perencanaan pembangunan ii

PERENCANAAN PEMBANGUNAN II

OLEH
ISMAIL RASULONG

Jurusan Ilmu Ekonomi Dan Studi Pembangunan
Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Makassar
2009

Konsep Perencanaan
Pembangunan

Definisi
• D. Conyers dan Hills (1984):

– Perencanaan adalah proses yang kontinyu, terdiri dari
keputusan atau pilihan dari berbagai cara untuk
menggunakan sumber daya yang ada, dengan sasaran
untuk mencapai tujuan tertentu di masa mendatang.

• MT Todaro (Economic Development, 7 th ed., 2000):


– Perencanaan Ekonomi adalah upaya pemerintah secara
sengaja untuk mengkoordinir pengambilan keputusan
ekonom dalam jangka panjang serta mempengaruhi,
mengatur dan dalam beberapa hal mengontrol tingkat dan
laju pertumbuhan berbagai variable ekonomi yang utama
untuk mencapai tujuan pembangunan yang tela ditentukan
sebelumnya.

• Jhingan:

– Perencanaan adalah teknik/cara untuk mencapai tujuan,
untuk mewujudkan maksud dan sasaran tertentu yang
telah ditentukan sebelumnya dan telah dirumuskan dengan
baik oleh Badan Perencana Pusat. Tujuan tersebut mungkin
untuk mencapai sasaran social, politik atau lainnya.

Elemen Perencanaan
• Merencanakan berarti memilih:










– Memilih berbagai alternatif tujuan agar tercapai kondisi yang lebih
baik.
– Memilih cara/kegiatan untuk mencapai tujuan/sasaran dari kegiatan
tersebut.
Perencanaan sebagai alat untuk mengalokasikan sumber daya: SDA,
SDM, Modal.
– Sumber daya terbatas sehingga perlu dilakukan pengalokasian
sumber daya sebaik mungkin.
– Konsekuensi: pengumpulan dan analisis data dan informasi
mengenai ketersediaan sumber daya yang ada menjadi sangat
penting.
Perencanaan sebagai alat untuk mencapai tujuan/sasaran

Beberapa masalah yang dihadapi dalam pembuatan tujuan antara lain:
– Tujuan tidak terdefinisikan dengan baik.
– Tujuan tidak realistik.
– Perencanaan cenderung lebih dari satu tujuan, kadang tidak
konsisten satu sama lain.
– Tujuan dipertanyakan atau tidak sesuai dengan tujuan pengambil
keputusan lain (Mis: DPRD).
Perencanaan berhubungan dengan masa yang akan datang, yang
berkaitan dengan: Proyeksi/prediksi.
Penjadwalan kegiatan.
Monitoring dan evaluasi.

 Ciri-ciri perencanaan:






Bersifat Publik

Berorientasi masa depan
Strategis
Deliberate/sengaja/kesepakatan
Terhubung pada tindakan

 Peranan Perencanaan
• Untuk mengatasi kegagalan pasar.
• Memobilisasi dan alokasi sumberdaya.
• Mengatasi dampak psykologies dan

sikap/pendirian.
• Mencari solusi untuk mendapatkan sumber
dana.

Jenis Perencanaan (Conyers & Hills)
• Tujuan Perencanaan (The nature of Planning Goals)
• Lingkup Kegiatan Perencanaan (The Scope of Planning
Activities)
• Tingkatan Spatial dari Kegiatan Perencanaan (The
Spatial Level of Planning Activity)

• Tingkatan Operational dari Kegiatan Perencanaan (The
Oprational Level of Planning Activity)
Tujuan Perencanaan (The nature of Planning Goals)
– War-time Planning: Perencanaan pada saat darurat.
– Town and Country Planning (Land-use planning, physical
planning, urban and regional planning): berkaitan dengan
alokasi tanah dari berbagai fungsi/kegiatan di daerah.
– Anticyclical Planning: ditujukan untuk menjaga stabilitas
perekonomian national
– Development Planning

