vol 21 no2 ed sept2011 05

KOMUNIKASI ANTAR-PRIBADI KELUARGA SINGLE PARENT
DALAM RESOLUSI KONFLIK
Suryanto (Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi /STIKOM Semarang)
Abstract
Berakhirnya perkawinan menimbulkan masalah tersendiri, apalagi bila sudah punya anak, masalah
yang semula dibicarakan bersama, kini dihadapi sendiri, termasuk bagaimana mendidik dan
membesarkannya. Masalah menonjol yang dihadapi para orang tua tunggal, adalah munculnya
perubahan sikap dan perilaku anak. Anak bersifat pasip, pendiam, mudah tersinggung, dan pemarah,
menutup diri dengan keluarga dan pergaulan teman sebaya, sehingga kadang sulit untuk diajak
bermusyawarah. Pada umumnya, orang tua tunggal dalam mengatasi hal ini dilakukan upaya
pendekatan secara pisik, psikis, emosional maupun spiritual.Yaitu mengajak anaknya untuk selalu
membuka diri, mengajak ngobrol, bercerita, berdialog, yang dimulai dari ibunya sendiri, dengan
harapan anak juga ikut terpancing ikut cerita, ngobrol dan berupaya membuka diri dengan orang
tuanya.
Keyword: Interpersonal communication

komunikasi antar-pribadi dengan anak-

PENDAHULUAN
perkawinan


anak mereka? 2) Masalah apa saja yang

sudah pasti akan menimbulkan masalah.

sering timbul atau sering dihadapi oleh

Berakhirnya

suatu

Orang itu yang kemudian dikenal dengan

seorang single parent dalam perjalanan

istilah single parent, harus mengurus anak,

pengasuhan

dan


mencari

mereka?.3)

Bagaimana

kebutuhan

nafkah

untuk

hidup,

memenuhi

mengasuh

dan


membesarkan mereka sendirian. Hal itu

menyelesaikan
mengingat

memnesarkan

konflik

mereka

anak

cara

mereka

yang

terjadi


(para

orang

tua

bukan tugas ringan, apalagi bila singgle

singleparent) memerankan tugas ganda? 4)

parent tersebut adalah perempuan. Secara

Apakah kendala-kendala yang mereka

psikologis, para orang tua akan mengalami

hadapi dalam menjalin komunikasi dengan

guncangan hebat, karena selain beban


anak-anak mereka?. Tujuan dari penelitian

ekonomi, mereka juga harus menghadapi

ini

beban moral yang begitu kompleks, baik

bagaimana orang tua tunggal (single

terhadap orang tua, anak-anak maupun

Parent)

lingkungan sosialnya. Bagi anak pun,

adalah

untuk


dalam

:

1).

menjalin

Mengetahui

komunikasi

antarpribadi dengan anak-anak mereka. 2)

keadaan di mana mereka yang semula

Mengetahui masalah apa saja yang sering

diasuh oleh orang tua lengkap (ada ayah


timbul atau sering dihadapi oleh seorang

dan ibu) tetapi kini tinggal satu orang tua.

single parent dalam perjalanan mengasuh

Beberapa masalah dalam penelitian ini,

dan

membesarkan

anak

mereka.

yaitu :1)Bagaimana orang tua tunggal

3) Mengetahui bagaimana cara mereka


(singgle

menyelesaikan

parent)

perempuan

menjalin

mengingat

konflik

mereka

yang

terjadi


memerankan tugas

ganda. 4). Mengetahui kendala-kendala

adanya empat macam trianggulasi data

yang mereka

(sumber).

hadapi dalam menjalin

komunikasi dengan anak-anak mereka.

Trianggulasi

teknik

yang didasari pola pikir fenomenologis


METODE PENELITIAN
Penelitian merupakan studi dengan
menggunakan

merupakan

pendekatan

kualitatif

yang bersifat multiperspektif. Selanjutnya
penelitian

yang

telah

dilakukan


deskriptif Strategi yang digunakan adalah

menggunakan

studi kasus dan karena lokasinya di satu

trianggulasi sumber, yaitu melihat sesuatu

tempat saja dan yang diteliti adalah

yang sama dari berbagai perspektif yang

masalah konflik pada orang tua tunggal,

berbeda.

maka digunakan Studi Kasus Tunggal

digunakan dalam penelitian ini yaitu

Terpancang (Sutopo, 2002). Sumber data
dan jenis data yang dapat dimanfaatkan
dalam penelitian ini meliputi : Nara
sumber yang terdiri dari orang tua tunggal
perempuan beserta anaknya yang tinggal di

trianggulasi

Trianggulasi

data

ini

sumber

atau

yang

komunikasi antar- pribadi dan penanganan
konflik

dengan

penitikberatan

pada

komunikasi. Miles dan Huberman (dalam
Sutopo, 2002 : 94) menyatakan bahwa ada
dua

model

pokok

dalam

melakukan

analisis dalam penelitian kualitatif, yaitu

wilayah kota Semarang.

