Dalam: P3O-LIPI, Teluk Jakarta:
Biologi,Budidaya, Oseanografi,Geologi dan Perairan. Balai Penelitian
Biologi Laut, Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi-LIPI, Jakarta.
Azkab,M.H.1999. Kecepatan tumbuh dan produksi lamun dari Teluk Kuta,
Lombok.Dalam:P3O-LIPI, Dinamika komunitas biologis pada ekosistem
lamun di Pulau Lombok, Balitbang Biologi Laut, PustlibangBiologi LautLIPI, Jakarta.
http://www.satrio-djajong.blogspot.com/

13 |