Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual. Se

1. Ahmad Yusuf (02)

2. Eka M. Muqorrobien (11)

3. Indra Ahmad Wijaya (20)

4. Zain Farosdaq (29)

BAB I PENDAHULUAN

Dalam ilmu akuntansi dikenal dua basis pencatatan keuangan yang dapat diterapkan pada sektor pemerintahan, yaitu basis kas dan basis akrual. Basis kas mengakui transaksi pada saat kas diterima atau dibayar, sedangkan basis akrual mengakui transaksi pada saat terjadi. Laporan keuangan dalam basis akrual terdiri dari aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan dan belanja. Perbedaan dari penerapan kedua basis ini dapat dilihat dari laporan keuangan yang dihasilkan. Basis kas menghasilkan laporan arus kas yang memberikan informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran kas. Sedangkan basis akrual akan menghasilkan laporan realisasi anggaran dan Neraca.

Pada awalnya, berbagai negara menerapkan basis kas untuk pancatatan dan penganggaran suatu negara. Penggunaan basis kas dianggap lebih mudah diterapkan dalam pemerintahan karena fokus pada kas yang masuk dan keluar. Akan tetapi, pada awal tahun 1990 pemerintah Selandia Baru menggunakan akuntansi basis kas untuk melakukan pencatatan keuangan negara. Beberapa tahun kemudian, terjadi perubahan besar terhadap pencatatan keuangan negara. Negara-negara anggota Organization for Economic Cooperation and Developtment (OECD) beralih mengunakan akuntansi basis akrual untuk pencatatan keuangan negara.

Penerapan akuntansi berbasis akrual biasanya dikaitkan dengan penerapan New Public Management (NPM). NPM menuntut pengelolaan keuangan negara yang lebih transparan, akuntabel dan dapat mengungkapkan informasi-informasi yang relevan sehingga

keputusan dan mempertanggungjawabkan amanat rakyat. Akuntansi basis akrual diyakini dapat memberikan pengukuran yang lebih baik, pengakuan yang tepat waktu dan pengungkapan kewajiban di masa mendatang. Informasi keuangan yang dihasil kan dari basis akrual dapat menyajikan informasi mengenai efisiensi dan efektivitas organisasi dan mengurangi kesempatan atas kecurangan dalam kaitannya dengan pengukuran kinerja. Akuntansi berbasis akrual akan mendukung terwujudny transparansi dan akuntabilitas sektor publik. Manfaat sistem berbasis akrual antara lain (Van Der Hoek, 2005 dalam Irvan 2012):

1. Mendukung Manajemen Kinerja;

2. Menfasilitasi Manajemen keuangan yang lebih baik;

3. Memperbaiki pengertian akan biaya program;

4. Memperluas dan meningkatkan informasi alokasi sumber daya;

5. Meningkatkan pelaporan keuangan;

6. Memfasilitasi dan meningkatkan manajemen aset (termasuk kas). Implementasi sistem akuntansi berbasis akrual pada sektor publik tidaklah

mudah karena terdapat perbedaan karakteristik antara sektor publik dengan sektor swasta. Sektor publik beroperasi dengan memberikan layanan kepada masyarakat tanpa bertujuan untuk mendapatkan keuntungan, namun pada sektor swasta tujuan utamanya adalah keuntungan yang sebesar-besarnya untuk menjaga kelangsungan mudah karena terdapat perbedaan karakteristik antara sektor publik dengan sektor swasta. Sektor publik beroperasi dengan memberikan layanan kepada masyarakat tanpa bertujuan untuk mendapatkan keuntungan, namun pada sektor swasta tujuan utamanya adalah keuntungan yang sebesar-besarnya untuk menjaga kelangsungan

Penerapan sistem akuntansi berbasis akrual dalam pemerintahan harus dilakukan secara bertahap, berkesinambungan dan terpadu. Hasil yang dari penerapan sistem ini tidak dapat dilihat dalam waktu yang singkat. Keberhasilan penerapan sistem akuntansi berbasis kas pada sektor publik dipengaruhi oleh peran satuan kerja dan pengaruh lain pada satuan kerja tersebut seperti kualitas sumber daya manusia, tingkat pendidikan dan pelatihan yang diberikan, latar belakang pimpinan, kepemimpinan, dan komitmen dari seluruh entitas pemerintah. Selain itu kualitas teknologi informasi, tenaga ahli konsultan, dan pengalaman satuan kerja dalam basis akrual akan menentukan keberhasilan penerapan sistem ini.

BAB II PEMBAHASAN

A. PENERAPAN AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL PADA BEBERAPA NEGARA

1. SELANDIA BARU Latar belakang penerapan akuntansi berbasis akrual

Selandia Baru merupakan negara di barat daya Samudera Pasifik yang termasuk dalam wilayah Persemakmuran Britania ( Commonwealth Realm ) dan menganut pemerintahan demokrasi parlementer. Masyarakat Selandia Baru hidup dalam standar kehidupan yang tinggi pada era 1950-an. Pada era 1970-an, Selandia Baru mengalami keterpurukan ekonomi yang diperparah dengan terjadinya krisis minyak dan masuknya Britania Raya ke dalam Komunitas Ekonomi Eropa. Kemunduran ekonomi tersebut menjadi titik balik Selandia Baru untuk mengubah manajemen pemerintahannya. Pada tahun 1980-an terjadi perubahan besar terhadap sistem perokonomian Selandia Baru yang dahulu menganut ekonomi proteksionistis menjadi ekonomi perdagangan bebas yang liberal.

Kemunduran ekonomi Selandia Baru pada era 1970-an memaksa pemerintan untuk mereformasi sistem pemerintahan termasuk sistem akuntansi pemerintahannya. Pemerintah Selandia Baru mengubah pengelolaan keuangannya dengan menggunakan pengukuran kinerja yang lebih sesuai dan spesifik, penentuan kembali tujuan penggunaan sistem akuntansi, penerapan sistem akuntansi berbasis akrual penuh, dan perubahan dalam penyajian laporan keuangan.

Sebelum penggunaan sistem akuntansi berbasis akrual, manajemen keuangan pemerintah Selandia Baru didominasi oleh kontrol input yang terdesentralisasi. SIstem lama ini mengatur masalah perbendaharaan dan pelayanan publik yang kaku dan mendetil. Selain itu, pengadaan barang dan jasa diharuskan menggunakan suplier tertentu. Pencairan dana untuk mendanani kegiatan lembaga/ departemen dilakukan dengan mengajukan voucher ke Departemen Perbendaharaan, kemudian Kantor Perbendaharaan mengorganisasikan pembayaran dan melaporkan transaksi tersebut pada laporan keuangan.

