KSIAA-01. INVESTASI TEKNOLOGI INFORMASI DAN KINERJA KEUANGAN: APLIKASI DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) PADA PERUSAHAAN YANG SUKSES MELAKUKAN INVESTASI TEKNOLOGI INFORMASI
INVESTASI TEKNOLOGI INFORMASI DAN KINERJA KEUANGAN: APLIKASI DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) PADA PERUSAHAAN
YANG SUKSES MELAKUKAN INVESTASI TEKNOLOGI INFORMASI Ronny Prabowo
Universitas Kristen Satya Wacana Yayuk Ariyani
Universitas Kristen Satya Wacana ABSTRACT
This research aims to test whether firms that successfully invest in information technology (IT) financially outperform their counterparts (control group). Successful firms are firms that are awarded by two business magazines (Swa and Warta Ekonomi). Instead of only using test of mean difference, we also rely on Data Envelopment Analysis (DEA), a mathematical approach to analyze the relative efficiency of individual economic entities compared to other entities. We use CMOM (Computer Model for Operation Management) for data analysis. Result shows that more numbers of successful firms reach the absolute value of efficiency (100%) compared to the control firms.
Keywords: IT investments, Data Envelopment Analysis (DEA),financial performance
LATAR BELAKANG PENELITIAN
Kontribusi teknologi informasi (TI) dalam menciptakan nilai tambah bagi perusahaan merupakan salah satu isu kontroversial dalam bidang economics of information technology. Mengutip data dari berbagai sumber, Santoso (2004) menunjukkan bahwa prosentase kegagalan investasi TI di AS dan Eropa cukup tinggi. Dengan menganalisis artikel penelitian yang memakai data level perusahaan, industri, dan ekonomi nasional, Brynjolfsson (1993) tidak menemukan kenaikan signifikan pada produktivitas ekonomi AS walaupun terjadi investasi TI yang sangat besar. Temuan Poston dan Grabski (2001) dan Hitt dan Brynjolfsson (1996) juga tidak menemukan pengaruh positif investasi TI terhadap profitabilitas perusahaan.
Walaupun banyak juga penelitian yang mendukung hipotesis bahwa TI berpengaruh terhadap kinerja perusahaan (Brynjolfsson dan Hitt, 1996; Bharadwaj, Bharadwaj, dan Konsynski, 1999; Dehring dan Stratopoulos, 2002; Davis, Dehning dan Stratopoulos, 2003), bukti empiris yang saling bertentangan telah membingungkan peneliti dalam menganalisis kontribusi TI. Carr (2003) bahkan secara ekstrem menyatakan bahwa TI telah menjadi ‘keharusan strategis’ atau komoditas belaka, dan tidak lagi menjadi sumber keunggulan bersaing. Investasi TI sangat mahal pada awalnya, tetapi mudah dan cepat ditiru oleh kompetitor dengan biaya yang jauh lebih rendah. Selain itu seringkali investasi TI tidak mendukung strategi perusahaan yang berakibat gagalnya investasi TI menciptakan nilai bagi perusahaan.
Kontribusi TI bagi perusahaan dilihat dari apakah TI bisa menciptakan keunggulan bersaing yang bisa dipertahankan (sustainable competitive advantage). Kinerja keuangan yang secara konsisten superior bisa menjadi proksi bagi keunggulan bersaing tersebut sesuai dengan definisi Porterian tentang keunggulan kompetitif sebagai ‘ kemampuan menghasilkan return on investments secara konsisten di atas rata-rata industri (Griffith dan Finlay, 2004). Dehning dan Stratopoulos (2002) dan Davis, Dehning and Stratopoulos (2003) secara mirip mendefinisikan keunggulan bersaing sebagai ‘melakukan aktivitas usaha lebih baik daripada pesaing’.
1
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bayu Wijayanto atas komentarnya yang sangat berharga.
(2)
Kinerja keuangan superior dapat dicapai dengan dua cara: peningkatan pendapatan dengan tingkatan lebih tinggi daripada peningkatan biaya ataupun pengurangan biaya tanpa secara signifikan mengurangi pendapatan. Poston dan Grabski (2001) berpendapat bahwa dalam investasi TI efisiensi (pengurangan biaya) mendahului peningkatan pendapatan ataupun profitabilitas karena pengurangan biaya lebih mudah dilakukan.
Dalam penelitian ini kami akan menguji kinerja perusahaan yang memperoleh IT award dari Majalah SwaSembada dan Warta Ekonomi tahun 2004. Kedua majalah tersebut memberikan penghargaan kepada perusahaan yang dianggap sukses dalam investasi TI atas dasar beberapa indikator (tidak terbatas pada indikator keuangan). SWASembada menggunakan lima indikator untuk menilai perusahaan yang sukses (integrasi dan intensitas, inovasi, kualitas implementasi, pengaruh terhadap hasil, dan kemungkinan diterapkan di perusahaan lain). Sedang Warta Ekonomi memakai indikator yang lebih luas seperti perencanaan, organisasi dan pengelolaan TI dalam proses bisnis perusahaan dan penilaian terintegrasi (meliputi kinerja perusahaan, SDM TI, implementasi TI dan reputasi perusahaan). Hanya Warta Ekonomi yang secara eksplisit menyertakan kinerja keuangan sebagai indikator penilaian, tapi bukan merupakan indikator utama penilaian.
Teknik analisis Data Envelopment Analysis (DEA) dipakai karena teknik analisis ini bisa mengukur efisiensi relatif suatu entitas dibanding entitas lainnya. Dalam bidang akuntansi dan sistem informasi, teknik DEA dipakai untuk menganalisis risiko audit (Bradbury dan Rouse, 2002), kinerja dan akuntabilitas sektor publik (Chalos dan Cherian, 1995), dan juga kinerja investasi teknologi informasi (Shao dan Lin, 2002; Chen dan Zhu, 2004). Selain menganalisis perusahaan yang memperoleh award, control firm juga dimasukkan dalam analisis. Untuk mempermudah perbandingan, kami tidak memasukkan perusahaan keuangan. Sepengetahuan kami, belum ada penelitian empiris tentang hubungan antara investasi TI dan kinerja perusahaan di Indonesia.
TELAAH LITERATUR
Pengukuran keuntungan potensial dari investasi TI lebih sulit daripada keuntungan potensial aktiva berwujud lainnya. Hal ini disebabkan karena ‘manfaat tertunda, penggunaan yang tidak sesuai, perubahan lingkungan dan biaya pendukung tersembunyi’ (Ross, Beath, dan Goodhue, 1996). Salah satu pendekatan yang dipakai adalah dengan memakai indikator kuantitatif (seperti kinerja keuangan) walau pendekatan kualitatif juga dipakai (Cronk and Fitzgerald, 1999). Kinerja keuangan paling sering dipakai karena kemudahan data. Selain itu, kinerja keuanganlah yang akhirnya dipakai dalam mengukur kinerja perusahaan.
