Kelembagaan Perencanaan Tata Ruang di Pu
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
MATERI 2:
Kelembagaan Perencanaan Tata Ruang di Pusat
dan Daerah
Disampaikan oleh
Oswar Mungkasa (Direktur Tata Ruang dan Pertanahan)
pada
Diklat Fungsional Penjenjangan Perencana (FPP) Madya Spasial
Kerjasama Pusbindiklatren Bappenas dengan Program Magister Perencanaan
Kota dan Daerah (MPKD) UGM
Yogyakarta 13 Oktober, 2015
OUTLINE PEMBAHASAN
Kementerian PPN/Bappenas
Penyelenggaraan Penataan Ruang
Perencanaan Tata Ruang
Koordinasi Penataan Ruang di Pusat dan
Daerah
Status Penyelesaian RTR
2
3
Kementerian PPN/Bappenas
Penyelenggaraan Penataan
Ruang
Tugas dan Wewenang Penyelenggaraan Penataan
Ruang..(1)
TUR, BIN, dan WAS terhadap :
- LAK PR wilayah Nasional, provinsi, &
kabupaten/kota,
- LAK PR kws. strategis nasional, provinsi, &
kabupaten/kota
NEGARA
Ps. 7 ayat (1)
Negara menyelenggarakan penataan ruang
untuk sebesar-besarnya
kemakmuran raktyat
WEWENANG
PEMERINTAH
Ps. 8
Seorang Menteri
Ps. 9 ayat (1)
Ket:
TUR
BIN
LAK
WAS
PR
=
=
=
=
=
pengaturan
pembinaan
pelaksanaan
pengawasan
penataan ruang
LAK PR kws strategis Nasional
Kerja sama PR antarnegara & fasilitasi kerja
sama antarprovinsi
Ps. 7 ayat (2)
Dalam melaksanakan
tugasnya, negara
memberikan kewenangan
penyelenggaraan
penataan ruang kepada
Pemerintah dan
pemerintah daerah
LAK PR wilayah Nasional
WEWENANG
PEMERINTAH
PROVINSI
Ps. 10
TUR, BIN, dan WAS terhadap :
- LAK PR wilayah provinsi & kabupaten/kota,
- LAK PR kws. Provinsi & kabupaten/kota
LAK PR wilayah provinsi
LAK PR kws. strategis provinsi
Kerja sama PR antarprovinsi & fasilitasi kerja
sama antarprovinsi
WEWENANG
PEMERINTAH
KAB./KOTA
Sumber: UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Ps. 11
TUR, BIN, dan WAS terhadap :
- LAK PR Wilayah kabupaten/kota,
- LAK PR kws. strategis kabupaten/kota
LAK PR wilayah kabupaten /kota
LAK PR kws. strategis kabupaten/kota
Kerja sama PR antarkabupaten/kota
4
Tugas dan Wewenang Penataan Penyelenggaraan
Ruang..(2)
5
Penyelenggaraan Penataan Ruang
Pengaturan
upaya pembentukan
andasan hukum bagi
Pemerintah, pemerintah
daerah, dan
masyarakat dalam
penataan ruang
Ps. 1 angka 9
penetapan ketentuan
peraturan perundangundangan bidang
penataan ruang
ermasuk pedoman
bidang penataan ruang.
Ps. 12
Pembinaan
upaya untuk
meningkatkan kinerja
penataan ruang
yang diselenggarakan
oleh Pemerintah,
pemerintah daerah,
dan masyarakat
Ps. 1 angka 10
Pemerintah kepada
pemerintah daerah
dan masyarakat
Pemerintah provinsi
kepada pemerintah
kabupaten/kota dan
masyarakat
Pemerintah
kabupaten/kota
kepada masyarakat
Ps. 13
Sumber: UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang
Pengawasan
Pelaksanaan
upaya pencapaian tujuan penataan ruang melalui
pelaksanaan perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang
Ps. 1 angka 11
Perencanaan
Tata Ruang
Ps. 1 angka 13
suatu proses
untuk
menentukan
struktur ruang
dan pola
ruang yang
meliputi
penyusunan
dan penetapan
RTR
Ps. 14 ayat (1)
Pemanfaatan
Ruang
Ps. 1 angka 14
upaya untuk
mewujudkan
struktur ruang
dan pola ruang
sesuai dengan
RTR melalui
penyusunan dan
pelaksanaan
program
beserta
pembiayaannya
Ps. 32 ayat (1)
Pengendalian
Pemanfaatan Ruang
Ps. 1 angka 15
pelaksanaan
program
pemanfaatan
ruang beserta
pembiayaannya
Ps. 1 angka 12
Pemantauan
upaya untuk
mewujudkan
tertib tata ruang
Ps. 35
Peraturan
penyusunan
rencana tata
ruang
upaya agar
penyelenggaraan
penataan ruang
dapat diwujudkan
sesuai dengan
ketentuan peraturan
perundang-undangan
zonasi
Perizinan
Insentif –
disinsentif
Pengenaan
Sanksi
Evaluasi
Pelaporan
Ps.55 ayat (2)
Pengaturan dan Pembinaan Penataan Ruang
6
PENGATURAN
melalui
Ps.12
Penetapan ketentuan peraturan per-UU-an
bidang penataan ruang (termasuk pedoman
bidang penataan ruang
PEMBINAAN
melalui
Pemerintah
dilakukan
kepada
Ps. 13 ayat (1)
Pemerintah
Provinsi
Pemerintah
Provinsi
Masyarakat
Ps. 13 ayat (2)
koordinasi penyelenggaraan penataan ruang;
sosialisasi peraturan per-UU-an dan
sosialisasi pedoman bidang penataan ruang;
pemberian bimbingan, supervisi, dan
konsultasi pelaksanaan penataan ruang;
pendidikan dan pelatihan;
penelitian dan pengembangan;
pengembangan sistem informasi dan
komunikasi penataan ruang;
penyebarluasan informasi penataan ruang
kepada masyarakat; dan
pengembangan kesadaran dan tanggung
jawab masyarakat.