model analisis jalinan atau mengalir (Flow
Sampel diambil secara sampling
degan metode Purposive Sampling yaitu
memilih

orang-orang

tertentu

karena

dianggap – berdasarkan penilaian tertentu
– dan bukan untuk mewakili statistik,

Model of Analysis) dan model analisis
interaktif. setelah proses pengumpulan data
dilaksanakan,

dilakukan

reduksi

data,

sajian data serta penarikan simpulan dan
verifikasi.

tingkat signifikasi dan prosedur pengujian
hipotesa (Rakhmat, 1997 : 81). Dalam

HASIL DAN PEMBAHASAN

pengumpulan

data,

Hasil Penelitian

menggunakan

metode

penelitian
atau

ini
teknik

Dari

hasil

penelitian

diketahui

interaktif, metode ini meliputi wawancara

bahwa berbagai masalah yang muncul

mendalam dan observasi yang berperan

dihadapi/terjadi pada anak-anak ketika

dalam beberapa tingkatan dan focus group

ditinggalkan oleh salah satu orang tuanya

discussion. Penelitian dilakukan dengan

(dalam penelitian ini adalah ayahnya)

menggunakan

validitas

paling menonjol adalah munculnya sifat

Patton

pendiam secara tiba-tiba. Anak berubah

trianggulasi,

pengembangan
seperti

dikatakan

(dalam Sutopo, 2002 : 78), menyebutkan

menjadi

pasip,

mudah

marah

dan

tersinggung tanpa sebab, dan bersikap

orang tua tunggal (single parent) umumnya

tertutup, baik kepada orang tuanya, dan

menjalin komunikasi personal dengan

anggota kelurga yang lain (kakaknya atau

anak-anak

adiknya). Sering juga terjadi bila sehabis

upaya

pulang sekolah, kemudian mengunci pintu

kondisi keluarga terutama dalam mengatasi

kamar sampai berjam-jam. Kondisi ini

masalah dengan anakanaknya. Selanjtnya

terjadi selama beberapa minggu, bahkan

membina hubungan haramonis, dan demi

selama beberapa bulan sulit untuk diatasi

melindungi, serta mendidik anak-anak

dan dipecahkan oleh orang tua.

mereka

Bagi

orang

tua

single

parent

mereka

terbaik

ke

dengan

demi

arah

masa

melakukan

mengembalikan

depan

yang

diharapkan. Agar tidak terjerumus ke

perempuan, betapa beratnya menghadapi

dalam linngkungan dan perilaku yang

masalah yang demikian, sebab dirinya

bertentangan dengan nilai-nilai moral,

sendiri (orang tua single parent) juga

sosial, dan agama. Upaya ini dilakukan

mengalami

tidak

dengan melakukan pendekatan baik secara

terbayangkan, apalagi ditambah problem

pisik, psikis, emosional, dan spriritual,

muculnya sikap dan perilaku anak yang di

bahkan

luar dugaan seperti itu. Bahkan ada yang

menggunakan pendekatan kekeluargaan.

keguncangan

yang

jika

diperlukan

dengan

sampai keluar malam sampai larut malam

Pendekatan secara pisik dilakukan

tanpa memberitahukan kepada orang tua

dengan cara mereka selalu berupaya

atau anggota kelurga yang lain, entah ke

meluangkan waktu untuk bisa bertemu

mana dan tanpa tujuan yang jelas, sebab

secara pisik, dengan melakukan berbagai

ketika ditanya juga diam seribu bahasa.

kegiatan bersama, melakukan berbagai

Sampai pada puncaknya sempat ada anak

aktivitas di rumah ketika sore hari sampai

yang

malam setelah orang tua pulang kerja dan

meninggalkan

berberapa

hari.

rumah

ini

anak sudah berada di rumah, misalnya

sungguh menjadi ujian dan cobaan yang

sambil memasak, melakukan pekerjaan

sangat berat bagi orang tua single parent,

rutin di rumah, sambil bercanda saat

sehingga diperlukan kesabaran, ketabahan,

menonton acara televisi,

kekuatan mental yang ekstra kuat, dan

ketika menjelang tidur. Demikian pula

membutuhkan dukungan, terutama dari

pada saat libur akhir pekan, dicari kegiatan

pihak keluarga, saudara-saudaranya, dan

yang dapat melibatkan orang tua dan anak

anggota

untuk

keluarga

Peristiwa

selama

yang

seperti

lain.