Lingkup Kegiatan Perencanaan (The Scope of Planning
Activities)
– Klassifikasi berdasarkan disiplin/profesi
• Sosio economic Planning
• Natural Resourceb Planning
• Architectural and Engineering Planning
– Berdasarkan sektor (Pertanian, Industri dsb)
– Pendekatan antar disiplin (Ekonomi, Sosiologi, Politik,
SDA, dsb)

Tingkatan Spatial dari Kegiatan Perencanaan
• (The Spatial Level of Planning Activity)
• International Planning
• National Planning
• Regional Planning/Local Planning
• Town/Village Planning
• Individual/Family/Enterprice Planning

Tingkatan Operational dari Kegiatan Perencanaan
(The Oprational Level of Planning Activity)
– Perencanaan Pembangunan Nasional (Komprehensif)
– Perencanaan Proyek
– Perencanaan Sektoral
– Integrated Area Planning
Mekanisme Perencanaan menurut Undang-Undang
SPPN
– Definisi Perencanaan Menurut UU SPPN
SPPN adalah Satu kesatuan tata cara
perencanaan pembangunan untuk menghasilkan
rencana-rencana pembangunan dalam jangka

panjang, menengah dan tahunan yang
dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara
dan masyarakat ditingkat pusat dan daerah.

Latar Belakang
– Amandemen keempat UUD 1945
– UU 23/2003 tentang Pemilihan Presiden
– Revisi UU 22/1999
– Reformasi Pengelolaan Keuangan Negara.
Landasan Filosofis
– Cita-cita Nasional sebagai mana tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945.
– Tujuan Nasional; dengan dibentuknya pemerintahan
adalah untuk melindungi segenap bangsa dan
seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia.
– Tugas Pokok; setelah kemerdekaan adalah menjaga
kemerdekaan serta mengisinya dengan
pembangunan yang berkeadilan dan demokratis

yang dilaksanakan secara bertahap dan
berkesinambungan.

Kerangka Materi UU SPPN terdiri dari 10
Bab dan 37 pasal dengan sistematikan
Bab:

I.
II.
III.

Ketentuan Umum
Azas dan tujuan
Ruang Lingkup Perencanaan Pembangunan
Nasional
IV. Tahapan Perencanaan Pembangunan Nasional
V. Penyusunan dan Penetapan Rencana
VI. Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan
Rencana
VII. Data dan Informasi

VIII. Kelembagaan
IX. Ketentuan Peralihan
X. Ketentuan Penutup.

Azas dan Tujuan (1)
1. Pembangunan Nasional diselenggarakan berdasarkan
demokrasi dengan prinsip-prinsip kebersamaan,
berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan
serta kemandirian dengan menjaga keseimbangan
kemajuan dan kesatuan nasional.
2. Perencanaan pembangunan nasional disusun secara
sistematis, terarah, terpadu, menyeluruh dan tanggap
terhadap perubahan.
Azas dan Tujuan (2)
3. SPPN diselenggarakan berdasarkan azas umum
penyelenggaraan negara:
• Azas Kepastian hukum
• Azas Tertib Penyelenggaraan negara.
• Azas Kepentingan Umum
• Azas keterbukaan

• Azas proporsionalitas
• Azas Profesionalitas
• Azas Akuntabilitas

Azas dan Tujuan (3)
4. SPPN bertujuan untuk:
a. Mendukung koordinasi antar pelaku
pembangunan
b. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi,
sinergi baik antar daerah, ruang, waktu, fungsi
pemerintah maupun antara pusat dan daerah.
c. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara
perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan
pengawasan.
d. Mengoptimalkan partisipasi masyarakat.
e. Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya
secara efisien, efektif, berkeadilan dan
berkelanjutan.

Ruang Lingkup Perencanaan

Nasional

Daerah

Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional

Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah

Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional

Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah

Rencana Strategis
Kementerian/Lembaga

Rencana Strategis Satuan Kerja
Perangkat Daerah

Rencana Kerja Pemerintah

Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Rencana Kerja
Kementerian/Lembaga

Rencana Kerja Satuan Kerja
Perangkat Daerah

Proses Perencanaan

1.

2.

3.
4.

