TATO DAN MEDIA SOSIAL Studi tentang Magi (1)

Jurnal Sainstech Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2355-5009 Vol. 2 Nomor 4 Desember Tahun 2015

TATO DAN MEDIA SOSIAL
(Studi tentang MagicInk dan Kampanye Penggemar Tato di Media Sosial)
Markus Utomo Sukendar, S.Sos, M.I.Kom
Politeknik Indonusa Surakarta
soeryautomo@gmail.com
ABSTRAK

Tubuh manusia mempunyai posisi yang sangat vital karena melalui tubuh terjadi suatu
perjumpaan antara individu dan sosial, ide dan materi, sakral dan profan, transenden dan
imanen. Tubuh dengan posisi ambang seperti ini tidak saja disadari sebagai medium
bagi merasuknya pengalaman ke dalam diri, tetapi juga merupakan medium bagi
terpancarnya ekspresi dan aktualisasi diri, sehingga pengalaman dan ekspresi terkait
secara dialektis (Bruner, 1986). Kegiatan modifikasi tubuh yang secara umum dikenal
oleh masyarakat adalah tindik pada organ tubuh, merapihkan (mentatah) gigi pada
wanita yang baru memasuki usia dewasa, khitan pada bayi perempuan maupun laki-laki,
tanning, body sculpture, operasi plastic, implantasi tubuh, body painting, dan tato. Di
Indonesia, tato mengalami masa-masa kelam pada masa-masa orde baru, tato dianggap
dekat dengan kriminalitas dan orang yang bertato dianggap sebagai penyakit
dimasyarakat dan harus disingkirkan. Pemerintah orde baru membangun persepsi tato

sebagai simbol kriminalitas, dan untuk mewujudkan keamanan nasional serta ketertiban
dimasyarakat maka para orang yang bertato pun disingkirkan karena dianggap
mengganggu keamanan dan ketertiban dimasyarakat. Semakin derasnya arus pertukaran
informasi, akulturasi budaya, menggeser persepsi tato yang dekat dengan kriminalitas
sebagai sebuah gaya hidup manusia modern. Tato bahkan belakangan ini menjadi suatu
mode. Bila semula tato merupakan bagian budaya ritual etnik, tradisional, kini
berkembang menjadi bagian kebudayaan pop (Gumilar, 2005). Motivasi antara lain
“beauty, art and fashion, individuality, personal narratives, physical endurance, group
affiliations and commitment, resistance, spirituality and cultural tradition, addiction and
no specific reason” (Wohlrab, 2007). MagicInk sebagai Komunitas Tato melihat media
sosial bisa menjadi kendaraan yang efektif dalam upaya menyebarkan informasi dan
memberikan pemahaman tentang Tato sebagai bagian dari budaya lampau dan saat ini
mengalami transformasi sebagai bagian budaya pop dan menjadi trend gaya hidup
masyarakat. MagicInk menjadi bagian komunitas Tato global yang memberikan
kontribusi dan menjadi bagian kampanye media sosial untuk menyebarluaskan tren
rajah tubuh tersebut.
Kata Kunci : MagicInk, Tato, Budaya Pop, Media Sosial

85


Jurnal Sainstech Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2355-5009 Vol. 2 Nomor 4 Desember Tahun 2015

Serikat dan Polinesia di Asia, lalu berkembang
ke seluruh suku-suku dunia salah satunya suku
Dayak di Kalimantan. (Wikipedia).
Rajah atau tato juga didefinisikan
sebagai gambar, lukisan, pada bagian atau
anggota tubuh, yang memiliki arti sesuatu bagi
pemiliknya (LeMay, 2008). Praktek merajah
tubuh ini telah dilakukan di hampir semua
kebudayaan yang ada didunia beribu-ribu tahun
yang lalu. Pada beberapa kelompok, tato
merupakan tanda suku atau status. Bagi
masyarakat suku Mentawai Indonesia, tato juga
menandakan
beratnya
jalan
menuju
kedewasaan, atau menunjukkan keahlian si
pemilik tato. Selain itu, salah satu alasan paling

populer dan juga paling tua adalah seni
tubuh ini menambah keindahan si pemilik
(Rosa, 1994).
Sebagai bagian dari kebudayaan suatu
masyarakat, kegiatan modifikasi tubuh,
khususnya rajah atau tato pada awalnya
merupakan tradisi atau kepercayaan yang dianut
oleh masyarakat tertentu. Tato dibuat sebagai
suatu simbol atau penanda yang dapat
memberikan suatu kebanggaan tersendiri bagi si
pemiliknya dan simbol keberanian dari si
pemilik tato. Tato dipercaya sebagai simbol
keberuntungan, status sosial, kecantikan,
kedewasaan, dan harga diri. Seiring dengan
berjalannya waktu kebudayaan mengalami
suatu
perubahan
nilai
dan
arti

(Kusumohamidjojo, 2009). Makna tato berubah
seiring dengan perkembangan jaman,. tato yang
semula memiliki nilai sosial-kultural bergeser
menjadi lebih personal. Pergeseran makna
perajahan ini dimulai dari rajah atau tato
sebagai ciri dari suatu masyarakat, bentuk dari
kesenian, simbol maskulinitas seorang pria,
simbol kondisi mental seseorang, simbol
kriminalitas, perlawanan, sampai dengan
ekspresi diri (Olong,2006).
Perubahan nilai terhadap tato sangat
dipengaruhi juga karena konstruksi kebudayaan
yang dianut oleh masyarakat. Tato tradisional
mungkin menjadi sesuatu yang bersifat religius
dan magis karena gambar yang digunakan
berupa simbol-simbol yang terkait dengan alam
dan kepercayaan masyarakat. Namun ada suatu
masa ketika tato tersebut tidak lagi bersifat
religius tetapi justru menyandang stigma yang
negatif (Chanay, 2003). Di Indonesia, tato


I.

