PENDIDIKAN AGAMA PADA ANAK USIA DINI DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN : KAJIAN TAFSIR QURAISH SHIHAB, IBN KATHIR, DAN SAYYID QUTHB TERHADAP SURAH AL-BAQARAH: 132, AN-NAHL: 78, DAN LUQMAN: 12 DAN 14.

PENDIDIKAN AGAMA PADA ANAK USIA DINI DALAM
PERSPEKTIF AL-QUR’AN
(Kajian Tafsir Quraish Shihab, Ibn Kathir, dan Sayyid Quthb
terhadap Surah al-Baqarah: 132, an-Nahl: 78, dan
Luqman: 12 dan 14)
Skripsi :
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Akhir Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Strata Satu (S-1) Dalam Ilmu Ushuluddin dan Filsafat

Oleh:

HEPI DWI PUTRI JAYANTI
E73212104

PRODI ILMU ALQUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2016

ABSTRAK

Hepi Dwi Putri Jayanti, E73212104. Pendidikan Agama Pada Anak Usia dini
dalam perspektif Al-Qur’an (Kajian Tafsir Quraish Shihab, Ibn Kathi>r, dan
Sayyid Quthb terhadap Surah al-Baqarah: 132, an-Nahl: 78, dan Luqman: 12 dan
14).
Penelitian ini berawal dari pada rentang usia dini anak mengalami masa
keemasan (the golden age), yang merupakan masa dimana anak mulai peka
untuk menerima berbagai rangsangan. Pada masa ini anak-anak sangat
terpengaruh pada perkembangan kepribadian masa dewasa seseorang. Karena
pada masa ini, anak mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang
sangat pesat. Untuk itu perlu diberi rangsangan agar potensi anak berkembang
secara optimal. Salah satunya pendidikan anak usia dini.
Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah:(1).Bagaimana
pendidikan agama pada anak usia dini perspektif al-Qur’an versi Penafsiran
Quraish Shihab, Ibnu Kathir, dan Sayyid Qutbh?2).Bagaimana upaya
pemberdayaan pendidikan agama pada anak usia dini perspektif al-Qur’an versi
penafsiran Quraish Shihab, Ibnu Kathir, dan Sayyid Qutbh ?
Tujuan dalam penelitian ini sesuai dengan ajaran al-Qur’an ialah Untuk
mengetahui tentang pendidikan agama pada anak usia dini lewat, al-Qur’an
Untuk mengetahui upaya pemberdayaan pendidikan agama pada anak usia dini
lewat al-Qur’an.

Dalam menjawab permasalahan tersebut, penelitian ini dilakukan
berdasarkan kepustakaan (library research) dengan menela’ah literatur terkait
dengan topik. Sesuai dengan tujuan tersebut, data primer yang digunakan berasal
dari penjelasan-penjelasan penafsiran oleh M. Quraish Shihab dalam Tafsir alMishbah, Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n karya Sayyid Qut}b, dan Tafsir Ibnu katsir,
karya Ibn Kathi>r, serta data sekunder yang berasal dari buku-buku yang relevan
dengan penelitian ini di antaranya; Nalar Pendidikan al-Qur’an, Teori-teori
Pendidikan Berdasarkan al-Qur’an.
Sementara analisis dilakukan dengan mengunakan deskriptif dan content
analisis. Yaitu menggambarkan dan menguraikan secara menyeluruh mengenai
objek yang diteliti. Sedangkan analisis isi adalah metodologi dengan
memanfaatkan sejumlah perangkat untuk menarik kesimpulan dari sebuah
dokumen atau bahan pustaka.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa selain pembentukan sikap dan
perilaku terbaik anak memerlukan pula kemampuan intelektual agar anak siap
menghadapi tuntutan masa kini dan masa datang. Maka dari itu anak
memerlukan penguasaan berbagai kemampuan dasar agar anak siap dan dapat
menyesuaikan diri dalam setiap segi kehidupanya. Sehubungan dengan itu maka
progam pendidikan anak usia dini dapat mencakup bidang pembentukan sikap
dan pengembangan kemampuan dasar yang keseluruhanya berguna untuk
mewujudkan manusia indonesia yang mampu berdiri sendiri bertanggung jawab

dan mempunyai bekal untuk memasuki pendidikan selanjutnya.

ix
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ..........................................................................................

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ....................................................

iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI......................................................

iv

PERNYATAAN KEASLIAN ..........................................................................


v

MOTTO ...........................................................................................................

vi

PERSEMBAHAN ............................................................................................

vii

ABSTRAK .......................................................................................................

ix

KATA PENGANTAR .....................................................................................

x

DAFTAR ISI ....................................................................................................


xii

DAFTAR TRANSLITERASI ..........................................................................

xv

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..............................................................

1

B. Batasan Masalah..........................................................................

7

C. Rumusan Masalah .......................................................................


8

D. Tujuan Penelitian ........................................................................

8

E. Manfaat Penelitian ......................................................................

9

F. Penegasan Judul ..........................................................................

9

G. Kajian Pustaka.............................................................................

11

H. Metode Penelitian........................................................................


12

I. Sistematika Pembahasan .............................................................

17

BAB II HAKIKAT PENDIDIKAN AGAMA PADA ANAK USIA DINI
DALAM AL-QUR’AN
A. Pengertian Pendidikan Agama ....................................................

18

B. Pengertian Anak Usia Dini .........................................................

24

C. Dasar- dasar Pendidikan Agama Anak Usia Dini .......................

27


D. Tujuan Pendidikan Agama Pada Anak Usia Dini .......................

33

E. Problematika Pendidikan Anak Usia Dini ..................................

38

xii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB III PENAFSIRAN AYAT-AYAT DAN PEMBERDAYAAN
PENDIDIKAN

PADA

ANAK

USIA


DINI

DALAM

AL-QUR’AN
A. Tafsiran Surat Al-Baqarah (2:132) ............................................

42

B. Tafsiran Surat An-Nahl (16:78) .................................................

47

C. Tafsiran Surat Lukman (31: 12 Dan 14) ....................................

51

BAB IV ANALISIS
A. Analisis Penafsiran Ayat-Ayat Al-Quran Pendidikan Agama Pada

Anak Usia Dini ..........................................................................

65

B. Analisis Pemberdayaan Pendidikan Agama Pada Anak Usia Dini
Dalam al-Qur’an Versi Quraish Shihab, Ibn Kathi>r dan Sayyid
Qut}b .........................................................................................

