STRATEGI KOMUNIKASI WOMEN’S CRISIS CENTER (WCC) JOMBANG DALAM MEWUJUDKAN MASYARAKAT ADIL GENDER (dalam Tinjauan Teori Konstruktivisme Jesse Delia).

(1)

STRATEGI KOMUNIKASI

WOMEN’S CRISIS CENTER

(WCC) JOMBANG

DALAM MEWUJUDKAN MASYARAKAT ADIL GENDER

(

dalam Tinjauan Teori Konstruktivisme Jesse Delia)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom) Dalam Bidang Ilmu Komunikasi

Oleh :

LENNY LUTHFIYAH

NIM.B56212091

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

JURUSAN KOMUNIKASI

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

2016


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Lenny Luthfiyah, B56212091, 2016. Strategi Komunikasi Women’s Crisis Center (WCC)Jombang dalam Mewujudkan Masyarakat Adil Gender (dalam Tinjauan Teori Konstruktivisme Jesse Delia)

Kata kunci: Strategi, Komunikasi, Gender

Proses penelitian ini dibangun akan fenomena gunung es kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan yang mengundang keprihatinan. Isu akan kesetaraan gender dan realitasnya kekerasan, diskriminasi terhadap perempuan masih banyak terjadi di masyarakat.

Penelitian ini bertujuan untuk memahami dan mendeskripsikan strategi komunikasi yang digunakan oleh Women’s Crisis Center (WCC) Jombang, dalam melaksanakan setiap program-programnya untuk membantu mewujudkan masyarakat adil gender.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara, observasi, dan telaah dokumen. Teknik analisis data menggunakan tiga alur kegiatan yaitu : reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Sedangkan teori yang digunakan adalah Konstrutivisme Jesse Delia.

Hasil penelitian ini strategi komunikasi WCC Jombang meliputi Strategi perencanaan komunikasi dilakukan identifikasi permasalahan, identifikasi khalayak, menyusun pesan, menetapkan metode, memilih dan menetapkan media serta pentingnya peranan komunikator. Tindakan Komunikasinya adalah menggunakan komunikasi membangun kepercayaan, komunikasi repetisi dan menggunakan opinion leader. Sementara itu evaluasi komunikasi dilakukan dengan evaluasi program (summative evaluation).

Rekomendasi dari penelitian, bagi WCC Jombang lebih menguatkan strategi komunikasi melalui media. Pada media yang diproduksi sendiri seperti leaflet hendaknya menggunakan lebih banyak visualisasi yang menarik sehingga menambah ketertarikan pada khalayak untuk membaca isi dari media tersebut. Bagi individu yang terlibat dalam penanganan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak serta isu-isu gender, agar dapat memperbaiki kemampuan komunikasinya dengan menyesuaikan tingkat komunikasinya dengan komunikan yang dihadapi. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai permasalahan ini, yakni melakukan kajian kuantatif guna melakukan tes seberapa efektif strategi komunikasi yang dilakukan oleh WCC Jombang dalam menekan angka kekerasan terhadap perempuan di Jombang. Riset bisa dilakukan kuisioner dengan responden masyarakat Jombang.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

PERYATAAN KEASLIAN KARYA ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI...x

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR BAGAN ... xiv

DAFTAR GAMBAR ...xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Fokus Penelitian ...6

C. Rumusan Masalah ...7

D. Tujuan Penelitian ...7

E. Manfaat Penelitian ...7

F. Kajian Penelitian Terdahulu ...8

G. Definisi Konsep ...12

H. Kerangka Pikir Penelitian ...15

I. Metode Penelitian ...19

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ...19

2. Subjek, Objek, dan Lokasi Penelitian ...21

3. Jenis dan Sumber Data ...21

4. Tahap–Tahap Penelitian ...23

5. Teknik Pengumpulan Data ...24

6. Teknik Analisis Data ...27

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ...28

J. Sistematika Pembahasan ...29

BAB II STRATEGI KOMUNIKASI MASYARAKAT ADIL GENDER A. Strategi Komunikasi 1. Pengertian Strategi Komunikasi ...30

2. Tujuan Strategi Komunikasi ...32

3. Langkah-Langkah Strategi Komunikasi ...32

4. Peranan Komunikator ...42

5. Evaluasi ...44

B. Masyarakat Adil Gender ...46

C. Teori Konstruktivisme Jesse Delia ...52

BAB III DATA PENELITIAN STRATEGI KOMUNIKASI MASYARAKAT ADIL GENDER A. Profil Informan dan Lokasi Penelitian ...55


(8)

1. Profil Informan ...55

2.Profil Women’s Crisis Center (WCC) Jombang ...59

a. Sejarah Berdiri...59

b. Visi dan Misi...61

c. Tujuan Organisasi ...61

d. Struktur Organisasi ...63

e. Fungsi Kinerja Divisi ...63

B. Deskripsi Data Masyarakat Adil Gender ...73

1. Identifikasi Masalah Ketidakadilan Gender di Jombang ...73

2. Langkah perencanaan komunikasi solusi permasalahan ketidakadilan gender ...78

a. Identifikasi Khalayak ...79

b. Bentuk Rincian Program...79

c. Proses Komunikasi Pada Pelaksanaan Program...82

1. Pendampingan ...82

2. Pengorganisasian Masyarakat ...92

3. Advokasi...97

3. Hasil dari Komunikasi Adil Gender ...101

4. Sistem Evaluasi Komunikasi WCC Jombang dalam Mewujudkan Masyarakat Adil Gender ...104

BAB IV ANALISIS DATA STRATEGI KOMUNIKASI MASYARAKAT ADIL GENDER A. Hasil Temuan Penelitian ...107

1.Perencanaan Komuniaksi Women’s Crisis Center (WCC) Jombang dalam Mewujudkan Masyarakat Adil Gender...107

a. Identifikasi Permasalahan ...108

b. Identifikasi Khalayak ...109

c. Menyusun Pesan...110

d. Menetapkan Metode...111

e. Memilih dan Menetapkan Media ...113

2. TindakanKomuniaksi Women’s Crisis Center (WCC) Jombang dalam Mewujudkan Masyarakat Adil Gender ....115

a. Komunikasi MembangunTrust(Kepercayaan) ...115

b. Komunikasi Repetisi ...117

c. MenggunakanOpinion Leader...118

3.Evaluasi Komunikasi Women’s Crisis Center (WCC) Jombang dalam Mewujudkan Masyarakat Adil Gender ....120

A. Konfirmasi Temuan dengan Teori ...120

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...136


(9)

DAFTAR PUSTAKA BIODATA PENULIS LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 : Data Informan Penelitian 25

Tabel 1.2 : Data Hasil Wawancara 25

Tabel 1.3 : Data Observasi 26

Tabel 1.4 : Data Hasil Dokumentasi 27


(11)

DAFTAR BAGAN


(12)

DAFTAR GAMBAR


(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peran, status dan kedudukan perempuan di masyarakat menjadi suatu permasalahan yang selalu menarik untuk dibahas. Catatan sejarah mengatakan bahwa sejak masa kolonialisme dan imperialisme barat, beberapa perempuan terlibat secara aktif dalam dan tampil sebagai pimpinan pemberontakan melawan penjajah.

Ruth Indian Rahayu dalam Tryas Retno Wulan mengatakan bahwa : Jaman kaum perempuan bergerak di Indonesia dibuka oleh pikiran R.A. Kartini sampai terbangunnya organisasi-organisasi perempuan seperti Putri Mardika (1912), Jong Java Meiskering, Wanita Oetomo, Wanito Muljo, serta Aisyiah (1917). Pembentukan Perserikatan Perkumpulan Perempuan Indonesia (PPI) pada Kongres Perempuan I tahun 1928 bisa menjadi indikator kuatnya gerakan perempuan di masa prakemerdekaan.1

Seiring dengan perjalanan panjang sejarah Bangsa ini dimulai dari masa penjajahan, orde lama, orde baru hingga reformasi,pergerakan perempuan mengalami dinamika pasang surut baik dari tujuan maupun bentuk dan jenis kegiatan. Dinamika tersebut terjadi selain dikarenakan tuntutan zaman juga dipengaruhi oleh keadaan sosial politik Indonesia.

Edriana Noerdin mengatakan bahwa Kerusuhan Mei 1998 yang dikenal dengan sebutan Tragedi Mei, mencuatkan isu perkosaan yang dilakukan oleh orang atau sekelompok orang terhadap perempuan. Isu kekerasan ini pun menjadi keprihatinan bersama kalangan aktivis perempuan, yang beramai-ramai pergi

1 Tryas Retno Wulan, “Pemetaan Gerakan Perempuan Di Indonesia Dan Implikasin

ya Terhadap Penguatan Public Sphere Di Pedesaan”, Jurnal Studi Gender & Anak , Vol.3, No.1, Jan-Jun 2008 pp.120-139, ISSN: 1907-2791 , Pusat Studi Gender STAIN Purwokerto.


(14)

2

menghadap B.J.Habibie yang pada saat itu menjadi Presiden RI, dan mengusulkan dilahirkannya Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan.2

Tryas Retno Wulan mengatakan bahwa dalam upaya menghapus kekerasan terhadap perempuan, repertoar aksi tumbuh pesat sejak kebangkitan gerakan perempuan pada tahun 1980-an tersebut. Repertoar ini tumbuh mulai dari usaha pembentukan wacana serta penyadaran publik di akhir tahun 1980-an, pemberian layanan kepada korban termasuk pendampingan, konseling, pembukaan hotline dan penyediaan safe house. Ini semua bermuara pada pembentukan Women’s Crisis Center (WCC) pada awal 1990-an, dan kemudian berkembang menjadi pemberian bantuan hukum bagi para korban mulai pertengahan tahun 1990-an.3

Saat ini jumlah organisasi perempuan yang menangani masalah kekerasan terhadap perempuan telah tersebar di beberapa daerah di Indonesia. Berdasarkan catatan Komnas Perempuan selama tahun 2003-2008, mereka telah menggalang, mengelola dan menyalurkan dana bantuan Pundi Perempuan kepada 32 lembaga Women’s Crisis Center (WCC) atau lembaga pengadalayanan di 15 provinsi di Indonesia.4

Tumbuhnya lembaga yang mengangani persoalan kekerasan terhadap perempuan mengindikasikan masih banyaknya persoalan kekerasan terhadap perempuan di negara ini yang perlu untuk ditangani dan diselesaikan. Cita-cita Kartini untuk mewujudkan kesetaraan pendidikan antara perempuan dan laki-laki

2Edriana Noerdin , “Organisasi Perempuan di Tengah Keterbukaan Politik”, dalam

Debra H. Yatim (ed), Jurnal Afirmasi Women Research Institute, Vol.02, ISSN-2089-0281 (Jakarta: Women Research Institute, 2013) hlm.37.