PENDAHULUAN
Tubuh manusia mempunyai posisi yang
sangat vital karena melalui tubuh terjadi suatu
perjumpaan antara individu dan sosial, ide dan
materi, sakral dan profan, transenden dan
imanen. Tubuh dengan posisi ambang seperti
ini tidak saja disadari sebagai medium bagi
merasuknya pengalaman ke dalam diri, tetapi
juga merupakan medium bagi terpancarnya
ekspresi dan aktualisasi diri, sehingga
pengalaman dan ekspresi terkait secara dialektis
(Bruner, 1986). Sehingga sebagian orang
merasa perlu untuk memodifikasi tubuh sebagai
sarana
untuk
mengekspresikan
dan

mengaktualisasikan
dirinya.
Menurut
Featherstone (Wohlrab, et al., 2007), modifikasi
tubuh adalah sebuah upaya merubah tubuh
secara permanen atau semipermanen yang
dengan sengaja dilakukan.
Kegiatan modifikasi tubuh yang secara
umum dikenal oleh masyarakat adalah tindik
pada organ tubuh, merapihkan (mentatah) gigi
pada wanita yang baru memasuki usia dewasa,
khitan pada bayi perempuan maupun laki-laki,
tanning, body sculpture, operasi plastic,
implantasi tubuh, body painting, dan tato.
Beberapa bentuk merupakan bagian dari budaya
yang dihormati serta dianggap sakral bagi
sebagian masyarakat yang mempercayainya,
seperti khitan pada bayi perempuan, meskipun
bagi masyarakat di negara tertentu dianggap
sebagai pelanggaran hak azasi manusia (HAM)

oleh tuntutan adat (Pitts dalam Wohlrab, dkk.,
2007).
Ensiklopedia Indonesia menjelaskan
bahwa tato merupakan lukisan permanen pada
kulit tubuh. Tato merupakan produk dari body
decorating dengan menggambarkan kulit tubuh
dengan alat tajam berupa jarum, tulang dan
sebagainya kemudian bagian tubuh yang
digambar tersebut diberi zat pewarna atau
pigmen berwarna-warni. Keberadaan merajah
tubuh di dalam kebudayaan dunia sudah sangat
lama ada dan dapat dijumpai di seluruh sudut
dunia. Menurut sejarah, ternyata rajah tubuh
sudah dilakukan sejak 3000 tahun SM (sebelum
Masehi). Tato ditemukan untuk pertama kalinya
pada sebuah mumi yang terdapat di Mesir. Dan
konon hal itu dianggap yang menjadikan tato
kemudian menyebar ke suku-suku di dunia,
termasuk salah satunya suku Indian di Amerika
86


Jurnal Sainstech Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2355-5009 Vol. 2 Nomor 4 Desember Tahun 2015

mengalami masa-masa kelam pada masa-masa
orde baru, tato dianggap dekat dengan
kriminalitas dan orang yang bertato dianggap
sebagai penyakit dimasyarakat dan harus
disingkirkan. Pemerintah orde baru membangun
persepsi tato sebagai simbol kriminalitas, dan
untuk mewujudkan keamanan nasional serta
ketertiban dimasyarakat maka para orang yang
bertato pun disingkirkan karena dianggap
mengganggu
keamanan
dan
ketertiban
dimasyarakat.
Semakin derasnya arus pertukaran
informasi, akulturasi budaya, menggeser
persepsi tato yang dekat dengan kriminalitas

sebagai sebuah gaya hidup manusia modern.
Tato bahkan belakangan ini menjadi suatu mode.
Bila semula tato merupakan bagian budaya ritual
etnik, tradisional, kini berkembang menjadi
bagian kebudayaan pop (Gumilar, 2005).
Banyak kalangan selebritas yang bekerja di
bidang entertainment yang sering muncul di
televisi seperti, Tora Sudiro, Olla Ramlan, Grup
Band Slank, Presenter TJ, pasangan Victoria dan
David Beckham, yang mengabadikan janji setia
dan cinta abadi mereka menjadi tato di
tubuhnya, atau Cheryl Cole, selebritis asal
Inggris yang mentato punggungnya dengan
seikat bunga. Dan masih banyak lagi selebritas
lain yang menjadikan tato sebagai bagian dari
identitas yang melekat pada dirinya. Dan segala
sesuatu yang melekat pada selebriti – selebriti
tersebut, termasuk tato diekspos secara masif
oleh media, baik media konvensional maupun
media baru, sehingga popularitas tato menjadi

semakin meningkat.