Proses Politik: Pemilihan langsung
Presiden dan Kepala Daerah
menghasilkan rencana pembangunan
hasil proses politik (Public Choise
Theory of Planning)  Khususnya
penjabaran visi dan misi dalam RPJM.
Proses Teknokratik: Perencanaan yang
dilakukan oleh perencana profesional
atau lembaga/unit organisasi yang
secara fungsional melakukan
perencanaan  Khususnya dalam
pemantapan peran, fungsi dan
kompetensi lembaga perencana.
Proses Partisipatif: perencanaan yang
melibatkan masyarakat (Stakeholders)
 a.l. pelaksanaan musyrenbang.
Proses Bottom up dan Top Down:
Perencanaan yang aliran prosesnya dari
atas ke bawah atau dari bawah ke atas
dalam Hirarchi pemerintahan.

Tahap Perencanaan

1.



2.



3.
4.

Penyusunan Rencana:
Rancangan rencana pembangunan
nasional/daerah.
Rancangan rencana kerja Dep/lembaga
SKPD Musyrenbang
Rancangan akhir rencana
pembangunan.
Penetapan Rencana:
RPJP Nasional dengan UU dan RPJP
Daerah dengan Perda
RPJM dengan peraturan Presiden/
Kepala Daerah
RKP/RKPD dengan peraturan
Presiden/Kepala Daerah.
Pengendalian Pelaksanaan Rencana
Evaluasi Kinerja

Pengendalian dan Evaluasi (1)

Pengendalian dan Evaluasi (2)

•Pasal 30 UU SPPN
•Pimpinan kementerian/lembaga/kepala
•Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara SKPD melakukan evaluasi kinerja
pengendalian dan evaluasi pelaksanaan
rencana pembangunan diatur dengan
peraturan pemerintah dengan melibatkan
instansi terkait.
•Pengendalian pelaksanaan rencana
pembangunan dilakukan oleh masingmasing pimpinan
kementerian/lembaga/satuan kerja
perangkat daerah
•Menteri/Kepala Bappeda menghimpun
dan menganalisis hasil pemantauan
pelaksanaan rencana pembangunan dari
masing-masing pimpinan
kementerian/lembaga/satuan kerja
perangkat daerah sesuai dengan tugas
dan kewenangannya.

pelaksanaan rencana pembangunan
kementerian/lembaga/SKPD periode
sebelumnya.
•Menteri/Kepala Bappeda menyusun
evaluasi rencana pembangunan
berdasarkan hasil evaluasi pimpinan
kementerian/lembaga/SKPD.
•Hasil evaluasi menjadi bahan bagi
penyusunan rencana pembangunan
nasional/daerah untuk periode berikutnya

PROSES PERENCANAAN
PERENCANAAN RASIONAL
Merupakan konsep yang rasional,harus didasari
prinsip-prinsip yang rasional bukan berdasakan
emosi dan tebak–tebakan (kira-kira).
Berdasarkan Pendekatan Rasional( Rastionality
Aproach), proses perencanaan:





Berhubungan erat dengan Economy Welfare
Go public di Pasar Modal ( Prospectus &Rencana )
Efesiensi dalam alokasi sumber daya
Memaksimumkan out put, dalam jumlah input
tertentu atau meminimisasi input untuk memperoleh
out put tertentu.
– Asumsi informasi sempurna , data tersedia & akurat.

UNTUK MENJADIKAN KEPUTUSAN RENCANA
BERDASARKAN RATIONALITY, ADA
SERANGKAIAN AKTIVITAS YANG HARUS
DILAKUKAN:
1. Identifikasi dan tentukan masalahnya.
2. Klasifikasi dan pengorganisasian dari beberapa tujuan, nilai
dan sasaran yang berhubungan

3.
4.

dengan masalah.
Identifikasi alternatif dari serangkaian kegiatan untuk
memecahkan masalah dalam rangkaian pemecahan dalam
rangka mencapai sasaran.
Pekiraan akibat dari setiap alternatif dari serangkaian
kegiatan yang mungkin terjadi.

5. Bandingkan setiap perkiraan akibat alternatif dari
6.

serangkaian kegiatan dalam hubungan dengan tujuan –
tujuan dan sasaran yang sfesifik.
Pilih dari serangkaian alternatif kegiatan tersebut yang
akibatnya paling dekat dengan tujuan dengan sasaran atau
yang paling bisa menyelesaikan masalah atau yang paling
mengumntungkan atau tidak merugikan.