3

Wulan, Pemetaan Gerakan Perempuan,....,

4


(15)

3

di satu sisi mungkin relatif telah terwujud. Tetapi di sisi lain keseteraan yang sebenarnya belum benar-benar terealisasikan.

Pada era sekarang ini kita tidak heran melihat para perempuan yang menduduki posisi penting di lingkungan sosial masyarakat. Beberapa dari mereka menjadi pucuk pimpinan sebuah perusahaan ternama, menjadi wirausahawan muda, memimpin partai politik, menjadi bupati, hakim, dokter, bahkan dalam catatan sejarah negara ini pernah dipimpin oleh seorang perempuan.

Namun, keadilan untuk perempuan tidak hanya berhenti pada persoalan keterbukaan akses pendidikan dan kesuksesan sejumlah perempuan dalam memenangkan persaingan di dunia politik, sosial, maupun bisnis. Usia, pendidikan, pekerjaan, wilayah tempat tinggal dan lain-lain, tidaklah bisa menyamaratakan semua permasalahan perempuan terhadap isu-isu diskriminasi, stereotipe, marginalisasi, pelecehan seksual, kekerasan terhadap perempuan (KTP), kekerasan di dalam rumah tangga (KDRT), Kekerasan Dalam Pacaran (KDP) dan permasalahan lainnyaa. Permasalah-permasalahan tersebut tetap menjadi ancaman bagi para perempuan secara umum.

Komnas Perempuan sebagai salah satu lembaga nasional yang dibentuk untuk menangani berbagai bentuk kekerasan terhadap perempuan di seluruh Indonesia setiap tahunnya melakukan pendataan terhadap kasus-kasus kekerasan yang ditangani oleh lembaga mitra yang ada di Indonesia.

Berdasarkan data catatan tahunan komnas perempuan tahun 2016 dari 232 lembaga mitra dari 34 provinsi di Indonesia. Jumlah kasus Kekerasan terhadap perempuan yang berhasil didokumentasikan mencapai 16.217 kasus. Terdapat tiga provinsi dengan jumlah kasus tertinggi yaitu: DKI Jakarta 20% (3.320), Jawa


(16)

4

Timur11%(1.785), dan Jawa Barat 9% (1540). Terdapat pula tiga provinsi dengan jumlah kasus terendah yaitu Papua 0% (21), Maluku Utara dan Papua Barat masing - masing 0% (4). Persebaran data tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.5

Salah satau lembaga yang menangani masalah kekerasan terhadap perempuan di daerah Jawa Timur adalah Women’s Crisis Center (WCC) Jombang. Berdasarkan data per Maret 2016, kasus kekerasan terhadap perempuan yang kini ditangani oleh Women’s Crisis Center (WCC) Jombang berjumlah 12 kasus, dengan rincian Kekerasan Terhadap Istri (KTI) 2 kasus, Perkosaan (PKS) , Pelecahan Seksual (PS) 2 kasus, Kekerasan Dalam Pacaran (KDP) 4 kasus, Trafficking 1 kasus.

Women’s Crisis Center (WCC) Jombang berfokus pada penanganan kasus kekerasan perempuan dan anak dalam pemenuhan hak korban kekerasan, serta isu kesetaraan Gender. Bentuk kegiatan yang dilakukan bervariatif. Kegiatan tersebut

5 Catatan Tahunan Komisi Anti Kekerasan Terhadap Perempuan, “Kekerasan terhadap Perempuan Meluas: Negara Urgen Hadir Hentikan Kekerasan terhadap Perempuan di Ranah Domestik, Komunitas Dan Negara”, (Jakarta: Komnas Perempuan, 7 Maret 2016), hlm. 15.

Gambar 1.1


(17)

5

adalah pendampingan perempuan korban kekerasan, pendampingan kelompok perempuan yang ada di desa, dan sosialisasi atau penyuluhan kepada masyarakat. Pendampingan yang diberikan kepada korban berupa pendampiangan psikologis, hukum, konsultasi serta pemberian hak-hak perawatan medis.

Keadilan manusia adalah keadilan gender. Diakui atau tidak data-data kasus kekerasan terhadap perempuan diatas merupakan salah satu bentuk nyata ketidakadilan gender. Dalam upaya mewujudkan masyarakat yang bebas dari kekerasan terhadap perempuan, WCC Jombang tidak bisa bekerja sendiri. Dikarenakan pekerjaan ini juga menyangkut bagaimana merubah mindset masyarakat, mereka membentuk jaringan dengan beberapa organisasi lain yang dapat mendukung pekerjaan mereka.

Selain itu mereka juga menggagas pendampingan kepada beberapa kelompok masyarakat yang ada di desa Kras, Mojowarno, Mojongapit, dan Plandaan. Kelompok dampingan ini diharapkan menjadi perpanjangan tangan WCC Jombang untuk dapat menyadari, mengenali serta menangani kasus kekerasan di sekitar mereka.

Salah satu wujud dari upaya pendampingan kelompok tersebut beberapa waktu yang lalu kelompok dampingan yang berada di desa Kras dan Mojowarno dengan mandiri melaporkan tindak kekerasan terhadap perempuan di wilayahnya kepada pihak yang berwajib.6

Berdasarkan fenomena dan fakta-fakta tersebut, penulis berasumsi bahwa WCC Jombang melakukan langkah strategis dalam upaya penanganan korban dan mengadakan komunikasi dengan masyarakat melalui pemberian informasi dalam

6


(18)

6

rangka mengajak mereka untuk menyadari, peduli serta mengambil tindakan pada isu-isu kekerasan perempuan dan ketidak adilan gender.

Kemandirian kelompok dampingan tersebut dalam melaporkan kekerasan di diwilayahnya tidak akan terjadi jika pihak WCC Jombang dalam proses pendampingannya tidak menggunakan strategi komunikasi tepat guna. Mengingat bahwa permasalahan mengenai kekerasan terhadap perempuan terkadang bersumber dari proses internalisasi nilai-nilai sosial dalam masyarakat, budaya masyarakat setempat maupun ajaran agama yang dimaknai secara bias gender.

Strategi komunikasi yang tepat dalam menyampaikan informasi mengenai kekerasan pada perempuan terhadap masyarakat dengan keragaman latar belakang pendidikan, budaya, nilai agama yang dianut dapat menghasilkan pemikiran yang sama untuk mewujudkan masyarakat yang bebas dari ketidakadilan gender.

Ketertarikan peneliti juga dikarenakan WCC Jombang adalah salah satu LSM yang masih berkegiatan di tengah dinamika mengalami keterbatasan staff dan beberapa LSM dalam bidang serupa yang vakum karena permasalahan yang sama. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis memiliki ketertarikan untuk melakukan penelitian yang berjudul “Strategi Komunikasi Women’s Crisis Center (WCC) Jombang dalam Mewujudkan Masyarakat Adil Gender (Dalam Tinjauan Teori Konstruktivisme)”.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang tersebut maka batasan penelitian dalam penelitian ini adalah strategi komunikasi yang dilakukan pada setiap program yang di jalankan oleh Women’s Crisis Center (WCC) Jombang dalam upayanya untuk mewujudkan masyarakat adil gender.


(19)

7

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana perencanaan komunikasi yang dilakukan oleh WCC Jombang dalam mewujudkan masyarakat adil gender?

2. Bagaimana tindakan komunikasi yang digunakan WCC Jombang dalam menjalankan program-program guna mewujudkan masyarakat adil gender?

3. Bagaimana evaluasi komunikasi yang dilakukan WCC Jombang dalam mewujudkan masyarakat adil gender?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah :

1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan perencanaan komunikasi yang digunakan oleh WCC Jombang dalam mewujudkan masyarakat adil gender.

2. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan tindakan komunikasi yang digunakan WCC Jombang dalam menjalankan program-programnya guna mewujudkan masyarakat adil gender.

3. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan evaluasi strategi komunikasi yang dilakukan WCC Jombang dalam mewujudkan masyarakat adil gender. E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : a. Manfaat teoritis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian tentang strategi komunikasi.


(20)

8

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam mengembangkan ilmu komunikasi terutama pada strategi komunikasi yang dapat digunakan untuk menangani kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak serta isu-isu gender.

b. Manfaat Praktis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi lembaga yang memberikan pelayanan sosial untuk dapat mengembangakan strategi komunikasi yang digunakan pada proses pendampingan dan penanganan kasus-kasus yang menyangkut isu ketidakadilan gender. 2. Penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi individu yang terlibat

dalam penanganan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak serta isu-isu gender, agar dapat memperbaiki kemampuan komunikasinya khususnya dalam hal strategi mengkomunikasikan pesan pada komunikan yang merupakan korban, pelaku, relasi kerja ataupun edukasi masyarakat.

F. Kajian Penelitian Terdahulu

Berikut ini adalah perbandingan penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan:

1. Strategi Komunikasi Yayasan Kesejahteraan Tunanetra Islam (YAKETUNIS) Dalam Upaya Meningkatkan Pemahaman Keagamaan Pada Tunanetra yang ditulis oleh Nuningsih Handayani tahun 2010 Mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Penelitian tersebut terfokus pada bagaimana strategi


(21)

9

meningkatkan pemahaman keagamanaan pada tunanetra dalam kegiatan keagamaan kuliah agama islam. Dan untuk mengetahui usaha pengasuh YAKETUNIS dalam meningkatkan pemahaman keagamaan pada tunanetra.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan unsur komunikasi yaitu komunikator, pesan, media, komunikan dan efek. Strategi komunikasi meliputi pengenalan khalayak, penyusunan pesan, penetapan metode, pemilihan media dan peranan komunikator. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara, dokumentasi, dan observasi. Adapun analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif.

Hasil dari penelitian ini adalah pengasuh kegiatan keagamaan kuliah agama islam di YAKETUNIS Yogyakarta menggunakan strategi komunikasi yang diungkapkan oleh Anwar Arifin yakni pengenalan khalayak dengan memahami kerangka berfikir para penyandang tunanetra dengan pendekatan personal dan interaksi langsung. Metode yang digunakan yaitu informative, persuasive, educative dan cursive.

Persamaan, Jenis penelitian sama-sama deskriptif kualitatif. Objek yang diteliti sama-sama strategi komunikasi.

