Analisis hasil Bahtsul Masail musyawarah nasional Nahdatul Ulama’ tahun 2014 terhadap hukum aborsi dalam peraturan pemerintah nomor. 61 tahun 2014 pasal 31 tentang kesehatan reproduksi.

ANALIS
ISIS HASIL BAHTSUL MASAIL MUSYAW
WARAH
NASIONALNAH
AHDATUL ULAMA’ TAHUN 2014 TERHA
ADAP HUKUM
ABORSI DALAM
M PERATURAN PEMERINTAH NOMOR.. 61
6 TAHUN 2014
PASA
AL 31 TENTANG KESEHATAN REPRODU
UKSI
SKRIPSI
Oleh:
Ahmad M.Syakir
NIM. C01211007

Universitas Islam Negeri Sunan Ampell
Fakultas Syari’ah dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam
ProdiAhwal al- Syakhsiyyah

SURABAYA
2017

ABSTRAK

Penelitian yang berjudul “analisis hasil bahtsul masail musyawarah
nasional nahdatul ulama tahun 2014 terhadap hukum aborsi dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 Pasal 31 tentang Kesehatan Reproduksi.”
merupakan hasil penelitian pustaka yang bertujuan menjawab pertanyaan tentang
hasil bahtsul masail musyawarah nasional Nahdatul Ulama Tahun 2014 terhadap
hukum aborsi terhadap Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2014 Pasal 31
tentang Kesehatan Reproduki, dan analisis hukum Islam terhadap hasil bahtsul
masail musyawarah nasional Nahdatul Ulama Tahun 2014 terhadap hukum
aborsi terhadap Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2014 Pasal 31 tentang
Kesehatan Reproduki
Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum doctrinal, dengan
data primer berasal dari salinan penetapan hasil bahtsul masail musyawarah
nasional Nahdatul Ulama’ Tahun 2014 terhadap hukum aborsi, selain salinan
penetapan penelitian ini juga menggunakan data sekunder yang berasal dari buku
– buku hukum dengan tujuan menunjang penjelasan data primer, dengan

menggunakan analisis induktif kemudian ditarik pada yang umum, mengenai
hukum aborsi dalam Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 tentang
Kesehatan Reproduksi.
Proses penelitian yang dilakukan menemukan bahwa Berdasarkan hasil
Bahtsul Masail musyawarah nasional Nahdatul Ulama Tahun 2014, menyatakan
hukum aborsi pada dasarnya hukumnya haram, akan tetapi aborsi boleh
dilakukan sesuai dengan ketentuan, anatara lain usia kandungan, janin tersebut
membahayakan nyawa sang ibu dan rekomendasi dari tim doker spesialis tentang
korban pemerkosaan, jika hal tersebut tidak dapat terpenuhi maka praktek aborsi
tidak boleh dilakukan hukumnya haram.
Saran dalam penelitian ini ditujakan kepada pertama perlu adanya
terhadap pembuntukan tiga unsuk yaitu, tokoh agama, tim medis, dan ahli pidana
agar dalam pemahaman terhadap peraturan mengenai hukum aborsi tidak adanya
tumpang tinding, kedua agar seorang dokter memahami syarat dan ketentuan
seorang boleh melakukan aborsi dan seorang dokter memahami kode etik dokter

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI


Halaman
SAMPUL DALAM ................................................................................................. i
PERNYATAAN KEASLIAN…….. ...................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................................... iii
PENGESAHAN .................................................................................................... iv
ABSTRAK ..............................................................................................................v
MOTTO ................................................................................................................ vi
PERSEMBAHAN…………………………………………………………………..
vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TRANSLITERASI ................................................................................x
BAB I

PENDAHULUAN ...........................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ...........................................................1
B. Identifikasi masalah .................................................................9
C. Batasan Masalah……………………………………………10
D. Rumusan Masalah ..................................................................10
E. Kajian Pustaka ........................................................................11

F. Tujuan Hasil Penelitian ..........................................................12
G. Kegunaan Hasil Penelitian ......................................................13
H. Definisi Oprasional .................................................................13
I. Metode Penelitian ...................................................................15
J. Sistematika Pembahasan ........................................................18

BAB II

KONTRUKSI HUKUM ABORSI MENURUT HUKUM DI
INDONESIA …………………………………….. .................20
A. Pengertian Aborsi ....................................................................20
B. Dasar Hukum Aborsi ............................................................. 21

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

1. Aborsi dalam kontruksi hukum Islam .............................. 21
2. Aborsi dalam kontruksi hukum Positif ............................. 30
C. Sebab – Sebab Terjadinya Aborsi…………………………… 33
D. Faktor – faktor yang memperbolehkan Aborsi…………..……… 35
BAB III


HASIL BAHTSUL MASAIL MUSYAWARAH NASIONAL
NAHDATUL ULAMA TAHUN 2014 TERHADAP
KETENTUAN HUKUM ABORSI ............................................. 37
A. Profil Lembaga Bahstul Masail Nahdlatul Ulama...............37
1. Lembaga Bahstul Masail …………………….………. 37
2. Metode Istimbat Hukum Lembaga Bahstul Masail
Nahdlatul Ulama …………………………………..…… 38
3. Metode Ijtihad Hukum Majelis Lembaga Bahstul Masail
NahdlatulUlama’ ………………………………………. 38
4. Kerangka metodelogi Lembaga Bahstul Masail Nahdlatul
Ulama………………………………………………..…. 39
5. Sistem Pengambilan Keputusan Hukum……………….. 40
B. Hasil Ketetapan Bahsul Masail Musyawarah Nasional
Nahdatul Ulama’ Tahun 2014, Terhadap Hukum Aborsi
dalam Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2014 Pasal 31
Tentang Kesehatan Reproduksi……………………………. 41

BAB IV


ANALISIS TERHADAP HASIL BAHSUL MASAIL
MUSYAWARAH NASIONAL NAHDATUL ULAMA TAHUN
2014
TERHADAP
HUKUM
ABORSI
MENURUT
PERATURAN
PEMERINTAH Nomor 61 TAHUN 2014
PASAL 31 TENTANG KE SEHATAN REPRODUKSI ........... 54
A. Hasil Bahtsul Masail Musyawarah Nasional Nahdatul Ulama’
Tahun 2014 terhadap Hukum Aborsi dalam Peraturan
Pemerintah Nomor
61 Tahun 2014 Pasal 31 tentang
Kesehatan Reproduksi .................................................................. 54
B. Analisis hukum Islam terhadap ketetapan hasil bahtsul masail
musyawarah nasional Nahdatul Ulama Tahun 2014 terhadap
hukum aborsi dalam Peraturan Pemerintah Nomor 61 tahun
2014 Pasal 31 tentang Kesehatan Reproduksi ........................59


digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB V

PENUTUP............................................................................................. 68
A. Kesimpulan .................................................................................... 68
B. Saran.........................................................................................69

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
LAMPIRAN………………………………………………………………………………..

