Dari Kekuatan Ekonomi hingga Teknologi
Dari Kekuatan Ekonomi hingga Teknologi: Potensi China dan India Menyalip Amerika
Serikat
Oleh: Hendra Permana
Pendahuluan
Dua peristiwa besar beberapa Minggu terakhir ini mengguncang dunia. Pertama,
China dalam beberapa tahun ke depan akan mengambil alih posisi Amerika Serikat sebagai
negara dengan ekonomi nomor satu dunia –sejak 1880 ketika Pax Britania runtuh. Hal ini
didasarkan pada analisis studi baru dari lembaga The International Comparison Program yang
melibatkan World Bank1. Peristiwa kedua yang tidak kalah heboh ialah wahana berbiaya murah
milik India yakni Mangalyaan mencapai Planet Mars pada 24 September 2014 (waktu India).
Dari pencapaian ini India berhasil menjadi negara non Barat dan pertama di Asia yang
menempatkan satelit orbit di Mars. Secara lebih lanjut pencapaian ini semakin menjadi
prestisius karena India mengalahkan Amerika dan Uni Soviet dengan mampu mengorbitkan
wahana Antartika di Mars pada upaya pertama.2
Dari dua peristiwa ini, dapat terlihat bahwa China dan India merupakan peradaban
yang besar dan berpotensi menyalip Barat –terutama Amerika Serikat dan negara-negara Eropa
lainnya. Selain itu, posisi geografis dari kedua negara ini sama-sama berada di benua Asia
yang kebanyakan dihuni oleh negara-negara dunia ketiga. Tulisan ini akan mencoba
menerangkan mengapa China dan India akan dapat mengambil alih posisi negara adidaya –
baik di bidang ekonomi maupun teknologi –dengan menganalisa faktor-faktor awal
pembentukannya sebelum era 1990-an. Pertanyaan besar itu akan dicoba dibantu dengan
pemahaman gagasan Huntington tentang benturan budaya. Selebihnya akan dijelaskan di
paragraf selanjutnya.
1
http://bisnis.liputan6.com/read/2044062/ekonomi-china-bakal-salip-amerika-serikat diakses
pada tanggal 06 Oktober 2014 pukul 21.15
2
http://sains.kompas.com/read/2014/09/24/20562651/Wahana.Berbiaya.Murah.Milik.India.
Mencapai.Mars diakses pada 06 Oktober pukul 22.00
1
Benturan Peradaban menurut Huntington
Sebelum menjelaskan apa yang terjadi dengan China dan India, terlebih dahulu akan
diterangkan mengenai konsep dari pemikiran Francis Fukuyama dan Huntington. Fukuyama
mendeskripsikan jika akhir sejarah terletak pada runtuhnya komunisme dan kemenangan
Demokrasi Liberal. Jadi tidak ada lagi perdebatan ideologi yang menjadi konflik pada era
sebelumnya. Huntington berpendapat lebih jauh lagi jika budayalah sebagai faktor benturan
dari berbagai negara pada era selanjutnya.
Huntington dalam tulisannya The Clash of Civilizations? lebih menitikberatkan
benturan yang terjadi antara Barat dan dunia Islam. Hal ini didasarkan salah satunya pada
interaksi militer yang sudah berabad-abad antara Barat dan Islam yang tidak memperlihatkan
gejala melemah.3 Seperti dalam contoh kontemporer Perang Teluk yang menyisakan rasa
bangga bagi bangsa Arab karena Saddam Hussein menyerang Israel dan menantang Barat.
Akan tetapi perang ini menyisakan rasa malu dan kesal atas kehadiran dan dominasi militer
Barat di Teluk Persia, serta ketidakmampuan bangsa-bangsa Arab yang tidak bisa menentukan
nasibnya sendiri.4 Banyak hal lain selain masalah militer yang menyebabkan benturan kedua
peradaban itu, namun sukar dijelaskan. Tapi yang pasti, Huntington melihat semuanya dalam
kacamata benturan secara fisik
Namun saya melihat ada potensi lain terhadap benturan budaya itu selain antara Islam
dengan Barat, yakni antara China dan India dengan Barat.5 Bukan masalah pergolakan fisik
yang akan dilihat, melainkan malah dari persaingan ekonomi dan teknologi. Tidak menutup
kemungkinan jika persaingan ekonomi dan teknologi akan memunculkan konflik fisik hingga
perang terbuka.
