Hak atas Lingkungan Sebuah Pengantar Dis

!
!

Jurnal Advokasi Vol. 3(2): 120-130
...!

120

HAK ATAS LINGKUNGAN:
SEBUAH PENGANTAR DISKUSI !"
Agung Wardana, S.H.,L.LM.
Murdoch University, Australia
Email : ancakramone@yahoo.com

Abtsract
One underexplored type of human rights has been the right to the environment. Although such right
has been used as a claim by environmental activists in their advocacy, it remains debatable not only
in terms of its moral and legal conception but also its application on the ground. This article aims at
elaborating the right to the environment as a preface for further discussion of its significance in
Indonesian context. It argues that despite the recognition of the right to the environment by the state
reflected in a wide range of legal instruments and even the constitution, it appears that the right is

qualified from its original concept by using wording as ‘the right to good and healthy environment’
instead of ‘the right to the environment’ in loose sense. The letter is pontentially to incorporate the
concept of environmental justice as one aspect of the right to the environment, which may frighten
state or non-state actors who benefit from environmental injustices across the archipelago.
Keywords: Human Rights, Environmental Justice, Right to the Environment.
Abstrak
Salah satu jenis hak asasi manusia yang belum begitu terelaborasi adalah hak atas lingkungan.
Meskipun hak ini sering kali digunakan oleh aktivis lingkungan dalam advokasi mereka, hak atas
lingkungan masih menyisakan perdebatan tidak hanya dalam konsepsi moral dan legalnya tapi juga
pada aplikasinya di lapangan. Artikel ini bertujuan untuk melakukan elaborasi hak atas lingkungan
sebagai pengantar untuk bahan diskusi lanjutan tentang signifikansinya dalam konteks Indonesia.
Artikel ini berpendapat bahwa meskipun pengakuan atas hak atas lingkungan oleh negara termaksud
dalam berbagai instrumen hukum dan bahkan dalam konstitusi, hak tersebut dikualifikasi dari konsep
dasarnya menggunakan frase ‘hak atas lingkungan yang baik dan sehat’ dan bukan menggunakan
frase ‘hak atas lingkungan’ dalam pengertian yang luas. Jika menggunakan frase yang terakhir, maka
keadilan lingkungan merupakan salah satu aspek dari hak atas lingkungan, dan tentu hal ini
menakutkan aktor negara dan non-negara yang diuntungkan dari ketidakadilan lingkungan yang
meluas di nusantara ini.
Kata Kunci: Hak Asasi Manusia, Keadilan Lingkungan, Hak atas Lingkungan.


!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
54

Tulisan ini disajikan pada Karya Latihan Bantuan Hukum (Kalabahu) Lembaga Bantuan Hukum
(LBH) Bali pada Jumat, 20 April 2012 di Denpasar.

!
!

...!

119

mewujudkan keadilan distributif (hak

PENDAHULUAN
Dalam konteks historis, terdapat

yang bersifat positif).


manusia

Bagi banyak pihak, pembedaan

sebagaimana dikategorikan oleh Burns

konseptual jenis hak di atas mengarah

Weston. Pembedaan generasi ini juga

pada pemisahan pengaturannya dalam

berhubungan erat dengan slogan Revolusi

instrumen internasional. Konsekuensinya,

Perancis, yakni ‘liberte’ (kebebasan),

dalam penerapan di tingkat domestik hak-


‘egalite’ (keadilan sosial), dan ‘fraternite’

hak tersebut pun dipisahkan dan dipilah-

(solidaritas atau persaudaraan). "" Hak atas

pilah berdasarkan kepentingan politik dari

lingkungan (right to the environment)

penguasa negara. Misalnya, di negara-

merupakan hak generasi ketiga karena

negara liberal, hak sipil dan politik

dianggap

dianggap sebagai hak asasi yang paling


tiga

generasi

hak

asasi

merupakan

wujud

dari

solidaritas atau persaudaraan (fraternite)

prioritas

bersama hak-hak yang bersifat kolektif


pemenuhan hak-hak ekonomi, sosial dan

lainnya, misalkan hak penentuan nasib

budaya, atau hak-hak solidaritas karena

sendiri (right to self-determination) dan

dianggap tidak sejalan dengan doktrin

hak

liberal laissez-faire. Sementara itu di

atas

pembangunan

(right


to

dengan

development). Sebelum hak-hak generasi

negara

ketiga tersebut, hak sipil dan politik

ekonomi, sosial dan budaya menjadi hak

(sipol) telah disepakati terlebih dahulu

asasi manusia yang dianggap paling

sebagai

pertama,


penting untuk diwujudkan meski harus

pengejawantahan dari prinsip kebebasan

mengorbankan hak-hak sipil dan politik

(liberte)

minimal

warga negaranya. Lain pula dengan yang

kontrol dari kekuasaan politik (biasa

terjadi di negara berkembang, hak-hak

disebut

pembangunan merupakan prioritas utama


hak

yang

hak

generasi

menghendaki

yang

bersifat

negatif).

