Perda Kab Kuningan 1 Thn 2015

R ANC ANG AN
B UPATI K UNING AN
PR OV INS I J AWA B AR AT
PE R ATUR AN D AE R AH K AB UPATE N K UNING AN
NOMOR 1 TAHUN 2015
TE NTANG
K E TAHANAN PANG AN D AE R AH
D E NG AN R AHMAT T UHAN Y ANG MAHA E S A
B UPATI K UNING AN,
Menimbang : a. bahwa k etahanan pangan merupak an hal yang sangat mendasar
dalam rangk a mewujudk an pembangunan manusia yang
berk ualitas, mandiri dan sejahtera, melalui perwujudan
k etersediaan pangan yang cuk up, aman, bermutu, bergizi dan
beragam serta tersebar merata di seluruh wilayah K abu paten
K uningan dan terjangk au oleh daya beli masyarak at;
b. bahwa berdasark an k etentuan dalam Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan D aerah, penyelenggaraan
k etahanan pangan merupak an salah satu urusan wajib
pemerintahan bidang pangan yang diselenggarak an oleh
pemerintahan daerah;
c. bahwa berdasark an pertimbangan huruf a dan b, perlu

membentuk Peraturan D aerah K abupaten K uningan tentang
K etahanan Pangan D aerah;

Mengingat

: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang D asar
Indonesia Tahun 1945;

Negara

R epublik

2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentuk an
D aerah-D aerah K abupaten D alam L ingk ungan Provinsi J awa
B arat (B erita Negara R epublik Indonesia Tahun 1950);
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 4
Tahun 1968 tentang Pembentuk an K abupaten Purwak arta dan
K abupaten S ubang dengan mengubah Undang-Undang Nomor 14
Tahun 1950 tentang Pembentuk an D aerah-D aerah K abu paten
D alam L ingk ungan Provinsi J awa B arat (L embaran Negara

R epublik Indonesia Tahun 1968 Nomor 31, Tambahan L embaran
Negara R epublik Indonesia Nomor 2851);
3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang S istem B udi D aya
Tanaman (L embaran Negara R epublik Indonesia Tahun 1992
1

Nomor 46, Tambahan L embaran Negara R epublik Indonesia
Nomor 3478);
4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang S istem
Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara R epublik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan L embaran Negara
R epublik Indonesia Nomor 4421);
5. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan
L ahan Pertanian Pangan B erk elanjutan (L embaran Negara
R epublik Indonesia Tahun 2009 Nomor 149, Tambahan L embaran
Negara R epublik Indonesia Nomor 5068);
6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentuk an
Peraturan Perundang-undangan (L embaran Negara R epublik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan L embaran Negara
R epublik Indonesia Nomor 5234);

7. Undang-Undang
Nomor
18
Tahun
2012
tentang
Pangan(L embaran Negara R epublik Indonesia Tahun 2012 Nomor
227, Tambahan L embaran Negara R epublik Indonesia Nomor
5360);
8. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
D aerah (L embaran Negara R epublik Indonesia Tahun 2014 Nomor
244, Tambahan L embaran Negara R epublik Indonesia Nomor
5587), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang R epublik Indonesia Nomor 2 Tahun
2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan D aerah (Lembaran Negara R epublik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 246, Tambahan L embaran Negara
R epublik Indonesia Nomor 5589);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2002 tentang K etahanan
Pangan (L embaran Negara R epublik Indonesia Tahun 2002 Nomor

142, Tambahan L embaran Negara R epublik Indonesia Nomor
4254);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang K eamanan,
Mutu D an G izi Pangan (L embaran Negara R epublik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 107, Tambahan L embaran Negara R epublik
Indonesia Nomor 4424);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemrintahan antara Pemerintah, Pemerintahan D aerah
Provinsi dan Pemerintahan D aerah K abupaten/ K ota (L embaran
Negara R epublik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan
L embaran Negara R epublik Indonesia Nomor 4737);
12. Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2009 tentang K ebijak an
Percepatan Penganek aragaman K onsumsi Pangan B erbasis
S umber D aya L ok al;
13. Peraturan Menteri D alam Negeri Nomor 1 Tahun 2014 tentang
Pembentuk an Produk Huk um D aerah (B erita Negara R epublik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 32);
14. Peraturan D aerah K abupaten K uningan Nomor 3 Tahun 2008
tentang K ewenangan Pemerintahan D aerah K abupaten K uningan
2


(L embaran D aerah K abupaten K uningan Tahun 2008 Nomor 68
S eri E , Tambahan L embaran D aerah K abupaten K uningan Nomor
70);
15. Peraturan D aerah K abupaten K uningan Nomor 5 Tahun 2009
tentang R encana Pembangunan J angk a Panjang D aerah (R PJ PD )
K abupaten K uningan Tahun 2005-2025 (L embaran D aerah
K abupaten K uningan Tahun 2009 Nomor 90 S eri E , Tambahan
L embaran D aerah K abupaten K uningan Nomor 4) sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan D aerah K abupaten K uningan
Nomor 13 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan D aerah
K abupaten K uningan Nomor 5 Tahun 2009 tentang R encana
Pembangunan J angk a Panjang D aerah (R PJ PD ) K abu paten
K uningan Tahun 2005-2025 (L embaran D aerah K abupaten
K uningan Tahun 2010 Nomor 13 S eri E , Tambahan L embaran
D aerah K abupaten K uningan Nomor 118);
16. Peraturan D aerah K abupaten K uningan Nomor 21 Tahun 2013
tentang Pedoman Pembentuk an Produk Huk um D aerah
(L embaran D aerah K abupaten K uningan Tahun 2013 Nomor 21
S eri E , Tambahan L embaran D aerah K abupaten K uningan Nomor

20);
17. Peraturan D aerah K abupaten K uningan Nomor 9 Tahun 2014
tentang R encana Pembangunan J angk a Menengah D aerah
K abupaten K uningan Tahun 2014-2018 (L embaran D aerah
K abupaten K uningan Tahun 2014 Nomor 9 S eri E , Tambahan
L embaran K abupaten K uningan D aerah Nomor 8);

D engan Persetujuan B ersama
D E WAN PE R WAK ILAN R AK Y AT D AE R AH K AB UPATE N K UNING AN
dan
B UPATI K UNING AN
ME MUTUS K AN :
Menetapk an : PE R ATUR AN
D AE R AH
K AB UPAT E N
K E TAHANAN PANG AN D AE R AH.