Faktor yang mendorong kontribusi TI dalam menciptakan nilai bagi perusahaan mungkin lebih penting daripada pengukuran nilai TI. Investasi TI seharusnya tidak hanya untuk keharusan semata (business necessity), tetapi haruslah dipakai untuk menciptakan dan mempertahankan keunggulan kompetitif untuk memperbaiki kinerja. Meskipun demikian, TI tidak dapat secara otomatis menciptakan keunggulan kompetitif karena TI hanyalah alat bantu manajemen yang tidak dapat menggantikan kemampuan manajerial. Perusahaan harus menjamin bahwa investasi TI mereka mendukung strategi bisnis perusahaan secara keseluruhan agar investasi TI tersebut dapat menciptakan keunggulan kompetitif bagi perusahaan tersebut (Pearlson dan Saunders, 2004).
Penciptaan keunggulan bersaing hanyalah sebagian faktor penentu keberhasilan investasi TI. Investasi TI harus juga mampu mempertahankan keunggulan kompetitif yang telah diciptakannya. Barangkali kriteria kedua ini lebih sulit daripada kriteria pertama (penciptaan keunggulan kompetitif). Produk TI memiliki siklus hidup yang sangat pendek dengan harga yang semakin murah. Pesaing dapat dengan mudah meniru investasi TI dengan harga yang jauh lebih murah, mengakibatkan hilangnya keunggulan bersaing yang telah dihasilkan sebelumnya. Griffith dan Finlay (2004) menemukan bahwa keunggulan kompetitif yang didapat dari investasi TI di tiga industri (keuangan, retail, dan manufaktur) hanya bisa bertahan 6 sampai 18 bulan. Temuan ini dapat menjadi peringatan bagi mereka yang mengharapkan bahwa investasi TI dapat meningkatkan
(3)
kinerja perusahaan secara konstan. Investasi TI, meskipun mendukung strategi perusahaan, tidak dapat secara langsung menciptakan keunggulan bersaing (Brynjolfsson 1993; Poston dan Grabski, 2001), terutama karena efek pembelajaran. Sebelum perusahaan dapat sepenuhnya memperoleh keunggulan bersaing dari investasi TI, perusahaan menghadapi risiko kehilangan keunggulan bersaing tersebut karena tindakan pesaing yang meniru investasi TI tersebut.
Dari sudut pandang keunggulan bersaing tersebut, hubungan yang tidak jelas antara investasi TI dan kinerja keuangan perusahaan dapat dijelaskan. Investasi TI harus mendukung strategi usaha perusahaan dan strategi harus diformulasikan untuk menciptakan dan mempertahankan keunggulan bersaing. Banyak perusahaan yang gagal melakukan hal tersebut.
Sebuah majalah komputer AS (Computerworld) memuat daftar 100 perusahaan yang dianggap sukses dalam investasi TI (Computerworld’s Premier 100 – CWP 100) atas dasar sembilan kriteria.1 Kriteria tersebut berkisar dari komitmen perusahaan terhadap investasi TI (kriteria pengeluaran TI), kemampuan TI mendukung strategi bisnis untuk menciptakan dan mempertahankan keunggulan bersaing (kriteria rating) dan kinerja keuangan (kriteria pertumbuhan laba). Bukti empiris (Davis, Dehning and Stratopoulos, 2002; Dehning dan Stratopoulos, 2002) mendukung kriteria Computerworld karena mereka menemukan bahwa perusahaan yang muncul pada CWP100 memiliki rasio profitabilitas yang secara signifikan lebih tinggi dari pesaingnya.
Di Indonesia, dua majalah bisnis (SWASembada dan Warta Ekonomi) memberikan penghargaan kepada perusahaan yang berhasil dalam investasi TI.2 Dalam kriteria terakhir mereka, SWASembada memakai lima indikator (integrasi dan intesitas, inovasi, kualitas implementasi, pengaruh investasi terhadap hasil, dan kemungkinan investasi tersebut diimplementasikan pada perusahaan lain) (Sugiarsono, 2004). Di sisi lain, Warta Ekonomi menggunakan kriteria yang lebih luas seperti perencaan, organisasi dan pengelolaan TI dalam proses bisnis dan penilaian terintegrasi (meliputi kinerja perusahaan, SDM bidang TI, implementasi TI dan reputasi perusahaan) (Arief, 2004).
SWASembada tidak secara langsung memakai kinerja keuangan sebagai kriteria penghargaan. Majalah ini lebih melihat tingkat penggunaan TI untuk menciptakan dan menjaga keunggulan bersaing, bukan hanya sebagai ‘keharusan strategis’. Sementara itu Warta Ekonomi memakai kinerja keuangan hanya sebagai salah satu kriteria. Mereka lebih fokus pada bagaimana investasi TI dapat menciptakan dan memelihara keunggulan bersaing. Karena kinerja keuangan merupakan konsekuensi dari keunggulan bersaing (yang berasal dari investasi TI), kita dapat menduga bahwa perusahaan yang memperoleh penghargaan (awarded firms atau successful firms) memiliki kinerja keuangan yang lebih baik daripada pesaingnya.
METODOLOGI RISET A. Data dan Sampel
Terdapat dua belas perusahaan publik (non keuangan) yang mendapat award dari Majalah SWA dan Warta Ekonomi. Dari dua belas perusahaan tersebut, dua perusahaan (TELKOM dan INDOSAT) dikeluarkan dari analisis karena tidak adanya control firm pada industri mereka (kategori ICMD). Control firm untuk masing-masing awarded firms diperoleh dari perusahaan yang berada pada industri yang sama (pada ICMD) dengan awarded firms dengan total assets dan penjualan yang mendekati awarded firms. Nama
1
Kesembilan kriteria tersebut adalah ‘total pengeluaran TI sebagai persentase dari penjualan, total pengeluaran TI staf sebagai persentase dari total pengeluaran TI, total pengeluaran training staf TI sebagai persentase total dari pengeluaran TI, total nilai pasar investasi TI sebagai persentase dari total pendapatan, persentase karyawan dengan PC, industry peer rating untuk pemakai TI yang sukses, rating tentang seberapa baik manajemen TI memposisikan TI untuk mendukung kebutuhan bisnis, seberapa baik manajemen puncak mempercayai penggunaan TI dalam organisasi, dan pertumbuhan laba selama lima tahun (Davis, Dehning dan Stratopoulos, 2002). 2SWASembada
memulai penghargaan (e-corporation) ini pada tahun 2004 sedang Warta Ekonomi tahun 2003 (e-company).