makna tato dan fungsi tato di berbagai selalu
terkait dengan budaya dan kepercayaan dianut
oleh masyarakat di berbagai daerah tersebut.
Dalam bahasa Indonesia kata tato
merupakan pengindonesiaan dari kata tattoo
yang berarti goresan, gambar, atau lambing yang
membentuk sebuah desain pada kulit tubuh.
Konon kata “ tato ” berasal dari bahasa Tahiti,
yakni “tattau” yang berarti menandai, dalam arti
bahwa tubuh ditandai dengan menggunakan alat
berburu yang runcing untuk memasukkan zat
pewarna dibawah permukaan kulit (Olong,
2006). Penggunaan
tato
pada zaman
dahulu berhubungan erat dengan nilainilai yang berkembang pada masa itu yaitu:
keyakinan animisme, dinamisme bahkan ilmu
kebatinan. Tato memiliki kaitan yang kental

dengan faktor alam, lambang-lambang atau
simbol yang ditempelkan pada tubuh makhluk
hidup termasuk manusia. Tato juga digunakan
sebagai penunjuk identitas, seperti yang
dilakukan
oleh
masyarakat
Mentawai.
Masyarakat Mentawai sudah menganggap
tato sebagai roh kehidupan, sebagai
simbolisasi keseimbangan alam maka setiap
benda seperti batu, hewan, dan tumbuhan harus
diabadikan di atas tubuh mereka (Rosa, 1994).
Bagi masyarakat Mentawai, kedudukan tato
adalah untuk menunjukkan jati diri dan
perbedaan status sosial atau profesi. Selain itu
tato juga memiliki fungsi sebagai simbol
keseimbangan alam. Benda-benda seperti batu,
hewan dan tumbuhan memiliki jiwa dan harus
diabadikan di atas tubuh. Fungsi tato yang lain
adalah sebagai bentuk keindahan. Masyarakat
Mentawai dikenal dekat dengan alam, keindahan
alam yang mereka nikmati, mereka ekspresikan
dalam bentuk rajah atau tato di tubuhnya.
Pergeseran makna tato yang terjadi pada
jaman orde baru, dimana tato dianggap dekat
dengan kriminalitas, mencerminkan perilaku
yang buruk dan mengganggu ketertiban
masyarakat dan pengguna tato kemudian
dianggap layak untuk disingkirkan dari tengahtengah masyarakat, membuat makna dan citra
tato menjadi negatif. Pengguna tato pada masa
tersebut pun terbatas pada kalangan tertentu,
yang biasanya mempunyai status sosial yang
dianggap rendah di masyarakat. Masa orde baru
merupakan
masa-masa
kelam
bagi
perkembangan tato di Indonesia, karena

II.
TINJAUAN PUSTAKA
Perkembangan Tato
Sejarah tato dimulai oleh James Cook,
saat pulang dari pelayaran dengan kapal
‘Endeuvor’ yang mengunjungi banyak pulau di
lautan Pasifik dan berlangsung selama 3
tahun (dimulai tanggal 16 Agustus 1768).
Istilah yang dipakai oleh Kapten
James
Cook, oleh orang Barat dilafalkan menjadi
tattoo berdasarkan kata yang sama dalam budaya
Polynesia (Miller, 1997). Namun sebenarnya,
praktek merajah tubuh sudah dikenal di berbagai
kebudayaan, baik di Asia, Afrika, Amerika dan
Oceania. Meskipun secara geografis tato sudah
dikenal sangat lama di berbagai daerah di dunia,
87

Jurnal Sainstech Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2355-5009 Vol. 2 Nomor 4 Desember Tahun 2015

pemerintah orde baru memberikan stigma yang
negatif terhadap tato dan penggunanya.
Sekarang tato menjadi gaya hidup dan
trend yang populer, di Amerika jumlah
pengguna tato pada tahun 2013 adalah sekitar 45
juta orang (www.statisticbrain.com), meskipun
belum ada perhitungan statistik yang siginifikan
mengenai jumlah pengguna tato di Indonesia,
namun dari waktu ke waktu pengguna tato
semakin
meningkat,
terbukti
dengan
bermunculannya studio tato yang menawarkan
jasa pembuatan tato. Tato tidak lagi menjadi
dominasi budaya tradisional namun telah
berkembang menjadi bagian dari budaya pop.
Dulu tato hanya menjadi konsumsi bagi
kalangan tertentu, antara lain individu yang
beranjak usia dewasa dengan proses ritual
yang sifatnya magis dan berbelit. Namun kini,
tato menjadi konsumsi bagi banyak kalangan
tanpa harus melalui ritual- ritual tertentu (Olong,
2006). Dan tidak terbatas pada jenis kelamin
tertentu, profesi, tingkat pendidikan atau status
sosial tertentu. “The new group’s profession,
educational level, and gender have differed from
that
of
the
classically
tattooed
person”(DeMello, 1995). Kelompok pengguna
tato saat ini berbeda secara profesi, tingkat
pendidikan dan jenis kelamin dibandingkan
dengan pengguna tato jaman dulu.
Pada awalnya, tato dibuat dengan arang
tempurung yang dicampur dengan air tebu dan
menggunakan alat-alat yang
masih sangat
tradisional, seperti tangkai kayu, jarum dan
pemukul dari batang. Orang-orang Eskimo
misalnya, memakai jarum yang terbuat dari
tulang binatang. Di kuil-kuil Shaolin
menggunakan gentong tembaga yang dipanaskan
untuk mencetak gambar tato naga pada kulit
tubih. Murid-murid Shaolin yang dianggap
memenuhi syarat untuk mendapatkan simbol itu,
dengan menempelkan kedua lengan mereka pada
semacam cetakan gambar naga yang ada di
kedua sisi gentong tembaga panas itu. Saat ini,
terutama di kalangan masyarakat perkotaan,
pembuatan Tato dilakukan dengan mesin
elektrik. Mesin ini pertama kali ditemukan oleh
seorang keturunan Irlandia-Amerika bernama
Samuel O’Riley yang hak ciptanya dipatenkan
pada tahun 1891 di Amerika Serikat. Mesin
tersebut terinspirasi dari pena hasil temuan
Thomas Alva Edison pada tahun 1875. Dengan

