PENGUKURAN BEBAN KERJA PSIKOLOGIS psikologis

ANALISIS PENGUKURAN KERJA

KELOMPOK 15

PENGUKURAN BEBAN KERJA PSIKOLOGIS
Khairunnisa Dyandra M1, Brian Sabayu2, Irvan Khairul A3, Doni Bharaputra S4.
Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Andalas, Padang
Email: brian_sabayu@yahoo.com

Abstrak
Beban kerja mental adalah kondisi kerja dimana informasi yang masih harus diproses di
dalam otak. Beban kerja mental meliputi kerja otak dalam pengertian sempit dan
pemrosesan informasi. Kerja otak dalam arti sempit adalah proses berfikir yang memerlukan
kreatifitas, misalnya membuat mesin, membuat rencana produk, mempelajari file dan
menulis laporan. Pekerjaan di satu pihak mempunyai arti penting bagi kemajuan dan
peningkatan prestasi, sehingga mencapai kehidupan yang produktif sebagai salah satu
tujuan hidup. Dilihat dari sudut pandang ergonomi setiap beban kerja yang diterima oleh
seseorang harus sesuai atau seimbang baik terhadap kemampuan fisik, kemampuan psikis
maupun keterbatasan manusia yang menerima beban tersebut. Pengukuran beban kerja
mental pada pratikum ini dilakukan dengan menggunakan dua skenario. Skenario pertama
dilakukan oleh operator laki-laki dengan melihat produk cacat dan tidak cacat pada bola.

Sedangkan skenario 2 dilakukan oleh operator laki-laki dan perempuan dengan menghitung
penjumlahan dua bilangan dan penjumlahan tiga bilangan. Metode yang digunakan dalam
pengolahan data adalah metode NASA TLX dengan enam buah indikator skala yaitu mental
demand, physical demand, temporal demand, performance, frustation level, dan effort.
Berdasarkan pengolahan data pada skenario 1 diperoleh jumlah yang salah sebanyak 11 dan
jumlah benar sebanyak 19 dengan nilai WWL sebesar 44,8 berarti beban mental yang
ditanggung operator tergolong ringan. Pada skenario 2 diperoleh beban mental pada
operator perempuan 68,6667 lebih besar jika dibandingkan dengan operator laki-laki yaitu
sebesar 52,6667 hal ini termasuk dalam kategori sedang.
Kata kunci : beban kerja mental, psikologis, NASA-TLX, WWL

1. PENDAHULUAN
Pendahuluan ini membahas mengenai
latar belakang masalah, tujuan, serta
batasan masalah.
1.1 Latar Belakang
Bekerja merupakan aktivitas yang
dilakukan manusia untuk dapat terus
melanjutkan kehidupannya, Kerja dibagi
menjadi 2 macam yaitu kerja fisik (otot) dan

kerja
mental.
Masing-masing
manusia
memiliki kerja masing-masing, di samping itu
tiap pekerjaan pasti memiliki beban kerja.
Beban kerja dapat dikategorikan ringan,
sedang ataupun berat, berdasarkan kepada
jenis pekerjaannya baik kerja fisik maupun
mental. Beban kerja mental akan terasa
lebih berat bagi orang yang bekerja pada
bagian sekretaris, guru, karyawan bank, dan
orang-orang
yang
umumnya
bekerja
dibelakang meja. Beban kerja mental dapat
membuat seseorang lebih cepat merasakan
kelelahan (fatigue) dan akan membutuhkan
istirahat. Jika dibandingkan pada kuli angkat

yang mana mereka merasa beban kerja
berat ketika berat beban yang diangkut
benar-benar berat.

Adapun tujuan pada praktikum kali ini
yaitu mengukur beban kerja psikologis untuk
menentukan besar beban kerja mental yang
dialami oleh seseorang dalam melakukan
pekerjaannya, yang nantinya akan dilakukan
perbaikan dalam perancangan kerja yang
lebih sesuai dengan kemampuan dan
keterbatasan fisik maupun mental yang
dimiliki pekerja.
1.3 Batasan Masalah
Adapun
batasan
masalah
dari
pengukuran beban kerja psikologis ini yaitu
terdiri dari 2 jenis aktivitas kerja. Bentuk

aktivitas tersebut yaitu Mengambil bola
dengan ketentuan Baik (≤ 3 titik), cacat (> 3
titik)
dan
waktu
selama
5
detik,
menjumlahkan angka serta menebak warna
latar dari angka tersebut dalam jangka
waktu selama 2 detik sebanyak 50 slide,
dimana masing-masing pekerjaan tersebut
berbeda beban kerjanya. Pengukuran yang
dilakukan adalah pengukuran ketelitian,
tingkat konsentrasi, dan tingkat kejenuhan.
Perhitungan yang dilakukan yaitu dengan
metode pendekatan subjektif yaitu NASA-TLX
prosedur rating mutidimensional, yang
membagi beban kerja (workload) atas dasar
rata-rata pembebanan 6 subskala.