70

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................

73

B. Saran-saran ..................................................................................

75

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xiii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berbicara tentang persoalan pendidikan sama halnya membicarakan tentang
kehidupan, sebab pendidikan merupakan proses yang dilakukan oleh setiap
individu menuju kearah yang lebih baik sesuai dengan potensi kemanusiaanya.
Proses ini hanya berhenti ketika nyawa sudah tidak ada dalam raga manusia.1
Dan agama yang dimaksud adalah agama Islam. Allah menegaskan bahwa
agama yang hak di sisi-Nya ialah agama Islam. Allah SWT berfirman Dalam
Surat Al-Imran:19:

           
             
  
Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. tiada berselisih
orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan
kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barang siapa
yang kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka Sesungguhnya Allah sangat cepat
hisab-Nya.2

1

Shofan, Pendidikan Berparadikma Profetik,Upaya Kontruktif Membongkar Dikotomi
Sistem Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Ircsod, 2004), 15.
2
Kementrian Republik Indonesia,Al Qur’an dan Tafsirnya, (Jakarta : Widya Cahaya,
2011), 472.-473.
1

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

Ayat tersebut menerangkan bahwasanya agama yang sah disisi Allah
hanyalah Islam. Semua agama dan syari’at yang di bawah nabi-nabi terdahulu
intinya satu ialah Islam, yaitu berserah diri kepada Allah yang Maha Esa.
Menjunjung tinggi perintah-perintah-Nya dan berendah diri kepadanya, walaupun
syariat-syariat itu berbeda didalam beberapa kewajiban ibadah dan lain-lain. Allah
menyariatkan agama untuk dua macam:
1. Membersihkan jiwa manusia dan akalnya dari kepercayaan yang tidak
benar.
2. Memperbaiki jiwa manusia dengan amal perbuatan yang baik dan
memurnikan keikhlasan pada tuhan3
Pendidikan bukan sekadar proses penanaman nilai-nilai moral untuk
membentengi diri dari akses negative globalisasi. Tapi yang paling urgen adalah
bagaimana nilai-nilai moral yang telah ditanamkan pendidikan tersebut mampu
berperan sebagai kekuatan pembebas (liberating force) dari himpitan kemiskinan,
kebododahan, dan keterbelakangan sosial budaya dan ekonomi.4
Tidak dapat diragukan lagi, bahwa sejak anak manusia yang pertama lahir,
telah ada dilakukan usaha-usaha pendidikan, manusia telah berusaha mendidik
anak-anaknya, kendatipun dalam cara yang sangat sederhana.5 Dapat kita lihat
dalam Q.S Al-Alaq, 4-5, Allah SWT ber-Firman:

3

Ibid,473.
Ibid, 15.
5
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT: Raja Grafindo Persada,
1984),01.
4

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

         
Yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam,(5).dia mengajar kepada
manusia apa yang tidak diketahui.6

Ayat tersebut merupakan bentuk kepemurahan Allah adalah ia mengajari
manusia mampu menggunakan alat tulis. Mengajari disini maksudnya
memberinya kemampuan menggunakanya. Dengan kemampuan menggunakan
Alat tulis itu, manusia bisa menuliskan temuanya sehingga dapat dibaca oleh
orang dapat dikembangkan.dengan demikian, manusia dapat mengetahui apa yang
sebelumnya belum diketahuinya, artinya ilmu itu akan terus berkembang.7
Terutama pada zaman modern yang pesat seperti ini, banyak menimbulkan
perubahan-perubahan dan kemajuan-kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan
dalam masyarakat, disamping itu pertambahan penduduk yang kian hari kian
meningkat cukup banyak berpengaruh terhadap perkembangan kehidupan.8
Sebagaimana dalam Hadits Rasulullah. Bersabda :

ِ
ِ
‫ش ِِ َزَماِِِ ْم غَْي َر َزَمانِ ُك ْم فَِإنَ ُه ْم َخلَ َق لَِزَماِِِ ْم َوََْ ُن َخلَ ْقنَا لَِزَمانِنَا‬
ُ ‫َعلّ ُم ْوا اَ ْواَ َد ُك ْم فَِإنّ ُه ْم َسيَع ْي‬
)‫(حرى‬
Ajarilah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup di zaman
mereka bukan pada zamanmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk zamannya,
sedangkan kalian diciptakan untuk zaman kalian”.9

Kementrian Republik Indonesia, al-Qur’an dan..,721.
Ibid.,721.
8
Moh. Surya, Bimbingan Dan Penyuluhan Di Sekolah, (Bandung:CV.Ilmu
Bandung,1975), 05.
9
Heru Kusumadahi,Https:// Hifdzi. Wordpress.Com/2012/04/Sunah-Menjadikan-Hidup
Menjadi Indah/. (7 juli 2016), 5:44).

6

7

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

Keadaan seperti itu akan menantang kepada individu untuk dapat
menyesuaikan diri dengan kemajuan-kemajuan itu. Perubahan dan perkembangan
sebagaimana disebutkan diatas akan mengakibatkan bertambahnya jenis-jenis
pekerjaan, pendidikan, pola-pola kehidupan dan sebagainya. Dengan demikian
setiap individu akan menghadapi berbagai masalah seperti masalah penyesuaian
diri, masalah pemilihan pekerjaan, masalah pendidikan, masalah sosial, masalah
keluarga, masalah keuangan dan masalah pribadi.10
Dalam kehidupan sehari-hari, perkembangan pada anak usia dini juga
merupakan bentuk pembicaraan yang selalu menarik, baik oleh orang tua yang
mempunyai anak juga para ahli yang mempunyai spesialisasi atau keilmuan di
bidang itu. Di sekolah, guru kadang-kadang gembira menghadapi anak didik yang
berprestasi dan mempunyai moral yang baik, akan tetapi kadang-kadang juga
pusing dalam menghadapi anak didiknya yang berlaku ganjil, kurang ajar,
mengganggu dan melanggar peraturan yang telah ditetapkan. Hal yang sama juga
dialami oleh orang tua mereka sendiri.
Adapun naiknya jumlah kriminalitas remaja setiap tahunya menunjukkan
permasalahan yang cukup kompleks. Ini tidak diakibatkan oleh satu perilaku
menyimpang tetapi akibat berbagai bentuk pelanggaran terhadap agama, norma
masyarakat atau tata tertib sekolah. Berikut bentuk kenakalan remaja yang
sejatinya mengarah pada kejahatan yang sering mendominasi pemberitaan media
massa:

10

Ibid., 6.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

Dalam penyalagunaan narkoba dikalangan remaja makin menggila.
Penelitian yang pernah dilakukan Badan Narkotika Nasionl (BNN) menemukan
50-60 % pengguna narkoba di Indonesia adalah kalangan remaja dan mahasiswa.
Total seluruh pengguna narkoba berdasarkan penelitian yang dilakukan BNN
sebanyak 3,8 sampai 4,2 juta. Diantara jumlah itu 48% diantaranya adalah
pecandu dan sisanya sekadar coba-coba dan pemakai.11
Seperti halnya juga kasus siswi SMP di Bengkulu di media bernama
Yuyun (14) diperkosa secara bergiliran oleh 14 pemuda mabuk kemudian
dibunuh. Menurut catatan tahunan 2016 komnas perempuan, dari kasus kekerasan
terhadap perempuan, kekerasan seksual berada di peringkat kedua, dengan jumlah
mencapai 2.399 kasus (72%), pencabulan mencapai 601 kasus (18%) dan
sementara pelecehan seksual mencapai 166 kasus (5%).12
Dilihat dari kasus tersebut, Pendidikan bagi anak usia dini sangat penting
dilakukan, karena dalam pendidikan tersebut merupakan dasar bagi pembentukan
kepribadian manusia. Sebagai peletak dasar budi pekerti luhur, kepandaian dan
keterampilan. Kita memahami bahwa setiap anak adalah unik dalam arti pola dan
saat pertumbuhan dan perkembangan gaya pembelajaran dan latar belakang
keluarga berbeda-beda dan tidak sama persis. Pembelajaran anak usia dini adalah
hasil dari interaksi antara pemikiran anak dan pengalamannya dengan
materi-materi, ide-ide dan representasi mentalnya tentang dunia sekitarnya.13
11

Faris Husen Http:// Hibut-Tahrir.or.id/2012/11/05/Kriminlitas Remaja-Di-Sekitar-Kita
(16 Juni 2016, 2:55).
12
Abdul Karim, http:// www.dw.com/id/Pemerkosaan-Berjamaah-Indonesia-DaruratKekerasan - Seksual/a- 19233807, (6 Juni 2016), 3:24).
13
Diana Mutiah, Psikologi Bermain Anak Usia Dini,(Jakarta: Kencana Prenada Media
Group,2010), 5- 6.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

Pendidikan anak harus dilengkapi dengan pendidikan agama yang
memadahi. Dalam al-Qur’an sendiri banyak sekali ayat yang menyindir,
memerintahkan atau menekankan pentingnya agama bagi setiap hamba Allah
yang beriman. Maka dalam rangka mendidik agama kepada anak-anak, selain
harus diberikan keteladanan yang tepat, juga harus ditunjukkan tentang bagaimana
harus menghormati dan seterusnya. Karena pendidikan agama penting sekali,
bahkan rasul sendiri diutus oleh Allah untuk menyempurnakan oleh agama maka
agar lebih jelas akan dibahas dalam bab tersendiri.14
Selain pembentukan sikap dan perilaku terbaik anak memerlukan pula
kemampuan intelektual agar anak siap menghadapi tuntutan masa kini dan masa
datang. Maka dari itu anak memerlukan penguasaan berbagai kemampuan dasar
agar anak siap dan dapat menyesuaikan diri dalam setiap segi kehidupanya.
Sehubungan dengan itu maka progam pendidikan anak usia dini dapat mencakup
bidang pembentukan sikap dan pengembangan kemampuan dasar yang
keseluruhanya berguna untuk mewujudkan manusia Indonesia yang mampu
berdiri sendiri bertanggung jawab dan mempunyai bekal untuk memasuki
pendidikan selanjutnya.15
Proses pendidikan dipengaruhi oleh penggayaan pengalaman pada periode
post-sekolah. untuk mempersiapkan manusia menuju sukses hidup dengan
prinsip-prinsip

al-Qur’an

Harus

mengacu

pada

kesiapan

kehidupanya

14

Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam, (Yogyakarta: PT Pustaka Pelajar,
2009),117.
15
Ibid., 118-119.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

menyongsong kehidupan akhirat yang abadi nanti dan hubunganya dengan
dorongan-dorongan individual dalam kehidupan.
Dengan demikian pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk
penyelenggraan pendidikan yang menitik beratkan pada peletakan dasar kearah
pertumbuhan dan perkembangan fisik, pembelajaran anak usia dini harus
menggunakan sesuatu yang memungkinkan anak belajar secara kongkrit.
mengarahkan anak usia dini kearah yang lebih positif, yang titik beratnya untuk
terciptanya suatu system dalam menanggulangi kemerosotan akhlak dan moral
dikalangan masyarakat.
Berdasaran penjelasan di atas penulis tertarik untuk mengkaji serta
menganalisa konsep pendidikan agama dalam al-Qur’an, untuk itu penulis
mengambil judul, “ Pendidikan

Agama Pada Anak Usia Dini Dalam

perspektif al- Qur’a>n, (Kajian Tafsir Quraish Shihab, Ibn Kathi>r, dan
Sayyid Quthb terhadap Surah al-Baqarah: 132, al-Nahl: 78, dan Luqman: 12
dan 14).”
Singkatnya peneliti berupaya mengemas penelitian ini sedemikian rupa
agar mampu memberikan penjelasan semangat guna mencapai pendidikan yang
mulia.

B. Batasan Masalah
Untuk membatasi permasalahan agar lebih mengarah pada topik yang di tuju,
maka pembahasan dalam skripsi ini penulis memfokuskan tentang “ Pendidikan
Agama Pada Anak Usia Dini Dalam al-Qur’a>n ” (Kajian Tafsir Quraish Shihab,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

Ibn Kathi>r, dan Sayyid Quthb terhadap Surah al-Baqarah: 132, al-Nahl: 78, dan
Luqman: 12 dan 14).
Selanjutnya dari masalah-masalah pendidikan agama yang muncul tersebut,
penulis menelaah suatu alternatif pemecahan dari berbagai pandangan para ulama
untuk bisa memberikan alternatif pemecahan kepada masyarakat khususnya para
anak-anak, dengan harapan alternatif jawaban tersebut dapat mengatasi dekadensi
moral yang bergejolak di masyarakat.