Mengacu kepada kendala perencanaan, maka
sulit dalam menerapkan pendekatan ini di
NSB/NB:

• Data untuk identifikasi masalah
• Kelemahan dalam modeling VS banyak

sasaran ( tenaga ahli ).
• Menterjemahkan keinginan masayarakat
VS political will.
• Meskipun demikian NSB / NB setidaknya
mampu menangkap pesan dari
Pendekatan Rasional.

PROSES UMUM
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Membentuk Organisasi.
Menentukan Tujuan Perencanaan.
Rumuskan Sasaran.
Mengumpulkan dan Menganalisa Data
Identifikasi Serangkaian alternatif
kegiatan
Nilai Serangkaian alternatif kegiatan
Pilih alternatif yang paling memungkinkan
Laksanakan
Monitoring dan evaluasi.

Perencanaan Uniter vs
Plural

• Perencanaan uniter: perencanaan

menyeluruh (komprehensif) yang
disusun oleh satu lembaga tertentu,
umumnya oleh pemerintah.
• Perencanaan plural mencoba melihat
dari berbagai pihak, misalnya
perencanaan yang didasarkan atas
”Polical bargaining process”. Dalam
hal ini pemerintah harus dapat
memfasilitasi peraturan dan kebijakan
yang dapat menangkap seluruh
aspirasi masyarakat.

Masalah
• Apakah perencanaan yang diusulkan

kaum pluralis ini dapat berjalan ?
Apalagi jika dikaitkan dengan issu
dominasi orang kaya terhadap orang
miskin, kelompok elit terhadap orang
”biasa”, militer terhadap non militer
atau peran media masa.

• Memunculkan perencanaan

partisipatif, advokasi dan komunikatif.

Perencanaan Advokasi
• Konsep advokasi/pembelaan muncul dari praktek





hukum yang berimplikasi pada
sanggahan/perlawanan yang muncul dari masingmasing pihak yang memiliki dua pandangan yang
saling bersaing.
Umumnya perencanaan advokasi dilaksanakan
bukan oleh perencana (formal), melainkan oleh
pekerja sosial dan organisator kemasyarakatan
terlatih dan mahasiswa.
Perencanaan advokasi muncul karena pada
umumnya ada suatu kelompok masyarakat yang
membutuhkan bantuan perencana pada saat
proses pembangunan berlangsung, yang pada
umumnya berada dalam kelompok
berpenghasilan rendah.

Perencanaan Komunikatif
• Berangkat dari pengamatan pada prilaku perencana




dan karakteristik proses perencanaan rasional.
Pada umumnya perencana mengenali dan
menjelaskan segala hal (persoalan pembangunan)
dalam wilayah publik berdasarkan kekuatan dan
kekuasaan ekonomi dan birokrasi. Padahal, manusia
bukan subyek yang berdiri sendiri secara kompetitif
berusaha untuk mengejar keinginan individual, tapi
manusia adalah makluk yang mamiliki kesadaran
akan diri sendiri dan akan keinginan yang muncul
melalui hubungan antar sesama, melalui komunikasi
dan kerjasama kolektif yang diakibatkannya.
Dalam perencanaan komunikatif, perencanaan
dilakukan secara dialogis, sehingga praktek-praktek
kmunikatif, seperti mendengar, belajar dan
memahami satu sama lain menjadi diperlukan.

Perencanaan Participatif
• Perencanaan yang menjadikan masyarakat

sebagai salah satu sumber daya terbesar
yang dianggap sangat memahami potensi
dan masalah yang ada, lebih dari
pemerintah sekalipun.
• Dalam perencanaan partisipatif masyarakat
diberi kesempatan untuk menyertakan
masalah yang dihadapi dan gagasangagasan sebagai masukan untuk
berlangsungnya proses perencanaan
berdasarkan kemampuan masyarakat itu
sendiri.