Perbedaan, Pada penelitian yang akan dilakukan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan studi kasus. Persoalan yang di teliti dalam penelitian tersebut adalah strategi komunikasi yang


(22)

10

dilakukan oleh YAKETUNIS dalam meningkatkan pemahaman keagamaan pada tunanetra. Sedangkan dalam penelitian yang akan dilakukan, persoalan yang akan diteliti adalah strategi komunikasi yang digunakan oleh WCC Jombang dalam melaksanakan program-programnya guna mewujudkan masyarakat yang adil gender.

2. Strategi Komunikasi Pemberdayaan Masyarakat (Studi Kasus

Kelompok Swadaya Wanita Di Yayasan Sosial Bina Sejahtera Cilacap) yang ditulis oleh Desy Sylvia Indra Visnu tahun 2014. Mahasiswi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Penelitian tersebut terfokus pada strategi komunikasi seperti apa yang dibuat oleh Tim KSW sehingga program pemberdayaan masyarakat ini dapat terjalin, terwujud, dan bahkan merubah perilaku masyarakat menuju masa depan yang lebih cerah.

Penelitiannya bersifat kualitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah Focus Group Discussion FGD). Teknik analisa data menggunakan metode interaktif yang terdiri dari tiga hal utama,

yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan

kesimpulan/verifikasi. Untuk pembuktian validitas data penelitian ini ditentukan dengan cara memperpanjang observasi, pengamatan yang terus-menerus, triangulasi dan membicarakan hasil temuan dengan orang lain, menganalisis kasus negatif, dan menggunakan bahan


(23)

11

referensi. Adapun untuk reliabilitas dilakukan dengan pengamatan sintesis, berulang, dan dalam situasi yang berbeda.

Hasil dari penelitian ini adalah strategi komunikasi yang dilakukan oleh tim Kelompok Swadaya Wanita (KSW) pemberdayaan masyarakat adalah dengan strategi momong, strategi hati nurani, dan strategi tanggung renteng. Peneliti melihat bahwa memang tidak ada pengkhususan atau pedoman yang benar-benar digunakan sebagai pegangan. Semua tindakan dan strategi yang dilakukan di dalam proses pemberdayaan masyarakat ini berbasis kemanusiaan, kekeluargaan dan kepercayaan.

Persamaan, Jenis penelitian sama-sama kualitatif. Pendekatan yang digunakan sama studi kasus. Objek yang diteliti sama-sama strategi komunikasi.

Perbedaan, Persoalan yang di teliti dalam penelitian tersebut adalah strategi komunikasi pemberdayaan masyarkat. Sedangkan dalam penelitian yang akan dilakukan persoalan yang akan diteliti adalah strategi komunikasi yang digunakan oleh WCC Jombang dalam melaksanakan program-programnya guna mewujudkan masyarakat yang adil gender.


(24)

12

G. Definisi Konsep

Adapun untuk memudahkan pembahasan ini dan memperoleh gambaran yang jelas mengenai penelitian ini, maka penulis mendefinisikan judul penelitian sebagai berikut :

1. Strategi Komunikasi

Strategi berasal dari bahasa Yunani klasik yaitu “stratos” yang artinya tentara dan kata “agein” yang berarti memimpin.7

Menurut Onong Uchjana Effendy “Strategi pada hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan. Tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang menunjukkan arah saja, melainkan harus menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya”.8

Menurut Hafied Cangara “Strategi komunikasi adalah kiat atau

taktik yang bisa dilakukan dalam melaksanakan perencanaan

komunikasi”.9

Menurut Anwar Arifin “Suatu strategi juga merupakan keseluruhan keputusan kondisional tentang tindakan yang akan dijalankan guna mencapai tujuan. Jadi dalam merumuskan strategi komunikasi, selain diperlukan perumusan tujuan yang jelas, juga terutama memperhitungkan kondisi dan situasi khalayak”.10

7

Hafied Cangara, Perencanaan & Strategi Komunikasi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013 ), hlm. 61.

8

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 32.

9

Cangara, Perencanaan & Strategi Komunikasi ,..., hlm. 63.

10


(25)

13

Maka, strategi komunikasi yang diaksud pada penelitian ini dapat dioperasionalkan sebagai berikut:

Penyusunan rencana disertai tindakan yang akan dijalankan guna mencapai tujuan komunikasi yang dilakukan oleh komunikator WCC Jombang pada komunikan-komunikannya yang berbeda latar belakang pendidikan, nilai maupun norma yang dianut dalam rangka menyamakan persepsi baik pikiran maupun tindakan untuk mewujudkan masyarakat Jombang yang adil gender.

2. Masyarakat Adil Gender a. Masyarakat

Dalam KBBI Masyarakat diartikan sebagai “sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama:--terpelajar;”.11

Masyarakat (sebagai terjemahan dari istilah society) adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tetutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antar individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut.

Menurut Koentjaraningrat “masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan terikat oleh suatu rasa identitas yang sama”.12

Menurut Poerwadarminta dalam Alfan “masyarakat mengandung makna pergaulan hidup manusia yang terhimpun atau orang yang hidup

11

Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi 3, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hlm. 721.

12

Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1990), hlm. 146.


(26)

14

bersama dalam suatu tempat dengan ikatan aturan tertentu, dan berarti juga orang atau khalayak ramai”.13

b. Adil

Menurutt KBBI adil didefinisikan sebagai “1 sama berat;tidak berat sebelah;tidak memihak:keputusan hakim itu-; 2 berpihak kepada yang benar; berpegang kepada kebenaran; 3 sepatutnya; tidak sewenang-wenang: para buruh mengemukakan tuntutan yg-;14

c. Gender

Sedangkan, Gender didefinisikan sebagai perilaku yang dipelajari yang membentuk feminitas dan maskulinitas di dalam sebuah budaya. Karenanya Gender dapat diubah dan menunjukkan apapun yang diterima oleh sebuah budaya dalam jangka waktu tertentu bagi peran-peran ini.15

Gender diartikan sebagai konsep sosial yang membedakan (dalam arti: memilih atau memisahkan) peran antara laki-laki dan perempuan. Pembeda ini didasarkan bukan karena kodrat tetapi lebih kepada faktor sosial menurut kedudukan, fungsi, dan peranan masing-masing dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat.16

Jadi, Masyarakat Adil Gender yang dimaksud dalam penelitian adalah terbangunnya kesadaran masyarakat Jombang menghilangkan kekerasan terhadap perempuan yang diakibatkan oleh ketimpangan gender. Kesadaran tersebut disertai dengan tindakan memberikan ruang

13

Muhammad Alfan, Filsafat Kebudayaan, (Bandung : Pustaka Setia, 2013), hlm. 132.

14

Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi 3, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hlm. 8.

15

Richard West & Lynn H. Turner, Pengantar Teori Komunikasi, Analisis dan Aplikasi Ed.3 Buku 2, (Jakarta: Salemba Humanika, 2014), hlm. 200.

16

Trisakti Handayani dan Handayani. Konsep dan Teknik Penelitian Gender (Malang:Pusat Studi Wanita dan Kemasyarakatan Universitas Muhammadyah Malang, 2001 ), hlm. 4


(27)

15

yang sama atas peran laki-laki dan perempuan di lingkungan sosial dengan tetap memperhatikan batasan berupa norma-norma lokal kota Jombang. H. Kerangka Pikir Penelitian

Proses penelitian ini dibangun berawal dari perhatian akan fenomena gunung es kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan yang mengundang keprihatinan dan isu akan kesetaraan gender. Perlakukan yang sama dan saling menghormati sesama manusia dipadang sebagai sumber kedamaian, akan tetapi pada realitasnya kekerasan, diskriminasi terhadap perempuan masih banyak terjadi di masyarakat. Kenyataan ini mengindikasikan bahawa masyarakat adil gender belum benar-benar terwujud.

Berdasarkan relitas tersebut kemudian penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana strategi komunikasi yang digunakan oleh Women’s Crisis Center (WCC) Jombang, yakni salah satu lembaga yang menangangani kasus kekerasan terhadap perempuan dan isu kesetaraan gender dalam melaksanakan setiap program-programnya untuk membantu mewujudkan masyarakat adil gender.

Mengingat bahwa, semua aktivitas komunikasi bukanlah suatu hal yang asal jadi. Seperti halnya pendapat Alo Liliweri bahwa “Komunikasi manusia harus direncanakan, diorganisasikan, ditumbuhkembangkan agar menjadi komunikasi yang berkualitas, salah satu langkah terpenting adalah menetapkan “strategi komunikasi”.17

Strategi dapat menjadi sebuah acuan atau perencanaan dari tindakan komunikasi yang akan dilakukan agar kegiatan komunikasi tersebut dapat mencapai tujuannya.

17


(28)

16

Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus dengan metode penelitian deskriptif kualitatif. Studi kasus yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah penelitian secara mendalam yang terfokus pada strategi komunikasi yang dilakukan oleh pekerja sosial WCC Jombang dalam menjalankan setiap program-programnya.

Subjek dalam penelitian ini adalah para pekerja sosial yang ada di WCC Jombang. Informanya yaitu Direktur Eksekutif WCC Jombang, Divisi pendampingan, Divisi advokasi, Divisi internal. Selain itu, informan lainnya adalah beberapa komunikan yang terlibat dalam proses komunikasi dengan WCC Jombang, baik itu korban kekerasan, kelompok pendampingan maupun mitra kerja.

Sumber data atau informan dipilih secara purposive dan bersifat snowball sampling , dengan syarat informan yang mengalami secara langsung peristiwa yang menjadi fokus penelitian, mampu menceritakan kembali peristiwa yang dialaminya, dan bersedia dijadikan informan penelitian.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara, dan observasi partisipan yang dicatat dan direkam, serta telaah dokumen.

Teknik wawancara dilakukan pada pekerja sosial WCC Jombang, yaitu Direktur Eksekutif WCC Jombang, Divisi pendampingan, Divisi advokasi, Divisi internal. Selain itu, informan lainnya adalah beberapa komunikan yang terlibat dalam proses komunikasi dengan WCC Jombang, baik itu korban kekerasan, kelompok pendampingan maupun mitra kerja.


(29)

17

Sementara observasi partisipan dilakukan dengan mencatat dan merekam secara langsung proses komunikasi selama WCC Jombang menjalankan program-programnya. Teknik analisis data menggunakan analisis data interaktif 4 alur kegiatan yaitu : pengumpulan data, reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Sedangkan teori yang digunakan adalah teori konstruktivisme Jesse Delia.