“Kebangkitan” China
Tidak dapat dipungkiri memang, jika ekonomi China saat ini merupakan yang terbesar
hingga akan melebihi ekonomi Amerika Serikat. pertanyaan pertama akan saya ulang kembali,
yakni mengapa hal itu bisa /akan terjadi? Huntington melihat jika “kebangkitan” China saat
Samuel P. Huntington, “Benturan Peradaban?” dalam A. Zaim Rofiqi (ed.), Amerika dan
Dunia . (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005), hlm. 64.
4
Ibid., hlm 64-65.
5
Secara terpisah, Huntington membagi dunia ini ke dalam delapan peradaban besar, yakni
Barat, Konghucu, Jepang, Dunia Islam, Ortodoks Slavik, Amerika Latin, dan Afrika.
3
2
ini disebabkan oleh beberapa faktor, yakni posisi China di tengah-tengah peradaban dunia;
masyarakat China yang tersebar di berbagai penjuru dunia ikut berperan dalam membangun
ekonomi China dan di luar negaranya, dan terakhir ialah meningkatnya hubungan-hubungan –
atau kerja sama- China dengan negara lain, terutama di kawasan Asia Timur Raya.6
Pertama, posisi China di tengah-tengah dunia bisa terlihat dari peranannya ketika pada
tahun 1950-an menjadi aliansi Uni Soviet. Selain itu, China juga memosisikan diri sebagai
“pemimpin” negara-negara dunia ketiga untuk menghadapi negara Superpower . pada 1980-an,
kekuatan militer China mampu dan sebanding dengan kekuatan militer Amerika Serikat. Akhir
1980-an menjadi babak baru merosotnya Uni Soviet yang beraliansi dengan China -yang pada
akhirnya aliansi tersebut tak berharga sama sekali.
Dari sisi persebaran penduduk, diaspora masyarakat China di seluruh dunia menjadi
faktor lain dari “kebangkitan” ini. Pemerintah China menaggap “tanah air” China sebagai
nenek moyang peradaban China. Dari sini, pemerintah China harus menempatkan diri sebagai
pelindung komunitas masyarakat China di seluruh dunia.
Di Asia Tenggara, peran komunitas China mendominasi perekonomian negara, seperti
Singapura, Vietnam, Thailand, Filipina, dan Indonesia. di Flipina sendiri, komunitas China
yang meningkat sebesar 1% mampu meningkatkan perdagangan domestik sebesar 35%.7
Contoh lain di Indonesia, pada pertengahan 1980-an keturunan China mengalami kenaikan
sebesar 2-3%, mampu menguasai 70% modal swasta domestik. Data dari Huntington ini bisa
dilihat bahwa masyarakat China di luar negaranya dianggap sebagai salah satu “motor” dalam
menggerak perekonomian suatu negara.
Masih dalam pandangan Huntington, menurutnya lahirnya kemakmuran masyarakat
China di luar negaranya sepenuhnya disebabkan oleh adanya sistem kekeluargaan yang disebut
“Bamboo Networks”, hubungan-hubungan personal dan kesamaan kultur.8 Orang-orang China
lebih memiliki keahlian di bidang bisnis. Hubungan-hubungan secara personal maupun
kekeluargaan mampu menjalankan bisnis mereka berdasarkan kekeluargaan.
Faktor terakhir kebangkitan China di bidang ekonomi ialah bisanya negara ini dalam
mengintegrasikan sistem ekonominya melalui kerja sama dengan berbagai negara, terutama
6
Samuel P. Huntington, Benturan Antar Peradaban dan Masa Depan Politik Dunia .