Sumber: UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Pelaksanaan Penataan Ruang
7
PELAKSANAAN
upaya pencapaian tujuan penataan
ruang melalui pelaksanaan:
Ps. 1 angka 11
Ps.12
PERENCANAAN
TATA RUANG
Pemanfaatan
Pengendalian
Ruang
Pemanfaatan Ruang
suatu proses untuk menentukan
struktur ruang & pola ruang yang
meliputi penyusunan & penetapan RTR
Adalah upaya untuk mewujudkan tertib
tata ruang
Ps. 1 angka 13
Ps. 1 angka 15
upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan
pola ruang sesuai dengan RTR melalui
penyusunan dan pelaksanaan program
beserta pembiayaannya
Ps. 1 angka 14
Sumber: UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Pengawasan Penataan Ruang
8
PENGAWASAN PENATAAN RUANG
dilakukan terhadap
Ps. 55 ayat (1)
Kinerja
Pengaturan
Penataan
Ruang
Kinerja
pembinaan
Penataan
Ruang
Kinerja
Pelaksanaan
Penataan
Ruang
Ps. 56 ayat (1)
kinerja fungsi
dan manfaat
penyelenggaraan
penataan ruang
Pemantauan
Evaluasi
Pelaporan
Ps. 55 ayat (2)
dilaksanakan oleh
Pemerintah dan
pemerintah daerah
Ps. 55 ayat (3)
Ps. 55 ayat (4)
Masyarakat
melibatkan
terbukti terjadi
penyimpangan
administratif
Ps. 56 ayat (2)
Menteri, Gubernur, &
Bupati/Walikota mengambil
langkah penyelesaian sesuai
dengan kewenangannya
kinerja pemenuhan
standar pelayanan
minimal bidang
penataan ruang
terdiri atas
dilakukan dengan
mengamati &
memeriksa kesesuaian
antara penyelenggaraan
penataan ruang dgn
ketentuan peraturan
per-UU-an
Ps. 58 ayat (1)
dilakukan dengan
menyampaikan laporan dan/atau
pengaduan kepada Pemerintah
dan pemerintah daerah
Ps. 55 ayat (5)
Ps. 56 ayat (3)
Ps. 56 ayat (4)
Gubernur mengambil langkah
penyelesaian yang tidak
dilaksanakan Bupati/Walikota
dalam hal Bupati/Walikota tidak
melaksanakan langkah penyelesaian
Sumber: UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Menteri mengambil langkah
penyelesaian yang tidak
dilaksanakan Gubernur
dalam hal Gubernur tidak
melaksanakan langkah penyelesaian
9
Kementerian PPN/Bappenas
Perencanaan Tata Ruang
KEWENANGAN PENATAAN RUANG
Ps. 5 ayat (3)
Kewenangan
PR berdasarkan Administrasi
(mempertegas aspek kewenangan
penyelenggaraan)
10
Ps. 5 ayat (5)
PR berdasarkan Nilai Strategis Kawasan
(kawasan yang secara spesifik berpengaruh
besar terhadap pencapaian tujuan PR)
Pem. Pusat
PR Wilayah Nasional
Kawasan Strategis Nasional
Pem. Provinsi
PR Wilayah Provinsi
Kawasan Strategis Provinsi
Pem. Kabupaten
PR Wilayah Kabupaten
Kawasan Strategis Kabupaten
Pem. Kota
PR Wilayah Kota
Kawasan Strategis Kota
Sumber: UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Dengan demikian, kewenangan penyusunan Rencana
Tata Ruang disesuaikan dengan kewenangan penataan
ruang berdasarkan administrasi dan nilai strategis
kawasan
PERENCANAAN TATA RUANG
11
Menghasilkan rencana umum tata ruang dan rencana rinci tata ruang
RENCANA UMUM TATA
RUANG
WILAYAH
Ps. 14 ayat (2)
RENCANA RINCI TATA RUANG
disusun
apabila:
RTR PULAU / KEPULAUAN
RTR KWS STRA. NASIONAL
RTRW PROVINSI
RTR KWS STRA. PROVINSI
RTRW KABUPATEN
RDTR WIL KABUPATEN
RTR KWS PERKOTAAN DLM
WIL KABUPATEN
RTRW KOTA
RTR BAGIAN WIL KOTA
RTR KWS STRA KOTA
RDTR WIL KOTA
Sumber: UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Ps. 14 ayat (4)
a.
rencana umum tata ruang
belum dapat dijadikan dasar
dalam pelaksanaan
pemanfaatan ruang dan
pengendalian pemanfaatan
ruang; dan/atau
b.
rencana umum tata ruang
mencakup wilayah
perencanaan yang luas dan
skala peta dalam rencana
umum tata ruang tersebut
memerlukan perincian
sebelum dioperasionalkan
RTR KWS STRA KABUPATEN
RTR KWS
METROPOLITAN
PERKOTAAN
sebagai perangkat operasional
rencana umum tata ruang
Ps. 14 ayat (3)
RTRW NASIONAL
Ps. 14 ayat (1)
Ps. 14 ayat (5)
Sebagai dasar penyusunan
peraturan zonasi
Ps. 14 ayat (6)
MEKANISME PENETAPAN
PERDA RTRW PROVINSI
(BERDASARKAN UNDANGUNDANG NO.23 TAHUN 2014)
Pasal 245 ayat 2
MENDAGRI
Koordinasi dengan Menteri Yang
Membidangi Urusan Tata Ruang
Dilakukan
Hasil :
Dilaporkan
Perda RTRWP
Gubernur
Menetapkan
Raperda menjadi
Perda
12
MEKANISME PENETAPAN PERDA RTRW KABUPATEN/KOTA
(BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO.23 TAHUN 2014)
13
PENYUSUNAN
- Permendagri;
- Permen PU;
- Permen Kelautan
Perikanan;
- Dll.
dan
Konsultas
i
GUBERNUR C.q.
BKPRD Provinsi
KONSULTASI
Substansi Teknis
Dihasilka
n
Surat
Rekomendasi
Atas Dasar Surat
Rekomendasi
Dikoordinasi oleh BKPRN
INSTANSI
PUSAT YANG
MEMBIDANGI
URUSAN
TATA RUANG
KONSULTASI KEPADA MENTERI,
Pasal 245
DAN SELANJUTNYA MENTERI
ayat (4)
BERKOORDINASI DENGAN
MENTERI YANG MEMBIDANGI
URUSAN
TATA RUANG
Evaluasi
MENDAGRI
Hasil :
Dilaporkan
GUBERNUR
Oleh
Gubernur
Dilakukan
EVALUASI
Hasil
Bupati/Walikota
Menetapkan
Raperda menjadi
Perda
Substansi
Teknis
RAPERDA YANG TELAH
DISETUJUI DPRD
DIAJUKAN OLEH
BUPATI/WALIKOTA
Dilakukan
Raperda RTRWK/K
Perda RTRWK/K
Dihasilkan Persetujuan
Hasil Evaluasi
diikuti dengan
Pemberian
Nomor
Register
Surat
Diselenggaraka
n
Permintaan
Evaluasi dari
Bupati/
Walikota
Mekanisme Penetapan Perda RRTR
Provinsi/Kabupaten/Kota..(1)
14
Kementerian PPN/Bappenas
Penyelesaian
proses
kehutanan
A. OLEH MENTERI ATR
Penyiapan
Raperda
RRTR oleh
Daerah
Permintaan
Persetujuan
Substansi
ke Menteri
ATR
Diperlukan
rekomendasi
Gubernur
untuk RRTR
Kab/Kota
Pembahasan
RRTR di
BKPRN
Persetujuan
Substansi
RRTR oleh
Menteri ATR
Penetapan
Raperda
bersama
DPRD
Evaluasi
Kemendagri
Perda
RRTR
Provinsi/
Kabupaten/
Kota
Mekanisme Penetapan Perda RRTR
Provinsi/Kabupaten/Kota..(2)
Kementerian PPN/Bappenas
B. OLEH GUBERNUR
15
Persetujuan Substansi
Kementerian PPN/Bappenas
Berdasarkan Permen PU No. 11 Tahun 2009 tentang Persetujuan
Substansi dalam Penetapan Raperda RTRW, diketahui bahwa
Evaluasi Materi Muatan Teknis Raperda RTRW Provnsi dan
Kabupaten/Kota dilakukan melalui forum koordinasi kelompok kerja
teknis BKPRN oleh Tim Evaluasi Persetujuan Subtansi BKPRN.
