Variasi Desain Interior Coffee Shop di

Variasi Desain Interior Coffee Shop di Kota Denpasar dan
Kabupaten Badung
Oleh:
Freddy Hendrawan

Abstrak
Setiap manusia selain dilahirkan sebagai seorang makhluk individu juga memiliki peran
sebagai makhluk sosial. Seiring perkembangan jaman, kebutuhan untuk berinteraksi dengan
sesamanya mempengaruhi gaya hidup mereka sehari-hari. Semakin maraknya kedai-kedai
kopi (coffee shop) yang mewarnai pembangunan kota Denpasar merupakan salah satu
fenomena di dalam lingkungan masyarakat sebagai sebuah bentuk kreatifitas di dalam
menciptakan wadah untuk berinteraksi sosial. Keberadaan coffee shop menuntut adanya
sebuah kenyamanan, keamanan dan tampilan estetis yang mampu memberikan sebuah daya
tarik bagi setiap penikmat kopi. Di dalam penelitian kualitatif ini akan dilakukan identifikasi
terhadap variasi desain interior coffee shop dengan mengambil beberapa objek di Kota
Denpasar dan Kabupaten Badung sebagai case study. Beberapa simpulan yang diperoleh
adalah konsep simpel dan moderen pada desain interior coffee shop terlihat melalui penerapan
wujud dasar segi empat dan lingkaran, kejujuran material menjadi salah satu komponen utama
untuk memperkuat karakteristik orisinalitas, suasana hangat, nyaman dan intim, serta adanya
penggunaan dekorasi berupa tulisan dan gambar yang mempromosikan mengenai kopi.
Kata kunci: Variasi, Desain Interior, Coffee Shop

Abstract
Every human was born as an individual and social creature as well. Currently, an interaction
requirement with the other are affects people lifestyle. The growths of coffee shop had given
the color for Denpasar City development which is one of the phenomenon in society as a form
of the creativity to create a social interaction community. The presence of coffee shops
requires a comfortable, security and aesthetic visual, so it will be able gives an attraction to
each coffee drinkers. This qualitative research will identifies the variations of the coffee shop
interior design through some objects in Denpasar City and Badung Regency as a case study.
Some conclusions are the simple and modern concepts on the coffee shop interior design is
visible through the application of the rectangular and circle basic shape, the honestly of the
material become one of the component to makes a strength characteristic of originalities,
warm, comfort and intimae, also the application of word and picture decorations to promote
about coffee.
Key words: Variations, Interior Design, Coffee Shop

Pendahuluan
Menurut
International
Coffee
Organization, penyebaran kopi di dunia

dan budaya meminum kopi berawal di
benua Afrika. Menurut sejarah dikatakan

bahwa pohon kopi berasal dari Kaffa,
Ethopia dan biasanya buah kopi ini
dikonsumsi oleh para budak dari Sudan.
Menurut Ir. Mudrig Yahmadi dalam
bukunya Rangkaian Perkembangan dan
Permasalahan Budidaya dan Pengolahan
1

Kopi di Indonesia, kopi pertama kali
masuk ke Indonesia pada tahun 1696 dari
jenis kopi Arabika. Kopi ini masuk melalui
Batavia (sekarang Jakarta) yang dibawa
oleh Komandan Pasukan Belanda Adrian
Van Ommen dari Malabar - India,
kemudian ditanam dan dikembangkan di
tempat yang sekarang dikenal dengan
Pondok Kopi, Jakarta Timur dengan

menggunakan tanah partikelir Kedaung.
Sayangnya tanaman ini kemudian mati
akibat banjir, maka
tahun 1699
didatangkan lagi bibit-bibit baru yang
kemudian berkembang di sekitar Jakarta
dan Jawa Barat antara lain di Priangan dan
akhirnya menyebar ke berbagai bagian di
kepulauan Indonesia seperti Sumatera,
Bali,
Sulawesi
dan
Timor
(http://www.aeki-aice.org/page/sejarah/id).
Di negara-negara barat, meminum
kopi di pagi hari bahkan sudah menjadi
semacam ritual dan budaya. Tidak lengkap
rasanya apabila memulai aktivitas tanpa
menyeruput secangkir kopi. Bahkan di
Amerika, kopi menjadi