(Yogyakarta: Penerbit Qalam, 2003), hlm. 308.
7
8
Ibid., hlm. 310.
Ibid.
3
dalam satu kawasan Asia Timur. Pasca digantikannya Mao Ze Dong oleh Deng Xiaoping pada
1970-an, China mampu mengintegrasikan kota-kota di pantai timurnya –Beijing, Shanghai,
Qingdao, Guanzhou, dan lainnya – dengan sirkuit perekonomian yang dibangun oleh Barat di
Asia Timur, seperti Jepang, Taiwan, Hongkong, dan Korea Selatan. Namun, saya melihat
proses integrasi ini sebagai ekspansi ekonomi Barat ke China. Bisa terlihat sekarang ini, jika
proses pembuatan barang-barang manufaktur di China kebanyakan digerakkan oleh
perusahaan dari Barat –lihat saja Apple, General Motor, Boeing, dan lainnya. Banyaknya
jumlah penduduk dan murahnya harga upah di China, membuat perusahaan-perusahaan
Amerika, Jepang dan lainnya memindahkan “pabrik-pabrik” mereka ke China. Namun di sisi
lain juga terlihat bahwa kesempatan ini menguntungkan bagi China dalam melebarkan sayap
perekonomiannya. Integrasi ini kemudian juga membuat China mempunyai pasar baru dalam
memasarkan produk buatannya, namun hal ini lebih terlihat di kawasan Asia Tenggara. Selain
itu, kesamaan budaya –yang dalam pembagian Huntington sebagai kebudayaan Konghucu –
memudahkan perluasan relasi ekonomi yang cepat antara China, Taiwan, Hongkong,
Singapura, dan lainnya.9 Teori Huntington semakin kentara jika melihat kasus ini, di mana
pasca perang dingin, kesamaan budaya semakin mengikis perbedaan ideologis, seperti China
dan Taiwan semakin dekat.
Teknologi India yang menyalip Amerika
Jika menarik lagi ke belakang, yakni pada era Perang Dingin, kita tahu bahwa
perlombaan-perlombaan yang terjadi antara Amerika Serikat dan Uni Soviet tidak hanya
masalah militer, politik, serta ideologi saja, tetapi juga merambah pada ilmu pengetahuan
terutama penjelajahan dunia antariksa (luar angkasa). Percobaan pertama oleh Uni Soviet
keluar dan melihat Bumi dari angkasa, hingga penjelajahan misi Apollo untuk mempelajari
bulan oleh Amerika Serikat terlihat persaingan itu tidak semata-mata hanya untuk “ilmu
pengetahuan. Atau dalam contoh lain, kedua negara ini sama-sama menempatkan stasiun luar
angkasa di atas orbit bumi –Skylab yang diluncurkan Amerika Serikat, dan MIR yang
diterbangkan oleh Uni Soviet- membuat peradaban lain belum bisa mengungguli ke dua negara
Samuel P. Huntington, “Benturan Peradaban?” dalam A. Zaim Rofiqi (ed.), Amerika dan
Dunia . (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005), hlm. 60.
9
4
ini. Namun pada akhirnya, pasca perang dingin, Skylab dan MIR bergabung dan disatukan oleh
wadah proyek baru, yakni ISS (International Space Station).
India walaupun dirasa telat dalam mengeksplorasi luar angkasa, harus tetap diberi
perhatian lebih. Kekuatan IT India pada saat ini memang hampir menyamai Amerika Serikat.
sederhananya, lihat saja pemimpin/CEO dari perusahaan teknologi seperti Microsoft atau
lainnya, kebanyakan posisi strategis dari perusahaan itu berasal dari keturunan India. Mengapa
demikian? Sebetulnya naiknya India juga harus dilihat dari posisi Amerika Serikat. pada saat
ini Amerika Serikat kekurangan tenaga jasa di negerinya sendiri, akhirnya dia mengimpor
tenaga-tenaga ahli/ jasa ke negaranya untuk menggerakkan perekonomiannya. Sama seperti
China, diaspora orang India –terutama tersebar di Amerika –membuat kesempatan untuk
belajar itu bertambah banyak.