Teori Konstruktivisme dikembangkan leh Jesse Delia. Teori ini menyatakan bahwa Individu melakukan intrepretasi dan bertindak berdasarkan berbagai kategori konseptual yang ada dalam pikirannya. Teori ini mengakui efek interaksi sosial dan budaya dalam sistem kognitif,namun teori konstruktivisme lebih mengutamakan pengamatan pada perbedaan individu melalui kompleksifitas konstruksi personal dan juga strategi yang digunakan dalam berkomunikasi.18

Pada penelitian ini, penulis menggunakan teori tersebut untuk menganalisa mengenai bagaimana konstuksi individu dengan kompleksitas kognitif para pekerja sosial di WCC Jombang berpengaruh terhadap kemampuan mereka dalam memahami orang lain dan membingkai pesan. Sehingga lebih mudah dipahami oleh orang lain. Orang memiliki kemampuan menyesuaikan tingkat komunikasinya dengan tingkat komunikasi orang lain.

Korelasi teori tersebut pada permasalahan penelitian ini yaitu para petugas pelayanan sosial WCC Jombang selaku komunikator memiliki kompleksitas kognitif yang berbeda-beda dalam menyusun strategi komunikasi maupun melakukan tindakan komunikasi pada pelaksanaan program-programnya.

18

Morrisan, , Teori Komunikasi Individu Hingga Massa, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2013), hlm. 168-169.


(30)

18

Kompleksitas kognitif tersebutlah yang kemudian juga mempengaruhi bagaimana memilih logika mendisain pesan yang mereka akan disampaikan pada komunikan-komunikannya untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh WCC Jombang.

Ilustrasi kerangka pikir penelitian “Strategi Komunikasi Women’s Crisis Center (WCC) Jombang dalam Mewujudkan Masyarakat Adil Gender (Dalam Tinjauan Teori Konstruktivisme)” adalah sebagai berikut :

Fenomena kekerasan Terhadap Perempuan dan Isu

kesetaraan Gender

Terwujudnya Masyarakat

Adil Gender Konstruktivisme

Strategi Komunikasi Lembaga Pengadalayanan, Penanganan, Edukasi

Masyarakat

Pendekatan Studi Kasus

WCC Jombang & Komunikan-komunikanya

Konseptualisme Subjek Penelitian

Observasi

Mengumpulkan Data untuk Analisis dan

Interpretasi

Analisis

Analisis data dan kesimpulan

Laporan Hasil Penelitian

Aplikasi

PERHATIAN GAGASAN TEORI

Jenis Penelitian Kualitatif Pendekatan Studi Kasus

Metode Penelitian

Bagan 1.1


(31)

19

I. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Wardi Bachtiar mendeskripsikan metode penelitian sebagai “seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah yang berkenaan dengan masalah tertentu yang diolah, dianalisis dan diambil kesimpulan”.19

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Tylor sebagaimana dikutip oleh Lexy J Moelong “metode kualitatif sebagai prosedur penelitian menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang dapat diamati”.20

Sebagaimana yang di jelaskan oleh Burhan Bungin, pendekatan kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan format deskriptif. Metode ini digunakan untuk menggambarkan,meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi atau variabel yang timbul di masyarakat dan menjadi objek penelitian tersebut. Kemudian menarik ke permukaan sebagai suatu ciri atau gambaran tentang kondisi, situasi ataupun variabel tertentu.21

Burhan Bungin mendefinisikan studi kasus sebagai “pendekatan yang bertujuan untuk mempertahankan keutuhan (wholeness) dari objek penelitian, dalam arti objek dipelajari sebagai suatu keseluruhan yang terintegrasi”.22

Menururt Lincoln dan Guba dalam Dedy Mulyana penggunaan studi kasus sebagai suatu metode penelitian kualitatif memiliki beberapa keuntungan, yaitu :23

19

Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos, 1999), hlm.1

20

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi. (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2009) hlm. 4.

21

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial, Format-format kuantitatif dan Kualitatif,

(Surabaya: Airlangga University Press, 2001), hlm. 48.

22


(32)

20

1. Studi kasus dapat menyajikan pandangan dari subjek yang diteliti. 2. Studi kasus menyajikan uraian yang menyeluruh yang mirip dengan apa

yang dialami pembaca kehidupan sehari-hari.

3. Studi kasus merupakan sarana efektif untuk menunjukkan hubungan antara peneliti dan responden.

4. Studi kasus dapat memberikan uraian yang mendalam yang diperlukan bagi penilaian atau transferabilitas.

Pada dasarnya penelitian dengan jenis studi kasus bertujuan untuk mengetahui tentang sesuatu hal secara mendalam. Maka dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan metode studi kasus untuk mengungkap tentang Bagaimana strategi komunikasi yang digunakan oleh pekerja sosial WCC Jombang dalam setiap program yang dilaksanakan. Strategi dalam cara berkomunikasi dalam menyampaikan maksud pesan dan perencanaan pesan komunikasi menjadi hal yang sangat perlu untuk diperhatikan untuk tercapainya tujuan dan menyelamatkan komunikasi dari kegagalan maupun mengubah perilaku individu.

Jadi dalam penelitian ini penulis akan mendeskripsikan, menggambarkan , meringkaskan secara mendalam hasil data yang diperoleh dari hasil wawancara maupun observasi pada proses komunikasi yang terjadi pada saat WCC Jombang melaksanakan program-programnya. Proses komunikasi yang dimaksud disini adalah meliputi strategi komunikasi yang digunakan oleh WCC Jombang dan proses pelaksanaannya.

Penulis juga merekam dan mentraskrip ke dalam teks data yang diperoleh dari wawancara dengan keseluruhan informan. Selanjutnya, penulis

23

Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), hlm.201.


(33)

21

menggabungkan menggabungkan semua data yang ada kemudian mengolahnya atau mencocokan berdasarkan dengan teori yang berlaku dan mengambil kesimpulan.

2. Subjek, Objek, dan Lokasi Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah para pekerja sosial yang ada di WCC Jombang. Informanya yaitu Direktur Eksekutif WCC Jombang, Divisi pendampingan, Divisi advokasi, Divisi internal. Selain itu, informan lainnya adalah beberapa komunikan yang terlibat dalam proses komunikasi dengan WCC Jombang, baik itu korban kekerasan, kelompok pendampingan maupun mitra kerja.

Objek dalam penelitian ini sendiri adalah strategi komunikasi yang dilakukan oleh pekerja sosial WCC Jombang dalam menjalankan program-programnya untuk mewujdukan masyarakat adil gender.

Lokasi penelitian ini dilakukan pada Women’s Crisis Center (WCC) Jombang yaitu lembaga pendampingan perempuan korban kekerasan melakukan pendampingan psikologis dan hukum dan melakukan pendampingan terhadap masyarakat.

3. Jenis dan Sumber Data

Menurut Lofland dan Lofland yang dikutip Lexy J. Moleong sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, dan tindakan, selebihnya data tambahan seperti dokumen dan dan lain-lain.24

Menurut Sumbernya data penelitian digolongkan menjadi data primer dan sekunder :25

1. Sumber Data Primer

24

Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif.....,hlm. 157.

25


(34)

22

Data Primer atau data tangan pertama adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari.

Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara maupun observasi pada proses komunikasi yang terjadi pada saat WCC Jombang melaksanakan program-programnya. Proses komunikasi yang dimaksud disini adalah meliputi strategi komunikasi yang digunakan oleh WCC Jombang dan proses pelaksanaannya.

2. Sumber Data Sekunder

Sedangkan sumber data sekunder atau data tangan kedua adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh peneliti dari subjek penelitiannya, Data sekunder biasanya berwujud data dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia.

Pada penelitian ini sumber data sekunder diperoleh dari buku-buku, majalah, jurnal dan publikasi lainnya yang berkaitan dengan strategi komunikasi, isu kekerasan kepada perempuan, kesetaraan gender serta organisasi perempuan di Indonesia. Selain itu data sekunder juga dapat diperoleh dari catatan tahunan WCC Jombang. Dokumentasi kegiatan dan lain sebagainya.

Menurut Saifuddin data primer dan data sekunder dapat pula digolongkan menurut jenisnya sebagai data kuantitatif yang berupa angka-angka dan data kualitatif yang berupa kategori-kategori.26

26Ibid


(35)

23

4. Tahap – Tahap Penelitian

Tahap-tahap penelitian terdiri atas tahap penelitian secara umum dan tahap penelitian siklikal. Pada tahap penelitian secara umum terdiri dari atas tahap pra lapangan, tahap pekerjaan lapangan, dan tahap analisis data.27

Dalam penelitian ini, agar pelaksanaannya terarah dan sistemastis maka disusun tahapan-tahapan penelitian sebagai berikut :

a. Tahap pra lapangan

Penulis mengadakan survei pendahuluan yakni dengan mencari subjek sebagai narasumber. Selama proses survei ini penulis melakukan penjajagan lapangan (field study) terhadap latar penelitian, mencari data dan informasi tentang lokasi penelitian WCC Jombang. Penulis melakukan kunjungan awal ke organisasi tersebut untuk memperoleh pengetahuan sementara mengenai tempat penelitaian dan aktivitas yang ada disana. Penulis juga melakukan penelusuran literatur buku dan referensi pendukung penelitian mengenai strategi komunikasi. Pada tahap ini peneliti melakukan penyusunan rancangan penelitian yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, garis besar metode penelitian yang digunakan dalam melakukan penelitian, kemudian menyusunnya dalam sebuah proposal penelitian. Tahap pra lapangan dilakukan peneliti selama bulan April 2016.

b. Tahap pekerjaan lapangan

Dalam hal ini penulis memasuki dan memahami latar penelitian dalam rangka pengumpulan data. Yakni, melakukan proses observasi,

27


(36)

24

wawancara, pencatatan pengamatan (penelitian). Tahap ini

dilaksanakan minggu ke tiga bulan Mei – Juni 2016. c. Tahap analisis data

Tahapan yang ketiga dalam penelitian ini adalah analisis data. Penulis dalam tahapan ini melakukan serangkaian proses analisis data kualitatif sampai pada interpretasi data-data yang telah diperoleh sebelumnya. Selain itu penulis juga menempuh proses triangulasi data yang diperbandingkan dengan teori kepustakaan. Tahap analisis data dilakukan selama bulan Juni-Juli 2016.

d. Tahap evaluasi dan pelaporan

Pada tahap ini penulis menuliskan hasil penelitian dari data-data yang sudah dikumpulkan dan dianalisisis. Tahap penulisan laporan ini dilaksanakan selama bulan Juni-Juli 2016.

5. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data pada penelitian ini penulis menggunakan teknik sebagai berikut:

a. Wawancara

Sudjana menyatakan bahwa wawancara adalah proses pengumpulan data atau informasi melalui tatap muka antara pihak penanya (interviewer) dengan pihak yang ditanya atau penjawab (interviewee).28 Wawancara dilakukan dengan cara mengajukan

pertanyaan secara langsung oleh interviewer kepada yang diwawancarai.

28

Ismail Nawawi Uha, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta : Dwi Pustaka Jaya, 2012), hlm. 251.


(37)

25

No. Daftar Informan

1. Direktur Eksekutif WCC Jombang

2. Divisi pendampingan

3. Divisi advokasi 4. Divisi internal

5. Komunikan WCC Jombang (Anggota kelompok

pendampingan, korban kekerasan, mitra kerja)

No. Data Hasil Wawancara

1. Sejarah berdirinya WCC Jombang

2. Visi dan Misi WCC Jombang

3. Struktur Organisasi WCC Jombang

4. Program-program WCC Jombang dalam rangka

mewujudkan masyarakat yang adil gender

5. Tahapan perencanaan komunikasi di digunakan dalam menjalankan program-program untuk mewujudkan masyarakat yang adil gender

6. Bentuk tindakan komunikasi yang dilakukan WCC

Jombang dalam menjalankan program

7. Evaluasi komunikasi yang dilakukan dalam

menjalankan proses komuniaksi pada program-program yang dijalankan

Dalam penelitian ini wawancara dilakukan dengan

menggunakan pedoman wawancara bebas terpimpin. Wawancara bebas terpimpin yaitu cara mengajukan pertanyaan yang dikemukakan bebas, artinya pertanyaan tidak terpaku pada pedoman wawancara tentang masalah-masalah pokok dalam penelitian kemudian dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi di lapangan.29

29

Sutrisno Hadi, Metodologi Research untuk Penulisan Paper, Skripsi, Thesis dan Disertasi, Jilid 2, cet.20, (Yogyakarta: Andi Offset, 1991), hlm. 207.

Tabel 1.1

Data Informan Penelitian

Tabel 1.2 Data Hasil Wawancara


(38)

26

Dalam melakukan wawancara ini, pewawancara membawa pedoman yang hanya berisi garis besar tentang hal-hal yang akan ditanyakan.

b. Observasi

Definisi observasi adalah pengamatan, pengawasan,

peninjauan, penyelidikan, riset.30 Sedangkan menurut Cartwright &

Cartwright seperti yang dikutip Haris Herdiansyah mendefinisikan observasi sebagai suatu proses melihat, mengamati, mencermati serta merekam perilaku secara sistematis untuk suatu tujuan tertentu.31

No Data Observasi

1. Proses perencanaan komunikasi yang dilakukan oleh WCC Jombang

2. Proses tindakan komunikasi yang dilakukan oleh WCC Jombang dalam program-program yang dilaksanakan

3. Proses evaluasi komunikasi WCC Jombang

4. Tingkat partisipasi atau ketertarikan masyarakat pada program-program WCC Jombang

Penulis dalam melakukan pengamatan tidak selamanya menggunakan pancaindra mata saja, tetapi selalu mengaitkan apa yang dilihatnya dengan apa yang dihasilkan oleh pancaindra lainnya, kemudian mencatatnya secara sistematis.

30

Pius A Partanto, M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola,2001), hlm.536.

31

Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta : Salemba Humanika, 2011), hlm.131.

Tabel 1.3 Data Observasi


(39)

27

c. Dokumentasi

Dokumentasi cara mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan tanskip, buku-buku, surat kabar, majalah, notulen rapat, agenda, dan sebagainya.32 Dokumen tersebut dapat berbentuk

tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Hal ini dilakukan untuk memperkuat data-data yang diperoleh dari hasil penelitian. Dalam hal ini buku, jurnal dan data lain mengenai strategi komunikasi .

6. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknis analisi data model interaktif menurut Miles & Huberman.Teknis tersebut terdiri atas empat tahapan yang harus dilakukan. “Tahapan pertama adalah tahapan pengumpulan data, tahapan kedua adalah reduksi data, tahapan ketiga adalah tahap display data, dan tahap yang keempat adalah tahap penarikan kesimpulan dan/atau tahap verifikasi”.33

Adapaun apa saja yang perlu dilakukan pada setiap tahapan diatas akan dijelaskan satu persatu berikut ini :

32

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1996), hlm.236.

33

Haris Herdiansayah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial,...., hlm. 164.

No Data Dokumentasi

1. Dokumen tertulis jumlah mengenai program-program yang dijalankan WCC

2. Foto kegiatan yang dilakukan

Tabel 1.3 Data Hasil Dokumentasi


(40)

28

1. Pengumpulan Data

Pada penelitian Kualitatif, proses pengumpulan data dilakukan sebelum penelitian, pada saat penelitian, dan bahkan di akhir penelitian. Idealnya, proses pengumpulan data sudah dilakukan ketika penelitian masih dalam bentuk konsep atau draft. 2. Reduksi data

Inti dari reduksi data adalah proses penggabungan dan penyeragaman segala bentuk data yang diperoleh menjadi satu bentuk tulisan (script) yang akan dianalisis.

3. Display Data

Display data adalah mengolah data setengah jadi yang sudah seragam dalam bentuk tulisan dan sudah memiliki alur tema yang jelas kedalam proses kategori tema, subkategori tema dan proses pengodean sesuai dengan verbatim wawancara yang dilakukan sebelumnya.

4. Kesimpulan/Verifikasi

Kesimpulan/verifikasi secara esensial berisi tentang uraian dari seluruh subkategorisasi tema yang tercantum pada tabel kategorisasi dan pengodean yang sudah terselesaikan disertai dengan quote verbatim wawancara.

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Dalam penelitian ini uji kredibilitas data dilakuakan dengan menggunakan triangulasi dengan sumber. Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dengan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi


(41)

29

yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. 34

Dalam hal ini dengan cara membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara. Dalam penelitian ini penulis membandingkan jawaban atas pertanyaan wawancara mengenai strategi komunikasi dalam melaksanakan program-program kerjanya dengan hasil observasi pada saat proses komunikasi dalam program-program yang dilakukan, kemudian juga membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan.

J. Sistematika Pembahasan

Adapun sistematika dalam pembahasan ini terbagi menjadi bebrapa bab dan pada tiap babnya terdapat sub-sub sebagaimana uraian beritk ut ini :

BAB I : Pendahuluan,yang berisi tentang latar belakang masalah yang menjelaskan permasalahan dari objek penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, metode penelitian, sistematika pembahasan, jadwal penelitian. BAB II : Kajian Teoritis, yang berisi kajian pustaka dan kajian teori. BAB III : Penyajian Data, berisi deskripsi objek penelitian dan deskripsi

data penelitian.

BAB IV : Analisis Data, di dalamnya membahas tentang pengujian data dan pembahasan hasil penelitian.

BAB V : Penutup, adapaun bab ini berisi tetang kesimpulan dan rekomendasi.

34


(42)

BAB II

SRATEGI KOMUNIKASI MASYARAKAT ADIL GENDER

A. Strategi Komunikasi

1. Pengertian Strategi Komunikasi

Komunikasi adalah bagian dari keseharian dalam kehidupan. Sederhannya , selama manusia masih membutuhkan manusia lainnya untuk memenuhi hajat hidupnya, selama itu pula peristiwa komunikasi akan tetap ada. Walaupun berkomunikasi sudah menjadi bagian dari keseharian, kita tidak dapat memungkiri bahwa ternyata berkomunikasi tidak sesederhana yang dibayangkan.

Seringkali dalam keseharian terdapat kesalapahaman atau salah penafsiran sehingga respon yang kita harapkan dari kegiatan komunikasi tersebut tidak tercapai. Agar terhindar dari kesalapahaman dan sebuah tujuan komunikasi dapat tercapai maka penting kiranya untuk menerapkan strategi dalam berkomunikasi.

Strategi berasal dari bahasa Yunani klasik yaitu “stratos” yang artinya tentara dan kata “agein” yang berarti memimpin. Jadi strategi adalah konsep militer yang dapat diartikan seni perang par ajenderal (The Art of General), atau suatu rancangan yang terbaik untuk memenangkan peperangan.35

Midlleton dalam Hafied Cangara (1980) menyatakan “ Strategi komunikasi adalah kombinasi yang terbaik dari semua elemen komunikasi mulai

35

Hafied Cangara, Perencanaan & Strategi Komunikasi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013 ), hlm. 61.


(43)

31

dari komunikator, pesan, saluran (media), penerima sampai pada pengaruh (efek) yang dirancang untuk mencapai tujuan komunikasi yang optimal.36

Bedasarkan definisi yang dikemukakan oleh Midlleton diatas dapat ditarik

kesimpulan bahwa sebuah strategi komunikasi dilakukan dengan

mengkombinasikan semua elemen komunikasi yang sengaja untuk dirangcang sedemikian rupa dengan maksud tercapainya tujuan komunikasi yang diinginkan.

Menurut Anwar Arifin “Suatu strategi juga merupakan keseluruhan keputusan kondisional tentang tindakan yang akan dijalankan guna mencapai tujuan”.37

Penggunaan strategi komunikasi dalam menunjang ketercapaian tujuan komunikasi yang diinginkan bukan hanya sebagai petunjuk apa yang harus dilakukan, tetapi juga menujukkan bagaimana cara pelaksanaannya seperti halnya yang diungkapkan oleh Onong Uchjana Effendy.

Menurut Onong Uchjana Effendy “Strategi pada hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan. Tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang menunjukkan arah saja, melainkan harus menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya”.38

36 Ibid., 37

Anwar Arifin, Strategi..., hlm.59.

38

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 32.