1.2 Tujuan

Jurnal Pengukuran Beban Kerja Psikologis (Kelompok 15)

1

ANALISIS PENGUKURAN KERJA

KELOMPOK 15

2. TINJAUAN PUSTAKA
Berikut ini merupakan teori pendukung
pengukuran beban kerja psikologis.
2.1

Beban kerja Psikologis

Beban kerja adalah kemampuan tubuh
pekerja dalam menerima pekerjaan. Dari

sudut pandang ergonomi, setiap beban kerja
yang diterima seseorang harus sesuai dan
seimbang
terhadap
kemampuan
fisik
maupun psikologis pekerja yang menerima
beban kerja tersebut. beban kerja psikologis
dapat berupa sejauh mana tingkat keahlian
dan prestasi kerja yang dimiliki individu
dengan individu lainnya [3].
Dalam penelitian Wignjoesoebroto,
dkk. (2003) Beban kerja mental didefinisikan
sebagai kondisi yang dialami oleh pekerja
dalam pelaksanaan tugasnya dimana hanya
terdapat sumber daya mental dalam kondisi
yang terbatas.
Karena kemampuan orang untuk
memproses informasi sangat terbatas, hal ini
akan mempengaruhi tingkat kinerja yang

dapat dicapai. Pengujian beban kerja mental
muncul dari kebutuhan untuk menyakinkan
bahwa kebutuhan untuk mengemudikan
tidak melebihi batas-batas kemampuan dari
seorang pengemudi.
Menurut Menges dan Austin tuntutan
agar pekerjaan dapat menyelesaikan tugas
secara keseluruhan sulit tercapai, karena
adanya beberapa tugas yang dikerjakan
dalam waktu bersamaan. Hal ini dapat
menyebabkan meningkatnya beban kerja [1].
Faktor-faktor yang memperngaruhi
beban kerja psikologis :
1. Faktor eksternal
a. kompleksitas pekerjaan, tingkat
kesulitan,
tanggung
jawab
pekerjaan.
b. Organisasi

kerja,
seperti
lamanya waktu bekerja, waktu
istirahat,
shift
kerja,
kerja
malam, sistem pengupahan,
model
struktur
organisasi,
pelimpahan
tugas
dan
wewenang.
c. Lingkungan
kerja
adalah
lingkungan
kerja

fisik,
lingkungan kimiawi, lingkungan
kerja biologis dan lingkungan
kerja psikologis.
2. Faktor Internal
a. somatis seperti, jenis kelamin,
umur, ukuran tubuh, status gizi,
dan kondisi kesehatan
b. psikis seperti motivasi, persepsi,
kepercayaan,
keinginan
dan
kepuasan.
2.2

Pengukuran
Psikologis

Beban


kerja

Jurnal Pengukuran Beban Kerja Psikologis (Kelompok 15)

Pengukuran beban kerja
dapat dilakukan dengan cara :

psikologis

1. Objektif
a. Pengukuran denyut jantung
Pengukuran ini digunakan untuk
mengukur beban kerja dinamis
seseorang
sebagai
manifestasi
gerakan
otot.
Semakin
cepat

denyut jantung mengindikasikan
bahwa beban mental yang dialami
pekerja tersebut semakin berat.
Namun, tingkat kecepatan denyut
jantung
tersebut
tidak
menunjukkan
secara
tepat
besarnya beban kerja mental yang
dialami.
b. Pengukuran waktu kedipan mata
Pekerjaan yang membutuhkan
atensi visual berasosiasi dengan
kedipan mata yang lebih sedikit,
dan durasi kedipan lebih pendek.
c. Pengukuran cairan dalam tubuh
Pengukuran ini Digunakan untuk
mengetahui kadar asam laktat dan
beberapa indikasi lainnya yang bisa
menunjukkan kondisi dari beban
kerja seseorang yang melakukan
suatu aktivitas.
d. Pengukuran dengan metoda lain
menggunakan alat flicker
Berupa alat yang memiliki
sumber cahaya yang berkedip
makin lama makin cepat hingga
pada suatu saat sukar untuk diikuti
oleh mata biasa.
2. Subjektif
Metode-metodenya yaitu sebagai
berikut :
a. NASA-TLX
Metode ini berupa kuesioner
dikembangkan
berdasarkan
munculnya kebutuhan pengukuran
subjektif yang lebih mudah tetapi
lebih sensitif pada pengukuran
beban kerja. Metode NASA-TLX
merupakan prosedur rating multi
dimensional,
yang
membagi
workload atas dasar rata-rata
pembebanan 6 dimensi, yaitu
Mental Demand, Physical Demand,
Temporal Demand, Effort, Own
Performance, dan Frustation. NASATLX dibagi menjadi dua tahap,
yaitu perbandingan tiap skala
(Paired
Comparison)
dan
pemberian nilai terhadap pekerjaan
(Event Scoring).
b. SWAT
Dalam buku yang dibuat Gary B.
Reid
(1989)
yang
berjudul
SUBJECTIVE
WORKLOAD
ASSESSMENT TECHNIQUE (SWAT):
A USER'S GUIDE (U) dijelaskan

