Perda Kab Kuningan 7 Thn 2015

B UPATI K UNING AN
PR OV INS I J AWA B AR AT
PE R ATUR AN D AE R AH K AB UPATE N K UNING AN
NOMOR

7 TAHUN 2015

TE NTANG
PE R L IND UNG AN L AHAN PE R TANIAN PANG AN B E R K E L ANJ UTAN
K AB UPATE N K UNING AN

D E NG AN R AHMAT T UHAN Y ANG MAHA E S A

B UPATI K UNING AN,

Menimbang

:

a. bahwa Pemerintah D aerah K abupaten K uningan perlu
menjamin penyediaan lahan pertanian pangan berk elanjutan

sebagai sumber pangan, pek erjaan dan penghidupan yang
layak bagi k emanusiaan dengan mengedepank an prinsip
k ebersamaan, efisiensi berk eadilan, berk elanjutan, berwawasan
lingk ungan, dan k emandirian, serta menjaga k eseimbangan,
k emajuan, dan k esatuan ek onomi nasional;
b. bahwa semak in meningk atnya pertambahan penduduk ,
perk embangan ek onomi dan industri mengak ibatk an terjadinya
degradasi, alih fungsi dan fragmentasi lahan pertanian pangan
telah menurunk an daya duk ung wilayah dalam menjaga
k emandirian, k etahanan, dan k edaulatan pangan;
c. bahwa berdasark an pertimbangan sebagaimana dimak sud
dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan
D aerah tentang Perlindungan L ahan Pertanian Pangan
B erk elanjutan K abupaten K uningan;

Mengingat

:

1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang D asar Negara R epublik

Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentuk an
D aerah-D aerah K abupaten D alam L ingk ungan Provinsi J awa
B arat (B erita Negara R epublik Indonesia Tahun 1950);
S ebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 4
Tahun 1968 tentang Pembentuk an K abupaten Purwak arta dan
K abupaten S ubang dengan mengubah Undang-Undang Nomor
14 Tahun 1950 tentang Pembentuk an D aerah-D aerah
K abupaten D alam L ingk ungan Provinsi J awa B arat (L embaran
Negara R epublik Indonesia Tahun 1968 Nomor 31, Tambahan
L embaran Negara R epublik Indonesia Nomor 2851);
1

3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan D asar
Pok ok -Pok ok Agraria (L embaran Negara R epublik Indonesia
Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan L embaran Negara R epublik
Indonesia Nomor 2043);
4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang S istem
B udidaya Tanaman (L embaran Negara R epublik Indonesia
Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan L embaran Negara R epublik

Indonesia Nomor 3478);
5. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang S umber D aya
Air (L embaran Negara R epublik Indonesia Tahun 2004 Nomor
32, Tambahan L embaran Negara R epublik Indonesia Nomor
4377);
6. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
R uang (L embaran Negara R epublik Indonesia Tahun 2007
Nomor 68, Tambahan L embaran Negara R epublik Indonesia
Nomor 4725);
7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
D an Pengelolaan L ingk ungan Hidup (L embaran Negara
R epublik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan
L embaran Negara R epublik Indonesia Nomor 5059);
8. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan
L ahan Pertanian Pangan B erk elanjutan (L embaran Negara
R epublik Indonesia Tahun 2009 Nomor 149, Tambahan
L embaran Negara R epublik Indonesia Nomor 5068);
9. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentuk an
Peraturan Perundang-undangan (L embaran Negara R epublik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan L embaran Negara

R epublik Indonesia Nomor 5234);
10. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan
Tanah B agi Pembangunan Untuk K epentingan Umum
(L embaran Negara R epublik Indonesia Tahun 2012 Nomor 22,
Tambahan Negara R epublik Indonesia Nomor 5280);
11. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan
(L embaran Negara R epublik Indonesia Tahun 2012 Nomor 227,
Tambahan Negara R epublik Indonesia Nomor 5360);
12. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan
D an Pemberdayaan Petani (L embaran Negara R epublik
Indonesia Tahun 2013 Nomor 131, Tambahan Negara R epublik
Indonesia Nomor 5433);
13. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
D aerah (L embaran Negara R epublik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244, Tambahan Negara R epublik Indonesia Nomor
5587), S ebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan D aerah Menjadi Undang-Undang

(L embaran Negara R epublik Indonesia Tahun 2015 Nomor 24,
Tambahan Negara R epublik Indonesia Nomor 5657);
2

14. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Tingk at
K etelitian Peta Untuk Penataan R uang Wilayah (L embaran
Negara R epublik Indonesia Tahun 2000 Nomor 20, Tambahan
L embaran Negara R epublik Indonesia Nomor 3934);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2002 tentang
K etahanan Pangan (L embaran Negara R epublik Indonesia
Tahun 2002 Nomor 142, Tambahan L embaran Negara R epublik
Indonesia Nomor 4254);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang
Penatagunaan Tanah (L embaran Negara R epublik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 45, Tambahan L embaran Negara R epublik
Indonesia Nomor 4385);
17. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi
(L embaran Negara R epublik Indonesia Tahun 2006 Nomor 46,
Tambahan L embaran Negara R epublik Indonesia 4624);
18. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang

Pembagian
Urusan
Pemerintahan
Antara
Pemerintah,
Pemerintahan D aerah Provinsi, D an Pemerintahan D aerah
K abupaten/ K ota (L embaran Negara R epublik Indonesia Tahun
2007 Nomor 82, Tambahan L embaran Negara R epublik
Indonesia Nomor 4737);
19. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang R encana
Tata R uang Wilayah Nasional (L embaran Negara R epu blik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 32, Tambahan L embaran Negara
R epublik Indonesia Nomor 3776);
20. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan S umber D aya Air (L embaran Negara R epu blik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 82, Tambahan L embaran Negara
R epublik Indonesia Nomor 4858);
21. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah
(L embaran Negara R epublik Indonesia Tahun 2008 Nomor 83,
Tambahan L embaran Negara R epublik Indonesia Nomor 4859);

22. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2010 tentang
Penertiban D an Pendayagunaan Tanah Terlantar (L embaran
Negara R epublik Indonesia Tahun 2010 Nomor 16, Tambahan
L embaran Negara R epublik Indonesia Nomor 5098);
23. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan R uang (L embaran Negara R epu blik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 20, Tambahan L embaran Negara
R epublik Indonesia Nomor 5103);
24. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahu n 2010 tentang Usaha
B udidaya Tanaman (L embaran Negara R epublik Indonesia
Tahun 2010 Nomor 24, Tambahan L embaran Negara R epublik
Indonesia Nomor 5106);
25. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2011 tentang Penetapan
D an Alih F ungsi L ahan Pertanian Pangan B erk elanjutan
(L embaran Negara R epublik Indonesia Tahun 2011 Nomor 2,
Tambahan L embaran Negara R epublik Indonesia Nomor 5103);
26. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahu n 2012 tentang Insentif
Perlindungan
L ahan
Pertanian

Pangan
B erk elanjutan
3

(L embaran Negara R epublik Indonesia Tahun 2012 Nomor 19,
Tambahan L embaran Negara R epublik Indonesia Nomor 5279);
27. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahu n 2012 tentang S istem
Informasi L ahan Pertanian Pangan B erk elanjutan (L embaran
Negara R epublik Indonesia Tahu n 2012 Nomor 4, Tambahan
L embaran Negara R epublik Indonesia Nomor 5283);
28. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahu n 2012 Ijin L ingk u ngan
(L embaran Negara R epublik Indonesia Tahun 2012 Nomor 48,
Tambahan L embaran Negara R epublik Indonesia Nomor 5285);
29. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2012 tentang
Pembiayaan
Perlindungan
L ahan
Pertanian
Pangan
B erk elanjutan (L embaran Negara R epublik Indonesia Tahun