mesin tato karya O’Riley
ini kecepatan
rajahannya cukup tinggi sehingga mampu
mengurangi rasa sakit pada saat proses mentato,
sedangkan zat pewarnanya menggunakan tinta
sintetis.
Perkembangan teknologi memberikan
kontribusi yang besar terhadap perkembangan
alat-alat tato, sekarang ini beberapa alat yang
digunakan untuk mentato adalah tube, mesin
tato, adaptor, dan peralatan pembuat pola,
jarum, sarung tangan, tempat tinta, pengoles
dan alat cukur, dan peralatan pendukung
lainnya seperti vaselin, alkohol, sabun cair, salep
anti septik, tissue, desain dan karya foto. Seluruh
peralatan tersebut sekali pakai dan digunakan
dalam kondisi steril dan dalam kemasan tersegel.
Alat yang digunakan untuk menato tersebut
diaplikasikan dengan menggunakan listrik
berdaya rendah yang beroperasi sama dengan
mesin jahit. Satu hingga puluhan jarum
digabungkan menjadi satu diujung sebuah
batang logam yang disebut needle har,
sedangkan pangkal dari needle har di butuhkan
dengan mesin tato (Anggoro, 2003 : 45-47).
Tato : Pro dan Kontra
Motivasi setiap pengguna tato beragam,
di antaranya adalah “beauty, art and fashion,
individuality, personal narratives, physical
endurance, group affiliations and commitment,
resistance, spirituality and cultural tradition,
addiction and no specific reason” (Wohlrab,
2007).
1. Beauty, art and fashion
Seniman dan pengguna tato menganggap tato
adalah sebuah keindahan dan bagian dari
karya seni yang diaplikasikan di tubuh
seseorang. Industri tato dewasa ini semakin
semarak dengan hadirnya seniman tato
profesional
yang
menyediakan
jasa
pembuatan tato dengan desain yang indah
dan merupakan karya seni yang artistik.
“Tattoo
industry
is
increasingly
characterized by educated professional
tattooists that provide fine art designs, and
this has given the tattoo subculture
legitimacy within the art world” (Sanders,
1989). Tato dapat dikategorikan sebagai
entitas seni karena selain merupakan wujud
kasat mata berupa artefak yang dapat dilihat,
dirasakan, ia juga menyangkut nilai-nilai
88

Jurnal Sainstech Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2355-5009 Vol. 2 Nomor 4 Desember Tahun 2015

estetis, sederhana, bahagia, emosional,
hingga individual dan subjektif (Sumardjo,
2000). Tato juga dianggap sebagai sebuah
aksesoris
yang
melekat
di
tubuh
penggunanya dan bisa digunakan untuk
memperbaiki atau menyamarkan bentuk
bagian tubuh yang dirasa kurang indah,
seperti tato alis, tato bibir, tato pada garis
mata, atau membentuk tahi lalat, dimana
bentuk dan warnanya disesuaikan dengan
konstruksi wajah penggunanya. Lema (2010)
mengatakan bahwa tato adalah aksesoris
fashion kelas menengah yang dipakai pada
peragaan busana internasional. Tato dianggap
modis, fashionable sekaligus aksesoris
mempercantik diri.
2. Individuality
Motivasi
lain
adalah
karena
tato
memungkinkan
seseorang
membentuk
idenditas dirinya, menjadi seseorang yang
unik dan berbeda dengan orang lain.
“Another line of motivations embraces
wishes to create and maintain self-identity,
being special and distinctive from others”
(Millner & Eichold, 2001). Tato secara
tampilan
fisik
dianggap
mampu
merefleksikan
kreativitas
seseorang
mengenai identitas dirinya.
3. Personal narratives
“Tattoo narratives involve subjects narrating
with their body and of their body. In other
words, there are stories on the body and the
body in the story” (Brooks, 1993). Tato bagi
sebagian penggunanya adalah sebuah cerita
kehidupan, baik cerita bahagia, cerita
kesedihan, ataupun cerita tentang momentmoment penting dalam kehidupan. Perjalanan
hidup, ekspresi nilai-nilai kehidupan dan
pengalaman
yang
sudah
dijalani
diejawantahkan dalam sebuah simbol tato.
4. Physical endurance
Kemampuan seseorang untuk menahan rasa
sakit akibat proses merajah tubuh dengan
menggunakan jarum diasosiasikan sebagai
ketahanan dan kekuatan tubuh secara fisik.
“Additionally,
painful
stimulation
is
associated with a release of endorphins in the
body, generating positive emotions in
addition to an anesthetizing effect” (Stirn
dalam Wohlrab, 2007). Rasa sakit ini
dihubungkan dengan pelepasan endorfin

5.