Untuk

mengatasi problem yang muncul terebut,

melakukan

ampai ngobrol

kegiatan

bersama,

apakah itu di rumah maupun kegiatandi

luar rumah. Sedangkan pendekatan secara

dengan baik. Meskipun tdak jarang sering

psikis/kejiwaan banyak dilakukan dengan

pula mendapat pertentangan dari sikap

memberikan motivasi, semangat hidup,

anak-anaknya.

tidak

gampang

menyerah

dalam

menghadapi berbagai kesulitan, kerja keras
untuk menggapai cita-cita, dan sebagainya.
Selain

Pendekatan

emosional

lebih

diupayakan pada aspek kematangan emosi
anak,

misalnya,

dengan

memberikan

pengertian tentang bagaimana melatih

itu, menanamkan kesadaran bahwa tidak

kesabaran,

setiap keinginan, kemauan harus terpenuhi,

bagaimana menahan amarah di depan

mengingat

orang lain, menunjukkan sikap tenang

situasi

dan

kondisi

yang

memang tidak memungkinkan.

dalam

Menanamkan kesadaran pada anak
bahwa keluarga mereka memang berbeda
dengan keleurga utuh yang lain, sehingga

memberikan

menghadapi

pengertian

persoalan

sebarat

apapun, situasi terpaksa, tidak cepat panik,
dan

sebagainya.

Upaya

melakukan

pendekatan emosional lebih ditekankan

diharapkan si anak dapat memahami dan

pada

tidak

dalam

memberikan berbagai contoh bagaimana

pergaulan. Upaya ini dilakukan agar anak

menghadapi persoalan, baik menyangkut

merasa

rendah,

minder

mempunyai kemandirian yang kuat, tidak

proses

pembelajaran

dengan

persoalan praibadi, keluarga, dan persoalan

capat putus asa dalam menghadapi masa

yang

depan. Upaya memberikan nasehat, saran,

pendekatan

petimbangan diberikan pada saat yang

hanya sekedar memberikan saran dan

tepat, di mana saat kondisi kejiwaan anak
sedang berada dalam situasi stabil, tidak
sedang

dalam

keadaan

mengalami

kejenuhan, tidak sedang malas, suntuk,
emosional/marah,

dan

sebagainya.

Sehingga pemberian motivasi pada anak
akan lebih mudah diterima dengan penuh
pemahaman dan kesadaran. Walaupun hal
ini tidak mudah, namun dengan niat yang
tulus, sabar, dan dilandasi rasa kasih
sayang

sebagai

seorang

ibu

kepada

anaknya sehingga anak akan menerima

lebih

kompleks.
spiritual

Sedangkan

dilakukan

bukan

nasehat dalam hal spiritual, akan tetapi
lebih ditekankan pada aspek perilaku
bagaimana melakukan berbagai aktivitas
dalam menjalankan perintah agama yang
dianut sejak dini. Yang lebih penting
adalah

secara

memberikan

kongkret

contoh,

dan

orang

tua

mengajak

bersama-sama menjalankan ibadah secara
akontinyu dan konsisten. Menanamkan
prinsip nilai-nilai kejujuran, kebaikan, dan
kesalehan

dengan

berlandaskan

ajaran agama yang dianut.

pada

Aspek

spiritual

ini

harus

pamannya,

atau

budenya,

atau

diapliksikan ke dalam seluruh aktivitas

tente/omnya, orang lain yang dianggap

dalam keseharian, baik di rumah, di

memiliki pengaruh kuat perhadap persepsi

sekolah, dan di dalam ligkungan yang lebih

dan pemahaman anaknya. Bahkan bukan

luas.

dalam

hanya terhadap anaknya, tetapi barangkali

menghadapi masalah ini adalah mengajak

juga terhadap orang tua si anak itu sendiri.

anak untuk berkomunikasi, diajak ngobrol,

Sebab tidak menutup kemungkinan yang

orang tua yang lebih dulu cerita tentang

melakkan kesalahan bisa saja berasal dari

apa yang dialami, dari hal-hal sepele,

orang tuanya, atau mungkin kedua-duanya,

berdialog, membicarakan berbagai hal

yaitu orang tua dan anaknya sama-sama

menyangkut situasi dan kondisi keluarga,

melakukan

dan sebagainya. Dengan upaya melakukan

memunculkan konflik dalam keluarga yang

komunikasi, musyawarah, dialog dari hati

kadang sulit untuk dipecahkan.

