vol 20 no2 ed maret2011 08

EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MODEL
KOOPERATIF TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) KELAS VII SMP
ISLAM KOTA PEKALONGAN TAHUN 2009/2010 MATERI SEGIEMPAT
The Effectiveness Of Mathematics Learning Using The Teams Games
Tournament (Tgt) Cooperative Model Of The Seventh Grade Students Of
Smp Islam Kota Pekalongan In The Academic Year Of 2009/2010 In
Quadrilateral Course
Muchamad Subali Noto (Prodi Matematika FKIP Universitas Pekalongan)
Abstract
This is an experimental research, and the research question is that will the Teams
Games Tournament (TGT) Cooperative Model in learning quadrilateral at SMP
Islam Pekalongan be effective?, Field study is chosen to find out the populations
of SMP Islam Pekalongan that consists of 8 classes, using the random technique
sampling and determined that class VII(8) as the control class and class VII(3) as
the experiment class. The variables; students’ activeness is as the independent
variable and process skill is as the dependent variable. The data is derived from
the learning test achievement and experiment sheets. The research method is
descriptive, the analysis of the t test sample and regression. The hypothesis tests
using simultaneous study too find out the students’ achievement in classical or
individual, and the influence of students’ activeness and the skill process to the
learning achievement. The results of the research are that the learning is

considered to be effective, signed by 3 indicators, they are; (1) the students’
achievement is up to the classical criteria that is 69,33 more than KKM 65, and
the individual achievement is 75%, (2) the students’ activeness and skill process
have positive influences to the students’ achievement, the activeness has an
influence to the learning achievement to 80,30%, the influence of the skill process
is 69,00%, and both of them are 81,50%, (3) the experiment class’s achievement
is 69,33 better than the control class in average 61,60%.
Key words: Learning effectiveness, TGT, Quadrilateral

yang

PENDAHULUAN
Belajar

merupakan kegiatan

dimilikinya

untuk


dapat

mengetahui kemampuannya.

yang tidak terpisahkan dari manusia
agar dapat memenuhi kebutuhan dan

Belajar

selalu

melibatkan

perubahan dalam dirinya. Dengan

adanya perubahan di dalam diri

belajar

dapat


orang yang belajar (Dimyati dan

potensi-potensi

Mujiono 1989: 121). Perubahan itu

manusia

mengembangkan

167

bisa terjadi dengan sengaja bisa juga

modalitas kinestetik merujuk gerakan

tidak sengaja, bisa lebih baik juga

besar dan kecil (Istiadi 2006: 6).

Hasil belajar dipengaruhi oleh

bisa lebih buruk.
dua

berbagai faktor, baik faktor dari

pokok pengertian yaitu proses dan

dalam (internal) maupun faktor dari

hasil belajar. Proses belajar di sini

luar

dimaknai sebagai suatu kegiatan dan

antara

usaha untuk mencapai perubahan


(kesehatan dan cacat tubuh) dan

tingkah

psikologis

Belajar

mengandung

laku,

sedang

perubahan

(eksternal).
lain


Faktor
faktor

(misalnya

internal
fisiologis

kecerdasan,

tingkah laku tersebut merupakan

motivasi, prestasi, dan kemampuan

hasil belajar. Hasil belajar harus

kognitif), sedangkan faktor eksternal

dapat


antara lain faktor lingkungan dan

diukur

diamati

(measurable)

(achievable)

dan

dengan

instrumenal

(misalnya

guru,


indikator-indikator

kurikulum, termasuk di dalamnya

tertentu. Hasil belajar pada umumnya

perangkat pembelajaran, dan media

ditunjukkan dengan prestasi belajar,

pembelajaran). Apabila faktor-faktor

artinya bahwa keberhasilan siswa

tersebut tidak terpenuhi maka proses

mencapai prestasi yang baik pada

pembelajaran menjadi tidak efektif,


pembelajaran matematika merupakan

akibatnya hasil belajar siswa menjadi

salah satu tolak ukur keberhasilan

rendah (Slameto 2003: 54).

menggunakan

Pembelajaran

proses belajar mengajar matematika

adalah

pula.