2012 Nomor 55, Tambahan L embaran Negara R epublik
Indonesia Nomor 5288);
30. Peraturan Menteri D alam Negeri Nomor 1 Tahun 2014 tentang
Pembentuan Produk Huk um D aerah (B erita Negara R epublik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 32);
31. Peraturan D aerah K abupaten K uningan Nomor 6 Tahun 2005
tentang Penyidik Pegawai Negeri S ipil D aerah (L embaran
D aerah K abupaten K uningan Tahun 2005 Nomor 16,
Tambahan L embaran D aerah K abupaten K uningan Nomor 16);
32. Peraturan D aerah K abupaten K uningan Nomor 3 Tahun 2008
tentang K ewenangan
Pemerintahan
D aerah
K abupaten
K uningan (L embaran D aerah K abupaten K uningan Tahun 2008
Nomor 68 seri E , Tambahan L embaran D aerah K abupaten
K uningan Nomor 70);
33. Peraturan D aerah K abupaten K uningan Nomor 5 Tahun 2009
tentang R encana Pembangunan J angk a Panjang D aerah (R PJ P)
K abupaten K uningan Tahun 2005-2025 (L embaran D aerah

K abupaten K uningan Tahun 2009 Nomor 90 seri E , Tambahan
L embaran D aerah Nomor 4) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan D aerah K abupaten K uningan Nomor 13 Tahun 2010
tentang Perubahan Atas Peraturan D aerah K abupaten
K uningan
Nomor
5
Tahun
2009
tentang
R encana
Pembangunan J angk a Panjang D aerah (R PJ P) K abupaten
K uningan Tahun 2005-2025 (L embaran D aerah K abupaten
K uningan Tahun 2010 Nomor 13 seri E , Tambahan L embaran
D aerah K abupaten K uningan Nomor 118);
34. Peraturan D aerah K abupaten K uningan Nomor 26 Tahun 2011
tentang R encana T ata R uang Wilayah K abupaten K uningan
Tahun 2011-2031 (L embaran D aerah K abupaten K uningan
Tahun 2011 Nomor 157 seri D , Tambahan L embaran D aerah
K abupaten K uningan Nomor 57);

35. Peraturan D aerah K abupaten K uningan Nomor 21 Tahun 2013
tentang Pedoman Pembentuk an Produk Huk um D aerah
(L embaran D aerah K abupaten K uningan Tahun 2013 Nomor 21
seri E , Tambahan L embaran D aerah K abupaten K uningan
Nomor 20);
36. Peraturan D aerah K abupaten K uningan Nomor 9 Tahun 2014
tentang R encana Pembangunan J angk a Menengah D aerah
K abupaten K uningan Tahun 2014-2018 (L embaran D aerah
4

K abupaten K uningan Tahun 2014 Nomor 9 seri E , Tambahan
L embaran D aerah K abupaten K uningan Nomor 8);
D engan Persetujuan B ersama
D E WAN PE R WAK ILAN R AK Y AT D AE R AH K AB UPATE N K UNING AN
dan
B UPATI K UNING AN

ME MUTUS K AN :

Menetapk an :

PE R ATUR AN D AE R AH
K AB UPATE N K UNING AN TE NTANG
PE R L IND UNG AN L AHAN PE R TANIAN PANG AN B E R K E L ANJ UTAN
K AB UPATE N K UNING AN.

B AB I
K E TE NTUAN UMUM
Pasal 1
D alam Peraturan D aerah ini yang dimak sud dengan :
1. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah
Presiden R epublik Indonesia yang memegang k ek uasaan
pemerintahan Negara R epublik Indonesia sebagaimana dimak sud
dalam Undang-Undang D asar Negara R epublik Indonesia Tahun
1945.
2. Menteri adalah Menteri yang tugas dan tanggungjawabnya bidang
pertanian pangan.
3. G ubernur adalah G ubernur J awa B arat.
4. B upati adalah B upati K uningan.
5. D aerah adalah K abupaten K uningan.
6. Pemerintah D aerah adalah Pemerintah K abupaten K uningan.
7. D ewan Perwak ilan R ak yat D aerah adalah D ewan Perwak ilan
R ak yat D aerah K abupaten K uningan yang selanjutnya disingk at
D PR D .
8. S atuan K erja Perangk at D aerah yang selanjutnya disingk at S K PD
adalah S atuan K erja Perangk at D aerah K abupaten K uningan.
9. L ahan adalah bagian daratan dari permuk aan bumi sebagai
suatu lingk ungan fisik yang meliputi tanah beserta segenap fak tor
yang mempengaruhi penggunaannya seperti ik lim, relief, aspek
geologi, dan hidrologi yang terbentuk secara alami maupun ak ibat
pengaruh manusia.
10. L ahan Pertanian adalah bidang lahan yang digunak an untuk
usaha pertanian.
11. L ahan Pertanian Pangan B erk elanjutan yang selanjutnya
disingk at L P2B adalah bidang lahan pertanian yang ditetapk an
untuk dilindungi dan dik embangk an secara k onsisten guna
menghasilk an pangan pok ok bagi k emandirian, k etahanan, dan
k edaulatan pangan nasional.
12. Pengelolaan L ahan Pertanian Pangan B erk elanjutan adalah
rangk aian k egiatan pengelolaan lahan pertanian pangan
berk elanjutan yang meliputi k egiatan perencanaan dan
5

penetapan,
pengembangan,
pemanfaatan,
penelitian,
perlindungan, pembinaan dan pengendalian.
13. L ahan C adangan Pertanian Pangan B erk elanjutan adalah lahan
potensial yang dilindungi pemanfaatannya agar k esesuaian dan
k etersediaannya tetap terk endali untuk dimanfaatk an sebagai
lahan pertanian pangan berk elanjutan pada masa yang ak an
datang.
14. Perlindungan L ahan Pertanian Pangan B erk elanjutan adalah
sistem dan proses dalam merencanak an dan menetapk an,
mengembangk an, memanfaatk an dan membina, mengendalik an
dan mengawasi lahan pertanian pangan dan k awasannya secara
berk elanjutan.
15. K awasan adalah wilayah yang memilik i fungsi utama lindung
atau budidaya.
16. K esesuaian lahan adalah tingk at k ecocok an atau nilai k esesuaian
lahan tersebut ditentuk an oleh k ecocok an antara persyaratan
tumbuh/ hidup k omoditas yang bersangk utan dengan k ualitas,
k arak teristik lahan yang mencak up aspek ik lim, tanah dan
terrain (topografi, lereng dan elevasi).
17. L ahan B asah adalah lahan pertanian yang sumber utama
pengairannya berasal dari irigasi.
18. L ahan K ering adalah lahan pertanian yang sumber u tama
pengairannya berasal dari air hujan.
19. L ahan Marginal adalah lahan yang misk in hara dan air yang tidak
mencuk upi k esuburan tanah dan tanaman seperti tanah k apur/
k arst dan tanah pasir.
20. K riteria adalah uk uran yang menjadi dasar penilaian atau
penetapan sesuatu.
21. K awasan Pertanian Pangan B erk elanjutan adalah wilayah
budidaya pertanian terutama pada wilayah perdesaan yang
memilik i hamparan L ahan Pertanian Pangan B erk elanjutan serta
unsur penunjangnya dengan fungsi utama untuk menduk ung
k emandirian, k etahanan dan k edaulatan pangan.
22. Pertanian Pangan adalah usaha manusia untuk mengelola lahan
dan agroek osistem pada k omoditas tanaman pangan dengan
bantuan tek nologi, modal, tenaga k erja, dan manajemen untuk
mencapai k edaulatan dan k etahanan pangan serta k esejahteraan
rak yat.
23. K etahanan Pangan adalah k ondisi terpenuhinya pangan bagi
negara sampai perorangan yang tercermin dari tersedianya
pangan yang cuk u p, baik jumlah maupun mutunya, aman,
beragam, bergizi seimbang, merata dan terjangk au serta tidak
bertentangan dengan agama, k eyak inan dan budaya masyarak at
untuk dapat hidup sehat,ak tif dan produk tif.
24. K emandirian Pangan adalah k emampuan produk si dalam negeri
yang diduk ung k elembagaan k etahanan pangan yang mampu
menjamin pemenuhan k ebutuhan pangan yang cuk up di tingk at
rumah tangga, baik dalam jumlah, mutu, k eamanan, maupun
harga yang terjangk au yang diduk u ng oleh sumber-sumber
pangan yang beragam sesuai dengan k eragaman lok al.
25. K edaulatan Pangan adalah hak Negara dan bangsa yang secara
mandiri dapat menentuk an k ebijak an pangannya, yang menjamin
hak atas pangan bagi rak yatnya, serta memberik an hak bagi
masyarak atnya untuk menentuk an sistem pertanian pangan yang
sesuai dengan potensi sumber daya lok al.
6