Pasca India dianggap “bangkrut” pada 1980-an, negara ini mulai membuka diri
dengan memberikan kesempatan lebih pada investor untuk menanamkan modal di sana. Akan
tetapi bukan hanya menginvestasikan di negaranya saja, India juga berinvestasi dengan
mengirimkan pelajar-pelajar –terutama ke Amerika Serikat- untuk belajar dalam hal teknologi.
Relasi antara Amerika Serikat dan India ini bisa terlihat dari sekarang. Pelajar-pelajar yang
dikirimkan itu akhirnya membangun network dengan Universitas dan perusahaan di Amerika
Serikat, sehingga orang-orang India pada saat ini bisa dengan mudah mendapatkan lanjutan
studi ataupun pekerjaan di sana, terutama di bidang IT.
Kesimpulan
Melihat dua negara ini memang tidak ada habisnya. Potensi-potensi untuk menyalip
Amerika Serikat mulai terasa saat ini. Kekuatan ekonomi dan juga teknologi di Amerika
Serikat juga ditopang oleh diaspora orang-orang India dan China yang bekerja di sana.
Pertanyaan kecil “menyentil” kembali, jika misalkan orang-orang India dan China itu dipaksa
dideportasi oleh negaranya, apa yang akan terjadi di Amerika Serikat? Saya prediksikan pasti
akan terguncang.
Terlepas dari pertanyaan “nyetil” itu, apa yang dikatakan Huntington tentang benturan
peradaban memang terasa adanya. Di tulisan yang dipaparkan tadi melihat benturan itu dari
ekonomi dan juga teknologi. Walaupun Huntington berpendapat pada era selanjutnya benturan
5
yang sering terjadi adalah antara Barat dan Dunia Islam, tapi yang dititikberatkan malah pada
militer atau kontak fisik. Sebetulnya potensi lain juga terlihat bukan hanya di bidang militer
saja, tetapi juga di bidang lain seperti ekonomi dan teknologi yang juga melibatkan peradaban
yang berbeda, China dan India.
China dan India mungkin saat ini mulai mengancam posisi Barat sebagai kekuatan yang
sudah tua. Kebangkitan China dan India menurut saya lebih disebabkan karena melemahnya
posisi Barat, seperti Amerika Serikat. mungkin karena terlalu bersitegang dengan dunia Islam
semenjak 5-6 dekade yang lalu, peradaban Barat ini tidak melihat perkembangan yang begitu
pesat di Asia, lebih jelasnya China dan India. Namun dilihat hubungan antara China dan India,
tidak menutup kemungkinan di antara keduanya juga bersitegang. Namun penjelasan mengenai
benturan keduanya itu bukan pembahasan dalam artikel ini.
Selebihnya, kita lihat saja apa yang akan terjadi dengan dunia ini 2-4 dekade yang akan
datang. Apakah Amerika Serikat akan berhenti menjadi “polisi dunia”? Siapa selanjutnya,
apakah kedua negara yang dibahas dalam tulisan ini? Biarkan waktu yang akan menjawab.
6
Kepustakaan
Buku:
A. Zaim Rofiqi (ed.). Amerika dan Dunia . Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005.
Huntington, Samuel P. Benturan Antar Peradaban dan Masa Depan Politik Dunia . Yogyakarta:
Penerbit Qalam, 2003.
Meisner, Maurice. Mao’s, China and After: A History of the People’s Republic. New York: The Free
Pres, 1999.
Internet:
http://bisnis.liputan6.com/read/2044062/ekonomi-china-bakal-salip-amerika-serikat diakses pada
tanggal 06 Oktober 2014 pukul 21.15
http://sains.kompas.com/read/2014/09/24/20562651/Wahana.Berbiaya.Murah.Milik.India.Mencapai.