Pengelolaan keuangan negara yang lama lebih fokus pada batasan alokasi anggaran. Alokasi anggaran mengunci informasi mengenai penerimaan anggaran, aktifitas pemerintah, dan jenis pengeluaran. Pengaturan tersebut dianggap kaku dan membuat pengambil keputusan seperti pegawai, pejabat, atau menteri tidak mempunyai fleksibilitas dalam mengambil kebijakan.

Keadaan tersebut melatarbelakangi pemerintah Selandia Baru untuk mengembangkan sistem tata kelola keuangan negara yang terintegrasi dan komprehensif, yaitu:

1. menerjemahkan strategi pemerintah ke dalam keputusan dan tindakan;

2. menginformasikan pengambilan keputusan oleh pemerintah;

3. mendorong sektor pemerintah untuk responsif dan efisien; dan

4. secara konstan melaksanakan (reformasi).

Tahapan dalam implementasi

Kesuksesan Selandia Baru dalam menerapkan sistem akuntansi berbasis akrual dapal pengelolaan keuangan negara dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut:

1. Dukungan Perubahan Keberhasilan penerapan sistem akuntansi baru dalam pemerintahan dapat terwujud karena adanya dukungan dan komitmen bersama antara pemimpin dalam sektor publik baik dalam parlemen maupun para eksekutif. Komitmen bersama ini melahirkan undang-undang keuangan publik baru pada tahun 1989. Selandia Baru menggunakan penganggaran berbasis output dan mensyaratkan semua poenganggaran dan pelaporan keuangan publik menggunakan metode akrual. Pengaturan dalam undang-undang ini dapat diibaratkan sebagai berikut, pemerintah dan lembaga-lembaga negara sebagai produsen barang (output) yang kemudian parlemen memutuskan untuk melakukan pengadaan.

2. Manajemen Risiko Transisi dari sistem lama ke sistem baru pasti mempunyai potensi munculnya risiko-risiko yang dapat berdampak besar ataupun kecil dalam proses peralihan. Pemerintah Selandia Baru sadar bahwa pengelolaan risiko yang baik dalam masa transisi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu perubahan. Pemerintah Selandia Baru melakukan komunikasi secara intensif dengan departemen/lembaga sehingga tiap elemen pemerintah paham mengenai apa yang sedang dilakukan dan mengerti kunci-kunci dasar dalam reformasi. Dibentuk fungsi Financial Management Assurance di dalam perbendaharaan sebagai auditor internal dan pelayan konsultasi kepada departemen selama masa transisi. Selain itu, pemerintah membuat aturan-aturan baru sebagai aturan pelaksanaan yang menggantikan aturan lama.

3. Penerapan di Departemen Setiap departemen membuat persetujuan untuk berpindah ke sistem yang baru. Perpindahan ke sistem baru dilakukan secara serentak antara penganggaran akrual, proses apropriasi, dan proses pelaporan. Perubahan tersebut mencakup:

a. spesifikasi oleh setiap departemen/lembaga (konsultasi dengan treasury ) ataskelas-kelas output secara luas, yang akan menjadi basis untuk apropriasi berbasis akrual;

b. setiap departemen/ lembaga mengembangkan sistem akuntansi berbasis akrual yang dapat menyediakan pelaporan bulanan kepada menteri dan treasury dan laporan tahunan kepada parlemen (dan publik). Laporan bulanan meliputi satu set laporan keuangan dan juga laporan mengenai realisasi belanja terhadap apropriasi (anggaran).

c. pengembangan sistem alokasi biaya ( cost ) sehingga memungkin alokasi seluruh biaya input departemental ke output. Alokasi biaya termasuk biaya overhead , penyusutan dan biaya modal.

d. pengembangan sistem manajemen kas, termasuk pembukaan rekening bank departemental; dan

e. kepala eksekutif departemental bertanggung jawab secara penuh atas manajemen keuangannya masing-masing, mencakup integritas dari informasi yang mereka berikan kepada menteri dan trea sury .

Departeman diberikan waktu selama dua tahun untuk mengembangkan sistem akuntansi berbasis akrualnya. Dalam kenyataannya, sebagian besar departemen telah menyelesaikan pengembangan sistem akuntansinya dalam waktu satu tahun, dan dalam waktu delapan belas, semua departemen telah siap dengan sistem akuntansinya. Departemen Trea sury memainkan peranan kunci selama proses perubahan berlangsung di departemen-departemen, antara lain:

a. mengkomunikasikan aktivitas-aktivitas sebelumnya;

b. melakukan pengendalian mutu melalui spesifikasi kelas-kelas output;

c. penetapan sistem manajemen kas pusat dan menetapkan kontrak untuk pelayanan bank pemerintah;

d. pengembangan satu set parameter kebijakan akuntansi, menyesuaikan dengan konstrain-konstrain kebijakan akuntansi departemental (tugas ini disederhanakan dengan penggunaan GAAP yang memberikan rerangka untuk pengembangan parameter kebijakan akuntansi spesifik);

e. memberikan persetujuan kepada departemen yang siap untuk berpindah ke sistem baru (keyakinan/ assurance diberikan oleh Financial Management Assurance ).(Mulyana, Tanpa Tahun)

4. Standard Akuntansi Pemerintahan Pembuatan standard akuntansi pemerintah yang bertujuan sebagai pedoman penyusunan laporan keuangan yang berlandaskan pada prinsip-prinsip akuntansi yang berterima umum. Pedoman ini memberikan pedoman bagi departemen dan pemerintah dalam menerapkan sistem akuntansinya. Selain itu, dukungan dari sumber daya manusia yang terlatih, perangkat lunak, dan inftastruktur teknologi informasi juga disediakan pemerintah. Dukungan dari The New Zealand Society of Accountants juga berperan dalam mendukung reformasi dan membantu dalam pengorganisasian konvensi-konvensi dan pelatihan-pelatihan.

5. Penyediaan Sistem Akuntansi Pemerintah Selandia Bari bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan akuntansai dalam menyediakan perangkat lunak untuk mendukung sistem informasi dan manajemen keuangan. Penggunaan sistem akuntansi berbasis akrual memberikan keuntungan untuk mengintegrasikan aktivitas-aktivitas akuntansi dan transaksi seperti pemesanan pembelian, penggajian, aset tetap, kreditor, dan debitor dalam satu sistem sehingga mengurangi proses ganda dan mempermudah rekonsiliasi.