Adapun pembentukan Tim Evaluasi Teknis Pesetujuan Substansi
Raperda RTRW Provinsi dan Kabupaten/Kota beserta Rencana
Rincinya ditetapkan melalui Kepmen PU No. 425 Tahun 2009, yang
beranggotakan diantaranya Eselon II dari:
•
•
•
•
•
•
•
•
Kemenko Perekonomian
Kemenko Polhukam
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat
Kementerian PPN/Bappenas
Kementerian Dalam Negeri
Sekretariat Kabinet
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Kementerian Kelauatan dan Perikanan
Kementerian Perhubungan
Kementerian Pertanian
Kementerian Hukum dan HAM
Kementerian EDSM
Kementerian Perindustrian
Kementerian Luar Negeri
Badan Informasi Geospatial
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
16
Pelimpahan Kewenangan Persub
RRTR Kabupaten/Kota..(1)
Kementerian PPN/Bappenas
o Berdasarkan ketentuan Pasal 18 UU No. 26 tahun 2007 tentang
Penataan Ruang, penetapan Raperda tentang RTRW Provinsi,
Kabupaten, dan Kota beserta Rencana Rincinya dilakukan setelah
mendapatkan
persetujuan
substansi
dari
menteri
yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam bidang penataan
ruang.
o Berdasarkan Pasal 58 ayat (2), Pasal 62 ayat (2), Pasal 68 ayat 2),
dan Pasal 76 ayat (2) PP No.15 tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang, pemberian persetujuan
substansi
rencana
rinci
tata
ruang
dapat
didekonsentrasikan kepada Gubernur.
o Mekanisme pelimpahan kewenangan pemberian persetujuan
substansi dalam penetapan rancangan peraturan daerah tentang
rencana rinci tata ruang kabupaten/kota dari Menteri PU kepada
Gubernur telah diatur dalam Permen PU No.: 01/PRT/M/2013.
17
Pelimpahan Kewenangan Persub
RRTR Kabupaten/Kota..(2)
Kementerian PPN/Bappenas
Kriteria Pelimpahan Kewenangan Persub RRTR
Kab/Kota
Sesuai dengan Permen PU No. 1/PRT/M/2013 tentang Pelimpahan
Kewenangan Pemberian Persetujuan Substansi dalam Penetapan
Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Rinci Tata Ruang
Kabupaten/Kota, kriteria yang harus dipenuhi oleh provinsi untuk
mendapatkan dekon persetujuan substansi RDTR meliputi:
1.telah menetapkan peraturan daerah tentang RTRW provinsi;
2.paling sedikit 50% (lima puluh persen) dari jumlah kabupaten/kota yang
berada di wilayah provinsinya telah memiliki peraturan daerah tentang
RTRW kabupaten/kota;
3.memiliki paling sedikit unit eselon III teknis yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan dalam bidang penataan ruang;
4.memiliki badan koordinasi penataan ruang daerah provinsi yang telah
operasional dan efektif sebagai wadah koordinasi lintas sektoral di bidang
penataan ruang; dan
5.memiliki sumber daya manusia yang cukup, kompeten, dan responsif di
bidang penataan ruang, terutama pada dinas teknis yang membidangi
urusan pemerintahan bidang penataan ruang yang menjadi sekretariat
18
Pelimpahan Kewenangan Persub
RRTR Kabupaten/Kota..(3)
Mekanisme Pelimpahan Kewenangan:
paling lambat Juni minggu ke-2 atau
setelah ditetapkannya Pagu
Sementara – untuk tahun anggaran
berikutnya
paling lambat Juli tahun
berjalan
ditetapkan Desember minggu pertama
atau setelah ditetapkannya Perpres
Rincian Anggaran Belanja Pemerintah
Pusat
19
Gubernur dapat
mengajukan
permohonan secara
tertulis kepada Menteri
melalui Dirjen
Gubernur tidak
memberi
jawaban =
TIDAK
BERSEDIA
DAPAT DITARIK
KEMBALI melalui
Ketetapan
Menteri
Pelimpahan Kewenangan Persub
RRTR Kabupaten/Kota..(4)
Kementerian PPN/Bappenas
Daftar Provinsi yang Telah Menerima Pelimpahan
Kewenangan Pemberian Persetujuan Substansi RRTR
Kabupaten/Kota
No
Provinsi
SK Pelimpahan Dekon
1
Jawa Barat
Kepmen PU No. 233/KPTS/M/2013
2
Jawa Tengah
Kepmen PU No. 234/KPTS/M/2013
3
Jawa Timur
Kepmen PU No. 235/KPTS/M/2013
4
Sulawesi Selatan
Kepmen PU No. 236/KPTS/M/2013
5
Jambi
Kepmen PU No. 224/KPTS/M/2014
6
Sumatera Barat
Kepmen PU No. 225/KPTS/M/2014
7
Sulawesi Tengah
Kepmen PU No. 264/KPTS/M/2014
8
DIY
Kepmen PU No. 285/KPTS/M/2014
9
Gorontalo
Kepmen PU No. 325/KPTS/M/2014
10
Lampung
Kepmen PU No. 326/KPTS/M/2014
20
21
Kementerian PPN/Bappenas
Koordinasi Penataan Ruang
di Pusat dan Daerah
Koordinasi Penataan Ruang
Kementerian PPN/Bappenas
Untuk mencapai tujuan penataan ruang (aman, nyaman,
produktif, berkelanjutan) diperlukan lembaga yang
mempunyai peran yang sangat strategis dalam
koordinasi penataan ruang (perencanaan, pemanfaatan,
maupun pengendalian):
22
Kelembagaan Koordinasi
Penataan Ruang
Kementerian PPN/Bappenas
BKPRN
• Menyiapkan kebijakan
penataan ruang nasional
• Pelaksanaan RTRWN
secara terpadu
• Penanganan dan
penyelesaian masalah tata
ruang
BKPRD
Wadah koordinasi penataan ruang di daerah
Menjamin terselenggaranya penataan ruang di
daerah
Menserasikan dan mensinergikan
penyelenggaraan penataan ruang nasional
dengan daerah
BKPRD Provinsi
• Pemaduserasian tata
ruang
Perencanaan pada
tingkat provinsi
• Fasilitasi kerjasama
penataan ruang antar
provinsi
Operasionalisasi
pemanfaatan lintas
kabupaten dan
pengelolaan
kawasan strategis
(nasional)
• Sinkronisasi rencana
umum dan rencana rinci
tata ruang
BKPRD Kab/Kota
Perencanaan tata ruang
kab/kota
Pemanfaatan ruang
kab/kota (keterpaduan
pelaksanaan
pembangunan)
Mekanisme perizinan
(investasi)
Pengendalian dalam Pengawasan
• Peningkatan kapasitas
(pemantauan & evaluasi)
bentuk pengawasan
kelembagaan penataan
umber: Keppres
50/2009
tentang Pedoman Koordinasi
Penataan Ruang
di Daerah
penertiban
ruang4/2009 tentang BKPRN; Permendagridan
Penertiban
(melalui
pemanfaatan ruang
23
Kementerian PPN/Bappenas
LEMBAGA
OPERASIONAL
STRUKTURAL
PEMERINTAH
GUBERNUR
BUPATI/
WALIKOTA
Mekanisme Koordinasi
Penataan Ruang
PERENCANAAN
RTRW Nasional/
RTR
Pulau/Kep/KSN
RTRW Provinsi
RTR Kaw
Strategis Provinsi
RTRW
Kabupaten
RTRW Kota
RTRW Kaw.
