PARADIGMA KONSTRUKTIVISME DALAM STRATEGI. pdf

Paradigma Konstruktivisme dalam Strategi 2002
Penelitian Seni Hias Damarkurung & Lukisan Kaca
Jawa Timur

PARADIGMA KONSTRUKTIVISME DALAM
STRATEGI PENELITIAN SENI HIAS
DAMARKURUNG DAN LUKISAN KACA JAWA
TIMUR

Ika Ismurdyahwati
dipublikasikan pada Jurnal Seni Rupa dan Desain Vol.2 No.5 September 2002

Abstrak
Makna dan nilai ungkapan seni rupa dari keberadaan karya
seni rupa tradisi adalah suatu hal yang sangat perlu
dipelajari dan diteliti, mengingat keberadaannya yang
semakin langka. Sebelum karya-karya tersebut hilang sama
sekali, alangkah tepatnya bila kita serius memikirkan untuk
mengabadikan
dan
melestarikannya

dalam
bentuk
mempelajari konsep sekaligus titipan pesan pesanbagi
bangsanya dari generasi masa lampau, untuk generasi
sekarang, dan yang akan datang. Penggunaan konsep,
makna dan nilai ungkapan dalam wujud budayanya, bila
kita
sadari,
sebenarnya
sangat
penting
untuk
pengembangan masa depan seni rupa Indonesia. Adapun
penelitian yang dilaksanakan ini menggunakan penelitian
Icualitatif, dengan paradigma Konstruktivis sebagai model.
Sebab, tujuan yang terpenting ada/ah mencari substansi dari
keberadaanya, yakni dari seni hias Damarkurung dan
ragam Lukisan kaca Jawa Timur, yang nyaris punah,
ditelan zaman.
Kata Kunci: Seni hias Damarkurung, ragam lukisan kaca

Jawa Timur, makna dan nilai ungkapan seni
rupa, konsep dan titipan pesan, paradigma
konstruktivis, substansi karya.

1 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa & Desain Vol.2 No.5
September 2002

Paradigma Konstruktivisme dalam Strategi 2002
Penelitian Seni Hias Damarkurung & Lukisan Kaca
Jawa Timur

I. Pembuka: Seni
Dumarkurung
Ragam Lukisan
Jawa Timur

Hias
dan
Kaca


Seni hias Damarkurung
dan ragam lukisan kaca
Jawa Timur merupakan
suatu kajian seni rupa
tradisional
dari
wujud
budaya
berupa
karyakarya seni rupa dari
budaya masa lampau.
Dikarenakan
rendahnya
permintaan
produkproduk
tradisional
tersebut pada masa kini,
maka dengan sendirinya
membawa
dampak

berkurang
bahkan
terhentinya
praktik
kegiatan
memproduksi
barang-barang tradisi ini.
Hal
inilah
yang
menyebabkan
kekhawatiran bahwa karya
yang berbasis keterampilan
turun temurun ini, dalam
proses transfer keahlian
pada generasi berikutnya
terputus,
berarti
hilangnya
kemungkinan

pengembangan
dibidang
perupaan dan teknologi
tradisional,
meliputi
fungsi,
keunikan,

originalitas bentuk dan isi
yang pernah kita miliki.
Dengan
adanya
kecenderungan ini, perlu
disikapi dengan berbagai
kegiatan yang bertujuan
mencari kembali, nilainilai,
konsep
dan
sekaligus
titipan pesan-pesan bagi

bangsanya dari generasi
masa
lampau,
untuk
pengembangan seni rupa
masa kini dan yang akan
datang. Penelitian dari seni
hias Damarkurung dan
ragam lukisan kaca dari
Jawa Timur merupakan
salah satu upaya, dalam
bentuk perhatian bagi
karya-karya
tradisional
dari Jawa Timur, yang
nyaris
punah,
yang
diupayakan
kembali

konsep-konsep
dan
pesan-pesan yang pernah
dimilikinya. Karena seni
rupa tradisi Damarkurung
dan lukisan kaca Jawa
Timur, diduga memiliki
konsep dasar yang dapat
meningkatkan mutu karyakarya seni rupa Indonesia
yang lebih berkepribadian
bangsa, asal Jawa Timur
di masa depan.

2 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa & Desain Vol.2 No.5
September 2002

Paradigma Konstruktivisme dalam Strategi 2002
Penelitian Seni Hias Damarkurung & Lukisan Kaca
Jawa Timur
II. Makna dan Ungkapan

Seni Rupa Tradisi
Sehubungan dengan peml
ahasan tentang makna
dan ungkapan karya seni
rupa tradisi, dalam proses
penciptaannya,
meliputi
pula
proses
kreatif
senimannya sebagai latar
belakang dari keberadaan
karya seni itu sendiri.
Karena karya seni itu
sendiri
merupakan
pernyataan seutuhnya dari
seniman
yang
menciptakannya.

