Perda Kab Kuningan 3 Thn 2015

B UPATI K UNING AN
PR OV INS I J AWA B AR AT
PE R ATUR AN D AE R AH K AB UPATE N K UNING AN
NOMOR 3TAHUN 2015
TE NTANG
PE NY E LE NG GAR AAN K E TE R TIB AN UMUMD AN K E TE NTR AMAN MAS Y AR AK AT

D E NG AN R AHMAT T UHAN Y ANG MAHA E S A

B UPATI K UNING AN,
Menimbang

:

a. bahwa guna mewujudk an K abupaten K uningan yang tentram,
tertib serta menumbuhk an rasa disiplin dalam berperilak u bagi
setiap masyarak at, mak a perlu adanya upaya dalam
meningk atk an k etentraman dan k etertiban umum;
b. bahwa Peraturan D aerah K abupaten K uningan Nomor 23
Tahun 2003 tentang K etentraman D an K etertiban Umum
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan D aerah

K abupaten K uningan Nomor 26 T ahun 2010 tentang
Perubahan Atas Peraturan D aerah K abupaten K uningan Nomor
23 Tahun 2003 tentang K etentraman D an K etertiban Umum
sudah
tidak
sesuai dengan
perk embangan
dinamik a
masyarak at dan
perk embangan
peraturan
perundangundangan, sehingga Peraturan D aerah dimak sud perlu ditinjau
k embali;
c. bahwa berdasark an pertimbangan sebagaimana dimak sud
dalam huruf a dan huruf b perlu menetapk an Peraturan
D aerah tentang Penyelenggaraan K etertiban Umum dan
K etentraman Masyarak at;

Mengingat


:

1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang D asar Negara R epublik
Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentuk an
D aerah-D aerah K abupaten D alam L ingk ungan Provinsi J awa
B arat
(B erita Negara R epublik Indonesia Tahun 1950);
S ebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 4
Tahun 1968 tentang Pembentuk an K abupaten Purwak arta
dan K abupaten S ubang dengan Mengubah Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentuk an D aerah-D aerah
K abupaten D alam L ingk ungan Provinsi J awa B arat (L embaran
Negara R epublik Indonesia Tahun 1968 Nomor 31, Tambahan
L embaran Negara R epublik Indonesia Nomor 2851);

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Huk um Acara
Pidana (L embaran NegaraR epublik Indonesia Tahun 1981
Nomor 76 Tambahan L embaran NegaraR epublik Indonesia
Nomor 3209);

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak (L embaran NegaraR epublik Indonesia Tahun 2002
Nomor 109 Tambahan L embaran NegaraR epublik Indonesia
Nomor 4235);
5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang B angunan
(L embaran NegaraR epublik Indonesia Tahun 2002 Nomor 134
Tambahan L embaran NegaraR epublik Indonesia Nomor 4247);
6. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang J alan
(L embaran NegaraR epublik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132
Tambahan L embaran NegaraR epublik Indonesia Nomor 4444);
7. Undang-Undang
Nomor
21
Tahun
2007
tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang (L embaran
Negara R epublik Indonesia Tahun 2007 Nomor 58 Tambahan
L embaran NegaraR epublik Indonesia Nomor 4720);
8. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan

R uang (L embaran NegaraR epublik Indonesia Tahun 2007
Nomor 68 Tambahan L embaran NegaraR epublik Indonesia
Nomor 4275);
9. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mik ro,
K ecil dan Menengah (L embaran NegaraR epublik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 93 Tambahan L embaran Negara R epublik
Indonesia Nomor 4866);
10. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan
D isk riminasi R as dan E tnis (L embaran NegaraR epublik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 170 Tambahan L embaran
Negara R epublik Indonesia Nomor 4919);
11. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang K esejahteraan
S osial (L embaran NegaraR epublik Indonesia Tahu n 2009
Nomor 12 Tambahan L embaran NegaraR epublik Indonesia
Nomor 4967);
12. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang L alu L intas
dan Angk utan J alan (L embaran NegaraR epublik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 96);
13. Undang-Undang
Nomor

30
Tahun
2009
tentang
K etenagalistrik an (L embaran Negara R epublik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 133, Tambahan L embaran NegaraR epublik
Indonesia Nomor 5052);
14. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan
Pengelolaan
L ingk ungan
Hidup
(L embaran
NegaraR epublik Indonesia Tahun 2009 Nomor 135 Tambahan
L embaran NegaraR epublik Indonesia Nomor 5054);
15. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang K esehatan
(L embaran NegaraR epublik Indonesia Tahun 2009 Nomor
144Tambahan L embaran NegaraR epu blik Indonesia Nomor
5063);
16. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang C agar B udaya

2

(L embaran NegaraR epublik Indonesia Tahun 2010 Nomor 130
Tambahan L embaran NegaraR epublik Indonesia Nomor 5168);
17. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan
dan
K awasan
Pemuk iman
(L embaran
NegaraR epublik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 7 Tambahan L embaran
NegaraR epublik Indonesia Nomor 5188);
18. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentuk an
Peraturan Perundang-undangan (L embaran NegaraR epublik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 82 Tambahan L embaran
NegaraR epublik Indonesia Nomor 5234);
19. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan
F ak ir Misk in (L embaran NegaraR epu blik Indonesia Tahun
2011 Nomor 83 Tambahan L embaran NegaraR epublik
Indonesia Nomor 5235);

20. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
D aerah (L embaran Negara R epublik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244, Tambahan L embaran Negara R epublik Indonesia
Nomor 5587), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang R epublik Indonesia
Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas UndangUndang Nomor 23 T ahun 2014 tentang Pemerintahan D aerah
(L embaran Negara R epublik Indonesia Tahun 2014 Nomor
246, Tambahan L embaran Negara R epublik Indonesia Nomor
5589);
21. Peraturan Pemerintah Nomor 31 T ahun 1980 tentang
Penanggulangan G elandangan dan Pengemis (L embaran
NegaraR epublik Indonesia Nomor 51 Tambahan L embaran
NegaraR epublik Indonesia Nomor 3177);
22. Peraturan Pemerintah Nomor 6 T ahun 1988 tentang
K oordinasi K egiatan Instansi V ertik al D i D aerah (L embaran
NegaraR epublik Indonesia Tahun 1988 Nomor 10, Tambahan
L embaran NegaraR epublik Indonesia Nomor 3373);
23. Peraturan Pemerintah Nomor 43 T ahun 1993 tentang
Prasarana dan L alu L intas J alan (L embaran NegaraR epublik
Indonesia Tahun 1993 Nomor 63 Tambahan L embaran

NegaraR epublik Indonesia Nomor 3529);
24. Peraturan Pemerintah Nomor 79 T ahun 2005 tentang
Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan
Pemerintahan D aerah (L embaran NegaraR epublik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 165 Tambahan L embaran NegaraR epublik
Indonesia Nomor 4593);
25. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahu n 2006 tentang J alan
(L embaran NegaraR epublik Indonesia Tahun 2006 Nomor 86
Tambahan L embaran NegaraR epublik Indonesia Nomor 4655);
26. Peraturan Pemerintah Nomor 38 T ahun 2007 tentang
Pembagian
Urusan
Pemerintahan
antara
Pemerintah,
Pemerintahan D aerah Provinsi, dan Pemerintahan D aerah
K abupaten/ K ota (L embaran NegaraR epu blik Indonesia Tahu n
2007 Nomor 82 Tambahan L embaran NegaraR epublik
Indonesia Nomor 4737);
27. Peraturan