K UNING AN

TE NTANG


B AB I
K E TE NTUAN UMUM
Pasal 1
D alam Peraturan D aerah ini, yang dimak sud dengan :
1. D aerah adalah K abupaten K uningan.
2. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden
R epublik Indonesia yang memegang k ek uasaan pemerintahan
negara R epublik Indonesia sebagaimana dimak sud dalam UndangUndang D asar Negara R epublik Indonesia Tahun 1945.
3

3. Pemerintah D aerah adalah Pemerintah K abupaten K uningan.
4. B upati adalah B upati K uningan.
5. D ewan Perwak ilan R ak yat D aerah adalah D ewan Perwak ilan
R ak yat D aerah K abupaten K uningan yang selanjutnya disingk at
D PR D .
6. Petani adalah warga negara Indonesia,baik perseorangan maupun
beserta k eluarganya yang melak uk an usaha tani di bidang Pangan.
7. Nelayan adalah warga negara Indonesia, baik perseorangan
maupun k eluarganya yang mata pencahariannya melak uk an

penangk apan ik an.
8. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati
produk
pertanian,
perk ebunan,
k ehutanan,
perik anan,
peternak an, perairan, dan air, baik yang diolah maupu n tidak
diolah yang diperuntuk k an sebagai mak anan atau minuman bagi
k onsumsi manusia, termasuk bahan tambahan Pangan, bahan
bak u Pangan, dan bahan lainnya yang digunak an dalam proses
penyiapan, pengolahan, dan/ atau pembuatan mak anan atau
minuman.
9. Pangan Pok ok adalah Pangan yang diperuntuk k an sebagai
mak anan utama sehari-hari sesuai dengan potensi sumber daya
dan k earifan lok al.
10. K etahanan Pangan D aerah adalah k ondisi terpenuhinya pangan
bagi perseorangan dan rumah tangga di daerah, yang tercermin
dari tersedianya pangan yang cuk up, baik jumlah maupun
mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangk au serta

tidak bertentangan dengan agama, k eyak inan, dan budaya
masyarak at, untuk dapat hidup sehat, ak tif, dan produk tif secara
berk elanjutan.
11. K etersediaan Pangan D aerah adalah k ondisi tersedianya pangan
dari hasil produk si dalam D aerah dan cadangan pangan daerah
serta mendatangk an dari daerah lain apabila k edua sumber utama
tidak dapat memenuhi k ebutuhan.
12. D istribusi Pangan adalah setiap k egiatan atau serangk aian
k egiatan dalam rangk a penyaluran pangan k epada masyarak at,
baik diperdagangk an atau tidak .
13. K eamanan Pangan adalah k ondisi dan upaya yang diperluk an
untuk mencegah pangan dari k emungk inan cemaran biologis,
k imia dan benda lain yang dapat mengganggu, merugik an dan
membahayak an k esehatan manusia serta tidak bertentangan
dengan agama, k eyak inan, dan budaya masyarak at sehingga aman
untuk dik onsumsi.
14. C adangan Pangan Pemerintah D aerah adalah persediaan pangan
yang dik uasai dan dik elola oleh Pemerintah D aerah.
15. C adangan Pangan Pemerintah D esa adalah persediaan pangan
yang dik uasai dan dik elola oleh Pemerintah D esa.

16. Produk si
Pangan
D aerah
adalah
k egiatan
atau
proses
menghasilk an, menyiapk an, mengolah, membuat, mengawetk an,

4

mengemas, mengemas k embali, dan/ atau mengubah bentuk
pangan, yang dilak uk an di D aerah.
17. Penganek aragaman
Pangan
adalah
upaya
peningk atan
k etersediaan dan k onsumsi Pangan yang beragam, bergizi
seimbang, dan berbasis pada potensi sumber daya lok al.

18. Masalah Pangan D aerah adalah k eadaan di D aerah yang
menunjuk k an adanya k ek urangan pangan, k elebihan pangan,
dan/ atau k etidak mampuan perseorangan atau rumah tangga
dalam memenuhi k ebutuhan pangan dan k eamanan pangan.
19. Mutu Pangan adalah nilai yang ditentuk an atas dasar k riteria
k eamanan dan k andungan G izi Pangan.
20. G izi adalah zat atau senyawa yang terdapat dalam Pangan yang
terdiri atas k arbohidrat, protein, lemak , vitamin, mineral, serat, air,
dan k omponen lain yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan
k esehatan manusia.
21. Pelak u Usaha Pangan adalah setiap orang yang bergerak pada satu
atau lebih subsistem agribisnis Pangan, yaitu penyedia masuk an
produk si, proses produk si, pengolahan, pemasaran, perdagangan,
dan penunjang.

B AB II
Asas, Tujuan, K edu duk an dan R uang L igk up
B agian K esatu
Asas
Pasal 2
Penyelenggaraan k etahanan pangan D aerah berasask an :
a. k emandirian;
b. partisipasif dan gotong royong;
c. manfaat dan lestari;
d. pemerataan;
e. k eadilan;
f. k esejahteraan; dan
g. berk elanjutan.
B agian K edua
Tujuan
Pasal 3
K etahanan pangan D aerah bertujuan untuk :
a. menduk ung perwujudan k etahanan pangan nasional;
b. menjamin k etersediaan pangan yang beranek a ragam dan
memenuhi persyaratan k eamanan pangan, mutu dan gizi secara
optimal, terpadu, dan berk elanjutan bagi k onsumsi masyarak at,
dengan memperhatik an potensi dan k earifan budaya lok al;
c. meningk atk an k emampuan melak uk an produk si pangan secara
mandiri;
d. memfasilitasi ak ses pangan bagi masyarak at dengan harga yang
wajar dan terjangk au, sesuai dengan k ebutuhan masyarak at;
e. meningk atk an k etahanan pangan masyarak at rawan pangan;
5

6

f.

meningk atk an daya saing k omoditas pangan yang dihasilk an
D aerah; dan
g. menciptak an k esejahteraan bagi masyarak at.
B agian K etiga
K eduduk an
Pasal 4

Peraturan D aerah tentang K etahanan Pangan D aerah berk eduduk an
sebagai :
a. pedoman bagi Pemerintah D aerah dalam merumusk an program
dan k egiatan dalam rangk a mewujudk an k etahanan pangan
daerah;
b. pedoman bagi Pemerintah D aerah dalam memberik an pelayanan
dan insentif k epada masyarak at untuk mewujudk an k etahanan
pangan daerah;
c. pedoman bagi masyarak at untuk berperan dalam mewujudk an
k etahanan pangan daerah.
B agian K eempat
R uang L ingk up
Pasal 5
R uang lingk up k etahanan pangan D aerah, terdiri atas :
a. perencanaan k etahanan pangan D aerah;
b. penyelenggaraan k etahanan pangan D aerah, terdiri atas :
1. produk si pangan;
2. k etersediaan pangan;
3. distribusi pangan;
4. penganek aragaman k onsumsi pangan;
5. k eamanan pangan;
6. mutu dan gizi pangan;
7. pencegahan dan penanggulangan masalah pangan;
8. k oordinasi dan sink ronisasi;
9. k erjasama;
10. pengembangan sumberdaya manusia;
11. sistem informasi pangan;
12. insentif dan disinsentif; dan
13. peran masyarak at.
c. k elembagaan dan infrastruk tur pangan;
d. pembinaan, pengawasan serta pengendalian; dan
e. pembiayaan.

7

B AB III
K E WE NANG AN
Pasal 6
D alam penyelenggaraan k etahanan pangan D aerah, k ewenangan
Pemerintah D aerah meliputi :
a. penyediaan dan penyaluran pangan pok ok atau pangan lainnya
sesuai k ebutuhan daerah dalam rangk a stabilisasi pasok an dan
harga pangan;
b. pengelolaan cadangan pangan daerah;
c. penentuan harga minimum daerah untuk pangan lok al yang
tidak ditetapk an oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah D aerah
Provinsi.
d. pelak sanaan
pencapaian
target
k onsumsi
pangan
perk apita/ tahun sesuai dengan angk a k ecuk upan gizi.