6.

7.

8.

9.

89

dalam tubuh, membentuk emosi positif
sebagai salah satu efek anestesi.
Group affiliations and commitment
Tato digunakan untuk menunjukkan koneksi
dan komitmen pada kelompok Sanders
(2008). “friendship and love signs have long
been mentioned as reasons to obtain body
modifications. Body ornaments as permanent
sign of commitment are fairly common”.
Selain itu tato juga bisa digunakan sebagai
alat untuk tergabung dengan kelompok
tertentu.
Resistance
Tato bisa juga digunakan sebagai simbol
perlawanan atau penolakan terhadap figurfigur yang dianggap bertentangan atau
berseberangan dengan penggunanya, yang
tidak dapat disampaikan secara langsung. “A
recent study on college students found that
especially in adolescents protest against the
generation of the parents is a major aspect
in acquiring body modification” (Delazar
dalam Wohlrab, 2007).
Spirituality and cultural tradition
Motivasi ini sama dengan motivasi di awal
kemunculan tato, yaitu sebagai bagian dari
budaya dan spiritualitas yang dipercaya.
“Personal affiliations to cultures and their
spirituality are also reasons for tattooing
and body piercing” (Jeffreys dalam
Wohlrab, 2007).
Addiction
Sensasi rasa sakit ketika proses tato
membuat pengguna tato biasanya tidak
cukup hanya dengan satu tato pada
tubuhnya. “Tattoos and piercings possess an
addictive character, which
might
proximately be due to the release of
endorphins, associated with the painful
penetration of the body, anesthetizing and
entailing a positive feeling”(Winchel et al
dalam Wohlrab, 2007). Selain itu juga
karena secara psikologis amat penting bagi
penggemar tato untuk menyimpan kenangan,
pengalaman, dan nilai-nilai kehidupannya di
tubuhnya.
No specific reasons
Beberapa pengguna tato tidak mempunyai
motivasi tertentu dalam merajah tubuhnya.
Semuanya terjadi seketika, begitu saja tanpa
proses berpikir yang panjang. “Some people

Jurnal Sainstech Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2355-5009 Vol. 2 Nomor 4 Desember Tahun 2015

beredar di pasaran umumnya terbuat dari
bahan kimia yang patut dikelompokkan ke
dalam unsur logam berat, seperti arsenik,
mercury, perak, emas, dan bismuth, yang
berbahaya untuk kesehatan (Rixco, 2008).
Selain dari sisi medis tato dianggap
rentan terhadap penyebaran penyakit-penyakit
tertentu, masih ada beberapa kelompok dalam
masyarakat yang memandang tato sebagai
bentuk penyimpangan perilaku dan tidak sesuai
dengan ajaran agama tertentu. Persepsi masa lalu
yang
menganggap
tato
dekat
dengan
kriminalitas, masih hidup di beberapa kelompok
masyarakat. Orang yang bertato dianggap
sebagai orang yang mempunyai perilaku
menyimpang, identik dengan kekerasan dan
premanisme. Tato juga dianggap bertentangan
dengan ajaran agama tertentu, salah satunya
karena dengan bertato berarti merubah tekstur
dan warna kulit manusia sebagai ciptaan Tuhan.
Sementara sebenarnya manusia diciptakan
sebagai makhluk yang sempurna, dengan organorgan tubuh yang diperlukan, termasuk kulit
tubuh yang bersih.

also state an impulsive rather than a long
decision making process as a reason for
acquiring a body modification” (Greif et al.
dalam Wohlrab, 2007).
Tato dengan demikian dianggap mampu
memenuhi keinginan penggunanya, keinginan
untuk mengekspresikan seni, keindahan dan
bagian dari fashion masa kini (beauty, art and
fashion), keinginan untuk menampilkan
identitas diri yang unik dan berbeda dengan
orang lain (individuality), keinginan untuk
mengabadikan cerita kehidupannya (personal
narratives), keinginan untuk menjajal ketahanan
fisik (physical endurance), keinginan untuk
berafiliasi dan sebagai komitmen dari anggota
kelompok tertentu (group affiliations and
commitment), keinginan untuk mengekspresikan
bentuk perlawanan terhadap fitgur-figur yang
berseberangan yang tidak dapat diungkapkan
secara langsung (resistance), serta keinginan
untuk mengekspresikan nilai-nilai spiritualitas
yang dianut dan melestarikan tradisi budaya
(spirituality and cultural tradition). Beberapa
hal tersebut yang membuat popularitas tato
akhir-akhir ini semakin meningkat dan jumlah
pengguna dan penggemarnya menjadi semakin
banyak.
Kepopuleran tato yang dibuktikan
dengan semakin banyak pengguna dan
penggemarnya
akhir-akhir
ini,
serta
berkembangnya industri tato menjadi salah satu
industri yang semakin besar di dunia, ternyata
tidak diterima oleh seluruh kalangan masyarakat.
Secara medis, tato dianggap rentan dalam
menyebarkan penyakit tertentu. Bibit penyakit
dapat masuk ke dalam tubuh melalui luka akibat
tusukan tato, dan beresiko tinggi tertular virus
hepatitis ataupun HIV. Kondisi ini terjadi
apabila pada saat proses tato tidak menggunakan
alat yang tidak steril atau digunakan secara
bergantian. Hepatitis menular lewat darah dan
cairan tubuh manusia (Evy, 2009). Virus HIV
juga hidup di dalam 4 cairan tubuh manusia,
cairan darah, cairan sperma, cairan vagina, dan
air susu ibu (Putra, 2009). Bahkan kehadiran tato
telah digunakan sebagai kriteria untuk
penangguhan donor darah karena berpotensi
menularkan penyakit (Nishioka dan Gyorkos,
2001). Resiko lainnya yang berpotensi dalam
tato seperti alergi atau iritasi pada kulit yang
disebabkan oleh tinta tato. Tinta tato yang