Lingkungan yang mendukung dan menghambat implementasi

Selandia Baru merupakan negara yang pertama kali menerapkan sistem akuntansi berbasis akrual. Saat ini Selandia Baru merupakan salah satu negara yang sukses menerapkan sistem akuntansi berbasis akrual. Penggunaan sistem ini mempercepat Selandia Baru dalam mengembangkan manajemen sektor publik dengan cepat dan inovatif. Dalam Public Finance Act 1989 dapat dilihat bahwa Selandia Baru mereformasi seluruh bagian pemerintahan baik dari sistem yang digunakan, sumber daya manusia, hingga budaya dan nilai-nilai organisasi yang dianut di setiap lembaga negara.

Faktor-faktor yang berpengaruh dalam mendukung reformasi yang dijalankan di Selandia Baru antara lain:

1. Key people , adalah orang-orang yang berperan penting dalam proses reformasi keuangan yang dilakukan. Orang-orang tersebut terdiri dari politisi di dewan, bendahara negara di kementerian ( treasury ), dan pejabat penyusun laporan keuangan ( financial management support service ).

2. Axial principles , mencakup pemikiran konseptual dan penerapan ide-ide dan pengetahuan teoritis ke dalam prinsip yang disepakati dan digunakan dalam praktik. Komitmen dalam menjalankan panduan yang telah disepakati membuat proses yang dijalankan menjadi lebih komprehensif dibandingkan di negara-negara lainnya. Komitmen tersebut berupa peniadaan intervensi politis selama adopsi sistem akuntansi akrual dilakukan serta pemberian insentif yang tepat dan sesuai bagi pelaksana keuangan negara untuk memacu kinerja dan tercapainya efektifitas di sektor publik.

3. Communicating ideas , merupakan penggunaan beragam sarana dalam penyampaian ide, informasi, dan rencana agar memperoleh timbal balik yang positif dari semua pelaksana keuangan negara selama proses reformasi keuangan dilakukan. Interaksi yang terjadi selama prosesnya juga semakin meluas tidak hanya melibatkan orang-orang dalam suatu atau antar organisasi pemerintah, tetapi juga telah melibatkan orang-orang di tataran international level (seperti OECD, IMF, dan Bank Dunia), national level (seperti antar kementerian dan antar partai di parlemen), community level (seperti organisasi formal dan informal di masyarakat), organizational/ institutional level (seperti lembaga pengawas keuangan negara dan organisasi akuntan), dan sub-organizational/ sub-institutional level (seperti antar unit-unit kerja di berbagai lembaga negara).

4. Contextual determinants , adalah kondisi atau peristiwa yang relevan dan berpengaruh dalam proses reformasi yang dilakukan di Selandia Baru. Peristiwa-peristiwa tersebut antara lain:

a. Krisis ekonomi di periode 1970an.

b. Pemilihan umum 1984 yang mengangkat David Lange sebagai Perdana Menteri dengan membawa gagasan ekonomi baru di tengah krisis keuangan yang menerpa Selandia Baru.

c. Political will para politisi yang mendukung reformasi yang dilakukan.

d. Sistem politik di Selandia Baru yang dijalankan dengan sistem satu kamar ( one legislative chamber ) sehingga segala rencana yang disusun pemerintah dan dimasukkan ke dewan untuk disetujui tidak memerlukan waktu yang relatif lama, sehingga sering diartikan bahwa proses yang dijalankan antara legislatif dan pemerintah essentially non-negotiable .

5. Ethos , merepresentasikan ide dimana orang-orang dari organisasi-organisasi yang berbeda saling bekerja sama dengan sikap terbuka untuk melakukan reformasi dalam pemerintahan. Hubungan kerja sama yang terjadi seperti antara perdana menteri David Lange dan para bendahara negara di kementerian dan lembaga negara lainnya. Hubungan tersebut menimbulkan simpati dari para pegawai pemerintah dimana mereka merasa dilibatkan dan memiliki peran dalam reformasi yang sedang dijalankan. Hal ini berbanding terbalik dengan yang terjadi di periode-periode sebelumnya sehingga disebut sebagai bureaucratic revolution .

6. Knowledge , mencakup theoritical knowledge, experiential knowledge, dan precedents .

a. Theoritical knowledge , merupakan filosofi managerial dan pemahaman ekonomi yang diperoleh dari beragam literatur. Sebagai contoh, pemerintah membuat keseimbangan antarakebijakan ekonomi makro dan mikro yang berasal dari beragam literatur sebagai asal muasal reformasi sistem dan manajemen yang dilakukan.

b. Experiential knowledge , mengacu kepada pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh dari beberapa orang. Sebagai contoh, pemahaman mengenai masalah yang dihadapi oleh para pegawai pemerintah dan tata kelola yang dijalankan diperoleh melalui akumulasi pengalaman dari lembaga-lembaga pemerintah dari beberapa periode yang lalu.

c. Precedents , merepresentasikan waktu dan kebergunaan di masa lalu. Contohnya adalah penerapan akuntansi akrual bukan pertama kalinya diterapkan di Selandia Baru di periode 1980an tersebut. Hal tersebut pernah dipakai dalam penyusunan neraca keuangan pemerintah di tahun 1922-1940. Penelusuran lalu dilakukan dan ditemukan bahwa masalah yang terjadi dalam pelaporan keuangan saat itu adalah akuntansi berbasis kas yang digunakan tidak dapat merefleksikan keuntungan atau kerugian dari suatu aktivitas yang dilakukan, dan terdapatkeragaman praktik akuntansi di berbagai organisasi pemerintah saat itu.

7. Innovation , merupakan ukuran terhadap metode atau pendekatan baru yang digunakan. Dalam konteks Selandia Baru, tekanan yang diperoleh pemerintah akibat krisis keuangan di tahun 1970an mengharuskan adanya inovasi yang belum pernah dilakukan guna mengatasi krisis tersebut dalam waktu singkat, dan berhasil dilakukan dalam kepemimpinan perdana menteri David Lange.

8. Information , diperoleh dari data hasil penelitian dan pengalaman yang relevan. Contohnya adalah dalam laporan keuangan yang baru dengan menggunakan basis akrual menyediakan gambaran yang lebih komprehensif mengenai pengelolaan sumber daya oleh pemerintah, yang berujung pada akuntabilitas dan transparansi, serta terfasilitasinya penilaian kinerja pemerintah secara keseluruhan.