Konsep Perencanaan Sektoral
Latar Belakang (1)
1. Kondisi Saat ini:
Adanya perubahan yang

berlangsung begitu cepat.
Amandemen UUD 1945

Terbitnya UU No.22 dan 25 tahun

1999.
Dana pemerintah yang Sangay

terbatas.
Terbitnya UU No.17 2003

Kebijakan fiskal yang baik dan

penerapan sistem perencanaan dan
penganggaran dengan perspektif.
Pelaku anggaran harus menentukan

kebijakan dan prioritas anggaran,
termasuk keputusan mengenai
trade-off.
2. TanggungJawab Kementerian dan
lembaga.

Latar Belakang (2)
3. Sasaran yang ingin dicapai:
Reliability

Sense of Ownership

Enabling Environment

Transparansi

Program Evaluation

4. Terbitnya PP 20/2004 tentang RKP
(Rencana Kerja Pemerintah) dan PP
21/2004.
5. Proses Perencanaan
Proses Politik

Proses Teknokratik

Proses Partisipatif

Proses Top-down dan Bottom up.


Mekanisme Perencanaan Menurut SPPN

Diacu

Dijabarkan

RKP

RPJM
Daerah

Dijabarkan

RKP
Daerah

RAPBN

APBN

Pedoman

RAPBN

APBD

RKASKPD

Rincian
APBD

Diacu

Pedoman

Renstra
SKPD

Pedoman

Diserasikan melalui Musrenbang

Diperhatikan
Pedoman

Rincian
APBN

Pedoman Renja Pedoman

UU SPPN

SKPD

UU KN

Pemerintah
Daerah

RPJP
Daerah

RKW-KL

Diacu

Pedoman

RPJP Pedoman RPJM
Nasional
Nasional

Pedoman

Pemerintah
Pusat

Renstra Pedoman Renja
KL
KL

• Perencanaan Sektor Riil
– Adalah perencanaan pada sector riil,
seperti: pertanian, industri dll, dimana
supplynya adalah produksi dan demandnya
adalah pasar.
– Perencanaan pada sektor pertanian
ataupun sektor industri yang perlu
diperhatikan adalah upaya dalam
meningkatkan produktivitas.

• Perencanaan Sektor Penunjang
– Adalah perencanaan sektor yang
menunjang sektor riil, seperti: sektor
transpotasi, dimana supplynya adalah
kapasitas dan demandnya adalah pasar.

Modelling dan Forecasting
• Tujuan utama pembangunan adalah untuk

mencapai alokasi penggunaan sumberdaya
ekonomi secara optimal. Untuk mencapai
tujuan tersebut, maka diperlukan perencanaan
di berbagai sektor ekonomi. Sebelum
pembangunan suatu proyek atau kegiatan
dilaksanakan biasanya diperlukan suatu
evaluasi, untuk menilai kelayakan (feasibility)
proyek tersebut. Berdasarkan analisis tersebut
diharapkan alokasi penggunaan sumberdaya
yang ada dapat dioptimalkan, sehingga
kesejahteraan masyarakat akan meningkat.
Untuk itu dalam suatu perencanaan diperlukan
model-model perencanaan dan forecasting.

Model Cost Benefit Analysis (CBA)
• Adalah suatu metode penilaian sumbangan suatu program





atau proyek agar tercapai alokasi sumber daya secara
efisien.
Tujuan:
– Untuk mengukur efisiensi ekonomi dalam menggunakan
sumber daya yang tersedia.
– Untuk menyamaratakan distribusi kesejahteraan.
Dasar CBA:
• Pareto Optimallity
• Perfect Competition
Scope CBA:
– Analisa financial
– Analisa ekonomi
– Analisa sosial

Cost Benefit Analysis dapat dirumuskan :
n M i - Bi
O=I+∑
,
i = 1, 2, ........., n
i=1 (1+r)i
Keterangan:
I = Investasi awal
M = Manfaat waktu
B = Biaya
r = Bunga diskonto
Kriteria Investasi:
1. Payback Period: adalah lama waktu yang diperlukan suatu
usaha untuk memperoleh kembali investasi awalnya
Investasi awal
PP =
Aliran kas/th
2. Average Rate of Return on Investment
untuk mengukur keuntungan proyek investasi yang
diusulkan, dengan rumus:
rata-rata aliran kas
AROROI =
rata-rata investasi