Pemerintah
3

Nomor

41

T ahun

2007

tentang

Organisasi Perangk at D aerah (L embaran NegaraR epu blik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 89 Tambahan L embaran
NegaraR epublik Indonesia Nomor 4741);
28. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 tentang S atuan
Polisi Pamong Praja (L embaran NegaraR epublik Indonesia
Tahun 2010 Nomor 9);

29. Peraturan Menteri Pertambangan dan E nergi Nomor
01.P/ 47/ MPE / 1992 tentang R uang B ebas S aluran Udara
Tegangan Tinggi (S UT T) dan S aluran Udara E k stra Tegangan
Tinggi (S UTE T) Untuk Penyaluran Tenaga L istrik sebagaimana
telah diubah dengan K eputusan Menteri Pertambangan dan
E nergi Nomor 975K / 47/ MPE / 1999 tentang Perubahan
Peraturan Menteri Pertambangan dan E nergi Nomor
01.P/ 47/ MPE / 1992 tentang R uang B ebas S aluran Udara
Tegangan Tinggi (S UT T) dan S aluran Udara E k stra Tegangan
Tinggi (S UTE T) Untu k Penyaluran Tenaga L istrik ;
30. Peraturan Menteri D alam Negeri Nomor 40 Tahun 2011
tentang Pedoman Organisasi dan Tata K erja S atuan Polisi
Pamong Praja;
31. Peraturan Menteri D alam Negeri Nomor 1 Tahun 2014 tentang
Pembentuk an Produk Huk um D aerah (B erita Negara Tahun
2014 Nomor 32);
32. Peraturan D aerah K abupaten K uningan Nomor 6 Tahun 2005
tentang Penyidik Pegawai Negeri S ipil D aerah (L embaran
D aerah K abupaten K uningan Tahu n 2005 Nomor 16,
Tambahan L embaran D aerah K abupaten K uningan Nomor 16);

33. Peraturan D aerah K abupaten K uningan Nomor 3 Tahun 2008
tentang K ewenangan Pemerintahan D aerah K abupaten
K uningan (L embaran D aerah K abupaten K uningan Tahu n
2008 Nomor 68 S eri E , Tambahan L embaran D aerah
K abupaten K uningan Nomor 70);
34. Peraturan D aerah K abupaten K uningan Nomor 12 Tahun
2013 tentang Pembentuk an Organisasi S atuan Polisi Pamong
Praja (L embaran D aerah K abupaten K uningan Tahun 2013
Nomor 12 S eri D , Tambahan L embaran D aerah K abupaten
K uningan Nomor 11);
35. Peraturan D aerah K abupaten K uningan Nomor 21 Tahun
2013 tentang Pedoman Pembentuk an Produk Huk um D aerah
(L embaran D aerah K abupaten K uningan Tahun 2013 Nomor
21 S eri E , Tambahan L embaran D aerah K abupaten K uningan
Nomor 20);

4

D engan Persetujuan B ersama
D E WAN PE R WAK ILAN R AK Y AT D AE R AH K AB UPATE N K UNING AN
dan
B UPATI K UNING AN

ME MUTUS K AN :

Menetapk an

: PE R ATUR AN D AE R AH K AB UPATE N K UNING AN TE NTANG
PE NY E L E NG G AR AAN K E T E R TIB AN UMUM D AN K E TE NTR AMAN
MAS Y AR AK AT.

B AB I
K E TE NTUAN UMUM

Pasal 1
D alam Peraturan D aerah ini yang dimak sud dengan :
1. D aerah adalah K abupaten K uningan.
2. Pemerintah D aerah adalah Pemerintah K abupaten K uningan.
3. B upati adalah B upati K uningan.
4. K epala S atuan Polisi Pamong Praja adalah K epala S atuan Polisi
Pamong Praja K abupaten K uningan.
5. S atuan Polisi Pamong Praja adalah S atuan Polisi Pamong Praja
K abupaten K uningan yang selanjutnya disingk at S atpol.PP.
merupak an bagian perangk at daerah dalam penegak an
Peraturan D aerah dan penyelenggaraan k etertiban umum dan
k etentraman masyarak at.
6. Polisi Pamong Praja adalah Anggota S atpol.PP. sebagai aparat
Pemerintah D aerah dalam penegak an Peraturan D aerah dan
penyelenggaraan
k etertiban
umum
dan
k etentraman
masyarak at.
7. K etertiban umum dan k etentraman masyarak at adalah suatu
k eadaan dinamis yang memungk ink an Pemerintah, Pemerintah
D aerah, dan masyarak at dapat melak u k an k egiatannya dengan
tentram, tertib, dan teratur.
8. Pejabat yang ditunjuk adalah pegawai negeri yang ditunju k dan
diberi tugas tertentu di bidang perijinan sesuai dengan
Peraturan Perundang-Undangan yang berlak u.
9. Penyidik Pegawai Negeri S ipil yang selanjutnya disingk at PPNS
adalah Pejabat yang memilik i k ewenangan k husus u ntuk
melak uk an penyidik an dan penyelidik an atas pelanggaran
Peraturan D aerah.
10. B adan adalah sek umpulan orang dan/ atau modal yang
merupak an k esatuan baik yang melak uk an usaha maupun yang
tidak melak uk an usaha yang meliputi perseroan Terbatas,
Perseroan K omanditer, Perseroan lainnya, B adan usaha milik
Negara atau daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun,
F irma,
K ongsi,
K operasi,
D ana
Pensiun,
Persek utuan,
Perk umpulan, Y ayasan, Organisasi massa,Organisasi sosial
5