9. Concequences , merupakan respon yang diterima akibat perubahan tata kelola sektor publik yang diperoleh melalui akumulasi pengetahuan dan pengalaman serta keinginan untuk menyediakan informasi yang lebih baik dalam pengambilan keputusan pemerintah. Konsekuensi yang diterima pemerintah Selandia Baru adalah akuntansi berbasis akrual yang dijalankan pemerintah secara penuh, serta dengan dukungan dari berbagai faktor di atas, telah berhasil meningkatkan kinerja pemerintah. (Ghulam, Tanpa Tahun).

Permasalahan yang dihadapi dalam implementasi dan penyelesaiannya

Masalah yang muncul dalam implementasi sistem akuntansi berbasis akrual terkait dengan penilaian aset, kriteria pengakuan pajak, dan pengakuan bantuan dan subsidi. Masalah penilaian aset muncul karena tidak tersedianya informasi harga perolehan secara historis dari penggunaan metode kas. Pemecahan masalah ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan net current value . Apabila pendekatan ini Masalah yang muncul dalam implementasi sistem akuntansi berbasis akrual terkait dengan penilaian aset, kriteria pengakuan pajak, dan pengakuan bantuan dan subsidi. Masalah penilaian aset muncul karena tidak tersedianya informasi harga perolehan secara historis dari penggunaan metode kas. Pemecahan masalah ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan net current value . Apabila pendekatan ini

Kriteria pengakuan pendapatan pajak memerlukan kajian yang lebih dalam. Secara umum, kewajiban pajak dapat diakui ketika muncul kewajiban dari Wajib Pajak seperti dikeluarkannya surat ketetapan atau pengkonsumsian barang kena pajak. Kesulitan dalam pelaksanaan pengakuan ini disebabkan karena tidak ada/sulitnya mendapatkan informasi yang andal dan relevan sehingga pengakuan pendapatan pajak tidak tepat waktu. Oleh karena itu, terutama untuk masalah pajak dalam jangka panjang, kadang-kadang diperlukan kompromi atas waktu pengakuan di kemudian hari ketika informasi andal telah tersedia.

Pendekatan yang diambil untuk memecahkan masalah pengakuan beban bantuan dan subsidi adalah apabila pembayaran bantuan dan subsidi itu masih bersifat discretionary sampai pembayaran dilakukan, maka beban akan diakui ketika pembayaran dilakukan. Pilihan lain yang dapat dilakukan adalah mengakui beban ketika kriteria tertentu telah dipenuhi dan pemberitahuan telah disampaikan kepada pemerintah.

2. AUSTRALIA Latar Belakang Penerapan Akuntansi berbasis Akrual

Tren penerapan basis akrual untuk akuntansi (pelaporan keuangan) dan penganggaran berkembang diawali oleh negara-negara anggota OECD, salah satunya adalah Australia. Banyak hal yang melatarbelakangi perkembangan penerapan basis akrual ini. Penggunaan basis akrual yang sedang menjadi tren di negara-negara OECD dan negara-negara berkembang tidak terlepas dari manfaat yang diperoleh negara yang menerapkannya.

Negara-negara OECD, termasuk Australia tentunya, menilai bahwa penggunaan basis akrual akan dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas informasi laporan keuangan yang kemudian berguna dalam pengambilan keputusan dan akuntabilitas publik. Dengan semakin berkualitas informasi yang didapat, maka pemerintah akan dapat mengambil keputusan yang efisien dan efektif dalam pengelolaan keuangan negara.

Australia sudah sejak belasan tahun lalu menerapkan basis akuntansi akrual di negaranya.

departemen/lembaga diimplementasikan sejak tahun 1995. Laporan konsolidasian akrual diterapkan sejak tahun 1997, dan penganggaran akrual dilaksanakan sejak tahun 2000.

Pengaruh Inggris terlihat pada struktur akuntansi Australia. Australia merupakan negara persemakmuran dan tumbuh sebagai hasil dari migrasi warga inggris pada tahun 1800-an. Oleh karena itu, praktik akuntansi Australia lebih fokus pada informasi yang diperlukan oleh investor dibandingkan dengan keperluan pajak negara tersebut.

Pada tahun 1991, The Australian Securities & Invesment Commission dibentuk untuk membantu peraturan dan menyelenggarakan hukum perusahaan untuk melindungi konsumen, investor dan kreditor. Standar akuntansi dibuat oleh Australian Accounting Standards Board (AASB). Aslinya, ASSB bekerja sama dengan Public Sector Accounting Standards Board untuk membuat standar Australia. Urgent Issues Group (UIG) didirikan pada tahun 1994 untuk membantu menunjuk isu mendesak Pada tahun 1991, The Australian Securities & Invesment Commission dibentuk untuk membantu peraturan dan menyelenggarakan hukum perusahaan untuk melindungi konsumen, investor dan kreditor. Standar akuntansi dibuat oleh Australian Accounting Standards Board (AASB). Aslinya, ASSB bekerja sama dengan Public Sector Accounting Standards Board untuk membuat standar Australia. Urgent Issues Group (UIG) didirikan pada tahun 1994 untuk membantu menunjuk isu mendesak

Pada tahun 1999, pengaturan standar Australia mereorganisasi ulang melalui The Corporate La w Economic Reform Progra m Act . Reorganisasi ini membuat Financial Reporting Council (FRC) mengatur tindakan AASB. FRC dapat memberikan AASB pengarahan tapi tidak akan bisa mempengaruhi isi dari standar akuntansi. AASB sekarang mempunyai tanggung jawab untuk membuat standar baik sektor publik maupun sektor pribadi dan bebas untuk mencari tim dan staf. Di samping itu, UIG terus memberikan panduan mengenai isu akuntansi yang mendesak. Australia mengadopsi IFRS pada tahun 2005.

Seperti halnya dengan Selandia Baru, adopsi akuntansi akrual di Australia untuk sektor publik terjadi selama periode reformasi ekonomi. Meskipun pertumbuhan ekonomi Australia lebih konsisten dari Selandia Baru, tekanan muncul pada awal 1990-an untuk meningkatkan efisiensi pemerintah dan meningkatkan kinerja. Reformasi komprehensif pada akhirnya dilakukan dengan cara melaksanakan dua inisiatif yaitu Financial Management Improvement Program dan Program Management and Budgeting.

Tahapan dalam Implementasi

a. Periode sebelum 1989 Sebelum tahun 1989, Australia menggunakan basis kas untuk pelaporan akuntansi sektor pemerintah. Hal-hal yang terjadi masa ini seperti :

 Buku besar kas yang tersentralisasi  Agency mencatat transaksi penerimaan dan pembayaran dalam buku besar

pusat  Department of Finance and Deregulation Australia menyiapkan Laporan

Penerimaan dan Pembayaran (Anggaran versus Realisasi) oleh Agency untuk setiap item apropriasi. Laporan ini diaudit penuh.