B AB IV
PE R E NC ANAAN K E T AHANAN PANG AN D AE R AH
Pasal 7
(1) Pemerintah D aerah menyusun perencanaan penyelenggaraan
k etahanan pangan D aerah yang disesuaik an dengan R encana
Pembangunan J angk a Panjang D aerah (R PJ PD ) dan R encana
Pembangunan J angk a Menengah D aerah (R PJ MD ).
(2) Pemerintah D aerah menyusun perencanaan penyelenggaraan
k etahanan pangan di daerahnya, dengan mengacu pada
perencanaan penyelenggaraan k etahanan pangan D aerah
sebagaimana dimak sud pada ayat (1).

B AB V
PE NY E L E NG G AR AAN K E TAHANAN PANG AN D AE R AH
B agian K esatu
Produk si Pangan
Pasal 8
(1) Pemerintah D aerah bertanggungjawab untuk meningk atk an
produk si dan produk tivitas k omoditas pangan.
(2) Peningk atan produk si dan produk tivitas k omoditas pangan
sebagaimana dimak sud pada ayat (1), dilak uk an dengan :
a. menjamin
k etersediaan
lahan
pertanian
pangan
berk elanjutan;
b. melak sanak an
pengendalian
terhadapancaman
hama
tumbuhan, penyak it hewan dan bencana alam;
c. memanfaatk an berbagai k eunggulan k omparatif di sek tor
pangan;
8

d. meningk atk an k emampuan petani dan nelayan dalam
penerapan tek nologi dan ak ses permodalan;
e. memobilisasi masyarak at dalam memproduk si pangan yang
cuk up dan berk elanjutan; dan
f. mendorong k eterlibatan masyarak at dalam produk si pangan
dan cadangan pangan.

B agian K edua
K etersediaan Pangan
Pasal 9
(1) Pemerintah D aerah bertanggungjawab untuk menyediak an
pangan dalam jumlah dan k ualitas yang memenuhi k ebutuhan
k onsumsi masyarak at.
(2) Penyediaan pangan sebagaimana dimak sud pada ayat (1)
dilak uk an dengan :
a. meningk atk an k emampuan dalam pengelolaan cadangan
pangan;
b. membuk a k esempatan bagi pelak u usaha pangan dan
masyarak at untuk berperan secara ak tif dalam upaya
penyediaan pangan yang cuk up dan berk elanjutan; dan
c. melibatk an pelak u usaha pangan dan masyarak at dalam
penyediaan cadangan pangan.

B agian K etiga
D istribusi Pangan
Pasal 10
(1) Pemerintah D aerah memfasilitasi pendistribusian pangan sampai
dengan tingk at perseorangan atau rumah tangga, dalam rangk a
pemerataan k etersediaan pangan di D aerah.
(2) Untuk mewujudk an distribusi pangan sebagaimana dimak sud
pada ayat (1), dilak uk an dengan:
a. menyediak an sarana dan prasarana transportasi yang dapat
menjangk au seluruh wilayah, k hususnya daerah terpencil;
b. meningk atk an
efisiensi
dan
efek tivitas
k elembagaan
pemasaran k omoditi pangan; dan
c. melibatk an peran pelak u usaha pangan dan masyarak at
secara ak tif dalam mendistribusik an pangan secara merata,
sesuai dengan k ebutuhan masyarak at.
(3) Pemerintah D aerah wajib mendistribusik an pangan untuk daerah
terpencil yang sulit dijangk au atau daerah yang terk ena bencana.

9

B agian K eempat
Penganek aragaman K onsumsi Pangan
Pasal 11
(1) Penganek aragaman k onsumsi pangan diselenggarak an dengan
memperhatik an sumberdaya, k elembagaan, dan budaya lok al.
(2) Penganek aragaman k onsumsi pangansebagaimana dimak sud
pada ayat (1), dilak uk an melalui :
a. peningk atan
pengetahuan,
k esadaran,
dan
perilak u
masyarak at terhadap diversifik asi serta k ualitas asupan
pangan dan gizi masyarak at;
b. perubahan perilak u k onsumsi masyarak at;
c. peningk atan penelitian, pengembangan, dan penyuluhan; dan
d. peningk atan peran pelak u usaha pangan masyarak at.

B agian K elima
K eamanan Pangan
Pasal 12
(1) Pemerintah D aerah menerapk an standar k eamanan pangan,
sesuai dengan k etentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Persyaratan standar k eamanan pangan sebagaimana dimak sud
pada ayat (1), mencak up :
a. standar proses produk si, penyimpanan, pengangk utan atau
distribusi serta penggunaan sarana dan prasarana;
b. standar penggunaan k emasan;
c. standar
jaminan
mutu
pangan
dan
pemerik saan
laboratorium;
d. standar bahan cemaran fisik , k imia dan biologi, serta masa
k adaluwarsa; dan
e. standar bahan tambahan pangan.
(3) Pemerintah D aerah menjamin k eamanan pangan melalui
pengawasan, pengendalian, dan sertifik asi, sesuai k etentuan
peraturan perundang-undangan.
B agian K eenam
Mutu dan G izi Pangan
Paragraf 1
Mutu Pangan
Pasal 13
(1) S tandar mutu pangan dinyatak an melalui sertifik asi mutu
pangan dengan menerbitk an sertifik at mutu pangan.
(2) Penetapan mengenai persyaratan dan tata cara sertifik asi mutu
pangan difasilitasi oleh S K PD terk ait berdasark an peraturan
perundang-undangan yang berlak u.
(3) S ertifik asi sebagaimana dimak sud pada ayat (2) meru pak an
bagian dari pengawasan pangan sebelum di edark an.
10

(4) Penetapan sistem jaminan mutu pangan dilak uk an oleh
Pemerintah D aerah.
(5) Penerapan standar mutu panganmelalui persyaratan harus
diwujudk an dalam sistem jaminan mutu pangan.
(6) S K PD terk ait wajib menerapk an standar mutu pangan atau
persyaratan lain yang berk enaan dengan sistem jaminan mutu
pangan sebagaimana dimak sud pada ayat (5).
(7) Penetapan standar mutu pangan atau persyaratan lain
sebagaimana dimak sud pada ayat (6) dapat dilak uk an secara
bertahap dengan memperhatik an k esiapan dan k ebutuhan sistem
pangan.
Paragraf 2
G izi Pangan
Pasal 14
(1) S K PD terk ait berwenang menetapk an standar gizi masyarak at
dan melak uk an pemantauan dan evaluasi status gizi masyarak at.
(2) S K PD terk ait sesu ai bidang tugas dan k ewenangan masingmasing mengupayak an terpenuhinya k ecuk upan gizi dan
membina masyarak at dalam upaya perbaik an status gizi.
B agian K etujuh
Pencegahan dan Penanggulangan Masalah Pangan
Paragraf 1
Pencegahan
Pasal 15
(1) Pemerintah D aerah melak sanak an pencegahan masalah pangan.
(2) Pencegahan masalah pangan sebagaimana dimak sud pada ayat
(1), meliputi perencanaan, produk si, distribusi, k oordinasi dan
sink ronisasi, sumberdaya manusia, sistem informasi pangan, dan
k eamanan pangan.
(3) Pencegahan masalah pangan sebagaimana dimak sud pada ayat
(2) dapat dilak uk an dengan melibatk an peran pelak u usaha dan
masyarak at.