III.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode
penelitian Deskriptif-Kualitatif. Dalam hal ini,
sifat dalam penelitian telah diarahkan untuk
menggambarkan dang menganalisis fakta
disertai argumen yang sesuai. Data yang
digunakan
dalam
penelitian
ini,
mempertimbangkan dua jenis data, yaitu
a) Data Primer yang diperoleh peneliti dari
website dan media sosial yang dimiliki
MagicInk
b) Data Sekunder yang didapatkan peneliti
dari sumber literature, seperti buku,
website internet ataupun jurnal yang
menyangkut penelitian ini.
Dilihat dari teknik dan alat pengumpulan data,
peneliti menggunakan teknik :
a) Pengamatan dan Pengambilan data dari
sumber data primer, antara lain dari
blog, twitter, majalah online dan media
sosial lain yang berkaitan dengan
MagicInk dan komunitas Penggemar
Tato.
b) Studi Kepustakaan dengan melakukan
pengumpulan data dengan membaca dan
mempelajari beberapa literatur, materi90

Jurnal Sainstech Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2355-5009 Vol. 2 Nomor 4 Desember Tahun 2015

Dengan ketiga ciri utama dan keistimewaan
media jejaring sosial yang mampu menjangkau
banyak pengguna di berbagai belahan dunia dan
bergesernya persepsi sebagian kelompok
masyarakat
terhadap
tato,
menjadikan
popularitas tato menjadi semakin meningkat.
Media jejaring sosial bisa dikatakan sebagai
lahan yang subur dalam menyebarkan tato
sebagai gaya hidup. Akibatnya jumlah seniman,
pengguna dan penggemar tato di seluruh dunia
semakin banyak, komunitas tato di media
jejaring sosial juga meningkat dan mereka
secara aktif saling membagi pengalaman dan
pengetahuan serta trend terbaru tentang tato.
Eksistensi komunitas tato di media jejaring
sosial
menjadi
semakin
mengukuhkan
pergeseran dan makna tato yang baru.
Di Indonesia, media jejaring sosial
menjadi walah satu sarana bagi seniman,
pengguna dan penggemar tato untuk saling
berkomunikasi. Baik melalui facebook, twitter,
blogspot, kaskus, instagram dan sosial media
yang lain. Seniman, pengguna dan penggemar
tato di setiap daerah pun hampir sebagian besar
punya komunitas tersendiri dan aktif di berbagai
jejaring sosial. Selain saling berkomunikasi,
anggota komunitas tato tersebut biasanya
membagikan informasi mengenai nama dan
alamat studio tato, hasil-hasil karya seniman
tato, galeri-galeri tato yang ada di Indonesia,
seni dan teknik tato yang terbaru, model dan
desain tato yang sedang “trend” serta informasi
lain yang terkait dengan perkembangan tato di
Indonesia dan di seluruh dunia. Hasil penelitian
Wessely (2013) menunjukkan bahwa pengguna
tato menggunakan fasilitas media jejaring sosial
untuk kepentingan pribadi mereka yang
berkaitan dengan tato, yaitu untuk membagikan
desain tato yang ada di badan mereka kepada
teman-teman di komunitas tato yang secara
geografis berada di berbagai belahan dunia.
Dan seluruh proses mengunggah foto tersebut
bisa dilakukan dengan sangat mudah dan cepat.
Salah satu komunitas yang menarik
adalah Magic Ink, yang bisa ditemui di facebook
(https://www.facebook.com/pages/Magic-Ink,
twitter
(@MagicInkMagz),
instagram(http://instagram.com/magicinkmagz),
blogspot(http://magicinkmagz.blogspot.com)
dan web (http://magicinkmagz.com). Komunitas
ini cukup dikenal dan dijadikan rujukan