Mars diakses pada 06 Oktober pukul 22.00
7
Serikat
Oleh: Hendra Permana
Pendahuluan
Dua peristiwa besar beberapa Minggu terakhir ini mengguncang dunia. Pertama,
China dalam beberapa tahun ke depan akan mengambil alih posisi Amerika Serikat sebagai
negara dengan ekonomi nomor satu dunia –sejak 1880 ketika Pax Britania runtuh. Hal ini
didasarkan pada analisis studi baru dari lembaga The International Comparison Program yang
melibatkan World Bank1. Peristiwa kedua yang tidak kalah heboh ialah wahana berbiaya murah
milik India yakni Mangalyaan mencapai Planet Mars pada 24 September 2014 (waktu India).
Dari pencapaian ini India berhasil menjadi negara non Barat dan pertama di Asia yang
menempatkan satelit orbit di Mars. Secara lebih lanjut pencapaian ini semakin menjadi
prestisius karena India mengalahkan Amerika dan Uni Soviet dengan mampu mengorbitkan
wahana Antartika di Mars pada upaya pertama.2
Dari dua peristiwa ini, dapat terlihat bahwa China dan India merupakan peradaban
yang besar dan berpotensi menyalip Barat –terutama Amerika Serikat dan negara-negara Eropa
lainnya. Selain itu, posisi geografis dari kedua negara ini sama-sama berada di benua Asia
yang kebanyakan dihuni oleh negara-negara dunia ketiga. Tulisan ini akan mencoba
menerangkan mengapa China dan India akan dapat mengambil alih posisi negara adidaya –
baik di bidang ekonomi maupun teknologi –dengan menganalisa faktor-faktor awal
pembentukannya sebelum era 1990-an. Pertanyaan besar itu akan dicoba dibantu dengan
pemahaman gagasan Huntington tentang benturan budaya. Selebihnya akan dijelaskan di
paragraf selanjutnya.
1
http://bisnis.liputan6.com/read/2044062/ekonomi-china-bakal-salip-amerika-serikat diakses
pada tanggal 06 Oktober 2014 pukul 21.15
2
http://sains.kompas.com/read/2014/09/24/20562651/Wahana.Berbiaya.Murah.Milik.India.
Mencapai.Mars diakses pada 06 Oktober pukul 22.00
1
Benturan Peradaban menurut Huntington
Sebelum menjelaskan apa yang terjadi dengan China dan India, terlebih dahulu akan
diterangkan mengenai konsep dari pemikiran Francis Fukuyama dan Huntington. Fukuyama
mendeskripsikan jika akhir sejarah terletak pada runtuhnya komunisme dan kemenangan
Demokrasi Liberal. Jadi tidak ada lagi perdebatan ideologi yang menjadi konflik pada era
sebelumnya. Huntington berpendapat lebih jauh lagi jika budayalah sebagai faktor benturan
dari berbagai negara pada era selanjutnya.
Huntington dalam tulisannya The Clash of Civilizations? lebih menitikberatkan
benturan yang terjadi antara Barat dan dunia Islam. Hal ini didasarkan salah satunya pada
interaksi militer yang sudah berabad-abad antara Barat dan Islam yang tidak memperlihatkan
gejala melemah.3 Seperti dalam contoh kontemporer Perang Teluk yang menyisakan rasa
bangga bagi bangsa Arab karena Saddam Hussein menyerang Israel dan menantang Barat.
Akan tetapi perang ini menyisakan rasa malu dan kesal atas kehadiran dan dominasi militer
Barat di Teluk Persia, serta ketidakmampuan bangsa-bangsa Arab yang tidak bisa menentukan
nasibnya sendiri.4 Banyak hal lain selain masalah militer yang menyebabkan benturan kedua
peradaban itu, namun sukar dijelaskan. Tapi yang pasti, Huntington melihat semuanya dalam
kacamata benturan secara fisik
Namun saya melihat ada potensi lain terhadap benturan budaya itu selain antara Islam
dengan Barat, yakni antara China dan India dengan Barat.5 Bukan masalah pergolakan fisik
yang akan dilihat, melainkan malah dari persaingan ekonomi dan teknologi. Tidak menutup
kemungkinan jika persaingan ekonomi dan teknologi akan memunculkan konflik fisik hingga
perang terbuka.