yang


efektif

pembelajaran

yang

yang

menekankan pada bagaimana agar

mempengaruhi cara belajar siswa

peserta didik mampu belajar cara

adalah persepsi, yaitu bagaimana

belajar (learning how to learn),

siswa


Melalui

Salah

satu

memperoleh

faktor

makna

dari

kreatifitas

lingkungan. Persepsi diawali lima

pembelajaran

indera yaitu: mendengar, melihat,

sebuah

mengecap,

menyenangkan

Modalitas

mencium,dan
visual

merasa.

menyangkut

Untuk

di

guru,

kelas

menjadi

aktivitas/keaktifan
(joyfull

mendapatkan

yang

learning).

hasil

yang

penglihatan dan bayangan mental,

optimal, persiapan merupakan hal

modalitas pendengaran merujuk pada

yang

pendengaran dan pembicaraan, dan

bagaimana

paling

penting,

persiapan

materi

dikemas,
168

bagaimana setting pembelajaran dan

seorang

alat peraga apa yang diperlukan

mengajarkan

(Marpaung 2006: 6).

mengimplementasikan teori tersebut

Proses

pembelajaran

yang

yang

desainer

kepada

dapat

teori

peserta

dan

didik

dalam

efektif merupakan harapan semua

pembelajaran untuk mencapai tujuan

pihak terkait dengan pendidikan.

pembelajaran (Joyce 2000: 34).

Untuk

mencapai

hal

Salah

tersebut,

satu

bentuk

diperlukan adanya partisipasi aktif

pembelajaran yang digunakan untuk

dari pendidik, peserta didik dan

membangun keterlibatan mental dan

suasana

fisik

kelas

yang

mendukung

dalam

belajar

matematika

(kondusif). Proses pembelajaran pun

adalah

harus berorientasi pada peserta didik.

pembelajaran yang didasarkan pada

Dengan

kegiatan

aplikasi dunia nyata. Kurangnya

benar-benar

pemahaman konsep yang dimiliki

demikian,

pembelajaran

harus

mengembangkan

direncanakan untuk meningkatkan

peserta

pemahaman peserta didik yang pada

distorsi informasi yang diterima dari

akhirnya

pendidik

berdampak

pada

hasil

didik

disebabkan
atau

oleh
karena

belajar yang baik. Dalam hal ini

ketidakmampuan

Jacobsen,

menangkap atribut, struktur, dan

(1989:

Eggen,
9)

dan

Kauchak

menyatakan

sebelum

bahwa

memulai

pembelajaran,

seorang

keabstrakan

peserta

didik

dari

suatu

konsep

Hasil

dari

proses

kegiatan

tersebut.

pendidik

pemahaman konsep, peserta didik

haruslah bertanya pada dirinya “ what

dapat

do I want the students to know,

panjang

understand, appreciate, and able to

melalui keterlibatan yang aktif dalam

do?”. Untuk dapat menjawab semua

mengaitkan

pertanyaan tersebut maka seorang

diterima dengan pengetahuan yang

pendidik harus mampu memilih dan

dimiliki untuk membina pengetahuan

menggunakan

yang baru.

model,

strategi,

pendekatan,

teknik,

dan

sarana

pembelajaran

yang

tepat

untuk

mencapai
Pendidik

tujuan
harus

pembelajaran.
dapat

menjadi

membina

ingatan

jangka

tentang

sesuatu

konsep

pengetahuan

Secara empiris,
hasil

analisis

yang

berdasarkan

penelitian

tentang

rendahnya hasil belajar peserta didik,
antara

lain

disebabkan

proses
169

pembelajaran yang didominasi oleh

penguasaan materi geometri oleh

pembelajaran konvensional (Trianto

siswa adalah karena sukar mengenali

2007:

dan

1).

tersebut

Model

pembelajaran

menempatkan

pendidik

memahami

geometri,

juga

bangun-bangun
metode

yang

sebagai sumber informasi utama

digunakan guru kurang melibatkan

yang berperan dominan dalam proses

aktivitas/keaktifan siswa.