Strategis
Rencana
Kab/Kota Rinci
Tata Ruang
SISTEM
PEMANFATAN
PENGENDALIAN
24
LEMBAGA
KOORDINASI
• Kebijakan Perwujudan
Struktur dan Pola Ruang
sbg perangkat operasional
RTRWN di Pulau/Kepulauan
• Kebijakan Pengemb.
Kawasan:
- Kaw Strategis Nas
- Kebijakan Spasial Sektor al:
Sistranas, Pesisir & Pulau2
Kecil
• Arahan
peraturan zonasi
• Perizinan
• Insentif &
Disinsentif
• Sanksi
BKPRN
MASY
• Strategi Perwujudan Struktur
Lintas
Kab/Kota
• Arah Pengembangan Wilayah/
Kawasan lintas
Kab/Kota
• Pelaksanaan indikasi program
pembangunan sektor lintas
Kab/Kota
• Pembangunan Infrastruktur
• Pembangunan Kawasan
• Rencana Program Sektor
•
Arahan
peraturan
zonasi
• Perizinan
• Insentif &
Disinsentif
• Sanksi
BKPRD
Provinsi
MASY
•
BKPRD
Kab/Kota
MASY
INFORMASI
Pengaturan
zonasi
• Perizinan
• Insentif &
Disinsentif
• Sanksi
Hubungan Kerja BKPRN-BKPRD
Kementerian PPN/Bappenas
Aspek
Dasar
Hukum
Tugas dan
Fungsi
Struktur
Organisasi
Perencanaa
n,
pemanfaata
n dan
pengendalia
n
Forum
Koordinasi
BKPRN
Keppres
4/2009
BKPRD
Permendag
ri 50/2009
Hubungan Kerja
Karena bersifat ad-hoc maka kekuatan hukum
rekomendasi BKPRN dalam penanganan konflik
belum cukup kuat sebagai dasar pelaksanaan di
lapangan.
Nasional
Provinsi
dan
Kab/Kota
• Kurangnya sinergi antar K/L dan Anggota BKPRN,
karena belum adanya acuan kerja yang jelas;
• Kurangnya koordinasi antara BKPRN-BKPRD
provinsi dan BKPRD provinsi- BKPRD kab./kota;
• Perlunya penegasan fungsi dan hubungan antara
BKPRN dan BKPRD sehingga perlu disusun SOP
Kementria
n/Badan/
Wasekab
SKPD
Provinsi/
Kab/Kota
Masih sering bersifat sektoral bukan
bergerak/berjalan atas nama satu kelembagaan
BKPRN/BKPRD
Internal
BKPRN
Internal
BKPRD
Belum adanya mekanisme baku yang mengatur
hubungan kerja antara BKPRN dengan BKPRD,
sehingga perencanaan, pemanfaatan dan
pengendalian pemanfaatan ruang masih belum
optimal.
Rakernas
BKPRN
Rakerda
BKPRD
Masih kurangnya realisasi dan implementasi
(tindak lanjut) dari hasil keputusan
25
26
Kementerian PPN/Bappenas
Status Penyelesaian RTR
(per 25 September 2015)
RTRW PROVINSI
7 Provinsi
•
•
27
Provinsi
NO.
PROVINSI
PERDA
Total: 34 Provinsi
Per 25 September 2015 RTRW
Provinsi yang Sudah ditetapkan:
27 RTRW Provinsi
NO.
PROVINSI
PERDA
1
Bengkulu
No. 2 Tahun 2012
15
Jambi
No.10 Tahun 2013
2
Lampung
No. 1 Tahun 2010
16
Maluku
No. 16 Tahun 2013
3
DKI Jakarta
No. 1 Tahun 2012
17
Maluku Utara
No. 2 Tahun 2013
4
Jawa Barat
No. 22 Tahun 2010
18
Papua Barat
No.2 Tahun 2013
5
Jawa Tengah
No. 6 Tahun 2010
19
Sulawesi Tengah
No. 8 Tahun 2013
6
D.I Yogyakarta
No. 2 Tahun 2010
20
Aceh
No. 19 Tahun 2013
7
Jawa Timur
No. 5 Tahun 2012
21
Papua
No. 23 Tahun 2013
8
Banten
No. 2 Tahun 2011
22
Sulawesi Barat
No.1 Tahun 2014
9
Bali
No. 16 Tahun 2009
23
No. 2 Tahun 2014
10
Nusa Tenggara Barat
No. 3 Tahun 2010
Kep. Bangka
Belitung
11
Nusa Tenggara Timur
No. 1 Tahun 2011
24
Sulawesi Utara
No. 1 Tahun 2014
12
Sulawesi Selatan
No. 9 Tahun 2009
25
Sulawesi Tenggara
No. 2 Tahun 2014
13
Gorontalo
No. 4 Tahun 2011
26
Kalimantan Barat
No. 10 Tahun 2014
14
Sumatera Barat
No.13 Tahun 2012
27
Kalimantan Tengah
No. 5 Tahun 2015
TOTAL PROVINSI: 27 PROVINSI
27
28
68 Kabupaten
• Total: 415 Kabupaten
• Per 25 September 2015,
RTRW Kab. yang Sudah
ditetapkan: 347 RTRW Kab
347
Kabupaten
RTRW KOTA
29
•
•
6 Kota
87
Kota
Total : 93 Kota
Per 25 September
2015, RTRW Kota yang
Sudah ditetapkan: 87
RTRW Kota
30
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
TERIMA KASIH
Situs BKPRN: www.bkprn.org
Situs TRP: www.trp.or.id
Portal TRP:
www.tataruangpertanahan.com
Pustaka virtual TRP:
www.scribd.com/Tata Ruang dan
Pertanahan
Milis TRP:
http://groups.google.com/d/forum/tataruang-dan pertanahan
Portal Geospasial: portal.ina-sdi.or.id
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
MATERI 2:
Kelembagaan Perencanaan Tata Ruang di Pusat
dan Daerah
Disampaikan oleh
Oswar Mungkasa (Direktur Tata Ruang dan Pertanahan)
pada
Diklat Fungsional Penjenjangan Perencana (FPP) Madya Spasial