politik atau organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk u saha
tetap dan bentuk badan lainnya.
11. Pengemis adalah orang-orang yang mendapat penghasilan
dengan meminta-minta di muk a umu m dengan berbagai cara
dan alasan untuk mengharapk an belas k asihan dari orang lain.
12. B angunan adalah wujud fisik hasil pek erjaan k onstruk si yang
menyatu dengan tempat k eduduk annya baik sebagian maupun
k eseluruhannya berada di atas atau di dalam tanah dan/ atau
air, yang terdiri dari bangunan gedung dan bangunan buk an
gedung.
13. J alan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala
bagian
jalan,
termasuk
bangunan
pelengk ap
dan
perlengk apannya yang diperuntuk k an bagi lalu lintas, yang
berada pada permuk aan tanah, di atas permuk aan tanah, di
bawah permuk aan tanah dan/ atau air, serta di atas permuk aan
air, k ecuali jalan k ereta api, jalan lori, dan jalan k abel.
14. Tempat umum adalah fasilitas umu m yang menjadi milik ,
dik uasai dan/ atau dik elola oleh Pemerintah D aerah.
15. R uang Terbuk a Hijau adalah area memanjang/ jalur dan/ atau
mengelompok , yang penggunaannya lebih bersifat terbuk a,
tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah
maupun yang sengaja ditanam.
16. J alur Hijau adalah salah satu jenis R uang Terbuk a Hijau fungsi
tertentu.
17. Taman adalah ruang terbuk a dengan segala k elengk apannya
yang dipergunak an dan dik elola untu k k eindahan dan antara
lain berfungsi sebagai paru-paru k ota.
18. R uang milik jalan adalah ruang manfaat jalan dan sejalur tanah
tertentu di luar manfaat jalan yang diperuntuk k an bagi ruang
manfaat jalan, pelebaran jalan, penambahan jalur lalu lintas di
masa datang serta k ebutuhan ruangan untuk pengamanan jalan
dan dibatasi oleh lebar, k edalaman dan tinggi tertentu.
19. R uang milik sungai adalah ruang k anan k iri sungai yang
merupak an penyangga antara ek osistem sungai dan daratan.
20. K olam adalah suatu perairan buatan yang luasnya terbatas dan
sengaja dibuat agar mudah dalam hal pengaturan air.
21. S aluran Udara Tegangan Menengah yang selanjutnya disingk at
S UTM adalah saluran tenaga listrik yang menggunak an k awat
telanjang (penghantar) di udara bertegangan dibawah 35 k V
sesuai standar di bidang k etenagalistrik an.
22. S aluran Udara Tegangan Tinggi yang selanjutnya disingk at S UT T
adalah saluran tenaga listrik yang menggunak an k awat
telanjang (penghantar) di udara bertegangan diatas 35 k V
sampai
dengan
245
kV
sesuai
standar
di
bidang
k etenagalistrik an.
23. S aluran Udara Tegangan E k stra Tinggi yang selanju tnya
disingk at
S UTE T
adalah
saluran
tenaga
listrik
yang
menggunak an
k awat
telanjang
(penghantar)
di
udara
bertegangan diatas 245 k V sesu ai standar di bidang
k etenagalistrik an.
6

24. J arak bebas Minimum adalah jarak terpendek 8,5 m antara
penghantar S UT T atau S UTE T dan 3,5 m untuk S UTM dengan
permuk aan tanah, benda-bendadan k egiatan lain disek itarnya,
yang mutlak tidak boleh lebih pendek dari yang telah ditetapk an
demi k eselamatan manusia dan mahluk hidup lainnya serta juga
k eamanan operasi S UT T atau S UTE T.
25. R uang bebas adalah sek eliling penghantar yang dibentuk oleh
J arak B ebas Minimum sepanjang S UT T atau S UTE T yang dalam
ruang itu harus dibebask an dari benda-benda dan k egiatan
lainnya.
26. PL N adalah Perusahaan L istrik Negara.

B AB II
TE R TIB J AL AN D AN ANG K UTAN J AL AN

Pasal 2
(1) S etiap orang dan/ atau badan dilarang membongk ar dan/ atau
memasang trotoar, jalur pemisah jalan, pulau-pulau jalan, jalan
k eluar masuk k e persil dan sejenisnya;
(2) K etentuan sebagaimana dimak sud pada ayat (1) dik ecualik an
bagi orang dan/ atau badan yang memperoleh izin dari B upati
atau pejabat yang ditunjuk .

Pasal 3
(1) S etiap orang dan/ atau badan dilarang menghuni, melak u k an
ak tifitas berjualan dan/ atau memanfaatk an ruang terbuk a di
bawah jembatan/ jalan layang, diatas tepi saluran dan/ atau
tempat-tempat umum lainnya secara terusmenerus/ permanen.
(2) S etiap orang dan/ atau badan yang ak an memanfaatk an ruang
terbuk a di bawah jembatan/ jalan layang, diatas tepi saluran
dan/ atau tempat-tempat umum lainnya sebagaimana dimak sud
pada ayat (1) yang dilak uk an secara tidak terus menerus wajib
memperoleh izin dari B upati atau Pejabat yang ditunjuk .

Pasal 4
(1) S etiap orang dan/ atau sek elompok orang dilarang:
a. membunyik an dengan k eras k endaraan bermotor yang dapat
menimbulk an terganggunya k etentraman dan k etertiban;
b. menaruh mobil atau k endaraan lainnya sehingga mengganggu
lalu lintas k endaraan dan orang.
(2) S etiap orang dan/ atau sek elompok orang yang tidak memilik i
k ewenangan dilarang melak uk an pengaturan lalu lintas pada
persimpangan jalan, tik ungan, atau tempat balik arah.
(3) S etiap orang dan/ atau sek elompok orang yang tidak memilik i
k ewenangan dilarang melak uk an pungutan uang dan/ atau
pengumpulan uang terhadap k endaraan pribadi, k endaraan
umum maupun angk utan barang yang melintas di jalan.

7

(4) K etentuan sebagaimana dimak sud pada ayat (2) dan (3)
dik ecualik an bagi orang dan/ atau sek elompok orang yang
memperoleh izin dari B upati atau Pejabat yang ditunjuk .

Pasal 5
S etiap pengendara k endaraan bermotor dilarang membunyik an
k lak son dan wajib mengurangi k ecepatan k endaraannya pada wak tu
melintasi tempat ibadah, lembaga pendidik an dan/ atau rumah
sak it.
Pasal 6
S etiap orang dilarang membuang sampah selain di tempat yang
telah ditentuk an.
Pasal 7
(1) S etiap orang yang berada di dalam k endaraan umum dilarang:
a.
b.
c.
d.
e.

membuang sampah selain di tempat yang telah ditentuk an;
merok ok ;
meludah;
mengamen; dan/ atau
menjual barang-barang dik endaraan umum;

(2) S etiap k endaraan umum wajib menyediak an tempat sampah di
dalam k endaraan.

Pasal 8
(1) S etiap orang atau badan dilarang :
a. berjualan atau berdagang di badan jalan dan tempat-tempat
lain yang tidak sesuai dengan peruntuk annya;
b. menyimpan atau menimbun barang di badan jalan dan
tempat-tempat
lain
yang
tidak
sesuai
dengan
peruntuk annya;
c. mengambil, memindahk an, membuang dan merusak tanda
peringatan, pot bunga, pipa air, pipa gas, k abel listrik ,
papan nama jalan, lampu penerangan jalan dan alat-alat
sejenis yang telah dipasang oleh pihak yang berwenang;
d. mendirik an
bangunan
yang
dapat
mengak ibatk an
berubahnya fungsi jalan;
e. mengangk ut muatan dengan k endaraan terbuk a yang dapat
menimbulk an pengotoran jalan;
f. berdiri, dan/ atau duduk di pagar pada jalur hijau, pagar di
taman dan pagar pemisah jalan;
g. menjemur pada pagar jalur hijau, pagar di taman dan/ atau
pagar pemisah jalan;
h. merusak , menerobos atau melompati pagar pemisah jalan;
i. menempatk an dan/ atau membiark an k endaraan dalam
k eadaan
rusak ,
rongsok an,
memperbaik i
dan/ atau
mengecat k endaraan di jalan;
j. memasang perangk at/ alat yang dapat mengganggu fungsi
jalan;
k . melak uk an k egiatan yang menyebabk an air menggenang k e
jalan yang dapat mengganggu k elancaran lalu lintas;
8

l. menggunak an trotoar sebagai tempat park ir k endaraan;
m. buang air besar dan/ atau k ecil di jalan dan saluran;
n. menggunak an badan jalan sebagai arena bermain;
o. membuat atau memasang portal/ pintu/ pagar jalan yang
bertujuan untuk menutup ak ses jalan;
p. memasang bilboard/ papan rek lame pada tiang yang
terdapat di atas trotoar dengan mengganggu hak pejalan
k ak i dan menutup jarak pandang pengendara.
(2) K etentuan sebagaimana dimak sud pada ayat (1) huruf a, j, n dan
huruf o dik ecualik an bagi orang/ badan yang telah memperoleh
izin dari B upati atau Pejabat yang ditunjuk .