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Allah Swt menciptakan mahluk hidup di dunia ini dengan segala
kesempurnaanya. Setiap mahluk satu dengan mahluk lainnya saling
melengkapi, tumbuh, dan berkembang. Sehingga terjadi keteraturan dalam
siklus kehidupan. Manusia sebagai makhluk yang paling sempurna diantara

mahluk hidup yang lainnya diberi bekal akal pikiran sehingga terbentuklah ilmu
pengetahuan.
Perkembangan zaman dengan berbagai macam persoalan menyebabkan
manusia berpikir untuk memberikan solusi yang terbaik dalam setiap
permasalahan. Ilmu pengetahuan berperan sangat penting dalam kehidupan
manusia khususnya ilmu kedoteran, dimana perkembangannya selalu
beriringan dengan kehidupan manusia. Namun disisi lain, penyalah gunaan
ilmu kedokteran akan merusak tatanan kehidupan masyarakat.
Negara bertugas untuk menciptakan keadaan yang aman dan sehat dalam
masyarakat, sehingga para warganya tidak terancam akan di bunuh atau
dilukai, dan dapat menikmati kesehatan yang optimal. Tugas melindungi
kesehatan kehidupan itu mencakup juga kehidupan yang belum lahir.1 Negara
akan menaruh perhatian khusus kepada kondisi kesehatan ibu-ibu hamil, antara
1

K. Bertens, Aborsi Sebagai Masalah Etika, (Jakarta: PT Grasindo, 2002), 14.

1
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


2

lain dengan mengakui hak cuti hamil, dalam rangka tugas ini Undang-undang
anti-aborsi dapat dibenarkan, walaupun secara historis Undang-undang antiaborsi yang kita kenal sekarang tidak selalu berasal dari motivasi melindungi
kehidupan begitu saja, tetapi sering kali mempunyai motivasi yang lebih luas,
seperti kebijakan kependudukan.
Indonesia merupakan negara hukum yang melarang praktek aborsi,
ketentuan tersebut tertuang dalam hukum positif, diantaranya Kitab Undangundang Hukum Pidana (KUHP) pasal 346 “seorang wanita yang sengaja
menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk
itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun”.2 Namun, ada
pengecualian yang membolehkan tindak aborsi yang disebutkan dalam
Undang-undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009, Undang-undang Nomor 23
Tahun 1992, dan Peraturan Pemerintah 61 Tahun 2014 yang menjadi aturan
kongkrit pelaksanaannya.
Aborsi merupakan cara pengendalian kelahiran yang tertua dan paling
luas di dunia, dengan resiko terhadap kesehatan perempuan, karena
kebanyakan aborsi dilakukan secara ilegal dan dibawah setandart sehingga
menimbulkan resiko kesehatan dan kematian yang tinggi.3 Berikut ini berbagai
macam cara melakukan aborsi yang sering di lakukan ditengah – tengah
masyarakat:

2
3

Pasal 347 KHUP.
Misri Singaribun, Penduduk dan Perubahan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offest, 1996),128.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

1.

Manipulasi fisik, yaitu dengan cara melakukan pijatan pada rahim agar
janin terlepas dari rahim.

2.

Menggunakan berbagai ramuan dengan tujuan panas pada rahim.

3.


Menggunakan alat bantu tradisional yang tidak seteril sehingga dapat
mengakibatkan inferksi.

Aborsi yang dilakukan di tempattempat pelayanan, 2000
Aspirasi vakum atau D&K
4%

8%

Medikasi oral dan pijatan

5%

Medikasi aborsi yang disuntikkan
37%

8%

Benda asing yg dimasukkan dalam
vagina/rahim
Jamu-jamuan/Ramuan lain dimasukkan
dalam vagina/rahim
Akupuntur

13%

25%

Paranormal

Gambar: Beberapa metode aborsi (Sbr: Utomo, B., 2000)
Aborsi merupakan permasalahan yang begitu kompleks, seperti yang kita
lihat dalam analisis sampai sekarang, perdebatan antar agama dan ilmu
pengetahuan khususnya kedokteran, diantaranya, pendapat ulama NU yang
menyatakan bahwa Undang-undang Kesehatan Nomor 23 Tahun 2009 tidak
sesuai dengan landasan filosofi bangsa yang menjunjung tinggi norma agama4.

4

Muhtamar Nahdhatul Ulama’, Ahkamul Fuqoha, (Surabaya: PT. Khalista, 2011), 938.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

Berdasarkan Firman Allah Swt dalam Al qur’an yang yang tertuang
dalam Surat al- Israa’ Ayat 31 terhadap larangan aborsi sebagai berikut :

             
 

Artinya: “Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut
kemiskinan. kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan
juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa
yang besar”. (Al- Israa’: 31).5

Selain itu juga Allah Swt, berfirman dalam Al- qur’an mengenai
melarang membunuh jiwa yang hukumnya haram, hal tersebut terdapat dalam
surat Al- Israa’ Ayat 33 sebagai berikut :

             
          

Artinya: “Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar[853].
dan Barangsiapa dibunuh secara zalim, Maka Sesungguhnya Kami
telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli
waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah
orang yang mendapat pertolongan”.(Al-Israa’’: 33).6
Berdasarkan kitab fiqih juga dijelaskan bahwa membunuh janin tanpa
sebab merupakan tindak kejahatan, yang menimpa ibunya baik secara sengaja
atau tidak sengaja, dan sang ibunya tidak mati, maka wajib diat untuknya,

