Dinamika Ekonomi Masyarakat Arab di Bata (1)

B. Pembahasan

1. Lapangan Bisnis Perdagangan

dan Jasa

Sepanjang akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 di Hadhramaut sana, satu-satunya hasil panen pertanian yang bernilai komersial adalah tembakau Hamumi, yang tumbuh di sekitar kota Ghayl Ba Wazir dekat Shihr dan madu yang di produksi di Wadi Daw’an. Hasil panen lain yang di konsumsi di dalam negeri meliputi kurma, millet (sejenis varietas padi-padian), lucerne (sejenis rumput makanan hewan), gandum dan wijen. Beberapa jenis sayuran seperti ubi jalar, bawang merah, bawang putih, labu dan wortel tumbuh dalam jumlah kecil; serta buah mencakup jeruk nipis, pisang dan pawpaws . Sumber makanan domestik lainnya yang utama adalah ikan. Seluruh hal tersebut menjelaskan bahwa perdagangan eksternal selalu lebih berarti dalam mendukung kehidupan penduduk di wilayah itu dibandingkan produksi domestiknya. 15

Atas alasan itulah pada akhirnya sebagian dari mereka berhijrah ke Asia Tenggara dalam hal ini termasuk Indonesia untuk mencoba berdagang dan mencari peruntungan lebih baik, yang tidak dapat disediakan di tanah airnya

sendiri. 16 Seperti halnya masyarakat Arab di Nusantara, masyarakat Arab di Batavia juga pada umumnya sebagian besar dari mereka adalah pedagang.

15 W.H. Ingrams, A Report on the Social, Eco- nomic, and Political Condition of the Hadh-

ramaut , (London: Colonial No. 123, 1937), h. 8-9 dan 50-56. Dalam Natalie Mobini Kesheh, Hadhrami Awakening; Kebangkitan Hadhrami di Indonesia , terj. Ita Mutiara dan Andri, (Jakar- ta: Akbar Media Eka Sarana, 2007), h. 10-11.

16 Dari penyebaran kaum Hadhrami di seputar Samudera Hindia, lihat B. G. Martin, “Migra- tion from the Hadramawt to East Africa and In-

donesia, c. 1200 to 1900 ,”

Usaha mereka dilakukan dengan modal yang mungkin bisa di bilang sangat kecil. Hampir semua imigran Hadhrami bekerja dan berkembang awalnya melalui usaha perdagangan. L.W.C van den Berg mendeskripsikan pola yang khas di akhir abad ke-19, yakni pendatang baru Arab di Indonesia akan bekerja sebagai asisten toko atau pedagang kecil atas nama suatu sanak keluarga atau kenalan yang telah menjadi penduduk di daerah jajahan. Seorang Arab yang telah mendapatkan modal yang dikumpulkan sendiri secara bertahap dari gaji yang diterimanya lalu dia akan menjadi pedagang mandiri sama halnya dengan pedagang Cina. 17

Sebagian masyarakat Arab ini akan hadir sebagai pedagang perantara dengan membeli barang impor dari firma Eropa yang besar dan menjualnya kembali ke pedagang lain atau konsumen Indonesia. Umumnya komoditas utama yang diperdagangkan adalah tekstil. Komoditas perdagangan lain mencakup barang manufaktur Eropa seperti jam, produk besi dan baja sedangkan komoditas dari Timur Tengah misalnya kurma, ghee, sajadah dan yang kemudian meningkat nilainya di abad ke-20 adalah buku-buku agama Islam. Apabila ia tinggal di tempat tertentu di luar pulau Jawa, kemungkinan juga dia membawa barang dagangan lokal khusus seperti produk hutan dan kuda. 18

Kehidupan

ekonomi

mereka semakin berkembang ketika seorang

Arab telah mengumpulkan modal yang

17 Natalie Mobini Kesheh, Hadhrami Awaken- ing: Kebangkitan Hadhrami.. , h. 16.

18 W. G. Clarence Smith, Horse Trading; The economic role of Arabs in the Lesser Sunda Is-

lands, c. 1800-1940. Dalam Hubb de Jonge and Nico Kaptein, “Trancending Borders Arabs, politics, trade and Islam in Southeast Asia ”, (Leiden: KITLV Press, 2002), h. 143-158.

Buletin Al-Turas

Mimbar Sejarah,Sastra,Budaya, dan Agama - V ol. XI No.1, Januari 2016

cukup. Meskipun diperintahkan dalam usaha itu bertentangan dengan pendirian Al-Qur’an untuk menentang riba, namun usaha dagang yang eksistensinya legal sebagian dari mereka hanya sebagian di luar para pemiliknya. Ciri tersebut kecil ada yang mulai meminjamkan merupakan syarat utama agar sebuah uang dengan tingkat bunga yang tinggi. rumah dagang diakui dan dapat bertahan Jika dia merupakan sebagian dari sedikit lama. orang yang beruntung, setelah beberapa

Mengenai modal tak bergerak tahun bekerja keras orang Arab dapat

perdagangan yang mengembangkan kekayaan. Salah satu

di

dalam

sebenarnya, masyarakat Arab lebih caranya dalam bentuk investasi properti

di salah satu kota besar di Nusantara, suka menginvestasikan pada gedung- gedung atau mereka membelinya untuk

semisal di Batavia ini. Sebagian mereka kemudian dikontrakkan. Pada wilayah- juga dapat dikatakan tuan tanah karena

19 wilayah Nusantara termasuk Batavia luas tanah yang dimilikinya.

yang berada di bawah kekuasaan

Seorang Arab yang memperoleh pemerintah Hindia Belanda, kaum kekayaan jarang meneruskan usahanya Pribumi lazimnya hanya mempunyai dengan semua yang diperolehnya. hak memiliki warisan dalam bentuk Dibandingkan dengan taraf hidup ladang yang hanya dapat dijual kepada masyarakat Arab yang rendah, jumlah orang sebangsanya. Karena itu, investasi uang yang relatif minim sudah di desa hanya dapat dijual kepada orang merupakan kekayaan bagi mereka. sebangsa. Akibatnya, investasi oleh

Mereka tidak seperti masyarakat Eropa orang Arab di desa dapat dikatakan yang mendirikan rumah dagang besar dilarang. Nilai semua gedung milik dan tetap bereputasi baik meskipun para orang Arab di daerah jajahan Belanda pendirinya sudah mengundurkan diri. sekitar 11 juta gulden. Di Batavia 2,5 Bahkan dalam hukum Islam sama sekali juta, Semarang sekitar 1 juta, Surabaya tidak mengatur perusahaan-perusahaan sekitar 3 juta, Palembang sekitar 2,5 yang menggunakan nama kolektif juta dan Pontianak kurang lebih 2 juta. dan mengenai status sosial dari rumah Di daerah jajahan Inggris, diperkirakan dagang pada umumnya.

gedung milik Arab mencapai 5 juta, yang 4 juta paling tidak adalah milik

Meskipun mengakui sejumlah masyarakat Arab yang bermukim di jenis

pedagang melakukan usahanya dan menandatangani atas namanya sendiri

Meskipun demikian, sebagian dan bila berada dalam asosiasi, atas nama besar orang Arab yang memiliki rekan usahanya. 20 Ciri pribadi di dalam bangunan tetap meminati perdagangan

19 L.W.C. Van den Berg, Le Hadramout et les dan menggunakan sebagian dari colonies arabes dans l’archipel indien. (Bata- modalnya untuk dipinjamkan sebagai

via: Impremerie du Gouvernement, 1886), h. modal kepada rekan dagangnya, orang

134-158.