pembelajaran. Dalam pembelajaran

Beberapa

konvensional

pendidik

bertindak

tentang

hasil

penelitian

pembelajaran

geometri

sebagai pentransfer ilmu kepada

menunjukkan masih banyak siswa

peserta

SMP

didiknya,

dianggap

peserta

sebagai

didik

penerima

yang

belum

memahami

konsep-konsep geometri. Gambaran

pengetahuan yang pasif (Suparman

kemampuan

1997: 198). Di awal pembelajaran,

segiempat

peserta didik tidak diberi kesempatan

berdampak pada hasil belajar yang

untuk berinteraksi dan berapresiasi

belum memuaskan. Kondisi tersebut

dengan

ada

terjadi di SMP Islam Pekalongan.

disekitarnya dapat berfungsi sebagai

Melalui pembelajaran dengan model

sumber belajar, sehingga peserta

konvensional,

didik tidak mampu merelevansikan

mampu meningkatkan hasil belajar

pengetahuan

siswa. Hal tersebut bisa dilihat dari

benda-benda

yang

yang

diterimanya

Geometri sebagai salah satu
matematika,

masih

ternyata

rendah

belum

materi segiempat hanya mencapai 60

sudah

dengan ketuntasan klasikal sebesar

mempunyai

65%. Pembelajaran yang selama ini

yang

diajarkan sejak

SD,

posisi

strategis

yang

yang

materi

rata-rata hasil belajar siswa untuk

dengan kehidupan sehari-hari.
cabang

penguasaan

untuk

dilaksanakan juga belum mampu

menumbuhkembangkan kemampuan

menumbuhkan

keaktifan

nalar siswa dan dapat dipandang

keterampilan

proses

yang

sebagai latihan untuk menata nalar

memuaskan.

Kenyataan

tersebut

atau

memerlukan perhatian dan kreatifitas

wawasan keruangan

Namun

keadaan

di

siswa.

lapangan

guru

untuk

mencoba

dan

model

penguasan

pembelajaran yang menjadikan siswa

materi geometri oleh siswa masih

lebih aktif, kreatif dan efektif serta

lemah.

mampu meningkatkan pemahaman

menunjukkan
Salah

bahwa
satu

kelemahan

170

konsep

siswa

terhadap

materi

segiempat.

dan

sederhana

untuk

diterapkan di kelas. Pembelajaran

Agar
segi

mudah

proses

empat

pembelajaran

menjadi

bermakna,

kooperatif

Teams

(TGT)

Tournament

Games

sesuai

bila

kontekstual dan tidak membosankan

diterapkan

dalam

diperlukan model pembelajaran yang

matematika

pada

berorientasi pada peserta didik, yang

segiempat karena pada materi pokok

melibatkan

aktif,

ini banyak menuntut siswa untuk

sehingga mereka dapat menggunakan

dapat memahami sifat-sifat serta

pengetahuan yang telah dimilikinya

menghitung

untuk

mengkonstruk pengetahuan

segiempat. Sedangkan siswa banyak

yang

baru,

mengalami

mereka

secara

pendekatan

yang

pembelajaran
materi

luas

dan

kesulitan

pokok

keliling

dalam

demikian akan menuntun peserta

mempelajari materi tersebut dan

didik

dalam

mengkonstruk

kebanyakan siswa kurang aktif untuk

pengetahuannya,

sehingga

bertanya kepada guru mereka tentang

pembelajaran menarik minat peserta

kesulitan

yang

didik dan menyenangkan.

Sehingga

dengan

Penggunaan

mereka

alami.

diterapkannya

model

model pembelajaran kooperatif TGT

pembelajaran kooperatif merupakan

diharapkan siswa dapat aktif dalam

salah satu alternatif untuk dapat

memahami materi yang disampaikan

meningkatkan

dan

dengan aktif berdiskusi dan saling

model

bertukar pengetahuan dengan teman

aktifitas

pemahaman

siswa.