minuman
tradisional bagi masyarakat. Kopi menjadi
menu untuk minuman pagi, sore dan
malam hari. Di sana terdapat istilah Coffee
Morning dalam lingkungan masyarakat
yang berarti saat itu adalah saat yang tepat
untuk
berbincang-bincang
sambil
menikmati aroma dan rasa kopi (Sara Perry
dalam Amer Risnadi, 1991).
Kebiasaan meminum kopi di
Indonesia juga telah dilakukan dan terlihat
sejak dulu serta telah menjadi sebuah
tradisi di Indonesia. Tradisi meminum kopi
di pagi hari saat akan memulai aktivitas
dan di malam hari untuk menghilangkan
kantuk bagi mereka yang melakukan
ronda, lembur ataupun mahasiswa yang
menyelesaikan tugas hingga larut malam

sudah menjadi pemandangan yang biasa.
Bahkan tradisi meminum kopi sangat erat
kaitannya dengan kebiasaan berkumpul
dan
berbincang-bincang
di
dalam
lingkungan sosial. Hal inilah yang dapat
terlihat
hingga
saat
ini,
ketika
perkembangan jaman mentransformasikan

tradisi meminum kopi yang awalnya hanya
sebagai kebutuhan biologis menjadi
kebutuhan sosial. Terbukti dengan semakin
maraknya bermunculan public facility
maupun commercial facility sebagai wadah

untuk melakukan interaksi sosial, salah
satunya adalah coffee shop.
Fenomena sosial ini menyebabkan
semakin banyak produsen maupun
pengusaha untuk menciptakan sebuah
coffee shop yang menarik dan unik,
sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan
para penikmat kopi dan tempat untuk
melakukan interaksi sosial. Seperti halnya
kota Denpasar dan Kabupaten Badung
khususnya Kuta yang memiliki potensi di
dalam bidang perdagangan dan pariwisata.
Perkembangan coffee shop setiap tahunnya
menawarkan desain interior yang variatif
dan kreatif. Oleh karena itu, di dalam
penelitian ini akan dilakukan identifikasi
terhadap variasi desain interior di Kota
Denpasar
dan
Kabupaten

Badung
(Kecamatan Kuta) untuk memberikan
sebuah gambaran keberadaan coffee shop
yang berkembang menjadi sebuah wadah
interaksi sosial.

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode
penelitian
kualitatif,
yaitu
dengan
melakukan observasi langsung terhadap
desain interior coffee shop yang ada di
Kota Denpasar dan Kabupaten Badung
(Kecamatan Kuta) dengan mengambil
sampel beberapa objek sebagai case study,
yaitu Mangsi Coffee Shop, Castro Coffee
Shop, Anomali Coffee Shop dan Starbucks
Coffee Shop. Analisa dilakukan dengan

mengindentifikasi desain interior masingmasing coffee shop dan akan dikaji
menggunakan teori bentuk.
Tinjauan Teori
Menurut Ching (2000:34), bentuk
didefinisikan sebagai sebuah istilah
inklusif
yang
memiliki
beberapa
2

pengertian. Bentuk tidak hanya dapat
dikatakan sebagai penampilan luar saja,
namun bentuk juga dapat dihubungkan
dengan struktur internal maupun garis
eksternal serta prinsip yang memberikan
kesatuan secara menyeluruh. Ching juga
menjabarkan ciri-ciri visual dari bentuk
terdiri dari unsur-unsur wujud, dimensi,
warna, tekstur, posisi, orientasi dan inersia