Cina dan Pribumi. Dahulu sebelum

20 Pada tahun-tahun terakhir ini, dua atau tiga memasuki abad ke-20 ini, mereka suka

kali seorang notaris di Batavia membujuk klien Arabnya untuk menandatangani kontrak peru- al-Baghdadi”, dan sebagainya. Tentu saja, haki- sahaan, supaya mempunyai status sosial. Yang kat sosialnya tetap tidak berubah.

terjadi mereka, menggunakan sebuah nama un- 21 L.W.C van den Berg,Orang Arab di Nusan- tuk rekan-rekan yang berusaha bersama, misal- tara , terj. Rahayu Hidayat, (Jakarta: Komunitas nya “empat saudara al-Habsyi”, “keluarga dari Bambu, 2010), h. 124.

Akhmad Yusuf :

Dinamika Ekonomi Masyarakat Arab ...

juga membeli kapal-kapal besar, namun permata. Barang berharga itu tidak cara investasi itu sekarang sudah kurang dijajakan seperti halnya cita katun dan menguntungkan. Mereka yang masih katun India, pembeliannya pun dari memilikinya berusaha melepaskannya golongan yang lebih terhormat atau dari tanpa terlalu banyak merugi.

golongan ekonomi kuat. Masyarakat Arab di Nusantara,

Peringkat ketiga diduduki beraneka

dikenal sebagai sosok pedagang dan komoditi impor dari Eropa, barang- pekerja keras. Dapat dikatakan bahwa barang dari emas dan perak, arloji, komunitas ini merupakan salah satu makanan yang diawetkan, barang- pesaing kuat golongan Cina dalam barang dari logam, senjata, setra, menguasai pasar apapun, meski tembikar, gerendel, dan berbagai barang pada awal kedatangannya mereka dari baja, besi, atau lembaga, rempah- lebih banyak berdagang rempah dan rempah, cerutu, minyak tanah dan persewaan properti, namun seiring sebagainya. Meski demikian mereka waktu banyak pula masyarakat Arab menolak untuk berjualan anggur dan yang menekuni bidang-bidang lainnya, minuman beralkohol yang memang terutama garmen dan meubel.

dilarang dalam Islam. Awal abad ke-19 merupakan

Selain itu masyarakat Arab juga

puncak perdagangan masyarakat Arab terkenal karena sering meribakan uang, di Nusantara, dimana mereka memiliki meskipun dalam hukum Islam termasuk hubungan dagang dengan Maskat dan dosa besar, bukannya tidak populer Mekkah. 22 Tak hanya menguasai pasar- di kalangan orang Arab di Nusantara pasar besar, wilayah perdagangan hampir tidak ada kapitalis Arab yang mereka bahkan menembus desa-desa belum pernah sekalipun meminjamkan hingga pernah mendapatkan larangan uang dengan riba, meskipun itu hanya dari Pemerintah Kolonial bagi orang merupakan usaha pelengkap. Memang Arab untuk berdagang di pedesaan.

jumlah mereka yang profesinya hanya Komoditi utama dalam perdagangan meribakan uang sangat terbatas dan Arab adalah cita katun (bazz) dan sebagian besar di antaranya berusaha menutupi usaha yang tidak halal itu

katun India ( qumāsy) yang diimpor dengan transaksi tersamar. Memang dari Eropa. Perdagangan cita itu jauh agaknya terlihat sangat kasat mata melampaui perdagangan komoditi lain mengenai hal itu, namun pembelian yang dilakukan oleh golongan Arab. dengan hak penjual untuk membeli

Dimana-mana terdapat perdagangan kembali dan penjualan barang secara cita, sedangkan perdagangan komoditi

kredit yang harganya setinggi langit lain hanya ada di beberapa tempat.

merupakan praktik yang paling lazim. Komoditi yang menduduki peringkat Semua transaksi tersebut diperkuat oleh kedua adalah berlian dan batu permata perjanjian tambahan seperti kontrak

lainnya. Di Batavia, tidak kurang dari penyitaan, pemotongan sebagian

tujuh orang Arab berusaha di bidang itu. pinjaman sebagai jaminan, pasal Mereka tidak memiliki toko seperti jauh pembatalan kontrak atau solidaritas dari hari di Eropa, mereka pun tidak menjual 23 pihak peminjam. perhiasan, mereka hanya menjual batu

22 Lihat antara lain P.J. Veth, Borneo’s Westeraf- 23 Van den Berg,Orang Arab di Nusantara, h. deling , Jil.I, hlm.371.

125-126.

Buletin Al-Turas

Mimbar Sejarah,Sastra,Budaya, dan Agama - V ol. XI No.1, Januari 2016

Selain perdagangan, pelayaran Arab dan Cina mulai turut ambil juga bisa disebutkan sebagai salah satu bagian, namun masih dalam skala yang sarana kehidupan masyarakat Arab. sangat kecil. Kapal-kapal api Arab ini Sangat sedikit orang Arab yang menjadi di antaranya melayani rute Singapura- kelasi, nahkoda (nawkhadsā), mualim Jeddah khususnya mengangkut para (mu’illim) dan kerani ( krānī) kapal- jama’ah haji, para pemilik kapal-kapal kapal besar memang orang Arab, namun itu memiliki agen-agen mereka di awak yang selebihnya terdiri dari pelaut beberapa pelabuhan Nusantara yang Pribumi. Jarang dijumpai nahkoda Arab 26 diambil dari para pedagang Arab. yang tidak menjalankan kapal rekan

Pertanian Arab terbatas dalam sebangsanya dan jarang pula kapal koloni-koloni di Batavia, Pontianak Arab yang dijalankan oleh nahkoda

24 dan Singapura. Kecuali keturunanya berkebangsaan lain. yang berdarah campuran, jarang ada

Pada sejumlah kapal Arab terdapat orang Arab yang memegang sektor ini. mualim Eropa berijazah resmi untuk Sama halnya dengan aristokrat Pribumi, memenuhi persyaratan para penyewa orang Arab di Nusantara tampaknya Eropa yang mengasuransikan kapal menganggap kerja tani tidak sesuai Arab itu. Pelaut Arab tidak pernah dengan harkat mereka. Pada Keresidenan menjalani tujuan untuk memperoleh Batavia sejumlah masyarakat Arab ijazah pelayaran dan mereka juga tidak memiliki tanah luas yang disesuaikan mengasuransikan kapal mereka selama oleh pemerintah khususnya pada awal tidak dituntut oleh penyewanya. 25

abad ke-19 dengan syarat pemiliknya menjamin kepada penduduk Pribumi

Usaha pelayaran itu terus maju, kepemilikan ladang, kebun dan tempat

setelah perdagangan dan kemakmuran tinggal mereka secara turun-temurun.

kaum Pribumi berkembang berkat Meskipun demikian, kepemilikan konsolidasi dominasi Eropa. Pelayaran turun-temurun disesuaikan dengan Arab mencapai masa gemilang antara

keuntungan pemiliknya, untuk menjadi tahun 1845-1855. Dalam periode itulah

sumber penghasilan yang utama. hampir semua pengusaha pelayaran

Pemilik Arab hampir tidak mengurusi memperoleh keuntungan yang sangat untuk keperluannya sendiri. besar, namun setelah itu mulai mundur

karena perkembangan pelayaran dengan Di samping tuan-tuan tanah itu, kapal api di Nusantara yang menjadi masih ada beberapa masyarakat Arab di pesaing tak sebanding bagi pelayaran Batavia yang memiliki kavling-kavling dengan kapal layar. Pelayaran dengan kecil untuk mengelola lahan pertanian kapal api dikuasai oleh Eropa. Baru tersebut atas persetujuan petani pemilik tahun-tahun terakhir abad ke-19 orang tanah dengan sistem bagi hasil. Pada

24 Pada tahun 1885, hanya ada satu kapal yang umumnya, di dalam pengaturan dan dimiliki orang Eropa, satu lagi milik Cina dan pengelolaan tanah-tanah mereka, seperti

dua buah milik Pribumi, yang dijalankan oleh juga dalam perdagangan, sikap pelit nahkoda Arab. Pada tahun yang sama, ada enam mereka selalu jadi hambatan. Hampir nahkoda Pribumi dan seorang Cina yang men- semua berusaha mengambil keuntungan jalankan kapal Arab.