(4)
awarded firms dan control firms (beserta data mentah input dan output) dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini:
Tabel 1(a)
Nama awarded firms dan control firms
Beserta Data Mentah Input
input Perusahaan
Employee CGS
Opr.
Exp. Asset Equity
Awarded Firms
PT Matahari Putra Prima Tbk 15.000 3.520.494 1.393.593 3.421.436 1.748.990 PT Dankos Laboratories Tbk 2.701 576.364 395.361 826.778 394.605 PT United Tractor Tbk 1.700 5.773.868 459.252 6.056.439 1.489.203 PT Tunas Ridean Tbk 2.371 2.472.910 110.222 1.487.299 470.487 PT Pan Brothers Tex Tbk. 2.926 225.504 31.394 112.292 73.448 PT H M Sampoerna Tbk. 38.570 10.125.735 2.192.788 10.197.768 5.768.407 PT Ultrajaya Tbk 1.100 331.151 73.630 1.120.851 560.705 PT Medco Energi International Tbk 1.872 2.289.871 402.296 8.269.286 4.115.073 PT Aneka Tambang (Persero) Tbk 3.382 1.471.913 218.915 4.326.844 1.783.512 PT Dynaplast Tbk. 2.000 429.880 68.634 766.930 363.454
Control Firms
PT Ramayana Lestari Santosa Tbk 19.499 2.569.983 623.871 2.512.276 1.525.870 PT Kimia Farma (Persero) Tbk 5.575 1.273.698 454.029 1.366.766 754.455 PT Astra Otoparts Tbk 20.020 1.743.832 259.003 1.957.303 1.194.707 PT GT Petrochem Industries Tbk. 5.958 2.862.209 192.505 6.239.216 361.938 PT Sepatu Bata Tbk 1.905 229.245 120.848 232.263 158.431 PT Gudang Garam Tbk. 40.292 18.615.630 1.591.099 17.338.899 10.970.871 PT Tunas Baru Lampung Tbk 2.825 573.771 69.050 1.151.271 504.955 PT Bumi Resources Tbk 3.164 2.901.623 363.666 11.771.088 801.761 PT Tambang Timah (Persero) Tbk 4.843 1.546.779 172.477 1.974.282 1.392.565 PT Argha Karya Prima Industry Tbk 754 650.084 100.670 1.355.389 563.699
Tabel 1(b)
Nama awarded firms dan control firms
Beserta Data Mentah Output
Output Perusahaan
Sales Opr. Profit
Net Profit
Awarded Firms
PT Matahari Putra Prima Tbk 5.064.943 150.856 115.466 PT Dankos Laboratories Tbk 1.191.273 219.548 125.547 PT United Tractor Tbk 6.872.808 639.688 342.610 PT Tunas Ridean Tbk 2.700.370 117.238 82.142 PT Pan Brothers Tex Tbk. 264.225 7.326 5.822 PT H M Sampoerna Tbk. 14.675.125 2.392.602 1.406.844 PT Ultrajaya Tbk 490.632 85.851 7.465 PT Medco Energi International Tbk 3.914.110 1.221.943 451.383
(5)
PT Aneka Tambang (Persero) Tbk 2.138.811 447.983 226.551 PT Dynaplast Tbk. 589.328 90.813 54.560
Control Firms
PT Ramayana Lestari Santosa Tbk 3.553.447 359.593 302.534 PT Kimia Farma (Persero) Tbk 1.816.384 88.657 42.929 PT Astra Otoparts Tbk 2.151.505 148.670 206.398 PT GT Petrochem Industries Tbk. 3.059.049 4.335 798.315 PT Sepatu Bata Tbk 407.805 57.711 35.931 PT Gudang Garam Tbk. 23.137.376 2.390.647 1.838.673 PT Tunas Baru Lampung Tbk 715.576 72.756 25.289 PT Bumi Resources Tbk 3.734.251 468.962 107.565 PT Tambang Timah (Persero) Tbk 1.945.733 226.477 76.372 PT Argha Karya Prima Industry Tbk 844.712 93.958 412.943 B. DEA (Data Envelopment Analysis)
DEA yang dikembangkan oleh Charness, Cooper dan Rhodes pada tahun 1978 (Purwantoro, 2005) adalah alat analisis yang menggunakan pendekatan programasi linier untuk melakukan estimasi efisiensi teknis dari perusahaan–perusahaan yang beroperasi dalam industri yang sama, atau cabang-cabang dari suatu perusahaan yang sama. DEA didesain secara spesifik untuk mengukur efisiensi relatif suatu unit produksi dalam kondisi terdapat banyak input dan banyak output yang biasanya sulit disiasati secara sempurna oleh teknik analisis pengukuran efisiensi lainnya.
Lebih lanjut penggunaan DEA dalam hal ini adalah untuk mengukur efisiensi relatif perusahaan – perusahaan yang memperoleh award dengan menyertakan control firm ke dalam analisis. Penggunaan DEA ini menggunakan input : Total Employee, CGS, Operating Expense, Total Asset, dan Equity. Sedangkan output yang digunakan adalah Sales, Operating Profit dan Net Profit.
Adapun model yang digunakan dalam analisis ini adalah model yang dikembangkan oleh Charnes, Cooper , and Rhodes, atau sering disebut model CCR. Model tersebut mengunakan asumsi Constant Return of Scale. Model tersebut disajikan sebagai berikut :
Maksimumkan = = s r ro r
o u y
h
1 .
………(3) Dengan kendala :
m i v s r u x v n j x v y u ik rk i m i ik s r m i ij i rj r ,..., 2 , 1 ; 0 ,..., 2 , 1 ; 0 1 . ,... 2 , 1 ; 0 1 1 1 . . = ≥ = ≥ = = ≤ − = = = Keterangan :
o : Jenis perusahaan yang dimaksimalkan n : Banyaknya perusahaan
m : Banyaknya jenis input s : Banyaknya jenis output i : Jenis input
(6)
j : Jenis perusahaan
v : Bobot yang diberikan kepada input u : Bobot yang diberikan kepada output x : Jumlah input
y : Jumlah output
Model tersebut digunakan dengan menggunkan data input dan output masing-masing perusahaan. Data tersebut diolah dengan Software CMOM (Computer Model for Operation Management ).