Paragraf 2
Penanggulangan
Pasal 16
(1) Pemerintah D aerah melak sanak an Penanggulangan masalah
pangan.
(2) Penanggulangan masalah pangan sebagaimana dimak sud pada
ayat (1), dilak uk an melalui :
a. Pengeluaran pangan, dalam hal terjadi k elebihan pangan;
b. Peningk atan produk si dan/ atau pemasuk an pangan, dalam
hal terjadi k ek urangan pangan;
c. Penyaluran pangan secara k husus, dalam hal terjadi
k etidak mampuan perseorangan atau rumah tangga untuk
memenuhi k ebutuhan pangan; dan
11

d. Pemberian subsidi harga dan/ atau operasi pasar, dalam hal
terjadi lonjak an harga pangan.
(3) Penanggulangan masalah pangan sebagaimana dimak sud pada
ayat (2) dapat dilak uk an dengan melibatk an peran pelak u usaha
pangan dan masyarak at.
B agian K edelapan
K oordinasi dan S ink ronisasi
Pasal 17
Pemerintah D aerah melak sanak an k oordinasi dan sink ronisasi dalam
penyelenggaraan k etahanan pangan D aerah.

B agian K esembilan
K erjasama
Pasal 18
(1) Pemerintah D aerah dapat melak uk an k erjasama dalam
penyelenggaraan k etahanan pangan D aerah dengan Pemerintah,
Pemerintah Provinsi J awa B arat, Pemerintah Provinsi lain,
Pemerintah K abupaten/ K ota lain, atau pihak lain.
(2) B entuk k erjasama penyelenggaraan k etahanan pangan D aerah
sebagaimana dimak sud pada ayat (1), meliputi :
a. bantuan pendanaan;
b. pendidik an, pelatihan, penyuluhan; dan
c. k erjasama lain sesuai k ebutuhan.
B agian K esepuluh
Pengembangan S umber D aya Manusia
Pasal 19
(1) Pemerintah D aerah wajib mengembangk an sumberdaya manusia
untuk mewujudk an k etahanan pangan daerah.
(2) Pengembangan sumberdaya manusia sebagaimana dimak sud
pada ayat (1) dilak uk an melalui pendidik an, pelatihan,
penyebarluasan ilmu
pengetahuan dan tek nologi, serta
penyuluhan di bidang perencanaan, produk si, distribusi, sistem
informasi pangan, dan k eamanan pangan.
B agian K esebelas
S istem Informasi Pangan
Pasal 20
(1) Pemerintah D aerah berk ewajiban membangun, menyusun, dan
mengembangk an sistem informasi pangan yang terintegrasi,
mencak up
pengumpulan,
pengolahan,
penganalisaan,
penyimpanan, penyajian, serta penyebaran data.
(2) S istem informasi paling k urang digunak an untuk :
a. perencanaan;
b. pengelolaan pasok an dan permintaan produk pangan;
12

c. data dan informasi pangan sesuai k ebutuhan; dan
d. pemantauan dan evaluasi.
(3) J enis data dan informasi harus dapat diak ses dengan mudah dan
cepat.
Pasal 21
Pemerintah D aerah berk ewajiban mengumumk an informasi harga
k omoditas pangan.
B agian K eduabelas
Insentif dan D isinsentif
Pasal 22
(1) Pemerintah D aerah melak sanak an pengendalian penyelenggaraan
k etahanan pangan D aerah secara terk oordinasi, melalui
pemberian insentif dan disinsentif k epada petani, nelayandan
pelak u usaha pangan.
(2) Insentif yang diberik an k epada petani, nelayan dan pelak u usaha
pangan, meliputi:
a. pengembangan
infrastruk tur
pertanian,
perik anandan
k ehutanan;
b. pembiayaan penelitiandan pengembangan benih dan bibit
varietas unggul;
c. k emudahan dalam mengak ses informasi dan tek nologi;
d. penyediaan dan peningk atan sarana dan prasarana produk si
serta pengolahan pertanian dan perik anan;
e. jaminan penerbitan sertifik asi produk pangan yang sesuai
dengan mutu dan k eamanan pangan; dan/ atau
f. penghargaan bagi petani dan nelayan berprestasi.
(3) Insentif yang diberik an oleh Pemerintah D aerah dapat berupa
bantuan k euangan, sesuai k etentuan peraturan perundangundangan.
(4) Insentif sebagaimana dimak sud pada ayat (2) dan (3) berupa
pengalok asian dana dalam Anggaran Pendapatan dan B elanja
D aerah (APB D ).
(5) Pemerintah D aerah dapat memberik an disinsentif k epada petani,
nelayan dan pelak u usaha pangan yang tidak menduk ung
penyelenggaraan k etahanan pangan daerah.
B agian K etigabelas
Peran Masyarak at
Pasal 23
(1) Masyarak at
berperan
dalam
menduk ung
k eberhasilan
penyelenggaraan k etahanan pangan daerah, sesuai k etentuan
peraturan perundang-undangan.
(2) Peran masyarak at sebagaimana dimak sud pada ayat (1) dapat
dilak uk an oleh :
a. perseorangan;
b. k elompok ;dan/ atau
13

c. badan usaha.
(3) Masyarak at baik secara perorangan maupun k elompok dapat
berperan dalam :
a. penyusunan rencana penyelenggaraan k etahananpangan
daerah; dan
b. pengembangan pangan untuk k epentingan umum.
(4) Peran badan usaha dalam penyelenggaraan k etahanan pangan
daerah sebagaimana dimak sud pada ayat (2) huruf c dilak uk an
dalam rangk a tanggungjawab sosial dan lingk ungan perusahaan
(corporate social responbility), sesuai k etentuan peraturan
perundang-undangan.
(5) B adan usaha di bidang pangan berperan dalam memberik an
informasi k epada Pemerintah D aerah tentang k etersediaan
pangan yang dimilik i.

B AB V I
INF R AS TR UK TUR , S AR ANA D AN PR AS AR ANA
Pasal 24
Pemerintah D aerah menyediak an infrastruk tur, sarana,
prasarana untuk mewujudk an k etahanan pangan daerah.

dan

B AB V II
PE MB INAAN, PE NGAWAS AN, D AN PE NG E ND AL IAN
B agian K esatu
Pembinaan
Pasal 25
Pemerintah
D aerah
melak uk an
pembinaan
terhadap
penyelenggaraan k etahanan pangan daerah, melalui :
a. pemberian pedoman penyelenggaraan k etahanan pangan
daerah;
b. pemberian bimbingan, supervisi, dan k onsultasi; dan
c. penelitian,
pengembangan,
pemantauan,
dan
evaluasi
penyelenggaraan k etahanan pangan D aerah.
B agian K edua
Pengawasan
Pasal 26
Pemerintah D aerah menyelenggarak an pengawasan
penyelenggaraan k etahanan pangan daerah.

14

terhadap

B agian K etiga
Pengendalian
Pasal 27
(1) Pemerintah
D aerah
melak uk an
pengendalian
terhadap
penyelenggaraan k etahanan pangan daerah.
(2) B upati bertanggungjawab untuk melak uk an pengendalian
terhadap penyelenggaraan k etahanan pangan daerah.