25 Diketahui bahwa kontrak asuransi dianggap sebesar-besarnya dari tanah mereka, umat Islam sebagai kekurangpercayaan terhadap tanpa berpikir untuk menjaga mutu

Tuhan, lagipula hukum Islam tidak mengakuin- 26 Van den Berg,Orang Arab di Nusantara, h. ya.

127-134-135.

Akhmad Yusuf :

Dinamika Ekonomi Masyarakat Arab ...

tanah dengan cara-cara yang ilmiah. seorang Arab kelahiran Hadhramaut Ketakutan akan pengeluaran sesaat memiliki pabrik bata (mīfā) yang membuat mereka buta bahwa tanahnya cukup besar dan dua atau tiga orang memberikan bunga sesuai apa yang Arab campuran memiliki pabrik batik. dipinjamkannya. Maka tanah-tanah Terakhir, di Bangil, seorang Arab orang Arab pada umumnya memberi campuran menjadi tukang pijit. kesan kurang subur. 27 Berikut ini adalah gambaran penghasilan dari sektor pertanian di Nusantara pada tahun 1926.

Pengahasilan Pertanian, 1926 28

Kegiatan menenun benang orang

Arab Meijer Ranneft, Belastingdruk, hal. 10. Arab Profesi pengrajin yang sebenarnya

hampir tidak masuk hitungan. Pekerjaan itu hampir seluruhnya digeluti oleh masyarakat Arab campuran. Di sekitar Batavia, terdapat sebuah lembaga litografi milik sayid Uṣman bin Abd Allah bin Yahya. Di Palembang, sayid yang lain memiliki sebuah percetakan. Kemudian, di Nusantara ada lima ahli jam, tiga pengrajin perak, empat tukang kayu, seorang tukang jahit, seorang pembuat limun dan seorang masinis di kapal api milik pemerintah di kerajaan landak (pantai barat Borneo) beberapa

Aktivitas orang Arab Arab campuran berprofesi pencari intan. Aktivitas orang Arab Dari Pasuruan, Bangil, Buleleng (Bali) 29

dan Aceh dilaporkan bahwa beberapa

http://media-kitlv.nl/all-media/indeling/

Arab campuran bahkan menjadi detail/form/advanced/start/2?q_search_

beschrijving=arabieren&q_facet_begin-

penggotong mayat. Di dekat Batavia jaar=1900-1942 diakses pada tanggal : 24 De-

sember 2014.

27 Van den Berg, Orang Arab di Nusantara, h. 30 http://media-kitlv.nl/all-media/indeling/ 135-137.

detail/form/advanced/start/6?q_search_ 28 J.S. Furnivall, Hindia Belanda Studi tentang beschrijving=arabieren&q_facet_begin-

Ekonomi Majemuk, terj. Samsudin Berlian, (Ja- jaar=1900-1942 diakses pada tanggal : 24 De- karta: Freedom Institute, 2009), hal. 422.

sember 2014.

Buletin Al-Turas

Mimbar Sejarah,Sastra,Budaya, dan Agama - V ol. XI No.1, Januari 2016

2. Relasi Bisnis : Pemerintah Kolo- nasionalisme abad ke-20 yang menarik

nial, Tionghoa, dan Pribumi

perhatian sejumlah besar masyarakat Cina kelahiran Indonesia 32 .

Golongan etnis Cina sering kali diidentikkan sebagai golongan yang mempunyai peranan penting dalam perekonomian di Indonesia. Hal ini tidak

dapat dipisahkan dari adanya kenyataan bahwa mereka telah mulai merintis usaha-usaha di bidang perekonomian sejak dahulu dan keberhasilan mereka ditunjang oleh banyak faktor. Faktor- faktor tersebut berasal dari berbagai pihak, baik pihak mereka sendiri, pihak pemerintah Hindia Belanda maupun dari pihak pribumi Indonesia. 31

Menurut beberapa ahli, golongan etnis Cina Peranakan mempunyai satu karakter tersendiri. Skinner Pedagang Buah di Perumahan Eropa Batavia Tahun 1930 misalnya berpendapat bahwa ada satu Batavia Tahun 1930

karakter yang menonjol dari etnis Cina Berbeda dengan Skinner, Mely Peranakan yaitu mereka menekankan

G. Tan membedakan antara Cina sistem nilai yang mementingkan Peranakan dan Cina Totok dalam bidang

kerajinan, kehematan, pengandalan pemilihan bidang pekerjaan yang pada diri sendiri, semangat berusaha dan ternyata pemilihan itu mencerminkan keterampilan. Ada dua istilah golongan perbedaan yang mencolok dalam Cina di Indonesia, menurut Charles K. orientasi nilai. Kalangan Cina Totok Coppel dan Leo Suryadinata. Pertama lebih menghargai kekayaan, kehematan, istilah Cina Peranakan termasuk kerja, kepercayaan pada diri sendiri dan dalam pengertian keturunan campuran keberanian daripada kaum peranakan ras, digunakan untuk menunjukkan yang lebih menghargai penikmatan perbedaan yang kontras dengan Cina hidup, waktu senggang, kedudukan Totok yang memiliki darah Cina murni.

sosial dan perasaan terjamin. 34 Karakter Kedua istilah Peranakan dipakai untuk yang menonjol ini agaknya terbentuk

membedakan orang Cina kelahiran dari perantauan, situasi yang merekan Indonesia dari Totok yang lahir di hadapi di perantauan mengakibatkan negeri Cina dan istilah ini juga untuk mereka harus mengambil sikap agar menunjukkan imigran Cina yang khusus bisa bertahan. berkembang di Pulau Jawa. Ketiga istilah Peranakan untuk menunjukkan 32 masyrakat dan kebudayaan Cina yang

Coppel dan Leo Suryadinata, “An Historical Survey” dalam majalah Far Eastern History, No.

berkembang di antara imigran-imigran

2, September 1970. baru yang telah dipengaruhi oleh 33 Koleksi: Tropenmuseum TMnr_10002643

31 Seminar Sejarah Nasional IV, Sub Tema Dina- http://phesolo.wordpress.com diakses pada tang- mikaPertumbuhan Ekonomi Bangsa Indonesia . gal : 24 Desember 2014.

(Jakarta: DEPDIKBUD Direktorat Sejarah dan 34 Mely G. Tan, (ed.), Golongan Etnis Tionghoa Nilai Tradisional, 1991), h. 192-193.

di Indonesia, h.11.

Akhmad Yusuf :

Dinamika Ekonomi Masyarakat Arab ...

