Analissi tingkat efisiensi perbankan syariah dan faktor internal eksternal yang mempengaruhinya

ANALISIS TINGKAT EFISIENSI PERBANKAN SYARIAH
DAN FAKTOR INTERNAL EKSTERNAL YANG MEMPENGARUHINYA

Skripsi

Oleh:
Nuryana Sari
NIM : 106081002476

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H / 2010 M

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I.

Identitas Pribadi
1. Nama


: Nuryana Sari

2. Tempat & tanggal lahir

: Jakarta, 18 Desember 2010

3. Alamat

: Jl. Karang Tengah Rt.007/ 08 No. 03
Lebak Bulus, Cilandak, Jak- Sel

4. Anak ke-

: 10 dari 10 bersaudara

II. Pendidikan
1. SD

: SD Negeri 05 Pagi Lebak Bulus


2. SMP

: SMP Negeri 226 Jakarta

3. SMA

: SMA Negeri 66 Jakarta

4. SI

: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

III. Pengalaman Organisasi
Paskibraka SMA 66 Jakarta

: Bendahara

BEM Manajemen


: Sekretaris Divisi Lit-bang

IV. Latar Belakang Keluarga
1. Ayah

: Naumar

2. Ibu

: Masiti

3. Alamat

: Jl. Karang Tengah Rt.007/08 No.03
Lebak Bulus, Cilandak, Jak- Sel

iv

ABSTRACT


This study examines the efficiency of Islamic banking and the determinant factors
of internal external which effected. This study using the DEA as a tool of bank
efficiency analysis because of its the eminence to analyze the level of banking
efficiency. Then proceed with an analysis fixed effects regression method (MET)
to analyze the determinant factors of internal and external Islamic banking
efficiency, that is profitability, size, market power, capitalization, SBI, inflation
and economic growth. The results proved that based on the production approach,
intermediation approach, and asset approaches the average level relative
efficiency of Islamic Banking less than 100%. Then The panel data regression
model proved that based on production approaches, profitability variable effects
Islamic Banks efficiency levels. Beside that the result also proved variable size
effect efficiency level of Islamic Banks and variable profitability effect efficiency
level of Syariah Business Unit by the intermediation approach. While the asset
approach, proved variable size effect level of efficiency Islamic Banks and
variable market power and size effect level efficiency of Syariah Business Unit.
Keywords: Efficiency, DEA (Data Envelopment Analysis) and regression panel.

v

ABSTRAK


Penelitian ini mambahas efisiensi perbankan syariah dan faktor internal eksternal
yang mempengaruhinya. Dengan keunggulan- keunggulan yang dimiliki DEA
sebagai alat analisis efisiensi bank, maka penelitian ini menggunakan DEA dalam
mengukur tingkat efisiensi perbankan syariah. Kemudian dilanjutkan dengan
melakukan analisis regresi metode efek tetap (MET) untuk menganalisis pengaruh
faktor internal dan faktor eksternal perbankan syariah yaitu, profitabilitas, size,
market power, kapitalisasi, SBI, inflasi, dan economic growth. Hasil penelitian
menunjukkan berdasarkan pendekatan produksi, pendekatan intermediasi, dan
pendekatan aset rata- rata tingkat efisiensi relatif Perbankan Syariah kurang dari
100%. Dengan analisis regresi model panel data, penelitian ini berhasil
membuktikan bahwa berdasarkan pendekatan produksi terdapat pengaruh variabel
profitabilitas terhadap tingkat efisiensi Bank Umum Syariah. Dengan pendekatan
intermediasi terbukti adanya pengaruh variabel size untuk tingkat efisiensi Bank
Umum Syariah dan variabel profitabilitas untuk tingkat efisiensi Unit Usaha
Syariah. Sedangkan dengan pendekatan aset, terbukti terdapat pengaruh variabel
size untuk tingkat efisiensi Bank Umum Syariah dan variabel market power dan
size untuk tingkat efisiensi Unit Usaha Syariah.
Kata kunci: Efisiensi, DEA (Data Envelopment Analysis) dan regresi panel.


vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah senantiasa memberikan curahan rahmat dan hidayah beserta nikmat yang
tiada tara, terutama nikmat sehat wal afiat, nikmat iman dan Islam sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Tingkat Efisiensi
Perbankan Syariah dan Faktor Internal Eksternal yang Mempengaruhinya” ini
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Shalawat dan salam tidak lupa penulis sanjungkan kepada junjungan Nabi
besar Muhammad SWA yang telah membawa kita dari jaman kegelapan sampai
jaman yang terang- benderang seperti saat ini dengan segala ilmu pengetahuan.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan program
studi Ekonomi Strata Satu (SI), Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Ilmu
Sosial, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. Dalam kesempatan
ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak- pihak yang telah
berkenan memberikan bantuan dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini, antara
lain kepada:
1.


Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu
Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
menyetujui dan memberikan izin kepada penulis dalam penyusunan skripsi
ini.

2.

Indo Yama Nasarudin, SE, MAB, selaku Ketua Jurusan Manajemen yang
telah memberikan persetujuan dalam penyusunan skripsi ini.

3.

Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM, selaku Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan, pengarahan, dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.

4.

Murdiyah Hayati. S. Kom., MM, selaku Pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan, pengarahan, dan motivasi dalam penyelesaian skripsi
ini.

vii

5.

Untuk kedua orang tuaku, yang terus memberikan doa, kasih sayang,
perhatian, dan perjuangan mereka untuk tetap membiayai kuliahku, semoga
kelulusan ini menjadi kado terindah dan dapat sedikit membalas kasih
sayangmu.

6.

Abang- abang, kakak ipar, dan keponakanku tersayang, yang selalu
memberikan semangat dan perhatiannya untuk kelancaran skripsi ini, selalu
menghibur dikala kejenuhan datang menyapa.

7.


Untuk `gajaH ku,,makasiE selama ini selalu ada untuk `kutU, g’ pernah
ninggalin `kutU walaupun selalu jadi tempat marah- marah tapi tetap sabar
dan tetap sayang sama `kutU,,semoga ini jadi awal yang menggembirakan
untuk kita dan bisa jadi sedikit bukti cinta `kutU ke `gajaH.

8.

Teman- teman D’TroC, Manajemen Perbankan, Keuangan, dan Pemasaran
2006, terutama untuk `Anak tiri` dan `Tante tiri`, yang selalu siap untuk
diminta bantuannya dan selalu memberi semangat serta doa untuk kelancaran
penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan pihak- pihak lain yang membutuhkan.