visual. Demikian pula dengan Wong
(1996:10-11) yang menjabarkan bahwa
unsur rupa atau bentuk terdiri dari wujud,
dimensi atau ukuran, warna dan tekstur.
Menurut
Kusmiati
(2004:13),
persepsi visual dari bentuk fisik suatu
karya terdiri dari berbagai elemen, seperti
elemen titik, garis, bentuk, warna, tekstur
dan pola. Selain itu, Kusmiati juga
menyatakan bahwa rasa estetika desain dan
arsitektur didasarkan pada elemen dan
prinsip perancangan yang bisa dijelaskan
secara rasional dalam dua kategori, yaitu
perbendaharaan desain dan elemen
pendukung.
Perbendaharaan
desain
meliputi titik, garis, bidang, bentuk,

tekstur, pola, warna, cahaya, nada dan
proporsi. Sedangkan elemen pendukung
estetika terdiri dari keseimbangan,
harmoni, irama, kesatuan, komposisi,
dekorasi, dan material.
Perbedaan yang jelas antara warna
permukaan suatu bidang dan daerah
sekelilingnya dapat memperjelas wujud
suatu benda, sedangkan merubah tingkat
kegelapan warna permukaan dapat
menambah atau mengurangi bobot visual
suatu bidang. Tekstur dan warna, bersamasama mempengaruhi bobot visual dan
skala suatu bidang, serta tingkat
kemampuan menyerap atau memantulkan
cahaya dan bunyi (Ching, 2000:86).
Terkait dengan hal tersebut, maka unsur
tekstur dan warna merupakan bagian yang
menentukan wujud suatu benda, dan akan
menjadi satu bagian dengan unsur wujud.


Tabel 1
Perumusan Variabel Ciri-ciri Visual bentuk
Sumber
Ciri-ciri visual
Variabel ciribentuk
ciri visual
bentuk yang
digunakan
D.K.
a. wujud
a. Wujud
Ching
b. dimensi
(horisontal,
c. warna
vertikal,
d. tekstur
tekstur dan
e. posisi
warna)
f.orientasi
b. Material
g. inersia visual.
(alami dan
buatan)
Wucius a. wujud
Wong
b. dimensi/ ukuran c. Ragam hias
(dekorasi &
c. warna
ornamen)
d. tekstur
Artini
Perbendaharaan
Kusmiati desain meliputi:
a. titik
b. garis
c. bidang
d. bentuk
e. tekstur
f. pola
g. warna
h. cahaya
i. nada
j. proporsi.
Elemen
Pendukung
Estetika:
a. keseimbangan
b. harmoni
c. irama
d. Kesatuan
e. komposisi
f. dekorasi
g. material.
Sumber: Modifikasi Ching, Wong, Kusmiati

Berdasarkan perumusan variabel
ciri-ciri visual bentuk tersebut dan hasil
pengamatan di lapangan maka diperoleh
variabel ciri visual bentuk yang akan
digunakan dalam penelitian ini, yaitu
wujud, material, serta ragam hias.
A. Wujud
Ching (2000:34) menyatakan bahwa
wujud merupakan sisi luar karakteristik
atau konfigurasi permukaan suatu bentuk
tertentu. Wujud juga merupakan aspek
dimana bentuk-bentuk dapat diidentifikasi
dan dikategorikan. Selain itu dikatakan
3

pula bahwa wujud adalah karakter utama
yang dimiliki sebuah bidang dan
ditentukan oleh kontur garis yang
membentuk sisi-sisi sebuah
bidang.
Karena persepsi tentang wujud dapat
dikaburkan oleh pandangan perspektif,
maka wujud sebenarnya dari sebuah
bidang hanya dapat dilihat jika dipandang
dari arah depan saja (Ching, 2000:18).
Wong (1996:10) juga mengatakan bahwa
wujud merupakan rupa keliling sebuah
rancang dan jati diri utama rancang
tersebut.
Secara psikologis manusia akan
menyederhanakan lingkungan visualnya
untuk memudahkan pemahaman. Dalam
setiap
komposisi
bentuk,
manusia
cenderung mengurangi subjek utama
dalam daerah pandang ke bentuk yang
paling sederhana dan teratur. Semakin
sederhana dan teraturnya suatu wujud,
semakin mudah untuk diterima dan
dimengerti. Hal ini dapat dilihat secara
geometri (gambar 1) bahwa wujud dasar
terdiri dari lingkaran, segitiga, dan bujur
sangkar atau persegi (Ching, 2000:38).