5
6

Departemen Agama, Al-Quran Terjemah, (Bandung: CV Penerbit J-ART, 2003), 286.
Ibid,.286.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

meskipun mati setelah keluar dari kandungannya atau mati di dalam perut
ibunya, jika janin laki-laki diatnya 100 (seratus ekor unta) sedangkan
perempuan 50 (lima puluh) ekor unta7.
Banyaknya penolakan dari masyarakat terhadap praktek aborsi membuat
praktek aborsi semakin sulit dilaksanakan, meskipun pada kasus tertentu
sangat dibutuhkan. Sehingga banyak terjadi tindak aborsi secara ilegal di
masyarakat, untuk mengurangi hal tersebut pemerintah membuat payung
hukum bagi pelaksanaan aborsi dengan mengeluarkan Undang-undang
kesehatan dan Peraturan Pemerintah tentang Reproduksi kesehatan tertuang
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014.
Menurut istilah, abortus atau aborsi secara bebas berarti keguguran
kandungan, pengguguran kandungan atau membuang janin,8 Sedangkan secara
medis, aborsi mempunyai definisi yang berubah-rubah, mula-mula aborsi
didefinisikan sebagai pembatalan kehamilan sebelum usia 28 minggu (patokan
yang di pakai oleh medis adalah mampu tidaknya janin hidup diluar janin),
setelah itu ternyata kemajuan teknologi kedokteran telah memungkinkan janin
dapat hidup sebelum usia 26 minggu sehingga dibuat kesepakatan aborsi
adalah 20 minggu.9

7

Sayyid Sabiq, Terjemah Fikih Sunnah, (Bandung: PT Alma’rif, 1980), 117.
Budi Utomo, Hendartini Absjah dkk, Insiden Dan Aspek Psiko-Sosial Aborsi Di Indonesia,.
(Jakarta: pkk ui dan UNFPA, 2001), 31.
9
Abdul Aziz Dahlan, Enklopedi Hukum Islam, (Jakarta:PT ichtiar baru Van Hoeve, 1996),7.
8

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

Aborsi dipahami sebagai penghentian kehamilan selama janin belum
hidup (viable) dan belum dapat hidup mandiri di luar rahim, akan tetapi dalam
hal ini usia janin tidak merupakan kriteria yang paling menentukan, karena
yang tidak kalah penting adalah berat dan panjang janin.
Abortus provocatus adalah istilah Latin yang secara resmi dipakai dalam
kalangan kedokteran dan hukum.10 Maksudnya adalah dengan sengaja
mengakhiri kehidupan kandungan dalam rahim seorang perempuan hamil.
Sehinggga dapat dipahami bahwa yang di maksud dengan pengguran dalam
kedokteran dan hukum adalah yang secara sengaja.
Oleh karena itu, abortus provocatus harus dibedakan dengan abortus

spontaneus, di mana kandungan seorang perempuan hamil dengan spontan
gugur. Jadi, perlu dibedakan antara “abortus yang disengaja” dan “abortus
spontan”, dalam bahasa Indonesia, yang pertama kita sebut “pengguguran
kandungan”, sedangkan yang kedua dinamai “keguguran”. Untuk menunjukkan
pengguguran kandungan, istilah yang paling populer sekarang adalah “aborsi”,
yang tentunya dibentuk berdasarkan kata Inggris abortion.11
Peraturan Pemerintah ini merupakan aturan - aturan umum untuk
melaksanakan Undang-undang.12 Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014
tentang Kesehatan Reproduksi merupakan aturan teknis dari pelaksanaan

10

K. Bertens, Aborsi Sebagai Masalah Etika, (Jakarta: PT Grasindo, 2002), 1.
Ibid.,2.
12
Chainur Arrasjid, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika 2001), 56.

11

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

Undang-undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
Kontroversi dikalangan masyarakat dengan adanya Peraturan Pemerintah
Nomor 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi, membuat ormas
masyarakat salah satunya Nahdatul Ulama menentukan sikap dengan
menggelar musyawarah nasional untuk membahas hukum aborsi menurut
hukum Islam.
Nahdatul Ulama juga memiliki pandangan yang berbeda dalam
penyelesaian masalah fiqih hukum keluarga, karena mereka memiliki
keyakinan bahwa berpegang teguh pada mazhab yang empat terdapat manfaat
yang mulia. Sedangkan mengabaikannya akan menyebabkan kerusakan yang
amat besar.13 Sehingga istimbat hukumnya lebih bersifat tekstual.
Nahdhatul Ulama’ dalam struktur organisasinya memiliki Lembaga
Bahtsul Masail, yang secara harfiah berarti pembahasan berbagai masalah yang
berfungsi sebagai forum resmi untuk membicarakan al-masailud-diniyah
(masalah-masalah agama) terutama berkaitan dengan al-masailul-fiqiyah
(masalah-masalah fiqh), dari prespektif ini al-masailul-fiqiyah termasuk
masalah-masalah yang khilafiah (kontroversial) karena jawabannya bisa
berbeda pendapat.
Lembaga bahtsul masail berfungsi sebagai forum pengkajian hukum yang
membahas berbagai masalah keagamaan. Tugas dari Lembaga bahtsul masail
13

Zuhairi Misrawi, Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari, (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2013),
350.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

adalah menghimpun, membahas dan memecahkan masalah-masalah yang
menuntut kepastian hukum. oleh karena itu lembaga ini merupakan bagian
penting dalam organisasi Nahdatul Ulama, sebagai forum diskusi alim ulama
(syuriah) dalam menetapkan hukum suatu masalah yang keputusannya
merupakan fatwa dan berfungsi sebagai bimbingan warga Nahdatul Ulama
dalam mengamalkan agama sesuai dengan ahlussunnah waljamaah.
Pada penelitian ini peneliti akan membahas aborsi dari sudut pandang
Organisani Masyarakat (ormas) Islam salah satunya Nahdatul Ulama yang

dituangkan dalam hasil putusan musyawarah nasional (munas) lembaga
Bahtsul Masail yang dilaksanakan pada tanggal 1 - 2 Nopember 2014, di
Jakarta dimana musyawarah tersebut merupakan reaksi dari munculnya
legalisasi aborsi yang meresahkan masyarakat, hal tersebut berkaitan dengan
dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 Pasal 31 tentang
kesehatan reproduksi yang menuai reaksi beragam. Pasalnya, dalam Peraturan
Pemerintah tersebut disebutkan pula bahwa aborsi bisa di lakukan oleh
perempuan dengan alasan darurat medis maupun alasan pemerkosaan.
Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti tertarik untuk meneliti lebih
lanjut untuk itu penelitian ini diberi judul “Analisis Hasil Bahtsul Masail
Musyawarah Nasional Nahdatul Ulama’ Tahun 2014 Terhadap Hukum Aborsi
dalam Peraturan Pemerintah

Nomor 61 Tahun 2014 Pasal 31 Tentang

Kesehatan Reproduksi.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

B. Identifikasi dan Batasan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasikan
permasalahan sebagai berikut:
1.

Hukum aborsi di Indonesia.