Upaya

yang

dilakukan

ke hati diharapkan anak dapat pula
menyampaikan
kemauannya,

dan

muncul

dan meminimalisir munculnya konflik.
Dengan demikian, jika terjadi konflik
sekalipun akan dapat diatasi dengn cepat
dan memuaskan semua pihak. Selain
beberapa pendekatan tersebut, keluarga
single parent apabilamengalami konflik
keluarga,

misalnya

menemui

kesulitan dalam memecahkan masalah
keluarga antara orang tua single parent
dengan anaknya yang dianggap terlalu sulit
untuk ditemukan pemecahannya, maka
orang tua biasanya

memiliki
keluarganya.

Pembahasan

mengambil

orang

pengaruh
Misalnya

yang
dalam

Hubungan antara orang tua dengan

saling

sehingga diharapkan dapat mengantisipasi

menghadirkan

sehingga

keinginannya,

keterbukaan antara orang tua dengan anak,

internal

kesalahan

jalan

dianggap
lingkup

menghadirkan

orang tuanya atau nenek si anak, atau

anak adalah hubungan yang didasari ikatan
batin yang telah terjalin sejak bayi, bahkan
sejak masih dalam kandungan. Akan tetapi
tidak menutup kemungkinan hubungan
orang tu dengan anak ini justru menjadi
tidak

harmonis

akibat

kesenjangan

komnikasi sebagai akibat dari berbagai hal
yang melatar belakanginya. Banyaknya
kasus ketidakharmonisan dalam keluarga
single parent menjadi permasalahan serius,
dan perlu dikaji secara mendalam dari
konteks

komunikasi.

Komunikasi

merupakan suatu sarana bagi setiap orang
untuk

berinteraksi,

menyampaikan

baik

informasi

dalam
maupun

menerima informasi dari orang lain.
Dalam

setiap

interaksi

antar

manusia, dibutuhkan komunikasi untuk

menyampaikan gagasan, ide, perasaan,

ingatan, pemikiran, suasana hati (moods),

pesan-pesan, aspirasi, keinginan dan lain

perasaan,

sebagainya. Supaya ide, gagasan atau

sebagainya. Keseluruhan fenomena itu

pesan yang disampaikan tadi diterima

dicatat dan dieksplorasi melalui metode

orang lain, diperlukan bahasa yang dapat

khusus yang disebut metode fenomenoligi.

dimengerti, dipahami oleh orang lain.

Sasaran

Dimengerti artinya bukan hanya dalam hal

fenomenologi

bahasa,

kesadaran,

melainkan

orang

lain

dapat

gambaran,

utama
ini

khayalan,

dan

dalam

metode

bukanlah

tindakan

melainkan

objek

dari

memahami atau bertindak sesuai dengan

kesadaran, yakni segala yang dipersepsi,

apa yang kita inginkan. Dalam ruangan

dibayangkan,

lingkup yang lebih spesifik, penelitian ini

Tujuannya

akan dikaji dengan menggunakan studi

esensi hal-hal tertentu yang ada dalam

atau pendektan fenomenologis.

kesadaran.

Fenomenologis merupakan salah
satu bidang kajian komunikasi
mengeksplorasi

berbagai

diragukan
adalah

Metode

untuk

atau

disukai.

menjangkau

fenomenologi

ini

dipraktekkan dengan cara yang sistematis

yang

melalui beberapa langkah atau teknik,

macam

antara lain, adalah Wassenchau, atau bisa

pengalaman manusia dalam kesadaran,

diterjemahkan

serta peranan komunikasi didalamnya. Inti

terhadap esensi-esensi (insight of essences)

dari asumsi dalam studi fenomenologi

pengalaman atau kognisi tentang esensi-

adalah

esensi

bahwa

orang

menginterprestasikan

secara

aktif

pengalamannya

dengan memberikan makna pada apa yang
mereka

lihat.

Interprestasi

sebagai

(experience

or

pemahaman

cognition

of

essences).
Komunikasi yang sangat akrab dan

merupakan

intim dimana terdapat pertukaran informasi

proses aktif dalam pemberian makna pada

secara pribadi di antara orang-orang yang

suatu hal yang diobservasi, seperti teks,

terlibat sehingga akan dapat mencapai

tindakan atau situasi dalam berbagai

komunikasi

pengalaman manusia. Menurut Edmund

fenomena

Husserl (dalam Henryk, 1988, 10-12)

berdasarkan berbagai pengalaman. Hal

perintis dalam aliran fenomenologi pada

seperti inilah yang harus dibangun dalam

prinsipnya

konteks

adalah

:

Eksplorasi

yang

interpersonal
yang

hubungan

dapat

merupakan
dieksplorasi

komunikasi

antara

sistematis dan penuh kesadaran manusia.

orang tua dan anaknya, sehingga terjalin

Fenomena kesadaran itu beragam, antara

komunikasi yang harmonis dalam sebuah

lain; benda. Orang, kejadian, pengalaman,

keluarga. Lebih lanjut Husserl menyatakan

bahwa:

Syarat

utama

keberhasilan

yang

lebih

dari

seseorang

makin

penggunaan metode fenomenologi adalah

berkurang. Lebih lanjut Chaffee, dalam

membebaskan diri dari praduga atau

bukunya Mass Communication and youth:

pengandaian. Hal ini merupakan suatu

Some Current Perspective, memaparkan :

keharusan

mengeksplorasi

Selama ini pola komunikasi orang tua dan

kesadaran, dimana seluruh penyimpangan,

anak dalam keluarga mempunyai dua

teori, keyakinan dan pola pikir yang telah

dimensi orientasi, yaitu ; orientasi social

menjadi

(sosio oriented) dan orientasi konsep

dalam

kebiasaan

disingkirkan

atau

disimpan. Ketika orang tua berbicara
dengan anaknya, dia memusatkan dirinya
dari pada obyek lain dilingkungannya.
Artinya, ketika orngatua berbicara, dia
ingin anaknya memperhatikan apa yang
sedang ia bicarakan. Sedangkan anak,
mempunyai
Dengan

posisi

demikian

sebagai
orang

pemerhati.
tua

disebut

sebagai objective self-awareness dan anak
sebagai

subjective

self-awareness

(Chaffee,1997). Kemudian dalam hal ini,
orang tua juga mempunyai kebutuhan
dalam berkomunikasi antar pribadi untuk
mendapatkan informasi mengenai orang
lain. Ketika kita berkomunikasi dengan
orang asing, kita mungkin mempunyai
keinginan yang kuat untuk mengurangi
ketidakpastian mengenai orang tersebut
dengan mengumpulkan informasi. Jenis
pengurangan ketidakpastian ini adalah
salah satu dimensi utama dari upaya
mengembangkan hubungan.

(concept oriented).
Keluarga yang berorientasi social
mendorong seseorang anak untuk menjaga
keharmonisan

hubungan

interpersonal,

menghindari kontroversi dan menekan
perasaan terhadap hal-hal yang bersifat
ekstrapersonal. Sedangkan keluarga yang
berorientasi

pada

ditemukan

ketika

konsep
anak-anak

biasanya
sudah

menginjak dewasa. Dalam lingkungan ini,
dihadapkan pada suasana kontroversial
agar mereka mampu mengatasinya. Setiap
terjadi hubungan antar manusia, dapat
dipastikan

akan

munculnya

konflik

didalamnya, bahkan hubungan yang sangat
dekat sekalipun, seperti hubungan antara
orang tua dengan anaknya. Secara umum,
konflik dapat diartikan sebagai akibat yang
timbul dari suatu kesenjangan komunikasi.
Tidak melihat seberapa dekatnya hubungan
itu atau seberapa dekat pengertian kita
terhadap seseorang akan ada saat-saat

Perilaku yang normal kebanyakan

dimana gagasan, tindakan, kebutuhan atau

akan cepat mengurangi ketidakpastian dan

tujuan kita sejalan dengan orang-orang

keinginan untuk mendaptkan informasi

disekitar kita.

Menurut Johnson (dalam Jalaludin

dari konflik sebagai berikut : (1) Konflik

Rakhmat, : 2005) menyatakan bahwa :

dapat menjadikan kita sadar bahwa ada

Setiap hubungan antarpribadi mengandung

persoalan yang perlu dipecahkan dalam

unsure-unsur

pertentangan

hubungan kita dengan orang lain; (2)

pendapat, atau perbedaan kepentingan.

Konflik dapat mnyadarkan dan mendorong

Yang dimaksud konflik adalah situasi

kita

dimana tindakan salah satu pihak berakibat

perubahan dalam diri kita. (3) Konflik

menghalangi,

atau

dapat menumbuhkan dorongan dalam diri

lain.

kita untuk memecahkan persoalan yang

Meskipun unsur konflik selalu terdapat

selama ini tidak jelas kita sadari atau kita

dalam

hubungan

biarkan tidak muncul ke permukaan. (4)

antarpribadi, pada umumnya masyarakat

Konflik dapat menjadikan kehidupan lebih

memandang konflik sebagai keberadaan

menarik perbedaan pendapat dengan orang

yang buruk dan harus dihindarkan.