(3) Pemberian izin B upati sebagaimana dimak sud pada ayat (2)
berk enaan dengan K etentuan ayat (1) huruf o, untuk membuat
atau memasang portal/ pintu/ pagar jalan secara temporer,
dilak uk an setelah memperoleh rek omendasi dari K epolisian.

B AB III
TE R TIB J AL UR HIJ AU, TAMAN D AN TE MPAT UMUM

Pasal 9
(1) S etiap orang atau badan dilarang :
a. melak uk an perbuatan atau tindak an dengan alasan apapun
yang berak ibat terjadi k erusak an pagar taman, jalur hijau
atau taman beserta k elengk apannya;
b. bertempat tinggal di jalur hijau, taman dan tempat umum;
c. menyalahgunak an atau mengalihk an fungsi jalur hijau,
taman dan tempat umum;
d. melak uk an usaha penjualan/ penyewaan film porno atau
berbau porno dalam k emasan vcd, pita k aset atau tek nologi
lainnya ;
e. melak uk an usaha,warung atau sejenisnya sebagai tempat
yang dapat mengarah k epada perbuatan asusila;
f. menjual mak anan/ minuman dengan ramuan bahan
k imia/ alami yang membahayak an k esehatan manusia;
g. melompati, atau menerobos sandaran jembatan atau pagar
sepanjang jalan, jalur hijau, taman dan tempat-tempat
umum;
h. melak uk an pemotongan, penebangan, pemindahan atau
perantingan pohon/ tanaman yang tumbuh di sepanjang
jalan, jalur hijau dan taman.
i. buang air besar dan/ atau k ecil di ruang terbuk a hijau
publik , k ecuali pada fasilitas yang telah disediak an;
j. mendirik an
bangunan
yang
dapat
mengak ibatk an
berubahnya fungsi jalur hijau, taman dan tempat umum;
k . membak ar sampah di jalur hijau, taman dan tempat umum;
l. melak uk an perbuatan asusila;
m. menjual dan/ atau meminum minuman beralk ohol di jalur
hijau, taman dan/ atau tempat umum;
n. berjudi;
o. Menempatk an
barang/ benda
di
tempat-tempat
umum/ fasilitas umum pada puk ul 18.00 wib sampai
dengan puk ul 06.00 wib;

9

(2) K etentuan sebagaimana dimak sud pada ayat (1) huruf c dan
huruf j dik ecualik an bagi orang/ badan yang memperoleh izin
dari B upati atau pejabat yang ditunjuk .
(3) D ik ecualik an dari k etentuan pada ayat (1) huruf h bagi petugas
pemerintah yang melak sanak an perintah jabatan.

B AB IV
TE R TIB S UNG AI, S AL UR AN D AN K OL AM

Pasal 10
(1) S etiap orang dan/ atau badan dilarang :
a. membangun tempat mandi cuci k ak us, hunian/ tempat
tinggal dan/ atau tempat usaha di atas saluran sungai dan
bantaran sungai serta di dalam k awasan situ/ bozem, waduk
dan danau;
b. memasang/ menempatk an k abel atau pipa di bawah atau
melintasi saluran, sungai serta di dalam k awasan
situ/ bozem;dan
c. menutup saluran dan/ atau gorong-gorong yang dapat
mengak ibatk an saluran dan/ atau gorong-gorong tidak
berfungsi.
d. membuang sampah atau limbah bahan berbahaya dan
beracun k e saluran, sungai, situ/ bozem, waduk dan danau.
(2) K etentuan sebagaimana dimak sud pada ayat (1) huruf b,
dik ecualik an bagi orang dan/ atau badan yang memperoleh izin
dari instansi/ pejabat yang berwenang dan/ atau k egiatan yang
merupak an program Pemerintah / Pemerintah Provinsi J awa
B arat/ Pemerintah D aerah.

Pasal 11
(1) S etiap orang dilarang mandi, membersihk an anggota badan,
mencuci pak aian, k endaraan atau benda-benda dan/ atau
memandik an hewan di air mancur, k olam-k olam dan/ atau
k elengk apan k eindahan k ota.
(2) S etiap orang dilarang mengambil air dari air mancur, k olamk olam k elengk apan k eindahan k ota dan tempat lainnya yang
sejenis, k ecuali apabila hal ini dilak sanak an oleh petugas untuk
k epentingan dinas.
(3) S etiap orang dilarang memanfaatk an air sungai yang menjadi
k ewenangan daerah untuk k epentingan usaha.
(4) D ik ecualik an dari k etentuan sebagaimana dimak sud pada ayat
(3) orang dan/ atau badan yang memperoleh izin dari B upati atau
pejabat yang ditunjuk .

Pasal 12
(1) S etiap
orang
dan/ atau
badan
dilarang
mengambil,
memindahk an atau merusak tutup selok an atau saluran lainnya
serta k omponen bangunan pelengk ap jalan dan/ atau fasilitas
umum dan fasilitas sosial.
10

(2) D ik ecualik an dari k etentuan sebagaimana dimak sud pada ayat
(1) bagi petugas yang melak sanak an perintah jabatan.

B AB V
TE R TIB L ING K UNGAN

Pasal 13
(1) S etiap orang dan/ atau badan dilarang menangk ap, memelihara,
memburu, memperdagangk an atau membunuh hewan tertentu
yang jenisnya ditetapk an dan dilindungi oleh peraturan
perundang-undangan.
(2) S etiap pemilik binatang wajib menjaga binatang milik nya untuk
tidak berk eliaran di lingk ungan pemuk iman dan tempat-tempat
umum.
(3) S etiap orang dilarang menangk ap satwa burung, ik an dan
sejenisnya dengan cara menggunak an senapan, racun dan atau
alat setrum yang dilarang menurut peraturan perundangundangan yang berlak u.
(4) S etiap orang atau badan pemilik hewan yang dilindungi wajib
mempunyai tanda daftar/ sertifik asi.
(5) Perolehan tanda daftar/ sertifik asi sebagaimana dimak sud pada
ayat (4) mengik uti k etentuan peraturan perundang-undangan
yang berlak u.

Pasal 14
(1) S etiap orang dan/ atau badan dilarang membuat, menyimpan,
memperjualbelik an dan/ atau membunyik an petasan dan
sejenisnya.
(2) K etentuan sebagaimana dimak sud pada ayat (1) dik ecualik an
bagi orang dan/ atau badan yang memperoleh izin dari B upati
atau Pejabat yang ditunjuk .
(3) Izin sebagaimana dimak sud pada ayat (2) diterbitk an setelah
memperoleh rek omendasi dari K epolisian.