Pada

pembelajaran kooperatif diperlukan

sekelompok.

keterampilan dan kerjasama siswa

Efektif

artinya

dan kelompoknya, melatih siswa

membawa

dalam

Keefektifan berarti

berpikir

kritis

sehingga

hasil,

berhasil

dapat
guna.

keberhasilan

kemampuan siswa dalam memahami

usaha

materi pelajaran yang disampaikan

130). Pembelajaran dikatakan efektif,

dapat meningkat.

jika tujuan yang diharapkan minimal

tindakan (Jamarah, 2000:

Pembelajaran TGT merupakan

mencapai kategori efektif. Indikator

pembelajaran kooperatif yang cukup

yang digunakan untuk menentukan
171

keefektifan

Sehubungan

model pembelajaran

dengan

hal

adalah: (1) mencapai ketuntasan

tersebut, dalam penelitian ini penulis

prestasi belajar individu dan klasikal,

maknai sebagai perlunya mengetahui

(2) ada pengaruh positif variabel

efektifitas

independent

kooperatif TGT materi segiempat

dependent

terhadap
(Clark,

variabel

Guskey

dan

model

pembelajaran

kelas VII.

Benninga 1983: 213), (3) variabel
dependent kelas eksperimen lebih

METODE PENELITIAN

baik daripada variabel dependent

Populasi

yang

digunakan

kelas kontrol (Patriciah dan Johnson

dalam penelitian ini adalah siswa

2008: 293). Dalam penelitian ini

kelas VII SMP Islam Pekalongan.

pembelajaran dikatakan efektif jika :

Sampel dalam penelitian ini adalah

(1) rata-rata prestasi belajar siswa

siswa

kelas

VII.3

SMP

Islam

pada materi segiempat mencapai

Pekalongan

kriteria ketuntasan minimal (KKM)

eksperimen dan kelas VII.8 sebagai

yaitu

kelas kontrol. Pemilihan sampel

65,

mencapai

kriteria

ketuntasan kelas yaitu 75% siswa

sebagai

kelas

dilakukan dengan teknik random

tuntas belajar individu (BSNP 2006:

sampling,

12); (2)

ada pengaruh positif

populasi bersifat homogen. Asumsi

keaktifan terhadap prestasi belajar

ini didasarkan pada ciri-ciri relatif

siswa, keterampilan proses terhadap

karena

diasumsikan

sama yang dimiliki populasi, antara

prestasi belajar siswa, dan keduanya

lain :

secara

bersama-sama

terhadap

berdasarkan kurikulum yang sama,

prestasi

belajar siswa, pengukuran

(2) Siswa yang menjadi obyek

keaktifan siswa dan keterampilan

(1) Siswa mendapat materi

penelitian duduk pada kelas paralel

proses diukur berdasarkan pada hasil

yang sama, (3) Siswa mendapat

pengamatan terhadap siswa dalam

waktu pelajaran yang sama.

proses pembelajaran; (3) rata-rata
prestasi

belajar

kelas

Variabel
penelitian

bebas
ini

dalam
adalah

eksperimenlebih baik dari pada kelas

aktivitas/keaktifan

kontrol.

kelas VII.3 SMP Islam Pekalongan

belajar

siswa
172

(X1) dan keterampilan proses siswa

Untuk mengetahui seberapa

kelas VII.3 SMP Islam Pekalongan

besar

(X2).

Sedangkan variabel terikat

keterampilan proses terhadap prestasi

adalah prestasi belajar siswa kelas

belajar siswa, maka dilakukan uji

VII.3 SMP Islam Pekalongan pada

statistik regresi linear. Berdasarkan

materi segiempat (Y).
Metode

yang

pengaruh

keaktifan

dan

hasil pengamatan keaktifan peserta
digunakan

dalam penelitian ini adalah metode
pengamatan/ observasi dan metode

didik dan nilai tes prestasi belajar
untuk kelas eksperimen, dilakukan
uji

test

pengaruh

keaktifan

terhadap

prestasi belajar siswa menggunakan
bantuan
HASIL DAN PEMBAHASAN

5%

Berdasarkan nilai tes prestasi
belajar dilakukan uji beda rerata satu
sampel. Kriteria ketuntasan belajar
minimal yang ditetapkan adalah 65.
Diperoleh nilai t = 3.558 dan sig =
0,001 kurang dari 5 %, artinya ratarata hasil ketuntasan minimal belajar
yang diperoleh siswa tidak sama
dengan 65. Karena rerata tes prestasi
siswa

adalah 69,33

kelas

eksperimen

melebihi 65,

dan

ketuntasan individual mencapai lebih
dari 75%, maka hasil belajar pada
materi segiempat dari siswa yang
memperoleh
matematika

pembelajaran
model

TGT

17.