ANALISIS HASIL Statistik Deskriptif dan Uji Beda
Pada tabel 2 kita dapat melihat statistik deskriptif rasio-rasio output dan input, baik pada awarded firms dan control firms. Meskipun DEA menganalisis efisiensi output-input dari entitas yang diteliti secara serempak, kami hanya menganalisis sepuluh rasio: net sales/ employee, net sales/ costs of goods sold, net sales/ operating expense, operating profit/ employee, operating profit/ costs of goods sold, operating profit/ operating expense, net profit/ total assets, net profit/ total equity, sales/ total assets dan net profit/ employee. Kesepuluh rasio itu merupakan rasio output/ input karena DEA menganalisis efisiensi dengan membandingkan output (sebagai nominator) dengan input (sebagai denominator).
Sebelum data dianalisis dengan DEA, terlebih dulu kami melakukan uji beda berpasangan (Wilcoxon Signed Rank Test) untuk kedua kelompok sampel tersebut. Pada tabel 3 terlihat bahwa awarded firms memiliki kinerja yang lebih baik daripada control firms untuk semua rasio, kecuali tiga rasio yang terkait dengan net profit ( net profit/ employee, net profit/ total assets dan net profit/ total equity). Meskipun perbedaan itu hanya satu yang signifikan (sales/ cost of goods sold) , hal ini bisa menjadi indikasi bahwa untuk operating items, awarded firms memiliki kinerja yang lebih baik. Control firms memiliki kinerja lebih baik untuk rasio yang terkait dengan net profit mungkin karena disebabkan karena faktor non operating items. Hasil ini bertentangan dengan Dehning dan Stratopoulos (2002) dan Davis, Dehning dan Stratopoulos (2003) yang menemukan bahwa bottom line items perusahaan Computerworld secara signifikan lebih baik daripada control firms.
Tabel 2
Statistik Deskriptif Rasio Keuangan terpilih
N Mean
Std.
Deviation Max Min SALEMP1 10 989,52 1218,79 4042,83 90,30 SALEMP2 10 487,29 378,48 1180,23 107,47 SALCGS1 10 1,44 0,28 2,07 1,09 SALCGS2 10 1,32 0,19 1,78 1,07 SALOPR1 10 9,60 6,23 24,50 3,01 SALOPR2 10 9,21 4,15 15,89 3,37 OPREMP1 10 149,03 206,64 652,75 2,50 OPREMP2 10 47,75 50,15 148,22 0,73 OPRCGS1 10 0,22 0,16 0,53 0,03 OPRCGS2 10 0,13 0,07 0,25 0,00 OPROPR1 10 1,20 0,86 3,04 0,11 OPROPR2 10 0,79 0,50 1,50 0,02 NPASS1 10 0,07 0,04 0,15 0,01 NPASS2 10 0,10 0,09 0,30 0,01 NPEQU1 10 0,15 0,09 0,32 0,01 NPEQU2 10 0,40 0,66 2,21 0,05 SALASS1 10 1,18 0,64 2,35 0,44 SALASS2 10 1,00 0,47 1,76 0,32
(7)
NPEMP1 10 67,10 84,17 241,12 1,99 NPEMP2 10 83,84 167,31 547,67 7,70
Cat: 1 =
successful firms
, 2 =control firms
Tabel 3
Hasil uji beda (Wilcoxon Signed Rank Test)
rasio keuangan antara successful firms dan control firms
Rasio Output/ Input
Awarded
Firms Control Firms
Sales/ Employee 989,52 487,29
Sales/ CGS * 1,44 1,32
Sales/ Operating Expense 9,60 9,21
Sales/ Assets 1,18 1,00
Operating Profit/ Employee 149,03 47,75
Operating Profit/ CGS 0,22 0,13
Operating Profit/ Operating
Expense 1,20 0,79
Net Profit/ Employee 67,10 83,84
Net Profit/ Assets 0,07 0,10
Net Profit/ Equity 0,15 0,40
Cat: * = signifikan pada = 0, 1, satu sisi DEA (Data Envelopment Analysis)
Data input dan output masing-masing perusahaan diolah dengan software CMOM (Computer Model for Operation Management ). Hasil pengolahan data tersebut menghasilkan informasi sebagai berikut :
Tabel 4
Hasil Pengolahan Data dengan CMOM
Nama Perusahaan( IT Award) efisiensi efisiensi (%)
PT Matahari Putra Prima Tbk 0,9836 98,36%
PT Dankos Laboratories Tbk 1 100%
PT United Tractor Tbk 1 100%
PT Tunas Ridean Tbk 1 100%
PT Pan Brothers Tex Tbk. 1 100%
PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. 1 100%
PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk 0,9899 98,99%
PT Medco Energi International Tbk 1 100%
PT Aneka Tambang (Persero) Tbk 0,9948 99,48%
PT Dynaplast Tbk. 0,9945 99,45%
Nama Perusahaan(Control)
PT Ramayana Lestari Santosa Tbk 0,9938 99,38% PT Kimia Farma (Persero) Tbk 0,9832 98,32%
PT Astra Otoparts Tbk 0,9899 98,99%
PT GT Petrochem Industries Tbk. 1 100%
PT Sepatu Bata Tbk 1 100%
PT Gudang Garam Tbk. 1 100%
PT Tunas Baru Lampung Tbk 0,986 98,60%
(8)
PT Tambang Timah (Persero) Tbk 0,9935 99,35%
PT Argha Karya Prima Industry Tbk 1 100%
Awarded firms secara rata-rata memiliki kinerja keuangan yang lebih baik daripada control firms. Hal ini terlihat dari ada lima awarded firms yang memperoleh skor efisiensi optimal (1 atau 100%) sedang control firms hanya ada empat perusahaan. Selain itu rata-rata prosentase efisiensi awarded firms yang tidak memperoleh skor efisiensi mutlak juga lebih tinggi daripada perusahaan sejenis pada control firms. Meskipun begitu, kinerja awarded firms dan control firms tidak terlalu berselisih banyak. Temuan ini menguatkan hasil analisis sebelumnya (dengan uji Wilcoxon Signed Rank Test ) bahwa kinerja keuangan awarded firms secara umum lebih baik (tetapi tidak signifikan).