Pasal 15
(1) S etiap orang dan/ atau badan dilarang :
a. mencoret-coret, menulis, meluk is, menempel ik lan di dinding
atau di tembok , jembatan lintas, jembatan penyebrangan
orang, halte, tiang listrik , pohon, k endaraan umum dan
sarana umum lainnya;
b. membuang dan menumpuk sampah dan/ atau barang di
jalan, jalur hijau, taman, sungai dan tempat-tempat lain yang
dapat merusak k eindahan dan k ebersihan lingk ungan;
c. membuang air besar dan/ atau k ecil di jalan, jalur hijau,
taman, sungai dan saluran air;
d. bermain
jaringan

layang-layang yang mengak ibatk an rusak nya
k abel
listrik ,
telepon
dan
antena
atau
11

membahayak an orang lain.
(2) K etentuan sebagaimana dimak sud pada ayat (1) huruf a dan
huruf b dik ecualik an bagi orang dan/ atau badan yang
memperoleh izin dari B upati atau Pejabat yang ditunjuk .

Pasal 16
(1) S etiap orang atau badan dilarang merusak prasarana dan
sarana umum pada wak tu berlangsungnya penyampaian
pendapat, unjuk rasa dan/ atau pengerahan massa.
(2) S etiap orang atau badan dilarang membuang benda-benda
dan/ atau sarana yang digunak an pada wak tu penyampaian
pendapat, unjuk rasa, rapat-rapat umum dan pengerahan massa
di jalan, jalur hijau, dan tempat umum lainnya.

Pasal 17
(1) D alam hal perwujudan k etentraman dan k etertiban lingk ungan,
setiap orang, badan huk um dan/ atau perk umpulan dilarang:
a. mendirik an dan mengoperasionalk an tempat yang digunak an
untuk melak uk an k egiatan permainan yang mengarah
k epada permainan peruntungan dan/ atau mengarah k epada
perjudian;
b. membuat gaduh sek itar tempat tinggal atau membuat
sesuatu yang dapat menganggu k etentraman orang lain;
c. mempergunak an fasilitas umum yang buk an peruntuk annya.
d. menimbun atau membuang benda yang berbau menyengat
yang dapat mengganggu penghuni sek itarnya;
e. mengotori dan merusak drainase, jalur hijau dan fasilitas
umum lainnya.
(2) K etentuan sebagaimana dimak sud pada ayat (1) huruf a,b,c dan
ddik ecualik an untu k tempat-tempat yang ditetapk an oleh B upati
atau Pejabat yang ditunjuk .

Pasal 18
(1) S etiap orang, badan huk um dan/ atau perk umpulan dilarang :
a. menyebark an selebaran, brosur, pamflet dan sejenisnya di
sepanjang jalan umum;
b. memasang dan/ atau menempelk an k ain bendera, k ain
bergambar, spanduk dan/ atau sejenisnya di sepanjang
jalan, rambu-rambu lalu lintas, tiang penerangan jalan,
pohon, bangunan fasilitas umum dan/ atau fasilitas sosial;
c. menebang, memangk as dan/ atau merusak pohon pelindung
dan/ atau tanaman lainnya yang berada di fasilitas umum
yang dimilik i dan/ atau dik uasai PemerintahD aerah;
d. mengotori, mencoret dan merusak jalan, dan/ atau jembatan
beserta bangunan pelengk apnya, rambu lalu lintas, pohon,
fasilitas umum dan fasilitas sosial.
e. membiark an pohon milik nya melewati jarak B ebas
Minimum, R uang B ebas dan atau menempel pada S UTM.

12

(2) K etentuan sebagaimana dimak sud pada ayat (1) huruf a, b dan c,
dik ecualik an bagi orang dan/ atau badan yang memperoleh izin
dari B upati atau Pejabat yang ditunjuk .

B AB V I
TE R TIB US AHA TE R TE NTU

Pasal 19
(1) S etiap orang/ badan dilarang menempatk an benda-benda dengan
mak sud untuk melak uk an sesuatu usaha di jalan, jalur hijau,
taman dan tempat-tempat umum.
(2) K etentuan sebagaimana dimak sud pada ayat (1) dik ecualik an
bagi tempat-tempat yang telah diizink an oleh B upati atau
Pejabat yang ditunjuk .

Pasal 20
(1) S etiap orang dan/ atau badan dilarang melak uk an pek erjaan
atau bertindak sebagai perantara k arcis k endaraan u mum,
k arcis hiburan, pelayanan jasa publik dan/ atau k egiatan lainnya
yang sejenis.
(2) S etiap orang dan/ atau badan dilarang memanfaatk an dan/ atau
mempergunak an perantara sebagaimana dimak sud pada ayat
(1).
(3) K etentuan sebagaimana dimak sud pada ayat (1) dik ecualik an
bagi orang dan/ atau badan yang memperoleh izin dari B upati
atau Pejabat yang ditunjuk .

Pasal 21
S etiap orang atau badan dilarang menjual dan/ atau mengedark an
bahan mak anan/ mak anan/ minuman yang tidak memenuhi syaratsyarat k esehatan dan tidak layak dik onsumsi.

Pasal 22
S etiap orang atau badan yang membawa ternak masuk dan/ atau
k eluar D aerah harus disertai surat k esehatan hewan dan tujuan
pengiriman dari pejabat instansi yang berwenang dari daerah asal
ternak .
Pasal 23
S etiap orang dan/ atau badan dilarang melak uk an usaha
pengumpulan, penampungan, penyaluran tenaga k erja atau
pengasuh tanpa memperoleh izin dari B upati atau Pejabat yang
ditunjuk .

Pasal 24
(1) S etiap orang atau badan dilarang mendirik an tempat k egiatan
usaha yang mengganggu k etertiban umum.

13

(2) K etentuan sebagaimana dimak sud pada ayat (1) dik ecualik an
bagi usaha-usaha yang memilik i izin dari B upati atau Pejabat
yang ditunjuk .

B AB V II
TE R TIB B ANG UNAN

Pasal 25
(1) S etiap orang atau badan dilarang mendirik an bangunan pada
ruang milik jalan, ruang milik sungai, ruang milik situ/ bozem,
taman dan jalur hijau.
(2) K etentuan sebagaimana dimak sud pada ayat (1) dik ecualik an
bagi pendirian bangunan guna k epentingan umum dengan
berpedoman pada R encana Tata R uang Wilayah dan telah
mendapatk an izin dari B upati atau Pejabat yang ditunjuk .
(3) S etiap orang atau badan wajib menjaga serta memelihara
bangunan di lok asi yang menjadi milik nya sehingga tidak
membahayak an k eselamatan manusia.
(4) S etiap orang atau badan dilarang membuat bangunan melewati
jarak B ebas Minimum dan atau R uang B ebas.

Pasal 26
(1) S etiap orang atau badan dilarang membangun menara dan/ atau
tower k omunik asi, k ecuali mendapat izin dari B upati atau
Pejabat yang ditunjuk .
(2) Pemilik / pengelola menara dan/ atau tower k omunik asi wajib
menjamin
k eamanan
dan
k eselamatan
dari
berbagai
k emungk inan yang dapat membahayak an dan/ atau merugik an
orang lain dan/ atau badan dan/ atau fungsi menara/ tower
k omunik asi tersebut.

Pasal 27
S etiap orang atau badan pemilik bangunan dan/ atau rumah
diwajibk an:
a. memelihara pagar pek arangan dan memotong pagar hidup yang
berbatasan dengan jalan;
b. membuang bagian dari pohon, semak -semak dan tu mbuhtumbuhan yang dapat mengganggu k eamanan dan/ atau
k etertiban.