Hasil

menunjukkan pada nilai sig 0,000 <

Hasil Penelitian

belajar

SPSS

dapat

mencapai kriteria ketuntasan belajar

sehingga

H0

ditolak

maka

persamaan regresi linear, artinya
keaktifan
terhadap
Diperoleh

siswa
prestasi

berpengaruh
belajar

bentuk

regresinya

Yˆ  41,449  1,759 X1 .

Berdasarkan

siswa.

persamaan
adalah

hasil

pengamatan keterampilan siswa dan
nilai tes prestasi belajar untuk kelas
eksperimen, dilakukan uji pengaruh
ketrampilan terhadap prestasi belajar
siswa menggunakan bantuan SPSS
17. Hasil menunjukkan pada nilai sig
0,000 < 5% sehingga H0 ditolak
maka, ini berarti persamaan regresi
linear. Diperoleh bentuk persamaan

minimal.
173

regresinya

adalah

Y  77,304  2,352 X 2 .

maka 1   2

ini berarti terdapat

perbedaan rata-rata nilai prestasi
hasil

belajar siswa antara kelas eksperimen

dan

dengan kelas kontrol. Rata-rata nilai

ketrampilan siswa dan nilai tes

prestasi belajar kelas eksperimen

prestasi

yaitu 69,33 lebih besar dari rata-rata

Berdasarkan
pengamatan

keaktifan

belajar

untuk

kelas

eksperimen, dilakukan uji pengaruh
keaktifan dan ketrampilan siswa
terhadap

prestasi

belajar

siswa

menggunakan bantuan SPSS 17.
Hasil menunjukkan pada nilai sig
0,000 < 5% sehingga H0 ditolak
maka, ini berarti persamaan regresi
linear. Diperoleh bentuk persamaan
regresinya

adalah

Y  55,180  0,604 X1  1,396 X 2 .

nilai prestasi belajar kelas control
yaitu 61,60. Ini berarti rata-rata nilai
prestasi belajar kelas eksperimen
lebih baik dari kelas kontrol.
Dari ketiga kriteria model
pembelajaran

efektif

terpenuhi,

sehingga

dapat

bahwa

model

disimpulkan

pembelajaran TGT merupakan model
pembelajaran yang efektif.
Pembahasan

Untuk melihat pengaruh atau
kontribusi

keaktifan

(X1)

dan

keterampilan proses (X2) terhadap
prestasi belajar (Y) dapat dilihat nilai
R square sebesar 0,815 = 81,5 %.

Hal ini berarti 81,5 % keaktifan dan
keterampilan proses peserta didik
bersama-sama berpengaruh terhadap
tes prestasi belajar siswa.
Uji banding dilakukan untuk
membandingkan rata-rata prestasi

semuanya

Data
digunakan

hasil
untuk

penelitian
mengetahui

efektifitas model pembelajaran tipe
TGT.

Tingkat

efektifitas

diukur

melalui tiga uji statistika, yaitu (1)
Uji ketuntasan prestasi belajar, (2)
Uji pengaruh, dan (3) Uji perbedaan
(uji

banding).

Hasil

ketiga

uji

tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut:

belajar dari kelas eksperimendan
kelas kontrol. Dilihat dari t-test for
Equality of Means diperoleh sig =

0,000 < 5% sehingga Ho ditolak,

Uji Ketuntasan Prestasi Belajar
Menggunakan

model

pembelajaran kooperatif TGT di
174

kelas

membantu

guru

untuk

menyenangkan.

meningkatkan keterlibatan di antara

Ketercapaian

siswa (Hurt 2008: 1). Siswa belajar

individual

dalam

karena

kelompok

kecil

yang

ketuntasan

tersebut

disebabkan

pembelajaran

dengan

kemampuannya heterogen. Dalam

pembelajaran kooperatif tipe TGT

menyelesaikan

telah

tugas

kelompok,

berhasil

meningkatkan

setiap anggota saling bekerjasama

kemampuan individual siswa melalui

membantu dalam memahami suatu

peningkatan

bahan ajar. Selama kerja kelompok,

keterampilan siswa.