Untuk
lebih
jelasnya
dari
pembahasan
ini
yang
berhubungan
dengan
persoalan seniman dalam
proses
seni,
perlu
diketengahkan
pula
pembahasan konteks seni
secara umum. Adapun
penggambarannya adalah
sebagai berikut:
...antara seniman dan

publik
seni,
terdapat
benda
seni
yang
bermakna nilai seni dan
ungkapan
seni
berdasarkan pengalaman.
Pengalaman yang didapat
seniman,
berupa
pengalaman
estetikartistik,
pengalaman
diluar
pengalaman

manusia

sendiri
dan
pengalaman dari hasil
komunikasi
sehari-hari.
Hal
inilah
yang
merupakan latar belakang
yang
penting
dari
keberadaan suatu karya
itu
sendiri
(Ismurdyahwati,
2002:
30-31).

Keberadaan budaya dan
seni rupa tradisi, juga
tidak
terlepas
dari
keberadaan
manusia
sebagai
seniman
penciptanya.
Sehingga
setiap seniman menjadi
kreatif dan besar karena
bertolak dari bahan yang
telah tersedia sebelumnya.
Inilah yang biasa kita
sebut
`Tradisi'
(Jakob
Soemardjo,
2000:
84).
Setiap
seniman
belajar
berkesenian dari tradisi
masyarakatnya. Tradisi seni
atau dengan istilah lain
yakni
loudaya
seni',
sebenarnya
telah
ada
sebelum sang seniman
dilahirkan. Budaya seni
yang kemudian menjadi
budaya
tradisi
ini
sebenarnya
juga
merupakan
kumpulan
warisan mengenai apa dan
bagaimana
seni
itu
berdasarkan pemahaman

3 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa & Desain Vol.2 No.5
September 2002

Paradigma Konstruktivisme dalam Strategi 2002
Penelitian Seni Hias Damarkurung & Lukisan Kaca
Jawa Timur
masyarakatnya.
Oleh
karena
itu
untuk
mengungkap makna seni
rupanya,
bisa
menggunakan
berbagai
cara, diantaranya melalui
konsep-konsep dan titipan
pesan yang berupa simbolsimbol. Hal ini biasanya
diekspresikan
dalam
beragam bentuk, antara
lain
berupa
gambargambar dekoratif dan ragam
hias yang dijadikan simbolsimbol, yang biasa dipakai
sebagai
sarana
dan
pelengkap
kepentingan
kegiatan-kegiatan
yang
bersifat ritual. Sedangkan
titipan pesan ini yang
berupa simbol itu sendiri
merupakan
satuan
terkecil dan terpenting
dari segala tindakan yang
bersifat ritual tersebut.
Oleh
Victor
Turner
dijelaskan sebagai berikut:
The symbol is the smallest
unit of ritual which still
retains
the
specific
properties
of
ritual
behavior, it is the ultimate
unit of specific structure in
ritual contexs...The symbol
I observed in the field
were, empirically, objects,
activities,
relationships,
events
gestures,
and
spatial units in a ritual

situation.

(Victor Turner. 1967: 19).

Kemudian
Primadi
Tabrani
menjabarkan
tentang ciri dan konsep
karya seni rupa tradisi
Indonesia, sebagai berikut:
Dalam perupaan seni tradisi di
Indonesia
talc
ada
yang
senaturalis atau seabstrak barat,
yang disukai dekoratif dan
ragam hias, juga talc ada yang
sesimetri atau asimetri barat,
yang disukai keseimbangan
dinamis. Juga talc disukai
berfikir dan berkomunikasi
sekongkrit atau seabstrak barat,
lebih disukai yang magissimbolis (Primadi Tabrani.
1999:3).

Dari ciri dan konsep yang telah
dikemukakan tersebut, oleli
Primadi
Tabrani
kemudian
ditambahkan
lagi
dalam
tulisannya bahwa, dalam bentuk
gambar, unsur rupa, cara berpikir
dan
berkomunikasi,
pada
masyarakat tradisi Indonesia
sebenarnya
merupakan
penjabaran
dari
falsafah
dualisme dwi tunggal dan
tritunggal.
Tidak
mengherankan
bila
sejarah dan lingkungan tersebut
berpengaruh
kuat
pada
kepercayaan asli penduduk

4 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa & Desain Vol.2 No.5
September 2002

Paradigma Konstruktivisme dalam Strategi 2002
Penelitian Seni Hias Damarkurung & Lukisan Kaca
Jawa Timur
kawasan ini (300 suku dengan
350 bahasa, lengkapnya sekitar
580 bila termasuk dialek).
Sejarah
dan
lingkungan
tersebut di atas memunculkan
tradisi nusantara yang bersifat
dualisme dwitunggal (sebagian
pakar
menyebutnya
mono
dualisme) dan tri. Ada dunia
atas, ada pula dunia bawah,
keduanya bukan lawan, tapi
rekan. Untuk menjamin kerja
sama dibentuklah dunia tengah.
Kemajuan bukan basil konflik
antara dualisme tersebut, tapi
basil integrasi antara keduanya.
Jadi dualime dwitunggal dan tri
sudah ada sejak semula,
kemudian diperkaya dengan
masuknya Hindu, Budha, Cina
dan
sebagainya.
(Primadi
Tabrani. 1999: 2-3).
Konsep ini telah diterapkan dalam
karya-karya seni rupa tradisi, yang
ternyata merupakan pemersatu
kawasan
Nusantara
bercorak
bhineka tunggal ika dan termasuk di
dalamnya, karya-karya seni rupa
tradisi dan Jawa Timur.