Jakarta, 07 Juni 2010

Penulis


viii

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan........................................................................................... i
Lembar Pengesahan Skripsi .............................................................................. ii
Lembar Komprehensif ....................................................................................... iii
Daftar Riwayat Hidup ..................................................................................... iv
Abstrak . ............................................................................................................ v
Abstract ........................................................................................................... vi
Kata Pengantar ............................................................................................... vi
Daftar Isi ....................................................................................................... viii
Daftar Tabel .................................................................................................... ix
Daftar Gambar ............................................................................................... xi
Daftar Lampiran ............................................................................................ xii

BAB I

PENDAHULUAN ........................................................................... 1

A. Latar Belakang Penelitian ........................................................... 1
B. Perumusan Masalah .................................................................... 9
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 9
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 12
A. Landasan Teori ........................................................................... 12
1.

Karakteristik Dasar Perbankan Syariah ................................. 12

2.

Konsep Pengukuran Efisiensi Perbankan .............................. 14

3.

Metode Pengukuran Efisiensi ............................................... 17

4.

Data Envelopment Analysis (DEA) ...................................... 23

5.

Hubungan Input dan Output Variabel Pengukuran Efisiensi . 25

6.

Determinan Tingkat Efisiensi ............................................... 26

B. Penelitian Terdahulu ................................................................... 30
C. Kerangka Pemikiran .................................................................... 33
D. Hipotesis Penelitian..................................................................... 36

ix

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 38
A. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................... 38
B. Metode Penentuan Sampel .......................................................... 38
C. Metode Pengumpulan Data ......................................................... 39
D. Metode Analisis .......................................................................... 40
E. Operasional Variabel Penelitian .................................................. 47
1.

Definisi Variabel Input dan Output Penelitian ...................... 47

2.

Definisi dan Operasionalisasi Faktor Determinan Tingkat
Efisiensi ............................................................................... 51

3.

Spesifikasi Variabel Input dan Output Pengukuran Tingkat
Efisiensi ............................................................................... 53

4.

Alat Bantu Pengolahan Data ................................................. 56

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN .................................................. 57
A. Gambaran Umum ........................................................................ 57
B. Hasil Pengukuran Tingkat Efisiensi Perbankan Syariah ............... 64
1.

Hasil Perhitungan Efisiensi Pendekatan Produksi ................. 66

2.

Hasil Perhitungan Efisiensi Pendekatan Intermediasi ............ 68

3.

Hasil Perhitungan Efisiensi Pendekatan Aset ........................ 69

C. Peringkat Skor Efisiensi .............................................................. 71
1.

Peringkat Efisiensi Berdasarkan Pendekatan Produksi .......... 71

2.

Peringkat Efisiensi Berdasarkan Pendekatan Intermediasi .... 72

3.

Peringkat Efisiensi Berdasarkan Pendekatan Aset................. 73

D. Pergerakan Skor Efisiensi ........................................................... 74
1.

Pergerakan Skor Efisiensi Pendekatan Produksi ................... 74

2.

Pergerakan Skor Efisiensi Pendekatan Intermediasi .............. 75

3.

Pergerakan Skor Efisiensi Pendekatan Aset .......................... 76

E. Pengujian Hipotesis Efisiensi ...................................................... 77
F. Analisis Regresi Metode Efek Tetap (MET) ................................ 79
1.

Hasil Regresi Pendekatan Produksi ...................................... 79

2.

Hasil Regresi Pendekatan Intermediasi ................................. 82

x

3.
BAB V

Hasil Regresi Pendekatan Aset ............................................. 85

KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 90
A. Kesimpulan ................................................................................. 90
B. Saran- saran ................................................................................ 91

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 94
LAMPIRAN ................................................................................................... 97

xi

DAFTAR TABEL

Tabel
3. 1

Keterangan
Spesifikasi Variabel Input dan Output Pendekatan
Produksi

3. 2

54

Spesifikasi Variabel Input dan Output Pendekatan
Intermediasi

3. 3

Hal

55

Spesifikasi Variabel Input dan Output Pendekatan
Aset

55

4. 1

Perkembangan Aset Perbankan Syariah 2005- 2009

60

4. 2

Perkembangan DPK Perbankan Syariah 2005- 2009

62

4. 3

Perkembangan Pembiayaan Perbankan Syariah
2005- 2009

63

4. 4

Skor Efisiensi Berdasarkan Orientasi Input

71

4. 5

Peringkat Efisiensi Berdasarkan Pendekatan
Produksi

4. 6

72

Peringkat Efisiensi Berdasarkan Pendekatan
Intermediasi

73

4. 7

Peringkat Efisiensi Berdasarkan Pendekatan Aset

73

4. 8

Pergerakan Skor Efisiensi Berdasarkan Pendekatan
Produksi

4. 9

75

Pergerakan Skor Efisiensi Berdasarkan Pendekatan
Intermediasi

4. 10

76

Pergerakan Skor Efisiensi Berdasarkan Pendekatan
Aset

77

4. 11

Rata- rata Efisiensi Seluruh Bank

78

4. 12

Rata- rata Skor Efisiensi Perbankan Syariah

78

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Keterangan

Hal

2. 1

Kerangka Pemikiran

35

3. 2

Efficient Frontier Model CCR

42

3. 3

Efficient Frontier Model BCC

43

4. 1

Perkembangan Aset Perbankan Syariah 2005- 2009

61

4. 2

Perkembangan DPK Perbankan Syariah 2005- 2009

62

4. 3

Perkembangan Pembiayaan Perbankan Syariah
2005- 2009

64

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Keterangan

Hal

1

Indeks Periode Penelitian

97

2

Kode Decision Making Unit (DMU)

98

3

Variabel Input Output Pendekatan Produksi

100

4

Variabel Input Output Pendekatan Intermediasi

102

5

Variabel Input Output Pendekatan Aset

104

6

Data Faktor Internal dan Eksternal

106

7

Output Hasil Uji Efisiensi Perbankan Syariah

108

8

Output Hasil Uji Regresi MET

124

xiv

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian
Kinerja industri perbankan di Indonesia telah mengalami pasang surut
dalam beberapa dekade terakhir. Pada umumnya, kinerja perbankan Indonesia
sebelum terjadinya krisis ekonomi cukup baik dan menunjukkan kemajuan.
Hal ini dapat dilihat dari mobilisasi dana pada tahun 1996 mencapai Rp. 414
trilliun, dana pihak ketiga, giro, tabungan dengan deposito serta kredit
mengalami kenaikan menjadi Rp. 304 trilliun dari Rp. 266 trilliun. Efisiensi
pada tahun tersebut juga masih dapat dikatakan baik. Rasio biaya operasional
terhadap pendapatan operasional menunjukkan nilai 92 %, ROE 16,96 %,
CAR menunjukkan peningkatan (rata- rata) 12,10%.
Namun sejak terjadinya krisis ekonomi pada pertengahan tahun 1997
perbankan swasta maupun persero banyak yang mengalami kesulitan
keuangan, sehingga pada 1 Nopember 1997 16 bank dilikuidasi, 7 bank
dibekukan operasinya pada April 1998 dan pada 13 Maret 1999 terdapat 38
bank yang dilikuidasi.
Pada saat bank konvensional mengalami penurunan pendapatan, justru
perbankan syariah mengalami peningkatan pendapatan. Perbankan syariah
masih dapat memenuhi kinerja yang relatif lebih baik. Hal ini dapat dilihat
dari relatif rendahnya penyaluran pembiayaan yang bermasalah (non
performing loan) pada perbankan syariah dan tidak terjadinya negatif spread
1
1