26. Petani Pangan, yang selanjutnya disebut Petani, adalah setiap
warga
Negara/
masyarak at
beserta
k eluarganya
yang
mengusahak an lahan untuk k omoditas pangan pok ok di L ahan
Pertanian Pangan B erk elanjutan.
27. Pangan Pok ok adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber
hayati yang diperuntuk k an sebagai mak anan utama bagi
k onsumsi manusia.
28. S etiap Orang adalah orang perseorangan, k elompok orang, atau
k orporasi, baik yang berbentuk huk um maupun buk an badan
huk um.
29. Alih F ungsi L ahan Pertanian Pangan B erk elanjutan adalah
perubahan fungsi L ahan Pertanian Pangan B erk elanjutan menjadi
buk an L ahan Pertanian Pangan B erk elanjutan baik secara tetap
maupun sementara.
30. R encana Tata R uang adalah hasil perencanaan tata ruang.
31. Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk
menunjang pertanian.
32. K onservasi tanah dan air adalah upaya memelihara k eberadaan
serta k eberlanjutan k eadaan, sifat dan fungsi sumber daya lahan
dan air agar senantiasa tersedia dalam k uantitas dan/ atau
k ualitas yang memadai untuk memenuhi k ebutuhan masyarak at,
baik pada wak tu sek arang maupun yang ak an datang.
33. Tanah Terlantar adalah tanah yang sudah diberik an hak oleh
negara berupa hak milik , hak guna usaha, hak guna bangunan,
hak pak ai, hak pengelolaan atau dasar penguasaan atas tanah
yang tidak diusahak an, tidak dipergunak an atau tidak
dimanfaatk an sesuai dengan k eadaannya atau sifat dan tujuan
pemberian hak atau dasar penguasaannya.
34. Pengelolaan
adalah
proses
mengk oordinasik an
dan
mengintegrasik an semua sumber daya, baik manusia maupun
tek nik al, untuk mencapai berbagai tujuan yang ditetapk an.
35. Terpadu adalah rangk aian menyatuk an, menghubungk an/
mengk aitk an sehingga tidak berdiri sendiri-sendiri atau terpisahpisah.
36. S istem Informasi L ahan Pertanian Pangan B erk elanjutan adalah
k esatuan k omponen yang terdiri atas k egiatan yang meliputi
penyediaan data, penyeragaman, penyimpanan dan pengamanan,
pengolahan, pembuatan produk informasi, penyampaian produk
informasi dan penggunaan informasi yang terk ait satu sama lain,
serta penyelenggaraan mek anismenya pada Perlindungan L ahan
Pertanian Pangan B erk elanjutan.
37. Pusat Informasi L ahan Pertanian Pangan B erk elanjutan adalah
pusat yang menyelenggarak an sistem informasi serta administrasi
L ahan Pertanian Pangan B erk elanjutan dan L ahan C adangan
Pertanian Pangan B erk elanjutan pada lembaga pemerintah yang
berwenang di bidang pertanahan.
38. Penyidik Tindak Pidana di bidang tata ruang adalah serangk aian
tindak an yang dilak uk an oleh Penyidik untuk mencari serta
mengumpulk an buk ti itu membuat terang tindak pidana di
bidang tata ruang yang terjadi serta menemuk an tersangk anya.
39. Penyidik adalah Pejabat Polisi Negara R epublik Indonesia, Pejabat
atau Pegawai Negeri S ipil yang diberi tugas dan wewenang k husus
oleh Undang-Undang untuk melak uk an penyidik an.
40. Penyidik Pegawai Negeri S ipil yang selanjutnya disingk at PPNS
adalah Pejabat Penyidik Pegawai Negeri S ipil tertentu di
7

lingk ungan Pemerintah D aerah yang diberi wewenang k husus
oleh Undang-Undang untuk melak uk an penyidik an terhadap
pelanggaran Peraturan D aerah.

B AB II
AS AS , TUJ UAN, D AN R UANG L ING K UP
Pasal 2
Perlindungan L P2B diselenggarak an berdasark an asas:
a. manfaat;
b. k eberlanjutan dan k onsisten;
c. k eterpaduan;
d. k eterbuk aan dan ak untabilitas;
e. k ebersamaan dan gotong royong;
f. partisipatif;
g. k eadilan;
h. k eserasian, k eselarasan, dan k eseimbangan;
i. k elestarian lingk ungan dan k earifan lok al;
j. desentralisasi;
k . tanggung jawab negara;
l. k eragaman; dan
m. sosial dan budaya.

Pasal 3
Perlindungan L P2B diselenggarak an dengan tujuan :
a. melindungi k awasan dan lahan pertanian pangan secara
berk elanjutan;
b. menjamin
tersedianya
lahan
pertanian
pangan
secara
berk elanjutan;
c. mewujudk an k emandirian, k etahanan, dan k edaulatan pangan;
d. melindungi k epemilik an lahan pertanian pangan milik petani;
e. meningk atk an k emak muran serta k esejahteraan petani dan
masyarak at;
f. meningk atk an perlindungan dan pemberdayaan petani;
g. meningk atk an penyediaan lapangan k erja bagi k ehidupan yang
layak ;
h. mempertahank an k eseimbangan ek ologis; dan
i. mewujudk an revitalisasi pertanian.

Pasal 4
R uang lingk up Perlindungan L P2B meliputi :
a. perencanaan dan penetapan;
b. pengembangan;
c. pemanfaatan;
d. pembinaan;
e. pengendalian;
f. pengawasan;
g. sistem informasi;
h. perlindungan dan pemberdayaan petani;
i. pembiayaan; dan
j. peran serta masyarak at.