III. Paradigma
Konstruktivisme
Perlu dikemukakan di sini bahwa
pembahasan hanya dibatasi pada
paradigma
pencarian
ilmu
pengetahuan (discipline inquiry
paradigm). Menurut Guba dan
Lincoln (dalam Denzin dan Lincoln,
1994: 106-107), yaitu suatu
keyakinan dasar yang digunakan
berbagai kalangan untuk mencari

kebenaran realitas menjadi suatu
ilmu atau disiplin ilmu tertentu.
Namun secara umum, oleh Agus
Salim (2001: 33) dijelaskan bahwa,
paradigma dapat diartikan sebagai
seperangkat
kepercayaan
atau
keyakinan dasar yang menuntun

seseorang dalam bertindak
dalam
kehidupannya
sehari-hari.
Sehingga dapat dikatakan
bahwa
paradigma
juga
dapat
disikapi
sebagai
sistematika konsep atau
kerangka
konsep
yang
berupa laporan yang diberi
bentuk atau model yang
bersifat terbuka, disusun
berdasarkan perspektif dan
pola
pemikiran
tertentu
dalam menyusun realitas
pemahaman.
Bentuk
laporan
yang
dibuat
berdasarkan model tertentu
ini menceritakan semua
proses dunia penelitian yang
dilakukan oleh para peneliti
dengan hasil yang lebih
fokus dan lebih terbuka.
Guba dan Lincoln (1994,
disarikan oleh Agus Salim,
2001: 48-49) menyebutkan
bahwa, penelitian kualitatif
umum dapat ditarik tiga
kegiatan
generik
yang
saling
terkait
dalam
mendefinisikan proses kerja
penelitian kualitatif, yakni
dimensi ontologi, dimensi

5 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa & Desain Vol.2 No.5
September 2002

Paradigma Konstruktivisme dalam Strategi 2002
Penelitian Seni Hias Damarkurung & Lukisan Kaca
Jawa Timur
epistemologi,
metodologi.

dimensi

Sistem
berpikir/perspektif
konstruktivis
dalam
penelitian berorientasi pada
metodologi kualitatif. Seperti
pada umumnya penelitianpenelitian kualitatif selalu
memiliki perspektif, strategi
dan
cara
kerja
yang
beragam, oleh karena itu
secara inhrn menggunakan
multi-metode (triangulation)
dalam satu fokus, yaitu
yang
dikendalikan
oleh
masalah
yang
diteliti
(Denzin dan Lincoln. 1994:
2). Komposisi yang baik dari
multi-metode, bahan-bahan
empiris, sudut pandang dan
pengamatan yang teratur
berfungsi dalam menambah
keluasan dan kedalaman
dari penelitian seni hias
Damarkurung dan ragam
lukisan kaca dari Jawa
Timur.
Penggunaan
paradigma
konstruktivis
dalam
penelitian
ini
dilandasi
pemikiran bahwa, seni hias
Damarkurung dan ragam
lukisan kaca dari Jawa
Timur, 1). mengacu pada
sejumlah
realitas
yang
harus dideskripsikan dan
dikonstruksikan
dalam
rangkaian
penggambaran,

yakni kajian ungkapan rupa
yang
berupa
tradisional
makna dan nilai ungkapan
seni rupa pada seni hias
Damarkurung dan ragam
lukisan kaca dari Jawa
Timur. Kemudian rangkaian
peristiwa dari, aspek latar
belakang
budaya
Damarkurung,
aspek
keberadaan agama Islam di
Gresik,
aspek
sejarah
budaya tradisional, aspek
budaya lukisan kaca di
Jawa
Timur.
Berikut
rangkaian
narasi
dari
makna bahasa rupa dan
simbolik Damarkurung dan
lukisan kaca, 2). Kegandaan
realitasnya
mengemban
makna yang tidak identik
dengan
kenyataan
kongkritnya, karena adanya
pola pikir masyarakat masa
lampau dari Damarkurung
dan ragam lukisan kaca yang
kaya makna simbolik dan
bahasa
rupanya,
3).
Mengemban nilai ideologis
yang tidak tertampilkan
secara
langsung,
4).
Pemahaman
konstruksi
narasi, dunia makna, dan
nilai
ideologis
antara
pemahaman deskripsi pada
karya visual Damarkurung
dan ragam lukisan kaca
Jawa Timur dengan dunia
pengalarnan
dan
pengetahuan peneliti secara

6 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa & Desain Vol.2 No.5
September 2002

Paradigma Konstruktivisme dalam Strategi 2002
Penelitian Seni Hias Damarkurung & Lukisan Kaca
Jawa Timur
interpretative.