dalam kegiatan operasionalnya. Karakteristik sistem perbankan syariah yang
beroperasi terutama berdasarkan prinsip bagi hasil memberikan alternatif
sistem perbankan yang saling menguntungkan bagi masyarakat dan bank.
Selain itu, sistem bagi hasil perbankan syariah yang diterapkan dalam produkproduknya menyebabkan bank tersebut relatif mempertahankan kinerjanya
dan tidak hanyut oleh tingkat suku bunga simpanan yang melonjak sehingga
beban operasional lebih rendah dari bank konvensional (Novita Wulandari,
2004). Oleh karena itu, perbankan syariah mampu menyediakan modal
investasi dengan biaya modal investasi yang relatif lebih rendah dibanding
perbankan konvensional kepada masyarakat Indonesia.
Belajar dari pengalaman buruk saat krisis keuangan melanda Indonesia
pada tahun 1998 yang banyak memakan korban perbankan di Indonesia,
maka pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2001
(Lembaran Republik Indonesia Tahun 2001 No. 71) yang bertujuan
menciptakan struktur perbankan domestik yang sehat dan mampu memenuhi
kebutuhan masyarakat dan mendorong pembangunan ekonomi nasional yang
berkesinambungan. Selain PP tersebut bertujuan menciptakan industri
perbankan yang kuat dan daya saing tinggi serta memiliki ketahanan dalam
menghadapi resiko.
PP tersebut tidak hanya mengatur tentang perbankan konvensional tetapi
mengatur tentang perbankan di Indonesia secara keseluruhan termasuk
perbankan syariah di dalamnya. Karena itu, industri perbankan syariah
walaupun terbukti lebih tahan menghadapi krisis pada tahun 1998 juga tetap

2

diharapkan dapat menjalankan aktivitasnya dengan mengacu kepada prinsip
prudential banking.
Seiring dengan semakin membaiknya kondisi perekonomian makro dan
semakin kompetitifnya persaingan dalam industri perbankan, perbankan
syariah dituntut memiliki tingkat efisiensi dan daya saing yang tinggi.
Efisiensi merupakan faktor yang sangat penting bagi kelangsungan hidup
suatu organisasi, dalam hal ini industri perbankan baik secara makro ataupun
secara mikro. Dari sisi makro terkait dengan fungsinya sebagai lembaga
intermediasi, perbankan yang efisien sangat diperlukan untuk menunjang
tercapainya stabilitas harga dan akan memberikan dampak positif pada
sektor-sektor

lain.

Sedangkan

dari

sisi

mikro

tingkat

efisiensi

menggambarkan kemampuan bank mengelola input dan outputnya. Sehingga
pengukuran efisiensi dan analisa terhadap determinan atau faktor-faktor
menjadi hal yang sangat penting untuk mengevaluasi seberapa efisien
operasional dari perbankan syariah dan faktor-faktor yang mempengaruhi
tingkat efisiensi tersebut, sehingga perbankan syariah dapat meningkatkan
efisiensinya.
Otoritas perbankan di Indonesia, dalam hal ini Bank Indonesia sangat
menaruh perhatian terhadap tingkat efisiensi industri perbankan.. Bank sentral
sangat berkepentingan terhadap terciptanya suatu sistem perbankan yang
sehat dan efisien untuk menopang program-program stabilisasi dan
pertumbuhan ekonomi makro. Oleh karena itu pengukuran efisiensi
dibutuhkan untuk menilai efektifitas transmisi kebijakan moneter terhadap

3

perkembangan perbankan termasuk perbankan syariah. Peningkatan efisiensi
operasi dan daya saing industri perbankan syariah merupakan fokus kegiatan
yang penting dalam pengembangan dan pengaturan perbankan syariah
nasional sebagaimana tercermin dalam misi pengembangan perbankan
syariah nasional.
Bank Muamalat Indonesia yang merupakan bank syariah pertama di
Indonesia yang berdiri pada tahun 1992 kini bukanlah pemain tunggal dalam
persaingan merebut potensi keuangan syariah yang ada di Indonesia. Dalam
beberapa tahun terakhir jumlah bank yang menawarkan jasa perbankan
syariah bertambah dari hanya 5 bank yang diantaranya terdapat dua bank
umum syariah pada tahun 2000 menjadi 166 yang terdiri dari 5 bank umum,
24 unit usaha syariah 137 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah pada akhir tahun
2009 (Statistik Perbankan Syariah: 2009).
Masih merujuk pada Statistik Perbankan Syariah yang dikeluarkan oleh
Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, pada tahun 2009 jumlah asset
perbankan syariah mencapai 2,5% dari total asset perbankan nasional, yaitu
mencapai Rp 59,996 triliun. Total dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun
sejumlah Rp 46,539 triliun pada September 2009 dan perbankan syariah telah
menyalurkan dalam berbagai bentuk pembiayaan sebesar Rp 46,046 triliun.
Melalui Financing to Deposit Ratio atau Loan to Deposit Ratio Bank umum
dan unit usaha syariah yang mencapai 98,11%

kemudian disusul Bank

Pembiayaan Rakyat syariah sebesar 131,55% mencerminkan fungsi
intermediasi yang dilaksanakan dengan baik bahkan lebih baik jika