 Agency tidak disyaratkan untuk menghasilkan laporan keuangan berbasis kas sendiri sampai 1989-1990. Laporan kas telah dimasukkan dalam laporan tahunan agency dan telah diaudit.

b. Periode tahun 1989 s.d. 1992 Dalam periode ini, pemerintah Australia mulai menerapkan akuntansi modifikasi kas. Hal-hal yang terjadi masa ini seperti:

 Setiap agency disyaratkan untuk mempersiapkan satu set laporan keuangan basis modifikasi kas untuk pertama kalinya

 Sebagai bagian dari laporan keuangan tahunan masing-masing agency , Pernyataan informasi tambahan keuangan meliputi debitur, kreditur, aktiva tetap dan kewajiban tertentu diperlukan

 Tidak semua aset dan kewajiban, seperti long service leave, annual leave dan dana pensiun, diminta untuk diungkapkan.

 Dampak transaksi atau peristiwa non tunai terus diabaikan, termasuk penyusutan.

c. Periode tahun 1992 s.d. 1994 Periode ini adalah periode dimana pemerintah melakukan transisi menuju akuntansi akrual penuh. Hal-hal yang terjadi pada periode ini yaitu:

 Tahun 1992, Menteri Keuangan mengumumkan tiap departemen untuk melaporkan dengan basis akuntansi akrual penuh pada tahun yang berakhir

pada 30 Juni 1995.  Tahun 1993, Menteri Keuangan mengeluarkan pedoman baru untuk laporan

berbasis akrual, yang diterapkan secara progresif mulai 1993. Tiga laporan keuangan yang dipersyaratkan adalah :

1) Laporan Penerimaan dan Pembayaran (Kas)

2) Laporan Aset dan Kewajiban Tertentu (Akrual)

3) Laporan Apropriasi (Diterima dan Digunakan)  Permasalahan yang diidentifikasi dalam menyiapkan laporan keuangan

berbasis akrual adalah :

1) Aset terdaftar tidak lengkap dan tidak up-to-date

2) Menetapkan penilaian untuk aset

3) Memperoleh informasi akrual dari sistem IT keuangan berbasis kas

4) Staff tidak familiar dengan persyaratan laporan keuangan, dan

5) Kekurangan dalam akuntansi/ sistem IT manajemen keuangan.

d. Periode tahun 1995 dan setelahnya Proses memindahkan agency Pemerintah Australia dari akuntansi kas ke akuntansi akrual berlangsung stabil dan terukur. Implementasi akuntansi akrual penuh ditetapkan untuk tahun berakhir 30 Juni 1995. Sebuah program pilot terhadap sepuluh agency menyiapkan laporan berbasis akrual untuk tahun 1992 hingga 1993. Sepuluh agency berikutnya pindah ke format akrual untuk 1993-1994, dan sisanya melaporkan untuk pertama kalinya di 1994 dan 1995. Laporan Akrual Penuh Agency dimasukkan dalam laporan tahunan mereka dan diaudit. Tahun 1995 Laporan Akrual Konsolidasi Percobaan dibuat oleh Department of Finance and Deregulation (DOFAD). Tahun 1996 dan 1997, Laporan Akrual Konsolidasi dipublikasikan dan diaudit.

DOFAD menetapkan kerangka kebijakan dan kerangka waktu, tetapi agency memutuskan tentang bagaimana menerapkan pelaporan akrual dalam kerangka kerja itu, termasuk :

 Bagan Akun  Pengenalan sistem akrual  Pelatihan  Identifikasi aset dan kewajiban  Strategi manajemen risiko  Penilaian kebutuhan informasi keuangan / keterampilan.

DOFAD mensyaratkan agency untuk menggunakan akuntansi akrual penuh untuk laporan tahun 1995. Dalam penerapan akuntansi akrual tersebut, agency dibantu dengan peraturan-peraturan sebagai berikut:

 Australian Accounting Standard (AAS) 29 " Financial Reporting by Government Department s".  Guidelines for Accrual Based Statements yang dikeluarkan oleh DOFAD pada tahun 1993.

A Guide to the Use of Accrual Accounting and Reporting by agencies dikeluarkan oleh Department of Finance pada 1994 yang mencangkup: konsep A Guide to the Use of Accrual Accounting and Reporting by agencies dikeluarkan oleh Department of Finance pada 1994 yang mencangkup: konsep

Lingkungan yang Mendukung Implementasi

Lingkungan yang mendukung penerapan akuntansi akrual di Australia, diantaranya:

1. Sumber Daya Manuasia yang kompeten. Australia memiliki SDM yang mempunyai kapasitas dan kapabilitas yang memadai dalam mengawal transisi menuju sistem akuntansi pemerintah berbasis akrual. Dalam hal-hal tertentu para pegawai pemerintah ini bekerja sama dengan dengan pihak swasta dalam hal ini konsultan ( Ernst and Young serta Coopers and Lybrant ).

2. Komitmen eksekutif pemerintah. Sebagaimana diketahui bahwa perubahan menuju basis akrual ini merupakan bagian dari reformasi ekonomi dan pemerintahan yang dilaksanakan oleh Australia. Konflik yang terjadi antar para politikus terkait dengan hal ini juga minimum, karena partai politik di australia di dominasi oleh dua partai besar yaitu Australian Labor Party (ALP) dan Coalition (Federal Party).

3. Jumlah instansi pemerintah yang tidak terlalu banyak. Berdasarkan data yang diperoleh dari australia.gov.au jumlah departemen di Australia sebanyak 18 Departemen dan memiliki Agency sebanyak 203 Agencies . Sedangkan untuk accounting entities yang ada di Consolidated Financial Statement commonwealth of Australia adalah sebagai berikut: • General Government Sector

: 182 Entities

• Public Non-Financial Corporations

: 17 Entities

• Public Financial Corporations

: 18 Entities Total : 217 Entities

a. General government sector (GGS): menyediakan pelayanan publik yang utamanya: non-market in nature dan untuk konsumsi kolektif masyarakat umum

transfer/redistribusi pendapatan. Pelayanan-pelayanan ini sebagian besar didanai dari pajak. GGS ini terdiri dari semua unit pemerintah: Commonwealth Government, state and territory

atau

menyangkut menyangkut

b. Public non-financial corporations sector: Fungsi utamanya untuk menyediakan barang dan jasa yang utamanya: bersifat komersial, non-regulatory, dan non-financial in nature. Sektor-sektor ini didanai utamanya dari penjualan barang dan jasa ke konsumen. Contohnya: Australian Postal Corporation, Airservice Australia.

c. Public financial corporations sector: mempunyai beberapa karakteristik utama dalam melakukan kegiatannya, yaitu:

 Melaksanakan fungsi bank central;  Menerima permintaan time or saving deposits; or  Mempunyai otoritas untuk memperoleh financial asset atau liability di

pasar atas nama mereka sendiri. Contohnya: Reserve Bank of Australia, Medibank Private Limited, Export Finance and Insurance Corporations.