Perspektif konstruktivis dari
penelitian
seni
hias
Damarkurung dan ragam
lukisan kaca Jawa Timur,
dapat
dikenali
berdasarkan
konsepnya terhadap 1).
realitas sasaran penelitian,
2).
hubungan
antara
subyek
penelitian
dan
obyek penelitian, 3). esensi
pemahaman.
a).
Realitas
Penelitian

Sasaran

Dalam
perspektif
konstruktivis
realitas
disikapi sebagai 1). fakta
yang
diproduksi
oleh
peneliti,
2).
bersifat
terbuka dan dinamis, 3).
bersifat ganda, dan 4).
mengemban makna yang
mengatasi
wujud
kongkritnya
sendiri.
Dalam
penelitian
seni
hias Damarkurung dan
Lukisan Kaca Jawa Timur,
misalnya
pada
tahap
penelitian
awal
dihadapkan
pada
fenomena
pre
teks.
Misalnya,
Damarkurung
sebagai benda lampion,
beragam seni bias dari

Damarkurung, senimannya,
lingkungan
yang
berhubungan
dengan
keberadaan Damarkurung.
Kemudian lukisan kaca,
ragam
lukisan
kaca,
senimannya,
lingkungan
yang berhubungan dengan
keberadaan lukisan kaca,
dan sebagainya, sebagai
realitas.
Seni
hias
Damarkurung dan ragam
lukisan kaca Jawa Timur,
mesti diproduksikan dari
sejumlah
fenomena
tersebut melalui prosedur
dan cara kerja te,.tentu.
Penentuan
berbagai
fenomena pre teks dan teks
dari
visualisasi
karyakarya
tersebut,
yang
nantinya terkonstruksikan
bersifat
terbuka
dan
dinamis. Fenomena yang
diakumulasikan
bisa
ditambah/dikurangi.
Fokus utama penelitiannya
pun
bukan
memburu
esensi, melainkan pada
prosedur
pengkonstruksian sasaran
penelitian secara deskripsi
dan
interpretasi.
Konstruksi
dari
pemahaman
penelitian
Seni hias Damarkurung
dan ragam lukisan kaca

7 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa & Desain Vol.2 No.5
September 2002

Paradigma Konstruktivisme dalam Strategi 2002
Penelitian Seni Hias Damarkurung & Lukisan Kaca
Jawa Timur
Jawa
Timur,
tersusun
dalam
narasi
yang
disertai
komentar
dan
nilai ideologis.
Realitas penelitian seperti
di atas disikapi sebagai
lcenyataan'
yang
mengatasi
wujud
kongretnya
sendiri.
Konstruksinya ditentukan
oleh intensi, pengalaman,
pengetahuan
dan
penggambaran
subyek
peneliti karena realitas
hasil
interpretasi
merupakan
hasil
penelitian
tersebut.
Realitas berupa seni hias
Damarkurung di Gresik
misalnya, dalam konteks
visualnya
tidak
hanya
dilihat dari kenyataannya
sebagai `seni hias' saja,
selain dilihat dari segi
bentuk/desain, tapi juga
dilihat
bagaimana
menggambarnya.
Termasuk symbol, makna,
fungsi tokoh, binatang,
pohon, air, bebatuan dan
sebagainya.
Cara
penempatan tokoh yang
penting dan yang tidak
penting, baik-jahat, tuamuda,
laki-perempuan,
menang-kalah,
datang
duluan-datang

belakangan,
diceritakan
duluan dan belakangan,
flash-back,
tamu-tuan
rumah, dan semacamnya.
Demikian
juga
dengan
realitas lukisan kaca dan
ragamnya. Dalam konteks
visualnya
tidak
hanya
dilihat sebagai `lukisan'
saja tetapi dilihat juga
secara keseluruhan, sama
halnya `melihat' seni hias
Damarkurung.

b). Peneliti dan obyek
penelitian

Dalam
perspektif
konstruktivis, sebagaimana
dalam penelitian kualitatif
pada umumnya antara
obyek
penelitian
dan
subyek penelitian tidak
berjarak.
Dinyatakan
demikian karena
konstruksi fakta penelitian
bukan
semata-mata
diarahkan oleh realitas
yang terindrakan, tetapi
juga
oleh
dunia
pengalaman, pengetahuan
dan intensi peneliti. Maka
hubungan
epistemologi
sebagai filsafat keilmuan,
hubungan
antara
pengamat dan obyek yang

8 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa & Desain Vol.2 No.5
September 2002

Paradigma Konstruktivisme dalam Strategi 2002
Penelitian Seni Hias Damarkurung & Lukisan Kaca
Jawa Timur
diamati
bersifat
satu
kesatuan, subyektif dan
merupakan
hasil
perpaduan
interaksi
antara keduanya. Dengan
demikian
secara
metodologis, menerapkan
metode hermeneutic dan
interaksi
dialog
dalam
mencapai kebenaran (Agus
Salim,
2001:
41-42).
Proses kerjanya adalah,
metode pertama dilakukan
melalui
identifikasi
kebenaran
atau
konstruksi pendapat dari
orang perorang, sedangkan
metode kedua mencoba
untuk
membandingkan
dan
menyilangkan
pendapat
dari
orang
perorang yang diperoleh
dari metode pertama. Hal
ini
dilakukan
untuk
memperoleh kesepakatan
bersama dalam mencapai
kebenaran.
Dengan
demikian hasil akhirnya
merupakan
perpaduan
pendapat yang bersifat
relatif,
subyektif
dan
spesitik mengenai hal-hal
tertentu.
c). Esensi pemahaman