4

dibandingkan dengan perbankan secara keseluruhan yang hanya mencapai
65,24%.
Walaupun

perkembangan

perbankan

syariah

sebagai

lembaga

intermediasi di Indonesia sepuluh tahun terakhir semakin pesat dan mulai
diperhitungkan ternyata perbankan syariah masih belum mampu berperan
besar dalam industri perbankan nasional yang menganut sistem dual banking.
Kontribusi atau share perbankan syariah terhadap perbankan nasional sebesar
2,5% pada akhir tahun 2009 relatif belum dapat diperhitungkan sebagai
lembaga yang dapat mempengaruhi indikator-indikator ekonomi makro,
sebaliknya tidak dapat dipungkiri variabel makro seperti inflasi, dan
pergerakan tingkat bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) mempengaruhi
operasional dan efisiensi perbankan syariah baik secara langsung maupun
tidak langsung, meskipun pengaruhnya bersifat umum, yaitu berdampak
terhadap seluruh bank. Oleh karena itu untuk internal bank penelitian
mengenai pengaruh variabel makro seperti tingkat inflasi dan pertumbuhan
ekonomi dan kebijakan moneter seperti tingkat bunga Sertifikat bank
Indonesia (SBI) dan variabel mikro seperti tingkat profitabilitas, kapitalisasi,
dan Market Power diperlukan untuk mengetahui besarnya dampak variabel
makro dan mikro tersebut terhadap tingkat efisiensi bank sehingga
manajemen bank dapat menyusun program-program perbaikan peningkatan
efisiensi (performance) dan mengantisipasi pengaruh yang merugikan bank.
Terkait dengan efisiensi perbankan, nasabah bank sebagai pengguna jasa
keuangan sangat berkepentingan dengan efisiensi lembaga perbankan karena

5

mereka terkait langsung dengan risiko dan biaya yang akan mereka tanggung
dan manfaat yang akan mereka peroleh dari melakukan transaksi dengan
suatu bank. Bank yang efisien pada umumnya cenderung dapat memberikan
pelayanan yang lebih baik kepada para nasabahnya dengan tarif yang lebih
kompetitif. Dilain pihak, bank yang tidak efisien biasanya cenderung
menetapkan pricing dalam bentuk ínterest margin dan biaya transaksi yang
tinggi. Hal ini jelas kurang menguntungkan bagi nasabah pengguna jasa
perbankan.
Pada dasarnya tingkat kesehatan suatu bank, termasuk tingkat
efisiensinya dapat dinilai dengan menggunakan berbagai indikator, salah satu
sumber yang dapat dijadikan dasar penilaian adalah laporan keuangan dari
bank yang bersangkutan. Berdasarkan laporan keuangan lembaga perbankan
dapat dikalkulasikan sejumlah rasio keuangan yang dapat dimanfaatkan untuk
memprediksi tingkat keuntungan, memprediksi masa depan, dan untuk
mengantisipasi kondisi di masa depan (Vicky Rahma Putri dan Niki
Lukviarman : 2004). Namun, pendekatan analisis ini memiliki kelemahan
yang disebabkan oleh kesulitan dan validitas hasil perhitungan rasio keuangan
melalui perbandingan dua perusahaan yang secara relative memiliki
karakteristik berbeda. Dalam mengevaluasi kinerja lembaga perbankan dapat
digunakan rasio keuangan dengan mengkombinasikannya dengan teknik nonparametrik sehingga menjadi saling melengkapi antara satu dengan yang
lainnya.

6

Salah satu teknik non-parametrik yang telah banyak digunakan dalam
penelitian lain untuk mengukur efisiensi di berbagai bidang atau industri
adalah teknik Data Envelopment Analysis (Jibendu Kumar Mantri: 2008).
Priyonggo Suseno (2008) meneliti efisiensi dan skala ekonomi pada industri
perbankan syariah di Indonesia dengan teknik DEA. Input variabel yang
digunakan adalah biaya bagi hasil, biaya lainnya dan asset. Sedangkan
variable output adalah pendapatan bunga, pendapatan lainnya dan volume
kredit. Dengan sampel 10 bank, penelitian ini menyimpulkan bahwa secara
umum perbankan syariah di Indonesia tahun 1999-2004 cukup efisien dan
tidak terdapat skala ekonomis di dalamnya.
Vicky Rahma Putri dan Niki Lukviarman (2008) mengukur kinerja bank
komersil dengan analisis DEA. Variabel yang digunakan adalah efisiensi
yang diukur dengan menggunakan rasio keuangan. Dari hasil penelitian ini
dapat disimpulkan bahwa dari 17 bank yang dijadikan sampel penelitian,
tidak ditemukan bank yang konsisten beroperasi secara efisien selama 3 tahun
periode penelitian.
Margaretha Tri Utami (2008) meneliti faktor- faktor yang mempengaruhi
kinerja keuangan bank syariah selama 3 (tiga) tahun. Temuan dari penelitian
ini adalah bahwa pendapatan negara dan equity to total assets yang baik akan
berpengaruh secara positif terhadap kinerja.
Dengan keunggulan-keunggulan yang dimiliki DEA sebagai alat analisis
efisiensi bank, penulis akan menggunakan DEA dalam mengukur tingkat
efisiensi perbankan syariah. Kemudian dilanjutkan dengan melakukan

7

analisis regresi metode efek tetap (MET) untuk menganalisis pengaruh faktor
internal dan faktor eksternal perbankan syariah yaitu, profitabilitas, size,
market power, kapitalisasi, SBI, inflasi dan economic growth.
Dengan penambahan beberapa faktor internal dan eksternal penelitian ini
akan melengkapi penelitian-penelitian sebelumnya yang menganalisis
efisiensi perbankan di Indonesia, antara lain Surifah (2002) yang meneliti
kinerja perbankan swasta nasional dengan menggunakan CAMEL, Priyonggo
Suseno (2008) yang meneliti efisiensi perbankan syariah dikaitkan dengan
besarnya asset yang dimiliki, Zaenal Abidin (2007) yang meneliti efisiensi
pada bank umum dan Donsyah Yudhistira (2003) yang meneliti tingkat
efisiensi 18 bank syariah di berbagai Negara. Maka penulis mengangkat judul
“Analisis Tingkat Efisiensi Perbankan Syariah dan Faktor Internal Eksternal
yang Mempengaruhinya”.
Penulis

melakukan

pembatasan

masalah

dengan

tujuan

dalam

pembahasan selanjutnya tidak mengalami perluasan. Adapun batasan masalah
tersebut adalah :
1.

Penelitian ini dilakukan pada perbankan syariah di Indonesia.

2.

Penelitian ini dilakukan pada rentang waktu triwulan I tahun 2006
sampai dengan triwulan II tahun 2009.

8

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk menganalisa:
1.

Bagaimana tingkat efisiensi perbankan syariah dilihat dari pendekatan
produksi, pendekatan intermediasi, dan pendekatan asset?

2.

Apakah faktor internal bank seperti kapitalisasi, tingkat profitabilitas,
market power, size dan faktor eksternal bank seperti, economic growth,
inflasi, dan pergerakan tingkat suku bunga Surat Berharga Bank
Indonesia (SBI) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat
efisiensi Bank Umum Syariah?