8

B AB III
PE R E NC ANAAN D AN PE NE TAPAN
B agian k esatu
Perencanaan
Pasal 5
(1) Pemerintah D aerah menetapk an R encana L P2B dimuat dalam
R encana Pembangunan J angk a Panjang D aerah (R PJ PD ),
R encana Pembangunan J angk a Menengah D aerah (R PJ MD ) dan
R encana K erja Pemerintah D aerah (R K PD ).
(2) Perencanaan L P2B sebagaimana dimak sud pada ayat (1)
dilak uk an pada :
a. k awasan Pertanian Pangan B erk elanjutan;
b. lahan Pertanian Pangan B erk elanjutan; dan
c. lahan C adangan Pertanian Pangan B erk elanjutan.
(3) Perencanaan L P2B sebagaimana dimak sud pada ayat (2)
dilak uk an terhadap k awasan pertanian lahan basah dan k awasan
pertanian lahan k ering.
(4) Perencanaan L ahan C adangan Pertanian Pangan B erk elanjutan
sebagaimana dimak sud
pada ayat (2) huruf c dilak uk an
terhadap:
a. tanah terlantar;
b. lahan marginal; dan
c. k awasan hutan yang dik onversi menjadi lahan pertanian
pangan.
(5) Perencanaan k ebutuhan dan k etersediaan lahan didasark an atas
k riteria :
a. k esesuaian lahan;
b. k etersediaan infrastruk tur;
c. penggunaan lahan;
d. potensi tek nis lahan; dan/ atau
e. luasan k esatuan hamparan lahan.
(6) Perencanaan L P2B sebagaimana dimak sud pada ayat (1) meliputi:
a. rencana jangk a panjang disusun untuk jangk a wak tu 20
(dua puluh) tahun;
b. rencana jangk a menengah disusun untuk jangk a wak tu 5
(lima) tahun; dan
c. rencana tahunan disusun untuk jangk a wak tu 1 (satu )
tahun.

Pasal 6
(1) Perencanaan L P2B Provinsi J awa B arat menjadi acuan
perencanaan D aerah.
(2) Perencanaan L P2B dilak uk an berdasark an :
a. inventarisasi dan identifik asi;
b. k oordinasi dengan instansi terk ait ;
c. k oordinasi dengan Pemerintah Provinsi dan Pusat;
(3) Inventarisasi sebagaimana dimak sud pada ayat (2) huruf a,
merupak an pendataan, penguasaan, pemilik an, penggunaan,
pemanfaatan, atau pengelolaan hak atas tanah pertanian pangan.

9

(4) Inventarisasi sebagaimana dimak sud pada ayat (3) dilak uk an
dengan mengedepank an prinsip partisipasif untuk meningk atk an
k esejahteraan masyarak at.
(5) Perencanaan L P2B tahunan memuat analisis dan predik si,
sasaran, serta penyiapan luas lahan cadangan dan luas lahan
bak u.
(6) Perencanaan L P2B tahunan memuat sasaran produk si, luas
tanam dan sebaran, serta k ebijak an dan pembiayaan.

B agian K edua
Penetapan
Pasal 7
(1) Pemerintah D aerah menetapk an perlindungan L P2B dilak uk an
berdasark an K awasan Peruntuk an L ahan Pertanian Pangan
B erk elanjutan yang termuat dalam R encana Tata R uang Wilayah
D aerah.
(2) Proses dan tahapan penetapan L P2B dilak uk an sebagai berik ut :
a. sosialisasi k epada petani dan pemilik lahan agar memahami
secara utuh atas hak dan k ewajibannya;
b. rapat k oordinasi di tingk at D esa/ K elurahan;
c. rapat k oordinasi di tingk at K ecamatan; dan
d. rapat k oordinasi di tingk at K abupaten.
(3) Peta sebaran L P2B yang merupak an lahan milik pribadi atau
swasta ditetapk an lebih lanjut dengan k eputusan bupati, setelah
ada k esepak atan bersama antara pemilik lahan pribadi atau
swasta dengan Pemerintah D aerah dan disampaik an k epada
D PR D .
(4) Peta S ebaran L P2B yang merupak an lahan milik Pemerintah
D aerah atau Pemerintah D esa dapat ditetapk an lebih lanjut
dengan K eputusan B upati.
(5) Peta S ebaran L P2B yang merupak an lahan milik Pemerintah
Pusat atau Instansi V ertik al dik oordinasik an dengan Pemerintah
Pusat atau Instansi V ertik al untuk dapat dik erjasamak an
menjadi L P2B .

Pasal 8
(1) Penetapan L P2B K abupaten K uningan mengacu pada Peraturan
D aerah tentang R encana Tata R uang Wilayah K abupaten
K uningan.
(2) Penetapan L P2B sebagaimana dimak sud pada ayat (1) dilak uk an
evaluasi paling sedik it 1 (satu) k ali dalam 5 (lima) tahun.

Pasal 9
(1) L uas L P2B sebagaimana dimak sud dalam Pasal 8 ayat (1)
merupak an luasan lahan pertanian padi, palawija dan sayuran.
(2) Penentuan sebaran L P2B sebagaimana dimak sud dalam Pasal 7
ayat (3) melalui optimasi lahan.

10

(3) Optimasi lahan sebagaimana dimak sud pada ayat (2) dalam
penentuan sebaran lahan dilak uk an oleh S K PD terk ait dengan
mempertimbangk an antara lain :
a. L uasan lahan;
b. Nilai lahan; dan
c. Produk tivitas lahan.

B AB IV
PE NG E MB ANG AN
B agian K esatu
Optimalisasi L ahan
Pasal 10
(1) Pemerintah D aerah melak uk an pengembangan terhadap L P2B
melalui optimalisasi lahan.
(2) Optimalisasi pemanfaatan lahan sebagaimana dimak sud pada
ayat (1) meliputi :
a. intensifik asi pemanfaatan L ahan Pertanian Pangan; dan/
atau
b. diversifik asi pemanfaatan L ahan Pertanian Pangan.

Pasal 11
Intensifik asi pemanfaatan L ahan Pertanian Pangan sebagaimana
dimak sud dalam Pasal 10 ayat (2) huruf a, dilak uk an dengan cara :
a. peningk atan k esuburan tanah;
b. peningk atan k ualitas benih/ bibit;
c. pencegahan dan pengendalian hama dan penyak it secara terpadu;
d. pengembangan irigasi dan infrastruk tur pertanian lainnya;
e. pemanfaatan tek nologi pertanian;
f. pengembangan inovasi pertanian;
g. penyuluhan pertanian;
h. jaminan ak ses permodalan; dan/ atau
i. asuransi pertanian.

Pasal 12
D iversifik asi pemanfaatan lahan pertanian pangan sebagaimana
dimak sud dalam Pasal 10 ayat (2) huruf b, dilak uk an dengan cara :
a. pengaturan pola tanam;
b. tumpang sari; dan/ atau
c. sistem pertanian terpadu.

11

B agian K edua
L ahan C adangan Pertanian Pangan B erk elanjutan
Pasal 13
(1) L ahan
C adangan Pertanian Pangan B erk elanjutan dapat
dik embangk an melalui ek stensifik asi lahan pertanian pangan.
(2) E k stensifik asi L ahan C adangan Pertanian Pangan B erk elanjutan
sebagaimana dimak sud pada ayat (1) dilak uk an terhadap :
a. lahan terlantar;
b. lahan marginal;
c. k awasan hutan yang dik onversi menjadi lahan pertanian
pangan; dan
d. pencetak an sawah baru.