Tujuan
menggunaan
model Konstruktivis dalam

penelitian adalah, untuk
menyusun/memproduksi
pemahaman/deskripsi
serta
menafsirkan
dan
mengkonstruksikan
pemahaman sesuai dengan
fokus atau nilai tujuan
yang
ingin
dicapai.
Pemahaman
dari
penelitian
seni
hias
Damarkurung dan ragam
Lukisan kaca Jawa Timur,
dapat
misalnya,
dikonstruksikan menjadi
bagian dari, sejarah Gresik
(asal
muasal
Damarkurung),
sejarah
pembagian daerah di Jawa
Timur
berdasarkan
keragaman
kebudayaan
regionalnya, cerita legenda
Sunan Giri, keberadaan
mitos di daerah-daerah
Jawa
Timur,
sejarah
kebudayaan Jawa Timur,
dan
berbagai
label
konstruksi sesuai dengan
target
hasil
yang
ditentukan oleh peneliti.
Oleh karena itu, apa yang
disebut
kredibilitas
temuan maupun validitas
hasil
temuan
mesti
diacukan
pada
dunia
kehidupan sebagaimana
ada
dalam
kehidupan

9 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa & Desain Vol.2 No.5
September 2002

Paradigma Konstruktivisme dalam Strategi 2002
Penelitian Seni Hias Damarkurung & Lukisan Kaca
Jawa Timur
dunia pengalaman. Dalam
penjelasan van Manen,
deskripsi... validated by
lived exsperience and it
validates lived experience
(van Manen, 1990:11).
IV. Strategi
dalam
Konstruktivis

Penelitian
Perspektif

Straregi penelitian dalam
perspektif
konstruktivis
dapat
dikembangkan
berdasarkan triangulation,
misalnya
dengan
memodifikasi
konsepsi
metodologis dalam strategi
penelitian
lapangan,
interaksi
simbolik
dan
naturalistik,
kemudian
mengkonstruksikannya
sesuai
dengan
tujuan
penelitian (Lincoln dan
Guba, 1994).
Sehubungan
dengan
pembahasan
tersebut,
dalam
mengkonstruksi
pemaknaan
penelitian
Damarkurung
dan
Lukisan
Kaca
tersebut
berdasarkan
konseptualisasi
masyarakat, sangat perlu
ditekankan
dalam
membangun
sendiri
kerangka
pemikirannya.
Sejalan dengan penelitian

tersebut, penelitian ini
telah
menggunakan
4
tahapan yakni: grounded
research yang merupakan
penelitian
yang
dipersiapkan
untuk
penelitian
berikutnya,
sehingga memungkinkan
untuk ditindak lanjutin
dalam
penelitianpenelitian
berikutnya.
Kemudian menggunakan
etnoinetodologi,
sebagai
cara untuk mendapatkan
data
dengan
cara
bertukar pengalaman dan
pemikiran
antara
pewawancara dan yang
diwawancarai. Kemudian
alur pemikiran naturalistik
dan
interaksi
simbolik
untuk menyusun kerangka
berpikirnya.
Model
naturalistik
artinya,
menggunakan
manusia
sebagai instrumen utama,
dengan
pertimbangan
suatu phenomena hanya
dapat
ditangkap
maknanya
dalam
keseluruhan
bila
merupakan
suatu
bentukan dari hasil peran
timbal
batik
dan
memanfaatkan
pengetahuan
tak
terkatakan yang dapat
memperkaya hal-hal yang

10 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa & Desain Vol.2 No.5
September 2002

Paradigma Konstruktivisme dalam Strategi 2002
Penelitian Seni Hias Damarkurung & Lukisan Kaca
Jawa Timur
diekspresikai:. Sedangkan
interaksi
simbolik,
diperlukan
untuk
memahami
bahwa
perilaku dan interaksi
manusia
itu
dapat
diperbedakan
karena
ditampilkan lewat simbol
dan maknanya. Mencari
makna
dibalik
yang
sensual menjadi penting
dalam interaksi simbolik
(Ismurdyahwati,
2002:
239). Oleh
karena
itulah
dalam
kondisi demikian peneliti
dapat
mengembangkan
metodenya sendiri dengan
mempelajari
sejumlah
konsep metodologis yang
ada
karena
qualitative
research is inheretly multimethod in focus (Denzin
dan
Lincoln,
1994).
Adapun
prosedur
kajiannya
sebagaimana
dalam penelitian kualitatif
pada umumnya meliputi
daur
hubungan
(i)
penggambaran fokus, (ii)
pengumpulan
data,
(iii)
analisis
data
dan
pemaknaan,
serta
(iv)
produksi
pemaharnan
(Aminuddin. 1999: 38)
a). Penggambaran fokus.