sosalialis

mengesampingkan


negara

dan

komunis,

guna

hak

Selanjutnya hak ekonomi, sosial dan

penguasa

mengejar

budaya (ekosob) sebagai hak generasi

ketertinggalan ekonomi dan modernisasi.


kedua merepresentasikan nilai keadilan

Pandangan konvensional tersebut

sosial (egalite) yang menuntut campur

saat ini tentu tidak relevan lagi. Bahwa

tangan kekuasaan politik dalam rangka

kewajiban penghormatan (to respect),
perlindungan (to protect) dan pemenuhan

!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
55

Ridha Saleh, 2004, Hak atas
Lingkungan Sebagai Hak Asasi Manusia, Walhi,
Jakarta, hal.14.

(to fulfil) haruslah ditujukan kepada
seluruh jenis hak asasi manusia secara

!
!

...!
utuh. Perspektif hak asasi manusia saat ini

elaborasinya

telah

Berdasarkan

mengarah

pada

‘indivisible’

masih
latar

120

tetap

miskin.

belakang

tersebut,

(ketidakterpisahan) dan ‘interdependence’

tulisan ini bertujuan membuka diskusi

(kesalingtergantungan)

ketiga

tentang hak atas lingkungan dengan

generasi atau kategorisasi hak asasi

mengkaji konsepsi serta komponen dari

manusia. "#

hak tersebut, hingga tataran praktek

Dengan

dari

demikian, negara

sebagai penanggung jawab tidak lagi

penegakannya

dapat meletakkan skala prioritas pada satu

Indonesia.

dalam

sistem

hukum

jenis hak sementara itu mengesampingkan
jenis hak yang lain. Untuk menjadi

PEMBAHASAN

manusia yang utuh, setiap orang dan

a.

Sejarah

Perkembangan

Hak

kelompok orang harus dapat memenuhi

Atas Lingkungan

ketiga jenis hak dasar tersebut.

Perdebatan hak atas lingkungan

Salah satu hak generasi ketiga

sebagai hak asasi manusia dibuka kembali

yang sering kali dilalaikan pemenuhannya

paska konferensi Badan Urusan Hak

dan bahkan belum dianggap memiliki

Asasi

dimensi hak asasi manusia adalah hak atas

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada

lingkungan. Mungkin saat ini tidak ada

2002. Di akhir pertemuan internasional

yang mempertanyakan lagi universalitas

tersebut, Mary Robinson, Komisioner

hak sipil dan politik sebagai hak asasi

Tinggi Hak Asasi Manusia, menyatakan

manusia. Namun, hak atas lingkungan

bahwa saat ini merupakan momentum

masih dipertanyakan cakupannya, sifatnya

yang tepat untuk melihat secara lebih

antara hak individual atau hak kolektif

dalam

hingga

cenderung

lingkungan hidup, kemiskinan struktural,

mengarah pada pembongkaran hak ini

sejumlah kejahatan dengan pelanggaran

dari diskursus hak asasi manusia. Di

hak asasi manusia. "$ Pernyataan tersebut

Indonesia, hak atas lingkungan juga tidak

bukanlah

begitu

lingkungan

skeptisisme

yang

terelaborasi

dengan

baik

Manusia

hubungan

tanpa
hidup

dan

Lingkungan,

antara

kehancuran

alasan.

Kondisi

terus

menerus

dibandingkan dengan jenis hak lainnya.

mengalami penurunan baik dari segi

Meski terkadang menjadi jargon normatif

kualitas dan kuantitas. Berbagai upaya

yang

diplomatik telah diambil dalam rangka

kerap

dipakai

para

aktivis

lingkungan dalam kerja-kerja advokasi,

menjawab

!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

56

Ridha Saleh, ibid.19

57

permasalahan

Ridha Saleh, Ibid.10

yang

telah

!
!

...!

121

menjadi kekhawatiran banyak pihak di

massif, hutan ditebang untuk dicari kayu

tingkat internasional ini. Mulai dari

dan lahannya untuk dijadikan perkebunan

Konferensi

monokultur, perut bumi dibongkar untuk

Stockholm

Lingkungan

Hidup

Conference on

1972

(1972

Human

tentang

Stockholm

Environment)

diambil

mineral,

batubara,

dan

minyaknya, serta lain sebagainya. Pada

hingga melahirkan Deklarasi Stockholm,

gilirannya,

Konferensi Rio tentang Lingkungan dan

hidrologi, dan keanekaragaman hayati

Pembangunan (Earth Summit) 1992 yang

mengalami penurunan pada tingkat yang

menghasilkan Dekralasi Rio dan Agenda

tidak pernah terjadi sebelumnya. "%

kesuburan

tanah,

daur

21, Konferensi Johannesburg, hingga

Paska menurunnya kemampuan

Rio+20 sebagai kelanjutannya. Namun

alam untuk menyediakan sumber daya

nyatanya, tidak ada perubahan signifikan

alam bagi industri negara maju, ekspansi

terhadap kondisi lingkungan hidup.

atas nama globalisasi ekonomi dengan

Bagi banyak pengamat, penyebab
dari

ketidakefektifan

motor utama korporasi

multinasional

instrumen

dibantu oleh lembaga keuangan dan

perlindungan lingkungan hidup di tingkat

perdagangan internasional seperti Bank

internasional

pada

Dunia,

law’.