lain dapat menimbulkan perdebatan yang

konflik,

menghambat

mengganggu

tindakan

setiap

bentuk

pihak

Konflik dipandang sebagai factor

untuk

memaksa

melakukan

kita

lebih

perubahan-

mendalami

yang akan merusak hubungan, maka harus

memahami

suatu

dicegah. Namun, kini banyak orang mulai

sehingga

hubungan

sadar bahwa rusaknya suatu hubungan

membosankan. (5) Perbedaan pendapat

sesungguhnya

dapat

lebih

disebabkan

oleh

pokok

dan

membimbing

persoalan,

kita

kita

tidak

ke

arah

kegagalan memecahkan konflik secara

tercapainya keputusan bersama yang lebih

konstruktuf, adil dan memuaskan kedua

matang dan bermutu. (6) Konflik dapat

belah pihak, bukan oleh munculnya konflik

menghilangkan

itu sendiri. Kini konflik sering diberi

kecil yang sering kita alami dalam

sebutan yang berkonotasi positif, seperti

hubungan kita dengan orang lain.(7)

bumbu dalam hubungan antarpribadi, baik

Konflik juga dapat menjadi kita sadar

dalam persahabatan, hubungan antara anak

tentang siapa atau macam apa diri kita

dan orangtua, hubungan antara suami istri,

sesungguhnya.(8)

maupun

hubungan

sebagai sumber hiburan. Misalnya kita

lainnya.Sesungguhnya bila kita mampu

sengaja membuat konflik dalam berbagai

mengelolanya secara konstruktif, konflik

bentuk permainan dan perlombaan. (9)

justru dapat memberikan manfaat positif

Konflik

bagi pihak-pihak yang terlibat dalam

memperkaya hubungan. Hubungan yang

konflik. Beberapa contoh manfaat positif

dapatbertahan kendati diwarnai dengan

bentuk-bentuk

dapat

ketegangan-ketegangan

Konflik

juga

mempererat

dapat

dan

banyak konflik, justru dapat membuat

konflik kedua belah pihak sadar bahwa

pihak yang dapat memberikan sanksi pada

hubungan mereka itu kiranya sangat

kedua belah pihak; (2) Konflik muncul

berharga (Johnson, 1981).

dikarenakan eksistensi dari kebutuhan

Konflik
antarpribadi

dalam

hubungan

sesungguhnya

memiliki

potensi menunjang perkembangan pribadi
dan perkembangan pihak lain yang terlibat
dalam

konflik,

asal

kita

mampu

mengahdapi dan memecahkan konflik
secara konstruktif. Menurut A. Supratiknya

yang saling menguntungkan, namun tidak
bisa mendapatkan tujuan yang saling
menguntungkan; (3) Pihak-pihak yang
terlibat dalam konflik mempunyai empat
macam

kemungkinan

dari

alternatif

tindakan yaitu : a) untuk mendapatkan
tujuan yang diinginkan; b)

(1995), ada empat hal yang dapat kita

untuk

jadikan patokan untuk menetapkan apakah

memberikan sanksi pada lawannya; d)

konflik yang kita alami bersifat konstruktif

untuk menkomunikasikan sesuatu pada

atau

konflik

lawan; (4) Pihak-pihak yang terlibat dalam

sesudah

konflik bisa mempunyai penghargaan atau

mengalaminya : (1) Hubungan kita dengan

system persepsi yang berbeda; (5) Masing-

pihak lain justru menjadi lebih erat, dalam

masing pihak mempunyai sumber yang

arti

dapat ditingkatkan atau diturunkan oleh

malah destruktif.

dikatakan

konstruktif

lebih

Suatu
apabila

mudah

berintraksi

dan

bekerjasama; (2) Kita dan pihak lain justru
lebih

saling

menyukai

dan

sama merasa puas dengan akibat-akibat
yang

timbul

setelah

berlangsungnya

konflik (4) Keduabelah pihak makin
terampil

mengatasi

secara

konstruktif

konflik-konflik baru yang terjadi di antara
mereka. Disebabkan pendapat satu orang
dengan orang lain berbeda, sehingga
berpotensi menimbulkan konflik.
Charles Wakins (dalam Litlejohn,

konflik;

c)

untuk

penerapan alteratif tindakan.

saling

mempercayai (3) Kedua belah pihak sama-

mengakhiri

Konflik

hanya

akan

berakhir

apabila masing-masing pihak puas bahwa
ia telah menang atau kalah atau yakin
bahwa

diperkirakan

melanjutkan

konflik

biaya

untuk

lebih

besar

dibandingkan biaya apabila mengakhiri
konflik.