Net Pressent Value:
Menunjukkan nilai waktu uang sekarang (Time
value of Money):
n
aliran kas
nilai akhir
NPV = ∑
+
- Investasi
awal
t=1
(I+1)n
(n+1)n
Internal Rate of Return:
Menunjukkan discount rate yang dapat membuat
besarnya NPV proyek sama dengan 0
NPV’
IRR = i’ +
(i” - i’)
NPV’ – NPV”
Keterangan:
i’
= discount rate tertinggi
i”
= discount rate terendah
NPV’ = NPV yang masih positif
NPV” = NPV negatif

Input-Output
Definisi (Boumol, 1972)
• Analisis input-output merupakan usaha
untuk memasukkan fenomena
keseimbangan umum dalam analisis empiris
sisi produksi.
• Asumsi yang digunakan dalam model I-O a.l:







Tanpa perubahan harga
Tanpa kemajuan teknologi
Tanpa ada batasan kapasitas produksi
Homogenitas
Proporsionalitas
Aditivitas

Pengantar Aplikasi Matrik

a11
a12
a13
X1
Y1
A = aij = a21
a22
a23
X2
=
Y2
a31
a32
a33
X3
Y3
AX = Y
A ádalah matriks bujur sangkar yang mengandung
sebanyak n2 elemen (aij)
X ádalah vektor kolom dengan n eleven
Y ádalah vektor kolom lain dengan n elemen
x = y/A

• Multiplier I – O
Kategori Pengganda
Dampak awal/initial impact
Dampak imbasan kegiatan
produksi/production indoceed
impact:
Pengaruh langsung/direct effect
Pengaruh tidak langsung/indirect effect.

Bentuk Umum tabel transaksi I-O
Sektor
Produksi
1

Permintaan Akhir

2

C

I

G

Total
Output
E

X

Sektor
Produksi

1

a11

a12

C1

I1

G1

E1

X1

2

a21

a22

C2

I2

G2

E2

X2

Nilai
Tambah

L

L1

L2

LC

LI

LG

LE

L

N

N1

N2

NC

NI

NG

NE

N

Impor

M

M1

M2

MC

MI

MG

ME

M

Total Input

X

X1

X2

C

I

G

E

X

Rumus:
Tipe Dampak

Output

Pendapatan

Tenagakerja

Dampak awal

I

Pj

tj

Pengaruh
langsung

∑ aij

∑ aij Pi

∑ aij ti

Pengaruh tidak
langsung

∑ bij - 1 - ∑ aij

∑ bijPi - Pi - ∑
aijPi

∑ bijti - ti - ∑ aijti

Dampak Imbasan ∑ (b*ij – bij)
Kons

∑ (b*ijPi - bijPi)

∑ (b*ijti - bijti)

Dampak Total

∑ b*ij

∑ b*ijPi

∑ b*ijti

Dampak Luberan

∑ b*ij - 1

∑ b*ijPi - Pi

∑ b*ijti - ti

Beberapa Type Multiplier
1. Angka Pengganda Out-Put: merupakan nilai total dari out put
yang dihasilkan oleh perekonomian untuk memenuhi ( atau
akibat ) adanya perubahan satu unit uang permintaan akhir
suatu sektor ( sektor j ).
n
Omj = ∑ α ij
i=1
2. Angka Pengganda Pendapatan Rumah (Household
Income Multiplier): atau effek pendapatan merupakan
angka pengganda pendapatan rumah tangga sektor j yang
tercipta akibat adanya tambahan satu unit uang permintaan
akhir di sektor j tersebut.
Hj = ∑ vj (I – A)-1
Jika : v j
= Vj / Xj
3. Angka Pengganda Tenaga Kerja (Labor Multiplier) :
merupakan efek total dari perubahan lapangan pekerjaan di
perekonomian akibat adanya satu unit uang perubahan
permintaan akhir di suatu sektor tertentu.
Ij = ∑ wj . (I – A)-1
Jika: wj = Lj / Xj