Pasal 14
(1) Pengembangan L ahan C adangan Pertanian Pangan B erk elanjutan
terhadap lahan terlantar sebagaimana dimak sud dalam Pasal 13
ayat (2) huruf a, dilak uk an terhadap :
a. tanah yang telah diberik an hak atas tanahnya, tetapi
sebagian atau
seluruhnya tidak
diusahak an, tidak
dipergunak an, dan tidak dimanfaatk an sesuai dengan sifat
dan tujuan pemberian hak ; atau
b. tanah yang selama 3 (tiga) tahun atau lebih tidak
dimanfaatk an.
(2) Pengembangan L ahan C adangan Pertanian Pangan B erk elanjutan
terhadap lahan marginal sebagaimana dimak sud dalam Pasal 13
ayat (2) huruf b, dilak uk an terhadap:
a. lahan pasir dan/
atau k apur/
k arst yang tidak
dimanfaatk an;
b. bek as galian bahan tambang yang direk lamasi.
(3) Pengembangan L ahan C adangan Pertanian Pangan B erk elanjutan
terhadap k awasan hutan yang dik onversi menjadi lahan
pertanian pangan sebagaimana dimak sud dalam Pasal 13 ayat (2)
huruf c, dilak uk an terhadap: tanah bek as k awasan hutan yang
telah diberik an dasar penguasaan atas tanah, tetapi sebagian
atau
seluruhnya
tidak
dimanfaatk an
sesuai
dengan
izin/ k eputusan/
surat dari yang berwenang dan tidak
ditindak lanjuti dengan permohonan hak atas tanah.

B AB V
PE MANF AATAN
Pasal 15
(1) Pemanfaatan L P2B dilak uk an dengan menjamin k onservasi tanah
dan air.
(2) Pemerintah D aerah berk ewajiban melak sanak an k onservasi
tanah dan air, sesu ai k etentuan peratu ran perundang-undangan,
dalam hal :
a. menjaga serta meningk atk an k esuburan tanah;
12

b. mencegah k erusak an lahan; dan
c. memelihara k elestarian lingk ungan.
(3) Pemerintah D aerah bertanggung jawab terhadap pelak sanaan
k onservasi tanah dan air yang meliputi :
a. perlindungan sumber daya lahan dan air;
b. pelestarian sumber daya lahan dan air;
c. pengelolaan k ualitas lahan dan air; dan
d. pengendalian pencemaran.

Pasal 16
(1) S etiap orang yang memilik i hak atas tanah yang ditetapk an
sebagai L P2B berk ewajiban :
a. memanfaatk an tanah sesuai peruntuk an;
b. mencegah k erusak an irigasi;
c.
menjaga dan meningk atk an k esuburan tanah;
d. mencegah k erusak an lahan; dan
e.
memelihara k elestarian lingk ungan.
(2) K ewajiban sebagaimana dimak sud pada ayat (1) berlak u bagi
pihak lain sesuai dengan k etentuan peraturan perundangundangan.
(3) S etiap orang sebagaimana dimak sud pada ayat (2) yang tidak
melak sanak an k ewajiban sebagaimana pada ayat (1) dan
mengak ibatk an k erusak an lahan wajib memperbaik i k eru sak an
lahan tersebut.

B AB V I
PE MB INAAN
Pasal 17
(1) Pemerintah D aerah wajib melak uk an :
a. pembinaan setiap orang yang terik at dengan pemanfaatan
L P2B ; dan
b. perlindungan terhadap L P2B .
(2) Pembinaan sebagaimana dimak sud pada ayat (1) huruf a,
meliputi :
a. K oordinasi perlindungan;
b. S osialisasi peraturan perundang-undangan;
c. pemberian bimbingan, supervisi, dan k onsultasi;
d. pendidik an, pelatihan, dan penyuluhan k epada masyarak at;
e. penyebarluasan informasi K awasan Pertanian Pangan
B erk elanjutan dan L P2B ; dan/ atau
f. peningk atan k esadaran dan tanggung jawab masyarak at.
(3) K etentuan lebih lanjut mengenai pembinaan sebagaimana
dimak sud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan B upati.

13

B AB V II
PE NG E ND AL IAN
B agian K esatu
Umum
Pasal 18
(1) Pengendalian L P2B dilak uk an secara terk oordinasi.
(2) Pemerintah D aerah menugask an/ menetapk an S K PD untuk
melak uk an k oordinasi pengendalian sebagaimana dimak sud pada
ayat (1).

Pasal 19
Pengendalian L P2B , dilak uk an oleh Pemerintah D aerah melalui
pemberian insentif, disinsentif, mek anisme perizinan, protek si, dan
penyuluhan.

B agian K edua
Insentif dan D isinsentif
Pasal 20
(1) Pemerintah D aerah memberik an insentif terhadap Perlindungan
L ahan Pertanian Pangan B erk elanjutan k epada petani, antara
lain berupa :
a. K eringanan Pajak B umi dan B angunan;
b. pengembangan infrastruk tur pertanian;
c. pembiayaan penelitian dan pengembangan benih dan
varietas unggul;
d. k emudahan dalam mengak ses informasi dan tek nologi;
e. fasilitasi penyediaan sarana dan prasarana produk si
pertanian;
f. bantuan dana penerbitan sertifik at hak atas tanah pada
L P2B ; dan/ atau
g. penghargaan bagi petani berprestasi tinggi.
(2) K etentuan lebih lanjut tentang pemberian insentif pengelolaan
L P2B sebagaimana dimak sud pada ayat (1) diatur dengan
Peraturan B upati.

Pasal 21
(1) K riteria dan persyaratan sebagaimana dimak sud dalam Pasal 20
ayat (1) huruf f dan huruf g diatur dengan diawali melalui
pemberian tanda k husus terhadap dok umen atau surat
k epemilik an tanah pada L P2B atau yang dipersamak an yang
diterbitk an oleh Instansi yang membidangi urusan pertanahan
atau S K PD terk ait lainnya.
(2) Pemberian tanda k husus terhadap dok umen atau surat hak
k epemilik an tanah pada L P2B atau yang dipersamak an yang
diterbitk an oleh Instansi yang membidangi urusan pertanahan
atau S K PD terk ait lainnya sebagaimana dimak sud pada ayat (1)
dik oordinasik an dengan instansi yang membidangi perencanaan

14

pembangunan, instansi yang membidangi pertanian, dan instansi
yang membidangi infrastruk tur.
(3) K etentuan lebih lanjut mengenai pemberian tanda k husus
sebagaimana dimak sud pada ayat (2) ditetapk an dengan
Peraturan B upati.
Pasal 22
D isintensif sebagaimana dimak sud dalam Pasal 19 berupa
pencabutan insentif yang dik enak an dalam hal :
a. petani tidak memenuhi k ewajiban perlindungan L P2B ;
b. petani tidak menaati norma, standar, prosedur, dan k riteria
pemberian insentif; dan/ atau
c. L P2B telah dialihfungsik an.

Pasal 23
(1) Pemerintah D aerah melindungi luasan L P2B yang telah
ditetapk an sebagaimana dimak sud dalam Pasal 8 ayat (1).
(2) L uasan L P2B yang ditetapk an sebagaimana dimak sud pada ayat
(1) dilarang dialihfungsik an.
(3) L arangan alih fungsi sebagaimana dimak sud pada ayat (2)
dik ecualik an terhadap L P2B dalam rangk a :
a. pengadaan tanah untuk k epentingan umum; atau
b. terjadi bencana.
(4) S etiap orang yang melak uk an alih fu ngsi pada L P2B di luar
k etentuan sebagaimana dimak sud pada ayat (3) wajib
mengembalik an k eadaan tanah L ahan Pertanian Pangan
B erk elanjutan k e k eadaan semula.
(5) D alam hal alih fungsi L P2B dilak uk an k arena terjadi bencana,
lahan pengganti wajib disediak an oleh Pemerintah D aerah.
(6) Terhadap alih fungsi L P2B untuk k epentingan umum dan/ atau
k arena bencana, pihak yang mengalihfungsik an berk ewajiban
mengganti
lahan
yang
dialihfungsik an
dengan
mempertimbangk an :
a. luas dan lok asi yang ak an dialihfungsik an;
b. potensi k ehilangan hasil;
c. resik o k erugian investasi; dan
d. dampak ek onomi, lingk ungan, sosial, dan budaya.
(7) K etentuan lebih lanjut mengenai tata cara alih fungsi
sebagaimana dimak sud pada ayat (4) dan ayat (5) diatur dengan
Peraturan B upati.