B AB V III
TE R TIB S OS IAL

Pasal 28
(1) S etiap orang dan/ atau badan dilarang meminta bantuan
dan/ atau sumbangan yang dilak uk an sendiri-sendiri dan/ atau
bersama-sama di jalan, pasar, k endaraan umum, lingk ungan
pemuk iman, rumah sak it, sek olah,k antor dan tempat ibadah.

14

(2) Permintaan bantuan atau sumbangan untuk k epentingan sosial
dan k emanusiaan dapat dilak uk an setelah mendapat izin dari
B upati atau Pejabat yang ditunjuk .
Pasal 29
S etiap orang dilarang:
a. berak tifitas sebagai pengamen, pedagang asongan, dan/ atau
pengelap mobil di jalanan, persimpangan dan/ atau k awasan
tertentu yang ditetapk an lebih lanjut oleh B upati;
b. mengk oordinir untuk menjadi pengamen, pedagang asongan,
dan/ atau pengelap mobil;
c. melak uk an ak tifitas sebagai pemulung rongsok yang melak uk an
k egiatannya di wak tu malam hari.
Pasal 30
S etiap orang dilarang :
a. berak tifitas sebagai pengemis;
b. mengk oordinir untuk menjadi pengemis;
c. mengek spolitasi anak dan/ atau bayi untuk menjadi pengemis;
Pasal 31
(1) S etiap orang dilarang bertingk ah lak u dan/ atau berbuat asusila
di jalan, jalur hijau, taman atau dan tempat-tempat umum
lainnya.
(2) S etiap orang dilarang:
a. menjadi penjaja sek s k omersial;
b. menyuruh, memfasilitasi, membujuk , memak sa orang lain
untuk menjadi penjaja sek s k omersial;
c. memak ai jasa penjaja sek s k omersial.
d. berada di tempat atau k amar k ost dan atau k ontrak an, hotel,
wisma dan sejenisnya dengan pasangan lain jenis(buk an
muhrim) serta tanpa memilik i identitas yang resmi.

Pasal 32
S etiap orang dan/ atau badan dilarang:
a. menyelenggarak an dan/ atau melak uk an segala bentuk k egiatan
perjudian.
b. menjadik an rumah baik oleh pemilik nya atau buk an, pek arangan,
lapangan, lorong, semak , k ebun dan sejenisnya sebagai tempat
memperdagangk an, menyimpan dan mengk onsumsi segala jenis
minuman beralk ohol dan segala bentuk nark otik a, psik otropik a,
penyalahgunaan obat-obatan, melak uk an perbuatan a susila,
perjudian dan minuman yang memabuk k an.

Pasal 33
(1) S etiap orang dan/ atau badan dilarang menyediak an tempat dan
menyelenggarak an segala bentuk undian dengan memberik an
hadiah dalam bentuk apapun.
(2) D ik ecualik an dari k etentuan sebagaimana pada ayat (1) orang
dan/ atau badan yang memilik i izin dari B upati atau pejabat
yang ditunjuk sesuai dengan k etentuan peraturan perundangundangan.
15

Pasal 34
S etiap orang, badan, pemilik rumah dan/ atau bangunan/ gedung
wajib memasang bendera Merah Putih pada peringatan hari besar
nasional pada wak tu tertentu sesuai dengan peraturan yang
berlak u.
B AB IX
TE R TIB PE R AN S E R TA MAS Y AR AK AT

Pasal 35
S etiap orang dan/ atau badan dapat melak uk an laporan
k epadapetugas satuan polisi pamong praja dan/ atau aparat
pemerintah daerah apabila terjadi pelanggaran di masyarak at.

Pasal 36
(1) S etiap orang dan/ atau badan yang melihat, mengetahui
dan/ atau menemuk an terjadinya pelanggaran atas k etertiban
umum dapat melapork an k epada petugas yang berwenang.
(2) S etiap orang atau badan yang melapork an sebagaimana
dimak sud pada ayat (1) berhak mendapat perlindungan huk um
sesuai dengan k etentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Petugas
sebagaimana
dimak sud pada
menindak lanjuti dan memproses secara
laporan yang disampaik an oleh orang
sebagaimana dimak sud pada ayat (1).

ayat
(1) wajib
huk um terhadap
dan/ atau badan

(4) Petugas yang tidak menindak lanjuti dan memproses secara
huk um terhadap laporan sebagaimana dimak sud pada ayat (3)
dik enak an
sank si sesuai dengan
k etentuan
peraturan
perundang-undangan yang berlak u.

B AB X
PE NG AWAS AN D AN PE NE G AK AN HUK UM
Pasal 37
(1) B upati berwenang untuk melak uk an pembinaan, pengendalian
dan pengawasan terhadap penyelenggaraan k etertiban u mum
dan k etentraman umum.
(2) K ewenangan sebagaimana dimak sud pada ayat (1) dilak sanak an
oleh S atuan Polisi Pamong Praja bersama Penyidik Pegawai
Negeri S ipil dengan S atuan k erja perangk at daerah terk ait
lainnya, serta dapat berk oordinasi dengan aparat K epolisian
R epublik Indonesia dan instansi terk ait lainnya.
(3) Pembinaan, pengendalian dan pengawasan dilak uk an dalam
bentuk
pengarahan,
sosialisasi,
pelatihan,
rehabilitasi,
penyuluhan terhadap perorangan/ k elompok orang yang patut
diduga terk ait dengan perbuatan yang dilarang dalam Peraturan
D aerah ini, serta pemantauan pada lok asi-lok asi atau tempattempat yang menjadi obyek Peraturan D aerah ini.

16

B AB X I
S ANK S I AD MINIS TR ATIF

Pasal 38
(1) S etiap orang atau badan yang melanggar k etentuan dalam Pasal
Pasal 2 ayat (1), Pasal 3 ayat (1), Pasal 4 ayat (1), ayat (2) ayat
(3), Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8 ayat (1), Pasal 9 ayat (1),
Pasal 10 ayat (1), Pasal 11 ayat (1), ayat (2), ayat (3), Pasal 12
ayat (1), Pasal 13 ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), Pasal 14
ayat (1), Pasal 15 ayat (1), Pasal 16, Pasal 17 ayat (1), Pasal 18
ayat (1), Pasal 19 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), ayat (2), Pasal 21,
Pasal 22, Pasal 23, Pasal 24 ayat (1), Pasal 25ayat (1), ayat (3),
ayat (4), Pasal 26, Pasal 27, Pasal 28 ayat (1), Pasal 29, Pasal 30,
Pasal 31, Pasal 32, Pasal 33 ayat (1) dan Pasal 34 Peraturan
D aerah ini dik enak an huk uman sank si administratif berupa:
a.

Teguran lisan;

b. Peringatan tertulis;
c.

Penggantian pohon;

d. Penertiban;
e.

Penghentian sementara dari k egiatan;

f.

D enda administrasi; dan/ atau

g.

Pencabutan izin, pembek uan izin, dan/ atau penyegelan.

(2) Tata cara penerapan sank si administratif diatur lebih lanjut
dengan Peraturan B upati.