Pusat perdagangan yang besar dari Pola hidup pedagang Arab ini

golongan Arab di Nusantara adalah kemungkinan terpelihara dengan baik Batavia, Semarang, Surabaya dan sampai abad ke-20. Catatan yang Singapura. Di tempat-tempat itulah dihimpun dari periode 1912 sampai 1919 mereka membeli barang dalam jumlah menunjukkan bahwa meskipun terjadi besar atau kecil komoditi impor kekacauan yang disebabkan Perang kemudian dijual eceran di dalam toko Dunia Pertama, orang Arab baru yang mereka kepada pedagang Arab, Cina, datang dan mengajukan permohonan atau Pribumi yang tidak memiliki kredit izin masuk ke Jawa berjumlah total 1.121 pada rumah dagang Eropa.

jiwa. Sekitar 75 persen adalah pedagang yang saat kedatangannya di Nusantara

Tabel Distribusi Berdasarkan Mata memiliki antara seratus dan seribu lima

Pencaharian di Indonesia Pada Ta-

35 ratus gulden tunai dengan cara menjual

hun 1930

barang (terutama yang terkenal madu Daw’an) senilai seratus sampai seribu dua ratus gulden. 18 persen lebih jauh menjamin dukungan anggota keluarga yang telah tinggal di Nusantara, melalui siapa mereka mendapat akses modal dagang hanya 7 persen yang datang

tanpa modal berarti. 38 Gambaran ini memperkuat dugaan bahwa pada awal

Data sensus penduduk tahun 1930 abad ke-20 mayoritas imigran Arab menunjukkan bahwa 57,7 persen orang memiliki uang atau hubungan keluarga Cina hidup dari perdagangan dan 20,8 di Nusantara. persen berkecimpung di dunia industri. Sedangkan 72,7 persen orang Arab ber-

Kontak usaha dagang bersama

mata pencaharian dari berdagang dan di antara masyarakat Arab lazimnya hanya 10,6 persen yang hidup di sektor dilakukan secara lisan dan modal yang

industri. 36 Walaupun mempunyai karak- ditanamkan dalam setiap perusahaan

teristik serta latar belakang yang ber- selalu sangat kecil. Misalnya, modal beda, mereka bisa disebut sebagai “mi- 100.000 gulden dibagi di antara 20 noritas pedagang” (trading minorities) sampai 30 perusahaan. Jadi mitra atau “minoritas perantara” (middlemen usahanya paling-paling penjaja keliling

minorities 37 ). atau pemilik toko kecil. Tidak ada orang

35 Sumber: Leo Suryadinata, op.cit., h. 78.Lihat Arab yang mau berisiko menanamkan juga: Seminar Sejarah Nasional IV, Sub Tema 39 modal besar di dalam satu perusahaan.

Dinamika Pertumbuhan Ekonomi Bangsa Indo- nesia . (Jakarta: DEPDIKBUD Direktorat Sejar-

Dapat dikatakan bahwa kekurangan

ah dan Nilai Tradisional, 1991), h. 200.

modal merupakan kelemahan terbesar

36 Didi Kwartanada, “Dari ‘Timur Asing’ ke dan Didi Kwartanada, Biografi A.R. Baswedan ‘Orang Indonesia’: Pemuda Tionghoa dan Arab Membangun Bangsa dan Merajut keindone-

dalam Pergerakan Nasional (1900-1942)”, Pris- siaan, (Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, ma Vol. 30, No. 2 (2011), hlm. 42-43.

2014), h. 15.

37 Charles A. Coppel, “Arab and Chinese Mi- 38 Directore of Justice to Governor General , 26 nority Groups in Java”, dalam kumpulan karan- April, 1919, mr. 1015/19, terdapat dalam vb. 26

gannya, Studying Ethnic Chinese in Indonesia Juni 1919, no. 16, MK, ARA. (Singapore: Singapore Society of Asian Stud- 39 Van den Berg,Orang Arab di Nusantara, h. ies, 2002), h. 98-99. Seperti di kutip Suratmin 127-128.

Buletin Al-Turas

Mimbar Sejarah,Sastra,Budaya, dan Agama - V ol. XI No.1, Januari 2016

dalam perdagangan Arab. Kelemahan itu ditambah lagi dengan mudahnya rumah- rumah dagang Eropa memberikan kredit kepada siapapun yang mengenakan sorban . Saat mengenal masyarakat Arab yang sebenarnya tidak memiliki apapun, mampu setiap bulan membeli barang dagangan seharga 20.000 gulden secara kredit. Jika usahanya maju, ia mampu membayar cicilannya, namun jika mereka hanya dapat menjual barangnya dengan merugi, mereka berusaha meminta penangguhan pembayaran kredit, dengan harapan harga barang itu akan segera naik. Jika harapan itu kandas, mereka berupaya memperpanjang tunggakan, dengan membayar para kreditor yang paling mendesak dengan barang dagangan dibeli secara kredit di tempat lain. Cara seperti itu sama dengan gali lubang tutup lubang dan akan berakhir dengan pailit.

Pailit orang Arab yang cukup khas dapat diketahui bahwa di Hadhramaut tidak ada buku catatan yang teratur dan tentu saja di sana tidak dikenal rekening orang yang digunakan

dalam perdagangan Eropa. Perlu pula ditambahkan bahwa perdagangan di Hadhramaut yang cukup berhasil jarang berpindah tempat, sedangkan sebagian besar orang Arab di Nusantara adalah suku, golongan menengah kecil atau Sayid, artinya orang-orang yang tidak mengenal bidang usaha. Jadi jelas mengapa perdagangan Arab ditandai oleh ketidaktahuan akan peraturan perdagangan seperti pengguna buku catatan dagang.

Menurut van den Berg di Batavia, kiranya tidak lebih dari lima atau enam orang Arab yang buku catatannya memenuhi syarat. Karena tahu apabila mengalami pailit mereka harus menunjukkan buku catatan dagang.

Mereka membuatnya sebisanya dengan bantuan catatan mereka, apabila mereka melihat bahwa kebangkrutan

tak terhindarkan atau mereka hanya menyusun catatan biasa yang tidak mungkin disusun neracanya, kecuali pailitnya. Karena sembilan diantara sepuluh pengusaha yang pailit tidak mampu menyusun buku catatan dagang secara Eropa, sangat sulit bagi pengadilan untuk memutuskan apakah ada penyelewengan atau tidak. Akibatnya ancaman hukuman yang tertera di dalam kitab hukum pidana terhadap kebangkrutan, biasanya tidak berdaya guna. 40

Masyarakat Arab punya tradisi bisnis di perantauannya, begitu pun

dengan mereka yang ada di Batavia. Tiga bersaudara keturunan Arab dari Padang, Sumatera Barat, tiba di Batavia pada 1920-an. Semuanya pengusaha, harta mereka berlimpah hasil warisan orang tua dan berbisnis. Namun misi utama mereka di Batavia adalah bukan untuk berbisnis melainkan memperkenalkan tradisi musik dan sandiwara khas mereka kepada warga Batavia. 41

Menurut Mudrik bin Shahab, Selain berjiwa bisnis, mereka Sayid Idrus, Sayid Syehan, dan Sayid Abubakar, juga berjiwa seni; senang hiburan mereka termasuk klan bin Shahab yang masih ada hubungan darah dengan

Ali Menteng. 42 Mereka di Batavia bisa tinggal bersama kerabat, bisa pula di luar kampung Arab. Pemerintah kolonial telah menghapus wijken stelsel dan passenstelsel pada 1919. Shahab bersaudara memilih tinggal di Sawah Besar sembari menjalankan bisnis

40 Van den Beerg, Orang Arab di Nusantara, h. 128.

41 Hendaru T. Hanggoro, “Berbisnis di Rantau”, Historia , Nomor 15. Tahun II, 2013, h. 44.

42 Hanggoro, “Berbisnis di Rantau”…, h. 44.

Akhmad Yusuf :

Dinamika Ekonomi Masyarakat Arab ...

di Sumatera. Mereka juga membeli sebidang tanah untuk gedung pentas, rombongan mereka tampil secara teratur dan permanen di gedung itu.