Kerjasama Pusbindiklatren Bappenas dengan Program Magister Perencanaan
Kota dan Daerah (MPKD) UGM
Yogyakarta 13 Oktober, 2015
OUTLINE PEMBAHASAN
Kementerian PPN/Bappenas
Penyelenggaraan Penataan Ruang
Perencanaan Tata Ruang
Koordinasi Penataan Ruang di Pusat dan
Daerah
Status Penyelesaian RTR
2
3
Kementerian PPN/Bappenas
Penyelenggaraan Penataan
Ruang
Tugas dan Wewenang Penyelenggaraan Penataan
Ruang..(1)
TUR, BIN, dan WAS terhadap :
- LAK PR wilayah Nasional, provinsi, &
kabupaten/kota,
- LAK PR kws. strategis nasional, provinsi, &
kabupaten/kota
NEGARA
Ps. 7 ayat (1)
Negara menyelenggarakan penataan ruang
untuk sebesar-besarnya
kemakmuran raktyat
WEWENANG
PEMERINTAH
Ps. 8
Seorang Menteri
Ps. 9 ayat (1)
Ket:
TUR
BIN
LAK
WAS
PR
=
=
=
=
=
pengaturan
pembinaan
pelaksanaan
pengawasan
penataan ruang
LAK PR kws strategis Nasional
Kerja sama PR antarnegara & fasilitasi kerja
sama antarprovinsi
Ps. 7 ayat (2)
Dalam melaksanakan
tugasnya, negara
memberikan kewenangan
penyelenggaraan
penataan ruang kepada
Pemerintah dan
pemerintah daerah
LAK PR wilayah Nasional
WEWENANG
PEMERINTAH
PROVINSI
Ps. 10
TUR, BIN, dan WAS terhadap :
- LAK PR wilayah provinsi & kabupaten/kota,
- LAK PR kws. Provinsi & kabupaten/kota
LAK PR wilayah provinsi
LAK PR kws. strategis provinsi
Kerja sama PR antarprovinsi & fasilitasi kerja
sama antarprovinsi
WEWENANG
PEMERINTAH
KAB./KOTA
Sumber: UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Ps. 11
TUR, BIN, dan WAS terhadap :
- LAK PR Wilayah kabupaten/kota,
- LAK PR kws. strategis kabupaten/kota
LAK PR wilayah kabupaten /kota
LAK PR kws. strategis kabupaten/kota
Kerja sama PR antarkabupaten/kota
4
Tugas dan Wewenang Penataan Penyelenggaraan
Ruang..(2)
5
Penyelenggaraan Penataan Ruang
Pengaturan
upaya pembentukan
andasan hukum bagi
Pemerintah, pemerintah
daerah, dan
masyarakat dalam
penataan ruang
Ps. 1 angka 9
penetapan ketentuan
peraturan perundangundangan bidang
penataan ruang
ermasuk pedoman
bidang penataan ruang.
Ps. 12
Pembinaan
upaya untuk
meningkatkan kinerja
penataan ruang
yang diselenggarakan
oleh Pemerintah,
pemerintah daerah,
dan masyarakat
Ps. 1 angka 10
Pemerintah kepada
pemerintah daerah
dan masyarakat
Pemerintah provinsi
kepada pemerintah
kabupaten/kota dan
masyarakat
Pemerintah
kabupaten/kota
kepada masyarakat
Ps. 13
Sumber: UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang
Pengawasan
Pelaksanaan
upaya pencapaian tujuan penataan ruang melalui
pelaksanaan perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang
Ps. 1 angka 11
Perencanaan
Tata Ruang
Ps. 1 angka 13
suatu proses
untuk
menentukan
struktur ruang
dan pola
ruang yang
meliputi
penyusunan
dan penetapan
RTR
Ps. 14 ayat (1)
Pemanfaatan
Ruang
Ps. 1 angka 14
upaya untuk
mewujudkan
struktur ruang
dan pola ruang
sesuai dengan
RTR melalui
penyusunan dan
pelaksanaan
program
beserta
pembiayaannya
Ps. 32 ayat (1)
Pengendalian
Pemanfaatan Ruang
Ps. 1 angka 15
pelaksanaan
program
pemanfaatan
ruang beserta
pembiayaannya
Ps. 1 angka 12
Pemantauan
upaya untuk
mewujudkan
tertib tata ruang
Ps. 35
Peraturan
penyusunan
rencana tata
ruang
upaya agar
penyelenggaraan
penataan ruang
dapat diwujudkan
sesuai dengan
ketentuan peraturan
perundang-undangan
zonasi
Perizinan
Insentif –
disinsentif
Pengenaan
Sanksi
Evaluasi
Pelaporan
Ps.55 ayat (2)
Pengaturan dan Pembinaan Penataan Ruang
6
PENGATURAN
melalui
Ps.12
Penetapan ketentuan peraturan per-UU-an
bidang penataan ruang (termasuk pedoman
bidang penataan ruang
PEMBINAAN
melalui
Pemerintah
dilakukan
kepada
Ps. 13 ayat (1)
Pemerintah
Provinsi
Pemerintah
Provinsi
Masyarakat
Ps. 13 ayat (2)
koordinasi penyelenggaraan penataan ruang;
sosialisasi peraturan per-UU-an dan
sosialisasi pedoman bidang penataan ruang;
pemberian bimbingan, supervisi, dan
konsultasi pelaksanaan penataan ruang;
pendidikan dan pelatihan;
penelitian dan pengembangan;
pengembangan sistem informasi dan
komunikasi penataan ruang;
penyebarluasan informasi penataan ruang
kepada masyarakat; dan
pengembangan kesadaran dan tanggung
jawab masyarakat.