Setiap Universitas Publik di Australia didirikan berdasarkan peraturan/legislasi yang memberikan kapasitas untuk memiliki Asset, menimbulkan Liabilitas, dan bergerak di kegiatan ekonomis sendiri. Oelh karena itu Universitas mempunyai kualifikasi sebagai Institutional Unit yang terpisah. Meskipun universitas-universitas ini didanai dari pajak, tapi mereka mempunyai tingkat independensi yang tinggi dalam kapasitas memperoleh revenue dan mempunyai otoriotas untuk menentukan bagaimana pendapatan tersebut digunakan.

Permasalahan yang Dihadapi dalam Implementasi

Diperlukan waktu yang cukup lama untuk menjadikan accrual budgeting and accounting di Australia dapat dikatakan baik. Proses adopsi penerapan basis akrual ini memakan waktu yang sangat lama dan meminta adanya dukungan yang kuat dari sistem informasi manajemen, sumber daya manusia, komitmen kepemimpinan, kapasitas parlemen dan eksekutif, serta diperlukannya implementasi yang bertahap. Hal-hal inilah yang menjadi prasyarat kesuksesan implementasi accrual budgeting and accounting .

Dalam proses transisi menuju akuntansi berbasis akrual penuh, pemerintah Australia mendapati persoalan-persoalan dan kendala selama implementasi. Berikut ini adalah persoalan-persoalan yang dihadapi :

I. Pengakuan Pendapatan Pajak Pendapatan pajak diakui ketika pemerintah Australia memperoleh kontrol dan dapat menghitung atau mengestimasi Future Economic Benefits yang mengalir dari dari pajak. Di Australia sistem pengakuan pendapatan pajak nya terbagi 2 yaitu Economic Transactions Method dan Taxation Libility Method.

a. ETM: Ketika reliable, pendapatan pajak diakui pada periode pelaporan dimana Wajib Pajak memperoleh penghasilan dari transaksi yang menjadi objek pajak. Contohnya adalah GST (Goods and Service Tax) atau Luxury Car Tax. Pajak dari penjualan mobil mewah ini diakui pada saat terjadinya transaksi penjualan di dalam periode pelaporan.

b. TLM: Pendapatan pajak diakui, mana yang terjadi lebih dahulu; munculnya kewajiban pajak (tax liability) atau ketika pembayaran kas atas pajak diterima. Contohnya adalah Income Tax baik untuk Individual maupun Companies.

II. Pengakuan aset dan kewajiban Pencatatan aset dan kewajiban pada harga pembelian adalah metode paling mudah, namun permasalahan yang ditemui adalah :

 Aset similar dinilai pada jumlah yang berbeda hanya karena mereka mempunyai tanggal pembelian yang berbeda  Nilai aset dan kewajiban dapat naik dan turun di pasar seperti hutang dan bangunan.

Penilain yang paling baik menggunakan metode current valuation , namun pendekatan ini juga menemui masalah yaitu:

 Nilai berubah-ubah  Saran profesional dibutuhkan untuk menentukan nilai  Beberapa aset seperti warisan budaya, pertahanan dan infrastuktur sulit untuk

dinilai. Berdasarkan Notes of Financial Statements point 1.9: “ Where available, the fair value of property, plant and equipment is determined

by reference to market-based evidence, for example, the market value of similar properties. If there is no market-based evidence of fair value because of the specialised nature of the item of property, plant or equipment and the item is rarely sold, fair value is estimated using an income (net present value/discounted cash flows) or a depreciated replacement cost approach .” Secara garis besar, pengakuan untuk asset diatur sebagai berikut:

a. Pengakuan aset dan kewajiban – Warisan Warisan ( heritage assets ) meliputi bangunan bersejarah, monumen, situs purbakala, museum, galeri dan kumpulan koleksi. Pengakuan dan penilaian warisan tesebut menemui kesulitan karena:

 Menekankan pada nilai pasar untuk sesuatu yang mempunyai nilai budaya dan bukan nilai moneter

 Warisan memilik siklus hidup yang lama, kadang-kadang ratusan tahun. Nilainya tidak jatuh dari waktu ke waktu sehingga konsep depresiasi tidak

relevan.  Aset ini secara umum tidak diperjualbelikan karena dilindungi

undang-undang dan aset ini tidak mempunyai nilai pengganti ( replacement value ).

Pemerintah Australia dalam pengakuan aset warisan ini dengan menerapkan hal-hal berikut:

 Agency diperlukan untuk mengelola aset-aset warisan sehingga aset warisan tidak jatuh nilainya.

 Tidak semua warisan atau item budaya akan memenuhi definisi akuntansi aset walaupun walaupun mempunyai nilai warisan. Apabila suatu aset warisan dan

budaya  Tak tergantikan dan tidak memiliki harga pasar, tidak mungkin nilainya dapat diukur secara andal dan dicatat sebagai aset.  Aset warisan dinilai pada nilai wajar, yaitu dimana harga pasar tidak dapat digunakan, metode penilaian lain digunakan seperti pendekatan pendapatan

atau nilai pengganti yang didepresiasi.

b. Pengakuan aset dan kewajiban - Senjata Pertahanan Australia baru-baru ini mengadopsi metode kapitalisasi untuk akuntansi senjata pertahanan setelah sebelumnya memperlakukannya sebagai biaya. Amerika Serikat mengadopsi pendekatan serupa. Aset militer seperti rumah sakit dasar, sekolah militer dan perguruan tinggi dikapitalisasi. Namun demikian, masih ada masalah yang tidak terselesaikan:

 Sulit untuk mengkapitalisasi penelitian, terutama bila dilakukan in-house  Sulit untuk menilai kelebihan aset yang dihentikan, penggunaan eksklusif

militer atas spektrum untuk komunikasi dan penggunaan wilayah udara eksklusif.