B AB X II
K E TE NTUAN PE NY ID IK AN

Pasal 39
(1) Penyidik an terhadap pelanggaran Peraturan D aerah
dilak uk an oleh Penyidik Pegawai Negeri S ipil D aerah.

ini

(2) D alam melak sanak an tugas penyidik an, wewenang penyidik
sebagaimana dimak sud pada ayat (1) adalah :
a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang
adanya tindak pidana;
b. melak uk an tindak an pertama pada
k ejadian dan melak uk an pemerik saan;

saat

itu

ditempat

c. menyuruh berhenti seorang tersangk a dan memerik sa tanda
pengenal diri tersangk a;
d. melak uk an penyitaan benda atau surat;
e. mengambil sidik jari dan memotret orang lain/ seseorang;
f. memanggil orang untuk didengar dan diperik sa sebagai
tersangk a atau sak si;
g. mendatangk an
orang ahli
yang diperluk an
hubungannya dengan pemerik saan perk ara;

17

dalam

h. mengadak an penghentian penyidik an setelah mendapat
petunjuk bahwa tidak terdapat cuk up buk ti atau peristiwa
tersebut buk an merupak an tindak pidana dan selanjutnya
memberitahuk an hal tersebut k epada penuntut umum,
tersangk a atau k eluarganya;
i. mengadak an tindak an lain menurut huk um yang dapat
dipertanggungjawabk an.
(3) Penyidik Pegawai Negeri S ipil D aerah tidak berwenang untuk
melak uk an penangk apan dan/ atau penahanan.
(4) Penyidik sebagaimana dimak sud pada ayat (1) memberitahuk an
dimulainya penyidik an dan menyampaik an hasil penyidik annya
pada penuntut umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara
R epublik Indonesia sesuai dengan k etentuan yang diatur dalam
K itab Undang-Undang Huk um Acara Pidana.

B AB X III
K E TE NTUAN PID ANA

Pasal 40
(1) S elain dik enak an sank si administratif, terhadap pelanggaran
Pasal Pasal 2 ayat (1), Pasal 3 ayat (1), Pasal 4 ayat (1), ayat (2),
ayat (3), Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7 ayat(1) huruf a, , Pasal 8 ayat
(1), Pasal 9 ayat (1)huruf a,b,c,d,e,f,h,i,j,k ,l,m,n,o, Pasal 10 ayat
(1), Pasal 11 ayat (1), ayat (2), ayat (3), Pasal 12 ayat (1), Pasal 13
ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), Pasal 14 ayat (1), Pasal 15
ayat (1), Pasal 16, Pasal 17 ayat (1), Pasal 18 ayat (1), Pasal 19
ayat (1), Pasal 20 ayat (1), ayat (2), Pasal 21, Pasal 22, Pasal 23,
Pasal 24 ayat (1), Pasal 25 ayat (1), ayat (3), ayat (4), Pasal 26,
Pasal 27, Pasal 28 ayat (1), Pasal 29, Pasal 30, Pasal 31, Pasal
32, Pasal 33 ayat (1) dan Pasal 34 Peraturan D aerah ini dapat
dik enak an pidana k urungan paling lama 6 (enam) bulan atau
denda paling banyak R p. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).
(2) Tindak pidana sebagaimana dimak sud pada ayat (1) adalah
pelanggaran.
(3) Terhadap tindak pidana pelanggaran Peraturan D aerah ini dapat
diterapk an
sidang
di
tempat
yang
pelak sanaannya
dik oordinasik an dengan instansi terk ait.

B AB X IV
K E TE NTUAN PE R AL IHAN

Pasal 41
S emua k ebijak an daerah sebelum ditetapk annya Peraturan D aerah
ini, dinyatak an tetap berlak u sepanjang tidak bertentangan dengan
Peraturan D aerah ini.

18

B AB X V
K E TE NTUAN PE NUT UP

Pasal 42
(1) D engan berlak unya Peraturan D aerah ini, mak a Peratu ran
D aerah K abupaten K uningan Nomor 23 Tahun 2003 tentang
K etentraman dan K etertiban Umum (L embaran D aerah
K abupaten K uningan Tahun 2003 Nomor 25 S eri E , Tambahan
L embaran D aerah K abupaten K uningan Nomor 41), sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan D aerah K abupaten K uningan
Nomor 26 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan
D aerah K abupaten K uningan Nomor 23 Tahun 2003 tentang
K etentraman dan K etertiban Umum (L embaran D aerah
K abupaten K uningan Tahun 2010 Nomor 131 S eri E , Tambahan
L embaran D aerah K abupaten K uningan Nomor 34) dicabut dan
dinyatak an tidak berlak u.
(2) Hal-hal yang belum cuk up diatur dalam Peraturan D aerah ini,
sepanjang mengenai tek nis pelak sanaannya ak an diatur lebih
lanjut dengan Peraturan B upati.

Pasal 43
Peraturan D aerah ini mulai berlak u pada tanggal diundangk an.
Agar setiap orang mengetahui, memerintahk an pengundangan
Peraturan D aerah ini dengan penempatannya dalam L embaran
D aerah K abupaten K uningan.
D itetapk an di K uningan
Pada tanggal
7 J anuari 2015

D iundangk an di K uningan
Pada tanggal 7 J anuari 2015

L E MB AR AN D AE R AH K AB UPATE N K UNING AN TAHUN 2015 NOMOR 3S E R I E
NOR E G PE R ATUR AN D AE R AH K AB UPATE N K UNING AN, PR OV INS I J AWA B AR AT:
271/ 2014
19

PE NJ E L AS AN
ATAS
PE R ATUR AN D AE R AH K AB UPATE N K UNING AN
NOMOR 3 TAHUN 2015
TE NTANG
PE NY E LE NG GAR AAN K E TE R TIB AN UMUM D AN K E TE NTR AMAN MAS Y AR AK AT

I.

UMUM

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan D aerah,
merupak an salah satu wujud reformasi otonomi daerah dalam rangk a
meningk atk an efisiensi dan efek tivitas penyelenggaraan otonomi daerah untuk
memberdayak an daerah dan meningk atk an k esejahteraan rak yat.
D alam rangk a mengantisipasi perk embangan dan dinamik a k egiatan
masyarak at seirama dengan tuntuan era globalisasi dan otonomi daerah, mak a
k ondisi k etentraman dan k etertiban u mum daerah yang k ondusif merupak an
suatu k ebutuhan mendasar bagi seluru h masyarak at untuk meningk atk an mutu
k ehidupannya. K ondisi masyarak at yang tumbuh, berk embang serta surut
mempengaruhi k eadaan pemerintah daerah untuk selalu bertindak cepat
mengatur dinamik a k ehidupan masyarak at yang tidak terlepas dari gangguan
k etentraman dan k etertiban umum. S egala k ebiasaan masyarak at yang k urang
tertib bahk an tidak tertib perlu dicegah dan ditanggulangi dalam suatu suatu
perangk at huk um yang memberik an sank si-sank si sehingga dapat memberik an
efek jera bagi masyarak at.
S ehingga tujuan dalam percepatan penyelenggaraan k etentraman dan
k etertiban umum dapat tercapai, sehingga masyarak at dapat menjalank an
k ehidupan sehari-hari dengan tertib dan tentram serta roda pemerintahan dapat
berjalan denganlancar.
B erdasark an hal-hal tersebut diatas, Pemerintah D aerah membentuk
Peraturan D aerah tentang Penyelenggaraan K etertiban Umu m dan K etentraman
Masyarak at sebagai pengganti Peraturan D aerah K abupaten K uningan Nomor 23
Tahun 2003 tentang K etentraman dan K etertiban Umum yang befungsi untuk
mengatur masyarak at K abupaten K uningan agar terwujud k ehidupan
bermasyarak at lebih tentram, tertib, nyaman, bersih dan indah.