2

KELOMPOK 15

Subjective Workload Assessment
Technique (SWAT) dikembangkan
guna menganalisa beban kerja
yang dihadapi oleh seseorang yang
harus melakukan aktivitas (baik
yang merupakan beban kerja fisik
maupun mental) yang bermacammacam. SWAT menggambarkan
sistem kerja sebagai sebuah model
multi dimensional dari beban kerja
yang terdiri atas tiga dimensi atau
faktor yaitu: Beban Waktu (Time
Load), Beban Usaha Mental (Mental
Effort
Load),
Beban
Tekanan
Psikologis(Psychological
Stress).
Masing-masing terdiri dari 3 (tiga)
tingkatan yaitu rendah, sedang dan
tinggi. Dalam penerapannya setiap
tingkatan untuk ketiga faktor
tersebut
akan
dikombinasikan
sehingga akhirnya membentuk 27
kombinasi tingkatan beban kerja
mental.
c. Modified Cooper Harper Scalling
Sejak tahun 1960-an beban
mental yang dipaksakan oleh tugas
kontrol manual, khususnya pada
kualitas handling pesawat, telah
diukur oleh Cooper (C) skala
daripadanya, yaitu Cooper-Harper
(CH) dan dimodifikasi menjadi
Modified Cooper Harper (MC-H)
scaling. Cooper-Harper (CH) scaling
adalah
yang
paling
banyak
digunakan skala rating untuk
menilai kualitas penanganan. The
deskriptor dari skala berkaitan
dengan flyability sebuah pesawat
terbang,
dan
meskipun
skala
memuat beberapa referensi untuk
beban kerja, yang deskriptor harus
diubah untuk digunakan dalam
aplikasi beban kerja lain.
d. Rating Scale Mental Effort
Rating scale mental effort
(RSME)
merupakan
metode
pengukuran beban kerja subyektif
dengan skala tunggal. Responden
diminta untuk memberikan tanda
pada skala 0-150 dengan deskripsi
pada beberapa titik acuan (anchor
point).
2.3

ANALISIS PENGUKURAN KERJA

Kelelahan psikologis bisa dikatakan
sebagai kelelahan semu (sulit terlihat secara
kasat mata) yang timbul dalam perasaan
pekerja. “Kelelahan ini terlihat dengan
tingkah laku atau pendapat-pendapatnya
yang sudah tidak konsekuen lagi, serta
jiwanya
yang
labil
dengan
adanya
perubahan dalam kondisi lingkungan atau
kondisi tubuhnya. Beberapa sebab kelelahan
ini diantaranya: kurangnya minat dalam
pekerjaan, berbagai penyakit, monotoni,
keadaan lingkungan, adanya hukum moral
yang mengikat dan merasa tidak cocok,
serta sebab-sebab mental seperti tanggung
jawab, kekhawatiran, dan konflik-konflik.
Pengaruh-pengaruh
ini
seakan-akan
terkumpul dalam tubuh dan menimbulkan
rasa lelah” [2].
“Suatu konsep menyatakan bahwa
keadaan dan perasaan kelelahan ini timbul
karena adanya reaksi fungsional dari pusat
kesadaran, yaitu cortex cerebri yang bekerja
atas pengaruh dua sistem antagonistik, yaitu
sistem penghambat (inhibisi) dan sistem
penggerak (aktivasi). Sistem penghambat
terdapat dalam thalamus dan bersifat
menurunkan kemampuan manusia untuk
bereaksi. Sedangkan sistem penggerak
terdapat dalam formatio retikolaris yang
bersifat merangsang pusat-pusat vegetatif
untuk konversi ergotropis dari organ-organ
tubuh ke arah bereaksi. Dengan demikian
keadaan seseorang pada suatu saat sangat
tergantung pada pada hasil kerja kedua
sistem antagonis ini” [2].
“Apabila sistem penggerak lebih kuat
dari sistem penghambat, maka orang
tersebut berada dalam keadaan segar untuk
bekerja.
Sebaliknya,
apabila
sistem
penghambat
lebih
kuat
dari
sistem
penggerak, maka orang tersebut akan
mengalami kelelahan. Itulah sebabnya
mengapa orang yang sedang lelah dapat
melakukan aktivitas secara tiba-tiba apabila
mengalami suatu peristiwa yang tidak
terduga atau mengalami ketegangan emosi.
Demikian pula halnya dengan kerja monoton
yang
dapat
menimbulkan
kelelahan,
walaupun mungkin beban kerjanya tidak
seberapa. Hal ini disebabkan karena sistem
penghambat lebih kuat dibandingkan sistem
penggerak” [2].