Penggambaran
fokus
dilakukan
berdasarkan
perolehan
pengalaman
dari
hasil
observasi,
interaksi
dengan
masyarakat
pendukung,
dan kegiatan mempelajari
dokumen yang relevan.
Dalam penelitian seni hias
Damarkurung dan ragam
lukisan kaca dan Jawa
Timur misalnya, peneliti
melakukan interaksi awal
dengan seseorang yang
mengetahui kemungkinan
peta sasaran, tempat, dan
aktivitas
masyarakat
pendukung
berkenaan
dengan
seni
hias
Damarkurung dan ragam
lukisan kaca. Berdasarkan
informasi tersebut peneliti
melakukan peninjauan ke
daerah asal Damarkurung
diciptakan, berikut ragam
lukisan
kacanya.
Berinteraksi dengan para
senimannya,
juga
berinteaksi dengan tokoh
kesenian masyarakat yang
dianggap
mengetahui
ikhwal Damarkurung dan
tokoh
kesenian
masyarakat dan berbagai
daerah yang berkenaan
dengan lukisan kaca di
Jawa Timur. Kemudian
mengunjungi
makam

11 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa & Desain Vol.2 No.5
September 2002

Paradigma Konstruktivisme dalam Strategi 2002
Penelitian Seni Hias Damarkurung & Lukisan Kaca
Jawa Timur
tempat
Damarkurung
biasa
dipajang
untuk
dijual pada saat menjelang
bulan
puasa
sambil
melakukan
interaksi
dialogis
dengan
masyarakat
dan
pengunjung
lainnya
disekitar makam. Selain
itu
peneliti
mencoba
menelusuri
jejak
keberadaan Damarkurung
dari jaman Hindu-Budha
yang masih ada dan
tersisa
sebagai
kelengkapan
upacaraupacara Ngaben (upacara
kremasi jenazah) di daerah
Bali.
Kemudian
dilanjutkan
dengan
menemukan
informasi
awal tentang peninggalanpeninggalan ragam lukisan
kaca dari masyarakat atau
orang-orang yang masih
menyimpan karya-karya
tersebut, hingga pada
karya-karya tertua yang
masih
sanggup
diketemukan,
berikut
ragam
gaya
masingmasing daerahnya.
Dari hasil kerja di atas,
secara berurutan peneliti
menentukan
fokus
penelitian, yakni (i) ciri-ciri
bentuk
seni
hias

Damarkurung,
(ii)
perubahanperubahan yang
terjadi, (iii) fungsi seni hias
dan lukisan kaca, (iv)
guna
seni
hias
dan
lukisan
kaca
sebagai
benda
ritual,
(v)
perbandingan
Damarkurung dan lukisan
kaca.
Sejalar:
dengan
penggambaran
fokus
terse'iut, juga dilakukan
penggambaran
pokokpokok
persoalan,
jangkauan isi, tujuan, dan
target
hasil
yang
ditentukan.
Pengumpulan data

Dalam
perspektif
konstruktivis,
penelitian
disikapi sebagai proses
"pengadaan pemahaman".
Dalam penelitian seni hias
Damarkurung dan ragam
lukisan kaca di Jawa
Timur
demikian
data
terkumpulkan
dalam
bentuk catatan lapangan,
catatan hasil wawancara
terstruktur,
transkripsi
rekaman tapes recorder
dan hasil rekaman gambar
video,
tulisan
hasil
wawancara
mendalam,
gambar/rekaman
foto
obyek
yang
relevan.

12 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa & Desain Vol.2 No.5
September 2002

Paradigma Konstruktivisme dalam Strategi 2002
Penelitian Seni Hias Damarkurung & Lukisan Kaca
Jawa Timur
Dengan
sendirinya
"pengadaan pemahaman"
tersebut
berlangsung
terus menerus melalui
pemahaman
ulang
rekonstrusi. Pengumpulan
data tersebut ibarat bola
salju yang terus membesar
dan menggelinding sampai
pada satu titik yang sudah
dianggap memadai.
Data catatan lapangan
berisi catatan observasi
obyek
yang
relevan
dengan
seni
hias
Damarkurung dan ragam
lukisan kaca dari Jawa
Timur. Hasil `komunikasi
timbal-balik'
dengan
masyarakat pendukung,
dan hal-hal lain yang
dianggap relevan. Hasil
wawancara
terstruktur
berisi
informasi
berdasarkan rincian fokus
yang
sejalan
dengan
informasi yang diperoleh
melalui
lapangan.
Sementara rekaman tapes
berisi
uraian
recorder
tentang
cerita
Damarkurung dan ragam
lukisan kaca Jawa Timur
dari para informan kunci
dan penjelasan lanjut detil
permasalahan yang perlu
dipahami. Perincian fokus

dan
detil
pemahaman
lanjut
ini,
senantiasa
memperhatikan
demensi
persepsi
historiografis,
lingkungan
kehidupan,
konteks sosial budaya dan
kategori lain sebagaimana
dipilih peneliti. Kegiatan
pengumpulan data tersebut
dihentikan ketika peneliti
sudah
layak
membuat
keputusan konstruksi teks
visual
yang
memiliki
makna
dan
ekspresi
pemahaman yang sejalan
dengan fokus dan target
hasil yang ditetapkan.
c). Analisis data
Model analisis data yang
digunakan
berdasarkan
perpektif
konstruktivis
diarahkan
oleh
itensi,
kategori yang ditentukan,
dan target hasil yang ingin
diperoleh. Dalam kegiatan
analisis
data,
sistematikanya
sebagai
berikut:

 Kongkretisasi:
perwujudan
'isi
penulisan'
berdasarkan
dunia
pengalaman
yang
diperoleh dari data
penelitian amaupun
dari
interaksi
13 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa & Desain Vol.2 No.5
September 2002

Paradigma Konstruktivisme dalam Strategi 2002
Penelitian Seni Hias Damarkurung & Lukisan Kaca
Jawa Timur
partisipatif.
Sejalan
dengan
topik
penelitian, yakni seni
hias
Damarkurung
dan ragam lukisan
kaca, meesti tertampil
dalam
bentuk
peristiwa yang secara
potensial
dapat
membangun
story
line. Kongkretisasi ini
juga mengacu pada
pencitraan kata-kata,
ungkapan, dan satuan
peristiwa,
misalnya
kata nglencer, lailatul
qadar, Idul Fitri, dan
peristiwaperistiwa
yang
berkenaan
dengan Idul Fitri. Dari
hasil kongkretisasi ini
peneliti
dapat
melakukan
skematisasi
dan
pemetaan.
Hasil
kongret dari kegiatan
ini
adalah
draft
strukturasi
raw
material (Aminuddin,
1999:40)
dengan
catatan
tambahan/
antisipasi pemaknaan
peneliti.
 Partisipasi
kreatif
merupakan kerjasama
'habis-habisan' antara
peneliti
dengan

obyek yang diteliti.
Proses ini bisa dalam
bentuk
membaca
berulang-ulang hasil
teks
visualisasi
pelibatan din dalam
obyek
pengam.atan
untuk mempertegas
dan
memperkaya
pengalaman,
serta
hasil
wawancara
mendalam
secara
intersubyektif. Hasil
kongkretnya
adalah
catatan
hasil
pemaknaan,
antisipasi hubungan,
penafsiran
fungsi,
dan
interpretasi
berkenaan
dengan
kategori kehidupan,
salah satunya adalah
kategori
kehidupan
sosial-keagamaan.
Kegiatan ini selain
menghasilkan
catatan-catatan
tambahan
juga
keutuhan data yang
semula
terasa
timpang.
 Sistemisasi:
penentuan
penghubung
antara
butr
kongkretisasi
dan hasil partisipasi
kreatif. Hasil kegiatan

14 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa & Desain Vol.2 No.5
September 2002

Paradigma Konstruktivisme dalam Strategi 2002
Penelitian Seni Hias Damarkurung & Lukisan Kaca
Jawa Timur
ini berupa spesifikasi
dan
pengelompokan
data,
gambaran
struktur
pertalian
peristiwa dan makna,
dan
interpretasi
kategori sesuai tujuan
penelitiannya.
Kerangka sistemisasi
ini diarahkan pada
fokus penelitian yang
telah ditetapkan, dan
sistemisasi
ini
mengacu
pada
penggarapan informasi
tentang
(i)
ciri-ciri
bentuk
seni
hias
Damarkurung,
(ii)
Perubahanperubahan
yang
terjadi,
(iii)
fungsi seni hias dan
lukisan
kaca,
(iv)
guna seni hias dan
lukisan sebagai benda
ritual,
(v)
perbandingan
Damarkurung
dan
lukisan kaca.
 Deskripsi:
penyusunan
ekspresi
pemahaman
berdasarkan hasil
kongretisasi,
partisipasi kreatif
dan
sistemisasi.
Dalam

pelaksanaan yang
dilakukan secara
tertulis
juga
berlangsung
kegiatan `membaca
dan menulis ulang'
(Aminuddin.
1999:40). Kegiatan
`membaca'
mengacu
pada
tindak pemahaman
secara
skematis
terhadap
draft
yang
telah
dihasilkan.
Sementara
kegiatan `menulis
ulang'
mengacu
pada kegiatan rethingking,
refleeting,
recognizing, dan revising.
Kegiatan
tersebut
juga
menunjukkan
bahwa writing juga
merupakan cara
memperoleh
pemahaman
maupun analisis
atas pemahaman
(van Manen, 1990,
Richardson, 1994).
 Interpretasi:
merupakan kegiatan
penyingkapan
pemahaman lanjut

15 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa & Desain Vol.2 No.5
September 2002