Organisation),

produknya

adalah
yang

terletak

bersifat

‘soft

WTO

(World

Trade

IMF

(International

Fund),

meluaskan

Sebagai ‘soft law’ instrumen tersebut

Monetery

tidak memiliki kekuatan hukum mengikat

cengkramannya

untuk dapat merubah pendekatan business

berkembang yang berkolaborasi dengan

as usual, termasuk praktek bisnis dan

elit lokal. Yang menjadi korban dari

model pembangunan yang bertumpu pada

praktek eksploitatif ini bukanlah para

paradigma

ekonomi

bankir, elit, ataupun pemilik korporasi

Paradigma

inilah

kapitalistik.
yang

ke

negara-negara

sangat

namun korbannya adalah rakyat, terutama

mempengaruhi cara pandang korporasi,

yang ada di negeri dunia ketiga. Padahal

pembuat kebijakan hingga akademisi

di tingkat rakyat, lingkungan

untuk melihat lingkungan hidup semata-

tidaklah semata-mata merupakan sumber

mata sebagai sumber daya alam yang

daya

harus diekstraksi dan dieksploitasi demi

!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

alam
58

mengejar

pertumbuhan

ekonomi

dan

akumulasi modal. Alhasil, penghancuran
lingkungan hidup pun menjadi hal yang

tetapi

lingkungan

hidup

hidup

Millenium Ecosystem Assessment
2005 sebagaimana dikutip Douglas Murray &
Laura Raynolods, ‘Globalisation and Its
Antinomies’ dalam Reynolds at all (eds), Fair
Trade: The Challenges of Transforming
Globalisation (Routledge, London, 2007) 6.

!
!

...!

122

merupakan sumber kehidupan dimana

menentukan pemenuhan hak-hak asasi

relasi sosial, ekonomi lokal dan budaya

lainnya, khususnya hak untuk hidup, hak

terjalin.

penghancuran

untuk mendapatkan standar kehidupan

lingkungan hidup bagi mereka akan

yang layak, hak kesehatan, dan hak-hak

berarti penghancuran sumber kehidupan

lainnya

yang menjadi awal bagi kehancuran

terkait dengan kondisi lingkungan.

Sehingga,

yang

pemenuhannya

sangat

Sebenarnya, resistensi beberapa

peradaban mereka.
Dalam rangka mempertahankan

pihak

untuk

mengakui

hak

atas

ekspansi

lingkungan sebagai hak asasi manusia

modal, rakyat yang berpotensi terkena

bukanlah terletak pada konsepsi moral

dampak

lingkungan

dan legal-nya. Namun yang seringkali

menggunakan berbagai cara menghadang

menjadi kekhawatiran pihak yang skeptis

praktek

dengan

ruang-ruang kehidupan

perusakan

eksploitatif

tersebut.

dari

Salah

dan

ekstraktif

satunya

dengan

menggunakan bahasa-bahasa perlawanan
lingkungan’ "&,

hak

atas

lingkungan

adalah

dampak politis yang dapat dijangkaunya.
Dalam

kata

lain,

penolakan

dan

‘hak

skeptisisme terhadap hak atas lingkungan

penentuan nasib sendiri’ #', hingga ‘hak

sebagai hak asasi manusia sebenarnya

atas lingkungan’ untuk dijadikan alat

memiliki

klaim sekaligus mendorong solidaritas

Artinya, hak atas lingkungan memiliki

antar korban kerusakan lingkungan dan

kemampuan untuk alat klaim (legitimasi)

membangun simpati terhadap perjuangan

moral, politik dan legal bagi rakyat dan

mereka.

antara

komunitas korban jika hak ini disepakati

tersebut,

menjadi bagian dari hak asasi manusia.

terutama ‘hak atas lingkungan’ dalam

Sehingga kelompok korporasi dan elit

!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

yang diuntungkan dari eksploitasi alam

seperti

‘keadilan

Terdapat

bahasa-bahasa

keterkaitan

perlawanan

dimensi

ekonomi-politik.