Pada 13 Juli 2010 pemerintah Australia mengakui senjata pertahanan sebagai asset (dikapitalisasi), dimana sebelumnya senjata pertahanan ini dibebankan sebagai beban (expense) saat sejata pertahanan tersebut diperoleh. Saat ini senjata pertahanan ini dinilai dengan menggunakan metode cost (harga perolehan).

c. Pengakuan aset dan kewajiban - Aset Infrastruktur Aset infrastruktur terutama terdiri dari jalan raya dan aset jaringan lainnya. Isu-isu yang terjadi meliputi:

 Aset ini memiliki masa manfaat yang panjang. Oleh karena itu muncul pertanyaan apakah mereka harus disusutkan  Beberapa negara tidak melakukan depresiasi aset tersebut atas dasar bahwa pengeluaran pemeliharaan mempertahankan nilai mereka

 Pemerintah Australia menilai aset infrastruktur pada nilai wajar sebagai contoh bila harga pasar di mana tidak dapat digunakan, metode penilaian lain

seperti pendapatan atau pendekatan biaya pengganti terdepresiasi akan digunakan.

d. Pengakuan aset dan kewajiban - Komitmen Sosial Komitmen sosial dari pemerintah meliputi skema asuransi sosial, kesehatan dan program pendidikan. Haruskah komitmen seperti dicatat sebagai kewajiban? Skema pensiun untuk pegawai pemerintah jelas merupakan kewajiban pemerintah dan harus dicatat.

Namun, komitmen lain untuk masyarakat luas umumnya tidak dicatat sebagai kewajiban karena jika pemerintah mengurangi tingkat tunjangan yang Namun, komitmen lain untuk masyarakat luas umumnya tidak dicatat sebagai kewajiban karena jika pemerintah mengurangi tingkat tunjangan yang

Perlakuan pemerintah Australia pada komitmen sosial adalah: kewajiban manfaat karyawan, seperti untuk gaji atau pensiun yang belum dibayar, akan diakui sebelum :

 Bila pelayanan disediakan oleh karyawan, atau  Waktu kewajiban yang ditentukan dalam kesepakatan pekerjaan tersebut

Manfaat Karyawan yang diperlukan untuk diukur dan diungkapkan sesuai dengan AASB 119 Employee Benefits , yaitu kewajiban upah dicatat sebesar nilai yang tidak didiskontokan dan penentuan aktuaria untuk pensiun dan hak lainnya.

III. Perubahan Budaya Perubahan budaya diperlukan untuk menerima akuntansi akrual dan reformasi yang terkait untuk meningkatkan pengambilan keputusan pemerintah. Di Australia model sektor swasta diterapkan dan tema-tema kunci seperti:

 Pengenalan bisnis yang lebih seperti pemerintah menggunakan informasi akrual  Agency harus memenuhi tuntutan pemerintah sebagai pembeli dan pemilik

Budaya yang diterapkan di pemerintah yang menyerupai bisnis seperti:

 Pembagian tanggung jawab dan akuntanbilitas kepada manager  Budaya kinerja  Peningkatan akuntabilitas eksternal  Informasi akrual yang lebih komprehensif untuk pengambilan keputusan dan

reformasi terkait

Operation Sunlight pada tahun 2005 bertujuan untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas anggaran dengan cara :

 Meningkatkan definisi outcomes dan informasi apropriasi untuk parlemen.  Meningkatkan definisi output atas pelaporan khususnya oleh badan-badan

dan untuk pengambilan keputusan oleh pemerintah.  Melengkapi outocmes dan output dengan fokus program untuk respon terhadap tekanan politik dan masyarakat  Meningkatkan presentasi dalam makalah anggaran melalui satu set laporan menurut AASB1049 yang sejalan dengan Australian Accounting Standards

and Government Finance Statistics (GFS).  Apropriasi kas bersih sehingga lembaga hanya mendapatkan uang tunai yang dibutuhkan. Hal ini mencegah terjadinya gunggungan kas di instansi dan

penciptaan inefisiensi uang tunai.  Biaya bersih layanan yang menggeser fokus dari keuntungan dan kerugian

(hal tidak masuk akal dalam pemerintahan) menjadi dana apa yang dibutuhkan oleh pemerintah.

IV. Keahlian ( skills )

DOFAD dan lembaga lainnya tidak memiliki keterampilan akuntansi yang memadai sehingga DOFAD melakukan kemitraan jangka panjang dengan sektor swasta.

 Pengaturan ini tidak melibatkan konsultan tetapi pengaturan kontrak on-going untuk memastikan ketentuan layanan berkualitas tinggi.  Kemitraan ini memberikan on-the-job training untuk staf dan pelatihan internal tambahan untuk membangun kapasitas dalam DOFAD.

 Pegawai pemerintah bertanggung jawab untuk produk final.  DOFAD memiliki program pascasarjana sangat diakui hingga menarik

lulusan yang terampil dan mengurangi ketergantungan pada kontraktor.

Strategi pelatihan DOFAD dalam memberikan dukungan untuk pengenalan untuk pelaporan akrual penuh adalah sebagai berikut:

 Program dasar akuntansi akrual disampaikan kepada semua lembaga termasuk staf di wilayah regional.

 Pengembangan serangkaian seminar pelatihan berfokus pada peran akuntansi akrual dalam akuntabilitas dan manajemen.  Membantu dalam pengembangan pelatihan berbasis komputer.

 Keterlibatan dalam seminar profil tinggi menggunakan pejabat di tingkat yang sesuai.

 Mensponsori serangkaian kelompok diskusi pada lembaga pilot  Menpublikasikan bahan panduan dan teknikal

Selain diatas, terdapat juga peran konsultan dalam implementasi basis akrual di Australia. Sebagai contoh peran konsultan dalam implementasi basis akrual di salah satu negara baian Australia yaitu New South Wales sebagai berikut:

 Andersen (Australia) menyelenggarakan kunjungan ke Amerika Serikat bagi pegawai treasury NSW tuntuk mendiskusikan implementasi akrual sistem

pada Februari tahun 1988  Andersen (Australia) menyediakan seorang partner (Ian Plater) untuk

mempresentasikan paper berjudul “ The United States Experience ” dalam sebuah seminar yang diselenggarakan NSW Public Accounts Committee.

 Ernst & Whinney (Australia) menyiapkan laporan yang merekomendasikan penggunaan akuntansi akrual di pemerintahan lokal.  Ernst & Young (Australia) mereview strategi dan manajemen Departemen Treasury pada tahun 1989 dan mengusulkan dibuatnya sebuah cabang baru

( Accounting Policy) dengan posisi untuk mengimplementasikan reformasi akuntansi.