2.

Legalisasi aborsi menurut Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014
Pasal 31 ayat 1 tentang Kesehatan Reproduksi.

3.

Dasar pertimbangan pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi.

4.

Prespektif hukum Islam terhadap legalitas aborsi.

5.

Batas usia janin yang diperbolehkan melakukan aborsi dalam pandangan
lembaga bahtsul masail.

6.

Ketetapan hasil Bahtsul Masail musyawarah nasional Nahdatul Ulama’
2014 terhadap hukum aborsi dalam Peraturan Pemerintah Nomor 61
Tahun 2014 Pasal 31 tentang Kesehatan Reproduksi.

7.

Analisis hukum Islam terhadap ketetapan hasil Bahtsul Masail
musyawarah nasional Nahdatul Ulama’ Tahun 2014 terhadap hukum
aborsi dalam Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 Pasal 31
tentang Kesehatan Reproduksi.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

2. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini terbatas
pada permasalahan :
1. Dasar pertimbangan hasil Bahtsul Masail musyawarah nasional Nahdatul
Ulama’ Tahun 2014 terhadap hukum Aborsi menurut Peraturan Pemerintah
Nomor 61 Tahun 2014 Pasal 31 tentang Kesehatan Reproduksi.
2. Analisis hukum Islam terhadap ketetapan hasil bahtsul masail musyawarah
Nasional Nahdatul Ulama’ Tahun 2014 terhadap hukum aborsi dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 Pasal 31 tentang Kesehatan
Reproduksi.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi, dan batasan
masalah yang telah dipaparkan di atas, maka masalah yang dapat dirumuskan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana ketetapan hasil Bahtsul Masail musyawarah nasional Nahdatul
Ulama’ Tahun 2014 terhadap hukum aborsi dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 61 Tahun 2014 Pasal 31 tentang Kesehatan Reproduksi ?
2. Bagaimana analisis hukum Islam terhadap ketetapan hasil Bahtsul Masail
musyawarah nasional Nahdatul Ulama’ Tahun 2014 terhadap hukum aborsi
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 61 tahun 2014 Pasal 31 tentang
Kesehatan Reproduksi ?

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

D. Kajian Pustaka
Permasalahan yang dikaji dalam skripsi ini mengenai aborsi
sebenarnya sudah ada yang membahas, akan tetapi dari pandangan masingmasing penulis mempunyai pendekatan dan titik tolak pembahasan yang
berbeda, diantaranya sebagai berikut :
Muhamad Ansor, dengan judul skripsi “Analisis hukum terhadap akibat
aborsi dalam membina keutuhan rumah tangga (analisis hukum Islam dan
undang-undang kesehatan)”, pada skripsi diatas meneliti dampak aborsi
terhadap keutuhan rumah tangga.14
Dalam skripsi ini Muhamad Ansor

meneliti dampak aborsi yang

dilakukan oleh pasangan yang sudah terikat dalam perkawinan. Bagaimana
aborsi yang sesuai dengan hukum islam dan undang undang kesehatan
sehingga tindakan yang dilakukan tidak menyalahi hukum dan aturan yang
berlaku. Sedangkan penelitian yang akan dilakukan penulis adalah peraturan
pemerintah yang merupakan alat pelaksana untuk melakukan aborsi yang
dikeluarkan pada tahun 2014. Sehingga terdapat perbedaan objek penillitian
antara penulis dan skripsi Muhmad Ansor.
Nasilah, dengan skripsi yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap
Pasal 15 UU Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan (Analisis Tindakan

14

Muhamad Ansor, “Analisis Hukum Terhadap Akibat Aborsi dalam Membina Keutuhan Rumah
Tangga (analisis hukum Islam dan undang-undang kesehatan)”(Skripsi—IAIN Sunan Ampel,
Surabaya, 2012).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

Aborsi Bagi Penginap HIV/AIDS)”, pada skripsi diatas meneliti tentang
konsep perlindungan jiwa manusia dalam pasal 15 UU Nomor 23 Tahun 1992
tentang kesehatan yang berkaitan dengan tindakan aborsi bagi pengidap
HIV/AIDS.15 Aborsi yang dilakukan ibu hamil pengidap HIV/AIDS
merupakan objek yang diteliti oleh Nasilah. Apakah dalam hukum islam
diperbolehkan melakukan aborsi, karena ibu yang terjangkit virus HIV bisa
menularakan pada janin yang dikandung. Penilitian yang dilakukan Nasilah
fokus pada pasal 15 UU nomer 23 tahun 1992 terhadap hukum islam.
Aries Kurniawan, dengan skripsi yang berjudul “Aborsi Korban Pemerkosaan
Ditinjau Dari Pasal 15 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang
Kesehatan Dan Relevansinya Dengan Hukum Islam”, pada skripsi di atas
adalah membandingkan tindak aborsi yang ditinjau dari Undang-undang
kesehatan pasal 15 Nomor 23 Tahun 1992 dan ditinjau dengan hukum
Islam.16 Dalam skripsi ini tidak dijelaskan dalam hukum islam ada perbedaan
teknik pengambilam hukum islam di Indonesia antara ormas besar seper
Muhamadiyah dan Nahdatul Ulama.
Berdasarkan penelitian yang sudah ditemukan menunjukan, bahwa
belum ada penelitian yang secara khusus membahas tentang analisis hasil

15

Nasilah, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pasal 15 UU Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan
(Analisis Tindakan Aborsi Bagi Penginap HIV/AIDS)” (Skripsi--IAIN Sunan Ampel, Surabaya,
2005).
16
Aris Kurniawan, “Aborsi Korban Pemerkosaan Ditinjau Dari Pasal 15 Undang-Undang Nomor 23
Tahun 1992 Tentang Kesehatan Dan Relevansinya Dengan Hukum Islam” (Skripsi--IAIN Sunan
Ampel, Surabaya, 2005).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