59

Misalnya di Amerika Serikat pada era
1980an, terdapat gerakan akar rumput yang
menuntut keadilan lingkungan akibat dari
pembuangan bahan beracun berbahaya di dekat
kawasan pemukiman kulit hitam, lihat Andrew
Dobson,
Justice
and
the
Environment:
Conceptions of Environmental Sustainability and
Dimensions of Social Justice (Oxford University
Press, Oxford, 1998).
60
Hak penentuan nasib sendiri sering
digunakan oleh kelompok masyarakat adat yang
terancam kelangsungan hidupnya akibat intervensi
dari negara dan korporasi yang ingin menguasai
dan mengambil sumber daya alam yang ada
dikawasan adat mereka.

berkedok globalisasi ini melihat hak atas
lingkungan sebagai ancaman atau paling
tidak

menjadi

hambatan

dalam

mendorong agenda-agenda pengerukan
dan akumulasi modalnya.
Di

Indonesia,

perkembangan

perdebatan nampaknya telah mengarah
pada sebuah kesimpulan dengan lahirnya

!
!

Jurnal Advokasi Vol. 3(2): 120-130
...!

123

beberapa pengaturan terkait dalam sistem

kepentingan. Padahal yang sebenarnya

hukum Indonesia. Dalam UU No. 32

dibutuhkan rakyat saat ini tidak saja

Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

lingkungan yang baik dan sehat sesuai

Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pasal 65

standar

ayat (1) dengan tegas menyatakan bahwa

berdasarkan

“setiap orang berhak atas lingkungan baik

batas pencemaran dan lainnya, tetapi

dan sehat sebagai bagian dari hak asasi

lingkungan yang berkeadilan. Siapapun

manusia”.

akan

Sebelumnya,

UUD

1945

yang

sulit

ditetapkan

negara

hitung-hitungan

ambang

menyangkal

jika

sebuah

Amendemen Pasal 28H (1) memberikan

perumahan mewah lengkap dengan taman

jaminan bahwa “setiap orang berhak

indah sebagi ruang publik masuk dalam

hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat

kategori lingkungan baik dan sehat.

tinggal, dan mendapatkan lingkungan

Namun, kondisi lingkungan yang ‘baik

hidup yang baik dan sehat serta berhak

dan sehat’ di perumahan mewah tersebut

memperoleh

belum tentu mengandung makna keadilan

Artinya,

pelayanan

dan

karena

lagi

hanyalah sekelompok kecil elit yang

perdebatan mengenai hak atas lingkungan

mampu membeli unit rumah mewah di

tersebut sebagai hak asasi manusia.

sana. Sedangkan rakyat kecil yang tidak

Dengan

memiliki

pengakuan

dengan

kesehatan”.

pengaturan

tersebut

demikian

tidak

ada

negara

sebagai

yang

mampu

uang

tidak

menikmatinya

pernah

bisa

penanggung jawab hak asasi manusia

menikmatinya. Jadi hak atas lingkungan

tidak dapat lagi berdalih bahwa hak atas

seharusnya tidak dibatasi dengan standar

lingkungan

‘baik dan sehat’ semata.

semata-mata

sebagai

hak

moral dari rakyat.
Terlepas dari pengakuan negara di
atas, terdapat upaya reduksi terhadap hak
atas lingkungan. Hal ini dapat dilihat dari
kualifikasi dari ‘hak atas lingkungan ‘
(right to the environment) menjadi ‘hak
atas lingkungan yang baik dan sehat’
(right to good and healthy environment).
Standar lingkungan yang ‘baik dan sehat’
akan

menjadi

ruang

menetapkannya

sesuai

negara
kondisi

untuk
dan

b.

Komponen

Hak

Atas

Lingkungan
Sebenarnya hak atas lingkungan
hidup bukanlah hak yang berdiri sendiri
melainkan

terdapat

hak-hak

turunan

(derivatif) yang akan menentukan sejauh
mana kualitas hak atas lingkungan dapat
terpenuhi. Terdapat dua aspek yang
membentuk hak atas lingkungan, yakni
aspek prosedural dan aspek substantif.

!
!

...!

124

Aspek prosedural disini diartikan sebagai

menjadi dasar legitimasi dalam meminta

hak-hak derivatif dari hak atas lingkungan

informasi

yang bersifat prosedural atau menjadi

permasalahan lingkungan, rencana sebuah

elemen penunjang dalam mewujudkan

proyek atau bahkan dokumen analisis

pemenuhan hak atas lingkungan secara

dampak lingkungan yang sangat berguna

substansial. Hak-hak prosedural dari hak

dalam melakukan advokasi lingkungan.

atas

secara

Tanpa informasi, advokasi lingkungan

internasional oleh Aarhus Convention

hanya akan bergerak di ruang yang gelap

1998 dan telah diadopsi dalam peraturan

dan

perundangan tersendiri ataupun terkait

advokasi

dengan lingkungan hidup di Indonesia #(,

berhubungan dengan data-data dan kajian-

yakni hak atas informasi, hak untuk

kajian

berpartisipasi

pengambilan

terbentuknya Komisi Informasi, maka

keputusan dan hak untuk mendapatkan

kegagalan memperoleh informasi publik

akses keadilan.

terkait

lingkungan

ini

diatur

dalam

Hak atas informasi merupakan

yang

penuh

yang

bertanggung

dalam

tersebut.

Convention

sebuah

seringkali

ilmiah.