Model I-O Terbuka dan Tertutup
Model I-O Terbuka (Opened I – O Analysis):
yaitu model I – O yang hanya mencakup
sektor-sektor produksi atau sektor antara.
A = aij
Model I-O Tertutup (Closed I – O Analysis):
yaitu model I – O yang memasukkan unsur
permintaan akhir baik semua atau
sebahagian.
AX = Y

Kerangka Umum SNSE
• Definisi:
– SNSE adalah sebuah neraca ekonomi masukkan ganda
tradisional berbentuk matrik partisi yang mencatat segala
transaksi ekonomi antara agen, terutama sekali antar
sektor-sektor di dalam blok produksi, sektor-sektor dalam
blok institusi (termasuk didalamnya rumah tangga), dan
sektor-sektor dalam blok faktor produksi, dalam suatu
perekonomian.

• SNSE merupakan suatu pendataan yang baik
karena:

– Merangkum seluruh kegiatan transaksi ekonomi di suatu
perekonomian
– Memotret struktur sosial-ekonomi di suatu perekonomian
– Dapat menunjukkan dampak dari suatu kebijakan
ekonomi terhadap pendapatan masyarakat
– Relatif sederhana

PENGELUARAN
Neraca Endogen

P
E
N
E
R
I
M
A
A
N

Neraca
Kegiatan eksogen
produksi

TOTAL

Faktor
Produksi

Institusi

F.Prod.

0

0

T13

T14

y1

Institusi

T21

T22

0

T24

y2

Kegiatan
Prod

0

T32

T33

T34

y3

Neraca Eksogen

T41

T42

T43

T44

y4

TOTAL

y’1

y’2

y’3

y’4

Neraca
Endogen

Matrik Pengganda Dalam SNSE
• Dapat menunjukkan seluruh dampak
dari perubahan suatu sektor terhadap
sektor lainnya di dalam ekonomi
• Dapat menjelaskan dampak pada
neraca endogen akibat perubahan
neraca eksogen Dari tabel di atas
dapat di tulis tabel partisi yang
berbentuk 4 x 3 berikut:
0
0
T13
T21 T22 0
C=
0
T41
T42

T32 T33
T43

• Berdasarkan tabel di atas dapat ditulis kembali
matrik partisi lain, yang juga berbentuk 4 x 3
berikut:
0
0
A13
A21
E =0

A22

0

A32
A33
A41
A42
A43
Aij diperoleh dengan menghitung nilai
kecederungan pengeluaran rata-rata yang
dinyatakan dalam proporsi:
Keterangan:
Aij = Tij Ŷj -1
Aij = submatriks dari E
Tij = submatriks dari C
Ŷj -1 = matriks diagonal yang elemennya
merupakan nilai total kolom yang terdapat pada
vektor kolom y’j

Melalui beberapa teknik perhitungan di
dapat matrik:
y1
0
0
A13
y1
x1

y2 = A21
y3

0

A22
A32

0

y 2 + x2

A33

y3

dan y4 = A41y1 + A42y2 + A43y3 + x4

x3

y4 dapat diperoleh apabila y1, y2 dan y3 diketahui.
Neraca xi untuk i=1,2,3,4 merupakan neraca
eksogen dalam kerangka SNSE
Y = Ay + x
y1
x1

0

y = y2 A= A21
y3

0

Y = Ay + x
Ma = (I – A) -1
Matrix)

A22
A32

0

A13
0
A33

X = x2
x3

y = (I – A) -1 x
y = Ma x
Matriks Pengganda (Multiplier

Dekomposisi Matriks Pengganda

• Matriks Pengganda Neraca (Ma) ada
3 jenis:




Pengganda Transfer (Ma1)
Pengganda Open Loop (Ma2)
Pengganda Closed Loop (Ma3)

• Pyatt dan Round (1979) melakukan
Dekomposisi terhadap Pengganda
Neraca:
– Ma = Ma3 Ma2 Ma1

Pengganda Transfer Ma1)
Menunjukkan pengaruh dari satu blok
pada dirinya sendiri
Ma1 = (I – A0)-1
0
A0= 0
0
A33)-1