Bahtsul Masail musyawarah nasional Nahdatul Ulama’ tahun 2014 terhadap
hukum aborsi dalam Peraturan Pemerintah Nomor 61 tahun 2014 pasal 31
tentang kesehatan reproduksi, serta dasar pertimbangan Bahtsul Masail dalam
memutus perkara tersebut.
E. Tujuan penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang ada, tujuan penelitian yang ingin
dicapai oleh penelitian dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui pertimbangan dari ketetapan hasil Bahtsul Masail musyawarah
nasional Nahdatul Ulama’ Tahun 2014 terhadap hukum aborsi dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 Pasal 31 tentang Kesehatan
Reproduksi.
2. Mengetahui tinjauan hukum Islam terhadap ketetapan hasil Bahtsul Masail
terhadap hukum aborsi dalam Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014
Pasal 31 tentang Kesehatan Reproduksi.
F. Kegunaan Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan
berguna dalam beberapa hal sebagai berikut :
1. Secara Teoritis, hasil peneitian ini sebagai sumbangan pemikiran dan
pengembangan ilmu hukum keluarga khususnya terkait dengan Aborsi,
sebagai bahan informasi, masukan dan evaluasi bagi para mahasiswa. Selain

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

itu juga dapat digunakan sebagai bahan acuan bagi peneliti-peneliti
berikutnya khususnya yang berhubungan dengan pelaksanaan Aborsi.
2. Secara Praktis, penelitian ini dapat dijadikan literatur atau referensi untuk
memahami secara mendalam bagi masyarakat dalam pelaksanaan Aborsi.

G. Definisi operasioal
Untuk memperjelas kemana arah pembahasan masalah yang diangkat,
maka penulis perlu memberikan definisi dari judul tersebut, yakni dengan
menguraikan sebagai berikut:
Analisis

: Punguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan
penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antara
bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan
pemahaman arti keseluruhan.17 Dimana pada penelitian
ini menggunakan hukum islam sebagai Seperangkat
peraturan berdasarkan wahyu Allah dan Sunnah Rasul
tentang tingkah laku manusia mukallaf yang diakui dan
diyakini berlaku dan mengikat untuk semua umat
beragama Islam.18 Dalam hal ini hukum Islam yang
digunakan adalah hukum yang terkait dengan aborsi.

17
18

Kamus Besar Bahasa Indonesia, jilid 3 (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), 43.
Fathurrahman Jamil, Filsafat Hukum Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), 12.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

Bahtsul Masail NU : Salah satu lajnah (lembaga) dalam jami’yyah Nahdatul
Ulama‘ yang berfungsi sebagai suatu forum pengkajian
yang membahas berbagai masalah keagamaaan (Islam).19
Sedangkan Nahdatul Ulama‘ merupakan organisasi
masyarakat yang menekankan pada tiga prinsip yaitu
mengikuti faham Asy’ariyah dan Maturidiyah dalam
bidang teologi, mengikuti salah satu dari mazhab empat
dalam bidang fikih, dan mengikuti faham al-Junaid
dalam bidang tasawuf.20
Aborsi

: Suatu perbuatan untuk mengakhiri masa kehamilan
dengan mengeluarkan janin dari kandungan sebelum tiba
masa kehamilan.21

H. Metode Penelitian
Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian
pustaka, karena data primer yang digunakan dalam penelitian ini berupa hasil
musyawarah nasional Bahtsul masail Nahdatul Ulama Tahun 2014 agar
penelitian ini tersusun dengan benar, maka penelitian ini menggunakan motode
sebagai berikut :
19

Ahmad Zahro, tradisi intelektual NU, (Yogyakarta: LKIS, 2004), 5.
Abdurrahman Wahid, “Nahdlatul Ulama dan Islam di Indonesia Dewasa ini”. (Jombang:
Prisma,1984),4,
21
Saifullah, Abortus Dan permasalahannya Suatu Kajian Hukum Islam. (Dalam Probematika Hukum
Islam Kontemporer), (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2002), 128.
20

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

1.

Data yang dikumpulkan
Sesuai dengan permasalahn yang dirumuskan di atas, maka dalam

penelitian ini data yang dikumpulkan adalah:
a.

Hasil ketetapan Bahtsul Masail dalam menentukan hukum aborsi pada
musyawarah nasional Nahdatul Ulama Tahun 2014.

b.

Analisis dasar pertimbangan Bahtsul Masail dalam menentukan hukum
aborsi terhadap Ketentuan Pasal 31 Peraturan Pemerintah Nomor 61
Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi.

2.

Sumber Data
sumber data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah subjek dari mana

data diperoleh.22 untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian
ini, maka digunakan dua sumber data antara lain sebagai berikut:
a.

Sumber primer yaitu sumber data yang sifatnya penting dan
memungkinkan untuk mendapatkan sejumlah informasi yang berkaitan
dengan penelitian.23 Sumber primer penelitian ini di antaranya adalah:
1) Hasil musyawarah nasional Bahtsul masail Nahdatul Ulama Tahun
2014.
2) Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan
Reproduksi.
b. Sumber sekunder

22
23

Suharmisi Arikunto, Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), 172.
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: PT Raja Grafindo,1997), 116.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

Sumber sekunder yaitu sember data yang diperoleh atau dikumpulkan
oleh peneliti yang merupakan hasil penelitian dari sumber – sumber yang telah
ada.24 dengan tujuan menunjang penjelasan data primer antara lain :
1) UU Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan.
2) UU Nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak.
3) Kode etik kedokteran Indonesia (kodeki).
4) Maria Ulfa Anshor, Fiqih Aborsi.
5) Buku – buku yang lain yang berhubungan dengan hukum aborsi untuk
menunjang dalam penelitian ini.
3. Teknik Pengambilan Data
Dalam pengambilan data penelitian ini menggunakan teknik Non
Random sampling di mana objek yang diteliti merupakan pilihan yang
dikhususkan pada sebuah hal. Pada skripsi ini non random sampling yang
digunakan merupakan Purposif sampling dimana teknik pengambilan sampel
berdasarkan keinginan atau sesuai dengan apa yang dikehendaki. Karean,
pada saat penilitian ini dilakukan terdapat fonomena kegaduhan masyarakat
terhadap peraturan yang dilakukan pemerintah. Atas kejadian ini salah satu
ormas islam mengambil sikap dan pernyataan untuk meredam gejolak
dimasyarakat.