Di antara awarded firms yang memiliki kinerja keuangan kurang baik (prosentase efisiensi kurang dari 100%), hanya Dynaplast memiliki control firm dengan prosentase efisiensi mutlak (Argha Karya Prima Industry), tiga perusahaan lainnya (Matahari Putra Prima, Ultrajaya dan Aneka Tambang) memiliki control firms dengan kinerja keuangan yang juga kurang baik (prosentase efisiensi kurang dari 100% - Ramayana, Tunas Baru Lampung, dan tambang Timah). Hal ini bisa menjadi indikasi bahwa kinerja awarded firms yang kurang baik tersebut mungkin disebabkan oleh kinerja industri yang kurang baik juga. Untuk ketiga pasang perusahaan tersebut, awarded firms (kecuali Matahari) memiliki kinerja lebih baik daripada control firmsnya (prosentase efisiensi lebih tinggi).
Perusahaan-perusahaan yang kurang efisien dapat meningkatkan efisiensinya dengan dua cara yaitu : mengurangi input sesuai tingkat efisiensinya, dan menyesuaikan input dan output mereka dengan perusahaan efisien. Perusahaan yang kurang efisien dapat mengurangi inputnya sebesar selisih efisiensinya terhadap efisiensi 100%. Sebagai contoh Matahari Putra Prima memiliki efisiensi 98.36%, supaya perusahaan tersebut dapat meningkatkan efisiensinya, maka input harus dikurangi sebesar 100% - 98.36%, yaitu 1,64%. Demikian juga untuk perusahaan-perusahaan yang kurang efisien lainnya. Tabel input masing-masing perusahaan yang kurang efisien setelah disesuaikan dapat dilihat berikut ini.
TABEL 5 (Lampiran)
Peningkatan efisiensi dapat juga dilakukan dengan mengacu pada perusahaan lain yang efisien. Sebagai contoh Matahari Putra Prima harus mengacu pada PT Dankos sebesar 56.55%, Pan Brother sebesar 33,84%, dan Sepatu Bata sebesar 25,57%. Hal itu dapat dilakukan dengan menjumlahkan perkalian masing-masing input dan output perusahaan-perusahaan yang menjadi acuan dengan nilai-nilai acuannya. Sebagai contoh employee pada Matahari dapat disesuaikan dengan menjumlahkan 56.55% dari total employee Dankos, 33.84% dari total employee Pan Brothers, dan 25.57% dari total employee Sepatu Bata. Penyesuaian input dan output perusahaan-perusahaan yang kurang efisien lainnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
TABEL 6 (Lampiran)
KESIMPULAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN
Awarded firms secara umum memiliki kinerja keuangan lebih baik daripada control firms, tetapi tidak signifikan (dengan Wilcoxon Signed Rank Test). Meskipun begitu, untuk bottom line items (items yang terkait dengan net profit) control firms memiliki kinerja yang lebih baik. Hasil ini bertentangan dengan temuan Dehning dan Stratopoulos (2002) dan Davis, Dehning dan Stratopoulos (2003) yang menyatakan bahwa perusahaan yang termuat di majalah Computerworld di AS (awarded firms) justru memiliki kinerja yang lebih baik, terutama yang terkait dengan bottom line items (items yang terkait dengan net profit).
Dengan analisis DEA, terlihat pula bahwa awarded firms memiliki kinerja yang lebih baik daripada control firms. Hal ini terlihat bahwa ada enam successful firms yang memperoleh angka efisiensi mutlak (100%) sedang control firms hanya lima. Selain itu,
(9)
awarded firms yang tidak memperoleh angka efisiensi mutlak memiliki rata-rata angka efisiensi yang lebih tinggi daripada perusahaan sejenis pada kelompok control firms. Meskipun demikian, kinerja awarded firms tidak terpaut banyak dengan kinerja control firms.
Hasil analisis Wilcoxon Signed Rank Test dan DEA yang tidak konklusif ini memberikan konfirmasi empiris bahwa majalah SWASembada dan Warta Ekonomi (majalah yang memberikan IT award) tidak memperhitungkan kinerja keuangan sebagai indikatornya (majalah SWA) ataupun memberikan bobot yang kecil (untuk Warta Ekonomi). Kedua majalah tersebut lebih banyak memakai indikator kualitatif untuk kriteria penilaiannya. Berbeda dengan kedua majalah tersebut, Computerworld di AS sangat mengandalkan kriteria keuangan (lima dari sembilan kriteria). Hal itu bisa menjadi penjelasan mengapa Dehning dan Stratopoulos (2002) dan Davis, Dehning dan Stratopoulos (2003) menemukan bahwa perusahaan yang mendapat IT award dari Computerworld memiliki kinerja keuangan yang lebih baik daripada control firms.
Perusahaan yang tidak efisien (baik untuk kelompok successful firms maupun control firms) dapa meningkatkan efisiensi relatifnya dengan mengurangi inputnya sebesar selisih antara angka efisiensi mutlak (100%) dengan angka efisiensi mereka atau dengan penyesuaian input dan output dengan benchmark perusahaan-perusahaan yang dianalisis dengan angka efisiensi mutlak.
Penelitian ini tidak terlepas dari keterbatasan yang penulis harapkan bisa diperhatikan peneliti lain jika ingin melakukan penelitian sejenis, yaitu:
1. DEA hanya bisa menganalisis kinerja entitas ekonomi relatif terhadap entitas lain yang dianalisis, tidak kinerja mutlak. Selain itu DEA tidak bisa memberikan informasi apakah perbedaan kinerja antara successful firms dan control firms signifikan.
2. Asumsi constant return of scale, padahal proses produksi tidak mungkin konstan.
3. Ketiadaan data mengenai besarnya investasi TI untuk setiap perusahaan membuat analisis yang terbatas.
REFERENSI Arief, Mochamad. 2004. “Harga Sebuah Penelitian”.