(44)

32

2. Tujuan Strategi Komunikasi

R. Wayne Pace, Brand D Peterson, dan M. Dallas Burnet dalam Onong Ucjahana Effendy menyatakan bahwa ada tiga tujuan dalam strategi komunikasi sebagai berikut : 39

a To Secure Understanding yaitu untuk memastikan bahwa terjadi suatu pengertian dalam berkomunikasi.

b To Establish Acceptance, yaitu bagaimana cara penerimaan itu terus dibina dengan baik.

c To Motivate Action yaitu kegiatan di motivasikan, dan

Karena itu maka strategi komunikasi menurut Alo liliweri selalu dihubungkan dengan :40

1. Siapa yang bicara.

2. Maksud apa yang dibicarakan.

3. Pesan apa yang harus disampaikan kepada seseorang.

4. Cara bagaimana saya menyampaikan pesan kepada seseorang. 5. Bagaimana mengukur dampak pesan tersebut.

3. Langkah-Langkah Strategi Komunikasi

Komunikasi tersebut dilakukan dalam skala yang lebih besar oleh sebuah lembaga dengan tujuan dan target tertentu, maka penerapan strategi komunikasi perlu untuk dilakukan untuk menentukan langkah-langkah yang tepat dalam mencapai tujuan tersebut.

39

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek,....,hlm. 32

40

Alo Liliweri, Komunikasi: Serba Ada Serba Makna, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), hlm. 240


(45)

33

Berikut ini adalah langkah-langkah untuk melakukan strategi Komunikasi menurut Anwar Arifin : 41

a. Mengenal Khalayak

Langkah pertama yang harus diambil oleh komunikator dalam usahanya menyampaikan komunikasi yang efektif adalah dengan mengenal khalayak yang dihadapi. Sebagaimana yang sudah dijelskan pada proses komunikasi bahwa khalayak yang berperan sebagai komunikan tidaklah pasif tetapi aktif. Pada proses komunikasi yang berlangsung komunikan dapat bertukar peran menjadi komunikator, sehingga mereka dapat saling mempengaruhi.

Dalam proses komunikasi, baik komunikator maupun khalayak, mempunyai kepentingan yang sama. Tanpa persamaan kepentingan, komunikasi tak mungkin berlangsung. Agar tercapinya komunikasi secara positif, maka komunikator harus menciptakan persamaan kepentingan dengan khalayak terutama dalam pesan, metode dan media.

Guna menciptakan persamaan kepentingan, maka komunikator harus mengerti dan memahami kerangka pengalaman dan kerangka referensi khalayak yang meliputi :

a. Kondisi kepribadian dan kondisi fisik khalayak yang terdiri dari:

- Pengetahuan khalayak mengenai persoalan

41


(46)

34

- Kemampuan khalayak untuk menerima pesan-pesan lewat

media yang digunakan

- Pengetahuan khalayak terhadap perbendaharaan kata-kata yang digunakan

b. Pengaruh kelompok dan masyarkat serta nilai-nilai dan norma-norma masyarakat yang ada

c. Situasi dimana khalayak itu berada

Hal-hal diatas dapat diketahui dengan melakukan penjajakan atau

penelitian ke lapangan yang fungsingnya sebagai usaha

mengidentifikasi khalayak. Berdasarkan segi kesediaan khalayak menerima pengaruh, khususnya mengenai inovasi, Schoenfeld dalam Astrid S Susanto mengemukakan klasifikasi khalayak sebagai berikut :42

1. Inovator ataupun penemu idea adalah orang-orang yang akaya akan idea baru, dan karenanya mudah atau sukar menerima idea baru orang lain.

2. Early Adopters atau orang-orang yang cepat bersedia untk mencoba apa yang dianjurkan kepadanya.

3. Early Majority, atau kelompok orang-orang yang mudah menerima idea-idea baru asal saja sudah diterima oleh orang banyak.

4. Majority atau kelompok dalam jumlah terbanyak yang menerima atau menolak idea baru, terbatas pada suatu daerah.

42

Astrid S Susanto, Komunikasi dalam Teori dan Praktek Jilid I dan II, (Bandung: Bina Cipta, 1974), hlm. 141-142.


(47)

35

5. Non-adopters ataupun orang-orang yang tidak suka menerima idea baru dan mengadakan perubahan atas pendapat-pendapatnya yang semula.

Selain itu untuk memahami dan mengetahui segmentasi masyarakat, menurut Hafied Cangara ada tiga cara yang bisa digunakan untuk memetakan karektirisktik masyarakat, yakni :43

a. Aspek sosiodemografik, mencakup usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, tingkat pendapatan (Income), agama, ideologi , etnis, termasuk pemilikan media.

b. Aspek psikologis, mencakup sifat yang ercermin dari kejiwaan masyarkat, misalnya tempramen, tenang, sabar. Terbuka, emosional, tidak sabar , dendam, antipati, terus terang, tertutup, berani, penakut.

c. Aspek karakteristik perilaku masyarakat , mencakup kebiasaan-kebiasaan yang dijalani dalam kehidupan suatu masyarakat. Misalnya agamis (religius), santun, suka pesta dan mabuk-mabuka, suka menabung, suka protes, tegang rasa (teposliro), pelit dan ekonomis (serba perhitungan), boros, suka menolong, solidaritas tinggi, individual, jujur, tangung jawab.

Beberapa pendapat dalam uraian diatas menunjukkan bahwa dalam proses merencanakan strategi komunikasi, komunikator baik lembaga maupun perorangan perlu terlebih dahulu mengetahui karakteristik

43


(48)

36

khalayak yang akan dihadapi atau dijadikan sasaran dalam strategi komunikasi yang akan dijalankan.

b. Menyusun Pesan

Setelah mengenal khalayak dan situasinya, maka langkah selanjunya dalam perumusan strategi dalah ialah menyusun pesan, yaitu menentukan tema dan materi. Syarat utama agar pesan tersebut dapat mempengaruhi khalayak, ialah mampu membangkitkan perhatian. Awal dari suatu efektivitas dalam komunikasi ialah bangkitnya perhatian dari khalayak terhadap pesan-pesan yang disampaikan.

Scharmm dalam Yoyon Mudjiono memberikan prinsip yang disebut “The Condition Of Succes in Communication” yang terdiri dari :

1. Pesan haruslah direncanakan dan disampaikan sedemikian rupa, hingga pesan itu dapat menarik sasaran yang dituju. 2. Pesan harus menggunakan tanda-tanda yang didasarkan pada

pengalaman yang sama antar sumber dan sasaran, hingga kedua pengertian bertemu dan berpadu.

3. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi daripada sasaran dan menyarankan cara-cara untuk mencapai kebutuhan itu.


(49)

37

4. Pesan harus menyarankan jalan untuk memperoleh kebutuhan yang layak dari situasi kelompok, dimana kesadaran pada saat itu digerakkan untuk memberi respon yang dikehendaki. 44

Anwar Arifin menyatakan bahwa dalam menenetukan tema dan materi atau isi pesan yang akan dilontarkan kepada khalayak sesuai dengan kondisinya dikenal dua bentuk penyajian permasalahan yaitu yang bersifat : one side issue (sepihak) dan both side issue (kedua belah pihak).

One side issue , yaitu hanya mengemukakan hal yang positif saja, atauakah hal-hala yang negatif saja kepada khalayak. Juga berarti dalam mempengaruhi khalayak permasalahan itu berisi konsepsi dari komunikator semata-mata tanpa mengusik pendapat-pendapat yang telah berkembang. Sedangkan both side issue berlaku sebaliknya, suatu permasalahan disajikan baik negatifnya maupun positifnya. Juga dalam mempengaruhi khalayak, permasalahan diketengahkan baik dari konsepsi komunikator maupun konsepsi atau pendapat-pendapat yang berkembang pada khalayak.45

c. Menetapkan Metode

Efektivitas komunikasi selain dipengaruhi oleh isi pesan yang disesuaikan dengan kondisi khalayak juga dipengaruhi oleh metode penyampaian yang digunakan pada sasaran.

Metode penyampaian tersebut dapat dilihat dari dua aspek yaitu dari cara pelaksanannya dan menurut bentuk isinya. Dari cara

44

Yoyon Mudjiono, Bahan Ajar Ilmu Komunikasi, (Surabaya: Jaudar Press, 2012), hlm.59-60.

45


(50)

38

pelaksanaannya semata-mata melihat komunikasi dari segi

pelaksanannya dengan melepaskan perhatian dari isi pesannya. Sedang yang kedua melihat komunikasi dari bentuk pernyataan atau bentuk pesan dan maksud yang dikandung.

Menurut pelaksanaannya dapat diwujudkan dalam dua bentuk yakni metode redundancy (repetition) dan Canalizing. Metode redundancy adalah cara memepengaruhi khalayak dengan cara mengulang-ulang pesan kepada khalayak.46

Perulangan ini dilakukan karena untuk mencapai suatu komunikasi yang efektif tidak mungkin jika hanya disampaikan dalam satu atau dua kali. Komunikasi yang dilakukan dengan tujuan untuk mengarahkan sikap dan perilaku khalayak maka harus dilakukan perulangan agar pesan tersebut lebih dapat diingat dan menancap di benak khalayak. Selain itu perulangan diperlukan karena untuk mengarahkan seseorang pada perubahan perilaku adalah suatu pekerjaan yang harus dilakukan secara bertahap, sedikit demi sedikit hingga tercapai perubahan yang diinginkan.

Sedangkan canalizing dilakukan dengan komunikator terlebih dahulu mengenal siapa khalayak sasaran dari pesan komunikasinya. Kemudian mulai melontarkan idenya sesuai dengan kepribadian, sikap dan motif khalayak. Komunikator memulai komunikasinya dari dimana khalayak tersebut berada kemudian diubah sedikit demi sedikit ke arah tujuan komunikator.47

46Ibid.,

hlm. 73.

47Ibid.,


(51)

39

Metode penyampaian pesan menurut bentuk dan isinya dikenal dengan metode-metode : informatif, persuasif dan kursif.48 Metode

Informatif adalah suatu bentuk isi pesan yang bertujuan untuk memberikan penerangan kepada khalayak. Metode persuasif merupakan suatu cara untuk mempengaruhi komunikan dengan jalan membujuk. Khalayak digugah baik pikiran maupun perasaannya.49

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Hafied Cangara bahwa komunikasi persuasif berusaha mengubah pengetahuan, sikap, tingkah laku seseorang atau publik terhadap program yang dilaksanakan.50

Sementara itu menurut Zulkarimein Nasution pendekatan persuasi digunakan bila komunikator menduga bahwa sejak semula khalayak telah bersikap negatif terhadap tujuan komunikasi. Pendekatan ini tidak dinyatakan dengan jelas oleh komunikator.51

Metode edukatif adalah metode yang digunakan untuk mendidik khalayak akan suatu hal. Menurut Hafien Cangara jika pesan informatif tekannanya pada unsur kognitif, maka pesan yang bersifat mendidik punya tekanan pada unsut kognitif , afektif dan psikomotorik. Pesan mendidik harus memiliki tendensi ke arah perubahan bukan hanya dari tidak tahu menjadi tahu, tetapi juga melaksanakan apa yang diketahuinya.52

48Ibid.,

hlm.73.