Sumber: UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Pelaksanaan Penataan Ruang
7
PELAKSANAAN
upaya pencapaian tujuan penataan
ruang melalui pelaksanaan:
Ps. 1 angka 11
Ps.12
PERENCANAAN
TATA RUANG
Pemanfaatan
Pengendalian
Ruang
Pemanfaatan Ruang
suatu proses untuk menentukan
struktur ruang & pola ruang yang
meliputi penyusunan & penetapan RTR
Adalah upaya untuk mewujudkan tertib
tata ruang
Ps. 1 angka 13
Ps. 1 angka 15
upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan
pola ruang sesuai dengan RTR melalui
penyusunan dan pelaksanaan program
beserta pembiayaannya
Ps. 1 angka 14
Sumber: UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Pengawasan Penataan Ruang
8
PENGAWASAN PENATAAN RUANG
dilakukan terhadap
Ps. 55 ayat (1)
Kinerja
Pengaturan
Penataan
Ruang
Kinerja
pembinaan
Penataan
Ruang
Kinerja
Pelaksanaan
Penataan
Ruang
Ps. 56 ayat (1)
kinerja fungsi
dan manfaat
penyelenggaraan
penataan ruang
Pemantauan
Evaluasi
Pelaporan
Ps. 55 ayat (2)
dilaksanakan oleh
Pemerintah dan
pemerintah daerah
Ps. 55 ayat (3)
Ps. 55 ayat (4)
Masyarakat
melibatkan
terbukti terjadi
penyimpangan
administratif
Ps. 56 ayat (2)
Menteri, Gubernur, &
Bupati/Walikota mengambil
langkah penyelesaian sesuai
dengan kewenangannya
kinerja pemenuhan
standar pelayanan
minimal bidang
penataan ruang
terdiri atas
dilakukan dengan
mengamati &
memeriksa kesesuaian
antara penyelenggaraan
penataan ruang dgn
ketentuan peraturan
per-UU-an
Ps. 58 ayat (1)
dilakukan dengan
menyampaikan laporan dan/atau
pengaduan kepada Pemerintah
dan pemerintah daerah
Ps. 55 ayat (5)
Ps. 56 ayat (3)
Ps. 56 ayat (4)
Gubernur mengambil langkah
penyelesaian yang tidak
dilaksanakan Bupati/Walikota
dalam hal Bupati/Walikota tidak
melaksanakan langkah penyelesaian
Sumber: UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Menteri mengambil langkah
penyelesaian yang tidak
dilaksanakan Gubernur
dalam hal Gubernur tidak
melaksanakan langkah penyelesaian
9
Kementerian PPN/Bappenas
Perencanaan Tata Ruang
KEWENANGAN PENATAAN RUANG
Ps. 5 ayat (3)
Kewenangan
PR berdasarkan Administrasi
(mempertegas aspek kewenangan
penyelenggaraan)
10
Ps. 5 ayat (5)
PR berdasarkan Nilai Strategis Kawasan
(kawasan yang secara spesifik berpengaruh
besar terhadap pencapaian tujuan PR)
Pem. Pusat
PR Wilayah Nasional
Kawasan Strategis Nasional
Pem. Provinsi
PR Wilayah Provinsi
Kawasan Strategis Provinsi
Pem. Kabupaten
PR Wilayah Kabupaten
Kawasan Strategis Kabupaten
Pem. Kota
PR Wilayah Kota
Kawasan Strategis Kota
Sumber: UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Dengan demikian, kewenangan penyusunan Rencana
Tata Ruang disesuaikan dengan kewenangan penataan
ruang berdasarkan administrasi dan nilai strategis
kawasan
PERENCANAAN TATA RUANG
11
Menghasilkan rencana umum tata ruang dan rencana rinci tata ruang
RENCANA UMUM TATA
RUANG
WILAYAH
Ps. 14 ayat (2)
RENCANA RINCI TATA RUANG
disusun
apabila:
RTR PULAU / KEPULAUAN
RTR KWS STRA. NASIONAL
RTRW PROVINSI
RTR KWS STRA. PROVINSI
RTRW KABUPATEN
RDTR WIL KABUPATEN
RTR KWS PERKOTAAN DLM
WIL KABUPATEN
RTRW KOTA
RTR BAGIAN WIL KOTA
RTR KWS STRA KOTA
RDTR WIL KOTA
Sumber: UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Ps. 14 ayat (4)
a.
rencana umum tata ruang
belum dapat dijadikan dasar
dalam pelaksanaan
pemanfaatan ruang dan
pengendalian pemanfaatan
ruang; dan/atau
b.
rencana umum tata ruang
mencakup wilayah
perencanaan yang luas dan
skala peta dalam rencana
umum tata ruang tersebut
memerlukan perincian
sebelum dioperasionalkan
RTR KWS STRA KABUPATEN
RTR KWS
METROPOLITAN
PERKOTAAN
sebagai perangkat operasional
rencana umum tata ruang
Ps. 14 ayat (3)
RTRW NASIONAL
Ps. 14 ayat (1)
Ps. 14 ayat (5)
Sebagai dasar penyusunan
peraturan zonasi
Ps. 14 ayat (6)
MEKANISME PENETAPAN
PERDA RTRW PROVINSI
(BERDASARKAN UNDANGUNDANG NO.23 TAHUN 2014)
Pasal 245 ayat 2
MENDAGRI
Koordinasi dengan Menteri Yang
Membidangi Urusan Tata Ruang
Dilakukan
Hasil :
Dilaporkan
Perda RTRWP
Gubernur
Menetapkan
Raperda menjadi
Perda
12
MEKANISME PENETAPAN PERDA RTRW KABUPATEN/KOTA
(BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO.23 TAHUN 2014)
13
PENYUSUNAN
- Permendagri;
- Permen PU;
- Permen Kelautan
Perikanan;
- Dll.
dan
Konsultas
i
GUBERNUR C.q.
BKPRD Provinsi
KONSULTASI
Substansi Teknis
Dihasilka
n
Surat
Rekomendasi
Atas Dasar Surat
Rekomendasi
Dikoordinasi oleh BKPRN
INSTANSI
PUSAT YANG
MEMBIDANGI
URUSAN
TATA RUANG
KONSULTASI KEPADA MENTERI,
Pasal 245
DAN SELANJUTNYA MENTERI
ayat (4)
BERKOORDINASI DENGAN
MENTERI YANG MEMBIDANGI
URUSAN
TATA RUANG
Evaluasi
MENDAGRI
Hasil :
Dilaporkan
GUBERNUR
Oleh
Gubernur
Dilakukan
EVALUASI
Hasil
Bupati/Walikota
Menetapkan
Raperda menjadi
Perda
Substansi
Teknis
RAPERDA YANG TELAH
DISETUJUI DPRD
DIAJUKAN OLEH
BUPATI/WALIKOTA
Dilakukan
Raperda RTRWK/K
Perda RTRWK/K
Dihasilkan Persetujuan
Hasil Evaluasi
diikuti dengan
Pemberian
Nomor
Register
Surat
Diselenggaraka
n
Permintaan
Evaluasi dari
Bupati/
Walikota
Mekanisme Penetapan Perda RRTR
Provinsi/Kabupaten/Kota..(1)
14
Kementerian PPN/Bappenas
Penyelesaian
proses
kehutanan
A. OLEH MENTERI ATR
Penyiapan
Raperda
RRTR oleh
Daerah
Permintaan
Persetujuan
Substansi
ke Menteri
ATR
Diperlukan
rekomendasi
Gubernur
untuk RRTR
Kab/Kota
Pembahasan
RRTR di
BKPRN
Persetujuan
Substansi
RRTR oleh
Menteri ATR
Penetapan
Raperda
bersama
DPRD
Evaluasi
Kemendagri
Perda
RRTR
Provinsi/
Kabupaten/
Kota
Mekanisme Penetapan Perda RRTR
Provinsi/Kabupaten/Kota..(2)
Kementerian PPN/Bappenas
B. OLEH GUBERNUR
15
Persetujuan Substansi
Kementerian PPN/Bappenas
Berdasarkan Permen PU No. 11 Tahun 2009 tentang Persetujuan
Substansi dalam Penetapan Raperda RTRW, diketahui bahwa
Evaluasi Materi Muatan Teknis Raperda RTRW Provnsi dan
Kabupaten/Kota dilakukan melalui forum koordinasi kelompok kerja
teknis BKPRN oleh Tim Evaluasi Persetujuan Subtansi BKPRN.