C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pendidikan agama dalam perspektif al-Qur’an versi penafsiran
Quraish Shihab, Ibnu Kathir, dan Sayyid Qutbh ?
2. Bagaimana upaya pemberdayaan pendidikan agama pada anak usia dini
dalam perspektif al-Qur’an versi penafsiran Quraish Shihab, Ibnu Kathir, dan
Sayyid Qutbh ?

D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui tentang pendidikan agama pada anak usia dini lewat
al-Qur’an versi penafsiran Quraish Shihab, Ibnu Kathir,dan Sayyid Qutbh.
2. Untuk mengetahui upaya pemberdayaan pendidikan agama pada anak usia
dini lewat al-Qur’an versi penafsiran Quraish Shihab, Ibnu Kathir,dan
Sayyid Qutbh.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

E. Manfaat Penelitian
Adapun Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan dan menambah khazanah studi atau literatur dalam
kajian Ilmu Tafsir Hadis, khususnya yang membahas tentang pendidikan
agama pada anak usia dini, dan upaya pemberdayaan pendidikan agama
pada anak usia dini.
2. Sebagai motivasi tersendiri yang akan dijadikan sebuah bacaan atau panduan
dalam pencapaian kemuliaan pendidikan agama.
3. Membangun

dan

membangkitkan

kesadaran

masyarakat

terutama

mahasiswa itu sendiri tentang perlunya mempelajari dan memahami arti
adanya pendidikan agama yang terkandung didalamnya.

F. Penegasan Judul
Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam latar belakang skripsi

ini

berjudul “ Pendidikan Agama Pada Anak Usia Dini Dalam Perspektif al-Qur’an
(Kajian Tafsir Quraish Shihab, Ibn Kathi>r, dan Sayyid Quthb terhadap Surah
al-Baqarah: 132, an-Nahl: 78, dan Luqman: 12 dan 14).“ maka untuk
menghindari salah paham dan interprestasi, kiranya perlu memberi batasan
pengertian sehingga apa yang menjadi pembahasan menjadi jelas dan mudah di
mengerti antara lain:
Pendidikan

: Suatu usaha bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar
nantinya setelah selesai dari pendidikan dapat memahami
apa yang terkandung di dalam agama secara keseluruhan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

menghayati makna dan maksud serta tujuannya dan pada
akhirnya

dapat

mengamalkanya

serta

menjadikan

ajaran-ajaran agama yang telah di anutnya itu sebagai
pandangan

hidupnya

sehingga

dapat

mendatangkan

keselamatan dunia dan akhirat kelak. 16
Agama

: Suatu institusi yang mengemban tugas (fungsi) agar
masyarakat berfungsi dengan baik, baik dalam lingkup local,
regional, nasional.17

Anak usia dini

: Secara umum anak-anak yang berusia dibawah 6 tahun. Jadi
mulai dari anak itu lahir hingga ia mencapai umur 6 tahun ia
akan dikategorikan sebagai anak usia dini.18

Perspektif

: Sudut pandang atau pandangan seseorang terkait dengan
suatu hal atau masalah tertentu.19

Al-Qur’an

: Firman Allah Swt. Yang mu’jiz (dapat melemahkan orangorang yang menentangnya), diturunkan kepada Rasulullah
Saw., tertulis dalam mushaf, disampaikan secara mutawatir
dan membacanya dinilai ibadah.20

16

Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1992), hal.88.
Hendro Puspito, Sosiologi Agama, (Malang: kanisus 1984), 29.
18
Sunarto, http:// Karya Tulis Singkat Padat.com/ Pengertian-Perspektif-Anak-UsiaDini-Yang Perlu kita ketahui.html, (Selasa, 19 april 2016, 2:30).
19
Ahmad Reza, http;//karya Tulis.Singkat-Padat.com.Pengertian-Perspektif..htm,
(Kamis, 14 April 2016, 09:2).
20
Muhammad Sayyid Thanthawi, Ulumul Qur’an Teori dan Metodologi, (Jogjakarta:
Ircisod, 2013), 24.
17

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

G. Kajian Pustaka
Ada beberapa karya yang membahas masalah yang hampir serupa
dengan penelitian ini :
1. Skripsi dari fakultas Usuluddin dengan judul : Konsep Agama dalam
Keluarga menurut Nurcholish Madjid ditinjau dari tujuan pendidikan
Islam, oleh Maharani Sayyidah pada Tahun 2014, di Universitas Sunan
Ampel Surabaya, skripsi ini membahas tentang bagaimana menumbuhkan
sikap nilai sosial yang beragama yang di mulai dari keluarga.
2. Skripsi dari fakultas Usuluddin dengan judul : konsep pendidikan Islam
perspektif Taqiyuddin Al-Nabhani dan Hasan Langgulung, oleh
Listiawati pada Tahun 2015, di Universitas Sunan Ampel Surabaya.
Skripsi ini membahas tentang konsep pendidikan kritisisme dan
rekonstruksionisme yang menggunakan paradigma fundamentalisme
pendidikan yaitu mengembalikan seluruh sistem pendidikan seluruhnya
kepada Islam dan memurnikan dari nilai-nilai Barat.
3. Skripsi dari fakultas Usuluddin dengan judul konsep pendidikan ahklaq

perspektif

‘Abd

Al-Wahhabal

Sya’Rani

dalam

kitab

Al-Minah

Al- Saniyya, oleh Mochammad Shofyan pada Tahun 2015, di Universitas
Sunan Ampel Surabaya, skripsi ini membahas mengenai konsep
pendidikan akhlaq pada diri sendiri yaitu melalui taubat, dzikir, istifar,
dan berbuat baik kepada sesama, shalat berjamaah dan shalat malam.
Beberapa karya yang telah disebutkan di atas, secara sekilas
memiliki kesan yakni sama-sama mengungkapkan tentang pendidikan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

namun secara terperinci pastinya memiliki perbedaan seperti yang
pertama lebih fokus konsep pendidikan dalam keluarga dan kedua lebih
fokus pada konsep pendidikan yang mengembangkan pesan Islam dalam
konteks perubahan sosial serta melakukan liberalisasi pandangan yang
adaptif terhadap pemikiran keilmuan Barat Dan yang ketiga lebih fokus
pada penciptaan konsep pendidikan pada diri sendiri. Sedangkan dalam
penelitian kali ini, peneliti lebih fokus pada kajian tafsir yakni kajian
pendidikan agama pada usia dini Dan Upaya pemberdayaan pendidikan
agama pada anak usia dini dalam prespektif al-Qur’an versi penafsiran
Quraish Shihab, Ibnu Kathir,dan Sayyid Qutbh