tugas

anggota

kelompok

adalah

mencapai ketuntasan materi dan

ketuntasan.

dan

Uji pengaruh
(1) Uji Pengaruh Keaktifan Siswa

saling membantu teman sekelompok
mencapai

aktivitas

terhadap Prestasi Belajar

Telah

Hasil

perhitungan

yang

dinyatakan dalam uji ketuntasan

dilakukan diperoleh R square sebesar

klasikal kelas eksperimen mencapai

80,30% dan persamaan estimasi

tuntas. Hal ini menunjukkan secara
nyata

keberhasilan

pembelajaran

menggunakan

pembelajaran kooperatif model TGT.
Keberhasilan ini disebabkan karena

Variabel X1 menyatakan keaktifan

belajar dan variabel Y menyatakan
prestasi belajar siswa.
Hal ini menunjukkan bahwa

pembelajaran kooperatif model TGT
berhasil meningkatkan kemampuan
dan kecakapan yang dimiliki siswa
kearah positif terutama kemampuan
membantu

teman

dan

memperhatikan kesulitan orang lain.
Model ini juga memberi kesempatan
lebih

luas

berdiskusi

pada

siswa

memecahkan

Yˆ  41,449  1,759 X1 .

regresi

proses

untuk
masalah

sampai dengan ditemukan solusinya
serta pembelajaran yang berlangsung

nilai prestasi belajar dipengaruhi
oleh

keaktifan

belajar

sebesar

80,30% dan sisanya dipengaruhi oleh
faktor

lain

seperti

minat

yang

mempengaruhi

belajar,

kebiasaan

belajar, keadaan sosial, iklim sosial
dalam kelas, karakteristik belajar,
tingkat intelegensi, persepsi siswa
terhadap guru dan lain sebagainya.
Persamaan regresi yang diperoleh
175


Y

juga menunjukkan bahwa rata-rata

variabel

skor

belajar siswa.

prestasi

belajar

meningkat

sebesar 1.413 untuk peningkatan satu
skor keaktifan belajar.

menyatakan

Dalam

prestasi

penelitian

ini

menunjukkan bahwa prestasi belajar

Hasil di atas sejalan dengan

dipengaruhi oleh ketrampilan proses

penelitian pendapat Dick dan Carey

sebesar

(dalam

yang

dipengaruhi oleh faktor lain yang

proses

mempengaruhi prestasi belajar siswa

Uno,

2009:

menyatakan

6)

bahwa

69,00%

dan

sisanya

pembelajaran akan lebih berhasil

seperti

apabila siswa secara aktif melakukan

belajar, keadaan sosial, iklim sosial

latihan secara langsung dan relevan

dalam kelas, karakteristik belajar,

dengan tujuan pembelajaran. Jadi

tingkat intelegensi, persepsi siswa

upaya meningkatkan aktivitas siswa

terhadap guru dan lain sebagainya.

dalam proses pembelajaran harus
selalu

dilakukan

agar

keinginan

minat

belajar,

kebiasaan

Hasil menunjukkan bahwa
keterampilan

proses

berpengaruh

untuk meningkatkan prestasi belajar

terhadap prestasi belajar. Persamaan

siswa

regresi

dapat

penggunaan

terwujud

yang

diperoleh

juga

pembelajaran

menunjukkan bahwa rata-rata skor

TGT dapat menjadi alternatif penting

prestasi belajar meningkat sebesar

untuk meningkatkan aktivitas belajar

2,352 untuk peningkatan satu skor

siswa.

keterampilan proses.