Pasal 24
(1) Pengadaan tanah untuk k epentingan umum sebagaimana
dimak sud dalam Pasal 23 ayat (3) huruf a meliputi :
a. pengembangan jalan umum;
b. pembangunan waduk ;
c. bendungan;
d. pembangunan jaringan irigasi;
e. meningk atk an saluran penyelenggaraan air minum;
f. drainase dan sanitasi;
g. pembangunan pengairan;
h. pengembangan terminal;
i. fasilitas k eselamatan umum;
15

j. cagar alam; dan/ atau
k . pembangk it dan jaringan listrik .
(2) S elain alih fungsi lahan pertanian pangan berk elanjutan untuk
k epentingan umum sebagaimana dimak sud pada ayat (1) juga
dapat dilak uk an untuk pengadaan tanah guna k epentingan
umum lainnya yang ditentuk an oleh undang-undang dan dimuat
dalam rencana pembangunan daerah sesuai dengan rencana tata
ruang wilayah daerah.

Pasal 25
Penetapan suatu k ejadian sebagai bencana sebagaimana dimak sud
dalam Pasal 23 ayat (3) huruf b, dilak uk an oleh instansi yang
berwenang dalam urusan penanggulangan bencana sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.

Pasal 26
Alih fungsi lahan pertanian pangan berk elanjutan yang disebabk an
oleh bencana sebagaimana dimak sud dalam Pasal 23 ayat (3) huruf
b, Pemerintah D aerah berk ewajiban melak uk an :
a. Pembebasan k epemilik an hak atas tanah; dan
b. Penyediaan lahan pengganti L P2B paling lama 24 (dua puluh
empat) bulan setelah alih fungsi dilak uk an sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.

B agian K etiga
Persyaratan Pengalihfungsian L ahan Pertanian Pangan B erk elanjutan
Pasal 27
(1) Pengadaan tanah u ntuk k epentingan u mum yang mengak ibatk an
beralihfungsinya L P2B harus memenuhi persyaratan :
a. memilik i k ajian k elayak an strategis;
b. mempunyai rencana alih fungsi lahan;
c. pembebasan k epemilik an hak atas tanah; dan
d. k etersediaan
lahan
pengganti terhadap L P2B
yang
dialihfungsik an.
(2) K etentuan lebih lanjut mengenai persyaratan pengadaan tanah
untuk k epentingan umum sebagaimana dimak sud pada ayat (1)
diatur dengan Peraturan B upati.

B agian K eempat
Tata C ara Pengalihfungsian L ahan Pertanian Pangan B ek elanjutan
Pasal 28
(1) Pengalihfungsian
L P2B
diusulk an
oleh
pihak
yang
mengalihfungsik an k epada B upati terhadap L ahan Pertanian
Pangan B erk elanjutan dalam 1 (satu) K abupaten.
(2) Pengalihfungsian
L P2B
diusulk an
oleh
pihak
yang
mengalihfungsik an k epada G ubernur terhadap L ahan Pertanian
Pangan B erk elanjutan lintas K abupaten/ K ota dalam 1 (satu)
Provinsi disertai rek omendasi dari B upati/ Walik ota.
16

(3) Pengalihfungsian
L P2B
diusulk an
oleh
pihak
yang
mengalihfungsik an k epada Menteri terhadap L ahan Pertanian
Pangan B erk elanjutan lintas Provinsi disertai rek omendasi dari
G ubernur.

Pasal 29
(1) Persetujuan alih fungsi L P2B diberik an oleh G ubernur dalam hal
lahan yang dialihfu ngsik an lintas K abupaten/ K ota atau B upati
dalam hal lahan yang dialihfungsik an dalam 1 (satu) K abupaten
setelah dilak uk an verifik asi.
(2) V erifik asi sebagaimana dimak sud pada ayat (1) dilak uk an oleh
tim verifik asi daerah yang dibentuk oleh G ubernur untu k tim
verifik asi Provinsi dan B upati untuk tim verifik asi K abupaten.
(3) K eanggotaan tim verifik asi daerah sebagaimana dimak sud pada
ayat (2) paling sedik it terdiri dari :
a. S K PD yang tugas dan fungsinya di bidang pertanian;
b. S K PD yang tugas dan fungsinya di bidang perencanaan
pembangunan daerah;
c. S K PD yang tugas dan fungsinya di bidang pembangunan
infrastruk tur;
d. S K PD yang tugas dan fungsinya di bidang tata ruang;
e. S K PD yang tugas dan fungsinya di bidang perijinan;
f. S K PD yang tugas dan fungsinya di bidang pengelolaan asset
daerah;
g. S K PD yang tugas dan fungsinya di bidang perpajak an;
h. S K PD yang tugas dan fungsinya di bidang penegak an
peraturan daerah; dan
i. Instansi yang tugas dan fungsinya di bidang pertanahan.

Pasal 30
K etentuan lebih lanjut mengenai tata cara alih fungsi L P2B diatur
dengan Peraturan B upati.

B agian K elima
G anti R ugi
Pasal 31
(1) S etiap pemilik L P2B yang dialihfungsik an wajib diberik an ganti
rugi oleh pihak yang mengalihfungsik an.
(2) S elain ganti rugi k epada pemilik sebagaimana dimak sud pada
ayat (1) pihak yang mengalihfungsik an wajib mengganti nilai
investasi infrastruk tur pada L P2B yang dialihfungsik an.
(3) Penggantian nilai investasi infrastruk tur sebagaimana dimak sud
ayat (2) diperuntuk k an bagi pembiayaan pembangunan
infrastruk tur di lok asi lahan pengganti.
(4) B iaya ganti rugi dan investasi infrastruk tur sebagaimana
dimak sud pada ayat (1) dan ayat (2) dan pendanaan penyediaan
lahan pengganti bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
B elanja D aerah Provinsi dan Anggaran Pendapatan dan B elanja
D aerah.

17

(5) B esaran nilai investasi infrastruk tur sebagaimana dimak sud pada
ayat (2) didasark an pada :
a. Tak siran nilai investasi infrastruk tur yang telah dibangun
pada lahan yang dialihfungsik an; dan
b. Tak siran nilai investasi infrastruk tur yang diperluk an pada
lahan pengganti.
(6) Tak siran nilai investasi infrasruk tur sebagaimana dimak sud pada
ayat (5) dilak uk an secara terpadu oleh tim yang terdiri instansi
yang membidangi urusan infrastruk tur dan yang membidangi
urusan pertanian.
(7) Tim sebagaimana dimak sud pada ayat (6) dibentuk oleh B upati.

Pasal 32
Penyediaan lahan pengganti terhadap L P2B yang dialihfungsik an,
dengan k etentuan sebagai berik ut :
a. paling sedik it 3 (tiga) k ali luas lahan dalam hal yang
dialihfungsik an lahan beririgasi; dan
b. paling sedik it 1 (satu) k ali luas lahan dalam hal yang
dialihfungsik an lahan tidak beririgasi.

B AB V III
PE NG AWAS AN
Pasal 33
(1) Untuk menjamin tercapainya Perlindungan L P2B dilak uk an
pengawasan terhadap k inerja:
a. perencanaan dan penetapan;
b. pengembangan;
c. pemanfaatan;
d. pembinaan; dan
e. pengendalian.
(2) Pengawasan sebagaimana dimak sud pada ayat (1) dilak sanak an
secara
berjenjang
oleh
Pemerintah
D aerah
sesuai
k ewenangannya.