H. Metode Penelitian
1. Jenis penelitian
Studi ini merupakan studi penelitian kepustakaan (library research),
yaitu menjadikan bahan pustaka dengan sumber data utama yang
dimaksudkan untuk menggali teori-teori dan konsep-konsep yang telah
ditemukan oleh para peneliti terdahulu, mengikuti perkembangan
penelitian dalam bidang yang akan diteliti, memperoleh orientasi yang
luas mengenai topik yang akan dipilih, memanfaatkan data sekunder serta
menghadirkan diaplikasi penelitian.
Sedangkan metode pembahasan yang penulis pakai sebagai berikut:
Metode Tafsir Maudlu’i Suatu cara menafsirkan al-Qur’an dengan
mengambil tema tertentu, lalu mengumpulkan ayat-ayat yang terkait

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

dengan tema tersebut, kemudian dijelaskan satu persatu dari sisi
sistematisnya dan, penafsiranya, dihubungkan dengan satu dengan yang
lain, sehingga membentuk suatu gagasan yang utuh dan komprehensip
mengenai pandangan al-Qur’an terhadap tema yang dikaji.21
Yang mana prosedur yang harus dilalui dalam menafsirkan ayat ayat
al-Qur’an yang digunakan oleh Abd. AL-Hayy al-Farmawi, yaitu:
a. Memilih atau menetapkan masalah al-Qur’an yang dikaji secara
tematik.
b. Melacak dan menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan
masalah yang ditetapkan; ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyah.
c. Menyusun ayat-ayat tersebut secara runtut menurut kronologi
masa turunya disertai pengetahuan asbab al-nuzul.
d. Mengetahui kolerasi (munasabah) ayat-ayat itu di dalam
masing-masing suratnya.
e. Menyusun tema bahasan di dalam outline yang pas,sistematis,
sempurna dan utuh.
f. Melengkapi pembahasan dan uraian dengan Hadith, bila
dipandang perlu, sehingga penjelasan menjadi semakin sempurna
dan semakin jelas.
g. Mempelajari ayat-ayat tersebut secara tematik dan menyeluruh
dengan

cara

menghimpun

ayat-ayat

yang

mengandung

pengertian serupa, mengkompromikan antara ‘am dan khas,
Abdul Mustaqim, Metode Penelitian al- Qur’an dan Tafsir, (Yogyakarta: CV. Idea
Sejahtera, 2014), 19.
21

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

mutlaq

dan

muqayyad,

mensinkronkan

ayat-ayat

yang

tampaknya kontadiktif, menjelaskan nasikh-mansukh sehingga
semua ayat bertemu pada satu muara, tanpa perbedaan dan
kontradiksi atau tindak pemaksaan.22

2. Sumber Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini bersumber dari
dokumen perpustakaan tersendiri dari 2 jenis. Sumber yaitu primer dan
sekunder. Sumber primer adalah rujukan yang akan kita pakai:

a. Sumber Data primer
Sedangkan sumber data sekunder mencakup literature-literatur
pendukung penelitian seperti buku-buku ataupun artikel yang terkait,
seperti:
1. Al-Qur’an
2. Hadits Nabi
3. Tafsir Al Misbah karya Qurais Shihab
4. Tafsir Fi Zhilalil Qur’an karya Sayyid Quthb
5. Terj Tafsir Ibnu Katsir, karya Ibnu Katsier.
Dan kitab-kitab yang terkait dengan pembahasan secara langsung
maupun tidak langsung.

Rosidin, Epistemologi Pendidikan Islam Integrasi al-Tarbiyyah dan alTa’lim dalam alQur’an,(Yogyakarta: Diandra Kreatif, 2013), 20.

22

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

b. Sumber data sekunder
1. Dasar-dasar Ilmu pendidikan karya Wiji Suwarno.
2. Teori-teori Pendidikan Berdasarkan al-Qur’an karya Abdurrahman
Saleh Abdullah.
3. Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam, oleh Mansur.
4. Nalar pendidikan al-Qur’an karya Acmad

3. Pengumpulan Data
Teknik pegumpulan data dalam penulisan skripsi ini adalah dengan
menggunakan dokumentasi. Mencari data mengenai hal-hal variable berupa
catatan, buku, kitab, dan lain sebagainya. Melalui metode dokumentasi,
diperoleh data-data

yang berkaitan dengan

penelitian bedasarkan

konsep-konsep kerangka penulisan yang telah dipersiapkan sebelumnya.

4. Pengolahan Data
a. Editing,yaitu memeriksa kembali secara cermat data-data yang
diperoleh terutama dari segi kelengkapan, kejelasan, kesesuaian,
relevansi dan keragaman.
b. Pengorganisasian data, yaitu menyusun data-data yang diperoleh
dalam kerangka paparan yang sudah direncanakan sebelumnya
sesuai dengan rumusan masalah.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

5. Tehnik Analisa Data
Dalam penelitian ini, tehnik analisa data memakai pendekatan
metode deskriptif-analitis. Penelitian yang bersifat deskritif-analitis
memaparkan data-data yang diperoleh dari kepustakaan.23

23

Ibnu Hajar, Dasar-dasar Metode Penelitian Kuantitatif Dalam Pendidikan, (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2005), 274.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

I. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Untuk memudahkan dalam penulisan skripsi ini, maka penulisan ini
disusun atas Lima bab, sebagai berikut:
BAB I :

Berisikan Pendahuluan Yang Meliputi: Latar Belakang Masalah,
Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat
Penelitian, Penegasan Judul, Kajian Pustaka, Metode Penelitian
Sistematika Pembahasan.

BAB II :

Pada Bab ini Berisikan Tentang Pengertian Pendidikan Agama
Pada Anak Usia Dini, Pengertian Anak Usia Dini, Dasar-dasar
Pendidikan, Tujuan Pendidikan, dan Problema Pendidikan Anak
Usia Dini.

BAB III :

Dalam Bab ini Penulis Membahas Tentang Penafsiran Ayat-ayat
al-Quran Tentang Pendidikan Agama Pada Anak Usia Dini.