24

Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian Dengan Statistik, (Jakarta: Bumi Askara,2006), 19.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

4. Teknik Pengambilan Data
Dalam sebuah penelian juga membutuhkan data yang akurat dan relevan
dengan tujuan agar penelitiannya terarah sesuai dengan tujuan yang
diharapkan, sedangkan dalam mendapatkan data tersebut perlu juga
menggunakan metode yang sesuai dengan data yang di butuhkan, teknik
pengumpulan data merupakan prosedur yang sistematika dan standart untuk
mendapatkan data yang di perlukan dalam penelitian.25 dalam penelitian ini
teknik pengumpulan data sebagai berikut:
Dokumentasi, yaitu mengumpulkan data dengan menelusuri dan
mempelajari data berupa dokumen tertulis.26 peneliti menggunakan penelaan
bacaan yang sesuai dengan objek penelitian yakni hukum aborsi menurut
Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi,
secara umum, serta secara khusus Hasil Bahtsul Masail Nahdatul Ulama Tahun
2014 .
5. Teknik analisis data
Merupakan upaya untuk meningkatkan pemahaman penelitian tentang
Hasil musyawarah nasional Bahtsul masail Nahdatul Ulama Tahun 2014
tentang Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan
Reproduksi.

25
26

Moh Nazir, Metodologi Penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009), 174.
Masruhan, Metodologi Hukum , (Surabaya: Hilal Pustaka, 2013 ), 208.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

Data yang diperoleh baik data primer maupun data sekunder dianalisis
menggunakan analisis induktif yaitu kerangka berfikir yang diawali dari fakta
– fakta yang khusus kemudian ditarik pada yang umum.27 Mengenai Hasil
Musyawarah Nasional Bahtsul masail Nahdatul Ulama Tahun 2014 tentang
Ketentuan Pasal 31 Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 tentang
Kesehatan Reproduksi.
Kemudian dianalis apakah Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014
tentang

Kesehatan

Reproduksi,

tersebut

sudah

sesuai

dengan

hasil

musyawarah nasional Bahtsul masail Nahdatul Ulama Tahun 2014 dan apakah
hasil musyawarah nasional Bahtsul masail Nahdatul Ulama Tahun 2014 sudah
sesuai dengan hukum Islam.
I. Sistematika Pembahasan
Dalam setiap pembahasan suatu masalah sistematika pembahasan
merupakan aspek terpenting karena sistematika pembahasan ini dimaksud
untuk mempermudah bagi pembaca dalam mengetahui alur pembahasan yang
terkandung dalam skripsi ini. adapun sistematika pembahasan dalam skripsi ini
terdiri dari lima bab. Adalah sebagai berikut:
Bab pertama, Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, identifikasi
dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian,

27

Sutrisno Hadi, Motodologi Riset , (Yogjakarta: Yayasan Penerbit Psikologi UGM, 1982), 42.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metode penelitian serta
sistematika pembahasan.
Bab kedua, memaparkan kontruksi hukum aborsi menurut hukum di
Indonesia yang meliputi: pengertian aborsi, dasar hukum aborsi, sebab – sebab
terjadinya aborsi dan factor – factor yang memperbolehkan aborsi.
Bab ketiga, pada bab ini membahas terhadap hasil Bahtsul Masail
Musyawarah Nasional Nahdatul Ulama’ Tahun 2014 mengenai ketentuan
hukum aborsi menurut Bahtsul Masail dan menanggapi terhadap ketentuan
Peraturan Pemerintah Nomor 61 tahun 2014 Pasal 31 tentang Kesehatan
Reproduksi.
Bab keempat, Pada bab ini merupakan analisis terhadap hasil penelitian
kepustakaan (library research) yang memuat isi pokok dari permasalahan yaitu
analis hasil Bahtsul Masail musyawarah nasional Nahdatul Ulama’ 2014
terhadap hukum Aborsi menurut Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014
Pasal 31 tentang Kesehatan Reproduksi.
Bab kelima, Pada bab ini merupakan bab terakhir dalam skripsi ini yang
terdiri dari kesimpulan dan saran.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II
KONTRUKSI HUKUM ABORSI
MENURUT HUKUM DI INDONESIA
A. Pengertian Aborsi
Kata Aborsi berasal dari bahasa latin yaitu a bortus, yang berarti gugur
kandungan atau keguguran, dalam bahasa Arab aborsi ialah isqatu al-hamli atau
al-ijhad.1 Kata aborsi juga diserap dari bahasa Inggris yaitu abortion yang
berasal dari bahasa latin yang berarti pengguguran kandungan atau keguguran.2
Menurut inklopedia bahasa Indonesia, pengertian aborsi dapat diartikan
sebagai pengakhiran kehamilan sebelum masa genetasi 28 minggu atau sebelum
janin mencapai berat 1000 gram. Sedangkan secara medis aborsi dapat diartikan
sebagai penghentian dan pengeluaran hasil kehamilan dari rahim sebelum janin
bisa hidup di luar kandungan (viabiliti).3
Menurut Nani Soendo mengartikan aborsi sebagai pengeluaran buah
kehamilan, pada waktu janin masih demikian kecilnya, sehingga tidak dapat
hidup.4 Lebih lanjut pengertian aborsi menurut Abul Mohsin Ebrahim
mengemukakan bahwa aborsi adalah pengakhiran kehamilan, baik secara tidak
sengaja, spontan akibat kelainan fisik wanita, atau akibat penyakit biomedical

internal, maupun dengan cara yang disengaja melalui campur tangan manusia,
1

Elga Sarapung, Masruchah, M. Imam Aziz, Agama dan Kesehatan Reproduksi, (Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan, 1999), 162.
2
Maria Ulfa Anshor, Fiqih Aborsi, (Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2006), 32.
3
CB. Kusmaryanto, Kontroversi Aborsi, (Jakarta: PT. Grasindo, Cetakan kedua 2004), 11.
4
Huzaemah Tahido Yanggo, Perempuan Korban Perkosaan, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009), 32

21
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

seperti meminum obat-obatan tertentu, atau mengunjungi dukun atau dokter
praktek aborsi.5 Hal senada juga diungkapkan oleh Mardjono Reksodiputro
mengenai pengertian aborsi ialah pengeluaran hasil konsepsi dari rahim sebelum

hasil konsepsi dapat lahir secara alamiah dengan adanya kehendak me rusak
hasil konsepsi tersebut.6

Berdasarkan pengertian mengenai makna aborsi dapat disimpulkan
bahwa aborsi merupakan pengguguran kandungan sebelum lahir secara
alamiah, dengan berbagai cara seperti meminum obat-obatan tertentu, atau
mengunjungi dukun atau dokter praktek aborsi.
B. Dasar Hukum Aborsi
1.