Pasal 34
B entuk pengawasan
meliputi:
a. pelaporan;
b. pemantauan; dan
c. evaluasi.

sebagaimana

dimak sud

dalam

Pasal

33

Pasal 35
(1) Pemerintah D aerah berk ewajiban menyampaik an laporan
sebagaimana dimak sud dalam Pasal 34 huruf a k epada
Pemerintah D aerah Provinsi paling sedik it 1 (satu) k ali dalam 1
(satu) tahun.

18

(2) Pelaporan sebagaimana dimak sud pada ayat (1) meliputi k inerja
perencanaan dan penetapan, pengembangan, pembinaan dan
pemanfaatan, serta pengendalian.
(3) L aporan sebagaimana dimak sud pada ayat (1) disampaik an oleh
B upati k epada D PR D dalam laporan tahunan.

Pasal 36
(1) Pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimak sud dalam Pasal 34
huruf b dan huruf c dilak uk an terhadap k ebenaran laporan
Pemerintah D aerah sebagaimana dimak sud dalam Pasal 35 ayat
(2) dengan pelak sanaan di lapangan.
(2) Apabila hasil pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimak sud
pada ayat (1) terbuk ti terjadi penyimpangan, B upati berk ewajiban
mengambil langk ah-langk ah penyelesaian sesuai peraturan
perundang-undangan.

B AB IX
S IS TE M INF OR MAS I
Pasal 37
(1) Pemerintah D aerah menyelenggarak an S istem Informasi L ahan
Pertanian Pangan B erk elanjutan yang dapat diak ses oleh
masyarak at, paling sedik it melalui :
a. media elek tronik internet;
b. media elek tronik intranet pusat informasi L P2B daerah;
dan/ atau
c. media cetak .
(2) S istem informasi L ahan Pertanian Pangan B erk elanjutan
sek urang-k urangnya memuat data lahan tentang :
a. K awasan Pertanian Pangan B erk elanjutan;
b. L P2B ; dan
c. L ahan C adangan Pertanian Pangan B erk elanjutan.
(3) D ata lahan dalam sistem informasi L P2B sebagaimana dimak sud
pada ayat (2) sek urang-k urangnya memuat informasi tentang :
a. fisik alamiah;
b. fisik buatan;
c. k ondisi sumber daya manusia dan sosial ek onomi;
d. status k epemilik an dan/ atau penguasaan;
e. luas dan lok asi lahan; dan
f. jenis k omoditas pangan tertentu yang bersifat pok ok .
(4) Informasi lahan pertanian sebagaimana dimak sud pada ayat (1)
wajib disampaik an setiap tahun k epada D PR D .

Pasal 38
(1) B upati bertanggung jawab untuk melak uk an inventarisasi data
dasar pertanian pangan berk elanjutan.
(2) D ata dasar sebagaimana dimak sud pada ayat (1) diwuju dk an
dalam bentuk :
a. peta dasar;
b. peta tematik ; dan/ atau
c. k eterangan yang diturunk an dari data penginderaan jauh
dan survei lapangan.
19

Pasal 39
(1) Penyebaran informasi sebagaimana dimak sud dalam Pasal 37
dilak uk an sampai k ecamatan dan desa.
(2) B upati mengk oordinasik an S istem Informasi L P2B untuk
k eperluan Perlindungan L ahan Pertanian Pangan B erk elanjutan
sebagaimana dimak sud dalam Pasal 37.
(3) K etentuan lebih lanjut mengenai sistem informasi sebagaimana
dimak sud dalam Pasal 37 dan Pasal 38 diatur dengan Peraturan
B upati.

B AB X
PE R L IND UNG AN D AN PE MB E R D AY AAN PE TANI
Pasal 40
(1) Pemerintah D aerah wajib melindungi dan memberdayak an
petani, k elompok tani, gabungan k elompok tani dan asosiasi
petani.
(2) K etentuan
lebih
lanjut
mengenai
perlindungan
dan
pemberdayaan petani sebagaimana dimak sud pada ayat (1) diatur
dengan Peraturan B upati.

B AB X I
PE MB IAY AAN
Pasal 41
(1) Pembiayaan perlindungan L P2B dibebank an pada Anggaran
Pendapatan dan B elanja D aerah.
(2) Pembiayaan k egiatan Perlindungan L P2B sebagaimana dimak sud
pada ayat (1) meliputi :
a. perencanaan dan penetapan;
b. pengembangan;
c. penelitian;
d. pemanfaatan;
e. pembinaan;
f. pengendalian;
g. pengawasan;
h. sistem informasi; dan
i. perlindungan dan pemberdayaan petani.
(3) Pembiayaan k egiatan perlindungan L P2B sebagaimana dimak sud
pada ayat (2) huru f a merupak an tanggung jawab Pemerintah
D aerah.
(4) Pembiayaan k egiatan perlindungan L P2B sebagaimana dimak sud
pada ayat (2) huruf b sampai dengan huruf i merupak an
tanggung jawab bersama Pemerintah D aerah Provinsi dan
Pemerintah D aerah.
(5) K etentuan
lebih
lanjut
mengenai
pembiayaan
k egiatan
sebagaimana dimak sud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan
B upati.

20

B AB X II
PE R AN S E R TA MAS Y AR AK AT
Pasal 42
(1) Masyarak at berperan serta dalam perlindungan K awasan dan
L P2B .
(2) Peran serta masyarak at sebagaimana dimak sud pada ayat (1)
dapat dilak uk an secara perorangan dan/ atau berk elompok .
(3) Peran serta sebagaimana dimak sud pada ayat (1) dilak uk an
dalam tahapan :
a. perencanaan;
b. pengembangan;
c. pengawasan;
d. pemberdayaan petani; dan/ atau
e. pembiayaan.

Pasal 43
Peran serta masyarak at sebagaimana dimak sud dalam Pasal 42 ayat
(3) dilak uk an melalui :
a. memberik an usulan perencanaan, tanggapan dan saran
perbaik an atas usulan perencanaan pemerintah daerah
provinsi
dan
pemerintah
daerah
dalam
perencanaan
sebagaimana dimak sud dalam Pasal 5;
b. k egiatan optimalisasi lahan dalam pengembangan L P2B
sebagaimana dimak sud dalam Pasal 10, Pasal 11, dan Pasal
12;
c. penyampaian laporan dan pemantauan terhadap k inerja
sebagaimana dimak sud dalam Pasal 35; dan
d. pembiayaan sebagaimana dimak sud dalam Pasal 41 dapat
dilak uk an dalam pengembangan L P2B .

Pasal 44
D alam hal Perlindungan L P2B , masyarak at berhak :
a. mengajuk an k eberatan k epada pejabat berwenang terhadap
pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana L P2B di
wilayahnya; dan
b. mengajuk an tuntutan pembatalan izin dan penghentian
pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana L P2B .