Fatigue

Kelelahan (fatigue) adalah suatu
kelelahan yang terjadi pada syaraf otot-otot
manusia sehingga tidak dapat berfungsi lagi
sebagaimana mestinya. Makin berat beban
yang
dikerjakan
dan
semakin
tidak
teraturnya pergerakan, maka timbulnya
fatigue akan lebih cepat. Kelelahan mental
sering disebut dengan kelelahan psikologis.

Jurnal Pengukuran Beban Kerja Psikologis (Kelompok 15)

3

KELOMPOK 15

ANALISIS PENGUKURAN KERJA

Gambar 1. Otak manusia
Sutalaksana(2006) memaparkan 3 hal
utama mengenai gejala-gejala kelelahan,
antara lain adalah sebagai berikut [2].
1. Kepala dan kaki terasa berat, rasa
ingin menguap dan mengantuk,
rasa malas, kaki terasa pegal, serta
merasa ingin berbaring.
2. Susah berpikir, cenderung lupa,
cemas terhadap sesuatu, lelah
berbicara, menjadi gugup, tidak
dapat berkonsentrasi, tidak dapat
memusatkan perhatian terhadap
sesuatu, kurang percaya diri, tidak
dapat mengontrol sikap, dan tidak
dapat tekun dalam bekerja.
3. Terasa sakit pada bagian kepala,
merasa pening, merasa nyeri di
punggung,
pernapasan
merasa
tertekan, merasa haus, bahu yang
mulai kaku, suara serak, spasme
dari kelopak mata, mulai kejang
pada anggota badan, dan merasa
kurang sehat badan.
3. METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi
penelitian
pada
jurnal
pengukuran beban kerja psikologis ini berisi
tentang langkah-langkah dalam melakukan
praktikum yang telah dilakukan.

Gambar 2. Flowchart Metodologi Penelitian
Tahapan penelitian yang dilakukan adalah :
1. Mengamati secara langsung aktivitas
kerja
operator
dengan
melakukan
pekerjaan
mengambil
bola
dengan
skenario dan waktu yang telah ditentukan
serta menghitung jumlah angka dan
menebak pelataran warna dari angka
tersebut dengan waktu yang telah
ditentukan.
2. Mengisi kuisioner setelah melakukan
kegiatan tersebut.
3. Menghitung persentase kesalahan dan
kebenaran dari aktivitas tersebut dan
menghitung
perbandingan
indikator
beban mental.
4.

Jurnal Pengukuran Beban Kerja Psikologis (Kelompok 15)

HASIL DAN PEMBAHASAN
4

KELOMPOK 15

ANALISIS PENGUKURAN KERJA

Hasil
dan
pembahasan
berisikan
bagaimana
cara
pengumpulan
dan
pengolahan dari data tersebut.

oleh operator adalah sebagai berikut.
Dengan indikator yang terpilih adalah yang
berwarna hijau.

4.1

Tabel 2.

Pengumpulan Data

Praktikum beban kerja psikologis
melakukan dua macam aktivitas yaitu
mengambil bola dalam kumpulan bola
dimana ada tekanan dari waktu kerja dan
menebak
angka
dan
wana
dengan
kecepatan waktu yang telah ditentukan.
Data rekapitulasi dari kegiatan tersebut
adalah sebagai berikut.

Perbandingan
Berpasangan
Indikator Beban Mental Skenario1

4.1. 1 Rekapitulasi Data Skenario 1

4.1.3 Hasil Kuisioner Rating Indikator
Beban Mental Skenario 1

Data rekapitulasi dari skenario 1 ini
adalah
pengambilan
bola
dengan
memperhatikan titik dan warna bola yang
sebutkan oleh pemberi skenario.