www.wartaekonomi.com/ecompany/metodologi.asp. 18 Desember 2004
Bharadwaj, Anandhi.S., Sundar.G. Bharadwaj, dan Benn.R. Konsysnki. 1999. “Information Technology Effects on Firm Performance as Measured by Tobin’s q”. Management Science. 45 (7): 1008-1024
Bradbury, Michael E.,dan Paul Rouse. 2002. “An Application of Data Envelopment Analysis to the Evaluation of Audit Risk”. Abacus. 38(2): 263-279
Brynjolfsson, Erik. 1993. “The Productivity Paradox of Information Technology”. Communications of ACM. 36(12): 67-77
Brynjolfsson, Erik., Loren Hitt. 1996. “Paradox Lost? Firm-level Evidence on the Returns to Information Systems Spending”. Management Science. 42(4): 541-558
Carr, Nicholas G.2003. “IT Doesn’t Matter”. Harvard Business Review. May: 41-49 Chalos Peter dan Joseph Cherian.1995. “An Application of Data Envelopment Analysis
to Public Sector Performance and Accountability”. Journal of Accounting and Public Policy. 14: 143-160
Cronk, Marguerite C., dan Edmond P. Fitzgerald. 1999. “Understanding “IS Business Value”: Derivation of Dimensions”. Logistics Information Management. 12(1/2): 40-49
Davis, Lewis, Bruce Dehning, dan Theophanis Stratapoulos. “Does the Market Recognize IT-enabled Competitive Advantage?”. Information and Management. 40: 705-716 Dehning, Bruce dan Theopanis Stratapoulos. 2002. “DuPont Analysis of an IT-enabled
Competitive Advantage”. International Journal of Accounting Information Systems. 3: 165-176
(10)
Griffiths, Gareth H. dan Paul N. Finlay. 2004. “IS-enabled sustainable competitive advantage in financial services, retailing and manufacturing”. Journal of Strategic Information Systems. 13: 29-59
Hitt, Lorin. M. dan Erik Brynjolfsson. 1996. “Productivity, Business Profitability, and Consumer Surplus: Three Different Measures of Information Technology Value”. MIS Quarterly. 20(2): 121-142
Pearlson, Keri dan Carol Saunders. 2004. Managing and Using Information Systems: A Strategic Approach, 2nd ed. New Jersey: John Wiley and Sons
Poston, Robin dan Sverin Grabski. 2001. “Financial Impacts of Enterprise Resources Planning Implementations”. International Journal of Accounting Information Systems. 2: 271-294
Purwantoro, R.N. 2005. “DEA sebagai Metode Alternatif untuk Menilai Produktivitas Lembaga Pembiayaan Mikro”. Usahawan. 01: 13-21
Ross, Jeanne M., Cynthia M. Beath, dan Dale L. Goodhue. 1996. “Develop Long-Term Competitiveness through IT Assets”. Sloan Management Review. 38: 31-42
Santoso, Hanny. 2004. “Pentingnya Mengukur Value Investasi TI”. Swasembada. 23/XX: 61
Shao, Benjamin B.M., Winston T.Lin. 2002. “Technical Efficiency Analysis of Information Technology Investments: A Two-stage Empirical Investigation”. Information and Management. 39: 391-401
Sugiarsono Joko. “25 Best e-Corp: Mutiara Bisnis dengan Senjata TI”. Swasembada. 23/XX: 28-37
Yao, C. dan J. Zhu. 2004. “Measuring Information Technology’s Indirect Impact on Firm Performance”. Information Technology and Management. 5: 9-22
(11)
Tabel 5
Penyesuaian Input Perusahaan-perusahaan yang Kurang Efisien input Perusahaan
Employee CGS Operating Expense Asset Equity
AWARD
PT Matahari Putra Prima Tbk 14.754,00 3.462.757,90 1.370.738,07 3.365.324,45 1.720.306,56 PT Ultrajaya Tbk 1.088,89 327.806,37 72.886,34 1.109.530,40 555.041,88 PT Aneka Tambang (Persero) Tbk 3.364,41 1.464.259,05 217.776,64 4.304.344,41 1.774.237,74 PT Dynaplast Tbk. 1.989,00 427.515,66 68.256,51 762.711,89 361.455,00
CONTROL
PT Astra Otoparts Tbk 19.817,80 1.726.219,30 256.387,07 1.937.534,24 1.182.640,46 PT Tambang Timah (Persero) Tbk 4.811,52 1.536.724,94 171.355,90 1.961.449,17 1.383.513,33 PT Ramayana Lestari Santosa Tbk 19.378,11 2.554.049,11 620.003,00 2.496.699,89 1.516.409,61 PT Tunas Baru Lampung Tbk 2.785,45 565.738,21 68.083,30 1.135.153,21 497.885,63 PT Kimia Farma (Persero) Tbk 5.481,34 1.252.299,87 446.401,31 1.343.804,33 741.780,16
(12)
Tabel 6
Penyesuaian Inpu Output Perusahaan-perusahaan yang Kurang Efisien
Perusahaan Employee CGS Operating
Expense Asset Equity Sales
Operating
Profit Net Profit
AWARD
PT Matahari Putra Prima Tbk 3.004,68 460.862,34 265.101,21 564.932,22 288.514,74 867.354,36 141.390,22 82.154,55 PT UltrajayaTbk 1.999,80 1.552.388,44 247.034,71 4.958.078,26 2.433.354,07 2.497.504,10 698.081,26 259.315,33 PT Aneka Tambang (Persero) Tbk 2.001,11 1.887.428,34 323.127,26 6.541.891,05 3.191.743,17 3.136.339,68 925.784,14 382.108,16 PT Dynaplast Tbk. 1.961,71 1.575.868,97 214.649,15 3.507.574,87 1.656.603,07 2.266.415,94 475.897,98 221.938,15
CONTROL
PT Astra Otoparts Tbk 1.922,52 1.224.628,04 161.058,93 1.140.351,20 443.156,10 1.505.043,81 119.356,63 20.514,38 PT Tambang Timah (Persero) Tbk 3.557,07 2.418.083,38 320.042,83 4.047.385,13 1.910.935,57 3.331.161,80 594.417,99 263.092,95 PT Ramayana Tbk 22.397,39 7.418.598,30 1.140.106,70 7.158.367,95 4.274.956,42 9.994.098,02 1.341.861,00 876.072,21 PT Tunas Baru Lampung Tbk 2.389,49 1.427.156,47 128.200,11 2.250.913,62 998.709,73 1.808.195,99 252.839,88 105.542,14 PT Kimia Farma (Persero) Tbk 2.291,12 586.126,98 166.279,22 543.110,15 264.164,57 846.375,06 93.968,16 56.749,49
(1)
NPEMP1 10 67,10 84,17 241,12 1,99 NPEMP2 10 83,84 167,31 547,67 7,70
Cat: 1 =
successful firms
, 2 =
control firms
Tabel 3
Hasil uji beda (
Wilcoxon Signed Rank Test
)
rasio keuangan antara
successful firms
dan
control firms
Rasio Output/ Input
Awarded
Firms Control Firms
Sales/ Employee 989,52 487,29
Sales/ CGS * 1,44 1,32
Sales/ Operating Expense 9,60 9,21
Sales/ Assets 1,18 1,00
Operating Profit/ Employee 149,03 47,75
Operating Profit/ CGS 0,22 0,13
Operating Profit/ Operating
Expense 1,20 0,79
Net Profit/ Employee 67,10 83,84
Net Profit/ Assets 0,07 0,10
Net Profit/ Equity 0,15 0,40
Cat: * = signifikan pada = 0, 1, satu sisi DEA (Data Envelopment Analysis)