3.

Apakah faktor internal bank seperti kapitalisasi, tingkat profitabilitas,
market power, size dan faktor eksternal bank seperti, economic growth,
inflasi, dan pergerakan tingkat suku bunga Surat Berharga Bank
Indonesia (SBI) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat
efisiensi Unit Usaha Syariah?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah :
1.

Menganalisis tingkat efisiensi perbankan syariah dilihat dari pendekatan
produksi, pendekatan intermediasi, dan pendekatan aset.

2.

Menganalisis

faktor

internal

bank

seperti

kapitalisasi,

tingkat

profitabilitas, market power, size dan faktor eksternal bank seperti,
economic growth, inflasi, dan pergerakan tingkat suku bunga Surat

9

Berharga Bank Indonesia (SBI) memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap tingkat efisiensi Bank Umum Syariah.
3.

Menganalisis

faktor

internal

bank

seperti

kapitalisasi,

tingkat

profitabilitas, market power, size dan faktor eksternal bank seperti,
economic growth, inflasi, dan pergerakan tingkat suku bunga Surat
Berharga Bank Indonesia (SBI) memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap tingkat efisiensi Unit Usaha Syariah.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1.

Bagi Perbankan Syariah
Informasi tentang hal-hal yang berkaitan tentang evaluasi kinerja terlebih
tentang efisiensi dalam beroperasi sangat penting untuk manajemen.
Dengan informasi tersebut, manajemen dapat merancang strategi operasi
yang efisien untuk meningkatkan kinerja dan daya saing dengan
perusahaan yang lain.

2.

Pemerintah dan Bank Indonesia
Bagi pemerintah dan juga Bank Indonesia tentu saja sangat
berkepentingan dengan informasi tentang pengaruh kebijakan-kebijakan
yang mereka buat. Apakah kebijakan tersebut efektif mendorong
pertumbuhan perbankan syariah atau sebaliknya kontraproduktif dengan
pertumbuhan perbankan syariah.

10

3.

Peneliti/Akademisi
Penelitian ini dapat melengkapi penelitian-penelitian sebelumnya tentang
efisiensi perbankan di Indonesia pada umumnya dan sektor perbankan
syariah secara khusus.

4.

Masyarakat
Masyarakat luas mendapat penjelasan tentang efisiensi perbankan,
sebagai bahan pertimbangan dalam hal menitipkan dana mereka. Dengan
mengetahui baik tidaknya kinerja bank, masyarakat akan terhindar dari
resiko yang tidak diinginkan pada saat mereka menitipkan dananya ke
bank.

11

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1.

Karakteristik Dasar Perbankan Syariah
Bank

Syariah adalah bank

yang beroperasi

dengan

tidak

mengandalkan pada bunga. Dengan kata lain, Bank Islam (Bank Syariah)
adalah

lembaga

keuangan

yang

usaha

pokoknya

memberikan

pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta
peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip
syariat Islam (Muhammad, 2004; 1).
Bank Syariah adalah bank yang dalam aktivitasnya, baik
penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya
memberikan dan mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah yaitu
jual beli dan bagi hasil (Y. Sri Susilo, 2000; 110).
Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya
memberikan kredit dan jasa- jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta
peredaran uang yang beroperasi disesuaikan prinsip- prinsip syariah
(Heri Sudarsono, 2003; 18).
Antonio dan Perwaatmadja membedakan bank syariah menjadi dua
pengertian, yaitu Bank Islam dan Bank yang beroperasi dengan prinsip
syariah Islam. Bank Islam adalah (1) bank yang beropeasi sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah Islam; (2) adalah bank yang tata cara

12

12

beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al Quran dan Hadis.
Sementara bank yang beroperasi sesuai prinsip syariah Islam adalah bank
yang dalam beroperasinya itu mengikuti ketentuan-ketentuan syariah
Islam, khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalat secara Islam.
Dalam

tata

cara

bermuamalat

ini

menghindari

praktek

yang

dikhawatirkan mengandung unsur riba dan diisi dengan kegiatankegiatan investasi atas dasar bagi hasil dan pembiayaan perdagangan
(Muhammad, 2004; 1).
Kegiatan bank syariah merupakan implementasi dari prinsip
ekonomi Islam dengan karakteristik, yakni :
a.

Pelarangan riba dalam berbagai bentuknya.

b.

Tidak mengenal konsep nilai waktu dari uang (time value of money).

c.

Konsep uang sebagai alat tukar bukan sebagai komoditas.

d.

Tidak diperkenankan melakukan kegiatan yang bersifat spekulatif.

e.

Tidak diperkenankan menggunakan dua harga untuk satu barang.

f.

Tidak diperkenankan dua transaksi dalam satu akad.
Oleh karena itu, dalam operasinya perbankan syariah tidak

menerapkan sistem bunga seperti bank konvensional tetapi menerapkan
sistem bagi hasil. Hal ini sesuai dengan fatwa MUI tanggal 16 Desember
2003 yang menggolongkan bunga bank termasuk riba, dan menurut AlQur`an riba adalah haram.

13

2.

Konsep Pengukuran Efisiensi Perbankan
Kinerja merupakan status organisasi secara keseluruhan dibanding
pesaingnya, atau terhadap suatu standar, baik internal maupun standar
eksternal. Kinerja organisasi bersifat multidimensional, oleh sebab itu
harus ditentukan atas dasar berbagai profil ukuran. Profil ukuran yang
populer antara lain: ekonomi, efektifitas, dan efisiensi. Penelitian ini
memfokuskan pada pengukuran efisiensi (Priyonggo Suseno: 2008).
Efisiensi adalah suatu istilah yang sifatnya relatif, yaitu selalu harus
dikaitkan dengan kriteria tertentu. Ahli ekonomi melihat efisiensi dari
dua sudut pandang, sudut pandang positif dan normatif. Pandangan
positif didasarkan pada prilaku manusia yang selalu mencari peningkatan
nilai atau value (utility maximization dan profit maximization theory).
Pencarian value adalah pendorong terciptanya mekanisme pasar. Jika
tercapai suatu situasi dimana masih ada value yang belum tereksploitasi,
prilaku manusia adalah selalu berusaha mencari jalan untuk mencapai
value tersebut. Pandangan normatif berakar dari keinginan untuk
membuat kebijakan. Untuk menilai apakah kebijakan yang satu lebih
baik dari pada kebijakan yang lainnya, dibutuhkan suatu dasar untuk
perbandingan (Surifah: 2002).
Konsep efisiensi diawali dari konsep teori produksi yang
menjelaskan hubungan teknis antara faktor input dan faktor output.
Fungsi produksi menggambarkan proses pentransformasian input
menjadi output pada satu periode tertentu. Salah satu model yang