BAB IV :

Dalam Pembahasan ini Penulis Membahas Analisis Tentang
Ayat-ayat Pendidikan Agama Pada Anak Usia Dini Beserta
Pemberdayaan Pendidikan Agama Pada Anak Usia Dini dalam
al-Qur’an versi Penafsiran Quraish Shihab, Ibnu Kathir,dan Sayyid
Qutbh.

BAB V :

Penutup, Pada Bab ini Disimpulkan isi Permasalahan-permasalahan
Yang Telah Dibahas, Serta Saran-saran Penulis.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II
HAKIKAT PENDIDIKAN AGAMA
PADA ANAK USIA DINI DALAM AL-QUR’AN

A. Pengertian Pendidikan Agama
Banyak ahli telah membahas definisi “Pendidikan”, tetapi dalam
pembahasanya mengalami kesulitan, karena antara satu definisi dengan yang lain
sering terjadi perbedaan. Dalam hal ini ada beberapa pengertian yang dijelaskan
oleh beberapa pendapat:
a. Menurut kamus besar bahasa Indonesia1, Pendidikan berasal dari kata “didik,”
lalu diberikan awalan kata “me-“ sehingga menjadi “ mendidik” yang artinya
memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan
diperlukan adanya ajaran, tuntutan dan pimpinan mengenai akhlak dan
kecerdasan pemikiran.
b. Menurut Ahmad Marimba, Pendidikan adalah bimbingan atau didikan secara
sadar oleh pendidik terhadap perkembangan anak didik, baik jasmani maupun
rohani, menuju terbentuknya kepribadian utama. Definisi ini sangat sederhana
meskipun secara subtansi telah mencerminkan pemahaman tentang proses
pendidikan.

Menurut

definisi

ini,

pendidikan

hanya

terbatas

pada

pengembangan pribadi anak didik oleh pendidik. 2

1
2

Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1985),232.
Suyudi, Pendidikan Dalam perspektif al-Qur’an, (Yogyakarta: Mikraj, 2005),52.
18

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

c. Di dalam UU No. 20/2003 tentang sistem pendidikan Nasional, tercantum
pengertian pendidikan :
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
sehingga

memiliki

kekuatan

spiritual

keagamaan,

pengendalian

diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan oleh
dirinya, masyarakat bangsa dan negara.3
d. Sedangkan Ahmad Tafsir mendefinisikan pendidikan secara luas, yaitu;
“Pengembangan pribadi dalam semua aspeknya”, dengan catatan bahwa yang
dimaksud pengembangan pribadi mencakup pendidikan oleh diri sendiri,
lingkungan dan orang lain. Sedangkan kata “semua aspek” mencakup aspek
jasmani, akal dan hati. Dengan demikian tugas pendidikan bukan sekadar
meningkatkan kecerdasan intelektual, tetapi juga mengembangkan seluruh
aspek kepribadian anak. Definisi inilah yang dikenal dengan istilah tarbiyah.
Dimana peserta didik bukan hanya sekadar orang yang mampu berfikir, tetapi
juga orang yang belum mencapai kedewasaan. Oleh karena itu, ia tidak dapat
diidentikan dengan pengajaran.4
Pendidikan dalam kontek Islam, mengacu pada tiga unsur yaitu: altarbiyah, al-ta’lim, dan al-ta’dib. Dari ketiga istilah tersebut, al-tarbiyah yang
terpopuler digunakan dalam praktek pendidikan islam. Sedangkan term al-ta’lim

3
4

Wiji Suwarno, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta:Ar-Ruzz, 2006), 21.
Ibid.,hal. 52.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

dan al-ta’dib jarang digunakan.5 Penggunaan istilah al-tarbiyah berasal dari kata
rabb. Walaupun kata ini, akan tetapi pengertian dasarnya menunjukkan makna
tumbuh, berkembang memelihara, mengatur dan menjaga kelestarian atau
eksistensinya. Memang kata tarbiyah dengan kata” rabba” merupakan kata umum,
kata yang digunakan adalah kata “pengajaran” pendidikan dan pengajaran dalam
bahasa Arab berarti “tarbiyah wa ta’lim, dengan kata kerjanya “allma.”
Pendidikan dan pengajaran dalam bahasa arab berarti tarbiyah wa ta’lim”. Kata
kerja Rabba (mendidik), sudah digunakan pada zaman Nabi Muhammad Saw.
Dalam kata benda “rabba” ini digunakan juga untuk “Tuhan” mungkin karena
Tuhan yang bersifat mendidik, mengasuh, memelihara, malah menciptakan. Kata
lain yang berarti pendidikan itu ialah ‘addaba’ kata ta’lim dengan kata kerjanya
‘allama’ juga sedang digunakan pada zaman Nabi.6
Adapun pengertian pendidikan tersebut adalah mengajari anak semenjak
kecilnya untuk berpegang pada Etika agama yang utama dan dasar-dasar kejiwaan
yang mulia, bersumber dari akidah Islam yang abadi dan perasaan keimanan yang
tulus. Dari sinilah Islam memberikan perhatian serius terhadap pendidikan anak,
baik sosial maupun tingkah laku. Dengan demikian tatkala mereka telah terdidik
dan terbentuk. Mereka akan mengarungi kehidupan dengan memberikan
gambaran sesungguhnya akan sosok manusia yang cakap, seimbang, cerdas dan
bijaksana.7

5

Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam, (Pengembangan Pendidikan Integratif Di Sekolah,
Keluarga, Dan Masyarakat, (Yogyakarta: LKiS, 2009), 14.
6
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan .. ,25-26.
7
Abdullah Nashih ‘Ulwan, Tarbiyatul Aulad Fil Islam, (Jawa Tengah: Al-Andalus: 2015), 289.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