Paska

lingkungan

dapat

menjadi dasar untuk mengajukan sengketa

hak atas lingkungan. Hak atas informasi
Aarhus

dengan

padahal

bersifat

pengelolaan

informasi

2

asumsi

lingkungan

pilar pertama dari hak-hak prosedural dari

Pasal

berkaitan

terhadap

pemerintah

jawab

atas

yang

informasi

untuk

Pilar kedua hak prosedural dari

mendapatkan dan menyebarluaskan segala

hak atas lingkungan adalah hak untuk

bentuk informasi yang berkaitan dengan

berpartisipasi

permasalahan lingkungan. Di Indonesia,

keputusan. Dalam konteks penyusunan

UU

tentang

analisis mengenai dampak lingkungan

Keterbukaan Informasi Publik #) dapat

(amdal) hingga penentuan layak atau

!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

tidaknya

termasuk

No.

61

hak

14

setiap

Tahun

orang

2008

Misalnya Pasal 65 UU No. 32 Tahun
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup menyatakan bahwa “(2) setiap
orang berhak mendapatkan pendidikan lingkungan
hidup, akses informasi, akses partisipasi, dan akses
keadilan dalam memenuhi hak atas lingkungan
hidup yang baik dan sehat”.
62
Pasal 4 ayat (2) menyatakan bahwa
“setiap orang berhak: (a) melihat dan mengetahui
informasi publik; (b) menghadiri pertemuan publik
yang terbuka untuk umum untuk memperoleh
informasi publik; (c) mendapatkan salinan
informasi publik melalui permohonan sesuai

dalam

sebuah

lingkungan,

pengambilan

proyek

pengelolaan

pelibatan

masyarakat

merupakan salah satu persyaratannya. Hal
ini

bertumpu

pula

pada

“prinsip

pemberian informasi dan lengkap serta
diberitahukan

sebelum

kegiatan

!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
dengan Undang-Undang ini; dan/atau; (d)
menyebarluaskan informasi publik sesuai dengan
peraturan perundangan-undangan”

!
!

...!

125

merujuk

pada

dilaksanakan” (Pasal 26 ayat (2) UU No.

dimaksud

32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

prosedur beracara atau peradilan formal

Pengelolaan

Hidup/UU

tetapi juga diartikan sebagai forum-forum

PPLH). Masyarakat disini diartikan oleh

penyelesaian sengketa informal, misalnya

Pasal 26 ayat (2) UU PPLH meliputi “(a)

peradilan adat, hingga forum-forum yang

masyarakat yang terkena dampak; (b)

tersedia

pemerhati lingkungan hidup; dan/atau; (c)

internasional. #* Khusus mengenai forum-

yang terpengaruh atas segala bentuk

forum di tingkat internasional, terdapat

keputusan dalam proses amdal”. Hak

persyaratan

untuk berpartisipasi dalam pengambilan

nasional yang terlebih dahulu harus

keputusan ini juga harus diartikan sebagai

diambil

hak untuk menolak (right to say no) setiap

justice’ pada peradilan nasional sebelum

kegiatan usaha yang dapat menyebabkan

dibawa ke ranah internasional.

Lingkungan

tidak

di

atau

saja

tingkat

regional

‘exhaustion’

terdapatnya

dan

peradilan

‘denial

of

kerusakan lingkungan hidup sebagaimana

Sedangkan aspek substantif dari

tertuang dalam Pasal 26 ayat (4) UU

hak atas lingkungan mengacu pada jenis-

PPLH

jenis

dimana

masyarakat

dapat

hak

derivatif

yang

bersifat

mengajukan keberatan terhadap dokumen

substantif/materiil. Dalam hal ini adalah

amdal.

hak untuk hidup, hak untuk mendapatkan
Selanjutnya,

hak

standar hidup yang layak dan hak untuk

prosedural dari hak atas lingkungan

sehat, hak untuk mendapatkan keadilan

adalah hak untuk mendapatkan akses

intra dan anter generasi. Hak untuk

keadilan. Artinya, masyarakat yang hak

mendapatkan standar hidup yang layak

atas lingkungannya dirugikan oleh sebuah

sebagaimana tercantum dalam Pasal 11

kebijakan lingkungan atau kegiatan usaha

Konvenan Hak Ekonomi, Sosial dan

yang

lingkungan

Budaya yang berbunyi, “the right of

memiliki hak untuk menggunakan forum-

everyone to an adequate standard of

forum yang tersedia untuk meminta

living for himself and his family, including

pemulihan hak, cession (penghentian

adequate food, clothing and housing and

kegiatan

to the continuous improvement of living

berkaitan

atau

pilar

ketiga

dengan

perubahan

kebijakan)

dan/atau reparasi (reparation) yang dapat
berupa restitusi (restitution), kompensasi
(compensation)
(satisfaction).

dan
Istilah

akses

pemuasan
keadilan

!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
63
Mengenai pengertian ‘akses keadilan’
(access to justice) lihat F. Francioni, ‘The Rights
of Access to Justice under Customary International
Law’ in Francioni, (ed) Access to Justice as a
Human Rights (UOP, Oxford, 2007) 4.