 Coopers & Lybrand (Australia) dan Ernst & Young (Australia) dikontrak oleh NSW Trea sury untuk menyediakan dua orang konsultan yang memberikan

pelayanan “ Help Desk ” untuk menjawab permasalahan tentang akuntansi akrual pada tahun 1989 dan 1990

 Coopers & Lybrand (Australia) menyelenggarakan program pendidikan tentang akuntansi akrual pada tahun 1990 bagi para pegawai NSW Treasury.

V. Sistem IT Informasi Keuangan Sistem informasi perlu ditingkatkan untuk implementasi akrual. DOFAD telah menghentikan sistem kas dan membangun sistem akrual. Mungkin lebih baik untuk mempertahankan sistem kas dan modul baru untuk menghasilkan informasi akrual.

Dengan menghentikan sistem kas, DOFAD kehilangan kemampuannya untuk menghasilkan informasi kas yang tepat waktu sebagaimana kas berasal dari data akrual.

Pelajaran yang muncul jelas dari negara-negara berbasis akrual adalah untuk memilih perangkat lunak dan untuk menyesuaikan proses internal dalam pemerintahan untuk sistem mereka. Masalah muncul dengan sistem DOFAD yang telah dibangun dengan spesifikasinya dan tidak ada rasionalisasi proses. Terlalu banyak fungsi khusus dalam sistem tersebut.

Backbone utama dari IT pada sistem penganggaran dan treasury di Federal Government of Australia adalah CBMS (Central Budget Management System). Modul utama dalam CBMS termasuk Budget Estimates and Actuals Management (BEAM), Appropriation and Cash Management (ACM), dan Budget Policy and Co-ordination Database (BPCD). BEAM berfungsi utama untuk keperluan budgeting, termasuk annual estimates updates dan monthly estimates profile. ACM merupakan IT untuk mendukung kegiatan cash management. BPCD sebagai mode utama untuk mencatat berbagai policy terkait dengan penganggaran.

Hal yang menarik dengan sistem IT keuangan publik di Australia adalah bahwa masing-masing kementrian/institusi pemerintah membangun sistem IT-nya sendiri, terpisah dari CBMS. Hal ini sejalan dengan kebijakan desentralisasi pengelolaan keuangan di Australia, termasuk pula dalam proses pengakuntansian transaksi keuangannya.

Dengan pendesentralisasian sistem pengelolaan keuangan, pengembangan CoA diserahkan pada masing-masing institusi/kementrian. Guna konsolidasi laporan keuangan, masing-masing kementrian/lembaga harus melakukan mapping CoA-nya dengan standar CoA dari DoFAD. Kegiatan konsolidasi tersebut masih dilakukan tidak menggunakan CBMS tetapi dengan pengiriman softcopy data dari masing-masing institusi pemerintah ke DoFAD sesuai standar/software yang dikeluarkan oleh DoFAD.

VI. Komunikasi Memastikan komunikasi yang memadai atas informasi akrual antara Pemerintah, Parlemen dan pengguna data keuangan. Pengalaman di negara-negara yang telah pindah ke akrual telah mengungkapkan kesenjangan komunikasi dengan media, dan dengan ekstensi masyarakat umum, yang mengarah pada salah tafsir jumlah akrual.

Memastikan komunikasi yang memadai atas perubahan untuk membantu mencapai perubahan budaya yang diinginkan dalam pengambilan keputusan pemerintahan.

Pelajaran yang Dapat Diambil untuk Penerapan di Indonesia

Adapun untuk menyukseskan penerapan basis akrual di Indonesia, beberapa langkah yang patut ditiru dari negara Australia yaitu:

a. Menyiapkan sistem akuntansi dan IT based system yang andal;

b. Komitmen kuat dari pimpinan;

c. Menyediakan SDM yang kompeten;

d. Mengantisipasi resistensi terhadap perubahan;

e. Menyiapkan tahapan-tahapan implementasi dengan matang;

f. Melakukan perubahan budaya kerja yang menyerupai bisnis

 Pembagian tanggung jawab dan akuntanbilitas kepada manager  Budaya kinerja  Peningkatan akuntabilitas eksternal  Informasi akrual yang lebih komprehensif untuk pengambilan keputusan dan

reformasi terkait

g. Memastikan adanya komunikasi yang memadai, baik di internal pemerintahan maupun dengan pihak eksternal.

3. NEPAL Latar belakang penerapan akuntansi berbasis akrual

Nepal merupakan salah satu negara termiskin di dunia yang sebagian besar perekonomiannya sangat bergantung kepada pertanian. Ekonomi Nepal sangat bergantung dari ekspor hasil pertaniannya serta dari kunjungan para wisatawan asing ke pegunungan Himalaya. Namun, nilai ekspor negara ini jauh lebih kecil daripada nilai impor, misalnya di tahun 2008 nilai ekspor Nepal sebesar $907 juta jauh dari nilai impor yang mencapai $33,25 milyar, yang menyebabkan negara ini menjadi sangat rentan terhadap gejolak ekonomi di dunia.

Seperti negara-negara berkembang lainnya, Nepal juga dilanda krisis keuangan setelah berakhirnya Perang Dunia II, utamanya pada rentang waktu 1950 hingga 1960an. Ketergantungan pemerintah dari bantuan dan pinjaman luar negeri, baik itu dari negara-negara donor atau lembaga internasional lainnya, menjadi sangat tinggi karena banyak sumber daya di dalam negeri yang belum dikelola dengan layak. Di awal tahun 1960, Pemerintah Nepal memperoleh pinjaman luar negerinya dari United States Agency for International Development (USAID). Lembaga tersebut bersama Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) membawa misi perbaikan ekonomi ke negara-negara berkembang, khususnya yang sedang mengalami krisis keuangan seperti Nepal.

Tahapan dalam implementasi Agenda yang dibawa oleh USAID dan PBB adalah pengimplementasian program and performance budgeting (PPB) di lingkungan pemerintah Nepal. Pelaksanaan PPB diharapkan kemudian dapat menjadi alat yang digunakan oleh pemerintah dalam mengelola pinjaman dan bantuan luar negerinya dengan lebih efektif dan efisien. Langkah awal yang dilakukan adalah memperkenalkan dan melembagakan akuntansi berbasis kas di lingkungan pemerintah pusat. Hal ini menjadi kunci dari reformasi yang dilakukan selama periode 1960an di Nepal.

L ingkungan menghambat implementasi