Segitiga

Lingkaran

Bujur Sangkar

Gambar 1. Wujud Dasar dan Modifikasinya
Sumber: Ching, 2000:38-41

Wong (1996:11) mengatakan warna
atau nilai terang dan gelap, membedakan
sebuah bentuk dengan jelas dari
lingkungannya dan dapat berupa warna
alam atau buatan (gambar 2). Pada warna
alam, warna asli bahanlah yang
ditampilkan, sedangkan pada warna
buatan, warna asli bahan ditutup dengan

lapisan cat atau diubah dengan cara lain.
Menurut
Ching
(2000:34)
warna
merupakan sebuah fenomena pencahayaan
dan persepsi visual yang menjelaskan
persepsi individu dalam corak, intensitas
dan nada. Warna adalah atribut yang
paling menyolok membedakan suatu
bentuk dari lingkungannya. Warna juga
mempengaruhi bobot visual suatu bentuk.

Gambar 2. Warna asli dan buatan
Sumber: http://www.flickr.com

Tekstur adalah nilai raba pada suatu
permukaan, baik itu nyata maupun semu.
Suatu permukaan mungkin kasar, halus,
keras atau lunak, kasar atau licin. Tekstur
merupakan karakter nilai raba yang dapat
dirasakan secara fisik dan secara imajiner.
Tekstur kasar ketika diraba secara fisik
memang menunjukkan suatu permukaan
yang kasar, sedangkan tekstur semu hanya
nampak oleh mata, karakternya kasar
namun ketika diraba tidak dapat dirasakan
sebagaimana yang dilihat sehingga tekstur
semacam ini hanya memberi kesan
imajinatif pada perasaan (Gulendra,
2010:2).
Menurut Kusmiati (2004:77-79)
fungsi
utama dari
warna dalam
perancangan
adalah
untuk:
1)
meningkatkan kualitas atau memberi nilai
tambah, 2) sebagai media komunikasi yang
memiliki makna untuk penyalur pesan dan
informasi, 3) untuk lebih menjelaskan
suatu masalah karena warna memiliki daya
tarik khusus, 4) membantu membangun
citra keagungan karena warna memiliki
sifat yang kuat dalam membentuk kesan
dan kewibawaan, 5) berfungsi untuk
menutupi kelemahan atau kekurangan
permukaan suatu bentuk atau benda yang
dianggap kurang menarik.
4

B. Material
Material adalah bahan yang menjadi
bakal untuk membuat bahan baru, bahan
mentah bangunan seperti batu, semen,
kapur dan sebagainya (Kamus Besar
Bahasa Indonesia, 2010:520). Menurut
Kusmiati (2004:116) bahan bangunan
(building
material)
memiliki
sifat
kekakuan (stiffness), kekerasan (hardness),
dan daya tahan (durability). Perbandingan
dari ketiga sifat tersebut dapat dihitung
secara matematika. Masing-masing bahan
memiliki keterbatasan kekuatan, sehingga
dapat retak, patah, atau melentur bila diberi
beban yang melebihi kemampuannya .
C. Ragam hias
Gomudha dalam Herlina (2010:20)
mengatakan
bahwa
ragam
hias
digolongkan menjadi dua, yaitu ornamen
dan dekorasi (gambar 3). Perbedaannya
adalah ornamen muncul sebagai akibat
penyelesaian
konstruksi
sedangkan
dekorasi dipasang semata-mata hanya
sebagai penampilan estetis atau tempelan.