Data input dan output masing-masing perusahaan diolah dengan software CMOM (Computer Model for Operation Management ). Hasil pengolahan data tersebut menghasilkan informasi sebagai berikut :
Tabel 4
Hasil Pengolahan Data dengan CMOM
Nama Perusahaan( IT Award) efisiensi efisiensi (%)
PT Matahari Putra Prima Tbk 0,9836 98,36%
PT Dankos Laboratories Tbk 1 100%
PT United Tractor Tbk 1 100%
PT Tunas Ridean Tbk 1 100%
PT Pan Brothers Tex Tbk. 1 100%
PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. 1 100%
PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk 0,9899 98,99%
PT Medco Energi International Tbk 1 100%
PT Aneka Tambang (Persero) Tbk 0,9948 99,48%
PT Dynaplast Tbk. 0,9945 99,45%
Nama Perusahaan(Control)
PT Ramayana Lestari Santosa Tbk 0,9938 99,38%
PT Kimia Farma (Persero) Tbk 0,9832 98,32%
PT Astra Otoparts Tbk 0,9899 98,99%
PT GT Petrochem Industries Tbk. 1 100%
PT Sepatu Bata Tbk 1 100%
PT Gudang Garam Tbk. 1 100%
PT Tunas Baru Lampung Tbk 0,986 98,60%
(2)
SNA VIII Solo, 15 – 16 September 2005
PT Tambang Timah (Persero) Tbk 0,9935 99,35%
PT Argha Karya Prima Industry Tbk 1 100%
Awarded firms secara rata-rata memiliki kinerja keuangan yang lebih baik daripada control firms. Hal ini terlihat dari ada lima awarded firms yang memperoleh skor efisiensi optimal (1 atau 100%) sedang control firms hanya ada empat perusahaan. Selain itu rata-rata prosentase efisiensi awarded firms yang tidak memperoleh skor efisiensi mutlak juga lebih tinggi daripada perusahaan sejenis pada control firms. Meskipun begitu, kinerja awarded firms dan control firms tidak terlalu berselisih banyak. Temuan ini menguatkan hasil analisis sebelumnya (dengan uji Wilcoxon Signed Rank Test ) bahwa kinerja keuangan awarded firms secara umum lebih baik (tetapi tidak signifikan).
Di antara awarded firms yang memiliki kinerja keuangan kurang baik (prosentase efisiensi kurang dari 100%), hanya Dynaplast memiliki control firm dengan prosentase efisiensi mutlak (Argha Karya Prima Industry), tiga perusahaan lainnya (Matahari Putra Prima, Ultrajaya dan Aneka Tambang) memiliki control firms dengan kinerja keuangan yang juga kurang baik (prosentase efisiensi kurang dari 100% - Ramayana, Tunas Baru Lampung, dan tambang Timah). Hal ini bisa menjadi indikasi bahwa kinerja awarded firms yang kurang baik tersebut mungkin disebabkan oleh kinerja industri yang kurang baik juga. Untuk ketiga pasang perusahaan tersebut, awarded firms (kecuali Matahari) memiliki kinerja lebih baik daripada control firmsnya (prosentase efisiensi lebih tinggi).
Perusahaan-perusahaan yang kurang efisien dapat meningkatkan efisiensinya dengan dua cara yaitu : mengurangi input sesuai tingkat efisiensinya, dan menyesuaikan input dan output mereka dengan perusahaan efisien. Perusahaan yang kurang efisien dapat mengurangi inputnya sebesar selisih efisiensinya terhadap efisiensi 100%. Sebagai contoh Matahari Putra Prima memiliki efisiensi 98.36%, supaya perusahaan tersebut dapat meningkatkan efisiensinya, maka input harus dikurangi sebesar 100% - 98.36%, yaitu 1,64%. Demikian juga untuk perusahaan-perusahaan yang kurang efisien lainnya. Tabel input masing-masing perusahaan yang kurang efisien setelah disesuaikan dapat dilihat berikut ini.
TABEL 5 (Lampiran)
Peningkatan efisiensi dapat juga dilakukan dengan mengacu pada perusahaan lain yang efisien. Sebagai contoh Matahari Putra Prima harus mengacu pada PT Dankos sebesar 56.55%, Pan Brother sebesar 33,84%, dan Sepatu Bata sebesar 25,57%. Hal itu dapat dilakukan dengan menjumlahkan perkalian masing-masing input dan output perusahaan-perusahaan yang menjadi acuan dengan nilai-nilai acuannya. Sebagai contoh employee pada Matahari dapat disesuaikan dengan menjumlahkan 56.55% dari total employee Dankos, 33.84% dari total employee Pan Brothers, dan 25.57% dari total employee Sepatu Bata. Penyesuaian input dan output perusahaan-perusahaan yang kurang efisien lainnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
TABEL 6 (Lampiran)
KESIMPULAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN
Awarded firms secara umum memiliki kinerja keuangan lebih baik daripada control firms, tetapi tidak signifikan (dengan Wilcoxon Signed Rank Test). Meskipun begitu, untuk bottom line items (items yang terkait dengan net profit) control firms memiliki kinerja yang lebih baik. Hasil ini bertentangan dengan temuan Dehning dan Stratopoulos (2002) dan Davis, Dehning dan Stratopoulos (2003) yang menyatakan bahwa perusahaan yang termuat di majalah Computerworld di AS (awarded firms) justru memiliki kinerja yang lebih baik, terutama yang terkait dengan bottom line items (items yang terkait dengan net profit).
Dengan analisis DEA, terlihat pula bahwa awarded firms memiliki kinerja yang lebih baik daripada control firms. Hal ini terlihat bahwa ada enam successful firms yang
(3)
awarded firms yang tidak memperoleh angka efisiensi mutlak memiliki rata-rata angka efisiensi yang lebih tinggi daripada perusahaan sejenis pada kelompok control firms. Meskipun demikian, kinerja awarded firms tidak terpaut banyak dengan kinerja control firms.
Hasil analisis Wilcoxon Signed Rank Test dan DEA yang tidak konklusif ini memberikan konfirmasi empiris bahwa majalah SWASembada dan Warta Ekonomi (majalah yang memberikan IT award) tidak memperhitungkan kinerja keuangan sebagai indikatornya (majalah SWA) ataupun memberikan bobot yang kecil (untuk Warta Ekonomi). Kedua majalah tersebut lebih banyak memakai indikator kualitatif untuk kriteria penilaiannya. Berbeda dengan kedua majalah tersebut, Computerworld di AS sangat mengandalkan kriteria keuangan (lima dari sembilan kriteria). Hal itu bisa menjadi penjelasan mengapa Dehning dan Stratopoulos (2002) dan Davis, Dehning dan Stratopoulos (2003) menemukan bahwa perusahaan yang mendapat IT award dari Computerworld memiliki kinerja keuangan yang lebih baik daripada control firms.