Dalam

setiap

konflik,

akan

membutuhkan suatu resolusi (resolution)
pemecahan

tertentu.

Resolusi

berarti

pemecahan masalah. Untuk menghadapi
suatu konflik, Adler dan Towne (1987)

1996) memberikan beberapa identifikasi

mendiskripsikan empat

mengenai konflik sebagai berikut : (1)

menyikapi sebuah konflik, yaitu : (1)

Konflik membutuhkan paling tidak dua

Nonassertive Behavior (Perilaku kurang

macam

dalam

adalah

mencapai tujuan. Gaya komunikasi ini

ketidakmampuan dalam mengekspresikan

akan menjaga respek diri diantara kedua

kepercayaan dan perasaan seseorang ketika

belah

diperlukan

kurangnya

bagaimana sikap yang diambil ketika kita

kepercayaan diri atau ketrampilan atau

menghadapi sebuah konflik, maka kita

keduanya. Ada dua cara dimana seseorang

akan

yang tidak assertif menghadapi konflik.

pemecahan masalah tersebut. Adler dan

Mereka membiarkan konflik tersebut atau

Towne

mereka mencoba untuk melupakan konflik

penyelesaian konflik yang diklarifikasikan

itu.

(2) Direct Aggresion (Serangan

menjadi 3 yaitu : (1) Win-lose (menang –

langsung) Direct Aggresion terjadi ketika

kalah) Pada pemegang masalah ini, salah

seorang

berlebihan.

satu pihak mendapatkan apa yang mereka

Bentuk dari direct aggression ini adalah

inginkan sedangkan pihak yang lain tidak

marah dan melakukan pembelaan diri atau

mendapatkan apa-apa. (2) Lose-lose (kalah

menyakiti dan melakukan penghinaan.(3)

– kalah) Pada pemecahan asalah dengan

Indirect

tidak

cara ini, walaupun tidak mencapai hasil

langsung) Sesuai dengan namanya, indirect

yang diharapkan, tetapi kedua belah pihak

aggression terjadi

komunikator

yang berkonflik merasa puas. Dalam hal

mengekspresikan perasaan secara samar

ini yang paling ditonjolkan adalah saling

tidak

berkompromi (compromisez) rasa saling

tegas)

Nonassertive

Behavior

dikarenakan

bertindak

terlalu

Aggresion

langsung.

(serangan

ketika

Dia

akan

menutupi

pihak.

dapat

Dengan

mengetahui

mengetahui

(1987)

juga

bagaimana

memberikan

kemarahan atau perselisihan tersebut dari

menghargai.

orang lain. Namun, ia akan memberikan

mungkin menjadi pencapaian hasil yang

pesan-pesan secara tidak langsung bahwa

terbaik, namun kita perlu menyadari bahwa

ia sebenarnya sedang marah. (4) Assertion

dua belah pihak yang bertentangan lebih

(tegas) Assertion terjadi ketika sebuah

dapat

pesan

keinginan,

pemecahan yang lebih baik. (3) Win – win

pemikiran dan perasaan secara tegas dan

(menang – menang) Pemecahan masalah

langsung tanpa menghakimi atau mendikte

dengan cara ini pihak-pihak yang terlibat

seseorang.

telah mampu dan puas dalam mencapai

mengekspresikan

bekerja

Walaupun

sama

untuk

kompromi

mencapai

Bersikap asertif tidak menjamin

tujuan yang diinginkan dalam hal ini,

seseorang mendapatkan apa yang dia

mereka percaya bahwa dengan bekerja

inginkan, tetapi sikap ini memberikan

sama

kesempatan

penyelesaian di mana pihak yang terlibat

yang

lebih

baik

untuk

memungkinkan untuk

mencapai

mencapai tujuan mereka tanpa harus

pendiam, tertutup dan menjadi tridak mau

berkompromi.

bergaul dan menutup diri dari teman-teman

Dengan

mengetahui

jenis-jenis

penyelesaian konflik, keuntungan, dan
bagaimana menyelesaikan konflik secara
konstruktif tersebut, paling tidak orang tua

sebayanya, bahkan ada yang sampai keluar
samapai larut lamam tanpa jelas alasannya.
Hal ini menjadi kendala yang cukup
merepotkan para orang tuua tunggal dalam

akan dapat mengetahui bagaimana cara

menghadapi anak-anak mereka, sehingga

bertindak dalam menyelesaiakan konflik

kadang-kadang sulit untuk memahami dan

yang

mengetahui keinginan-keinginan anaknya.

terjadi.