Ornamen memiliki makna yang lebih dari
sekedar tujuan estetika (Depdiknas dalam
Erisca, 2008:42). Sedangkan menurut
Prijotomo dalam Herlina (2010:20)
dekorasi merupakan unsur tata hias yang
dipasang pada elemen-elemen arsitektur,
tetapi bukan merupakan bagian integral
dari konstruksi dan semata-mata dipasang
sebagai elemen estetis serta merupakan
satu kesatuan dengan tempat dekorasi
tersebut dipasang.
Analisa
Analisa akan dilakukan dengan
mengidentifikasi objek penelitian yang
telah ditentukan sebagai case study, yaitu
Mangsi Coffee Shop, Castro Coffee Shop,
Anomali Coffee Shop dan
Starbucks
Coffee Shop. Keempat objek tersebut akan
dikaji menggunakan variable ciri-ciri
visual bentuk wujud, material dan ragam
hias.
1. Mangsi Coffee Shop

Gambar 4. Tampak Depan Mangsi Coffee Shop
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014
Ornamen

Dekorasi

Gambar 3. Ornamen dan dekorasi
Sumber: http://www.flickr.com

Istilah ornamen berasal dari bahasa
Yunani, yaitu ornare yang artinya hiasan
atau perhiasan. Ornamen merupakan
elemen pelengkap dalam suatu karya
arsitektur yang keberadaanya membuat
suatu karya arsitektur menjadi lebih
menarik, memiliki jiwa dan karakter yang
khas. Selain itu, ornamen menjadi sarana
untuk mengkomunikasikan konsep, ajaran
dan falsafah dalam kehidupan masyarakat.

Mangsi Coffee Shop adalah sebuah
kedai kopi yang berada di Jalan Hayam
Wuruk No. 195 Denpasar. Menurut
pemiliknya Made Windu Segara Senet,
nama Mangsi diadopsi dari istilah Bali
yang merupakan sebuah hasil proses
akumulasi pembakaran api dengan
kekuatan Brahma (Dewa Api dalam
terminologi Agama Hindu).
A. Wujud
Wujud interior Mangsi Coffee Shop
dapat terlihat dari denah lantai setiap
ruangan dan tampak interior yang sebagian
5

besar berupa wujud dasar segi empat.
Selain itu, bangunan yang memilih konsep
mural sebagai warna buatan dalam
menutup
permukaan
bidang
ini
menggunakan wujud dasar lingkaran yang
diaplikasikan pada furnitur ruangan,
seperti meja, lampu hias dan beberapa
dekorasi dinding.

kayu pada dinding pantry dan penggunaan
bata merah pada kolom serta dinding area
bar. Demikian pula pengaplikasian lantai
plester halus tanpa menggunakan penutup
keramik atau sejenisnya yang memperkuat
konsep alami. Sedangkan penggunaan
warna
buatan
dilakukan
dengan
menciptakan mural pada permukaan
bidang dinding dan furnitur dibandingkan
menutupi permukaan bidang dengan warna
solid.

Gambar 6. Material pada Mangsi Coffee Shop
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014

C. Ragam Hias
Gambar 5. Wujud Dasar Mangsi Coffee Shop
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014

Tampilan visual terhadap wujud
dasar segi empat terlihat dengan
penggunaan potongan papan kayu dengan
tetap mempertahankan warna dan tekstur
alaminya pada meja, dekorasi dan dinding
pantry serta susunan bata merah pada
kolom interior bangunan. Sedangkan untuk
tampilan visual terhadap wujud dasar
lingkaran terlihat pada meja, lampu
gantung dan dekorasi dinding.

Ragam hias yang terdapat pada
Mangsi Coffee Shop didominasi dengan
dekorasi mural baik pada furnitur, dinding
dan dekorasi. Mural pada interior
bangunan ini adalah berupa tulisan-tulisan
jargon Mangsi Coffee Shop dan informasi
pelayanan yang disediakan. Terdapat pula
beberapa gambar labirin, penikmat kopi
dan flora baik pada dinding maupun
dekorasi.