Faktor-faktor yang mendorong etnis Cina menjadi pedagang antara lain adalah adanya peraturan-peraturanyang dikeluarkan oleh pemerintah Hindia Belanda yang pada prinsipnya menghalang-halangi kontak antar

Pedagang Cina masyarakat Cina dan memusatkan Pedagang Cina mereka di daerah-daerah tertentu sama

halnya dengan orang Arab atau Timur Asing lainnya yang harus memiliki passen stelsel untuk bepergian keluar kota dan aturan-aturanyang memaksa untuk mereka bertempat tinggal di daerah-daerah tertentu. Dalam kenyataannya pemukiman mereka di Jawa disebut “Pecinan”. Daerah pemukiman itu kemudian berkembang

Pedagang Cina

menjadi pusat perdagangan yang besar pengaruhnya terhadap kehidupan

ekonomi pasar. 43

Pedagang Pribumi 46

Peranan dan pengaruh pedagang Cina tak hanya terbatas di perkotaan saja tetapi juga memasuki jaringan hubungan

perekonomian kota dengan desa-desa di

44 sekitarnya. Arus barang perdagangan

Pedagang Arab

dari kota ke desa atau sebaliknya dapat dikatakan dikuasai oleh para pedagang

43 Tan Giok Lan, The Chinese of Sukabumi, hal. perantara Cina ini. Pedagang-pedagang 4-11. Dan lihat pula dalam Seminar Sejarah pasar di desa biasanya mengambil barang

Nasional IV, Sub Tema DinamikaPertumbuhan Ekonomi Bangsa Indonesia. (Jakarta: DEPDIK- 45 COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Chinese_ BUD Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, handelaar_TMnr_60012417 diakses pada : 24 1991), h. 198-199.

Desember 2014.

44 COLLECTIE_TROPENMUSEUM_ 46 COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Een_ Een_koranschool_met_leraar_en_leerling_ man_uit_Batavia_met_pikolan_voor_het_trans-

TMnr_60009392 diakses pada : 24 Desember port_van_zijn_warong_TMnr_60009385 diak- 2014

ses pada : 24 Desember 2014.

Buletin Al-Turas

Mimbar Sejarah,Sastra,Budaya, dan Agama - V ol. XI No.1, Januari 2016

dagangannya dari pedagang-pedagang lebih jauh kearah peminjaman uang, perantara Cina di kota tersebut. Bahkan perdagangan besar-besaran dan tak berarti menutup kemungkinan bagi pembelian bahan-bahan pokok untuk mobilitas para pedagang Cina untuk pemasaran ekspor meskipun mereka beroperasi langsung ke pasar-pasar desa hanya berhasil mendapat sedikit sebagai supplier jadi bukan pedagang jalan kearah sektor-sektor kehidupan yang langsung berhadapan langsung ekonomi yang dikuasai oleh orang- dengan konsumen lokal. Sebaliknya orang Belanda, misalnya perkebunan, dalam arus barang perdagangan dari impor-ekspor,

perdagangan besar desa ke kota pun peranan para pedagang dan perbank-kan sampai berakhirnya

perantara Cina pun cukup besar untuk 49 masa penjajahan. Golongan etnis diperhitungkan, terutama hasil-hasil Cina di samping pekerjaan itumampu

pertanian ekspor seperti tembakau, memainkan peranannya sebagai cengkeh dan lada. 47

golongan menengah dalam struktur perekonomian kolonial Belanda, dimana

Tabel Pembagian Pekerjaan Cina

peranan pedagang perantara mempunyai

Totok dan Peranakan di Jawa Tahun

48 peranan penting di dalamnya.

1930 (dalam %)

Pada masa itu perdagangan dapat di bagi menjadi tiga jenis yaitu, perdagangan besar yang pada umumnya dikuasai oleh perusahaan swasta Belanda, perdagangan kecil yang pada umumnya dikuasai oleh pedagang

pribumi dan pedagang perantara sebagai penghubung antara perdagangan besar dan perdagangan kecil yang pada umumnya dikuasai oleh golongan Timur Asing dan pribumi.

Dari tabel tersebut dapat kita lihat Perdagangan besar adalah suatu bahwa besarnya peranan etnis Cina cabang perdagangan yang mengurus dalam perekonomian waktu itu dan ekspor-impor;

perdagangan kecil kuatnya posisi pedagang perantara Cina adalah suatu cabang perdagangan yang dalam struktur perekonomian yang membeli barang dagangan dari tangan

berorientasi kepada pasar bebas atau kedua atau ketiga untuk kemudian perekonomian liberal.Dari posisi kunci dijual langsung ke tangan konsumen. ini mereka dapat memperluas jaringan Perdagangan perantara mempunyai dua kontak-kontak

perdagangannya, fungsi, yaitu perdagangan distribusi

47 Seminar Sejarah Nasional IV, Sub Tema Dina- terutama menyebarkan barang-barang mikaPertumbuhan Ekonomi Bangsa Indonesia . konsumsi yang diimpor dari luar negeri.

(Jakarta: DEPDIKBUD Direktorat Sejarah dan Perdagangan koleksi terutama berfungsi

Nilai Tradisional, 1991), h. 199.

untuk

mengumpulkan hasil-hasil

48 Sumber: Leo Suryadinata, Pribumi Indone- tanaman dagang dari petani langsung

sians The Chinese Minority and China , h. 80.Li-

hat juga: Seminar Sejarah Nasional IV, Sub atau melalui pedagang kecil untuk Tema DinamikaPertumbuhan Ekonomi Bangsa diteruskan kepada pedagang besar.

Indonesia . (Jakarta: DEPDIKBUD Direktorat 49 Victor Purcell, The Chinese in Southeast Sejarah dan Nilai Tradisional, 1991), h. 197.

Asia ,h. 47.

Akhmad Yusuf :

Dinamika Ekonomi Masyarakat Arab ...

Perdagangan kecil sendiri dapat dibagi dalam dua jenis, yaitu perdagangan keliling dan perdagangan menetap. Perdagangan keliling juga dapat dibagi dalam dua bagian yaitu perdagangan kelontong yang pada umumnya dikuasai oleh pedagang Cina, dan pedagang jalanan yang pada umumnya dikuasai oleh pedagang pribumi. Perdagangan menetap dibagi tiga jenis, yaitu warung,

Penjual makanan di Batavia 51

pasar dan toko. 50 Perdagangan distribusi terutama

menjual barang-barang seperti tekstil, makanan dan minuman, barang-barang kelontong, beras, gula dan juga hasil produksi dalam negeri. Perdagangan koleksi terutama membeli hasil kerajinan tangan rumah tangga, hasil- hasil tanaman dagang seperti kopra,

kapok, singkong, jagung, beras dan 52 Tukang Barang

kulit. Perdagangan kelontong terutama menjual barang-barang keperluan sehari-hari seperti kaca, hasil kerajinan tangan yang diimpor dari Cina, atau benang. Perdagangan jalanan terutama menjual kebutuhan pangan penduduk seperti daging atau ikan.