Terkadang

penyelesaian

konflik tidak harus mencapai win-win

Upaya

yang

dapat

ditempuh

dalam

solution, namun dalam mendidik anak,

menghadapi masalah ini adalah dengan

orang tua perlu juga mengambil langkah

cara mengajak anak-anak mereka untuk

penyelesaian secara bijak. Hal ini akan

selalu membuka diri, diajak mgobrol,

mendidik anak bahwa segala sesuatu tidak

cerita tentang apa saja yang terjadi dalam

harus dipenuhi, namun terkadang kita

hari itu, dan yang lebih penting adalah

harus bisa menerima kenyataan bahwa kita

orang tua harus lebih memulai membuka

tidak dapat memenuhi atau mencapai

diri kepada anaknya, sehingga diharapkan

sesuatu sesuai yang kita harapkan.

anak juga akan terpancing untuk ikut
berbicara dan membuka diri, mau bercerita

KESIMPULAN

dnegan orang tuanya. Dengan demikian

Berakhirnya suatu pernikahan baik

upaya dalam mengantisipasi dan mengatasi

yang disebabkan perceraian atau kematian

timbulnya konflik dapat dilakukan dan

akan menimbulkan masalah tersendiri, baik

diminimalisir

yang menyangkut dirinya sendiri sebagai

segera diatasi.

singleparent maupun anak-anaknya. Secara
psikologis,

orang

tua

tunggal

beban ekonomi, juga harus menanggung
beban moral yang begitu komplek, baik
terhadap orang tua, anak-anaknya, maupun
sosialnya.

Masalah

konflik

dapat

DAFTAR PUSTAKA

akan

mengalami goncangan hebat, sebab, selain

lingkungan

sehingga

yang

dihadapi yang paling menonjol adalah
munculnya perubahan sifat anak setelah
mereka ditinggal bapaknya, yaitu sifat

Adler, Ronald B. & Neil Towne. 1987.
Looking
Out
Looking
In
Interpersonal
Communication.
The Dryden Press: United State of
America.
Bertens, K.1990. Filsafat Barat Abad XX
Inggris

Jerman.Gramedia:
Jakarta.
Burgoon, Michael and Ruffner,1991.
Intepersonal Communication.CA:
Holt Rinerhart and Wiston.

Creswell, John W. 1994. Research Design,
Qualitative
and
Quantitative
Approches; SAGE Publications,
Inc; Thousands Oaks: California.
Chaffee.1997. Mass Communication and
Youth
;
Some
Current
Perspective. Waveland Press, Inc:
Illinois.
D.

Lawrence Kincaid & Wilbur
Schramm.1982.
Azas-azas
Komunikasi
Antar
Manusia,
LP3S: Jakarta.

Diah

Wulandari.
2006.
Psikologi
Fenomenologi; Eksistensi dan
Humanistik – Suatu Survay
Historis; Eresco: Bandung.

Graham, J.L. 1998. An Analysis of Spot
Managers,
Interpersonal
Communication,
Ontario
Univrsity of Windson.
Hartley,

P.
1999.
Interpersonal
Communication, 2nd edition,
Routedge:
London.
Infante,
Dominic A, Andrew S. Rancer,
Deanna F. Womack. 1990.
Building Communication Theory,
Waveland Press, Inc: Illinois.

Jalaludin Rakhmat. 1999. Psikologi
Komunikasi;
PT.
Remaja
Rosdakarya; Bandung. Lewis,
Glen & Christina Slade. 1994.
Critical Communication. Prentice
Hall: Australia.
Littlejohn, Stephen W. 1996. Theories of
Human Communication; Fifth
Edition; Wadsworth Publishing
Company: Belmont California.
Misiak, Henryk, Virginia S. Sexton. 1988.
Psikologi
Fenomenologi;
Eksistensi dan Humanistik –
Suatu Survay Historis, Eresco:
Bandung.
Onong Uchjana Effendi. 1993. Ilmu, Teori
dan Filsafat Komunikasi, PT.
Citra Aditya Bhakti: Bandung.

Rakhmat, Jalaluddin. 1997. Metode
Penelitian
Komunikasi.
PT.
Remaja Rosdakarya: Bandung.
Rakhmat, Jalaludin. 1999. Psikologi
Komunikasi,
PT.
Remaja
Rosdakarya: Bandung. Rakhmat,
Jalaludin.
2005.
Psikologi
Komunikasi,
PT.
Remaja
Rosdakarya: Bandung.
Rahmanto, Yusuf Arief, Kamus Online;
www.orisinil.com.
Sutopo, H.B. 2002. Metodologi Penelitian
Kualitatif, Dasar Teori dan
Aplikasi Praktisnya; Sebelas
Maret University Press: Surakarta.