II. PE NJ E L AS AN PAS AL D E MI PAS AL .

Pasal 1
Pasal ini dimak sudk an untuk menjelask an arti beberapa istilah yang
digunak an dalam Peraturan D aerah ini, sehingga dengan demik ian dapat
dihindark an k esalahpahaman dalam menafsirk annya.
Pasal 2
Ayat (1)
Persil adalah sebidang tanah dengan uk uran tertentu baik untuk
perk ebunan atau perumahan.
Ayat (2)
C uk up J elas.

20

Pasal 3
C uk up J elas.
Pasal 4
C uk up J elas.
Pasal 5
C uk up J elas.
Pasal 6
C uk up J elas.
Pasal 7
C uk up J elas.
Pasal 8
Ayat (1)
huruf a
Y ang dimak sud dengan badan jalan meliputi jalur lalu lintas
dengan atau tanpa jalur pemisah dan bahu jalan termasu k
jalur pejalan k ak i/ trotoar.
huruf b
C uk up J elas.
huruf c
C uk up J elas.
huruf d
C uk up J elas.
huruf e
C uk up J elas.
huruf f
C uk up J elas.
huruf g
C uk up J elas.
huruf h
C uk up J elas.
huruf i
C uk up J elas.
huruf j
C uk up J elas.
huruf k
C uk up J elas.
huruf l
C uk up J elas.
huruf m
C uk up J elas.
huruf n
C uk up J elas.
huruf o
C uk up J elas.
huruf p
C uk up J elas.
Ayat (2)
Izin menggunak an badan jalan untuk sebagai arena bermainantara
lain pada saat dilak sanak annya k egiatan car free day.

21

Ayat (3)
C uk up J elas.
Pasal 9
C uk up J elas.
Pasal 10
Ayat (1)
huruf a
Y ang dimak sud dengan bozem adalah k olam besar
tempatmenampung air, baik yang berasal dari air hujan
maupunaliran sungai agar tidak banjir.
Y ang dimak sud dengan waduk adalah danau buatanmanusia
sebagai tempat menampung dan tangk apan airyang umumnya
dibentuk dari sungai atau rawa dengantujuan tertentu.
huruf b
C uk up J elas.
huruf c
C uk up J elas.
huruf d
L imbah B ahan berbahaya dan beracun(B 3) adalah S uatu
limbah yang mengandung bahan berbahaya atau beracun
yang sifat dan k onsentrasinya, baik langsung maupun tidak
langsung, dapat merusak atau mencemark an lingk ungan
hidup
atau
membahayak an
k esehatan
manusia.Y ang
termasuk limbah B 3 antara lain adalah bahan bak u yang
berbahaya dan beracun yang tidak digunak an lagi k arena
rusak , sisa k emasan, tumpahan, sisa proses, dan oli bek as
yang memerluk an penanganan dan pengolahan k husus.
B ahan-bahan ini termasuk limbah B 3 bila memilik i salah satu
atau lebih k arak teristik berik ut: mu dah meledak , mudah
terbak ar, bersifat reak tif, beracun, menyebabk an infek si,
bersifat k orosif, dan lain-lain, yang bila diuji dengan
tok sik ologi dapat dik etahui termasuk limbah B 3.
Ayat (2)
C uk up J elas.
Pasal 11
Ayat (1)
C uk up J elas.
Ayat (2)
Untuk
k epentingan
pemadaman
k ebak aran,
petugas
yangberwenang dapat mengambil air dan k olam air mancur.
Ayat (3)
C uk up J elas.
Ayat (4)
C uk up J elas.
Pasal 12
C uk up J elas.
Pasal 13
C uk up J elas.
Pasal 14
22

Ayat (1)
C uk up J elas.
Ayat (2)
Izin
diberik an
dalam
rangk a
acara
pemerintah,pemerintah daerah, orang atau badan.
Ayat (3)
C uk up J elas.

ceremonial

Pasal 15
C uk up J elas.
Pasal 16
C uk up J elas.
Pasal 17
C uk up J elas.
Pasal 18
C uk up J elas.
Pasal 19
C uk up J elas.
Pasal 20
C uk up J elas.
Pasal 21
C uk up J elas.
Pasal 22
C uk up J elas.
Pasal 23
C uk up J elas.
Pasal 24
C uk up J elas.
Pasal 25
C uk up J elas.
Pasal 26
C uk up J elas.
Pasal 27
C uk up J elas.
Pasal28
Ayat (1)
C uk up J elas.
Ayat (2)
Permintaan
sumbangan
yang diperbolehk an
di
lingk ungan
pemuk iman, sek olah dan k antor antara lain adalah sumbangan
untuk k epentingan lingk ungannya, tempat ibadah, k ematian dan
bencana alam sesuai dengan k etentuan peraturan perundangundangan.
23

Pasal 29
C uk up J elas.
Pasal 30
C uk up J elas.
Pasal 31
Ayat (1)
Y ang dimak sud dengan bertingk ah lak u dan/ atau berbuat
asusilaadalah perbuatan yang menyinggung rasa k esusilaan sesuai
normayang berlak u di masyarak at.
Ayat (2)
Huruf a
C uk up J elas.
Huruf b
C uk up J elas.
Huruf c
C uk up J elas.
Huruf d
Identitas yang resmi adalah surat-surat k ependuduk an yang juga
berlak u sebagai identitas diri, antara lain K TP, Paspor, S IM,
surat/ ak ta k elahiran, surat/ ak ta nik ah, K K .
Pasal 32
C uk up J elas.
Pasal 33
C uk up J elas.
Pasal 34
C uk up J elas.
Pasal 35
C uk up J elas.
Pasal 36
Ayat (1)
Y ang dimak sud dengan petugas yang berwenang adalah S atuanPolisi
Pamong
Praja
dan
Penyidik
Pegawai
Negeri
S ipil
di
lingk unganPemerintah K abupaten K uningan. L aporan dapat juga
disampaik an k epadaaparat k elurahan, k ecamatan atau S atuan K erja
Perangk at D aerahterk ait untuk ditindak lanjuti oleh S atuan Polisi
Pamong Praja danPenyidik Pegawai Negeri S ipil.
Ayat (2)
C uk up J elas.
Ayat (3)
L aporan
yang
disampaik an
harus
dapat
dipertanggungjawabk ank ebenarannya dengan melampirk an buk tibuk ti berupa antara lainfoto, lok asi pelanggaran dan/ atau identitas
pelanggar.
Ayat (4)
C uk up J elas.

Pasal 37
24

C uk up J elas.
Pasal 38
C uk up J elas.
Pasal 39
C uk up J elas.
Pasal 40
C uk up J elas.
Pasal 41
C uk up J elas.
Pasal 42
C uk up J elas.
Pasal 43
C uk up J elas.
TAMB AHAN L E MB AR AN D AE R AH K AB UPATE N K UNING AN T AHUN 2015 NOMOR 3

25