Adapun pembentukan Tim Evaluasi Teknis Pesetujuan Substansi
Raperda RTRW Provinsi dan Kabupaten/Kota beserta Rencana
Rincinya ditetapkan melalui Kepmen PU No. 425 Tahun 2009, yang
beranggotakan diantaranya Eselon II dari:
•
•
•
•
•
•
•
•
Kemenko Perekonomian
Kemenko Polhukam
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat
Kementerian PPN/Bappenas
Kementerian Dalam Negeri
Sekretariat Kabinet
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Kementerian Kelauatan dan Perikanan
Kementerian Perhubungan
Kementerian Pertanian
Kementerian Hukum dan HAM
Kementerian EDSM
Kementerian Perindustrian
Kementerian Luar Negeri
Badan Informasi Geospatial
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
16
Pelimpahan Kewenangan Persub
RRTR Kabupaten/Kota..(1)
Kementerian PPN/Bappenas
o Berdasarkan ketentuan Pasal 18 UU No. 26 tahun 2007 tentang
Penataan Ruang, penetapan Raperda tentang RTRW Provinsi,
Kabupaten, dan Kota beserta Rencana Rincinya dilakukan setelah
mendapatkan
persetujuan
substansi
dari
menteri
yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam bidang penataan
ruang.
o Berdasarkan Pasal 58 ayat (2), Pasal 62 ayat (2), Pasal 68 ayat 2),
dan Pasal 76 ayat (2) PP No.15 tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang, pemberian persetujuan
substansi
rencana
rinci
tata
ruang
dapat
didekonsentrasikan kepada Gubernur.
o Mekanisme pelimpahan kewenangan pemberian persetujuan
substansi dalam penetapan rancangan peraturan daerah tentang
rencana rinci tata ruang kabupaten/kota dari Menteri PU kepada
Gubernur telah diatur dalam Permen PU No.: 01/PRT/M/2013.
17
Pelimpahan Kewenangan Persub
RRTR Kabupaten/Kota..(2)
Kementerian PPN/Bappenas
Kriteria Pelimpahan Kewenangan Persub RRTR
Kab/Kota
Sesuai dengan Permen PU No. 1/PRT/M/2013 tentang Pelimpahan
Kewenangan Pemberian Persetujuan Substansi dalam Penetapan
Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Rinci Tata Ruang
Kabupaten/Kota, kriteria yang harus dipenuhi oleh provinsi untuk
mendapatkan dekon persetujuan substansi RDTR meliputi:
1.telah menetapkan peraturan daerah tentang RTRW provinsi;
2.paling sedikit 50% (lima puluh persen) dari jumlah kabupaten/kota yang
berada di wilayah provinsinya telah memiliki peraturan daerah tentang
RTRW kabupaten/kota;
3.memiliki paling sedikit unit eselon III teknis yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan dalam bidang penataan ruang;
4.memiliki badan koordinasi penataan ruang daerah provinsi yang telah
operasional dan efektif sebagai wadah koordinasi lintas sektoral di bidang
penataan ruang; dan
5.memiliki sumber daya manusia yang cukup, kompeten, dan responsif di
bidang penataan ruang, terutama pada dinas teknis yang membidangi
urusan pemerintahan bidang penataan ruang yang menjadi sekretariat
18
Pelimpahan Kewenangan Persub
RRTR Kabupaten/Kota..(3)
Mekanisme Pelimpahan Kewenangan:
paling lambat Juni minggu ke-2 atau
setelah ditetapkannya Pagu
Sementara – untuk tahun anggaran
berikutnya
paling lambat Juli tahun
berjalan
ditetapkan Desember minggu pertama
atau setelah ditetapkannya Perpres
Rincian Anggaran Belanja Pemerintah
Pusat
19
Gubernur dapat
mengajukan
permohonan secara
tertulis kepada Menteri
melalui Dirjen
Gubernur tidak
memberi
jawaban =
TIDAK
BERSEDIA
DAPAT DITARIK
KEMBALI melalui
Ketetapan
Menteri
Pelimpahan Kewenangan Persub
RRTR Kabupaten/Kota..(4)
Kementerian PPN/Bappenas
Daftar Provinsi yang Telah Menerima Pelimpahan
Kewenangan Pemberian Persetujuan Substansi RRTR
Kabupaten/Kota
No
Provinsi
SK Pelimpahan Dekon
1
Jawa Barat
Kepmen PU No. 233/KPTS/M/2013
2
Jawa Tengah
Kepmen PU No. 234/KPTS/M/2013
3
Jawa Timur
Kepmen PU No. 235/KPTS/M/2013
4
Sulawesi Selatan
Kepmen PU No. 236/KPTS/M/2013
5
Jambi
Kepmen PU No. 224/KPTS/M/2014
6
Sumatera Barat
Kepmen PU No. 225/KPTS/M/2014
7
Sulawesi Tengah
Kepmen PU No. 264/KPTS/M/2014
8
DIY
Kepmen PU No. 285/KPTS/M/2014
9
Gorontalo
Kepmen PU No. 325/KPTS/M/2014
10
Lampung
Kepmen PU No. 326/KPTS/M/2014
20
21
Kementerian PPN/Bappenas
Koordinasi Penataan Ruang
di Pusat dan Daerah
Koordinasi Penataan Ruang
Kementerian PPN/Bappenas
Untuk mencapai tujuan penataan ruang (aman, nyaman,
produktif, berkelanjutan) diperlukan lembaga yang
mempunyai peran yang sangat strategis dalam
koordinasi penataan ruang (perencanaan, pemanfaatan,
maupun pengendalian):
22
Kelembagaan Koordinasi
Penataan Ruang
Kementerian PPN/Bappenas
BKPRN
• Menyiapkan kebijakan
penataan ruang nasional
• Pelaksanaan RTRWN
secara terpadu
• Penanganan dan
penyelesaian masalah tata
ruang
BKPRD
Wadah koordinasi penataan ruang di daerah
Menjamin terselenggaranya penataan ruang di
daerah
Menserasikan dan mensinergikan
penyelenggaraan penataan ruang nasional
dengan daerah
BKPRD Provinsi
• Pemaduserasian tata
ruang
Perencanaan pada
tingkat provinsi
• Fasilitasi kerjasama
penataan ruang antar
provinsi
Operasionalisasi
pemanfaatan lintas
kabupaten dan
pengelolaan
kawasan strategis
(nasional)
• Sinkronisasi rencana
umum dan rencana rinci
tata ruang
BKPRD Kab/Kota
Perencanaan tata ruang
kab/kota
Pemanfaatan ruang
kab/kota (keterpaduan
pelaksanaan
pembangunan)
Mekanisme perizinan
(investasi)
Pengendalian dalam Pengawasan
• Peningkatan kapasitas
(pemantauan & evaluasi)
bentuk pengawasan
kelembagaan penataan
umber: Keppres
50/2009
tentang Pedoman Koordinasi
Penataan Ruang
di Daerah
penertiban
ruang4/2009 tentang BKPRN; Permendagridan
Penertiban
(melalui
pemanfaatan ruang
23
Kementerian PPN/Bappenas
LEMBAGA
OPERASIONAL
STRUKTURAL
PEMERINTAH
GUBERNUR
BUPATI/
WALIKOTA
Mekanisme Koordinasi
Penataan Ruang
PERENCANAAN
RTRW Nasional/
RTR
Pulau/Kep/KSN
RTRW Provinsi
RTR Kaw
Strategis Provinsi
RTRW
Kabupaten
RTRW Kota
RTRW Kaw.