Kuisioner berikut diisi oleh operator
setelah melakukan kerja mental dari
aktivitas pengambilan bola dengan skenario
yang diberikan.

Tabel 1. Rekapitulasi Data Hasil Skenario1
Tabel 3.

Kuisioner Rating Indikator Beban
Mental Skenario 1

4.1.4 Rekapitulasi Data
Operator Laki-laki

Skenario

2

Berikut adalah data rekapitulasi dari
skenario 2 pada operator laki-laki dengan
aktivitas menebak jumlah angka dan warna
yang tertera pada slide dengan waktu yang
telah ditentukan.

Tabel 4.
4.1.2 Hasil Perbandingan Berpasangan
Indikator Beban Mental Skenario 1

Rekapitulasi Data
Operator Laki-Laki

Skenario

2

Perbandingan Perpasangan Indikator
Beban mental Skenario 1 yang dirasakan

Jurnal Pengukuran Beban Kerja Psikologis (Kelompok 15)

5

KELOMPOK 15

ANALISIS PENGUKURAN KERJA

Perbandingan Perpasangan Indikator
Beban mental Skenario 2 yang dirasakan
oleh operator adalah sebagai berikut.
Dengan indikator yang dipilih adalah yang
berwarna hijau.
Tabel 5.

4.1.6

Perbandingan
Perpasangan
Indikator Beban mental Skenario
2 Operator Laki-laki

Hasil Kuisioner Rating Indikator
Beban Mental 2 Operator Lakilaki

Kuisioner berikut diisi oleh operator
setelah melakukan kerja mental dari
aktivitas menebak jumlah angka dan warna
dengan skenario yang diberikan.
Tabel 6.

Kuisioner Rating Indikator Beban
Mental Skenario 2 Operator lakilaki

4.1.7 Rekapitulasi Data Skenario
Operator Perempuan

2

Berikut adalah data rekapitulasi dari
skenario 2 pada operator perempuan dengan
aktivitas menebak jumlah angka dan warna
yang tertera pada slide dengan waktu yang
telah ditentukan.
4.1.5

Hasil Perbandingan Berpasangan
Indikator Beban Mental Skenario
2 Operator Laki-laki

Jurnal Pengukuran Beban Kerja Psikologis (Kelompok 15)

Tabel 7.

Rekapitulasi Data Skenario
Operator Perempuan

2

6

KELOMPOK 15

ANALISIS PENGUKURAN KERJA

oleh operator perempuan adalah sebagai
berikut.
Tabel 8.

Perbandingan
Perpasangan
Indikator Beban mental Skenario
2 Operator Perempuan

4.1.9 Hasil Kuisioner Rating Indikator
Beban
Mental
2
Operator
Perempuan
Kuisioner berikut diisi oleh operator
perempuan setelah melakukan kerja mental
dari aktivitas menebak jumlah angka dan
warna dengan skenario yang diberikan.
Tabel 9.

4.2

Kuisioner Rating Indikator Beban
Mental Skenario 2 Operator
Perempuan

Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dari data
yang telah direkapitulasi dihitung jumlah
betul atau salahnya lalu dipresentasikan
dalam bentuk diagram lingkaran.
4.2.1 Perhitungan Jumlah Betul atau
Salah Hasil Inspeksi Skenario 1
Berikut adalah perhitungan jumlah
betul atau salah hasil inspeksi skenario 1
oleh operator.
Tabel 10.
4.1.8 Hasil Perbandingan Berpasangan
Indikator Beban Mental Skenario 2
Operator Perempuan

Evaluasi
Skenario 1

Hasil

Inspeksi

Perbandingan Perpasangan Indikator
Beban mental Skenario 2 yang dirasakan
Jurnal Pengukuran Beban Kerja Psikologis (Kelompok 15)

7

ANALISIS PENGUKURAN KERJA

KELOMPOK 15

Grafik Perbandingan
Jumlah salah

53.33%

Jumlah benar
46.67%

4.2.2 Perhitungan Kuisioner Skenario 1
Kuisioner yang diisi oleh operator pada
skenario 1 setelah menyeleseikan pekerjaan
adalah
berhubungan
dengan
Mental
Demand (MD), Physical Demand (PD),
Temporal demand (TD), Performance (OP),
Frustation Level (FR), dan Effort (EF).