“Kebangkitan” China
Tidak dapat dipungkiri memang, jika ekonomi China saat ini merupakan yang terbesar
hingga akan melebihi ekonomi Amerika Serikat. pertanyaan pertama akan saya ulang kembali,
yakni mengapa hal itu bisa /akan terjadi? Huntington melihat jika “kebangkitan” China saat
Samuel P. Huntington, “Benturan Peradaban?” dalam A. Zaim Rofiqi (ed.), Amerika dan
Dunia . (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005), hlm. 64.
4
Ibid., hlm 64-65.
5
Secara terpisah, Huntington membagi dunia ini ke dalam delapan peradaban besar, yakni
Barat, Konghucu, Jepang, Dunia Islam, Ortodoks Slavik, Amerika Latin, dan Afrika.
3
2
ini disebabkan oleh beberapa faktor, yakni posisi China di tengah-tengah peradaban dunia;
masyarakat China yang tersebar di berbagai penjuru dunia ikut berperan dalam membangun
ekonomi China dan di luar negaranya, dan terakhir ialah meningkatnya hubungan-hubungan –
atau kerja sama- China dengan negara lain, terutama di kawasan Asia Timur Raya.6
Pertama, posisi China di tengah-tengah dunia bisa terlihat dari peranannya ketika pada
tahun 1950-an menjadi aliansi Uni Soviet. Selain itu, China juga memosisikan diri sebagai
“pemimpin” negara-negara dunia ketiga untuk menghadapi negara Superpower . pada 1980-an,
kekuatan militer China mampu dan sebanding dengan kekuatan militer Amerika Serikat. Akhir
1980-an menjadi babak baru merosotnya Uni Soviet yang beraliansi dengan China -yang pada
akhirnya aliansi tersebut tak berharga sama sekali.
Dari sisi persebaran penduduk, diaspora masyarakat China di seluruh dunia menjadi
faktor lain dari “kebangkitan” ini. Pemerintah China menaggap “tanah air” China sebagai
nenek moyang peradaban China. Dari sini, pemerintah China harus menempatkan diri sebagai
pelindung komunitas masyarakat China di seluruh dunia.
Di Asia Tenggara, peran komunitas China mendominasi perekonomian negara, seperti
Singapura, Vietnam, Thailand, Filipina, dan Indonesia. di Flipina sendiri, komunitas China
yang meningkat sebesar 1% mampu meningkatkan perdagangan domestik sebesar 35%.7
Contoh lain di Indonesia, pada pertengahan 1980-an keturunan China mengalami kenaikan
sebesar 2-3%, mampu menguasai 70% modal swasta domestik. Data dari Huntington ini bisa
dilihat bahwa masyarakat China di luar negaranya dianggap sebagai salah satu “motor” dalam
menggerak perekonomian suatu negara.
Masih dalam pandangan Huntington, menurutnya lahirnya kemakmuran masyarakat
China di luar negaranya sepenuhnya disebabkan oleh adanya sistem kekeluargaan yang disebut
“Bamboo Networks”, hubungan-hubungan personal dan kesamaan kultur.8 Orang-orang China
lebih memiliki keahlian di bidang bisnis. Hubungan-hubungan secara personal maupun
kekeluargaan mampu menjalankan bisnis mereka berdasarkan kekeluargaan.
Faktor terakhir kebangkitan China di bidang ekonomi ialah bisanya negara ini dalam
mengintegrasikan sistem ekonominya melalui kerja sama dengan berbagai negara, terutama
6
Samuel P. Huntington, Benturan Antar Peradaban dan Masa Depan Politik Dunia .