Strategis
Rencana
Kab/Kota Rinci
Tata Ruang
SISTEM
PEMANFATAN
PENGENDALIAN
24
LEMBAGA
KOORDINASI
• Kebijakan Perwujudan
Struktur dan Pola Ruang
sbg perangkat operasional
RTRWN di Pulau/Kepulauan
• Kebijakan Pengemb.
Kawasan:
- Kaw Strategis Nas
- Kebijakan Spasial Sektor al:
Sistranas, Pesisir & Pulau2
Kecil
• Arahan
peraturan zonasi
• Perizinan
• Insentif &
Disinsentif
• Sanksi
BKPRN
MASY
• Strategi Perwujudan Struktur
Lintas
Kab/Kota
• Arah Pengembangan Wilayah/
Kawasan lintas
Kab/Kota
• Pelaksanaan indikasi program
pembangunan sektor lintas
Kab/Kota
• Pembangunan Infrastruktur
• Pembangunan Kawasan
• Rencana Program Sektor
•
Arahan
peraturan
zonasi
• Perizinan
• Insentif &
Disinsentif
• Sanksi
BKPRD
Provinsi
MASY
•
BKPRD
Kab/Kota
MASY
INFORMASI
Pengaturan
zonasi
• Perizinan
• Insentif &
Disinsentif
• Sanksi
Hubungan Kerja BKPRN-BKPRD
Kementerian PPN/Bappenas
Aspek
Dasar
Hukum
Tugas dan
Fungsi
Struktur
Organisasi
Perencanaa
n,
pemanfaata
n dan
pengendalia
n
Forum
Koordinasi
BKPRN
Keppres
4/2009
BKPRD
Permendag
ri 50/2009
Hubungan Kerja
Karena bersifat ad-hoc maka kekuatan hukum
rekomendasi BKPRN dalam penanganan konflik
belum cukup kuat sebagai dasar pelaksanaan di
lapangan.
Nasional
Provinsi
dan
Kab/Kota
• Kurangnya sinergi antar K/L dan Anggota BKPRN,
karena belum adanya acuan kerja yang jelas;
• Kurangnya koordinasi antara BKPRN-BKPRD
provinsi dan BKPRD provinsi- BKPRD kab./kota;
• Perlunya penegasan fungsi dan hubungan antara
BKPRN dan BKPRD sehingga perlu disusun SOP
Kementria
n/Badan/
Wasekab
SKPD
Provinsi/
Kab/Kota
Masih sering bersifat sektoral bukan
bergerak/berjalan atas nama satu kelembagaan
BKPRN/BKPRD
Internal
BKPRN
Internal
BKPRD
Belum adanya mekanisme baku yang mengatur
hubungan kerja antara BKPRN dengan BKPRD,
sehingga perencanaan, pemanfaatan dan
pengendalian pemanfaatan ruang masih belum
optimal.
Rakernas
BKPRN
Rakerda
BKPRD
Masih kurangnya realisasi dan implementasi
(tindak lanjut) dari hasil keputusan
25
26
Kementerian PPN/Bappenas
Status Penyelesaian RTR
(per 25 September 2015)
RTRW PROVINSI
7 Provinsi
•
•
27
Provinsi
NO.
PROVINSI
PERDA
Total: 34 Provinsi
Per 25 September 2015 RTRW
Provinsi yang Sudah ditetapkan:
27 RTRW Provinsi
NO.
PROVINSI
PERDA
1
Bengkulu
No. 2 Tahun 2012
15
Jambi
No.10 Tahun 2013
2
Lampung
No. 1 Tahun 2010
16
Maluku
No. 16 Tahun 2013
3
DKI Jakarta
No. 1 Tahun 2012
17
Maluku Utara
No. 2 Tahun 2013
4
Jawa Barat
No. 22 Tahun 2010
18
Papua Barat
No.2 Tahun 2013
5
Jawa Tengah
No. 6 Tahun 2010
19
Sulawesi Tengah
No. 8 Tahun 2013
6
D.I Yogyakarta
No. 2 Tahun 2010
20
Aceh
No. 19 Tahun 2013
7
Jawa Timur
No. 5 Tahun 2012
21
Papua
No. 23 Tahun 2013
8
Banten
No. 2 Tahun 2011
22
Sulawesi Barat
No.1 Tahun 2014
9
Bali
No. 16 Tahun 2009
23
No. 2 Tahun 2014
10
Nusa Tenggara Barat
No. 3 Tahun 2010
Kep. Bangka
Belitung
11
Nusa Tenggara Timur
No. 1 Tahun 2011
24
Sulawesi Utara
No. 1 Tahun 2014
12
Sulawesi Selatan
No. 9 Tahun 2009
25
Sulawesi Tenggara
No. 2 Tahun 2014
13
Gorontalo
No. 4 Tahun 2011
26
Kalimantan Barat
No. 10 Tahun 2014
14
Sumatera Barat
No.13 Tahun 2012
27
Kalimantan Tengah
No. 5 Tahun 2015
TOTAL PROVINSI: 27 PROVINSI
27
28
68 Kabupaten
• Total: 415 Kabupaten
• Per 25 September 2015,
RTRW Kab. yang Sudah
ditetapkan: 347 RTRW Kab
347
Kabupaten
RTRW KOTA
29
•
•
6 Kota
87
Kota
Total : 93 Kota
Per 25 September
2015, RTRW Kota yang
Sudah ditetapkan: 87
RTRW Kota
30
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
TERIMA KASIH
Situs BKPRN: www.bkprn.org
Situs TRP: www.trp.or.id
Portal TRP:
www.tataruangpertanahan.com
Pustaka virtual TRP:
www.scribd.com/Tata Ruang dan
Pertanahan
Milis TRP:
http://groups.google.com/d/forum/tataruang-dan pertanahan
Portal Geospasial: portal.ina-sdi.or.id