Pedagang-pedagang kelontong ini biasanya menjajakan barang-barang jadi

dan barang-barang klontongan. Mereka Penjual Sayuran tidak hanya berkeliling di kota-kota Penjual Sayuran

saja, tetapi sering pula ke desa-desa dan kampung-kampung untuk menawarkan barang-barangnya kepada penduduk. 51 http://media-kitlv.nl/all-media/indeling/ Terkadang mereka menyewa kuli detail/form/advanced/start/486?q_search_

pribumi untuk memikul barang-barang beschrijving=batavia&q_facet_begin- jaar=1900-1942 mereka dengan pikulan. diakses pada : 26 Desember

52 http://media-kitlv.nl/all-media/indeling/ detail/form/advanced/start/75?q_search_

beschrijving=batavia&q_facet_begin- jaar=1900-1942 diakses pada : 26 Desember 2014.

53 http://media-kitlv.nl/all-media/indeling/ detail/form/advanced/start/102?q_search_

beschrijving=batavia&q_facet_begin- 50 Liem Twan Djie, De Distribueerende Tuss- jaar=1900-1942 diakses pada : 26 Desember

chenhandel der Chinezen op Java , h. 4-11.

Buletin Al-Turas

Mimbar Sejarah,Sastra,Budaya, dan Agama - V ol. XI No.1, Januari 2016

Penjual Kue 54

Penjual Minuman Tebu Tahun 1915 56

Seperti telah disebutkan diatas perdagangan perantara pada umumnya dikuasai oleh golongan Timur Asing dan pribumi, namun dalam hal ini yang paling menonjol adalah etnis Cina. Mengapa perdagangan perantara didominasi etnis Cina? Kalau kita lihat pada kenyataannya orang Indonesia

umumnya khususnya orang Jawa itu sangat sedikit yang memiliki jiwa dagang. Kebanyakan dari mereka adalah petani yang kebutuhannya tidak seberapa besar itu dicukupinya sejauh mungkin dengan usaha sendiri sehingga hampir-hampir tidak berkembang suatu

55 Penjual Limun golongan pedagang.

Pedagang-pedagang Cina selain menjadi penyalur barang-barang yang diimpor oleh perusahaan Belanda,

54 http://media-kitlv.nl/all-media/indeling/ mereka juga mengimpor barang-barang detail/form/advanced/start/787?q_search_ kerajinan dari Siam. Impor beras dari

beschrijving=batavia&q_facet_begin- Siam dan barang-barang kerajinan dari

jaar=1900-1942 diakses pada : 26 Desember 2014

Cina terutama dilakukan oleh pedagang-

55 http://media-kitlv.nl/all-media/indeling/ pedagang besar yang membuka beberapa

detail/form/advanced/start/55?q_search_ 56 beschrijving=batavia&q_facet_begin-

www.kitlv.nl diakses pada : 26 Desember 2014. jaar=1900-1942 diakses pada : 26 Desember 57 “Apakah Indonesia tjakap menjadi peda-

2014 gang?”Peroendingan, 25 November 1936, h. 10.

Akhmad Yusuf :

Dinamika Ekonomi Masyarakat Arab ...

cabang di luar negeri. Barang-barang segala sendi kehidupan di Indonesia. yang diimpor kemudian disalurkan Pengaruh tersebut dapat ditelusuri kepada masyarakat melalui agen melalui kebijakan ekonomi dan penyalur perusahaan mereka sendiri politik pemerintah Hindia Belanda atau melalui langganan tetap mereka.

dan kemudian memusatkan perhatian Faktor-faktor yang menunjang terhadap akibat-akibat yang ditimbulkannya. Kebijakan ekonomi

keberhasilan pedagang etnis Cina pemerintah Hindia Belanda di satu pihak ialah; pertama, tumbuhnya mobilitas mendukung masuknya modal-modal idealisme dalam bentuk untuk mencapai swasta Belanda di bidang perkebunan, taraf kehidupan yang lebih baik daripada pertambangan, transportasi, industri, yang mereka peroleh selama ini. Kedua, sedangkan dipihak lain menjadikan untuk menjawab tantangan itu, ajaran pedagang-pedagang etnis Cina sebagai itu, ajaran Konfusianisme memberikan sarana untuk melakukan penetrasi ke saluran guna merumuskan pandangan- dalam masyarakat Indonesia. pandangannya tentang dunia sebab pada

dasarnya ajaran Konfusianisme lebih Penetrasi dengan memakai pedagang banyak mengatur hubungan horizontal golongan etnis Cina itu tampaknya dan memberikan landasan moral bagi bertujuan untuk melumpuhkan basis lembaga horizontal tersebut. Ketiga, perekonomian sabagai sarana mobilitas pandangan tentang dunia tersebut vertikal dari masyarakat Indonesia ternyata meberikan peluang bagi terutama di Jawa. Perdagangan munculnya etos kerja seperti keuletan sebagai basis mobilitas memungkinkan mereka dalam berusaha, rajin, tekun dan timbulnya kelas menengah yang giat bekerja. Keempat, adanya modal mempunyai kesempatan untuk

yang cukup dan juga disebabkan karena mengadakan pembaharuan atau faktor-faktor lain yang berasal dari perubahan sosial politik menggantikan pihak pribumi dan pemerintah Hindia struktur sosial yang monolistik, priyayi Belanda. Dari pihak pribumi misalnya 59 dan wong cilik. Dari kenyataan yang saja kurangnya modal pedagang ditemukan kelas pedagang dari kalangan pribumi sehingga mereka sukar bersaing pribumi itu kebanyakan berasal dari dengan pedagang Cina. Kelima, kalangan Islam yang tersebar di pedagang-pedagang Cina hanya dapat sepanjang pantai Pulau Jawa. Dengan mengembangkan usahanya di daerah- demikian pengaruh pedagang Cina daerah yang penduduknya lebih condong itu hampir dapat dikatakan meluas ke untuk bercocok tanam. Keenam, faktor seluruh lapisan masyarakat Indonesia, dari pemerintah Hindia Belanda antara dari lapisan bawah sampai ke lapisan lain adalah memberi kedudukan lebih atas. Perbedaan ekonomi dan kultural tinggi kepada golongan non pribumi antara kedua belah pihak nampaknya (Cina) daripada golongan pribumi. 58

merupakan faktor yang berperan dalam melahirkan pembagian dan sentimen

Indonesia, bagaimanapun pedagang- 59 Lance Castles, Tingkah laku Agama, Politik pedagang Cina itu beroperasi dalam dan Ekonomi di Jawa: Industri Rokok Kudus , h.

103. Dan lihat Seminar Sejarah Nasional IV, Sub

58 Seminar Sejarah Nasional IV, Sub Tema Dina- Tema DinamikaPertumbuhan Ekonomi Bangsa mika Pertumbuhan Ekonomi Bangsa Indonesia . Indonesia . (Jakarta: DEPDIKBUD Direktorat

(Jakarta: DEPDIKBUD Direktorat Sejarah dan Sejarah dan Nilai Tradisional, 1991), h. 208- Nilai Tradisional, 1991), h. 207.