!
!

...!

126

conditions.” Di sini, lingkungan yang baik

ketersediaan kekayaan bumi bagi generasi

dan sehat dianggap sebagai penunjang

mendatang. Hal ini yang biasa disebut

pemenuhan hak mendapatkan standar

dengan

hidup yang layak. Hak untuk sehat dalam

mensyaratkan terjadinya distribusi yang

realisisasinya tidak hanya berbentuk akses

adil atas kekayaan alam sehingga generasi

terdapat perawatan kesehatan tetapi juga

mendatang tidak mewarisi bumi yang

termasuk perlindungan dari kerusakan dan

rusak dan tidak layak untuk ditinggali.

pencemaran

lingkungan,

Aspek substantif yang berkaitan
dengan keadilan antar dan intra-generasi
merupakan corak khusus dari hak atas
lingkungan hidup. Keadilan intra-generasi
merupakan pendistribusian kekayaan alam
secara adil di antara generasi saat ini. Hal
ini merupakan antitesa dari fakta hari ini
bahwa masyarakat di negara maju yang
berjumlah kurang dari 20% dari total
penduduk dunia mengkonsumsi lebih dari
80% kekayaan alam yang dimiliki bumi,
80%

populasi

dunia

mengkonsumsi kurang dari 20% kekayaan
bumi. #" Ketimpangan inilah yang menjadi

mewujudkan
Selain

c.

Akses

Keadilan

Penegakan

dan makanan. #+

tantangan

antar-generasi

terpenting
keadilan

keadilan

dalam

rangka

intra-generasi.

distribusi

yang

seperti

kontaminasi radioaktif, pencemaran air

sedangkan

keadilan

yang adil

diantara penghuni bumi, generasi saat ini
juga memiliki kewajiban untuk menjamin

Hak

dalam
atas

Lingkungan
Meski

saat

ini

belum

begitu

banyak penegakan hak atas lingkungan
mengambil forum peradilan formal, hak
atas lingkungan lebih kerap menjadi alat
klaim bagi kelompok yang menjadi
korban perusakan lingkungan di ranah
advokasi non-litigasi (politik).

Secara

praktis terdapat beberapa strategi dan
taktik yang digunakan untuk mewujudkan
keadilan lingkungan, mencegah kerusakan
lingkungan ataupun merubah kebijakan
lingkungan, yang biasa disebut advokasi.
Berbagai alasan sering kali diungkapkan
mengapa terdapat
menunggukan

keengganan

strategi

litigasi

dalam
(lewat

peradilan formal) dalam menegakkan hak
atas lingkungan, salah satunya karena
kurangnya pemahaman aparat penegak
hukum tentang hukum lingkungan dan

!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

minimnya keberpihakan mereka terhadap

64

Linda Hajjar Leib, Human Rights and
the Environment: Philosophical, Theoretical and
Legal Perspectives (Martinus Nijhoff Publisher,
Leiden, 2011) 79.
65
Lihat Laporan UNDP 2004.

lingkungan hidup. Selain itu, mengkemas
scientific evidience (bukti ilmiah) menjadi

!
!

...!

127

legal evidence (bukti hukum) dalam

mendorong bersikap hati-hati (behaviour

kasus-kasus

modification) dan merubah sikap pelaku

pencemaran

misalnya

merupakan suatu hal yang kompleks.

pelanggaran.

Meski demikian, sejatinya dalam

Di Indonesia, beberapa peraturan

litigasi di ranah hukum lingkungan,

perundang-undangan terkait lingkungan

terdapat beberapa pilihan yang bisa

hidup yang memperbolehkan gugatan

digunakan antara lain: gugatan class

class action. Pertama adalah UU No. 32

action, legal standing dan citizen lawsuit.

Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Class action, dalam PERMA No. 1 Tahun

Pengelolaan

2002, diartikan sebagai “suatu prosedur

khususnya Pasal 91 yang menyatakan

pengajuan gugatan, dimana satu orang

bahwa “masyarakat berhak mengajukan

atau lebih yang mewakili kelompok

gugatan

mengajukan gugatan untuk dirinya sendiri

kepentingan sendiri dan/atau kepentingan

dan sekaligus mewakili sekelompok orang

masyarakat apabila mengalami kerugian

yang jumlahnya banyak, yang memiliki

akibat pencemaran dan/atau kerusakan

kesamaan fakta atau kesamaan dasar

lingkungan hidup”. Kedua adalah UU No.

hukum

41 Tahun 1999 tentang Kehutanan yang

antara

wakil

kelompok

dan

Lingkungan

perwakilan

Hidup

kelompok

untuk

anggotanya”. Adapun unsur-unsur dan

dalam

persyaratan gugatan class action adalah:

"masyarakat berhak mengajukan gugatan

(a) merupakan gugatan perdata; (b)

perwakilan

terdapat

melaporkan ke penegak hukum terhadap

wakil

kelompok

(class

Pasal

71

ke

ayat

1

pengadilan

berbunyi

dan

atau

representative); (c) anggota kelompok

kerusakan

(class member); (d) adanya kerugian

kehidupan masyarakat". Sedangkan tata

nyata

kesamaan

cara pengajuannya diatur dalam PERMA

peristiwa, fakta dan dasar hukum. Adapun

No. 1 Tahun 2002 tentang Acara Gugatan

manfaat dari menggunakan gugatan class

Perwakilan Kelompok yang garis besar

action antara lain: proses berperkara

terdiri dari ketentuan umum, tata cara dan

menjadi

persyaratan

gugatan

perwakilan

economy), mencegah pengulangan proses

kelompok,

pemberitahuan,

pernyataan

perkara dan mencegah putusan-putusan

keluar, putusan dan ketentuan umum.

yang

diderita;

sangat

(e)

ekonomis

(judicial

yang berbeda atau putusan yang tidak
konsisten,

salah

satu

bentuk

hutan

Pilihannya

yang

merugikan

selanjutnya

adalah

akses

gugatan yang menggunakan mekanisme

terhadap keadilan (access to justice),

legal standing. Definisi secara bebas dari

!
!

...!

128

legal standing adalah suatu tata cara

hidup yang perlu diperjuangkan karena

pengajuan gugatan secara perdata yang

posisi

dilakukan oleh satu atau lebih lembaga

ekosistem sangat penting. Lingkungan

swadaya masyarakat yang memenuhi

hidup tentu tidak dapat memperjuangkan

syarat atas suatu tindakan atau perbuatan

kepentingannya sendiri karena sifatnya

atau keputusan orang perorangan atau

yang in-animatif (tidak dapat berbicara)

lembaga atau pemerintah yang telah

sehingga

menimbulkan kerugian bagi masyarakat. ##

memperjuangkan.

Namun dalam praktek, istilah legal

mengajukan class action adalah orang

standing sering kali dicampurkan dengan

perorangan atau beberapa orang atau

istilah class action padahal keduanya

sekelompok

merupakan dua mekanisme yang berbeda

beberapa orang dalam

sama

perwakilan

banyak. Sedangkan pihak yang dapat

kelompok terdiri dari unsur wakil kelas

mengajukan legal standing hanyalah LSM

yang berjumlah satu orang atau lebih

/ kelompok organisasi yang memenuhi

(class representative) dan anggota kelas

syarat-syarat tertentu.

sekali.

Gugatan

lingkungan

hidup

perlu

sebagai

ada

pihak

yang

Pihak

yang

dapat

orang

yang

mewakili

jumlah

yang

yang pada umumnya berjumlah besar

Perbedaan lainnya adalah tuntutan

(class member). Baik wakil kelas maupun

ganti rugi dalam class action pada

anggota kelas pada

umumnya berupa uang, sedangkan dalam

merupakan

pihak

umumnya
korban

atau

yang

legal standing tidak dikenal tuntutan ganti
kerugian berupa uang. Ganti rugi dapat

mengalami kerugian nyata.
mekanisme

dimungkinkan sepanjang atau terbatas

legal standing, LSM yang merupakan

pada ongkos atau biaya yang telah

pihak penggugat bukanlah pihak yang

dikeluarkan

mengalami kerugian secara nyata. Namun

Dalam

karena

ditemukan definisi secara jelas dan rinci

Sedangkan

dalam

kepentingannya

dalam

oleh

hukum

organisasi
di

Indonesia

mengenai

mengajukan gugatannya. Misalkan dalam

Beberapa

perkara perlindungan lingkungan hidup,

memberikan istilah legal standing secara

LSM

mewakili

berbeda-beda. Legal standing dalam UU

lingkungan

PPLH diistilahkan sebagai hak gugat

sebagai

kepentingan

lingkungan

penggugat

perlindungan

!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
66

Emerson Yuntho, Class Action: Sebuah
Pengantar (Elsam, Jakarta, 2005) 9.

legal

tidak

ia

menyelamatkan

pengertian

tersebut.

standing.

perundang-undangan

organisasi lingkungan khususnya pada
Pasal 92 yang menyatakan bahwa “dalam

!
!

...!
rangka

pelaksanaan

tanggung

129

jawab

meliputi kepentingan bangsa dan negara,

perlindungan dan pengelolaan lingkungan

pelayanan umum dalam masyarakat luas,

hidup,

organisasi

berhak

mengajukan

lingkungan

hidup

rakyat banyak dan atau pembangunan di

gugatan

untuk

berbagai

bidang.