(2) Uji

model

dan

Pengaruh

Ketrampilan

Proses terhadap Prestasi Belajar
Berdasarkan
perhitungan

yang

hasil

(3) Uji Pengaruh Keaktifan Belajar
dan

Keterampilan

Belajar

terhadap Prestasi Belajar

dilakukan,

Berdasarkan

hasil

diperoleh bahwa r square sebesar

perhitungan

69,00% dan persamaan estimasi

square sebesar 81,50% persamaan

regresi yang diperoleh persamaan

regresi

estimasi

regresi

yaitu

diperoleh

yang

bahwa

diperoleh

R

adalah

Y  55,180  0,604 X1  1,396 X 2 .

Y  77,304  2,352 X 2 . Variabel X2

Variabel X1 menyatakan keaktifan

menyatakan ketrampilan proses dan

belajar,

variabel

X2

menyatakan
176


ketrampilan proses, dan variabel Y

diperoleh juga menunjukkan bahwa

menyatakan prestasi belajar siswa.

rata-rata

Hal ini menunjukkan bahwa

skor

meningkat

prestasi

sebesar

0,604

peningkatan

keaktifan dan ketrampilan proses

belajar dan diperkirakan meningkat

siswa sebesar 81,50% saja, berarti

sebesar 1,396 untuk peningkatan satu

ada

skor ketrampilan proses.

lain

mempengaruhinya.

yang

Jadi

selain

skor

untuk

prestasi belajar dipengaruhi oleh

faktor

satu

belajar

keaktifan

Uji Perbedaan/ Uji Banding

keaktifan belajar dan ketrampilan

Dalam hal ini kelas eksperimen

belajar masih ada hal-hal lain yang

mempunyai nilai rata-rata prestasi

mempengaruhi prestasi belajar siswa

belajar lebih tinggi yaitu 69,33

diantaranya minat belajar, kebiasaan

dibandingkan nilai rata-rata prestasi

belajar, keadaan sosial, iklim sosial

belajar kelas kontrol yaitu sebesar

dalam kelas, karakteristik belajar,

61,60.

tingkat intelegensi, persepsi siswa

perbedaan yang signifikan antara

terhadap guru dan lain sebagainya.

pembelajaran dengan menggunakan

Berdasarkan

analisis

Berarti

dapat

dilihat

uji

pembelajaran kooperatif tipe TGT

pengaruh, telah dapat dibuktikan

dengan pembelajaran konvensional,

bahwa

keterampilan dan keaktifan

dari nilai rata-ratanya menunjukkan

berpengaruh secara linear terhadap

bahwa pembelajaran kooperatif tipe

prestasi belajar siswa. Simpulan ini

TGT lebih baik dari pembelajaran

sejalan dengan pendapat Hamalik

konvensional.

(2008:

150),

yang

menyatakan

pembelajaran

bahwa

keterampilan

merupakan

pengejawantahan

aktivitas

kreatifitas

dalam

siswa

dan

Ini

menunjukkan
menggunakan

pembelajaran kooperatif tipe TGT
yang

lebih

menekankan

pada

proses

aktivitas dan pembelajaran sosial

pembelajaran yang mengarah pada

terbukti lebih baik dari pembelajaran

pengembangan kemampuan fisik dan

individual dengan metode ceramah

mental sebagai pendorong untuk

yang selama ini dilakukan. Hal ini

mengembangkan kemampuan yang

sejalan

lebih tinggi. Persamaan regresi yang

(1977: 1) yang menyatakan bahwa

dengan

pendapat

Banks
177

hanya

pembelajaran kooperatif model TGT

menyelesaikan

secara nyata dapat meningkatkan

pembelajaran sosial tidak
membantu

siswa

masalah pribadinya, namun juga

prestasi

masalah-masalah

pengaruh

melalui

sosial

mereka

tindakan-tindakan

sosial

yang

siswa
tinggi.

dengan
Besarnya

pengaruh keaktifan dan keterampilan
secara

yang rasional.

belajar

bersama-sama

terhadap

prestasi sebesar 81,50%. Prestasi
belajar siswa akibat pelaksanaan

SIMPULAN
Hasil
pembelajaran
pembelajaran
indikator

pelaksanaan
TGT

model

menunjukkan

efektif
sebagai

dengan
berikut:

pembelajaran kooperatif model TGT

pembelajaran dengan pembelajaran
kooperatif model TGT lebih tinggi
dibandingkan prestasi belajar siswa
yang diajar dengan pembelajaran
konvensional.

berhasil menuntaskan prestasi belajar
siswa baik secara individual maupun
secara klasikal pada batas KKM = 65
dan

batas

ketuntasan

individu

sebesar 75%, Keaktifan siswa dalam
pembelajaran dengan pembelajaran
kooperatif model TGT secara nyata
dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa Besarnya pengaruh keaktifan
terhadap prestasi sebesar 80,30%.
Keterampilan

siswa

dalam

pembelajaran dengan pembelajaran
kooperatif model TGT secara nyata
dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa.