materi, laporan hasil penelitian, jurnaljurnal, dan sebagainya yang memiliki
relevansi dengan masalah penelitian.
Dari data yang diperoleh, kemudian
dilakukan analisis untuk mengasilkan laporan
penelitian Tato dan Media Sosial (Studi tentang
MagicInk dan Kampanye Penggemar Tato di
Media Sosial)
IV. PEMBAHASAN
MagicInk dan Media Sosial
Semenjak kemunculan media jejaring
sosial Sixdegrees.com yang diluncurkan pada
pertengahan tahun 1990-an, hingga kini
popularitas media jejaring sosial semakin
berkembang. Pengguna media sosial tidak
hanya aktif memperbaharui foto atau status
seputar kehidupan yang mereka jalani seharihari, tetapi juga menyampaikan informasi dan
pandangan terkait hal-hal yang menarik bagi
dirinya. Media jejaring sosial tidak bisa
dipungkiri saat ini mempunyai peran yang
penting dalam membentuk persepsi publik
tentang tato. Hampir di seluruh situs jejaring
sosial, terdapat grup “komunitas tato” yang
banyak diakses oleh seniman, pengguna dan
penggemar tato. Menurut Rogers (dalam
Junaedi, 2011) beberapa ciri utama dari media
baru adalah:
1. Interactivity
Media baru memiliki sifat interaktif yang
tingkatannya mendekati sifat interaktif pada
komunikasi antarpribadi secara tatap muka.
Media komunikasi yang interaktif ini
memungkinkan
partisipannya
dapat
berkomunikasi secara lebih akurat, efektif
dan lebih memuaskan.
2. Demassification
Adanya kemungkinan untuk membuat
sebuah informasi menjadi tidak bersifat
massal, dimana pesan khusus dapat
dipertukarkan secara individual diantara para
partisipan yang terlibat dalam jumlah yang
besar.
3. Asynchronous
Karakteristik ini bermakna bahwa media
baru
mempunyai
kemampuan
untuk
mengirimkan dan menerima pesan pada
waktu-waktu yang dikehendaki oleh setiap
peserta.
91

Jurnal Sainstech Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2355-5009 Vol. 2 Nomor 4 Desember Tahun 2015

Seiring berjalannya waktu, Magic Ink
tidak hanya menerbitkan majalah komunitas
akan tetapi juga sebagai event organizer untuk
event-event tato. Terhitung sejak tahun 2008
Magic Ink sudah mengadakan event-event untuk
mengembangkan industri tato di Indonesia
dengan kegiatan “tattoo chill out”, yang digelar
setiap bulan, namun karena keterbatasan tenaga,
akhir-akhir ini “tattoo chill out” digelar 3
sampai 4 kali dalam satu tahun. Berbagai kontes
tato juga dilaksanakan di berbagai daerah oleh
Magic Ink bekerjasama dengan komunitas tato
daerah. Kegiatan yang diadakan tidak hanya
yang berkaitan dengan tato saja, namun juga
kegiatan kemanusiaan, seperti penggalangan
dana untuk panti asuhan dan korban bencana
alam di Indonesia, seperti solidaritas untuk
Mentawai-Merapi-Wasior pada tahun 2010 dan
"Dendang Untuk Rembang" Tattoo Charity
sebagai aksi solidaritas "Menolak Pendirian
Pabrik Semen" pada 26 Januari 2015.
Kehadiran komunitas MagicInkMagz dan
komunitas tato yang lain baik di facebook,
twitter, instagram,
web
dan
blogspot
menunjukkan adanya keterkaitan antara
perkembangan tato dengan komunitas tato
melalui media jejaring sosial. Dimana
perkembangan tato yang semakin meningkat,
yang ditunjukkan dengan semakin banyaknya
seniman, pengguna dan penggemarnya, ternyata
berjalan seiring dengan menjamurnya komunitas
tato di media jejaring sosial. Perkembangan tato
memicu kemunculan komunitas tato melalui
media jejaring sosial, dan sebaliknya maraknya
komunitas tato di media jejaring sosial semakin
meningkatkan popularitas tato, khususnya di
Indonesia.

informasi oleh seniman, pengguna dan
penggemar tato di Indonesia. Akun facebook
Magic Ink disukai oleh sejumlah 16.774 orang,
sementara followernya di twitter mencapai 9.051
orang, dan akun instagramnya mempunyai 5.196
follower. Banyaknya jumlah follower dan
penyuka akun MagicInk salah satunya adalah
karena komitmen mereka untuk terus
memberikan
informasi
terkait
dengan
perkembangan tato, dengan menerbitkan
majalah yang bisa didownload secara gratis, dan
sampai saat ini sudah memasuki edisi yang ke 45
yang terbit pada bulan Januari 2015, dan secara
kontinyu menyelenggarakan event-event yang
berkaitan dengan tato. Magic Ink ‘free tattoo
community magazine’ merupakan majalah tattoo
pertama yang beredar di Indonesia, dan
sementara ini masih menjadi majalah komunitas
tato satu-satunya di negeri ini. Terbit pertama
sebagai majalah bulan Desember 2009 dan
masih tetap eksis terbit disetiap bulannya. Magic
Ink didistribusikan gratis setiap bulannya,
dengan oplah 2000 eksemplar dan tersebar di
Bali, Jakarta, Bandung, Surabaya, Yogyakarta,
Malang, Lombok, dan Manado. Selain terbit
dalam versi cetak, Magic Ink juga bisa
didownload secara gratis setiap edisinya di
blognya
(www.magicinkmagz.blogspot.com)
dalam bentuk PDF, sehingga bisa diakses
sampai keluar Indonesia.
Pada
awalnya,
Magicinkmagz
merupakan sisipan dari tabloid komunitas
surfing ‘Magic Wave’ dari pertengahan 2008
sampai awal 2009. Ketika awal terbit Magic Ink
hanya berencana menjadi majalah komunitas
tato di Bali. Tapi karena informasi diantara
komunitas tato antar daerah terjalin erat, maka
kabar akan terbitnya majalah tattoo Indonesia
tersebar sampai daerah daerah lain. Karena relasi
yang terjalin dengan komunitas tato lain yang
ada di Indonesia, seperti Bali Tattoo Artist Club,
Surabaya Tattoo Artist Club, Java Tattoo Club,
Malang Tattoo Community, Semarang Tattoo
Artist, Paguyuban Tattoo Bandung, North
Celebes Tattoo Community, Indonesian
Professional Tattoo Association dan juga
Indonesian Sub Culture maka pada akhirnya
majalah MagicInkMagz tidak hanya menjadi
majalah komunitas tato di Bali, namun juga
dapat didownload oleh seniman, pengguna dan
penggemar tato di seluruh dunia.