B. Material
Material pada interior Mangsi
Coffee
Shop
ini
sebagian
besar
menggunakan kayu pada dinding, furnitur
maupun dekorasinya. Selain itu terdapat
beberapa kaleng minyak bekas berukuran
besar yang dimanfaatkan sebagai kursi bar.
Kejujuran material diaplikasikan dengan
mempertahankan warna dan tesktur papan

Gambar 7. Dekorasi pada Mangsi Coffee Shop
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014

6

2. Castro Coffee Shop
Castro Coffee Shop adalah sebuah
bangunan komersil yang berada di tengahtengah permukiman penduduk di pusat
kota Denpasar, yaitu tepatnya di Jalan Suli
No.14. Coffee shop dengan konsep desain
interior yang unik ini sering dijadikan
tempat
bagi
para
musisi
untuk
menampilkan keahlian mereka.

dinding adalah adanya penggunaan frame
foto dengan wujud dasar segi empat.
Bahkan pada beberapa bagian permukaan
dinding digunakan penutup dinding seperti
yang digunakan pada dinding interior
studio musik dengan grid segi empat.
Penggunaan warna buatan hanya terlihat
pada ceiling dan sebagian permukaan
dinding.
B. Material

A. Wujud
Wujud
dasar
segi
empat
mendominasi denah lantai hingga furnitur
dan dekorasi interior. Pengaplikasian
balok-balok kayu dengan mempertahankan
warna alami sebagai partisi dan drop down
ceiling semakin menekankan penggunaaan
wujud segi empat pada desain interior ini.

Gambar 9. Material pada Castro Coffee Shop
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014

Beberapa jenis material yang
digunakan pada interior Castro Coffee
Shop ini adalah kayu pada furnitur meja,
kursi, list dinding dan partisi interior,
stainless steel pada furnitur kursi, gypsum
pada ceiling, keramik 40x40 cm sebagai
penutup lantai, serta lapisan akustik pada
beberapa permukaan dinding untuk
memperkuat konsep Rock & Roll.
Sebagian
besar
furnitur
masih
menggunakan warna alami dari bahan
yang digunakan, sedangkan pewarnaan
buatan terlihat hanya pada ceiling dan
sebagian kecil permukaan dinding.
C. Ragam Hias
Gambar 8. Wujud Dasar Castro Coffee Shop
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014

Tampilan visual lainnya yang
memperlihatkan penerapan wujud dasar
segi empat tampak pada dekorasi interior

Interior Castro Coffee Shop
menggunakan dekorasi berupa gambargambar musisi Rock & Roll yang dibingkai
dalam frame hitam, gambar biji kopi
berukuran besar pada dinding pantry serta
tulisan-tulisan jargon atau quotes dalam
7

frame kayu yang dipajang di hampir
seluruh permukaan dinding.

Tampilan visual wujud dasar
lingkaran terhadap coffee shop yang hanya
menggunakan
sedikit
menggunakan
pewarnaan buatan pada interiornya terlihat
dengan penggunaan kaleng minyak bekas
berukuran besar yang berfungsi sebagai
kursi dan meja. Selain itu, wujud dasar
geometris segi empat terlihat dominan
pada bukaan kaca, permukaan dinding, rak
etalase, bahkan bantal duduk pada
beberapa kursi.

Gambar 10. Dekorasi pada Castro Coffee Shop
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014

3. Anomali Coffee Shop
Coffee Shop yang didirikan sejak
tahun 2007 ini memiliki enam buah outlet
yaitu empat buah outlet di Jakarta dan dua
buah outlet di Bali (Seminyak dan Ubud).
Anomali Coffee Shop adalah salah satu dari
Coffee Shop khusus yang menyediakan
berbagai macam kopi bubuk dari seluruh
penjuru Indonesia. Analisa akan dilakukan
terhadap interior Anomali Coffee Shop
yang berada di Jalan Kayu Aya No.7,
Seminyak.

Gambar 11. Wujud Dasar Anomali Coffee Shop
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014

A. Wujud

B. Material

Wujud dasar denah interior Anomali
Coffee Shop ini adalah segi empat.
Demikian pula dengan sebagian besar
furnitur dan dekorasi interiornya yang
sebagian besar mempertahankan warna
alami dari material yang digunakan. Wujud
dasar lingkaran dapat ditemukan pada
beberapa furnitur meja, kursi dan lampu
gantung. Penempatan pantry di tengahtengah ruangan semakin memperkuat
penggunaan wujud dasar segi empat.