Perusahaan yang tidak efisien (baik untuk kelompok successful firms maupun control firms) dapa meningkatkan efisiensi relatifnya dengan mengurangi inputnya sebesar selisih antara angka efisiensi mutlak (100%) dengan angka efisiensi mereka atau dengan penyesuaian input dan output dengan benchmark perusahaan-perusahaan yang dianalisis dengan angka efisiensi mutlak.
Penelitian ini tidak terlepas dari keterbatasan yang penulis harapkan bisa diperhatikan peneliti lain jika ingin melakukan penelitian sejenis, yaitu:
1. DEA hanya bisa menganalisis kinerja entitas ekonomi relatif terhadap entitas lain yang dianalisis, tidak kinerja mutlak. Selain itu DEA tidak bisa memberikan informasi apakah perbedaan kinerja antara successful firms dan control firms signifikan.
2. Asumsi constant return of scale, padahal proses produksi tidak mungkin konstan.
3. Ketiadaan data mengenai besarnya investasi TI untuk setiap perusahaan membuat analisis yang terbatas.
REFERENSI Arief, Mochamad. 2004. “Harga Sebuah Penelitian”.
www.wartaekonomi.com/ecompany/metodologi.asp. 18 Desember 2004
Bharadwaj, Anandhi.S., Sundar.G. Bharadwaj, dan Benn.R. Konsysnki. 1999. “Information Technology Effects on Firm Performance as Measured by Tobin’s q”. Management Science. 45 (7): 1008-1024
Bradbury, Michael E.,dan Paul Rouse. 2002. “An Application of Data Envelopment Analysis to the Evaluation of Audit Risk”. Abacus. 38(2): 263-279
Brynjolfsson, Erik. 1993. “The Productivity Paradox of Information Technology”. Communications of ACM. 36(12): 67-77
Brynjolfsson, Erik., Loren Hitt. 1996. “Paradox Lost? Firm-level Evidence on the Returns to Information Systems Spending”. Management Science. 42(4): 541-558
Carr, Nicholas G.2003. “IT Doesn’t Matter”. Harvard Business Review. May: 41-49 Chalos Peter dan Joseph Cherian.1995. “An Application of Data Envelopment Analysis
to Public Sector Performance and Accountability”. Journal of Accounting and Public Policy. 14: 143-160
Cronk, Marguerite C., dan Edmond P. Fitzgerald. 1999. “Understanding “IS Business Value”: Derivation of Dimensions”. Logistics Information Management. 12(1/2): 40-49
Davis, Lewis, Bruce Dehning, dan Theophanis Stratapoulos. “Does the Market Recognize IT-enabled Competitive Advantage?”. Information and Management. 40: 705-716 Dehning, Bruce dan Theopanis Stratapoulos. 2002. “DuPont Analysis of an IT-enabled
Competitive Advantage”. International Journal of Accounting Information Systems. 3: 165-176
(4)
SNA VIII Solo, 15 – 16 September 2005
Griffiths, Gareth H. dan Paul N. Finlay. 2004. “IS-enabled sustainable competitive advantage in financial services, retailing and manufacturing”. Journal of Strategic Information Systems. 13: 29-59
Hitt, Lorin. M. dan Erik Brynjolfsson. 1996. “Productivity, Business Profitability, and Consumer Surplus: Three Different Measures of Information Technology Value”. MIS Quarterly. 20(2): 121-142
Pearlson, Keri dan Carol Saunders. 2004. Managing and Using Information Systems: A Strategic Approach, 2nd ed. New Jersey: John Wiley and Sons
Poston, Robin dan Sverin Grabski. 2001. “Financial Impacts of Enterprise Resources Planning Implementations”. International Journal of Accounting Information Systems. 2: 271-294
Purwantoro, R.N. 2005. “DEA sebagai Metode Alternatif untuk Menilai Produktivitas Lembaga Pembiayaan Mikro”. Usahawan. 01: 13-21
Ross, Jeanne M., Cynthia M. Beath, dan Dale L. Goodhue. 1996. “Develop Long-Term Competitiveness through IT Assets”. Sloan Management Review. 38: 31-42
Santoso, Hanny. 2004. “Pentingnya Mengukur Value Investasi TI”. Swasembada. 23/XX: 61
Shao, Benjamin B.M., Winston T.Lin. 2002. “Technical Efficiency Analysis of Information Technology Investments: A Two-stage Empirical Investigation”. Information and Management. 39: 391-401
Sugiarsono Joko. “25 Best e-Corp: Mutiara Bisnis dengan Senjata TI”. Swasembada. 23/XX: 28-37
Yao, C. dan J. Zhu. 2004. “Measuring Information Technology’s Indirect Impact on Firm Performance”. Information Technology and Management. 5: 9-22
(5)
Tabel 5
Penyesuaian Input Perusahaan-perusahaan yang Kurang Efisien
input
Perusahaan
Employee
CGS
Operating Expense
Asset
Equity
AWARD
PT Matahari Putra Prima Tbk
14.754,00
3.462.757,90
1.370.738,07
3.365.324,45
1.720.306,56
PT Ultrajaya Tbk
1.088,89
327.806,37
72.886,34
1.109.530,40
555.041,88
PT Aneka Tambang (Persero) Tbk
3.364,41
1.464.259,05
217.776,64
4.304.344,41
1.774.237,74
PT Dynaplast Tbk.
1.989,00
427.515,66
68.256,51
762.711,89
361.455,00
CONTROL
PT Astra Otoparts Tbk
19.817,80
1.726.219,30
256.387,07
1.937.534,24
1.182.640,46
PT Tambang Timah (Persero) Tbk
4.811,52
1.536.724,94
171.355,90
1.961.449,17
1.383.513,33
PT Ramayana Lestari Santosa Tbk
19.378,11
2.554.049,11
620.003,00
2.496.699,89
1.516.409,61
PT Tunas Baru Lampung Tbk
2.785,45
565.738,21
68.083,30
1.135.153,21
497.885,63
(6)
SNA VIII Solo, 15 – 16 September 2005
Tabel 6
Penyesuaian Inpu Output Perusahaan-perusahaan yang Kurang Efisien
Perusahaan
Employee CGS OperatingExpense Asset Equity Sales
Operating
Profit Net Profit