(Yogyakarta: Penerbit Qalam, 2003), hlm. 308.
7
8
Ibid., hlm. 310.
Ibid.
3
dalam satu kawasan Asia Timur. Pasca digantikannya Mao Ze Dong oleh Deng Xiaoping pada
1970-an, China mampu mengintegrasikan kota-kota di pantai timurnya –Beijing, Shanghai,
Qingdao, Guanzhou, dan lainnya – dengan sirkuit perekonomian yang dibangun oleh Barat di
Asia Timur, seperti Jepang, Taiwan, Hongkong, dan Korea Selatan. Namun, saya melihat
proses integrasi ini sebagai ekspansi ekonomi Barat ke China. Bisa terlihat sekarang ini, jika
proses pembuatan barang-barang manufaktur di China kebanyakan digerakkan oleh
perusahaan dari Barat –lihat saja Apple, General Motor, Boeing, dan lainnya. Banyaknya
jumlah penduduk dan murahnya harga upah di China, membuat perusahaan-perusahaan
Amerika, Jepang dan lainnya memindahkan “pabrik-pabrik” mereka ke China. Namun di sisi
lain juga terlihat bahwa kesempatan ini menguntungkan bagi China dalam melebarkan sayap
perekonomiannya. Integrasi ini kemudian juga membuat China mempunyai pasar baru dalam
memasarkan produk buatannya, namun hal ini lebih terlihat di kawasan Asia Tenggara. Selain
itu, kesamaan budaya –yang dalam pembagian Huntington sebagai kebudayaan Konghucu –
memudahkan perluasan relasi ekonomi yang cepat antara China, Taiwan, Hongkong,
Singapura, dan lainnya.9 Teori Huntington semakin kentara jika melihat kasus ini, di mana
pasca perang dingin, kesamaan budaya semakin mengikis perbedaan ideologis, seperti China
dan Taiwan semakin dekat.
Teknologi India yang menyalip Amerika
Jika menarik lagi ke belakang, yakni pada era Perang Dingin, kita tahu bahwa
perlombaan-perlombaan yang terjadi antara Amerika Serikat dan Uni Soviet tidak hanya
masalah militer, politik, serta ideologi saja, tetapi juga merambah pada ilmu pengetahuan
terutama penjelajahan dunia antariksa (luar angkasa). Percobaan pertama oleh Uni Soviet
keluar dan melihat Bumi dari angkasa, hingga penjelajahan misi Apollo untuk mempelajari
bulan oleh Amerika Serikat terlihat persaingan itu tidak semata-mata hanya untuk “ilmu
pengetahuan. Atau dalam contoh lain, kedua negara ini sama-sama menempatkan stasiun luar
angkasa di atas orbit bumi –Skylab yang diluncurkan Amerika Serikat, dan MIR yang
diterbangkan oleh Uni Soviet- membuat peradaban lain belum bisa mengungguli ke dua negara
Samuel P. Huntington, “Benturan Peradaban?” dalam A. Zaim Rofiqi (ed.), Amerika dan
Dunia . (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005), hlm. 60.
9
4
ini. Namun pada akhirnya, pasca perang dingin, Skylab dan MIR bergabung dan disatukan oleh
wadah proyek baru, yakni ISS (International Space Station).
India walaupun dirasa telat dalam mengeksplorasi luar angkasa, harus tetap diberi
perhatian lebih. Kekuatan IT India pada saat ini memang hampir menyamai Amerika Serikat.
sederhananya, lihat saja pemimpin/CEO dari perusahaan teknologi seperti Microsoft atau
lainnya, kebanyakan posisi strategis dari perusahaan itu berasal dari keturunan India. Mengapa
demikian? Sebetulnya naiknya India juga harus dilihat dari posisi Amerika Serikat. pada saat
ini Amerika Serikat kekurangan tenaga jasa di negerinya sendiri, akhirnya dia mengimpor
tenaga-tenaga ahli/ jasa ke negaranya untuk menggerakkan perekonomiannya. Sama seperti
China, diaspora orang India –terutama tersebar di Amerika –membuat kesempatan untuk
belajar itu bertambah banyak.