Konsep minimalis dan kejujuran
material terlihat melalui permukaan
dinding yang diplester tanpa cat sehingga
menampilkan warna alami dari bahan
dasar semen. Selain itu bahan-bahan
pabrikasi seperti alumunium, besi dan
stainless steel tetap dipertahankan melalui
penggunaan velg mobil sebagai kaki meja,
serta kaleng minyak bekas berukuran besar
sebagai kursi dan meja. Warna dan tekstur
kayu dipertahankan pada hampir sebagian
besar furnitur meja dan kursi untuk
memperlihatkan orisinalitas.
8

dan rak etalase Kopi Gayo Organik di
bagian depan ruangan.

Gambar 14. Dekorasi Papan Pelayanan
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014

Gambar 12. Dekorasi pada Anomali Coffee Shop
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014

C. Ragam Hias

Dekorasi fungsional juga terlihat
melalui penggunaan papan yang digantung
di atas pantry yang berfungsi untuk
menunjukkan seting pelayanan. Terlihat
pula beberapa gambar jenis varian kopi
berupa menunjukkan ikon kebudayaan
Indonesia
seperti
Hanoman
untuk
menjelaskan jenis Kopi Bali Kintamani,
binatang Luwak untuk menjelaskan jenis
Kopi Luwak, gambar wanita berpakaian
adat Toraja untuk menjelaskan jenis Kopi
Toraja Kalosi, dan lainnya.

Gambar 13. Mesin Pengolah Kopi dan Rak Etalase
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014

Ornamen dapat terlihat melalui
beberapa hiasan pada lantai berupa
pecahan batu alam yang dibentuk
menyerupai kelopak bunga. Sedangkan
beberapa dekorasi pada interior Anomali
Coffee Shop dapat terlihat dengan adanya
penggunaan lampu gantung berbentuk
bulat, toples-toples diatas meja bar yang
menunjukkan beberapa jenis varian biji
kopi, tulisan-tulisan dan mural produk kopi
dan para penikmat kopi pada dinding, meja
dan kursi. Terlihat pula alat pengolah kopi

Gambar 15. Dekorasi Mural dan Varian Kopi
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014

9

4. Starbucks Coffee Shop

B. Material

Starbucks Coffee Shop adalah
sebuah perusahaan kopi dan jaringan kedai
kopi global asal Amerika Serikat yang
berkantor pusat di Seattle, Washington.
Perusahaan ini didirikan pada tahun 1971
dan mulai masuk ke Indonesia pada tahun
2002
(http://www.starbucks.com/aboutus/our-heritage).

Material kayu tampak terlihat
digunakan pada sebagian besar furnitur,
ceiling, meja bar, rak etalase bahkan
penutup dinding. Penggunaan bahan-bahan
sintetis terlihat pada beberapa kursi rotan
sintetis dan sofa di salah satu sudut
interior.
Permukaan
luar
interior
didominasi dengan bukaan kaca yang
dilengkapi dengan blind berupa kere yang
terbuat dari bambu sebagai antisipasi
terhadap sinar dan panas matahari.
Permukaan lantai menggunakan keramik
berukuran 30x30 cm berwarna abu-abu
gelap turut memperkuat konsep minimalis
dan mampu mengimbangi dominansi
material kayu pada desain interior ini.

Di Bali, khususnya Kabupaten
Badung Starbucks Coffee Shop mudah
ditemukan baik di dalam maupun di luar
mall. Berikut akan dianalisa interior
Starbucks Coffee Shop yang berada di
dalam Galleria Bali Mall.
A. Wujud
Bila diamati dengan seksama,
hampir sebagian besar desain interior
Starbucks Coffee Shop memiliki konsep
minimalis. Konsep ini dapat terlihat
dengan dominansi penerapan wujud dasar
geometris segi empat baik pada denah
interior, furnitur dan dekorasinya, serta
penggunaan warna-warna alami material
yang digunakan.