Pasal 28
D alam melak uk an pembinaan, pengawasan dan pengendalian
k etahanan pangan sebagaimana dimak sud pada Pasal 25, 26 dan 27
B upati dapat membentuk tim k etahanan pangan daerah.

B AB V III
PE MB IAY AAN
Pasal 29
Pembiayaan penyelenggaraan k etahanan pangan daerah bersumber
dari :
a. Anggaran Pendapatan B elanja D aerah; dan
b. S umber lain yang sah dan tidak mengik at.

B AB IX
K E TE NTUAN PE NUT UP
Pasal 30
Hal-hal yang belu m cuk up diatur dalam Peraturan daerah ini
sepanjang mengenai tek nis pelak sanaannya, ditetapk an dengan
Peraturan B upati.
Pasal 31
Peraturan pelak sanaan Peraturan D aerah ini harus sudah
ditetapk an paling lambat 1 (satu) tahun terhitung sejak Peraturan
D aerah ini diundangk an.

15

Pasal 32
Peraturan D aerah ini mulai berlak u pada tanggal diundangk an.
Agar setiap orang dapat mengetahui, memerintahk an pengundangan
Peraturan D aerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran
D aerah K abupaten K uningan.

D itetapk an di K uningan
Pada tanggal 7 J anuari 2015

D iundangk an di K uningan
Pada tanggal 7 J anuari 201

L E MB AR AN D AE R AH K AB UPATE N K UNING AN TAHUN 2015 NOMOR 1S E R I E
NOR E G PE R ATUR AN D AE R AH K AB UPATE N K UNING AN, PR OV INS I J AWA B AR AT
272/ 2014

16

PE NJ E L AS AN
ATAS
PE R ATUR AN D AE R AH K AB UPATE N K UNING AN
NOMOR 1 TAHUN 2015
TE NTANG
K E TAHANAN PANG AN D AE R AH
I.

UMUM
Pangan sebagai k ebutuhan dasar manusia, yang pemenuhannya
merupak an hak asasi setiap masyarak at, harus senantiasa tersedia dan
mencuk upi k onsumsi, aman, bermutu, bergizi, dan beragam dengan harga yang
terjangk au oleh daya beli masyarak at. Untuk itu, perlu upaya guna
mewujudk an k etahanan pangan melalui k etersediaan, ak ses dan k eamanan
pangan di daerah.K etahanan Pangan adalah k ondisi terpenuhinya Pangan bagi
negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya Pangan
yang cuk up, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata,
dan terjangk au serta tidak bertentangan dengan agama, k eyak inan, dan budaya
masyarak at, untuk dapat hidup sehat, ak tif, dan produk tif secara
berk elanjutan. Hal ini telah menjadi k omitmen yang tertuang dalam R encana
Pembangunan J angk a Panjang D aerah dan R encana Pembangunan J angk a
Menengah D aerah di bidang k etahanan pangan.
K abupaten K uningan dik aruniai sumberdaya alam yang beranek a ragam,
sehingga dapat mencapai k ondisi k etahanan pangan dalam memenuhi
k ebutuhan pangan bagi k ehidupan masyarak at di daerah. Pangan yang
dibutuhk an masyarak at pada dasarnya tersedia melalui suatu proses panjang,
meliputi tahapan produk si, penyimpanan, pengangk utan, dan peredaran,
hingga tiba di tangan k onsumen.
Untuk mewujudk an produk si pangan daerah, dilak uk an pengembangan
produk si pangan yang bertumpu pada sumberdaya, k elembagaan, dan budaya
lok al, mengembangk an efisiensi sistem usaha pangan, membangun,
merehabilitasi,
dan
mengembangk an
sarana
produk si
pangan;
mempertahank an dan mengembangk an lahan produk tif, dan membangun
k awasan sentra produk si pangan.
B erdasark an hasil analisis data produk si dan k ebutu han k onsumsi
pangan di K abupaten K uningan, k etersediaan semua jenis bahan pangan pok ok
di daerah ak an selalu k ek urangan dibandingk an dengan tuntutan k ebutuhan
masyarak atnya, sehingga diperluk an k ebijak an pengembangan produk si bahan
pangan yang k etat dalam jangk a panjang, serta menggalak k an G erak an
Penganek aragaman K onsumsi Pangan. G erak an Penganek aragaman K onsumsi
Pangan diarahk an untuk memotivasi masyarak at dalam melak uk an k onsumsi
pangan yang beragam, bergizi, seimbang, dan aman.
Peraturan D aerah tentang K etahanan Pangan D aerah merupak an
landasan huk um bagi pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap
k egiatan atau proses produk si, peredaran, dan/ atau perdagangan pangan.

II. PAS AL D E MI PAS AL
Pasal 1
Pasal ini dimak sudk an untuk menjelask an arti beberapa istilah yang
digunak an dalam Peraturan D aerah ini, sehingga dengan demik ian dapat
dihindark an k esalahpahaman dalam menafsirk annya.

17

Pasal 2
Huruf a
Y ang dimak sud dengan "k emandirian" adalah bahwa dasar
pengaturan, pembinaan, dan pengawasan pangan harus menjamin
dan melindungi setiap orang dan rak yat K abupaten K uningan untuk
memenuhi k ebutuhan pangan secara mandiri.
Huruf b
Y ang dimak sud dengan “partisipatif” adalah dalam mewujudk an
k etahanan
pangan
daerah,
penyelenggaraannya dilak sanak an
melibatk an masyarak at sejak perencanaan, pembiayaan, dan
pengawasan.
Y ang dimak sud dengan “gotong royong” adalah penyelenggaraan
k etahanan pangan daerah dilak sanak an secara bersama-sama oleh
Pemerintah, Pemerintah D aerah, pemilik lahan, petani, k elompok tani,
dan dunia usaha.
Huruf c
Y ang dimak sud dengan “manfaat” adalah bahwa k etahanan pangan
daerah yang ak an diwujudk an harus memberik an manfaat bagi
k emanusiaan dan k esejahteraan masyarak at, baik lahir maupun
batin, di mana manfaat tersebut dapat dinik mati oleh seluru h lapisan
masyarak at secara adil dan merata, baik masa k ini maupun masa
yang ak an datang, dengan tetap bersandark an pada daya dan potensi
yang berk embang di daerah.
Y ang
dimak sud
dengan
“lestari”
adalah
penyelenggaraan
pembangunan pangan untuk mewujudk an k etahanan pangan daerah,
dilak sanak an secara berk esinambungan dengan memperhatik an
k elestarian lingk ungan dan ek osistemnya serta k arak teristik budaya
dan daerah dalam rangk a mewujudk an pembangunan yang
berk elanjutan.
Huruf d
Y ang dimak sud dengan “pemerataan” adalah penyelenggaraan
k etahanan pangan D aerah harus dapat dinik mati oleh selu ruh lapisan
masyarak at K abupaten K uningan.
Huruf e
Y ang dimak sud dengan “k eadilan” adalah penyelenggaraan k etahanan
pangan D aerah harus memberik an peluang dan k esempatan yang
sama secara proporsional k epada seluruh masyarak at tanpa
terk ecuali.
Huruf f
Y ang dimak sud dengan “k esejahteraan” adalah terpenuhinya
k ebutuhan masyarak at yang meliputi k esehatan, k eadaan ek onomi,
k eadaan sosial, dan k ualitas hidup rak yat.
Huruf g
Y ang dimak sud dengan “berk elanjutan” adalah k etahanan pangan
daerah harus dilak sanak an secara k onsisten dan berk esinambungan
dengan cara-cara pemanfaatan sumberdaya alam yang menjamin
peningk atan k esejahteraan masyarak at untuk masa k ini dan masa
yang ak an datang.
Pasal 3
Huruf a
C uk up jelas.
Huruf b
Y ang dimak sud dengan "persyaratan k eamanan pangan" dalam
k etentuan ini adalah spesifik asi atau persyaratan tek nis yang
18