Besarnya

keterampilan

terhadap

pengaruh
prestasi

DAFTAR PUSTAKA
Banks,

J.A.
1977.
Teaching
Strategies for the Social
Studies: Inquiry and DeisionMaking2th.
Philiphina:
Addition-Wesley Publishing
Company.

BSNP. 2006. Panduan Penyusunan
Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan
Jenjang
Pendidikan
Dasar
dan
Menengah. Jakarta: Badan
Satuan Nasional Pendidikan.
Clark, C., Guskey, T., & Benninga,
J. 1983. The effectiveness of
Mastery Learning Strategies
in Undergraduate Education
Courses.
Journal
of
Educational Research, Vol.
76(4), 210-214.

69,00%. Keaktifan dan keterampilan
siswa dalam pembelajaran dengan
178

Pendidikan,
Karangmalang, 1
2006. Yogyakarta.

Dimyati dan Mujiono. 1994. Belajar
dan Pembelajaran. Jakarta:
Rhineka Cipta.
Hamalik, O. 2008a. Kurikulum dan
Pembelajaran. Jakarta: PT.
Bumi Aksara.
Hamalik, O. 2008b. Proses Belajar
Mengajar . Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
Hamalik, O. 2008c. Psikologi
Belajar
dan
Mengajar .
Bandung:
Sinar
Baru
Algensindo.
Hurt, F. 2008. “Improving Student
Engagement
and
Achievement through the Use
of
Teams-GamesTournament,” Leadership for
Learning Journal. Vol. 7(2),
1–4.
Istiadi, I. 2006. Mendidik dengan
Cinta . Bekasi: Pustaka Inti.
Jacobsen, D., Eggen, P., dan
Kauchak, D. 1989. Methods
For
Teaching
A Skill
Approach. Third Edition .
Melbourne. London: Merril
Publishing Company.
Jamarah, B., Syaiful dan Aswan.
2000.
Strategi
Belajar
Mengajar . Jakarta: PT. Asdi
Mahasatya.
Joyce, B. and Weil, M. 2000. Models
of Teaching. Massachussetts :
Allyn and Bacon Publishing
Company.

UNY,
Oktober

Patriciah, W.W and Johnson, M.C.
2008. Effects of Mastery
Learning
Approach
on
Secondary School Students’
Physics
Achievement.
Eurasia
Journal
of
Mathematics,
Science
&
Technology Education, Vol.
4(3), 293-302.
Slameto. 2003. Belajar dan FaktorFaktor
yang
Mempengaruhinya . Jakarta:
Rineka Cipta
Soedjoko, E. 2001. Pembelajaran
Geometri di SLTP Berbasia
Konstruktivis
Realistik.
Makalah disampaikan pada
Seminar
Nasional
”Matematika, Pemodelan, dan
Pembelajarannya” di FMIPA
UNNES pada tanggal 27
Agustus 2001.
Suparman.
1997.
Desain
Instruksional. Jakarta: Dirjen
Dikti Depdiknas.
Trianto. 2007. Model Pembelajaran
Terpadu dalam Teori dan
Praktek. Jakarta : Prestasi
Pustaka Publisher.
Uno,

H.B.
2009.
Model
Pembelajaran Menciptakan
Proses Belajar Mengajar
yang Kreatif dan Efektif.
Jakarta: PT Bumi Aksara.

Marpaung,
Y. 2006. Metode
Pembelajaran
Matematika
untuk Anak SD/MIN. Makalah
disampaikan pada Sarasehan
Pengembangan Pembelajaran
di SD dan TK Fakultas Ilmu
179