Jumlah salah
: 11
Jumlah benar
: 19
Total Inspeksi
: 30
Persentase kesalahan :
= Jumlah salah x100%
Total inspeksi
= 11
x 100%
30
= 36,67 %
Persentasi Kebenaran :
= Jumlah benar x100%
Total inspeksi
= 19
x 100%
30
= 63,33 %

Gambar 3.

Grafik Perbandingan
Salah Skenario 1

Tabel 11.

Perhitungan
Perbandingan
Berpasangan Skenario 1

Tabel 12.

Perhitungan
Skenario 1

Jumlah
Total Bobot
Skor rata2

Benar

Jurnal Pengukuran Beban Kerja Psikologis (Kelompok 15)

Rating

Kuisioner

: 672
: 15
:
Jumlah
Total Bobot
: 672
15
: 44,8

Pembahasan :
Pengukuran beban mental pada skenario 1
yaitu mengambil bola dengan ketentuan
cacat apabila terdapat titik lebih dari 3 titik
sedangkan apabila titik kurang dari 3 maka
dianggap baik dalam selang waktu selama 5
detik. Pada hasil pengamatan, operator
hanya berhasil menjawab sebanyak 30 buah
dengan jumlah benar sebanyak 11 buah,
salah 17 dan telat 2 dianggap salah.
Persentase perbandingan antara kesalahan
dengan kebenaran yaitu sebesar 47%
berbanding
53%.
Pada
perhitungan
perbandingan berpasangan subskala pada
8

KELOMPOK 15

ANALISIS PENGUKURAN KERJA

metode NASA-TLX ini didapatkan data seperti
berikut yaitu : Mental demand (MD)
sebanyak 2, Physical demand (PD) sebanyak
1, Temporal demand (TD) sebanyak 3,
Owner peformance (OP) sebanyak 4,
Frustation (FR) sebanyak 1, dan Effort (EF)
sebanyak 4. Berdasarkan data tersebut
faktor paling berpengaruh pada aktivitas ini
yaitu owner peformance (OP) dengan rating
63 dan effort (EF) dengna rating 40 hal ini
dikarenakan operator harus mengeluarkan
usaha yang lebih untuk dapat mengambil
bola
yang
sesuai
dengan
skenario.
Sedangkan pada Frustation (FR) dengan
rating 25 dan Physical demand (PD) dengan
rating 10 hanya terdapat 1 bobot karena
pada skenario ini tidak terlalu membutuhkan
kerja fisik dan tidak menyebabkan frustasi.
Pada kategori Temporal demand (TD) dengan
rating 55 dan Mental demand (MD) dengan
rating 30 memiliki bobot yang cukup karena
pada skenario ini sedikit membutuhkan
beban mental dan dilakukan secara berulang
dalam waktu yang cukup singkat.
Dan
perhitungan WWL didapatkan sebesar 44,8
yang masuk beban mental kedalam kategori
ringan.
4.2.3 Perhitungan Jumlah Betul atau
Salah Hasil Inspeksi Skenario 2
Operator Laki-laki
Berikut adalah perhitungan jumlah
betul atau salah hasil inspeksi skenario 2
oleh operator laki-laki.

Tabel 13.

Evaluasi
Hasil
Inspeksi
Skenario 2 Operator Laki-laki

Jurnal Pengukuran Beban Kerja Psikologis (Kelompok 15)

Jumlah salah
: 45
Jumlah benar
:5
Total Inspeksi
: 50
Persentase kesalahan :
= Jumlah salah x100%
Total inspeksi
= 45 x 100%
50
= 90 %
Persentasi Kebenaran :
= Jumlah benar x100%
Total inspeksi
= 5
x 100%
50
= 10 %
Gambar 4. Grafik Perbandingan Benar
Salah Skenario 2 Operator lakilaki

9

KELOMPOK 15

Grafik Perbandingan
Presentase Kesalahan
Presentase Kebenaran
10.00%
90.00%

4.2.4 Perhitungan Kuisioner Skenario 2
Operator Laki-laki
Kuisioner yang diisi oleh operator pada
skenario
2
operator
laki-laki
setelah
menyeleseikan
pekerjaan
adalah
berhubungan dengan Mental Demand (MD),
Physical Demand (PD), Temporal demand
(TD), Performance (OP), Frustation Level
(FR), dan Effort (EF).
Tabel 14.

Perhitungan
Perbandingan
Berpasangan
Skenario
2
Operator Laki-laki

Tabel 15.