14

digunakan untuk menjelaskan fungsi produksi adalah model fungsi
production frontier. Garis ini menggambarkan hubungan antara input dan
output dalam proses produksi. Garis frontier produksi ini mewakili
tingkat output maksimum dari setiap penggunaaan input yang mewakili
penggunaan teknologi dari suatu perusahaan atau industri. Keunggulan
dari model fungsi produksi frontier adalah kemampuannya untuk
menganalisa keefisienan dan ketidakefisienan teknis suatu proses
produksi (Cinca C. Serrano: 2002).
Ditinjau dari teori ekonomi ada dua macam pengertian efisiensi,
yaitu efisiensi teknis dan efisiensi ekonomi. Efisiensi teknis mempunyai
sudut pandang mikroekonomi, sedangkan efisiensi ekonomi mempunyai
sudut pandang makroekonomi. Pengukuran efisiensi teknis cenderung
terbatas pada hubungan teknis dan operasional dalam proses konversi
input menjadi output. Sedangkan dalam efisiensi ekonomi, harga tidak
dapat dianggap sudah ditentukan (given), karena harga dapat dipengaruhi
oleh kebijakan makro (Donsyah Yudhistira: 2003).
Berkaitan dengan hal ini, Farrel (1957) telah mengemukakan bahwa
efisiensi sebuah perusahaan terdiri dari dua komponen yaitu: (1)
technical efficiency dan (2) allocative efficiency. Technical efficiency
menggambarkan kemampuan perusahaan untuk memilih kombinasi input
yang optimal pada tingkat harga dan teknologi tertentu. Efisiensi teknis
(technical
perusahaan

efficiency)

memusatkan

menggunakan

input

perhatian
dalam

pada

kemampuan

menghasilkan

output

15

dibandingkan dengan best practise. Sedangkan efisiensi alokatif
(allocative efficiency) mencerminkan kemampuan perusahaan dalam
mengoptimalkan penggunaan inputnya, dengan struktur harga dan
teknologi produksinya. Kedua ukuran ini yang kemudian dikombinasikan
menjadi efisiensi ekonomi (economic efficiency). Suatu perusahaan dapat
dikatakan efisien secara ekonomi jika dapat meminimalkan biaya
produksi untuk menghasilkan output tertentu dengan suatu tingkat
teknologi yang umumnya digunakan serta harga pasar yang berlaku.
Menurut Lovell (1994), efisiensi teknis hanya merupakan salah satu
komponen dari efisiensi ekonomi secara keseluruhan. Namun dalam
rangka mencapai efisiensi ekonominya suatu perusahaan harus efisien
secara teknis. Dalam rangka mencapai tingkat keuntungan (profit) yang
maksimal, perusahaan harus memproduksi output yang maksimal dengan
input tertentu (efisien teknis) dan memproduksi output dengan kombinasi
yang tepat dengan tingkat harga tertentu (efisiensi alokatif).
Di

sektor

perbankan,

pengukuran

efisiensi

(performance

measurement) juga merupakan salah satu hal yang sangat diperlukan
untuk mengetahui kinerja dari sistem perbankan tersebut. Dapat
dikemukakan tiga alasan penting mengapa studi mengenai efisiensi di
sektor perbankan amat penting dilakukan yaitu: pertama, industri
perbankan memegang peranan yang sangat krusial dalam pembangunan
ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Disamping sebagai produsen
jasa

keuangan,

industri

ini

juga

berperan

sebagai

penggerak

16

pembangunan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja sebagai sumber
pendapatan masyarakat. Dalam kaitan ini, sistem perbankan masih
merupakan pemain utama dalam intermediasi antara pihak-pihak yang
membutuhkan dana, sehingga dapat meningkatkan efektifitas dan
produktifitas sumber-sumber keuangan (financial resources) masyarakat.
Kedua, lembaga perbankan menghadapi tantangan globalisasi dan
persaingan internasional yang semakin tajam. Persaingan tidak hanya
terjadi antara sesama bank domestik tetapi juga antara bank domestik
dengan bank asing. Dengan kondisi persaingan yang semakin terbuka
tersebut maka bank-bank domestik yang kurang efisien, misalnya biaya
operasinya tinggi, sangat mungkin akan tersingkir dari pasar. Ketiga,
konsep dan informasi hasil penelitian dapat menjadi masukan penting
bagi berbagai pihak terkait dengan industri perbankan. Para pimpinan
bank dapat memanfaatkannya untuk meningkatkan kinerja bank
sementara para investor dapat menggunakannya untuk mengambil
keputusan investasi. Demikian pula dengan otoritas moneter dan
perbankan yang juga mempunyai kepentingan terhadap efisiensi
perbankan karena kinerja dari sektor perbankan bisa berpengaruh
terhadap kinerja sektor-sektor ekonomi lainnya.
3.

Metode Pengukuran Efisiensi
Terdapat beberapa metode untuk mengukur kinerja suatu organisasi
baik standard internal maupun eksternal, antara lain dengan analisis rasio
dan analisis frontier.

17

a.

Analisis Rasio
Analisis Rasio ini merupakan pendekatan tradisional dengan
menggunakan rasio-rasio keuangan seperti pengukuran Return on
Asets (ROA), Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasi/
Pendapatan Operasi (BOPO). Untuk pengukuran efisiensi suatu unit
kegiatan ekonomi multi ouput dan multi output biasanya
dipergunakan

analisis

rasio

secara

bersamaan.

Kelemahan

pendekatan rasio adalah kesulitan untuk menentukan unit kegiatan
ekonomi mana yang paling efisien apabila analisis dilakukan
terhadap sejumlah unit kegiatan ekonomi yang memiliki bidang
usaha yang sama.
b. Analisis Efisien Frontier
Menurut Berger, A. N. Dan Humprey D.B (1997), beberapa
tahun terakhir ini perhitungan kinerja lembaga keuangan lebih
difokuskan kepada efisien frontier atau X-efficiency, yang mengukur
penyimpangan dari lembaga keuangan berdasarkan ‘best practice’
atau berlaku umum pada frontier efisiensinya. Jadi analisis efisien
frontier dari suatu lembaga keuangan diukur melalui bagaimana
kinerja lembaga keuangan tersebut relatif terhadap perkiraan kinerja
lembaga keuangan terbaik dari industri tersebut, dengan catatan
semua lembaga keuangan tersebut menghadapi kondisi pasar yang
sama.