Pasca India dianggap “bangkrut” pada 1980-an, negara ini mulai membuka diri
dengan memberikan kesempatan lebih pada investor untuk menanamkan modal di sana. Akan
tetapi bukan hanya menginvestasikan di negaranya saja, India juga berinvestasi dengan
mengirimkan pelajar-pelajar –terutama ke Amerika Serikat- untuk belajar dalam hal teknologi.
Relasi antara Amerika Serikat dan India ini bisa terlihat dari sekarang. Pelajar-pelajar yang
dikirimkan itu akhirnya membangun network dengan Universitas dan perusahaan di Amerika
Serikat, sehingga orang-orang India pada saat ini bisa dengan mudah mendapatkan lanjutan
studi ataupun pekerjaan di sana, terutama di bidang IT.
Kesimpulan
Melihat dua negara ini memang tidak ada habisnya. Potensi-potensi untuk menyalip
Amerika Serikat mulai terasa saat ini. Kekuatan ekonomi dan juga teknologi di Amerika
Serikat juga ditopang oleh diaspora orang-orang India dan China yang bekerja di sana.
Pertanyaan kecil “menyentil” kembali, jika misalkan orang-orang India dan China itu dipaksa
dideportasi oleh negaranya, apa yang akan terjadi di Amerika Serikat? Saya prediksikan pasti
akan terguncang.
Terlepas dari pertanyaan “nyetil” itu, apa yang dikatakan Huntington tentang benturan
peradaban memang terasa adanya. Di tulisan yang dipaparkan tadi melihat benturan itu dari
ekonomi dan juga teknologi. Walaupun Huntington berpendapat pada era selanjutnya benturan
5
yang sering terjadi adalah antara Barat dan Dunia Islam, tapi yang dititikberatkan malah pada
militer atau kontak fisik. Sebetulnya potensi lain juga terlihat bukan hanya di bidang militer
saja, tetapi juga di bidang lain seperti ekonomi dan teknologi yang juga melibatkan peradaban
yang berbeda, China dan India.
China dan India mungkin saat ini mulai mengancam posisi Barat sebagai kekuatan yang
sudah tua. Kebangkitan China dan India menurut saya lebih disebabkan karena melemahnya
posisi Barat, seperti Amerika Serikat. mungkin karena terlalu bersitegang dengan dunia Islam
semenjak 5-6 dekade yang lalu, peradaban Barat ini tidak melihat perkembangan yang begitu
pesat di Asia, lebih jelasnya China dan India. Namun dilihat hubungan antara China dan India,
tidak menutup kemungkinan di antara keduanya juga bersitegang. Namun penjelasan mengenai
benturan keduanya itu bukan pembahasan dalam artikel ini.
Selebihnya, kita lihat saja apa yang akan terjadi dengan dunia ini 2-4 dekade yang akan
datang. Apakah Amerika Serikat akan berhenti menjadi “polisi dunia”? Siapa selanjutnya,
apakah kedua negara yang dibahas dalam tulisan ini? Biarkan waktu yang akan menjawab.
6
Kepustakaan
Buku:
A. Zaim Rofiqi (ed.). Amerika dan Dunia . Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005.
Huntington, Samuel P. Benturan Antar Peradaban dan Masa Depan Politik Dunia . Yogyakarta:
Penerbit Qalam, 2003.
Meisner, Maurice. Mao’s, China and After: A History of the People’s Republic. New York: The Free
Pres, 1999.
Internet:
http://bisnis.liputan6.com/read/2044062/ekonomi-china-bakal-salip-amerika-serikat diakses pada
tanggal 06 Oktober 2014 pukul 21.15
http://sains.kompas.com/read/2014/09/24/20562651/Wahana.Berbiaya.Murah.Milik.India.Mencapai.
Mars diakses pada 06 Oktober pukul 22.00
7