0

0

A22 0
0

A33

1

0

0

Ma1 = 0 (I-A22)-1 0
0

0

(I-

Pengganda Open Loop/Cross Effect (Ma2)
Merupakan pengaruh dari satu blok ke blok
yang lain.
Ma2 = (I + A* + A*2 )
0

0

A* = A*21 0
A*21A*13
0 0)
Ma1(A-A

A*32

A*13
0

0

I
Ma2 = A*21

A*13 A*32

A*13

I

A*31A*21 A*32

I

• Pengganda Closed Loop (Ma3)
Merupakan pengaruh dari satu blok ke blok yang
lain, kemudian kembali pada blok semula.
Ma3 = (I - A*3)-1
(I-A*13 A*32 A*21)-1
Ma3 = 0
0
1

0

0

(I - A*21A*13 A*32)-1
0

0

(I - A*32A*21 A*13)-

Analytical Hierarchy Process (AHP)

• AHP dikembangkan oleh Thomas Saaty,

seorang ahli matematika pada awal tahun
1970an
• Prof. Herbert Simon, peraih hadiah Nobel
bidang ekonomi tahun 1978 menyebutkan
juga AHP sebagai salah satu metode yang
digunakan dalam pengambilan keputusan
• Selama lebih dua dasawarsa lalu metode ini
sudah banyak digunakan oleh pengambil
keputusan seperti untuk perencanaan
transportasi, pemilihan disain teknologi
persenjataan, manajemen industri besar
dan banyak lainnya.

Pengambilan Keputusan
• Pengambilan keputusan dapat dilakukan oleh





siapa saja dengan berbagai cara: melalui akal
sehat (common sense), konsensus, atau
keputusan yang ditetapkan oleh pimpinan dalam
suatu organisasi.
Para manager menghadapi persoalan memilih
berbagai alternatif dalam upaya
mengoptimasikan alokasi sumberdaya
Aparat perencanaan pembangunan mencari cara
menentukan prioritas anggaran sektoral untuk
sekian banyak departemen.
Tidak jarang keputusan yang diambil tidak
konsisten  keputusan yang diambil ternyata
telah mengorbankan alternatif lain yang
sebenarnya justru harus mendapat prioritas.

Penentuan Ranking Prioritas:

Bobot

Artinya

1

Sama pentingnya

3

Sedikit lebih penting

5

Agak lebih penting

7

Jauh lebih penting

9

Mutlak lebih penting

2,4,6,8

Nilai antara angka ganjil di atas

Ranking Prioritas dengan Vektor Eigen

VE i n (N i1 X N i2 X N i3 .......X N in )
i 1, ............, n
VE i  N i1 X N i2 X N i3 .......X N in 
i 1, ............, n

1/n

Contoh Pairwise Matrix

Memilih barang

A

B

C

Vektor eigen

A

1

5

4

2.174

0.674

B

1/5

1

1/3

0.405

0.101

C

¼

3

1

0.908

0.226

Jumlah

1.45

9

5.33

4.028

1.000

VE

baris 1 (1 X 5 X 4)]

VE

baris 2 1/5 X 1 X 1/3

VE

baris 3 1/4 X 3 X 1

1/3

0,2174

1/3

1/3

0,405

0,226

VP baris 1 = 0,174 / 3,487 = 0,674
VP baris 2 = 0,405 / 3,487 = 0,101
VP baris 3 = 0,908 / 3,487 = 0,226

Vektor prioritas

Indeks Inkonsistensi

IK = ( I maks - n)/(n-1)
1,45 X 0,674 = 0,977
9,00 X 0,101 = 0,906
5,33 X 0,226 = 1,203

0,043

Maks
= 3,086
IK = (3,086 - 3)/(3-1) =

Membuat Hierarchy
Tujuan
(level 1)

Pertumbuhan
Ekonomi Nasional

Skenario
(level 2)

Ekspor
Pertanian
(EP)

Ekspor
Industri
(EI)

Kerjasama
Regional
(KR)

Status Quo
(SQ)

Lokasi
(level 3)

Sumatera
(SUM)

Jawa
(JW)

Kelimantan
(KL)

Lainnya
(LAIN)

Proyek
(level 4)

Kereta Api
(KA)

Jalan Raya
(JR)

Pelabuhan
(PEL)