Perhitungan Rating Kuisioner
Skenario 2 Operator laki-laki

Jumlah
Total Bobot
Skor rata2

: 790
: 15
:
Jumlah
Total Bobot
: 790
15
: 52,6667

ANALISIS PENGUKURAN KERJA

pengamatan
operator
hanya
berhasil
menjawab sebanyak 15 buah dengan jumlah
benar sebanyak 5 buah dan salah 10 serta
kosong sebanyak 35 buah dan dianggap
salah. Persentase perbandingan antara
kesalahan dengan kebenaran yaitu sebesar
90% berbanding 10%. Pada perhitungan
perbandingan berpasangan subskala pada
metode NASA-TLX ini didapatkan data seperti
berikut yaitu : Mental demand (MD)
sebanyak 2, Physical demand (PD) tidak ada,
Temporal demand (TD) sebanyak 4, Owner
peformance (OP) sebanyak 3, Frustation (FR)
sebanyak 4, dan Effort (EF) sebanyak 2.
Mental demand menunjukkan seberapa
besar aktivitas mental dan perseptual yang
dibutuhkan untuk melihat, mengingat dan
mencari pada data terdapat sebanyak 2 tally
berarti operator cukup terbebani dengan
proses
penglihatan
karena
kurangnya
kecepatan operator dalam melihat dan
mengingat. Physical demand pada data ini
tidak
terlalu
mempengaruhi
operator
disebabkan operator tidak membutuhkan
usaha yang lebih dalam melakukan aktivitas.
Temporal demand dirasa sangat menjadi
pengahalang utama karena waktu selama 2
detik tidak cukup untuk melakukan kegiatan
melihat, berfikir serta menulis. Perfomance
dirasa kurang puas dengan pekerjaan
operator sendiri. Frustation level tinggi
karena semakin bertambahnya slide maka
semakin meningkat rasa frustasi operator.
Effort / usaha pada aktivitas ini cukup rendah
sehingga kurang dapat hasil yang maksimal
Berdasarkan data tersebut faktor paling
berpengaruh pada aktivitas ini yaitu
Temporal demand dan Frustation hal ini
dikarenakan waktu yang terlalu cepat
sehingga membuat operator terlambat
menulis dan juga karena slide berjalan
begitu cepat membuat operator menjadi
frustasi karena sudah ketinggalan slide. Dan
perhitungan
WWL
didapatkan
sebesar
52,6667 yang masuk beban mental kedalam
kategori sedang. Pada operator laki-laki
keadaan emosi kurang terkontrol terlihat
pada bentuk tulisan yang tidak jelas dan
tidak teratur.
4.2.5 Perhitungan Jumlah Betul atau
Salah Satu Hasil Inspeksi Skenario
2 Operator Perempuan
Berikut adalah perhitungan jumlah
betul atau salah hasil inspeksi skenario 2
oleh operator perempuan.
Tabel 16.

Evaluasi Hasil Inspeksi Skenario
2 Operator Perempuan

Pembahasan :
Pengukuran beban mental pada skenario 2
yaitu menjumlahkan angka yang muncul
serta mencatat warna pelatarannya dalam
selang waktu selama 2 detik. Pada hasil
Jurnal Pengukuran Beban Kerja Psikologis (Kelompok 15)

10

KELOMPOK 15

ANALISIS PENGUKURAN KERJA

50
= 4%
Gambar 5.

Grafik Perbandingan Benar
Salah Skenario 2 Operator
Perempuan

Grafik Perbandingan
Presentase Kesalahan
Presentase Kebenaran
4.00%
96.00%

Tabel 17.

Perhitungan
Perbandingan
Berpasangan
Skenario
2
Operator Perempuan

Tabel 18.

Perhitungan Rating Kuisioner
Skenario 2 Operator Perempuan

Jumlah
Total Bobot
Skor rata2

Jumlah salah
: 48
Jumlah benar
:2
Total Inspeksi
: 50
Persentase kesalahan :
= Jumlah salah x100%
Total inspeksi
= 48 x 100%
50
= 96 %
Persentasi Kebenaran :
= Jumlah benar x100%
Total inspeksi
= 2 x 100%

Jurnal Pengukuran Beban Kerja Psikologis (Kelompok 15)

: 1030
: 15
: Jumlah
Total Bobot
: 1030
15
: 68,6667

Pembahasan :
Pengukuran beban mental pada skenario 2
yaitu menjumlahkan angka yang muncul
serta mencatat warna pelatarannya dalam
selang waktu selama 2 detik. Pada hasil
pengamatan
operator
hanya
berhasil
menjawab sebanyak 23 slide dengan jumlah
benar sebanyak 2 slide dan salah 21 slide
serta kosong sebanyak 27 slide dan
dianggap salah. Persentase perbandingan
antara kesalahan dengan kebenaran yaitu
11