Gambar 17. Material pada Starbucks Coffee Shop
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014

C. Ragam Hias
Gambar 16. Wujud Dasar Starbucks Coffee Shop
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014

Penggunaan balok-balok kayu segi
empat terlihat pada kursi, bar ceiling,
partisi dan penutup dinding. Bahkan
bidang-bidang kaca dengan permukaan
bidang segi empat yang luas ditempatkan
hampir di sekeliling interior. Terdapat pula
beberapa meja dan kaki meja dengan
wujud
dasar
lingkaran.
Sebagian
permukaan
dinding
menggunakan
pewarnaan buatan berupa cat berwarna
krem untuk memberikan kesan simpel dan
moderen.

Gambar 18. Dekorasi pada Starbucks Coffee Shop
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014

Beberapa dekorasi yang terdapat
pada interior Starbucks Coffee Shop ini
menekankan pada pengenalan produk kopi
10

mereka sendiri serta jenis kopi yang ada di
beberapa Negara seperti Ethopia dan
Indonesia. Hal ini dapat terlihat dengan
adanya rak etalase yang memajang
beberapa produk dan souvenir kopi milik
Starbucks itu sendiri. Selain itu
penggunaan balok-balok kayu sebagai
penutup dinding mampu sekaligus
berperan sebagai dekorasi interior.

Simpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan
analisa terhadap empat objek yang
dijadikan sebagai case study mengenai
variasi desain interior coffee shop di Kota
Denpasar dan Kabupaten Badung,
diperoleh beberapa simpulan sebagai
berikut:
1. Penerapan wujud dasar geometris segi
empat
dan
lingkaran
menjadi
dominansi desain interior coffee shop
yang mampu memberikan kesan
simpel, praktis dan moderen.
2. Kejujuran material sebagai bagian dari
konsep desain interior menjadi salah
satu peranan untuk memperkuat
karakteristik orisinalitas dan suasana
hangat, nyaman serta intim.
3. Sebagai
bangunan
komersil,
penggunaan rak etalase, tulisan iklan
kopi, gambar jenis varian produk dan
biji kopi dioptimalkan sebagai bagian
dari dekorasi interior.

Ching, D.K. 2000. Arsitektur: Bentuk
Ruang dan Fungsi. Jakarta: Erlangga.
Erisca, Nandita. 2008. “Kelenteng Tanjung
Kait (Tinjauan Arsitektural dan
Ornamentasi)” (skripsi). Jakarta:
Program Studi Arkeologi Fakultas
Ilmu Pengetahuan Budaya.
Universitas Indonesia.
Gulendra, I Wayan. 2010. Pengertian
Warna dan Tekstur. Dalam: Jurnal ISI
Volume 1 Nomor 6. Denpasar :
Institut Seni Indonesia.
Herlina, Putu Merry. 2010. “Penerapan
Arsitektur Tradisional Tiongkok pada
Bentuk dan Ragam Hias Bangunan
tempat Ibadat Tri Dharma Cao Fuk
Miao di Denpasar” (skripsi).
Denpasar: Program Studi Arsitektur
Fakultas Teknik. Universitas
Udayana.
Kusmiati, Artini. 2004. Dimensi Estetika
pada Karya Arsitektur dan Disain.
Jakarta : Djambatan.
Risnadi, Amer. -. Perancangan Publikasi
Buku Kopi Indonesia: Kisah, Budaya,
Gaya Hidup. Binus University.
Jakarta.
Sovereign, Sarah. 2005. Brick. Available
from URL:
http://www.flickr.com/photos/goodbyepisc
es/64541307/.
Wong, Wucius.1996. Beberapa Asas
Merancang Trimatra. Bandung: ITB.

Daftar Pustaka
Anonim. 2007. Sejarah Kopi di Indonesia.
Available
from
URL:
http://www.aekiaice.org/page/sejarah/id.

Yahmadi, Mudrig. 2007. Rangkaian
Perkembangan dan Permasalahan
Budidaya & Pengolahan Kopi di
Indonesia. AEKI Jawa Timur: PT.
Bina Ilmu Offset.

Anonim.
2014.
Company
Profile.
Available
from
URL:
http://www.starbucks.com/aboutus/our-heritage.

11