dibak uk an tentang mutu pangan, baik dari segi bentuk , warna, atau
k omposisi yang disusun berdasark an k riteria tertentu, yang sesuai
dengan perk embangan ilmu pengetahuan dan tek nologi serta aspek
lain yang terk ait.
Huruf c
C uk up jelas.
Huruf d
Y ang dimak sud dengan “memfasilitasi ak ses pangan” adalah
Pemerintah D aerah memberik an k emudahan k epada masyarak at
untuk memperoleh pangan dengan harga wajar dan terjangk au.
Huruf e
Y ang dimak sud “masyarak at rawan pangan” adalah suatu k ondisi
k etidak mampuan masyarak at untuk memperoleh pangan yang cuk up
dan memenuhi syarat untuk hidup sehat serta berak tifitas dengan
baik dalam jangk a panjang, termasuk di dalamnya masyarak at
misk in, masyarak at yang terk ena bencana, dan/ atau masyarak at yang
berada di k ondisi geografis yang tidak terjangk au ak ses pangan.
Huruf f
Y ang dimak sud dengan “daya saing” adalah k emampuan produk
pangan D aerah menghadapi tantangan persaingan dengan produk
pangan dari luar daerah.
Huruf g
C uk up jelas.
Pasal 4
C uk up jelas.
Pasal 5
Huruf a
Y ang dimak sud dengan “perencanaan k etahanan pangan daerah”
adalah proses penetapan tujuan, k egiatan, dan perangk at yang
diperluk an dalam penyelenggaraan k etahanan pangan daerah untuk
memberik an pedoman dan arah k ebijak an, guna menjamin
tercapainya k etahanan pangan daerah.
Huruf b
Angk a 1
Y ang dimak sud dengan “produk si pangan” adalah k egiatan atau
proses menghasilk an, menyiapk an, mengolah, membuat,
mengawetk an, mengemas, mengemas k embali, dan/ atau
mengubah bentuk pangan.
Angk a 2
Y ang dimak sud dengan
“k etersediaan
pangan”
adalah
tersedianya pangan dari hasil produk si di daerah dan/ atau
sumber lain.
Angk a 3
Y ang dimak sud dengan “distribusi pangan adalah setiap
k egiatan atau serangk aian k egiatan dalam rangk a penyaluran
pangan k epada masyarak at di daerah, baik diperdagangk an
maupun tidak .
Angk a 4
C uk up jelas.
Angk a 5
C uk up jelas.

19

Angk a 6
C uk up jelas.
Angk a 7
Y ang dimak sud dengan “pencegahan masalah pangan” adalah
upaya yang dilak sanak an oleh Pemerintah D aerah dalam
mencegah, mengendalik an, dan mengevaluasi k ondisi pangan,
untuk mengantisipasi terjadinya masalah pangan dan/ atau
penurunan status gizi masyarak at.
Y ang dimak sud dengan “penanggulangan masalah pangan”
adalah upaya yang dilak uk an Pemerintah D aerah serta
masyarak at untuk menanggulangi dan merehabilitasi k ondisi
masalah pangan.
Angk a 8
Y ang dimak sud dengan “k oordinasi” adalah usaha k erjasama
antara pihak terk ait di daerah dalam mencapai k etahanan
pangan. Y ang dimak sud dengan
“sink ronisasi”
adalah
penyelarasan setiap tindak an atau ak tivitas dalam mencapai
k etahanan pangan.
Angk a 9
Y ang dimak sud dengan “k erjasama” adalah ak tivitas bersama
antar masyarak at dan/ atau Pemerintah, dan Pemerintah D aerah
yang dilak uk an secara terpadu dan sinergis dalam rangk a
mencapai tujuan k etahanan pangan daerah.
Angk a 10
Y ang dimak sud dengan “pengembangan sumberdaya manusia”
adalah suatu proses perencanaan pendidik an, pelatihan dan
pengelolaan masyarak at dan pelak u usaha pangan untuk
meningk atk an pengetahuan, k emampuan, dan k eterampilan
dalam upaya mencapai k etahanan pangan daerah.
Angk a 11
Y ang dimak sud dengan “sistem informasi pangan” adalah
k umpulan data dan informasi tentang pangan yang terintegrasi
dan saling melengk api, yang digunak an untuk menyusun
perencanaan k egiatan dalam pencapaian k etahanan pangan
daerah.
Angk a 12
Y ang dimak sud dengan “insentif” adalah pemberian k ompensasi
dari Pemerintah D aerah berupa duk ungan fasilitasi terhadap
masyarak at dan pelak u usaha pangan yang melak sanak an
pembangunan k etahanan pangan daerah. Y ang dimak sud
dengan “disinsentif” adalah pencabutan duk ungan fasilitasi
terhadap masyarak at dan pelak u usaha pangan yang tidak
menduk ung pembangunan k etahanan pangan daerah.
Angk a 13
Y ang
dimak sud
dengan
“peran
masyarak at”
adalah
k eik utsertaan masyarak at secara ak tif dalam menduk ung
terciptanya k etahanan pangan daerah.
Huruf c
Y ang dimak sud dengan “infrastruk tur pangan” adalah segala sesuatu
yang merupak an penunjang utama u ntuk meningk atk an produk si
pangan, antara lain berupa jaringan irigasi, jalan penghubung, dan
gudang yang memenuhi persyaratan tek nis.

20

Huruf d
Y ang dimak sud dengan “pembinaan, pengawasan, serta pengendalian”
adalah proses pembinaan, pengawasan, serta pengendalian terhadap
ak tifitas dalam upaya mencapai k etahanan pangan daerah.
Huruf e
Y ang dimak sud “pembiayaan” adalah duk ungan fasilitasi anggaran
baik yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan B elanja Negara,
Anggaran
Pendapatan
dan
B elanja
D aerah
Provinsi
dan
K abupaten/ K ota serta sumber lainnya yang sah dan tidak mengik at,
sesuai k etentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 6
C uk up jelas.
Pasal 7
C uk up jelas.
Pasal 8
Ayat (1)
Y ang dimak sud dengan “produk tivitas’” adalah jumlah produk si per
satuan luas lahan. K etentuan ini dimak sudk an untuk meningk atk an
k uantitas/ jumlah,
dan
k ualitas/ mutu,
serta perbaik an
tata
pengelolaan pencapaian produk si.
Ayat (2)
Huruf a
C uk up jelas
Huruf b
C uk up jelas
Huruf c
C uk up jelas
Huruf d
D alam rangk a peningk atan k emampuan petani dan nelayan
dalam penerapan tek nologi dan ak ses permodalan, Pemerintah
D aerah menyelenggarak an bimbingan tek nis dan penyuluhan
tentang tek nologi budidaya, panen, pascapanen dan pemasaran,
serta ak ses permodalan k epada perbank an untuk pembiayaan
k egiatan usaha petani.
Huruf e
Y ang dimak sud “mobilisasi masyarak at” adalah menciptak an
k esempatan yang memungk ink an seluruh masyarak at secara
ak tif mempengaruhi dan memberi k ontribusi pada proses
pembangunan dan berbagi hasil pembangunan secara adil.
Huruf f
C uk up jelas
Pasal 9
C uk up jelas.
Pasal 10
Ayat (1)
C uk up jelas
Ayat (2)
Huruf a
C uk up jelas
21