KELOMPOK 15

sebesar
96 % berbanding 4%. Pada
perhitungan
perbandingan
berpasangan
subskala
pada
metode
NASA-TLX
ini
didapatkan data seperti berikut yaitu :
Mental demand (MD) sebanyak 3, Physical
demand (PD) tidak ada, Temporal demand
(TD) sebanyak 4, Owner peformance (OP)
sebanyak 3, Frustation (FR) sebanyak 4, dan
Effort (EF) sebanyak 1. Mental demand
menunjukkan seberapa besar aktivitas
mental dan perseptual yang dibutuhkan
untuk melihat, mengingat dan mencari pada
data terdapat sebanyak 3 tally berarti
operator cukup terbebani dengan proses
penglihatan karena kurangnya kecepatan
operator dalam melihat dan mengingat.
Physical demand pada data ini tidak terlalu
mempengaruhi
operator
disebabkan
operator tidak membutuhkan usaha yang
lebih dalam melakukan aktivitas. Temporal
demand dirasa sangat menjadi pengahalang
utama karena waktu selama 2 detik tidak
cukup untuk melakukan kegiatan melihat,
berfikir serta menulis hal ini terlihat dengan
jumlah sebanyak 4 tally. Perfomance dirasa
kurang puas dengan pekerjaan operator
sendiri. Frustation level tinggi karena
semakin bertambahnya slide maka semakin
meningkat rasa frustasi operator. Effort /
usaha pada aktivitas ini cukup rendah
sehingga kurang dapat hasil yang maksimal.
Berdasarkan data tersebut faktor paling
berpengaruh pada aktivitas ini yaitu
Temporal demand dan Frustation hal ini
dikarenakan waktu yang terlalu cepat
sehingga membuat operator terlambat
menulis dan juga karena slide berjalan
begitu cepat membuat operator menjadi
frustasi karena sudah ketinggalan slide. Dan
perhitungan
WWL
didapatkan
sebesar
68,6667 yang masuk beban mental kedalam
kategori sedang. Akan tetapi pada operator
perempuan keadaan emosi lebih terkendali
hal ini terlihat dari tulisan operator yang
bersih.
PENUTUP
Pada bagian penutup
kesimpulan serta saran.

ANALISIS PENGUKURAN KERJA

kategori sedang.
5.2 Saran
Saran untuk praktikum pengukuran
beban mental selanjutnya yaitu kondisi
lingkungan sebaiknya juga mempengaruhi
operator sehingga akan mendekati keadaan
sebenarnya.
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa karena berkat nikmat darinya-Nya
kami dapat menyelesaikan jurnal kami
dengan baik. Kepada kedua orang tua kami
yang telah mendukung secara moril dan
materil serta cinta juga kasih sayang yang
tak henti-hentinya kepada kami. Kepada
jajaran asisten yang telah membantu dan
membimbing kami sehingga sempurnalah
jurnal
kami.
Kepada
teman-teman
seangkatan serta berbagai pihak yang
membantu dalam proses pembuatan jurnal
kami. Tidaklah bingkisan dapat kami
hantarkan, tidak pula bunga dapat kami
berikan, maka tidak berlebihkan jika kami
ucapkan terima kasih atas segala bantuan
dan dukungan selama ini.
DAFTAR PUSTAKA
[1]

Nurmianto, Eko. 1996. Ergonomi
Konsep
Dasar
dan
Aplikasinya.
Jakarta : Guna Wijaya.

[2]

Sutalaksana. 1979. Teknik Tata Cara
Kerja. Bandung : Jurusan Teknik
Industri Institut Teknologi Bandung.

[3]

Wignjosoebroto,
Sritomo.
2000.
Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu.
Teknik Analisis untuk Peningkatan
Produktivitas Kerja. Surabaya : Jurusan
Teknik
Industri
Institut
Teknologi
Surabaya.

5.

ini

berisikan

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan
yang
didapatkan
dari
pengukuran beban kerja mental ini yaitu
pada aktivitas mengambil bola beban mental
tergolong dalam kategori ringan dengan
perolehan nilai WWL sebesar 44,8. Sedang
untuk aktivitas penjumlahan dan menebak
warna pelataran beban mental pada
operator laki-laki nilai WWL yang didapat
yaitu sebesar 52,6667 dan pada operator
perempuan nilai WWL yang didapat yaitu
sebesar 68,6667 hal ini menyimpulkan
bahwa beban mental yang ditanggung
operator pada skenario 2 termasuk dalam

Jurnal Pengukuran Beban Kerja Psikologis (Kelompok 15)

12