49

Ibid., hlm.76

50

Hafied Cangara, Perencanaan...hlm. 117.

51

Zulkarimein Nasution, Prinsip-Prinsip Komunikasi untuk Penyuluhan, (Jakarta,1990 : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia), hlm.65.

52


(52)

40

Sedangkan metode kursif (cursive) berarti mempengaruhi khalayak dengan jalan memaksa. Dalam hal ini khalayak dipaksa, tanpa perlu berpikir lebih banyak lagi untuk menerima gagasan-gagasan atau idea-idea yang dilontarkan. Oleh karena itu pesan dari komunikasi ini selain berisi pendapat-pendapat juga berisi ancaman-ancaman.53

d. Seleksi dan penggunaan media

Sebagaimana dalam menyusun pesan dari suatu komunikasi yang ingin dilacarkan kita harus selektif dalam arti menyesuaikan keadaan dan kondisi khalayak, maka dalam sendirinya dalam penggunaan media pun, harus demikian pula. Selain harus berfikir dalam jalinan faktor-faktor komunikasi, situasi sosiopsikologis juga harus diperhitungkan pula. Hal ini karena masing-masing medium tersebut mempunyai kelemahan-kelemahan tersendiri.54

Menurut Zulkarimein Nasution mengenai kegunaan media ia berpendapat bahwa media dapat menyampaikan atau menyajikan hal-hal yang tidak sepenuhnya dapat diketengahkan dengan berbicara. Misalnya , media dapat menyampaikan hal-hal yang berbentuk visual atau gamabran. Selain itu ada pula hal-hal yang berbentuk suara (audio) yang diperlukan untuk memperkuat penjelasan tentang sesuatu hal yang hanya dapat disampaikan dengan media. 55

Dari segi penyampaian pesan, Anwar Arifin membagi media menjadi :56

53

Anwar Arifin, Strategi...hlm.77.

54Ibid.,

hlm.78. 55

Zulkarimenin Nasution, Prinsip-Prinsip...,hlm.68.

56


(53)

41

1. The spoken words (yang berbentuk ucapan). Dalam golongan ini termasuk bentuk bunyi, ucapan secara langsung (face to face communication) yang digunakan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian yang lainnya dikenal misalnya gendang, sirine, telepon telegram dan dalam jaman mutakhir ini adalah radio.

2. The printed Writing (yang berbentuk tulisan) termasuk di dalamnya barang-barang tercetak, gambar-gambar atau lukisan-lukisan yang dalam kehidupan sehari-hari kenal misalnya buku, pamflet, surat kabar, brosur, majalah dan lain-lain. Bentuk ini hanya dapat ditangkap oleh mata saja sehingga disebut “the visual media”.

3. The audio visual media (yang berbentuk gambar hidup) golongan ini adalah penggabungan golongan pertama dan kedua, yaitu serentak dan dapat ditangkap oleh mata dan telinga.

Dalam komunikasi antar pribadi panca indera dianggap sebagai media komunikasi. Sedangkan dalam komunikasi massa media adalah alat yang dapat menghubungkan antara sumber dan penerima yang sifatnya terbuka, dimana setiap orang dapat melihat, membaca dan mendengarnya. Media yang berkaitan dengan komunikasi massa ini diklasifikasikan oleh Emery, Ault dan Agee57 sebagai media cetak atau

gambar yang membawa pesan-pesan mereka kepada yang diinginkan.

57

Emery, Ault dan Agee, Introduction to Mass Communications, ( New York : Dadd Mead &Company, 1970), hlm. 10


(54)

42

Misalnya surat kabar, majalah, buku-buku, pamflet, billboard dan surat kilat. Radio dan Televisi mempunyai fungsi ganda yaitu bisa didengar dan dilihat (audio-visual).

Adapun menurut Hafied Cangara bahwa kegiatan dan tempat-tempat tertentu yang banyak ditemui dalam masyarakat pedesaan bisa juga dipandang sebagai media komunikasi sosial, misalnya rumah-rumah ibadah, balai desa, arisan, panggung kesenian dan pesta rakyat.58

Zulkarimein Nasution menyatakan bahwa tidak semua media perlu dibeli atau disewa dari yang sudah siap pakai atau sudah jadi. Ada beberapa media ada yang bisa dibuat sendiri. Media yang dapat dibuat sendiri adalah media sederhana yang dalam pembuatannya tidak memerlukan peralatan yang canggih. Termasuk dalam media sederhana tersebut adalah : poster, spanduk, leaflet dan brosur.59

4. Peranan Komunikator

Unsur yang paling dominan dalam mencapai sebuah efektivitas komunikasi dalah komunikator. Kesemua bentuk langkah-langkah komunikasi di atas yang mejalankan adalah komunikator. Sebelum komunikator menjalankan proses komunikasinya ia harus terlebih dahulu melakukan persiapan meliputi mengenal kahalayak, menyusun pesan , memlihi metode dan menentukan media yang cocok dengan pesan yang akan disampaikan dan kondisi khalayak sasaran.

Tentu saja tidak setiap komunikasi yang akan dilancarkan memilki kesempatan meneliti khalayak. Dalam hal seperti ini maka komunikator harus

58

Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2000), hlm. 25

59


(55)

43

memiliki kemampuan imaginasi atau memiliki gambaran umum mengenai seperti apa khalayak yang akan dihadapi sebagai sebuah hipotesa. Benar tidaknya gambaran tersebut bergantung pada kualitas komunikator.

Indikator yang paling penting dalam komunikator adalah kredibilitas yaitu menyangkut kepercayaan dan keahlian.60 Kepercayaan dan keahlian yang di

maksud adalah dari aspek keilmuan dan pengetahuan sesuai dengan apa yang akan disampaikan. Seorang komunikator yang kredibel harus memiliki beberapa ciri yaitu memiliki energi tinggi dan toleransi terhadap tekanan, rasa percaya diri, kendali internal, kestabilan dan kematangan emosional, integritas pribadi, motivasi kekuasaan dan orientasi kepada keberhasilan.61

Berlo dalam Hafied Cangara menambahkan bahwa kredibilitas seorang komunikator bisa timbul jika ia memiliki keterampilan berkomunikasi (communication skills), pengetahuan yang luas mengenai materi yang dibawakannya (knowledge), sikap jujur dan bersahabat (attitude), serta mampu beradaptasi dengan sistem sosial budaya (social and culture system) masyarakat yag dihadapinya.62

Berdasarkan uraian diatas komunikator memegang peranan penting dalam proses komunikasi. Kepercayaan komunikan pada komunikator berpengaruh pada seberapa jauh efek dari pesan yang disampaikan. Komunikator yang menarik bagi komunikan dan memiliki tingkat kredibiltas yang tinggi, berpotensi untuk lebih bisa mepengaruhi komunikan untuk mendengarkan pesan yang disampaikan.

60

Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya: 2005) hal. 257.

61

Gary Yukl, Kepemimpinan Dalam Organisasi. Terjemahan oleh Budi Supriyanto, (Jakarta: P.T.Indeks: 2009), hlm. 223.

62


(56)

44

5. Evaluasi

Komponen yang penting di dalam strategi adalah evaluasi. Hafied Cangara mendefinisikan evaluasi sebagai cara yang digunakan utuk menilai keberhasilan kegiatan komunikasi yang telah dilakukan, dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan keberhasilan yang telah dicapai sebelumnya. Evaluasi dapat dilakukan dengan dua cara, yakni evaluasi program dan evaluasi manajemen. 63

1. Evaluasi Program

Evaluasi Program biasa disebut evaluasi summatif (summative evaluation). Evaluasi ini memiliki fokus untuk melihat :

 Sejauh mana tujuan akhir yang ingin dicapai (goal) dari suatu kegiatan apakah terpenuhi atau tidak.

 Untuk melakukan modifikasi tujuan program dan strategi

2. Evaluasi Manajemen

Evaluasi manajemen bisa disebut sebagai evaluasi formatif (formative evaluation) Evaluasi ini memiliki fokus terhadap pencapaian operasional kegiatan.

 Apakah kegiatan yang dilakukan masih dalam tataran rencana yang ditetapkan semula

 Apakah pelaksanaan kegiatan berjalan lancar atau tidak.

 Apakah usaha yang dilakukan itu mengalam kemajuan atau tidak

 Apakah ada hambatan atau kemacetan yang ditemui dalam operasional atau tidak

63


(57)

45

 Bagaimana cara mengatasi hambatan tersebut, apakah dengan cara memodifikasi langkah-langkah yang diambil, apakah

mengurangi atau menambah komponen yang bisa

memperlancar kegiatannya.

Menurut Hafied Cangara, dalam studi komunikasi evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan cara uji awal (pretesting) dan uji akhir (post testing). Uji awal biasanya dilakukan untuk mengetahui apakah pesan-peasan komunikasi yang aka disampaikan sudah sesuai dengan kebutuhan target sasaran (khalayak), apakah pesan-pesan itu tidak melanggar etika sosial, agama dan budaya setempat. Sedangkan uji akhir (post -testing) digunakan untuk melihat hasil proses komunikasi yang sudah dilaksanakan apakah sudah cukup efektif sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Apakah target sasaran yang diinginkan maupun perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku yang dikehendaki sudah memenuhi standar yang diinginkan. Ada juga yang memasukkan uji pertengahan (proses) dalam proses evaluasi. Tetapi hal itu bisa digolongkan sebagai bentuk monitoring, agar program berjalan sesuai dengan koridor atau cetak biru (blue print) yang telah ditetapkan.64

Menurut Anwar Arifin Evaluasi pada dasarnya meliputi dua hal, yaitu penilaian terhadap jalannya program komunikasi selama komunikasi itu berlangsung dan sesudah komunikasi itu selesai. Selama komunikasi itu berlangsung yang perlumendapat perhatian adalah apakah dalam komunikasi itu

64Ibid...,


(58)

46

tidak terdapat gangguan dalam prosesnya. Gangguan tersebut terbagi menjadi dua yaitu :65

a. Engineering noise, yaitu gangguan yang timbul sebagai akibar dari kurang sempurnanya medium yang digunakan, baik oleh penerima maupun oleh pengirim pesan.

b. Semantic noise, yaitu gangguan yang timbul dari sususan kata-kata, lambang-lambang, isyarat-isyarat dan lain-lain, sehingga tidak dapat dipahami oleh penerima pesan atau khalayak.