Buletin Al-Turas

Mimbar Sejarah,Sastra,Budaya, dan Agama - V ol. XI No.1, Januari 2016

ras, pribumi dan non pribumi. untuk kelas tiga. Walaupun begitu Alhambra mengisi pundi-pundi Shahab

Selain dari bisnis-bisnis yang

bersaudara. 62

disebutkan di atas, masyarakatArab juga merambah seni hiburan. Dari mereka

Akan tetapi revolusi Mesir pada menampilkan pertunjukkan seni dari

1952 mengubah kisah manis itu, suplai negeri asalnya, yaitu Hadhramaut atau

film untuk Alhambra terhenti. Alhambra Timur Tengah. Banyak orang menyukai

terpaksa memutar film Barat, seperti penampilan mereka dan menyebutnya

bioskop lainnya, tak ada keistimewaan sebagai Komedi Bangsawan. Seperti

lagi. Penontonnya pun berangsur surut, yang dikatakan oleh Alwi Shihab, karena

akhirnya bioskop ini tutup pada 1960-an kesenian ini awal mulanya muncul dari

dan gedungnya pun di jual. Istana-istana bangsawan. Seperti Istana

60 Deli di Medan, dan Istana Siak di Riau. Penutupan itu tak berpengaruh besar pada Shahab bersaudara, bisnis hiburan Lama-lama

ini ini cuma sampingan bagi mereka. Satu berkembang,

sandiwara

penontonnya selalu bangkrut masih ada yang lainnya, ini membludak. Shahab bersaudara terpikir

jamak terjadi pada keturunan Arab juga untuk mengembangkan bisnis di

di Indonesia. Mereka punya usaha Batavia. Mereka membangun pertokoan

di pelbagai lini: rente, toko, lahan di sepanjang jalan menuju teater.

perumahan, tekstil, sampai dagang kuda. Bahkan mereka membuka bioskop di

gedung yang sama pada 1930-an. Ini Tabel berikut ini menerangkan

statistik rincian dari jumah orang

bisnis baru bagi keturunan Arab di Batavia. Mereka mendobrak dominasi Arab kaya di Nusantara dan perkiraan pendapatan mereka: pengusaha perkiraan pendapatan mereka: Tionghoa.Bioskop itu

namanya Alhambra, yang didirikan oleh tiga orang bersaudara dari keluarga Shahab: Sayid Idrus, Sayid Syehan, dan Sayid Abubakar. Bioskop itu hampir seluruhnya memutar film-film dari Mesir. Berbeda dengan bioskop lain yang sering memutar film Tiongkok dan Barat. 61

Urusan impor film bukan masalah besar, Shahab bersaudara punya jaringan sampai ke Mesir. Film-film itu ternyata memikat warga Betawi, yang datang berkelompok dari pelosok kota dengan menyewa oplet. Mudrik mengatakan, bioskop ini kelas rakyat, banderol tiketnya tidak terlalu mahal: 3 rupiah untuk duduk di kelas satu; 1,5 rupiah untuk kelas dua; dan setengah rupiah

60 Alwi Shahab, Betawi Queen of The East, (Ja- karta: Republika, 2002), h. 143-145.

62 Hanggoro, “Berbisnis di Rantau”, h. 44-45. 61 Hanggoro, “Berbisnis di Rantau”, h. 44-45.

63 Van den Berg,Orang Arab di Nusantara,h. 139.

Akhmad Yusuf :

Dinamika Ekonomi Masyarakat Arab ...

– 1942 sangat berpengaruh terhadap Kondisi perekonomian saat itu denyut perekonomian masyarakat

C. Penutup

di sana. Interaksi sosial merupakan di Batavia menjadi pusat kegiatan hubungan dinamis antar orang, perekonomian pemerintah kolonial kelompok, maupun antar orang terhadap dengan masyarakat jajahannya yang kelompok. Syarat mutlak terjadinya heterogen. Masyarakat Arab di sini interaksi sosial adalah adanya kontak berperan sebagai pedagang perantara dan komunikasi di antara manusia yang (peddler) yang menghubungkan antara menimbulkan jaringan sosial.

masyarakat pribumi, masyarakat Cina,

dan masyarakat Eropa yang ada di Daftar Pustaka

Batavia. Kebanyakan dari mereka menjadikan barang–barang seperti Sumber Primer :

kain, khususnya katun impor, batik dan Arsip

pakaian sebagai mata dagangan yang utama. Selain itu pula, produk lainnya ANRI. Pelgrimregister dalam ArsipAl- adalah mebel, batu mulia, minyak

gemene Secretaries: Missive Gou- wangi, barang-barang dari kulit, dan

vernement Secretaries (MGS): makanan merupakan komoditas populer

Seri Grote Bundel (GB), 1892- yang mereka perdagangkan. Pada

1942. No. 2811 MGS 4-11-1893. perkembangannya masyarakat Arab juga

GB.Ag.2280

banyak terlibat dalam bisnis properti .Circulaire De 1 st Gouvernements

dan lahan atau tanah. Kegiatan lainnya Secretaris, tertanggal 23 Agustus di luar berdagang mereka seringkali 1910 No. 1934, Batavia: Lands- meminjamkan uang kepada masyarakat

rukkerij, 1911.

pribumi yang ekonominya di bawah mereka dengan disertai bunga yang

.Circulaire De 1 st Gouvernements

tinggi. Hal seperti ini bahkan mereka Secretaris, tertanggal 16 Mei 1911 No. jadikan sebagai pekerjaan sampingan di 1172, Batavia: Landsrukkerij, 1912. luar berdagang. Bagi para pembeli yang tidak dapat membayar secara tunai, st .Circulaire De 1 Gouvernements mereka memberikan peluang untuk Secretaris, tertanggal 1 Agustus 1921 menjual barang dengan sistem utang.

No. 89/175, Batavia: Landsrukkerij, 1922.

Pola sosial seperti ini memberikan

gambaran tentang adanya harmonisasi Sumber Sekunder :

antara masyarakat Arab dengan

masyarakat pribumi bahkan dengan Buku-Buku

masyarakat lainnya. Sekalipun ada Abdullah, Taufik & Lapian, A.B (ed).

intrik yang terjadi di antara mereka, hal itu tidak menjadi sebuah permasalahan Kolonialisasi dan Perlawanan

Indonesia dalam Arus Sejarah , sosial yang muncul ke permukaan seperti

Jilid IV. Jakarta: PT. Ichtiar Baru gerakan protes dan sebagainya karena di van Hoeve dan Kementrian Pendi- antara mereka saling membutuhkan satu

dikan dan Kebudayaan RI, 2012. dengan yang lainnya.

Abdurrahman, Dudung. Metode Peneli- Untuk itu dinamika sosial ekonomi

masyarakat Arab di Batavia tahun 1900 Jakarta: Logos Wa-

tian Sejarah.

Buletin Al-Turas

Mimbar Sejarah,Sastra,Budaya, dan Agama - V ol. XI No.1, Januari 2016

cana Ilmu, 1999. Usul Alawiyyin dan Peranannya , Jakarta: PT. Lentera Basritama,

Abeyasekere, Susan.(ed);FromBata-

viatoJakarta:Indonesia’sCap- ital1930sto1980s, Australia: Baudet, H. dan I.J Brugmans, Politik Monash University, 1985.

Etis dan Revolusi Kemerdekaan . (Judul Asli: Balans van Beleid,

Al-Gadri, Hamid. C. Snouck Hurgron- Terugblik op de Laatste halve je, Politik Belanda terhadap Is-

eeuw van Netherlands-Indie, Van lam dan Keturunan Arab . Jakarta:

Gorcum & Comp. N.V. –Dr.H.J. Sinar Harapan, 1983.