Huruf b
Y ang dimak sud dengan “efisiensi dan efek tivitas” k elembagaan
pemasaran k omoditas pangan adalah peningk atan dan perbaik an
k inerja k elembagaan pemasaran k omoditas pangan, sehingga
berdampak terhadap k eterjangk auan harga oleh masyarak at.
Huruf c
C uk up jelas
Ayat (3)
C uk up jelas
Pasal 11
Ayat (1)
C uk up jelas
Ayat (2)
Huruf a
C uk up jelas
Huruf b
Y ang dimak sud “perubahan perilak u k onsumsi masyarak at”
adalah berubahnya pola k onsumsi pangan masyarak at yang tidak
hanya tergantung terhadap satu jenis produk pangan pok ok ,
serta lebih memperhatik an k ualitas asupan pangan yang
memenuhi persyaratan k eamanan pangan, mutu, dan gizi secara
optimal, terpadu dan berk elanjutan serta memperhatik an potensi
dan k earifan budaya lok al.
Huruf c
C uk up jelas
Huruf d
C uk up jelas
Pasal 12
Ayat (1)
Y ang dimak sud dengan menerapk an “standar k eamanan pangan”
adalah spesifik asi atau persyaratan tek nis yang dibak uk an tentang
mutu pangan, baik dari segi bentuk , warna, atau k omposisi yang
disusun berdasark an k riteria tertentu yang sesuai dengan
perk embangan ilmu pengetahuan dan tek nologi serta aspek lain yang
terk ait.
Ayat (2)
Huruf a
Y ang dimak sud dengan “standar proses produk si, penyimpanan,
pengangk utan atau distribusi” adalah setiap orang yang
memproduk si, menyimpan, mengangk ut, dan/ atau mengedark an
pangan, diwajibk an untuk menerapk an persyaratan minimal
sesuai k etentuan peraturan perundang-undangan.
Y ang dimak sud dengan “standar penggunaan sarana dan
prasarana” adalah penerapan spesifik asi atau persyaratan tek nis
yang dibak uk an, meliputi k elaik an desain dan k onstruk si,
peralatan dan instalasi, fasilitas pembuangan limbah, dan
fasilitas lainnya yang secara langsu ng atau tidak langsung
digunak an dalam k egiatan atau proses produk si, penyimpanan,
pengangk utan, dan atau peredaran pangan.
Huruf b
Y ang dimak sud dengan “standar penggunaan k emasan” adalah
penerapan spesifik asi atau persyaratan tek nis bahan k emasan
yang digunak an pada proses k egiatan mewadahi atau
22

membungk us, yang dapat membantu mencegah atau mengurangi
terjadinya k erusak an pada bahan yang dik emas/ dibungk us.
Huruf c
Y ang dimak sud dengan "standar jaminan mutu pangan" adalah
spesifik asi atau persyaratan tek nis yang dibak uk an dalam upaya
pencegahan yang perlu diperhatik an dan/ atau dilak sanak an
dalam rangk a menghasilk an pangan yang aman bagi k esehatan
manusia dan bermu tu, yang lazimnya diselenggarak an sejak awal
k egiatan produk si pangan sampai dengan siap diperdagangk an.
Hal ini merupak an sistem pengawasan dan pengendalian mutu
yang selalu berk embang, sesuai dengan perk embangan ilmu
pengetahuan dan tek nologi.
Penerapan "standar jaminan mutu pangan" dilak uk an secara
bertahap, dengan memperhatik an k esiapan dan k ebutuhan
sistem pangan.
Y ang dimak sud dengan “pemerik saan laboratorium” adalah
proses analisa k andungan bahan beracun atau bahan yang
membahayak an k esehatan dan jiwa manusia yang terk andung
dalam bahan pangan, yang meliputi k andungan logam, metaloida,
zat k imia beracun lainnya, jasad renik berbahaya, mik o tok sin,
residu pestisida, hormon dan obat-obatan hewan yang melampaui
batas mak simal yang ditetapk an.
Penetapan dan penerapan persyaratan pengujian secara
laboratoris tersebut dilak uk an secara bertahap, dengan
memperhatik an k esiapan dan k ebutuhan sistem pangan.
Huruf d
Y ang dimak sud dengan bahan “cemaran fisik ” adalah masuk nya
benda asing yang menurunk an mutu pangan dan/ atau
membahayak an k esehatan tubuh manusia k e dalam bahan
pangan.
Y ang dimak sud bahan “cemaran k imia” adalah masuk nya zat
k imia yang menurunk an mutu pangan dan/ atau membahayak an
k esehatan tubuh manusia k e dalam bahan pangan
Y ang dimak sud bahan “cemaran biologi” adalah masuk nya
mahluk hidup yang menurunk an mutu pangan dan/ atau
membahayak an k esehatan tubuh manusia k e dalam bahan
pangan.
Y ang dimak sud dengan “masa k adaluwarsa” adalah pangan yang
sudah melewati batas ak hir yang dijamin mutunya, sepanjang
penyimpanannya mengik uti petunjuk yang diberik an oleh pihak
yang memproduk si.
Huruf e
Y ang dimak sud dengan “bahan tambahan pangan” adalah bahan
yang ditambahk an k e dalam pangan u ntuk mempengaruhi sifat
atau bentuk pangan, antara lain berupa bahan pewarna, bahan
pengawet, penyedap rasa, anti gumpal, pemucat dan pengental.
Pangan yang menggunak an bahan tambahan pangan yang tidak
sesuai dengan k etentuan, mempunyai pengaruh buruk terhadap
k esehatan manusia. Oleh k arenanya, penambahan bahan pangan
dalam k egiatan proses produk si pangan diatur secara k etat,
untuk mewujudk an k eamanan pangan, sehingga masyarak at
terhindar dari mengk onsumsi pangan, yang dapat mengganggu,
merugik an, dan membahayak an k esehatan dan jiwa manusia.