18

Analisis efisien frontier cukup superior bagi sebagian besar
standar rasio keuangan yang digunakan oleh regulator, manager
lembaga keuangan atau konsultan industri dalam menganalisa
kinerja keuangan. Efisien frontier superior karena ukuran dari efisien
frontier menggunakan teknik pemrogaman atau statistik yang
menghilangkan pengaruh dari perbedaan dalam harga input dan
faktor pasar eksogen lainnya yang mempengaruhi kinerja standar
atau rasio dalam rangka mendapatkan estimasi yang terbaik
berdasarkan kinerja para manager.
Analisis rasio dan analisis frontier merupakan alat analisis yang
dapat digunakan sesuai kebutuhan analisa dan penelitian. Analisis
rasio merupakan pendekatan parsial sedangkan analisis frontier
bersifat lebih menyeluruh (total faktor productivity measures).
Dalam perkembangannya, analisis frontier ini lebih diutamakan
karena hasil pengukurannya lebih objektif, bisa didapatkan dari
ukuran-ukuran

numerik,

ukuran

kinerja

relatif

yang

bisa

memasukkan banyak faktor seperti faktor biaya (input), keuntungan
(output) dan faktor-faktor lainnya untuk menghitung efisiensi relatif
dibandingkan dengan kinerja terbaik institusi pada industri sejenis.
Berbagai informasi mengenai struktur dari frontier dan efisiensi
relatif dari unit ekonomi mengandung berbagi kebijakan terapan,
dimana hal ini sesuai diterapkan untuk pengukuran efisiensi bank
syariah. Pendekatan frontier seperti DEA sebenarnya bertitik tolak

19

dari analisis rasio yaitu rasio output terhadap input (output/input),
perbedaannya adalah DEA mengkombinasikan seluruh input dan
output secara terintegrasi.
c.

Pendekatan Parametrik dan Non parametrik
Untuk analisis frontier ada dua pendekatan yang dapat
digunakan, yaitu pendekatan non-parametrik dan parametrik.
Pendekatan
menggunakan

parametrik
ekonometrik

melakukan
yang

pengukuran

stokastik

dan

dengan
berusaha

menghilangkan gangguan dari pengaruh ketidakefisienan. Metode
parametrik meliputi Stochastic Frontier Approach (SFA), Thick
Frontier Approach (TFA), dan Distribution Free Approach (SFA).
Metode non parametrik dengan program linier (Non parametric
Linear Progamming Approach) melakukan pengukuran non
parametrik dengan menggunakan pendekatan yang tidak stokastik
dan cenderung mengkombinasikan gangguan dan ketidakefisienan.
Metode non parametrik meliputi Free Disposal Hull (FDH) dan
Data Envelopment Analysis (DEA).
Perbedaan antara pendekatan parametrik dan non parametrik,
prosedur parametrik untuk melihat hubungan antara input dan output
diperlukan informasi yang akurat untuk harga input dan variabel
eksogen lainnya. Pengetahuan mengenai bentuk fungsi yang tepat
dari frontier dan struktur dari an on-sided error (jika digunakan),
dan ukuran sampel yang cukup dibutuhkan untuk menghasilkan

20

kesimpulan secara statistika (statistical inferences). Pendekatan non
parametrik tidak menggunakan informasi, sehingga sedikit data yang
dibutuhkan, lebih sedikit asumsi yang diperlukan dan sampel yang
lebih sedikit dapat dipergunakan. Namun demikian, kesimpulan
secara statistika tidak dapat diambil jika menggunakan metode non
parametrik. Untuk mengatasi hal ini, salah satu cara yang digunakan
adalah analisa regresi yang dikenal dengan ”two step procedure”.
Ide dasar dari metode ini yaitu memperlakukan nilai-nilai efisiensi
(efficiency score) yang dihasilkan oleh model DEA sebagai data atau
indeks

dan

kemudian

menggunakan

analisa

regresi

untuk

menjelaskan variasi yang terjadi diantara nilai-nilai efisiensi
tersebut.
Pendekatan parametrik dan non parametrik mempunyai tujuan
yang sama yaitu untuk memperoleh suatu frontier yang akurat.
Namun demikian, kedua pendekatan menggunakan metode yang
berbeda untuk mencapai tujuan tersebut. Pendekatan parametrik
menghasilkan stochastic frontier sedangkan pendekatan parametrik
menghasilkan production frontier. Perbedaan utama lainnya adalah
bahwa pendekatan parametrik memasukkan random error pada
frontier, sementara pendekatan non parametrik tidak memasukkan
random error. Sebagai konsekwensinya, pendekatan non parametrik
tidak dapat memperhitungkan faktor-faktor seperti perbedaan harga
antar daerah, perbedaan peraturan, perilaku baik buruknya data,

21

observasi yang ekstrim, dan lain sebagainya sebagai faktor-faktor
ketidakefisienan.
Dengan demikian, pendekatan non parametrik dapat digunakan
untuk mengukur inefisiensi secara lebih umum. Kelemahan dari
pendekatan non parametrik adalah satu outlier dapat secara
signifikan mempengaruhi perhitungan dari efisiensi dari setiap
perusahaan. Namun demikian, hal tersebut tidak terlalu merisaukan
karena kedua pendekatan akan menghasilkan hasil yang mirip. Hal
ini akan terjadi jika sampel yang dianalisis merupakan unit yang
sama dan menggunakan proses produksi yang sama.
Pendekatan non parametrik mempunyai beberapa keuntungan
relatif dibandingkan dengan teknik parametrik. Dalam mengukur
efisiensi, pendekatan non parametrik mengidentifikasi unit yang
digunakan sebagai referensi yang dapat membantu untuk mencari
penyebab dan jalan keluar dari ketidakefisienan, yang merupakan
keuntungan utama dalam aplikasi manajerial. Selain itu, pendekatan
non parametrik tidak memerlukan spesifikasi yang lengkap dari
bentuk fungsi yang menunjukkan hubungan produksi dan distribusi
dari observasi. Selain itu pendekatan parametrik sangat tergantung
pada asumsi mengenai data produksi dan distribusi.
Dengan referensi penelitian sebelumnya, penelitian ini akan
dilakukan dengan menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA)
dan analisis regresi model panel data dengan menggunakan software

22

DEA Frontier dan software EViews. Model DEA dipilih karena
mampu mengukur efisiensi dengan lebih umum, telah banyak
digunakan dalam berbagai penelitian efisiensi sebelumnya dan
menggunakan software yang digunakan untuk pemrosesan data
relatif mudah diperoleh dan dioperasionalkan. Sedangkan, analisis
regresi model panel data dipilih karena jenis data yang digunakan
adalah data panel. Disamping itu, software DEA Frontier dan
EViews yang akan digunakan untuk pemrosesan data relatif mudah
diperoleh dan dioperasionalkan.
4.