Aborsi dalam kontruksi Hukum Islam
Setiap makhluk hidup mempunyai hak untuk menikmati hidup, baik
hewan,

tumbuh-tumbuhan,

apalagi

manusia

yang

menyandang

gelar

khalifatullah dipermukaan bumi. Oleh karena itu dalam ajaran Islam sangat
mementingkan pemeliharaan terhadap lima hal, yaitu agama, jiwa, akal,
keturunan, dan harta. Pemeliharaan terhadap kelima hal tersebut tergolong ke
dalam al-mashalih al-haqiqiyat.7

5

Abu Fadl Mohsin Ebrahim, Aborsi Kontrasepsi dan Mengatasi Kemandulan, (Bandung: Mizan,
1997), 125.
6
Mardhono Reksodiputro, Pembaharuan Hukum Pengguguran Kandungan,(Yogyakarta: Perpustakaan
Departemen Kesehatan RI, 1974), 9.
7
Muhammad Abu Zahrah, Ushul al-Fiqh, (Cairo, Dar al-Fikr al-Arabi,2012), 220.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

Secara kodrati manusia diciptakan Allah Swt dalam bentuk laki-laki dan
perempuan. Penciptaan manusia yang berpasang-pasangan membuat mereka
cenderung untuk melakukan hubungan biologis berguna untuk melahirkan
keturunan yang akan meneruskan kelangsungan eksistensi umat manusia
dimuka bumi.
Pengguguran kandungan bertentangan dengan ketentuan Allah Swt. yang
sering kali disebut dengan istilah aborsi, berarti merusak dan menghancurkan
janin calon manusia yang dimuliakan oleh-Nya, karena Ia berhak lahir dalam
keadaan hidup sekalipun dari hubungan gelap. Allah Swt berfirman dalam Alqur’an surat Al-Isra’ ayat 31 sebagai berikut;

             
 
Artinya: “dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut
kemiskinan. kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan
juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa
yang besar”8
Berdasarkan keterangan surat Al-Isra ayat 31, menjelakan bahwa
kemiskinan itu belum terjadi, baru dalam bentuk kekhawatiran. Karena itu
dalam ayat tersebut ada penambahan kata “khasyyat”, yakni takut.
Kemiskinan yang dikhawatirkan itu adalah kemiskinan yang boleh jadi akan
dialami anak. Maka untuk menyingkirkan kekhawatiran sang ayah, ayat itu

8

Departemen Agama, Al-Quran Terjemah, (Bandung: CV Penerbit J-ART, 2003), 286.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

segera menyampaikan bahwa “Kami-lah yang akan memberi rezeki kepada
mereka” yakni anak-anak yang kamu khawatirkan jika dibiarkan hidup akan
mengalami kemiskinan. Setelah jaminan ketersedian rezeki itu, barulah
disusulkan jaminan serupa kepada ayah dengan adanya kalimat “dan juga
kepadamu”. Penggalan ayat di atas dapat juga dipahami sebagai sanggahan
bagi mereka yang menjadikan kemiskinan apapun sebabnya sebagai dalih
untuk membunuh anak.9
Berdasarkan keterangan ayat diatas menimbulkan pendapat-pendapat
tentang membatasi kelahiran keluarga berencana. Ulama-ulama Islam ada yang
berpendapat boleh asal, yaitu menggelicikkan mani keluar dari faraj
perempuan supaya jangan jadi anak. Tetapi kebanyakan ulama pula
mengatakan perbuatan itu makruh. Boleh, tetapi dibenci. Atau tercela,
meskipun tidak terlarang. Ada juga ulama modern berpendapat bahwa untuk
menjaga kesehatan perempuan yang karena banyak melahirkan anak, sehingga
badannya sudah lemah, boleh diadakan operasi pada rahimnya, hingga tidak
beranak lagi.
Akan tetapi tidak ada ulama yang berijtihad untuk membolehkan
membunuh anak. Ijtihad hanya berlaku pada perkara-perkara yang tidak jelas
nashnya. Ulama mujtahid pun sependapat bahwa menggugurkan anak yang
dalam kandungan, yang telah bernyawa, sama dengan membunuh. Nyawa

9

M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 455.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

mulai ditiupkan setelah dikandung 3 x 40 hari yaitu berusia 120 hari atau
dalam kandungan berusia empat bulan.
Berdasarkan berpadunya antara mani seorang laki-laki dengan sel telur
seorang perempuan menunjukkan bahwa di waktu yang ada dalam kandung itu
merupakan awal mulai ada hidup manusia. Sebab itu mulai anak di dalam
kandung sudah wajib kita memeliharanya sampai lahir.10

Berdasarkan Al- qur’an surat Al-Isra’ ayat 33, Allah Swt berfirman
terhadap larangan membunuh jiwa sebagai berikut:

             
          

Artinya: “dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar dan
Barangsiapa dibunuh secara zalim, Maka Sesungguhnya Kami telah
memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris
itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang
yang mendapat pertolongan”.11
Beberapa

mazhab

fiqih

berselisih

pendapat

tentang

hukum

menggugurkan janin dalam kandungan tersebut, yang disebabkan tidak adanya
nash-nash syariat secara langsung membahas masalah tersebut, adapun
beberapa mazhab fiqih itu diantaranya sebagai berikut:

10
11

Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Jakarta: Pustaka Panji Mas, 1984), 55.
Departemen Agama, Al-Quran Terjemah …286.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

1.