Kesimpulan tersebut, selaras dengan pendapat para ahli pendidikan dalam
menafsirkan pendidikan, diantaranya menurut H.A.R. Tilaar dan Sardine
Pabbadja, pendidikan adalah sebagai proses sosialisasi anak, yang berarti akan
mengarahkan kegiatan pada sosialisasi anak dalam lingkungan sosial. Menurut
Santoso S. Hamidjojo sebagaimana dikutip St. Vembriarto, mengatakan bahwa
pendidikan adalah suatu proses yang diusahakan dengan segaja di dalam dalam
masyarakat untuk mendidik (atau membina, membimbing, membangun) individu
dalam lingkungan sosial dan alamnya supaya bebas bertanggung jawab menjadi
pendorong kearah perubahan dan kemajuan.8
Berbagai pendekatan telah dan sedang dilakukan untuk menyelamatkan
masa depan peradaban manusia dari rendahnya perilaku moral. Pentingnya
pendidikan bukan hanya dirasakan oleh masyarakat yang mayoritas penduduknya
beragama Islam, tapi kini sudah mulai diterapkan diberbagai negara.9
Untuk itu diperlukan adanya kesadaran manusia tentang dirinya sendiri,
dimana manusia melihat atau merasakan diri sendiri, sebagai berhadapan dengan
baik dan buruk. Disitulah membedakan halal dan haram, hak dan bathil, boleh dan
tidak boleh dilakukan, meskipun dia bisa melakukan. Itulah hal yang khusus
manusiawi. Dalam dunia hewan tidak ada hal yang baik dan buruk atau patut tidak
patut, karena hanya manusialah yang sebagai subjek menginsafi bahwa dia
berhadapan pada perbuatannya itu, sebelum, selama dan sesudah pekerjaan itu

8
9

Vembriarto, Pendidikan Sosial, (Yogyakarta: Paramita, 1982), 07.
Muhaimin,Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Jakarta; PT: Raja
Grafindo Persada, 2005),21.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

dilakukan. Sehingga sebagai subjek yang mengalami perbuatanya dia bisa
dimintai pertanggung jawaban atas perbuatanya itu.10
Imam Ghozali Seperti-halnya dalam bukunya”Ihya Ulumuddin” menyatakan
sebagai berikut :

‫بيسْر م ْن غيْرحاجة‬

‫صد ر ْا ْنفعا‬
ْ ‫ْلخلق ع ار ع ْن ه ْي ة فى ْلنَ ْفس ر سخةً ع ْن ا ت‬
.‫لى ف ْ ر رؤْ ية‬

Akhlaq ialah sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa, yang menimbulkan segala
perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pikiran dan
pertimbangan.11

Yang dimaksud sifat dengan sifat dan amal perbuatan lahir disini ialah sifat
dan amal yang dijelmakan oleh anggota lahir manusia misalnya kelakuankelakuan yang dikerjakan oleh mulut, tangan, gerakan badan dan sebagainya.12
Penafsiran Muhammad Abu Zahrah berikut ini semakin mempertegas posisi
Allah SWT sebagai sumber pendidikan.oleh karena itu, Rabb bisa berasal dari
kata Rabba yang berarti memperbaiki dan mengembangkan. Keduanya
mengandung

pengertian

bahwa

Allah

SWT

adalah

yang

memberi

makan.mengembangkan, mengurusi, dan memperbaiki mereka serta mengatur
urusan-urusan mereka. Allah adalah Murabby (pendidik) mereka, karena Allah
SWT telah mengurusi dan mendidik mereka melalui apa diciptakan pada diri
mereka, berupa akal yang dapat mempersepsi kebaikan dan keburukan. Dan dapat
memilih apa yang dikerjakan dan akan dihisab yang pernah dilakukan, sehingga

10

Oemar Bakry.Akhlak Muslim, (Bandung:Angkasa, 1981), 32.
Masy’ari Anwar, Akhlaq al-Qur’an, (Surabaya: PT Bina Ilmu 1990), 3.
12
Ibid., 3- 4.
11

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

dia memperoleh pahala, serta keburukan yang pernah dilakukan, sehingga ia
memperoleh siksa.13
Ketika HAMKA menjelaskan Surat Al- A’raf: 172, yang berbunyi :

       …
"Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami),
Kami menjadi saksi".14

Pertanyaan Allah SWT kepada manusia yang masih dalam wujud Ilmi
(menurut istilah HAMKA), yaitu masih dalam ilmu Tuhan yang berarti sebelum
manusia dilahirkan, merupakan fitrah manusia. Keterangan HAMKA ini sekaligus
memberikan penjelasan Bahwa Allah menciptakan fitrah dalam diri manusia itu
jauh sebelum manusia dilahirkannya.15
Allah SWT Berfirman dalam surat Ar-Ruum ayat 30 :

            
          
 
Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas)
fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada

13
14

15

Rosidin, Epistemologi pendidikkan..,141.

Kementrian Republik Indonesia, al-Qur’an dan.,56.

Jindar Wahyudi, Nalar Pendidikan al-Qur’an, (Apeiron Philotes, 2006), 84-85.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) Agama yang lurus; tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui.16

Dari ayat tersebut Maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah
mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid. kalau ada manusia tidak
beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah wajar. mereka tidak beragama tauhid itu
hanyalah lantaran pengaruh lingkungan.
Sebagai langkah awal untuk mengerti konsep, definisi kiranya dapat
digunakan. Namun untuk mengerti konsep sebagaimana mestinya, Definisi selalu
tidak representative. Hal ini Disebabkan oleh keterbatasan bahasa dan
kemampuan intelektual untuk merumuskan definisi, disamping subyektifitas si
perumus itu sendiri.
Dari beberapa pendapat diatas, penulis dapat mengambil kesimpulkan bahwa
pendidikan agama adalah usaha sadar melalui bimbingan dan latihan oleh remaja
baik anak-anak maupun orang dewasa, melalui bimbingan dan latihan dalam
rangka proses untuk meyakini, memahami terhadap Perkembangan jasmani dan
rohani, untuk menumbuhkan dan personalitas dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawab di masyarakat. Dalam mencapai kesempurnaan hidup didunia dan
akhirat serta mencapai tujuan yang ditetapkan.