Prakke & H.M.G. Prakke, Assen, ______________. Islam dan Keturunan

1961). Diterjemahkan; Amir Suta- Arab di Indonesia

arga, Jakarta: Yayasan Obor Indo-

, Jakarta: CV.

Haji Masagung, 1988.

nesia, 1987. Berg, L.W.C. van den.Orang Arab di

Al-Haddad, Al-Habib Alwi bin Thahir. Al-Madkhal ila Tarikh Dukhul

Nusantara , (Judul Asli: Le Hadh- ramout et les Colonies Arabes

Al-Islam Ila Jaza’ir al-Syarq Dans l’Archipel Indien,

al-Aqsha Impr. du

, karya Al-Habib Alwi bin Thahir Al-Haddad, Sejarah

Gouvernement, Harvard Universi- Masuknya Islam di Timur Jauh

ty, 1886). Diterjemahkan; Rahayu

Diterjemahkan; S. Dhiya Shahab, Hidayat, (Ed. Terj. Bahasa Indo- Jakarta: Lentera Basritama, 1997.

nesia diterbitkan oleh Indonesian Netherlands Cooperation in Is-

Assegaf, M. Hasyim. Derita Putri-Putri lamic Studies (INIS), 1989. Jakar- Nabi Studi Historis Kafa’ah Syar-

ta: Komunitas Bambu, 2010. ifah , Bandung: PT. Remaja Ros- dakarya, 2000.

Blackburn, Susan. Jakarta: Sejarah 400 Tahun. (Judul Asli: Susan

Assegaf, Sayyid Husein Nabil. Sejarah Abeyasekere, Jakarta; A Histo- Silsilah dan Gelar Keturunan Nabi Mu-

ry. Revised Edition. Singapore: hammad SAW , Malang: Penerbit Saraz,

Oxford University Press, 1989). 2000.

Diterjemahkan; Gatot Triwira, Ja- karta:Masup Jakarta (Komunitas

Aziz, Abdul. Islam & Masyarakat Bet-

Bambu), 2011.

awi. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2002.

Blusse, Leonard. Persekutuan Aneh: Pemukim Cina, Wanita Per- Azra, Azyumardi.Jaringan Ulama

anakan, dan Belanda di Batavia Global dan Lokal Islam Nusan-

VOC. Yogyakarta: LKiS, 2004. tara , Bandung: Mizan, 2002.

Boxer, C.E. Jan Kompeni dalam Perang Bahafdullah, Madjid Hasan. Dari Nabi

dan Damai 1602-1799: Sebuah Nuh Sampai Orang Hadramaut di

Sejarah singkat tentang Perseku- Indonesia Menelusuri Asal-Usul

tuan Dagang Hindia Belanda. Ja- Hadhrarim . Jakarta: Bania Pub-

karta: Sinar Harapan, 1983. lishing, 2010.

Budiman, Amen. Masyarakat Islam Balfaqih, Alwi Ibnu Muhammad. Asal-

Akhmad Yusuf :

Dinamika Ekonomi Masyarakat Arab ...

Tionghoa di Indonesia , Semarang: Diterjemahkan; Iskandar P. Nu- Tanjung Sari, 1979.

graha Jakarta: Komunitas Bambu, 2004.

Creutzberg, Pieter dan J.T.M. van Laanen, Sejarah Statistik Ekonomi ____________. Perkotaan, Masalah Indonesia , Terjemahan; Kus- Sosial & Perburuhan di Jawa Masa tiniyati Mochtar, dkk. Jakarta: Kolonial , Terjemahan; Iskandar P. Yayasan Obor Indonesia, 1987.

Nugraha, Jakarta: Komunitas Bambu, 2013.

Departemen Pendidikan dan Kebu- dayaan, Direktorat Jenderal Ke- Jonge, Hubb de and Kaptein, Nico. budayaan, Direktorat Sejarah dan

“Trancending Borders Arabs, pol- Nilai Tradisional. Sunda Kela-

itics, trade and Islam in Southeast pa Sebagai Bandar Jalur Sutra

Asia ”. Leiden: KITLV Press, 2002. (Kumpulan Makalah Diskusi ).

Kartodirdjo, Sartono dan Suryo,Djoko. Jakarta: Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional, Sejarah Perkebunan di Indonesia:

Kajian Sosial-Ekonomi , Yogya- 1995. karta: Aditya Media, 1991.

Federspiel, Howard M. Sultans, Sha- Lapian, Adrian. B. Pelayaran dan Per-

mans and Saints; Islam and Mus- niagaan Abad ke-16 dan 17. Ja-

lim in Southeast Asia. Honolu- karta: Komunitas Bambu, 2008.

lu: University Of Hawai’i Press, 2007.

Leirissa, R. Z. Terwujudnya Suatu Ga-

Furnivall, J.S Edisi Indonesia: Hindia gasan Sejarah Masyarakat Indo-

nesia 1900-1950 . Jakarta: CV. Ak- Belanda: Studi tentang Ekonomi

Majemuk ademika Pressindo, 1985.

. (Judul Asli: Nether- lands India; A Study of Plural Leur, J.C. van. Indonesian Trade And Economy. Cambridge Universi-

Society; Essays in Social and Eco- ty Press,1939). Diterjemahkan;

nomic History. Diterjemahkan: Samsudin Berlian. Jakarta: Free-

J.S. Holmes dan R. Van Marie. dom Institute, 2009.

Bandung: The Hauge/Bandung: Van Hoeve, 1960.

Giok Siong, Giow. Suatu Pengantar Hukum Antar Golongan , Jakarta, Lieng Gie, The. Sedjarah Pemerintahan 1960.

Kotapradja Djakarta. Kotapradja Djakarta Raja, 1958.

Haan, F. De. Oud Batavia: gedenkboek uitgegeven door het Bataviaasch Linblad, J. Thomas. Sejarah Ekonomi

Genootschap van Kunsten en Modern Indonesia: Berbagai Tan- Wetenschappen naar aanleiding

tangan Baru . (Judul Asli: New van het driehonderd-jarig bestaan

Challenges in the Modern Eco- der stad in 1919 , Jilid I. Batavia:

nomic History of Indonesia; Pro- Kolf. 3 Jilid, 1922.

ceedings of the First Conference Ingleson, John. Tangan dan Kaki Terikat on Indonesia’s Modern Economic

Dinamika Buruh, Sarekat Buruh , 1991). Diterjemahkan;

History

dan Perkotaan Masa Kolonial M. Arief Rohman, Bambang Pur-

Buletin Al-Turas

Mimbar Sejarah,Sastra,Budaya, dan Agama - V ol. XI No.1, Januari 2016

wanto, Jakarta: Pustaka LP3ES, Tudjimah dan Yessy Augustin, Ja- 2000.

karta: UI-Press, 1985. Lohanda, Mona. The Kapitan Cina of Poesponegoro, Marwati Djoened. Seja-

Batavia 1837-1942 a History of rah Nasional Indonesia III , Jakar- Chinese Establishment in Colonial

ta: Balai Pustaka, 1993. Society . Jakarta: Djambatan, 2001.

_____. Sejarah Nasional Indonesia IV, _____. Sejarah Para Pembesar Menga-

Jakarta: Balai Pustaka, 1993. tur Batavia. Jakarta: Masup Jakar- ta, 2007.