Penyelenggaraan

kepentingan pelestarian fungsi lingkungan

kepentingan umum merupakan tugas dari

hidup”. Namun, tidak semua organisasi

pemerintah,

atau LSM yang dapat mengajukan hak

citizen lawsuit pada umumnya ditujukan

gugatan legal standing. Untuk bidang

kepada pemerintah. Namun tidak menutup

lingkungan hidup menyebutkan bahwa

kemungkinan bahwa pelayanan umum

hanya organisasi lingkungan hidup yang

juga dilaksanakan oleh pihak swasta,

memenuhi beberapa persyaratan yang

sehingga dengan demikian gugatan ini

dapat

dapat diajukan pula kepada swasta yang

mengajukan

gugatan

Legal

sehingga

gugatan

secara

Standing, yaitu: (1) berbentuk badan

ikut

hukum atau yayasan; (2) dalam anggaran

umum tersebut. Biasanya yang dijadikan

dasar organisasi lingkungan hidup yang

dasar untuk melakukan gugatan adalah

bersangkutan menyebutkan dengan tegas

perbuatan melawan hukum.

menyelenggarakan

kepentingan

bahwa tujuan didirikannya organisasi
tersebut

adalah

untuk

pelestarian

I.

lingkungan hidup.
Yang

PENUTUP
Hak atas lingkungan hidup saat ini

terakhir

adalah

citizen

tidak

dapat

dipungkiri

lagi

adalah

lawsuit yang biasa dikenal dengan actio

merupakan bagian dari hak asasi manusia.

popularis dalam sistem hukum Eropa

Maka dengan demikian, negara wajib

Kontinental. Citizen lawsuit adalah suatu

untuk

gugatan yang dapat diajukan oleh setiap

memenuhi hak atas lingkungan hidup

orang terhadap suatu perbuatan melawan

rakyatnya. Dalam upaya ini, hak atas

hukum,

lingkungan hidup memiliki dua aspek,

dengan

kepentingan
peraturan
mengatur
Secara

mengatasnamakan

umum,

menghormati,

melindungi

dan

berdasarkan

yakni prosedural dan substansial. Aspek

perundang-undangan yang

prosedural termasuk di dalamnya adalah

adanya
umum

prosedur

definisi

tersebut.

‘kepentingan

akses

informasi,

berpartisipasi

dalam

akses

untuk

pengambilan

umum’ adalah kepentingan yang harus

keputusan dan yang tak kalah pentingnya

didahulukan dari kepentingan pribadi atau

adalah menyediakan akses keadilan bagi

individu atau kepentingan lainnya, yang

setiap orang atau kelompok masyarakat

!
!

...!

130

yang dirugikan haknya. Tidak hanya itu,

DAFTAR PUSTAKA

akses bagi kelompok pencinta lingkungan

Andrew Dobson, Justice and the
Environment: Conceptions of
Environmental Sustainability and
Dimensions of Social Justice
(Oxford University Press, Oxford,
1998).

untuk bertindak atas nama lingkungan
hidup

dalam

menjaga

kelestarian

fungsinya juga harus dijamin. Sedangkan
aspek substansial merupakan hak-hak
asasi manusia yang saling terkait dengan
hak atas lingkungan baik dalam hal
penghormatan,

perlindungan

dan

pemenuhannya.
Selanjutnya, pengakuan terhadap
hak atas lingkungan yang selama ini ada
merupakan bentuk kompromi dari aktor
negara

atas

dorongan

atas

keadilan

lingkungan. Hak atas lingkungan dalam
banyak instrumen hukum dan bahkan
dalam

konstitusi

direduksi

sekedar

menjadi ‘hak atas lingkungan yang baik
dan sehat’. Padahal jika mempertahankan
konsep aslinya secara terbuka, hak atas
lingkungan hidup dapat memasukkan
konsep keadilan lingkungan menjadi salah
satu elemen tambahannya. Tentu saja
masih banyak pihak yang takut dengan
ide-ide

keadilan

lingkungan

apalagi

mendapatkan legitimasi dalam hak atas
lingkungan hidup. Pihak-pihak ini tidak
lain adalah negara sendiri dan aktor nonnegara yang selama ini diuntungkan dari
praktek-praktek ketidakadilan lingkungan
dalam mengejar kepentingan ekonomi dan
politiknya.

Douglas Murray & Laura Raynolods,
‘Globalisation and Its Antinomies’
dalam Reynolds at all (eds), Fair
Trade:
The
Challenges
of
Transforming
Globalisation
(Routledge, London, 2007).
Emerson Yuntho, Class Action: Sebuah
Pengantar (Elsam, Jakarta, 2005).
F. Francioni, ‘The Rights of Access to
Justice
under
Customary
International Law’ in Francioni,
(ed) Access to Justice as a Human
Rights (UOP, Oxford, 2007).
Linda Hajjar Leib, Human Rights and the
Environment:
Philosophical,
Theoretical
and
Legal
Perspectives (Martinus Nijhoff
Publisher, Leiden, 2011).
Ridha

Saleh, Hak atas Lingkungan
Sebagai Hak Asasi Manusia
(Walhi, Jakarta, 2004).