23

Penetapan dan penerapan persyaratan pengujian secara
laboratories dilak uk an secara bertahap, dengan memperhatik an
k esiapan dan k ebutuhan sistem pangan.
Ayat (3)
Y ang dimak sud dengan “sertifik asi” adalah rangk aian k egiatan
penerbitan sertifik at terhadap pangan yang telah memenuhi
persyaratan yang telah ditentuk an.
S ertifik asi mutu diberlak uk an untuk lebih memberik an jaminan
k epada masyarak at, bahwa pangan yang dibeli telah memenuhi
standar mutu tertentu, tanpa mengurangi tanggungjawab pihak yang
melak uk an produk si pangan.
Pasal 13
Ayat (1)
Y ang dimak sud dengan “sertifik asi mutu pangan” adalah rangk aian
k egiatan sertifik at terhadap pangan yang telah memenuhi persyaratan
yang telah ditetapk an.
Y ang dimak sud dengan “sertifik at mutu pangan” adalah jaminan
tertulis yang diberik an oleh lembaga sertifik asi/ laboratorium yang
telah memenuhi k riteria tertentu dalam standar mutu pangan yang
bersangk utan.
Ayat (2)
C uk up jelas
Ayat (3)
C uk up jelas
Ayat (4)
Y ang dimak sud dengan “sistem jaminan mutu pangan” adalah upaya
menghasilk an pangan yang aman dan bermutu yang lazimnya
diselenggarak an sejak awal k egiatan produk si pangan sampai dengan
siap untuk diperdagangk an.
Ayat (5)
C uk up jelas
Ayat (6)
C uk up jelas
Ayat (7)
Y ang dimak sud dengan “sistem pangan” adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan pengaturan, pembinaan dan/ atau pengawasan
terhadap k egiatan atau proses produk si pangan dan peredaran
pangan.
Pasal 14
C uk up jelas.
Pasal 15
C uk up jelas.
Pasal 16
Ayat (1)
C uk up jelas
Ayat (2)
Huruf a
Y ang
dimak sud
dengan
“pengeluaran
pangan”
adalah
menjual/ menyalurk an bahan pangan yang berlebih k e daerah
lain.
Huruf b
C uk up jelas
24

Huruf c
Y ang dimak sud dengan “penyaluran pangan secara k husus”
adalah pendistribusian bahan pangan oleh Pemerintah D aerah
terk ait adanya k etidak mampuan perseorangan atau rumah
tangga untuk memenuhi k ebutuhan pangan, yang disebabk an
k arena adanya bencana alam, bencana sosial, dan k eadaan
darurat.
Huruf d :
Y ang dimak sud dengan “Pemberian subsidi dan/ atau operasi
pasar” adalah langk ah yang diambil untuk menstabilk an gejolak
harga pangan pok ok tertentu di tingk at pasar, yang k enaik annya
mencapai lebih dari 25% (dua puluh lima persen) dari harga
normal selama 2 (dua) minggu berturut-turut.
Ayat (3)
C uk up jelas
Pasal 17
C uk up jelas
Pasal 18
C uk up jelas.
Pasal 19
C uk up jelas.
Pasal 20
Ayat (1)
C uk up jelas
Ayat (2)
Huruf a
Perencanaan meliputi perencanaan jangk a panjang, jangk a
menengah, dan tahunan.
S ubstansi perencanaan meliputi :
a. pertumbuhan penduduk dan k ebutuhan k onsumsi pangan
penduduk ;
b. peningk atan jumlah produk si dan produk tivitas;
c. perhitungan neraca bahan mak anan dan pola pangan
harapan D aerah;
d. k ebutuhan dan k etersediaan lahan pertanian pangan;
e. pengembangan ilmu pengetahuan dan tek nologi;
f. pengembangan Infrastruk tur, sarana dan prasarana; dan
g. pengembangan sumberdaya manusia
Huruf b
C uk up jelas
Huruf c
C uk up jelas
Huruf d
C uk up jelas
Ayat (3)
C uk up jelas
Pasal 21
Media informasi yang digunak an untuk informasi harga k omoditas pangan
yaitu media cetak , media elek tronik , dan website.

25

Pasal 22
Ayat (1)
C uk up jelas
Ayat (2)
C uk up jelas
Ayat (3)
C uk up jelas
Ayat (4)
C uk up jelas
Ayat (5)
Pemberian disinsentif dimak sudk an untuk memberik an peringatan
k epada petani, nelayan dan pelak u usaha pangan agar bersungguhsungguh dalam melak sanak an pencapaian k etahanan pangan daerah.
Pasal 23
Ayat (1)
C uk up jelas
Ayat (2)
Huruf a
C uk up jelas
Huruf b
C uk up jelas
Huruf c
Y ang dimak sud dengan “badan usaha” adalah k esatuan yuridis,
tek nis, dan ek onomis yang bertujuan mencari laba atau
k euntungan, baik swasta (Perseroan Terbatas), B adan Usaha
Milik Negara (B UMN) maupun B adan Usaha Milik D aerah
(B UMD ).
Ayat (3)
C uk up jelas
Ayat (4)
Y ang dimak sud dengan tanggungjawab sosial dan lingk ungan
perusahaan (coorporate social responsibility ) adalah tindak an yang
dilak uk an oleh perusahaan sesuai k emampuan perusahaan tersebut,
sebagai bentuk tanggungjawab merek a terhadap sosial/ lingk ungan
sek itar, dimana perusahaan tersebut berada.
Ayat (5)
C uk up jelas
Pasal 24
Y ang dimak sud dengan “sarana dan prasarana” adalah alat penunjang
k eberhasilan upaya yang dilak uk an di dalam pelayanan publik . Apabila
k edua hal ini tidak tersedia, mak a seluruh k egiatan yang dilak uk an tidak
ak an dapat mencapai hasil yang diharapk an sesuai dengan rencana.
Termasuk dalam pengertian sarana dan prasarana, yaitu alat dan mesin
pertanian serta sarana produk si pertanian.
Pasal 25
Y ang dimak sud dengan “Pembinaan” adalah tindak an yang dilak uk an oleh
Pemerintah D aerah terhadap penyelenggaraan program dan k egiatan dalam
bentuk bimbingan, pelatihan, arahan, dan supervisi, serta pemberian
pedoman terhadap seluruh k egiatan secara berk elanjutan.

26

Pasal 26
Y ang dimak sud dengan “pengawasan” adalah proses dalam menetapk an
uk uran k inerja dan pengambilan tindak an yang dapat menduk ung
pencapaian hasil yang diharapk an, sesuai dengan k inerja yang telah
ditetapk an.
Pasal 27
Ayat (1)
Y ang
dimak sud
dengan
“pengendalian“
adalah
mengatur,
mengarahk an dan mengambil tindak an k orek tif, serta mengawasi
semua tindak an yang dilak uk an dalam melak sanak an suatu rencana
agar mencapai sasaran yang ditetapk an.
Ayat (2)
C uk up jelas
Pasal 28
C uk up jelas
Pasal 29
Pembiayaan k etahanan pangan D aerah dibebank an pada Anggaran
Pendapatan dan B elanja Negara, Anggaran Pendapatan dan B elanja
D aerah. S elain itu sumber pembiayaan dapat diperoleh dari dana
tanggungjawab sosial dan lingk ungan perusahaan. Y ang dimak sud dengan
“sumber lain yang sah dan tidak mengik at” antara lain dari pembiayaan
yang berasal dari swadaya masyarak at, hibah, dan pinjaman dari pihak
lain.
Pasal 30
C uk up jelas
Pasal 31
C uk up jelas
Pasal 32
C uk up jelas

TAMB AHAN L E MB AR AN D AE R AH K AB UPATE N K UNING ANT AHUN 2015NOMOR 1

27