Kegiatan komunikasi yang disusun berdasarkan strategi diatas dapat terukur seberapa besar ketersampaian pesan dan sejauh mana tingkat ketercapaian tujuan komunikasi yang sudah kita tetapkan.

B. Masyarakat Adil Gender

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Masyarakat diartikan sebagai “sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama:--terpelajar;”.66

Masyarakat (sebagai terjemahan dari istilah society) adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tetutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antar individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut.

Menurut Koentjaraningrat “masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan terikat oleh suatu rasa identitas yang sama”.67

65

Anwar Arifin, Strategi..., hlm.89.

66


(59)

47

Di masyarakat ada dua istilah yang serupa tetapi tidak sama, yakni sex dan gender68. Kata sex berasal dalam bahasa Inggris diartikan sebagai jenis kelamin

yang menunjukkan adanya pembedaan atara dua jenis yakni laki-laki dan perempuan. Sementara gender adalah konsep sosial yang membentuk citra maskulinitas dan feminitas yang membedakan peran laki-laki dan perempuan di dalam sebuah budaya. Sex tidak bisa dipertukarkan karena merupakan sebuah kodrat pemberian dari Sang Pencipta bawaan dari lahir. Sementara gender dapat dipertukarkan karena ia adalah jenis kelamin yang dibentuk oleh budaya dalam interaksi sosial masyarakat.

Pada kenyataan dua kata tersebut tetap banyak dimaknai secara salah kaprah oleh masyarakat, bahwa sex dan gender adalah dua hal yang sama. Tidak bisa dipertukarkan. Pada umumnya label maskulin dilekatkan pada laki-laki karena dipandang lebih kuat, lebih aktif . Sebaliknya label feminim disematkan pada perempuan karena dipandang lebih lemah, kurang aktif, butuh perlindungan. Pelabelan ini kemudian melahirkan pembagian peran antara peremuan dan laki-laki di masyarakat, dimana laki-laki dalam posisi yang lebih dominan.

Berbicara mengenai perempuan dan gender memang tidak bisa dilepaskan dari kebudayaan dan juga teks-teks agama. Keduanya sampai saat ini dinilai berperan penting dalam membentuk pemikiran masyarakat mengenai pemaknaan bagaimana seharusnya laki-laki dan perempuan berperan di dalam masyarakat.

67

Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1990), hlm. 146.

68

Siti Muslikhati, Feminisme dan Pemberdayaan Perempuan dalam Timbanagan Islam, (Jakarta: Gema Insani, 2004), hlm.19.


(1)

135

Evaluasi yang dilakukan oleh WCC Jombang termasuk dalam salah satu jenis evaluasi yang diungkapkan oleh Hafied Cangara yaitu evaluasi program biasa disebut evaluasi summatif (summative evaluation). Evaluasi ini memiliki

fokus untuk melihat sejauh mana tujuan akhir yang ingin dicapai (goal) dari suatu

kegiatan apakah terpenuhi atau tidak dan untuk melakukan modifikasi tujuan program dan strategi. 156

156


(2)

BAB V PENUTUP

A. Simpulan

Strategi Komunikasi adalah sebuah proses dimana didalamnya diawali dari dengan perencanaan, tindakan dan evaluasi yang dilakukan guna mencapai keberhasilan tujuan dalam berkomunikasi. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulakan bahwa Strategi Komunikasi yang dilakukan oleh WCC Jombang dalam Mewujudkan Masyarakat Adil Gender adalah sebagai berikut :

1. Perencanaan Komunikasi dilakukan dengan beberapa tahapan yakni ; Identifikasi permasalahan, Identifikasi khalayak, Menyusun Pesan, Menetapkan Metode, Memilih dan Menetapkan Media serta pentingnya peranan komunikator

2. Tindakan Komunikasi dilakukan adalah dengan Komunikasi

membangun trust (Kepercayaan), Komunikasi Repetisi, Menggunakan

Opinion Leader.

3. Sementara itu Evaluasi komunikasi dilakukan di dalam proses evaluasi program (summative evaluation).

B. Rekomendasi

Setelah pengolahan data dilakukan, analisis hingga yang terakhir rekomendasi. Rekomendasi ini diharapkan bisa dijadikan sebagai masukan bagi pihak-pihak yang memiliki kepentingan terhadap penelitian ini :

1. Bagi WCC Jombang agar terus meningkatkan strategi komunikasinya dalam merubah mindset masyarakat menuju kehidupan berkeadilan


(3)

137

gender. Peneliti juga merekomendasikan agar lebih menguatkan strategi komunikasi melalui media. Pada media yang diproduksi sendiri seperti leaflet hendaknya menggunakan lebih banyak visualisasi yang menarik sehingga menambah ketertarikan pada khalayak untuk membaca isi dari media tersebut.

2. Bagi individu yang terlibat dalam penanganan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak serta isu-isu gender, agar dapat memperbaiki kemampuan komunikasinya dengan menyesuaikan tingkat komunikasinya dengan komunikan yang dihadapi. Khususnya dalam hal strategi mengkomunikasikan pesan pada komunikan yang merupakan korban, pelaku, relasi kerja ataupun edukasi masyarakat.

3. Untuk peneliti selanjutnya semoga penelitian ini dapat bermanfaat untuk menambah referensi mengnai penelitian terhadap strategi komunikasi. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai permasalahan ini, yakni melakukan kajian kuantatif guna melakukan tes seberapa efektif strategi komunikasi yang dilakukan oleh WCC Jombang dalam menekan angka kekerasan terhadap perempuan di Jombang. Riset bisa dilakukan kuisioner dengan responden masyarakat Jombang.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

A.Foss, Stephen W. Littlejohn dan Karen. 2009. Theoris Of Human

Communication. Terjemahan oleh Mohammad Yusuf Hamdan. Jakarta:

Salemba humanika.

Abdullah, Irwan (ed). 1997. Sangkan Paran Gender. Yogyakarata :Pustaka Pelajar.

Al Barry, Pius A Partanto, M. Dahlan. 2001. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: Arkola.

Alfan, Muhammad. 2013. Filsafat Kebudayaan. Bandung : Pustaka Setia. Arifin, Anwar. 1984. Strategi Komunikasi. Bandung: PT Amrico.

Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Azwar, Saefuddin. 2003. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bachtiar, Wardi. 1999. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah. Jakarta: Logos. Bemmelen, Sita Thammar Van. 2013. Menuju Masyarakat yang Adil Gender.

Bali: Veco Indonesia.

Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Sosial, Format-format kuantitatif

dan Kualitatif. Surabaya: Airlangga University Press.

Cangara, Hafied. 2000. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Cangara, Hafied. 2013. Perencanaan & Strategi Komunikasi. Jakarta: Rajawali Pers.

Effendy, Onong Uchjana. 2000. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Effendy, Onong Uchjana. 2005. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Effendy, Onong Uchjana. 2005. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Emery, Ault dan Agee. 1970. Introduction to Mass Communications. New York : Dadd Mead &Company.

Hadi, Sutrisno. 1991. Metodologi Research untuk Penulisan Paper, Skripsi,


(5)

Handayani, Trisakti Handayani. 2001. Konsep dan Teknik Penelitian Gender.

Malang:Pusat Studi Wanita dan Kemasyarakatan Universitas

Muhammadyah Malang.

Herdiansyah, Haris. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta : Salemba Humanika.

Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi 3. 2005. Jakarta: Balai Pustaka.

Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta. Liliweri, Alo. 2011. Komunikasi: Serba Ada Serba Makna. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group.

Moleong, Lexy J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Morrisan. 2013. Teori Komunikasi Individu Hingga Massa. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Mulyana, Deddy. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mulyana, Deddy. 2008. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Munir, Lily Zakiyah (ed). 1999. Memposisikan Kodrat : Perempuan dan

Prubahan dalam Prespektif Islam. Bandung: Mizan.

Muslikhati, Siti. 2004. Feminisme dan Pemberdayaan Perempuan dalam

Timbanagan Islam. Jakarta: Gema Insani.

Nasution, Zulkarimein. 1990. Prinsip-Prinsip Komunikasi untuk Penyuluhan. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Oey-Gardiner, Mayling. 1996. Perempuan Indonesia Dulu dan Kini. Jakarta:

Gramedia.

Rakhmat, Jalaluddin. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Rakhmat, Jalaluddin. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung: RemajaRosdakarya. Susanto, Astrid S. 1974. Komunikasi dalam Teori dan Praktek Jilid I dan II.

Bandung: Bina Cipta.

Turner, Richard West & Lynn H. 2014. Pengantar Teori Komunikasi, Analisis

dan Aplikasi Ed.3 Buku 2. Jakarta: Salemba Humanika.

Uha, Ismail Nawawi. 2012. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta : Dwi Pustaka Jaya.

Yukl, Gary. 2009. Kepemimpinan Dalam Organisasi. Terjemahan oleh Budi Supriyanto. Jakarta: P.T.Indeks.


(6)

Jurnal :

Catatan Tahunan Komisi Anti Kekerasan Terhadap Perempuan, “Kekerasan terhadap Perempuan Meluas: Negara Urgen Hadir Hentikan Kekerasan terhadap

Perempuan di Ranah Domestik, Komunitas Dan Negara”. Jakarta: Komnas

Perempuan, 7 Maret 2016.

Edriana Noerdin , “Organisasi Perempuan di Tengah Keterbukaan Politik”, Jurnal Afirmasi Women Research Institute, ISSN-2089-0281.

Tryas Retno Wulan, “Pemetaan Gerakan Perempuan Di Indonesia Dan Implikasinya Terhadap Penguatan Public Sphere Di Pedesaan”, Jurnal Studi

Gender & Anak , Vol.3, No.1, Jan-Jun 2008 pp.120-139, ISSN: 1907-2791 ,

Pusat Studi Gender STAIN Purwokerto. Skripsi:

Strategi Komunikasi Yayasan Kesejahteraan Tunanetra Islam (YAKETUNIS) Dalam Upaya Meningkatkan Pemahaman Keagamaan Pada Tunanetra yang ditulis oleh tahun 2010 Mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Strategi Komunikasi Pemberdayaan Masyarakat (Studi Kasus Kelompok Swadaya Wanita Di Yayasan Sosial Bina Sejahtera Cilacap) yang ditulis oleh Desy Sylvia Indra Visnu tahun 2014. Mahasiswi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Internet :