Data Envelopment Analysis (DEA)
Data

Envelopment

Analysis

(DEA)

adalah

sebuah

teknik

pemrograman matematis yang digunakan untuk mengevaluasi efisiensi
relatif dari sebuah kumpulan unit- unit pembuat keputusan atau Decision
Making Units (DMU) dalam mengelola sumber daya (input) dengan jenis
yang sama sehingga menjadi hasil (output) dengan jenis yang sama pula,
di mana hubungan bentuk fungsi dari input ke output tidak perlu
diketahui.
Metode DEA pertama kali ditemukan oleh Charnes, Cooper, dan
Rhodes pada tahun 1978. Model yang berorientasi pada input
berdasarkan asumsi Constant Return to Scale sehingga dikenal dengan
model CCR. Dalam model CCR setiap DMU akan dibandingkan dengan
seluruh DMU yang ada di sampel dengan asumsi bahwa kondisi internal
dan eksternal DMU adalah sama. Kritik terhadap asumsi CCR bahwa

23

asumsi ini hanya sesuai untuk kondisi di mana seluruh DMU beroperasi
pada skala optimal. Namun dalam kenyataanya, meskipun DMU tersebut
beroperasi dengan sumber daya (input) yang sama dan menghasilkan
output yang sama pula tetapi kondisi internal dan eksternalnya mungkin
berbeda yang bisa mengakibatkan sebuah DMU tidak beroperasi pada
skala optimal, misalnya kondisi persaingan yang tidak sempurna. Model
CCR lebih tepat digunakan untuk menganalisis kinerja pada perusahaan
manufaktur, karena dalam pendekatan CCR ini mengikuti konsep
Constant Returns to Scale, artinya penambahan satu input harus
menambah satu output. Jika asumsi CCR tetap digunakan untuk DMU
yang tidak beroperasi secara optimal maka akan timbul ketidakjelasan
inefficiency yang disebabkan technical efficiency dan bercampur dengan
scale efficiency.
Sehubungan dengan kelemahan asumsi CCR tersebut, muncul
asumsi alternatif variable return to scale, yang dikenal dengan model
BCC (Banker, Charnes, dan Coopers). Model BCC merupakan
pengembangan dari model CCR untuk memenuhi kebutuhan penelitian.
Perbedaan utama model CCR dengan BCC adalah model pertama
menghasilkan evaluasi terhadap overall efficiency sementara model
kedua telah dapat memisahkan technical efficiency dengan scale
efficiency.
Variable return to scale berarti bahwa penambahan input sebesar x
kali tidak akan menyebabkan output meningkat sebesar x kali, bisa lebih

24

kecil atau lebih besar x kali. Pendekatan BCC ini relatif lebih tepat
digunakan dalam menganalisis efisiensi kinerja pada perusahaan jasa,
dalam hal ini bank syariah. Karena dalam perusahaan jasa, faktor dari
sumber daya manusia lebih signifikan peranannya dibandingkan dengan
faktor- faktor lainnya, seperti kas, modal, dan lain- lain.
a.

Pengukuran Berorientasi Input (Input Oriented Measure)
Pengukuran berorientasi input menunjukkan sejumlah input dapat
dikurangi secara proporsional tanpa mengubah jumlah output yang
dihasilkan.

b. Pengukuran Berorientasi Output (Output Oriented Measure)
Orientasi

output

mengukur

apabila

sejumlah

output

dapat

ditingkatkan secara proporsional tanpa mengubah jumlah output
yang digunakan.
5.

Hubungan Input dan Output Variabel Pengukuran Efisiensi
Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk menjelaskan
hubungan input dan output yang digunakan untuk pengukuran efisiensi
dari institusi keuangan, yaitu pendekatan produksi (production
approach), pendekatan intermediasi (intermediation approach) dan
pendekatan asset (asset approach).
a.

Pendekatan Produksi (Production Approach)
Pada bank syariah pendekatan produksi melihat aktivitas bank
sebagai sebuah produksi jasa bagi para pemilik dana (shohibul mal)
dan pengelola dana (mudharib). Pendekatan ini mendefinisikan

25

output sebagai penjumlahan dari rekening-rekening pendapatan
utama dari operasional bank, pendapatan non-operasional dan
pendapatan lainnya. Sedangkan input institusional adalah biaya
tenaga kerja dan modal serta pembayaran nisbah bagi hasil.
b. Pendekatan Intermediasi (Intermediation Approach)
Pada bank syariah pendekatan ini menerangkan aktivitas
perbankan sebagai pentransformasian dana yang dimiliki yang
berasal dari giro wadiah, tabungan dan deposito mudharabah (dana
pihak ketiga) menjadi dana yang digunakan untuk pembiayaan oleh
mudharib. Output dalam pendekatan ini diukur melalui pembiayaan
mudharabah, murabahah, ijarah, istishna dan salam. Sedangkan input
dalam pendekatan ini dihitung dari jumlah tenaga kerja, pengeluaran
modal pada aktiva tetap dan material lainnya.
c.

Pendekatan Aset (Asset Approach)
Pada bank syariah pendekatan asset pada bank syariah
mengukur

kemampuan

perbankan

dalam

menanamkan

atau

mengelola dana dalam bentuk pembiayaan, surat-surat berharga,
alternatif pengelolaan asset lainnya dan aktiva lancar yang dimiliki
sebagai output. Sedangkan untuk inputnya diukur dari total asset
yang dimiliki bank.
6.

Determinan Tingkat Efisiensi
Setelah penentuan variabel- variabel input dan output untuk
mengukur tingkat efisiensi, langkah selanjutnya adalah meneliti variabel-

26

variabel yang diduga memiliki hubungan terhadap tingkat efisiensi.
Determinan yang mempengaruhi efisiensi di mana manajemen bank tidak
dapat mengontrol faktor tersebut dapat dilihat dari aspek internal bank
dan aspek eksternal bank.
a.

Faktor Internal
Faktor internal mencerminkan kondisi di dalam perbankan atau
karakteristik dari bank itu sendiri seperti kapitalisasi, size (ukuran
bank), profitabilitas, market power, dan lain- lain.
1) Kapitalisasi
Kapitalisasi menunjukkan kemampuan modal yang dimiliki
oleh bank untuk mengakumulasikan asset yang dimiliki oleh
bank. Kapitalisasi ini sangat penting karena bank sebagai
lembaga intermediasi harus bisa meningkatkan kapitalisasinya
untuk melakukan pembiayaan sekaligus mempe