Paradigma Konstruktivisme dalam Strategi 2002
Penelitian Seni Hias Damarkurung & Lukisan Kaca
Jawa Timur
tersebut
yang
dilakukan
dengan
mengartikulasikan
dan
memproyeksikan
pemahaman secara
hermeneutis, yakni
berusaha
melihat
abstraksi
pemahaman
dari
segi historiografis,
perspektif
dalam
kehidupan
sosial
masyarakat,
maupun
kemungkinan
penghadirannya
dalam
kehidupan.
Interpretasi tersebut
bisa
berlangsung
secara
antisipasif
prospelctif
dan
resptrospelctif
Dalam
konsepsi
Gadamer,
Hermeneutics sees
history as a living
dialogue beetween
past, present, and
future
(Gadamer,
1990,
dalam
Aminuddin, 1990:
40).
Interpretasi
juga dapat disikapi
sebagai
bentuk
tindak
berfikir
melalui re-living, recreating
dan

transposisi,
guna
membentuk
ekspresi
pemahaman
yang
baru (Dilthey, 1990:
162). Jadi setelah
memperoleh
deskripsi seni hias
Damarkurung dan
ragam lukisan kaca,
peneliti
menginterpretasika
n
gambaran
berbagai
tokoh,
berbagai
gambar
yang dihasilkannya,
berbagai
motif
lakuan
dan
visi
ideologis
yang
relevan
dengan
kehidupan
sosialkeagamaan di masa
sekarang.
 Formasi:
mengacu
pada aktivitas yang
oleh
Heidegger
disebut sebagai "inorder-to"
which
belong that totality
(Heidegger,
1990:225).
Akumulasi
pemahaman
atas
hasil interpretasi ,
disebut
sebagai
grand-theory
ataupun
pada

16 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa & Desain Vol.2 No.5
September 2002

Paradigma Konstruktivisme dalam Strategi 2002
Penelitian Seni Hias Damarkurung & Lukisan Kaca
Jawa Timur
tataran
formal.
Dalam
konteks
penelitian
teks
visual dan seni hias
Damarkurung dan
ragam lukisan kaca,
pada tataran ini
peneliti menyusun
catatan-catatan
hasil
interpretasi
dan
strukturasi
deskripsi
dan
mengkonstruksikan
nya dalam bentuk
paparan.
naratif.
Pada
tataran
interpretasi
dan
formasi
juga
berlangsung
kegiatan
`memikirkanmenemukan'
dan
`menemukanmemikirkan' lewat
wahana
kebahasaan. Dalam
hal
demikian
bahasalah
berperan
memproduksikan
realitas
dan
pemahaman.
Dengan kata lain, I
language does not
'reflect'
social

reality, but produces
meaning,
creates
social
reality
(Richardson, 1994).

17 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa & Desain Vol.2 No.5
September 2002

Paradigma Konstruktivisme dalam Strategi 2002
Penelitian Seni Hias Damarkurung & Lukisan Kaca
Jawa Timur
DAFTAR PUSTAKA
Aminddin. 1999. Paradigma Konstruktivitas Dalam
Penelitian Tradisi Lisan Sunan Giri, di Gresik Jawa
Timur. Dalam WARTA ATL. Jurnal Pengetahuan dan
Komunikasi Peneliti dan Pemerhati Tradisi Lisan.
Edisi V/Juni/ 1999.
Denzin, K. Norman, dan Yvonna S. Lincoln (Ed). 1994.
Handbook Of Qualitatif Research. Thousand Oak: Sage
Publication.
Dilthey, Wilhelm. 1992. The Hermeneutics of the Human
Science. Dalam The Hermeneutics Reader. Kurt
Mueller-Vollmer (Ed). New York: Continuum.
Guba, Egon G. dan Yvonna S. Lincoln (Ed).
1994. Competing Paradigms in Qualitatif Research.
Part II. Mayor Paradigms And Perspektif Dalam
Handbook Of Qualitatif Research. Norman K. Denzin
dan Yvonna S. Lincoln (Ed). Thousand Oak: Sage
Publication.
and
Heidegger,
Martin.
1990.
Pheno,
rienology
Fundamental Ontology. The Disclosure Of Meaning.
Dalam The Hermeneutics Reader. Kurt MuellerVollmer (Ed). New York: Continuum.
Ismurdyahwati, Ika. 2002. Seni Hias Damarkurung Dan
Lukisan Kaca Jawa Timur. Suatu Kajian Seni Rupa
Tradisional. Surabaya: Studio G, Production.
Jakob Soemardjo. 2000. Filsafat Seni. Bandung: Penerbit
ITB.
Richardson, Laurel. 1994. Writing Method of Inqury. Dalam
Handbook Of Qualitatif Research. Norman K. Denzin
dan Yvonna S. Lincoln. Thousand Oak: Sage
Publications.
18 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa & Desain Vol.2 No.5
September 2002

Paradigma Konstruktivisme dalam Strategi 2002
Penelitian Seni Hias Damarkurung & Lukisan Kaca
Jawa Timur
Salim, Agus (Penyunting). 2001. Teori dan Paradigma
Penelitian
Sosial
(dari
Denzin
Guba
dan
Penerapannya). Tiara Wacana: Yogyakarta.
Tabrani, Primadi. 1999. Menggali Konsep Kria Tradisi
Untuk Keunggulan Seni Rupa Masa Depan. Proceding
Konperensi Tahun Kria dan Rekayasa. Bandung, 26
Nopember 1999, ITB.
Turner, Victor. 1967. The Forest Of Symbols. Aspects Of
Ndembu Ritual. Cornell
Paperbacks. Cornell
University Press. Ithaca and London.
van Manen, Max. 1990. Researching Lived Experience. New
York: State University of New York Press.

19 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa & Desain Vol.2 No.5
September 2002