Madhab hanafi
Berdasarkan madhab hanafi aborsi hanya diizinkan apabila sebelum

kandungan berusia 120 hari, akan tetapi sebagian yang memandangnya
hukumnya makruh tanpa adanya alasan yang sah, karena janin begitu
dikandung berpotensi untuk hidup, Ibnu Abidin salah satu pelopor madzhab
hanafi mengatakan bahwa aborsi hanya diizinkan terhadap keabsahan alasan
tertentu. Selanjutnya dia memperjelas bahwa alasan yang sah untuk melakukan
aborsi yaitu sebelum usia janin atau usia kehamilan menginjak bulan keempat,
dalam kasus adanya bayi yang sedang disusui, kehamilan baru menyebabkan
berakhirnya masa menyusui bayi ini.12
Aborsi dibolehkan menurut madzhab hanafi, jika ada indikasi yang
dibenarkan menurut syara’. Indikasi yang banyak dikutip dalam madzhab
hanafi ialah bilamana perempuan hamil dalam keadaan menyusui anaknya,
dikhawatirkan air susunya berhenti sementara si ayah tidak mempunyai
sumber pendapatan untuk menyediakan susu pengganti. Indikasi lain ialah
kesehatan yang buruk dari si ibu, atau apabila ada suatu resiko melahirkan
yang sulit sehingga membutuhkan pembedahan Caesar, terutama apabila
kondisi tersebut terjadi pada kehamilan sebelumnya. Dalam hal ini nyawa si
ibu didahulukan atas nyawa janin, karena si ibu adalah sumber asalnya.13

12

Mohammad Amin Ibnu Abidin, Hashuyah Raad Al-Muhtar, Jilid 3, (Beirut: Daar Al-Fikr, 1979),
176.
13
Abd Rahman, Islam dan KB, (Jakarta: Lentera, 1997), 232.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

2.

Madzhab Maliki
Menurut pengikut Imam Malik, Al-Lakhmi, proses al-takhaluq terjadi

sebelum janin berumur empat puluh hari, ada juga pendapat yang mengatakan,
bahwa hukum menggugurkan kandungan sebelum ruh ditiupkan ke dalam janin
adalah haram. Pendapat ini merupakan pendapat otentik (al-mu‟tamad)
madzhab Maliki. Al-Dardir mengatakan, “tidak boleh mengeluarkan sperma
yang sudah terbentuk di dalam rahim meski sebelum empat puluh hari.” AlDasuqi menambahkan, pernyataan ini adalah al-mu’tamad.14
Ada pula pendapat yang menyatakan, bahwa hukum menggugurkan
kandungan sebelum ruh ditiupkan ke dalam janin adalah makruh, yang dalam
bahasa Al-dardir adalah haram. Ibnu Rusyd mengutip pernyataan Imam Malik,
“Setiap sesuatu yang digugurkan oleh seorang perempuan, baik berupa
segumpal daging maupun segumpal darah yang secara jelas diketahui sebagai
cikal bakal seorang anak, adalah sebuah tindak kejahatan, adapun hukuman
untuk itu adalah memerdekakan budak (al-gurrah).” Ibnu Rusyd lalu
mengatakan bahwa Imam Malik menambahkan kafarat (denda) di samping al-

gurrah.15
3.

Madzhab Syafi‟i

Pengikut madzhab Syafi’i terpecah menjadi beberapa pendapat, seperti
Imam Al-Ghazali, salah seorang pemikir terpenting dari madzhab syafi’i, dalam
14
15

Abdul Qadir Manshur, Buku Pintar Fikih Wanita, (Jakarta: Zaman, 2012),114-115.

Ibid, 116.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

Ihya Ulum Al-Din mengatakan bahwa kontrasepsi tidak sama dengan aborsi
atau wa’d (mengubur bayi wanita hidup-hidup). Karena aborsi adalah kejahatan
terhadap makhluk hidup. Kehidupan makhluk memiliki tahapan-tahapan. Tahap
pertama adalah masuknya air mani dalam rahim dan bercampur dengan sel telur
wanita. Kemudian siaplah ia menerima kehidupan Mengganggunya merupakan
kejahatan. Bila ia memperoleh ruh dan telah sempurna bentuknya, maka
kejahatannya menjadi lebih berat. Kejahatan mencapai tingkat yang paling
serius bila aborsi dilakukan setelah janin terpisah (dari ibu) dalam keadaan
hidup.16
Muhammad Ibnu Abi Said menyatakan bahwa dalam batas 80 hari
mengizinkan karena janin masih dalam bentuk nuthfah dan alaqah. Sementara
itu Ibnu Hajar menyatakan bahwa aborsi dibolehkan sebelum kandungan
berusia 42 hari, lebih dari itu dilarang. 17
Sedangkan menurut Maria Ulfa dalam bukunya yang berjudul Fiqih
Aborsi, menyatakan bahwa aborsi dapat digolongkan menjadi lima macam
diantaranya sebagai berikut:18
a. Aborsi spontan, artinya janin gugur secara alamiah tanpa adanya
pengaruh dari luar atau gugur dengan sendirinya. Kebanyakan aborsi

16

Abu Fadl Mohsin Ebrahim, Aborsi Kontrasepsi dan Mengatasi Kemandulan, (Bandung: Mizan,
1997), 157 .
17
Maria Ulfah Anshor, Aborsi dalam Perspektif Fiqih Kontemporer, (Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia 2002),163

Dokumen yang terkait

ANALISIS DEKRIMINALISASI ABORSI DALAM PERATURAN PEMERINTAH NO. 61 TAHUN 2014 TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI

4 56 60

pp nomor 61 tahun 2014 tentang kesehatan reproduksi

0 0 55

ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP ABORSI KARENA KEDARURATAN MEDIS DALAM PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI.

0 3 78

Tinjauan Hukum Islam terhadap dibolehkannya Aborsi Akibat Perkosaan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 61 tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi Digital Library IAIN Palangka Raya BAB VI PENUTUP (SA)

0 0 2

Tinjauan Hukum Islam terhadap dibolehkannya Aborsi Akibat Perkosaan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 61 tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi Digital Library IAIN Palangka Raya BAB V HASIL (SA)

0 0 36

Tinjauan Hukum Islam terhadap dibolehkannya Aborsi Akibat Perkosaan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 61 tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi Digital Library IAIN Palangka Raya BAB III METODE (SA)

0 0 5

Tinjauan Hukum Islam terhadap dibolehkannya Aborsi Akibat Perkosaan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 61 tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi Digital Library IAIN Palangka Raya BAB II KAJIAN (SA)

0 0 38

Tinjauan Hukum Islam terhadap dibolehkannya Aborsi Akibat Perkosaan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 61 tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 18

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP LEGALITAS ABORSI AKIBAT PEMERKOSAAN (Studi terhadap Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 Pasal 31 huruf b ) Agusrimanda

0 0 14

ANALISIS DEKRIMINALISASI ABORSI DALAM PERATURAN PEMERINTAH NO. 61 TAHUN 2014 TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI MutiaraPuspa Rani, Firganefi, EkoRaharjo email: pr_mutiarayahoo.com

0 0 7