B. Pengertian Anak Usia Dini
Usia dini merupakan momen yang amat penting bagi tumbuh kembang
anak. Selain bagian otak anak mengalami perkembangan yang sangat pesat,
16

Kementrian Republik Indonesia, al-Qur’an dan., Jilid V, 85.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

usia dini juga sering disebut sebagai masa keemasan (golden age), yaitu masa
dimana semua stimulasi segenap aspek perkembangan mengambil peran
penting bagi pertumbuhan anak selanjutnya. 17
Terdapat banyak pendapat mengenai usia dini. Menurut J. Black (1995),
usia dini itu dimulai sejak anak masih dalam kandungan atau sebelum
dilahirkan (pranatal) sampai dengan usia 6 tahun. Ketika masih dalam
kandungan ini, otak anak sebagai Pusat kecerdasan, mengalami perkembangan yang

sangat pesat sekali. Setelah anak lahir, sel-sel otak ini sebagian mengalami
eleminasi, sementara yang lainya membentuk jalinan yang sangat kompleks.
Hal inilah yang menyebabkan anak bisa berfikir logis dan rasional. Ketika anak
dalam kandungan, organ-organ penting lainya seperti organ keseimbangan dan
organ sensoris seperti pendengaran, penglihatan, pengecap, pencium, dan
peraba juga sudah mulai berkembang.18
Menurut Suryani (2007), usia dini adalah, usia fase yang dimulai dari usia
0 tahun sampe anak berusia 6 tahun. Hal yang sama dikemukakan oleh
Direktorat pendidikan Anak Usia Dini (PAUD, 2004), bahwa usia dini itu
dimulai dari usia 0 sampai 6 tahun. Menurut hasil penelitian Direktorat paud,
di ketahui bahwa pada usia dini otak anak mengalami perkembangan sekitar 80
persen dari total proses perkembangan. Lebih tepatnya, perkembangan otak
dimulai pada bulan keempat anak dalam kandungan.19

17

Agus Wibowo, Pendidikan Karakter Usia Dini, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012),
25-26.
18
Ibid., 25.
19
Ibid., 25-26.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

Dalam kehidupan sehari-hari pernah timbul dalam pikiran kita
pertanyaan;” mengapa sebagian orang lebih cerdas dari pada orang lainya?”
Menurut William Sears (2004) terdapat dua aspek penting yang sangat
berpengaruh dalam pertumbuhan otak, yaitu: (1) seberapa besar interaksi orang
tua dan anak, dan (2) seberapa cepat pesan-pesan bergerak dari satu saraf ke
saraf lainya, serta seberapa baik koneksi antara saraf itu. Ketika otak bayi
tengah berkembang, jutaan sel-sel saraf berbentuk peraba seperti jari yang kecil
berusaha membuat cabang dan saling menyambung dengan saraf-saraf yang
lain. Semakin banyak synapses tercipta semakin cerdas pula otak. Banyak
sedikitnya sambungan/synapses ini, di pengaruhi oleh seberapa banyak
pengalaman terbaik yang dialami anak, oleh karena itu peran orang tua agar
buah hatinya cerdas adalah berusaha menciptakan pengalaman-pengalaman dan
kondisi dengan kualitas terbaik.20
Berdasarkan uraian tersebut jelaslah mengapa menurut ajaran agama
Islam, para orang tua harus memberikan suri teladan yang baik pada putraputrinya sejak kecil. Segenap laku, tutur kata, bahkan gerak gerik orang tua
akan terekam secara sempurna oleh anak. Maka benar kata Ustad Wijayanto
yang disampaikan dalam acara swalayan keluarga Pascasarjana Universitas
Negeri Yogyakarta tahun 2011, bahwa jika ingin mencetak pendidikan karakter
yang baik, orang tua yang pertama kali baik karakternya, baru disusul guru
atau para pengajar dan seterunya.21

20
21

Ibid., 27.
Ibid.,28.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

Dari beberapa pendapat sebagaimana diuraikan, penulis dapat menarik
kesimpulan bahwa usia dini itu dimulai ketika bayi berumur 0 tahu sampai 6
tahun. Usia dini merupakan momen yang penting bagi tumbuh-kembang anak
yang sering disebut sebagai golden age atau usia keemasan. Banyak pakar
psikologi yang merekomendasikan optimalisasi usia dini, karena hanya terjadi
satu kali dalam perkembangan kehidupan anak. Usia dini juga disebut sebagai
masa yang kritis bagi perkembangan anak. Sebab, jika dalam masa ini
perawatan, pengasuhan dan layanan kesehatan serta kebudayaan gizinya
dikhawatirkan anak tidak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.

C.

Dasar-Dasar Pendidikan Agama
Merupakan bagian aktifitas yang bergerak dalam bidang pendidikan dan
pembinaan kepribadian, tentunya pendidikan agama memerlukan landasan kerja
untuk memberi arah bagi programnya. Sebab dengan dasar juga berfungsi
sebagai sumber peraturan yang akan di jadikan sebagai jalur langkah yang
menentukan arah usaha tersebut.22
Dasar pendidikan agama menurut pandangan hidup (teologi) adalah
al-Qur’an dan as-Sunnah diyakini mengandung kebenaran mutlak yang bersifat
universal dan eternal (abadi). Pendidikan agama Islam merupakan pendidikan
formal yang harus diberikan kepada peserta didik. Dasar pendidikan itu terdiri
dari al-Qur’an, dan as-Sunnah Nabi Muhammad SAW yang dapat

22

Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan..,Op Cit,19.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

dikembangkan dengan ijtihad, al- Maslahah al-Mursalah, Istihsan, Qiyas dan
sebagainya.23
1). Al-Qur’an:
Abdul wahab khallaf mendefinisikan al-Qur’an sebagai berikut: “Kalam
Allah yang diturunkan melalui Malaikat Jibril kepada Hati Rasulullah anak
Abdullah dengan lafadz bahasa arab dan makna hakiki untuk menjadi hujjah
bagi Rasulullah atas kerasulanya dan menjadi hujjah bagi Rasulullah atas
kerasulannya dan menjadi pedoman bagi manusia dengan petunjuknya serta
beribadah Membacanya.’’24Adapun definisi al-Qur’an menurut sebagian
besar ulama Ushul Fiqih adalah sebagai berikut:
“ Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dalam
bahasa arab yang dinukilkan kepada generasi sesudahnya secara mutawatir,
membacanya merupakan ibadah, tertulis dalam mushaf dimulai, dari surat
Al-Fatihah dan ditutup dengan An-Nash.25
Dari definisi-definisi diatas, disini dapat disimpulkan beberapa ciri khas
al-Quran, antara lain sebagai berikut: al-Qur’an merupakan kalam Allah yang
diturunkan kepada nabi Muhammad Saw:
a. Bahasa al-Qur’an adalah bahasa arab Quraisy.
b. al- Qur’an menjadi pedoman dan petunjuk bagi umat manusia.
c. al-Qur’an dinukilkan kepada beberapa generasi sesudahnya secara
mutawatir.

23

Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan.,19-20.
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : kalam Mulia, 2006), 122.
25
Rachmat syafe’I, Ilmu Ushul Fiqih, (Bandung: PT Setia, 2007),50.

24

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uin