V.
KESIMPULAN
Perkembangan
teknologi
komunikasi
menciptakan ruang virtual sehingga seseorang
dapat
berkomunikasi
dengan
siapapun,
kapanpun dan dimanapun, sekaligus mampu
mengakses beragam informasi dan terpapar oleh
beragam informasi. Media Sosial hadir sebagai
kebutuhan manusia digital yang membutuhkan
informasi cepat dan untuk memuaskan segala
bentuk trend yang bersifat kekinian. MagicInk
sebagai Komunitas Tato melihat media sosial
bisa menjadi kendaraan yang efektif dalam
upaya menyebarkan informasi dan memberikan
92

Jurnal Sainstech Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2355-5009 Vol. 2 Nomor 4 Desember Tahun 2015

Olong,

pemahaman tentang Tato sebagai bagian dari
budaya lampau dan saat ini mengalami
transformasi sebagai bagian budaya pop dan
menjadi trend gaya hidup masyarakat. MagicInk
menjadi bagian komunitas Tato global yang
memberikan kontribusi dan menjadi bagian
kampanye media sosial untuk menyebarluaskan
tren rajah tubuh tersebut.

Hatib
Abdul
Kadir.
2006.
Tato.Yogyakarta : PT. LKIS Pelangi
Aksara.

Rosa, Adi. 1994. Eksistensi Tato sebagai Salah
Satu Karya Seni Rupa Tradisional
Masyarakat Mentawai. Bandung: Tesis
Institut Teknologi Bandung.
Sumardjo, Jakob. 2000. Filsafat Seni. Bandung:
Penerbit ITB.

DAFTAR PUSTAKA

Wessely, Michael D. 2013. Inked and In Public:
Tattoos and Disclosure. A Thesis.
University of Wisconsin – Whitewater.

Anggoro, Novie. 2003.Masyarakat Dan Tato,
Studi Eksploratif Tentang Masyarakat
Bertato di Kelurahan Sragen Tengah,
Kecamatan Sragen, Kabupaten Sragen,
Skripsi, Jurusan Sosiologi, Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Sebelas Maret, Surakarta.

DeMello, M. 1995. Not just for bikers anymore:
Popular representations of American
tattooing. Journal of Popular Culture.
Evy. 2009. Awas, Tato dan Tindik Tularkan
Hepatitis. 16 April 2009. Jakarta.

Brooks, P. 1993. Body work. Objects of desire
in modern narrative. Cambridge, MA
and London: Harvard University Press.

Gumilar, Gumgum. 2005. Makna Komunikasi
Simbolik di kalangan pengguna tato
kota Bandung. Jurnal Mediator Vol. 9
No. 1.

Bruner, Edward. 1986. Experience and Its
Expressions dalam Bruner (ed) The
Anthropology of Experience. Chicago:
University of Illinois.

Junaedi, Fajar. 2011. Identitas Sepakbola
sebagai City Branding, Proceeding
Strategi Communication Branding di era
Industri
Kreatif.
Jurusan
Ilmu
Komunikasi
FISIP
Universitas
Brawijaya Malang.

Kusumohamidjojo, Budiono. 2009. Filsafat
Kebudayaan
:
Proses
Realisasi
Manusia. Yogyakarta. Jalasutra.
LeMay, Richard. 2008. The Body Modification
Black Book : A Guide for Students,
[Online]. Tersedia : http://www.inktrails.com.
Miller, J.C. 1997. The Body Art Book. New
York: Berkeley Books.

Nishioka, A dan Gyorkos T. W. 2001. Tattoos as
Risk
Factors
for
TransfusionTransmitted Diseases. International
Journal of Infectious Diseases, Vol. 5
No. 1.

Sanders, C. R. 1989. Customizing the body:
The art and culture of tattooing.
Philadelphia: Temple University Press.

Putra, Y. 2009. Penyebaran HIV/AIDS Sudah
Masuk Daerah. Koran Kompas. 5
Desember 2009. Jakarta

Millner, V. S. Eichold, B. H. 2001. Body
piercing and tattooing perspectives.
Clinical Nursing Research.

Rixco, 2008. Bahaya Tato Dari Segi Medis.
rixco.multiply.com/journal/item/183/BA
HAYANYA_TATOO_DARI_SEGI_M
E
DIS?&show_interstitial=1&u=%2Fjourn
al%2Fitem.
93

Jurnal Sainstech Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2355-5009 Vol. 2 Nomor 4 Desember Tahun 2015

getting tattooed and
pierced.www.elsevier.com/locate/bodyimage.

Wohlrab, Silke. Stahl, Jutta. Kappeler, Peter M.
2007. Modifying the body: Motivations for

94

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA REGULER DENGAN ADANYA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI GUGUS 4 SUMBERSARI MALANG

64 523 26

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24