21

B AB X III
K E TE NTUAN PE NY ID IK AN
Pasal 45
(1) S elain Pejabat Penyidik K epolisian Negara R epublik Indonesia,
PPNS di lingk ungan instansi pemerintah yang lingk up tugas dan
tanggung jawabnya di bidang Perlindungan L P2B diberi
wewenang k husus sebagai Penyidik untuk membantu Pejabat
Penyidik K epolisian Negara R epublik Indonesia sebagaimana
dimak sud dalam K itab Undang-Undang Huk um Acara Pidana.
(2) PPNS sebagaimana dimak sud pada ayat (1) berwenang :
a. melak uk an pemerik saan atas k ebenaran laporan atau
k eterangan yang berk enaan dengan tindak pidana dalam
bidang Perlindungan L P2B ;
b. melak uk an pemerik saan terhadap setiap orang yang diduga
melak uk an tindak pidana dalam bidang Perlindungan L P2B ;
c. meminta k eterangan dan barang buk ti dari orang
sehubungan dengan peristiwa tindak pidana dalam bidang
perlindungan L P2B ;
d. melak uk an pemerik saan atas dok umen yang berk enaan
dengan tindak pidana dalam bidang Perlindungan L P2B ;
e. melak uk an pemerik saan di tempat tertentu yang diduga
terdapat barang bu k ti dan dok umen lain serta melak uk an
penyitaan dan penyegelan terhadap barang hasil pelanggaran
yang dapat dijadik an buk ti dalam perk ara tindak pidana
dalam bidang Perlindungan L P2B ; dan
f. meminta bantuan tenaga ahli dan/ atau sak si ahli dalam
rangk a pelak sanaan tugas penyidik an tindak pidana dalam
bidang Perlindungan L P2B .
(3) PPNS sebagaimana dimak sud pada ayat (1) memberitahuk an
dimulainya penyidik an k epada Pejabat Penyidik K epolisian
Negara R epublik Indonesia.
(4) Apabila pelak sanaan k ewenangan sebagaimana dimak sud pada
ayat (2) memerluk an tindak an penangk apan dan penahanan,
PPNS melak uk an k oordinasi dengan Pejabat Penyidik K epolisian
Negara R epublik Indonesia sesuai dengan k etentuan peraturan
perundang-undangan.
(5) PPNS sebagaimana dimak sud pada ayat (1) menyampaik an hasil
penyidik an k epada penuntut umum melalui Pejabat Penyidik
K epolisian Negara R epublik Indonesia.
(6) Pengangk atan Pejabat PPNS dan tata cara serta proses
penyidik an dilak sanak an sesuai dengan peraturan peru ndangundangan.

22

B AB X IV
K E TE NTUAN PID ANA
Pasal 46
(1) S etiap orang yang melanggar k etentuan sebagaimana dimak sud
dalam Pasal 23 ayat (2) dan ayat (4) diancam pidana k uru ngan
paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak R p.
50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).
(2) Tindak pidana sebagaimana dimak su d pada ayat (1) adalah
pelanggaran.
(3) D alam hal tindak pidana di bidang L P2B diancam dengan
huk uman pidana yang lebih tinggi dari k etentuan ayat (1), mak a
dik enak an ancaman pidana sesuai k etentuan peraturan
perundang-undangan.

B AB X V
K E TE NTUAN PE R AL IHAN
Pasal 47
Penetapan dan penerapan peta sebaran L P2B milik pribadi atau
swasta secara bertahap dapat mulai berlak u efek tif sejak B ulan
J anuari Tahun 2017, setelah melalui tahapan sebagaimana
dimak sud dalam Pasal 7 ayat (2) dan (3).

B AB X V I
K E TE NTUAN PE NUT UP
Pasal 48
Hal-hal yang belu m cuk up diatur dalam Peraturan D aerah ini
sepanjang mengenai tek nis pelak sanaannya, ditetapk an lebih lanjut
dengan Peraturan B upati.

Pasal 49
Peraturan pelak sanaan Peraturan D aerah ini harus sudah ditetapk an
paling lambat 1 (satu) tahun terhitung sejak Peraturan D aerah ini
diundangk an.

23

Pasal 50
Peraturan D aerah ini berlak u pada tanggal diundangk an.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahk an pengundangan
Peraturan D aerah ini dengan menetapk annya dalam L embaran
D aerah K abupaten K uningan.

D itetapk an di K uningan
Pada tanggal 16 Maret 2015

D iundangk an di K uningan
Pada tanggal 16 Maret 2015

L E MB AR AN D AE R AH K AB UPATE N K UNING AN TAHUN 2015 NOMOR 7 E R I E
NOR E G PE R ATUR AN D AE R AH K AB UPATE N K UNING AN, PR OV INS I J AWA B AR AT
(269/ 2014)

24

PE NJ E L AS AN
ATAS

PE R ATUR AN D AE R AH K AB UPATE N K UNING AN
NOMOR 7 TAHUN 2015
TE NTANG
PE R L IND UNG AN L AHAN PE R TANIAN PANG AN B E R K E L ANJ UTAN
K AB UPATE N K UNING AN

I. UMUM
K abupaten K uningan perlu menjamin penyediaan lahan pertanian pangan
berk elanjutan sebagai sumber pek erjaan dan penghidupan yang layak bagi
k emanusiaan
dengan
mengedepank an
prinsip k ebersamaan,
efisiensi
berk eadilan, berk elanjutan, berwawasan lingk ungan, dan k emandirian, serta
menjaga k eseimbangan, k emajuan, dan k esatuan ek onomi nasional.
Alih fungsi lahan pertanian merupak an ancaman terhadap pencapaian
k etahanan dan k edaulatan pangan. Alih fungsi lahan mempunyai implik asi yang
serius terhadap produk si pangan, lingk ungan fisik , serta k esejahteraan
masyarak at pertanian dan pedesaan yang k ehidupannya bergantung pada
lahannya. Alih fungsi lahan-lahan pertanian subur selama ini k urang diimbangi
oleh upaya-upaya terpadu mengembangk an lahan pertanian melalui pencetak an
lahan pertanian baru yang potensial. D i sisi lain, alih fungsi lahan pertanian
pangan menyebabk an mak in sempitnya luas lahan yang diusahak an dan sering
berdampak pada menurunnya tingk at k esejahteraan petani. Oleh k arena itu,
pengendalian alih fungsi lahan pertanian pangan melalui perlindungan lahan
pertanian pangan merupak an salah satu upaya untuk mewujudk an k etahanan
dan k edaulatan pangan, dalam rangk a meningk atk an k emak muran dan
k esejahteraan petani dan masyarak at pada umumnya.
D engan ditetapk annya Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang
Perlindungan L ahan Pertanian Pangan B erk elanjutan dan telah ditindak lanjuti
melalui Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2011 tentang Penetapan D an Alih
F ungsi L ahan Pertanian Pangan B erk elanjutan, Peraturan Pemerintah Nomor 12
Tahun 2012 tentang Insentif Perlindungan L ahan Pertanian Pangan
B erk elanjutan, Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2012 tentang S istem
Informasi L ahan Pertanian Pangan B erk elanjutan, serta Peraturan Pemerintah
Nomor 30 Tahun 2012 tentang Pembiayaan Perlindungan L ahan Pertanian
Pangan B erk elanjutan, mengamanatk an k epada Pemerintah D aerah untuk
menindak lanjutinya melalui Peraturan D aerah dalam operasional pelak sanaan.
D alam rangk a Perlindungan L ahan Pertanian Pangan B erk elanjutan
K abupaten K uningan mengacu pada luasan Perlindungan L ahan Pertanian
Pangan B erk elanjutan yang telah ditetapk an dalam Peraturan D aerah tentang
R encana Tata R uang Wilayah K abupaten K uningan.
B erdasark an
pertimbangan-pertimbangan
tersebut
diatas,
mak a
K abupaten K uningan perlu membentuk Peraturan D aerah tentang Perlindungan
L ahan Pertanian Pangan B erk elanjutan K abupaten K uningan, dalam k erangk a
mempertahank an k etahanan dan k edaulatan pangan k hususnya di K abupaten
K uningan serta mencegah terjadinya alih fungsi lahan pertanian k e
nonpertanian, utamanya pada lahan-lahan yang subur dan mempunyai sistem
irigasi yang baik .

25

II. PAS AL D E MI PAS AL
Pasal 1
Pasal ini menjelask an arti beberapa istilah yang digunak an dalam
Peraturan D aerah ini, dengan mak sud untuk menyamak an penge